status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak

62
STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK RUJUK (Studi terhadap Pendapat Ulama Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam) Oleh: Umi Salamah NIM: 1320311060 TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Studi Islam Program Studi Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga YOGYAKARTA 2015

Upload: buikhuong

Post on 12-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK RUJUK

(Studi terhadap Pendapat Ulama Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam)

Oleh: Umi Salamah

NIM: 1320311060

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Studi Islam Program Studi Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga

YOGYAKARTA

2015

Page 2: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 3: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 4: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 5: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 6: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 7: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

vii

“MOTTO”

هلل صهى هللا عهي ٴسهى بي ر ايسسب يب نى يك اثب ايسي قطاال اخيب خيس زس

1 الظالم تلعن ان من لك خير صهيرة شمعة تضيء الن

2

1 KAU MEYALAKAN SEBUAH LILIN KECIL ADALAH LEBIH BAIK DARIPADA

KAU MENGUMPAT KEGELAPA (KONG FU SE). dalam Agus Maftuh Abegebriel, Mazhab Islam Cosmopolitan Gusdur. Islam Cosmopolitan, Jakarta: The Wahid Institute, 2007.

2 “QS. At-Tala>q (65):1-2”

Page 8: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Page 9: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

ix

ABSTRAK

Berangkat dari Perkawinan adalah Sebuah ikatan yang kokoh (Mitsa>qa>n

ghaliz}an). Akan tetapi ketika ikatan yang kokoh ini terkena badai rumah tangga dan sudah tidak ada harapan untuk bersatu maka talak adalah jalan keluar yang dipilih. Islam pada dasarnya menyadari bahwa menjalani hidup bersama dua manusia (suami-istri) memang sulit. Terbukti dengan adanya serangkaian peraturan yang rigid mengenai aturan pernikahan yang erat kaitannya dengan eksistensi pernikahan itu sendiri. Salah satu upaya mengembalikan keutuhan rumah tangga dengan cara rujuk. Ada dua pandangan tentang rujuk yaitu rujuk adalah hak suami tanpa persetujuan istri (menurut ulama mazhab), dan rujuk harus dengan persetujuan istri (KHI). Dari sini Penyusun ingin mencoba menganalisis stutus perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dengan melihat hak-hak perempuan dan posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam rumusan ulama Mazhab dan KHI.

Penelitan ini membahas tiga Rumusan masalah yaitu Bagaimana rumusan konsep rujuk dalam pandangan empat ulama imam mazhab dan perkembangan rumusan rujuk dalam KHI, Bagaimanakah status bagi istri dalam rujuk sebagai subjek hukum menurut Pandangan Ulama Mazhab dan KHI dan Bagaimana implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial dan sebagai rekayasa sosial saat ini. Berpijak dari tiga rumusan masalah tersebut, jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), bersifat deskriptif—analitik. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan normatif dan sosiologi hukum. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi.

Tiga hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, Status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dalam Fikih Imam Mazhab tidak ada sama sekali. KHI menyatakan dalam Pasal 164 perempuan sebatas sebagai hukum pasif yaitu dapat menerima danmenolak rujuk. Kedua, Legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih imam mazhab ini mengambil dari al-Baqarah ayat 228 yang mengatakan suami lebih berhak merujuk istrinya dan karena hak talak ada pada suami secara otomatis hak rujuk juga milik suami. dan Peraturan di Indonesia secara legalitasnya yaitu perempuan diminta persetujuannya atau menolak rujuknya, ini selaras dengan melihat pada hukum perkawinan pun harus ada persetujuan dan sesuatu yang dipaksa tidaklah dianggap hukumnya. Ketiga, Implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial dan rekayasa sosial saat ini bentuk perhatian pemerintah terhadap perempuan dengan memberikan hak rujuk ini, suami tidak akan sewenang-wennag dalam menelantarkan istrinya dengan ikatan yang tidak jelas. Pemerintah juga seharusnya mempertimbangkan mengubah peraturan dengan melihat bahwa perempuan sebagai subyek hukum sempurna/ahliyah al-kamilah, sudah seharusnya boleh mengajukan rujuk dengan suaminya.

Kata kunci:, Rujuk, Subjek Hukum, Ulama Imam Mazhab, dan KHI

(Kompilasi Hukum Islam).

Page 10: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini berpedoman pada

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alîf tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا

Bâ’ B be ب

Tâ’ T te ت

Sâ’ ṡ ثes (dengan titik di

atas)

Jîm J je ج

Hâ’ ḥ حha (dengan titik di

bawah)

Khâ’ Kh ka dan ha خ

Dâl D de د

Zâl Ż ذzet (dengan titik di

atas)

Râ’ R er ر

zai Z zet ز

sin S es س

syin Sy es dan ye ش

sâd ṣ صes (dengan titik di

bawah)

dâd ḍ ضde (dengan titik di

bawah)

tâ’ ṭ طte (dengan titik di

bawah)

zâ’ ẓ ظzet (dengan titik di

bawah)

‘ ain‘ عkoma terbalik di

atas

Page 11: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xi

gain G ge غ

fâ’ F ef ف

qâf Q qi ق

kâf K ka ك

lâm L `el ل

mîm M `em م

nûn N `en ن

wâwû W w و

hâ’ H ha هـ

hamzah ’ apostrof ء

yâ’ Y ye ي

B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap

دة متعد عدة

Ditulis

Ditulis

Muta‘addidah

‘iddah

C. Ta’ marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h

ة حكم علة

Ditulis

Ditulis

H}ikmah

‘illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah

terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya,

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis dengan h.

ة األولياء كرام Ditulis Karāmah al-auliyā’

Page 12: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xii

3. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h.

الفطر زكاة Ditulis Zakāh al-fiṭri

D. Vokal pendek

__ _

فعل__ _

ذكر__ _

ذهب ي

Fathah

kasrah

dammah

Ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

A

fa’ala

i

żukira

u

yażhabu

E. Vokal panjang

1 2 3 4

Fathah + alif

جاهليةfathah + ya’ mati

تنسىkasrah + ya’ mati

كـريمdammah + wawu mati

فروض

Ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

Ā

jāhiliyyah

ā

tansā

ī karīm

ū

furūd}

F. Vokal rangkap

1

2

Fathah + ya’ mati

بينكم

fathah + wawu mati

قول

Ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

Ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

Page 13: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xiii

أأنتم

أعدتشكرتم لئن

Ditulis

ditulis

ditulis

A’antum

U‘iddat

La’in syakartum

H. Kata sandang alif + lam

1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.

القرآن

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qur’ān

Al-Qiyās

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.

السمآء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samā’

Asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya.

الفروض ذوي

السنة أهل

Ditulis

Ditulis

Żawī al-furūd}

Ahl as-Sunnah

Page 14: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xiv

KATA PENGANTAR

انسحيــى بــسى هللا انسح

ذ بـــبهلل ي ع ٴ , ٴستغفس ٴستعي د , ح ة انعبني د هلل ز سيـئآت أعبنب شانحـ ٴي ٴز أفسب ز

م ي يد , ٴأشــد هللا فال يضـ ال بدي ن ي يضهم ٴ إال ن هللا أ الإن د أ ٴأش ه ن الشسي ٴحد

د ٴز ــدا عب يح ٴا سن ٴ سهى انى كبفة انثقهي بشييسا ٴريسا صهى هللا عهي ام بيت ٴ ٴصحب ن

ب كثيسا ., أيببعدتسهي

Alhamdulillah segala puji bagi pencipta alam semesta raya Allah SWT yang

telah memberikan rahmat serta berjuta nikmatNya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir penulisan Tesis yang berjudul Status Perempuan

Sebagai Subjek Hukum Dalam Hak Rujuk (Studi Terhadap Pendapat Ulama

Mazhab Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) guna memperoleh gelar Magister

Studi Islam pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Shalawat dan segenap salam rindu teruntuk baginda Muhammad al-

Must}afa>, yang telah menyampaikan risalah pada umatnya dan berjuang demi

tegaknya agama Allah sehingga mampu mengajak umat manusia beranjak dari

kejahiliyahan menuju umat yang berpendidikan dan berakhlak. Salam dari

umatmu sepanjang masa dan aku rindu untuk bertatap muka denganmu. Anta al-

murtaja> yaum az-zih}a>m!!!

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa terselesainya tesis ini tidak

lepas dari asuhan rasa berbagai pihak, untuk itu kami haturkan ucapan terimakasih

setulusnya kepada:

1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak Prof. Drs. H. Akh. Minhaji,

M.A., Ph.D., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Page 15: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xv

Yogyakarta Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D., serta Ketua Prodi

Hukum Islam dan Sekertaris Prodi Hukum Islam Dr.H.Syafiq Mahmadah

Hanafi dan Drs. Kholid Zulfa, M.Si , yang telah memberikan kesempatan

kepada penyusun untuk belajar pada Program Pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga.

2. Dr. H. Agus Moh. Najib, M.Ag. selaku pembimbing yang ditengah-tengah

kesibukannya telah mencurahkan waktu, tenaga, fikiran dan perhatiannya

dalam mengarahkan penulis sehingga penulisan ini dapat selesai. Semoga

Allah SWT., membalas kebaikannya dengan berlipat ganda kebaikan pula.

3. Segenap Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga khususnya Prodi Hukum

Islam, yang telah ikhlas mentransfer berbagai mutiara ilmu, khususnya

dalam bidang ilmu hukum yang tak ternilai harganya. Kerelaan kalian

semua adalah kunci keberkahan ilmu yang kami peroleh.

4. Ayahku Muhammad Shodiq yang selalu memcurahkan kasih sayangnya

sepanjang masa dan selalu mendukungku dalam mengerjakan kebaikan.

Kepada ibunda Siti Mubarokah (Almh) ٴاعف عب ٴأكسو ٴعبفب ب ٴازح ى اغفس نب انه

ٴسع يدخهب ٴ Amiin.. Dan Ibu Sri Ningsih semoga ada kesempatan untuk .زنب

bertemu denganmu.

5. Teruntuk Simbahku H. M. Fadil dan Hj. Sumartin yang luar biasa semangat

mengajarkan agama, dari penulis belum mengenal huruf hijaiyah sampai

saat ini, kata-kata mutiara yag penuh hikmah selalu megalir dalam setiap

kedekatan. terima kasih atas kepercayaan jenengan sehingga bisa sampai

tingkat ini.

Page 16: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xvi

6. Seluruh Murabbiku di manapun berada, karena kalian aku bisa mengeja

huruf demi huruf dalam kala>mullah, segenap pengasuh serta dewan asati>z||.

Jazakumullah ahsana al-jaza’.

7. Untuk Mbak Aini Nur Ma‟rifah, Kang Ahmed dan Adekku Muhammad

Asrori, serta Nanda dan Elsa kalian harus selalu positif thinking Dari

kalianlah aku belajar berkehidupan tentang sabar, kerja keras, dan suatu

keyakinan penuh bahwa tidak ada yang tak mungkin jika Tuhan

berkehendak dan manusia mau berusaha. Semoga kita selalu bisa bersama-

sama dalam mengukir mimpi-mimpi.

8. Sahabat-sahabat HK Reguler angkatan ‟13 PPs UIN Sunan Kalijaga. Lisa,

Khoir, Chaula, Kuna, Indra, Sainul, Aris, Murdan, Erik, Ahsin, Amin,

Harto, Aswab dan Muchammad calon pemimpin bangsa yang luar biasa.

Semoga silaturahmi ini senantiasa abadi dan lanjutkan dapat berjumpa

dalam kesempatan yang penuh kejutan indah.

9. Adek-adekku di kamar H3 yag penuh kecerian, selalu ada hal unik jika

kumpul ama kalian dalam sela kegiatan. Semangat untuk menuntut ilmu.

Dan temen-teman Nurma semuanya terima kasih sudah menjadi saudaraku

di Yogya terutama Binti Mutmainah, Mika, Pipit dan Esa.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang berperan

dan ringan tangan membantu menjelmakan tesis ini.

Hanya kepada Allah penulis bersimpuh dan berdoa semoga kehendakNya

senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki. Amin. Akhirnya,

penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan,

Page 17: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK
Page 18: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xviii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. iii

PENGESAHAN DIREKTUR .......................................................................... iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI .................................................................... v

NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................ ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................... x

KATA PENGANTAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ................................................................................................. xviii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL .................................................................... xx

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pokok Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8

D.Telaah Pustaka ................................................................................. 9

E. Kerangka Teoretik ........................................................................... 18

F. Metode Penelitian ............................................................................ 24

G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 27

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG RUJUK DAN SUBJEK HUKUM

A. Rujuk ............................................................................................ 30

1. Nash tentang Rujuk dalam Perkawinan .................................... 30

2. Pandangan Fuqaha .................................................................... 33

3. Ketentuan Rujuk dalam Peraturan di Indonesia ....................... 40

B. Subjek Hukum ............................................................................... 45

1. Subjek Hukum Menurut Hukum Islam ..................................... 45

2. Subjek Hukum dalam Perundangan di Indonesia .....................53

Page 19: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xix

3. Posisi Perempuan dalam Rumah Tangga ..................................56

BAB III : STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM

DALAM RUJUK ANTARA PANDANGAN ULAMA MAZHAB

DAN KHI

A. Pandangan Ulama Mazhab tentang Status Perempuan

sebagai Subjek Hukum dalam Rujuk ...........................................61

1. Imam Abu Hanifah ........................................................................62

2. Imam Malik ...................................................................................63

3. Pandangan Imam Asy-Syafi‟i .......................................................66

4. Imam Ahmad ibn Hanbal ...............................................................69

B. Kedudukan Perempuan Sebagai Subjek Hukum dalam Hak

Rujuk bagi Istri di Indonesia .........................................................71

C. Alasan Syar‟i tentang Penerapan Konsep Rujuk dalam KHI .......78

BAB IV: ANALISIS TERHADAP HAK RUJUK BAGI ISTRI DALAM PANDANGAN IMAM MAZHAB DAN KHI

A. Legalitas dan Urgensi Hak Rujuk Bagi Istri dalam Tinjaun Maslahah

1. Legalitas Hukum Hak Rujuk bagi Istri dalam Pandangan Ulama

Mazhab ..................................................................................... 84

2. Legalitas Hak Rujuk bagi Istri dalam KHI ............................... 87

3. Hak Rujuk Bagi Istri: sebagai Subjek Hukum ..........................106

B. Peraturan Hak Rujuk bagi Istri sebagai Kontrol Sosial dan

Rekayasa Sosial ...................................................................................... 112

1. Keberadaan Aturan Rujuk Pada Masa Imam Mazhab .............. 113

2. Knowledge tentang Hukum Rujuk ...........................................115

3. Opinion Of Law ........................................................................116

4. Analisis Hukum Keluarga sebagai Social Engineering ................ 130

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 138

B. Saran-Saran ......................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 141

Page 20: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

xx

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Tabel Telaah Pustaka .......................................................................................... 14

Tabel konsep rujuk dalam pandangan Imam Mazhab ........................................ 71

Tabel:Perbandingan Persentase Perkawinan Dan Perceraian .......................... 134

Bagan hak rujuk bagi istri ................................................................................... 106

Page 21: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah sebuah ikatan yang kokoh (mitsa>qa>n ghaliz}an), akan

tetapi ketika ikatan yang kokoh ini terkena badai rumah tangga dan sudah tidak

ada harapan untuk bersatu maka talak adalah jalan keluar yang dipilih. Islam pada

dasarnya menyadari bahwa menjalani hidup bersama dua manusia (suami-istri)

memang sulit. Terbukti dengan adanya serangkaian peraturan yang rigid

mengenai aturan pernikahan yang erat kaitannya dengan eksistensi pernikahan

itu sendiri. Salah satu upaya mengembalikan keutuhan rumah tangga ketika kata

“talak”1 sudah diputuskan oleh suami di pengadilan yaitu dengan cara rujuk.

Rujuk berarti meneruskan atau mengekalkan kembali hubungan perkawinan

antara pasangan suami istri yang sebelumnya dikhawatirkan dapat terputus

karena jatuhnya talak raj’i oleh suami.

Syariat tentang ruju' ini merupakan indikasi bahwa Islam menghendaki

bahwa suatu perkawinan berlangsung selamanya. Oleh karena itu, kendati telah

terjadi pemutusan hubugan perkawinan, Allah masih memberi prioritas utama

kepada suaminya untuk menyambung kembali tali perkawinan yang nyaris

1 Ta·lak n Isl perceraian antara suami dan istri; lepasnya ikatan perkawinan;bercerai sudah,

-- tidak, pb sudah berpisah, tetapi belum sah diceraikan; bain talak tiga; dua pernyataan talak yg

dijatuhkan sebanyak dua kali dan memungkinkan atas suami rujuk kpd istri sebelum selesai idah;

satu pernyataan talak yg dijatuhkan sebanyak satu kali dan memungkinkan suami rujuk kpd istri

sebelum selesai idah; tiga perceraian yg tidak boleh rujuk lagi kecuali jika bekas istri pernah

nikah dng orang lain dan kemudian diceraikan (tidak dapat dijatuhkan tiga kali berturut-turut

atau dijatuhkan sekaligus); Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) VI.I http://ebsoft.web.id

Page 22: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

2

terputus, dan sebelum kesempatan itu diberikan kepada orang lain setelah

berakhirnya masa iddah.

Dasar hukum rujuk dapat ditemukan di dalam al-Qur’an surah al-Baqarah

(2): 228, 229, 231, at-Talaq (65):2. Rujuk dalam istilah ulama mazhab adalah

menarik kembali wanita yang ditalak dan mempertahankan (ikatan)

perkawinannya.2 Rujuk pada masa Nabi SAW dan Ulama klasik cukup dengan

suami bernait kembali kepada istri tanpa persetujuan istri. Istri harus menerima

kemauan suami, hal ini karena rujuk yang dengan persetujuan istri dianggap

rujuk yang digantungkan.

Para Fukaha memiliki pendapat yang seragam mengenai hak rujuk yang

dimiliki oleh suami. Hak rujuk suami bersifat mutlak tanpa memandang hak

seorang istri apakah ia bersedia untuk rujuk kembali dengan suaminya ataupun

tidak. Walaupun Islam telah membatasi bahwa rujuk hanya sampai dua kali dan

disyaratkan dengan adanya islah antar keduanya, serta tidak berniat menyakiti

sang istri, namun tetap saja istri tidak berhak menolak ketika suami menginginkan

rujuk.3

Harus dipertimbangkan bahwa perkembangan hukum itu sangat tergantung

pada perkembangan masyarakat, bahwa hukum akan selalu berubah sesuai dengan

faktor-faktor yang mengubahnya. Menurut Abdul Manan ada beberapa faktor

yang menjadi alat atau faktor pengubah hukum yaitu faktor arus globalisasi,

2 Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, terj.Masykur dkk, (Jakarta:

Lentera, 1999), hlm. 481. 3 Seperti dalam Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, hlm.481. dan

Mustofa Dib al-Bugha, dkk, Fikih Manhaji , terj. Misrah (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012),

1:731. Dalam dua kitab ini walaupun berbeda zaman memaknai rujuk tetap sebagai hak suami

tanpa perlu persetujuan istri.

Page 23: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

3

faktor sosial budaya, faktor politik, faktor ekonomi, faktor ilmu pengetahuan dan

teknologi, pendidikan hukum dan supremasi hukum.4

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Khoiruddin Nasution pembahasan

kitab fikih munakahat masih terkesan terpisah-pisah dan berdiri sendiri antara satu

pembahasan dengan pembahasan lainnya. Seperti perkara rujuk yang diterangkan

dalam bebarapa tafsir dan pandangan ulama mazhab tidak dikaitkan dengan

syarat dan rukun nikah, tujuan dan prinsip perkawinan.5 Sehingga terlihat adanya

ketimbangan bahwa rujuk menjadi mutlak hak suami tanpa ada persetujuan istri.

Literatur-literatur keagamaan klasik ini, pada umumnya sarat dengan bias

gender untuk diterapkan pada saat sekarang ini, karena mereka menulis dengan

kondisi obyektif budaya masyarakat yang didominasi laki-laki (male dominated

society). Para penulis tidak bisa disalahkan karena ukuran keadilan gender tentu

saja mengacu pada persepsi relasi jender menurut kultur masyarakat pada

masanya.6

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari

pergeseran waktu tidak hanya membawa persoalan yang baru yang dibutuhkan

status hukumnya tetapi juga persoalan yang sudah ada ketentuan hukumnya perlu

ditinjau kembali agar nilai-nilai kemaslahatan yang inheren dalam hukum tetap

dirasakan.

Secara teoritik hukum Islam atau fikih bersumber pada al-Qur‟an dan

Sunnah Rasul. Tetapi para Fukaha atau para ahli hukum Islam sering berbeda

4 Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Pranada Media, 2005). hlm:

5 Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan 1 (Yogyakarta:Tazzafa+ACAeMIA,2005),

hlm. 8. 6 Komaruddin Hidayat, Kata Pengantar dalam

Page 24: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

4

pendapat dalam memahami konsep-konsep kunci yang termaktub dalam dua

sumber hukum Islam. Perbedaan pemahaman ini dipengaruhi oleh perbedaan

metode (istimbat), waktu dan kondisi lingkungan dimana para Fukaha tinggal.

Sebagai akibatnya timbullah berbagai aliran dalam fikih, diantaranya adalah

imam mazhab empat yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi‟i dan

Mazhab Hanbali. Masing-masing didirikan oleh Abu Hanifah (700-767), Malik

bin Anas (713-795), Muhammad bin Idris As-Syafi‟i (767-810) dan Ahmad bin

Hanbal (780-855).7

Implikasi dari berbedaan mazhab ini adanya keanekaragaman dalam

pengamalan dan pelaksanaan hukum Islam tersebut. Dan keanekaragaman itu

semakin tajam di zaman modern sekarang dengan dikenanya konsep dan

pemikiran hukum dari luar Islam. Karenanya muncul gagasan memadukan hukum

Islam dengan hukum yang sesuai untuk kultur bnagsa Indonesia dengan

mereformulasikan, mereaktualisasikan atau memperbaharui sama sekali hukum

yang ada.8

Peraturan perkawinan yang ada di Indonesia berusaha mereformulasikan

dan menyesuaikan hukum Islam dengan kondisi yang ada pada masyarakat.

Dalam UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak mengatur tentang rujuk

tetapi pasal tentang rujuk disinggung dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 (1) Pencatatan perkawinan dari mereka

7 Muchnun Husein, Pengantar Edisi Pertama Dari Penerjemah, dalam J.N.D. Anderson,

Hukum Islam di Dunia Modern (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta atas kersama dengan Badan penerbit IAIN Walisongo Press,1994), hlm. ix.

8 Ibid., hlm. x.

Page 25: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

5

yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh

Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 32

Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Disini hanya diatur

pencatatanya jika kembali rujuk untuk tatacara rujuknya tidak dijelaskan.

Karennaya penyusun memngambil KHI sebagai bahan untuk menganalisis rujuk.

Sebagaimana dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 163 (1) Seorang

suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah. (2) Rujuk dapat dilakukan

dalam hal-hal : a. putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh

tiga kali talak yang dijatuhkan qobla al dukhul; b. putusnya perkawinan

berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau alasan-alasan selain zina dan

khuluk. Pasal 164 Seorang wanita dalam iddah talak raj‟ ` i berhak mengajukan

keberatan atas kehendak rujuk dari bekas suaminya dihadapan Pegawai Pencatat

Nikah disaksikan dua orang saksi dan pada pasal 165 disebutkan Rujuk yang

dilakukan tanpa sepengetahuan bekas isteri, dapat dinyatakan tidak sah dengan

putusan Pengadilan Agama.9

Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada tahun 2014 angka percerain

mencapai 354.000. Ini sudah melewati 10 persen dari peristiwa pernikahan pada

setiap tahunnya. Ini dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial.

Korban pertama yang paling merasakan dampaknya adalah anak-anak dan istri

yang seharusnya memperoleh pengayoman dan perlindungan dari perkawinan.

Akibat perceraian adalah dampaknya menimbulkan orang miskin baru. Menjadi

duda tidak ada bekasnya, tapi menjadi janda ada bekasnya, juga fitnah lebih rawan

9Supriatna dkk, Fikih Munakahat dilengkapi dengan UU No.1 tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SUKA, 2008) hlm 75.

Page 26: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

6

terhadap janda daripada duda, selain itu anak tidak berdosa menanggung

akibatnya,10 Dengan banyaknya kasus perceraian yang sudah terjadi, penyusun

tertarik mengkaji solusi bagi orang yang sudah bercerai dan ingin kembali dalam

rumah tangga yaitu rujuk.

Dari uraian di atas terlihat ada dua pandangan tentang rujuk yaitu rujuk

adalah hak suami tanpa persetujuan istri (menurut ulama mazhab), dan rujuk

harus dengan persetujuan istri (KHI). Dari sini Penyusun ingin mencoba

menganalisis status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak rujuk dengan

melihat hak-hak perempuan dan posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam

rumusan ulama Mazhab dan KHI.

Ulama mazhab yang dijadikan rujukan yaitu empat mazhab yaitu, Hanafi,

Maliki dan Syafi‟i dan Hanbali.11 Karena pandangan mereka banyak

mempengaruhi terhadap hukum-hukum yang ada di Indonesia salah satunya KHI.

Konsep rujuk dalam pandangan imam mazhab jika dipadu dengan kondisi sosial

bangsa Indonesia menjadi fikih ala Indonesia seperti KHI.

Meskipun KHI bukanlah produk undang-undang yang memiliki kekuatan

mengikat namun perlu disyukuri dan disosialisasikan secara terus-menerus.

Dengan adanya KHI, masyarakat Indonesia mempunyai fikih yang bercorak dan

cocok untuk Indonesia.

Sebagaimana pandangan Abdul Ghani Abdullah Pertama, adanya norma

hukum yang hidup dan ikut serta bahkan mengatur interaksi sosial. Kedua,

10 Martin Sihombing, “Data Perceraian Di Indonsia Sudah Melewati 10 Persen” Kamis,

14/08/2014, kabar 24.com akses pada 11 Mei 2015. 11

Uraian perpecahan mazhab dapat dibaca pada bab 10, Christine Huda Dodge, Kebenaran Islam, terj. Ahmad Asnawi (Yogyakarta: PT Aninda Mitra Internasional, 2006)

hlm.150-151.

Page 27: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

7

aktualnya dimensi normatif akibat terjadinya ekplanasi fungsional ajaran Islam

yang mendorong tuntutan terpenuhinya kebutuhan hukum. Ketiga, responsi

struktural lebih dini terjadi sehingga pada akhirnya tersusun sebuah rancangan

KHI. Keempat, alim ulama Indonesia mengantisipasi hal di atas dengan sepakat

bahwa KHI adalah rumusan tertulis dari hukum Islam yang hidup dalam

masyarakat di tengah kondisi hukum dan masyarakat Indonesia.12

Dari banyaknya pasal-pasal dalam KHI penyusun memilih rujuk karena

dalam rujuk sudah ada keberanian ijtihad untuk keluar dari apa yang diceruskan

oleh para Ulama Mazhab. Di sini posisi perempuan diakui dengan adanya

peraturan rujuk dengan persetujuan istri dan istri boleh menolak rujuk. Walaupun

belum ada keberanian untuk membolehkan istri mengajukan rujuk. Melihat dalam

fikih klasik hak rujuk yang dimiliki istri tidak ada sama sekali, sehingga patut

kiranya membahas pembaharuan yang ada di KHI ini sehingga bisa digunakan

untuk acuan pembaharauan dalam bidang lainnya dalam perundang-undangan

perkawinan.

Sebagimana diungkapkan oleh Soejono Soekanto hukum sebagai kaidah

ataupun sebagai prilaku yang teratur selalu berproses, tidak ada hukum yang

stagnan. dan untuk mengikuti prosesnya tidak mungkin jika dilakukan tanpa

penelitian. Maka penyusun pun melakukan penelitian berkaitan dengan cabang

ilmu hukum yaitu hukum keluarga (al-ahwal al-syaksiyyah). Penyusun

membatasi untuk mengkaji peraturan rujuk yang ada di KHI dan dipadu dengan

pandangan Ulama Mazhab Hanafi Maliki, Syafi‟i dan Hanbali, dan disesuaikan

12 Abdul Gani Abdullah, Pengantar kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia

(Jakarta: Gema Insani Press,1994), hlm.61-62.

Page 28: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

8

dengan kondisi saat ini. Mengetahui Rumusan tentang hak-hak perempuan dalam

KHI terutama mengetahui argumen hukum dari peraturan hak rujuk yang ada KHI

dengan berbagai aspeknya rumusan ulang hak rujuk.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang di atas maka timbul pokok masalah tentang

bagaimana status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk yang dipecah

dalam tiga rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dalam

fikih imam mazhab dan KHI?

2. Bagaimana legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih imam mazhab

dan peraturan di Indonesia?

3. Bagaimana implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial saat ini?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang dan pokok masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perdebatan dan polemik konsep stutus perempuan sebagai

subjek hukum dalam rujuk. Konsep hak istri dalam rujuk pertama kali

dipositivisasi oleh pemerintah dalam bentuk KHI. Penelitian ini lebih jauh

mengulas posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk.

2. untuk menjelaskan dan menganalisis legalitas perempuan sebagai subjek hukum

dalam rujuk dan mendekripsikan bentuk dari reinterpretasi terhadap fikih klasik

terkait pelaksanaan rujuk di era kontemporer.

Page 29: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

9

3. Untuk menjelaskan efektifitas KHI terhadap hak istri dalam rujuk di Indonesia

sebagaimana diketahui KHI hanya produk yang berbentuk Inpres no. 1 tahun 1991

yang kedudukanya jauh dari posisi undang-undang.

Atas dasar tujuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

meguatkan penelitian yang sudah ada dan membuktikan ada hak perempuan

dalam rujuk sehingga diketahui kegunaan penelitian ini. Dan diharapkan dapat

bermanfaat dalam bentuk kontribusi ilmiah pada dataran teoritik dan praktik.

1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

pemikiran yang positif logik dan konstuktif aplikatif terhadap dinamika

problematika perkembangan fikih hukum keluarga hubungannya dengan

implementasinya pada konteks kekinian.

2. Selain itu pada dataran praktik, penelitian ini dapat dijadikan contoh atau

model pengembangan pemikiran hukum Islam yang tidak saja absah secara

normatif tetapi juga pada saat yang bersamaan applicable pada dataran

ruang dan waktu, serta dapat menjadi rujukan ilmiah dan bagian dari

wacana baru dalam bidang fikih hukum keluarga.

D. Telaah Pustaka

Penyusunan tesis ini berangkat dari karya-karya terdahulu yang membahas

tentang hukum keluarga terutama masalah status perempuan sebagai subjek

hukum dalam rujuk. Berbicara mengenai kedudukan perempuan yang berkaitan

dengan hak-haknya dalam hukum keluarga Islam dapat dijumpai dalam beberapa

karya akademik maupun karya populer. Dengan adanya telaah pustaka ini

diharapkan diketahui posisi penelitian ini dega penelitia yang sudah ada.

Page 30: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

10

Beberapa karya tulis berbentuk Buku yang membahas status perempuan

dalam keluarga: Hukum perkawinan 1 karya Khoiruddin Nasution, 13 diuraikan

secara lengkap masalah hukum keluarga, pandangan imam mazhab dari mulai

dalil-dalilnya sehingga perbandingan hukum dengan negara muslim lain.

Beberapa tesis tentang hak perempuan dalam keluarga kajian tokoh dalam

bentuk tesis tentang hak perempuan dipaparkan oleh Khairul Mufti Rambe

tentang “Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi Pemikiran

Ashgar Ali Engineer”14, menggunakan analisis sejarah terhadap konsep teologi

pembebasan dengan membentuk kesetaraan yang menghasilkan nilai-nilai

keadilan sosial. Dalam kesimpulanya menurut Mufti kebenaran bagi Engineer

adalah merupakan proses yang dinamis karena tolak ukurnya dalah masyarakat.

Sehingga agar pola pemikiran dapat terus selaras dengan kebutuhan manusia

harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-Quran meliputi

keadilan, kebijakan, kasih sayang dan kearifan.

Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan Dalam Keluarga

disusun oleh Riza Adib Faisal15 sama dengan Mufti tesis ini kajian tentang tokoh,

ia mencoba mengsinkronkan pemikiran Hasan Al-Bana dengan konteks

keindonesiaan yaitu melalui Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan UU No. 7 tahun

1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan

sebagai pedoman hidup negara untuk melindungi dan memuliakan perempuan.

13

Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan 1, (Yogyakarta: Tazaafa+AcadeMia,

2005). 14Khairul Mufti Rambe, “Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi

Pemikiran Ashgar Ali Engineer’, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013. 15

Riza Adib Faisal “Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan dalam

Keluarga “Tesis” PPS UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan.

Page 31: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

11

Faisal menggunakan pendekatan normatif yuridis, bersifat deskriptif analisis

dengan menggunakan metode dokumentasi untuk pengumpulan data. Hasil

kesimpulannya yiatu pendapat Hasan al-Bana sesuai dengan UU No. 7 Tahun

1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Seperti hak memilih jodoh, mengembangkan diri dan karir.

Muh.Nasirudin dengan tesis “Kedudukam Wanita Dalam Islam (Studi

Atas Pemikiran Muhammad Syahru>r)”16, mempertanyakan bagaimanakah

pemikiran Muhammad Syahrur tentang kedudukan wanita dalam Islam dengan

berbagai tema yang telah ia tawarkan dan faktor yang melatarbelakangi

pemikiranya. Ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan nalisis bahasa

dan analisis konsep dengan pendekatan sejarah. Hasil penelitian bahwa Syahrur

memandang kedudukan wanita melihat sosio-kultural dan sosio-politik yang

melingkupinya. Dengan melalui kajian semantis atas teks dan pengetahuan ilmu

alam dipadu dengan kebahasaan untuk mengurai 10 obyek pembahasan meliputi,

poligami, waris, mahar, pakaian, hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam

keluarga, hak untuk bekerja, hak dalam bidang politik, akad nikah, talak, dan

hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Kuni Khairun Nisak dengan tesis berjudul Posisi Perempuan dalam

Muhammadiyah (Studi Analisis Kritis Terhadap Himpunan Putusan Tarjih (HPT)

Tentang Perempuan.17 Dengan dua pokok pertanyaan bagaimanakah posisi

perempuan dalam himpunan putusan tarjih (HPT) yang dibukukan dalam tiga

16

Muh.Nasirudin, “Kedudukam wanita dalam Islam (Studi atas Pemikiran Muhammad

Syahru>r)”Tesis” PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013, tidak diterbitkan. 17

Kuni Khairun Nisak, “Posisi Perempuan dalam Muhammadiyah (Studi Analisis Kritis

terhadap Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tentang Perempuan”Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga,

2006.

Page 32: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

12

buku yaitu, Tuntunan Mencapai Istri Islam Yang Berarti (1939), adabul mar’ah fi

al-Islam. (1976), Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah (1989) dan Bagaimana latar

belakang sosio-historis ketiga buku hasil keputusan majlis tarjih (HPT). Hasil

penelitainnya menyebutkan bahwa Buku pertama dan kedua memposisikan sama

antara perempuan dan laki-laki. Buku ketiga memposisikan perempuan dalam

ruang prifat. Pada buku pertama dan kedua adanya semangat kemerdekaan dan

untuk mendobrak tradisi yang ada. Dan untuk buku ketiga bertepatan dengan

kepemimpinan orde baru yang membatasi ruang gerak perempuan. Begitupun

yang dilakukan oleh Atun Wardatun18, Fikria Najitama19, Hibatun Wafiroh20,

mereka membahas posisi perempuan dalam hukum Islam dengan jenis penelitian

library research.

Setelah penyusun dan mengkaji dari beberepa referensi di atas dengan

beberapa pertimbangan penelitian yang fokus pada hak-hak perempuan dalam

hukum keluarga kiranya masih perlu dilakukan. Penelitian-penelitian yang

dilakukan kebanyakan kajian terhadap tokoh-tokoh gender, emansipasitor dan

tokoh membaharu. Penyusun di sini melengkapi kajian yang sudah ada dengan

mengkaji dari status perempuan dalam rujuk dengan kajian perempuan sebagai

subjek.

Tesis telaah berkaitan dengan rujuk “Hak Istri Menolak Rujuk Dalam

Kompilasi Hukum Islam: Studi Analisis Sejarah Sosial Hukum Perkawinan Islam

18

Atun Wardatun , “Wanita Indonesia dalam Keluarga; Perspektif Feminis Muslim

(Telaah Isu Peran Gender dalam UU NO.1/1974 tentang Perkawinan)”, Tesis, PPS UIN Sunan

Kalijaga, 2000. 19

Fikria Najitama, “Perempuan dalam Hukum Islam (Studi atas Epistimologi Pemikiran

Amina Wadud)”, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 20

Hibatun Wafiroh, “Bahtsul Masa’il NU tentang Perempuan Studi Terhadap Hasil

Ijtihad Ulama NU (1926-1999)”Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Page 33: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

13

Di Indonesia”, karya Arini Rufaida, di sini dikaji sejarah sosial adanya Pasal

yang membolehkan istri menolak rujuk dalam KHI dengan menggunakan teori

gender. 21

Penelitian tesis yang berkaitan dengan rujuk walaupun sudah ada tetapi

pengkajian mendalam tentang bagaimana posisi perempuan bisa menjadi subjek

hukum belum terurai secaara sistematis, sejuah ini hanya mengkaji dari

kemaslahatan berdasarkan gender tanpa tahu bagaimana cara menemukan dan

mensejajarkan kedudukaan dalam hal rujuk. Karenanya penyusun mencoba

mengkaji diskursus rujuk ini. Semoga menjadikan rujuk sebagai obyek penelitian

mampu lebih komprehensif dalam mengkaji status istri dalam hukum keluarga

terutama rujuk.

Untuk memudahkan perbandingan dalam setiap karya berikut ini table dari

tesis yang sudah terbit dan perbandingannya dengan karya penyusun karya .

Tabel I: Ringkasan Telaah Pusataka

21 Arini Rufaida, “Hak Istri Menolak Rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (Studi

Analisis Sejarah Sosial Hukum Perkawinan Islam Indonesia)”, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga,

2013.

Page 34: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

14

No. Nama dan Judul

Rumusan masalah Pendekatan, Jenis penelitian

Hasil penelitian

1. Khairul Mufti Rambe: Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi Pemikiran Ashgar Ali Engineer

1. Bagaimana perkembangan yang ada dalam pemikiran Ashgar Ali Engineer tentang hak-hak perempuan Mengapa dalam pemikiran Ashgar Ali Engineer terdapat perkembangan sebagimana yang disebutkan di atas. Apa relevansi yang dihasilkan dari pemikiran Ashgar Ali Engineer terhadap paradigma keilmuan modern.

Sejarah Library research

kebenaran bagi Engineer adalah merupakan proses yang dinamis karena tolak ukurnya dalah masyarakat. Sehingga agar pola pemikiran dapat terus selaras dengan kebutuhan manusia harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-Quran meliputi keadilan, kebijakan, kasih sayang dan kearifan.

2. Riza Adib Faisa: lPemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan dalam Keluarga

2. Bagaimanakah pandangan hasan al-bana tentang hak-hak perempuan dalam keluarga

3. Bagaimankah kesejalanan pandangan hasan al-bana tersebut dengan kompilasi hukum Islam dan UU No.7 tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadapperempuan sebagai gambaran konteks kekinian masyarakat Indonesia?

Normatif-yuridis Library research

-Pendangan Hasan al-Bana tentang hak-hak perempuan dalam keluarga secara umum sama dengan ulama konservatif dengan bebrapa ide tambahan seperti perempuan bebas memilih pasangan hidup dan mendorong untuk pengembangan pendidikan dan karir. -Pandangan al-Bana sejalan dengan Kompilasi hukum Islam secara keseluruhan. Tetapi dengan UU No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan ada yang sejalan dan berseberangan. Seperti hak kepemimpinan dalam kleuarga, hak dalam masalah poligami

Page 35: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

15

dan hak dalam warisan. Muh.Nasirudin: Kedudukam

wanita dalam Islam (studi atas pemikiran Muhammad Syahru>r)

Bagaimanakah pemikiran

Muhammad Syahrur tentang

kedudukan wanita dalam Islam

dengan berbagai tema yang telah ia

tawarkan dan faktor yang

melatarbelakangi pemikiranya

Sejarah Library research

bahwa Syahrur memandang kedudukan

wanita melihat sosio-kultural dan sosio-

politik yang melingkupinya. Dengan

melalui kajian semantis atas teks dan

pengetahuan ilmu alam dipadu dengan

kebahasaan untuk mengurai 10 obyek

pembahasan meliputi, poligami, waris,

mahar, pakaian, hubungan antara laki-

laki dan perempuan dalam keluarga, hak

untuk bekerja, hak dalam bidang politik,

akad nikah,talak, dan hubungan antara

laki-laki dan perempuan. 3. Kuni Khairun Nisak: Posisi

Perempuan dalam Muhammadiyah (studi analisis Kritis terhadap himpunan putusan tarjih (HPT) tentang Perempuan.

-Bagaimanakah posisi perempuan dalam himpunan putusan tarjih (HPT) yang dibukukan dalam tiga buku yaitu, tuntunan mencapai istri Islam yang berarti (1939), adabul nar‟ah fi al-Islam. (1976), tuntunan menuju keluarga sakinah (1989) -Bagaimana latar belakang sosio-historis ketiga buku hasil keputusan majlis tarjih (HPT)

Historis sosiologis Librari research

-Buku pertama dan kedua memposisikan sama antara perempuan dan laki-laki. Buku ketiga memposisikan perempuan dalam ruang prifat. – -Pada buku pertama dan kedua adanya semangat kemerdekaan dan untukmendobrak tradisi yang . untuk buku ketiga bertepatan dengan kepemimpinan orba yang membatasi ruang gerak perempuan.

4. Atun Wardatun : Wanita Indonesia dalam Keluarga;Perspektif Feminis Muslim (telaah isu peran gender dalam UU NO.1/1974 tentang

1. Bagaimana konsep teologi gerakan feminis muslim bagi permasalahan gender

Bagiamana implikasi konsep teologis tersebut terhadap isu

Gender dan feminis Library research

-Konsep teologis feminis muslim kesetaraan sebagai konsep kodrat yang integratif dengan kehidupan manusia. -Pembakuan peran gender dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah

Page 36: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

16

perkawinan) pembagian peran berdasarkan gender dalam UU perkawinan No. 1/1974

tindakan diskriminatif terhadap wanita.

5. Fikria Najitama: Perempuan dalam Hukum Islam (Studi atas epistimologi pemikiran Amina Wadud)

1. Apa sumber pengetahuan yang mendasari wadud dalam

mengkontruksi pendapatnya mengenai perempuan dalam hukum

Islam 2. Bagaimanakah metode yang

digunakan wadud dalam mengkontruksi pendapatnya

3. Apa validitas kebenaran yang dijadikan pijakan oleh wadud.

folosafis Library research

-Sumber pengetahuan yang digunakna wadud adalah teks dan historisitas teks. -Metode yang digunakan yaitu hermeneutikayang kemudian dinamakan hermeneutika tawhid. -Validitas kebenaran yang dijadikan pijakan 1. Faktor penafsir dengan melihat sejauh mana penafsiran bersifat obyektif. 2. Validitas yang dipegang wadud lebih cenderung bersifat intersubjektif. Dengan mnafsisri secara utuh dan holistik.

6. Hibatun Wafiroh: Bahtsul Masa‟il NU tentang Perempuan studi terhadap hasil ijtihad Ulama NU (1926-1999)

1. Apa saja persoalan-persoalan perempuan yang dibahas dalamforum bahtsul masail NU

2. -Bagaimana metode pembahasan dan metode istimbat hukumnya

3. -Bagaimana hasil keputusan hukum tentang perempuan dalam bahtsul masail NU

Ushul fikih Library research

-Yang dibahas dalam bahtsumasail NU meliputi Masalah perempuan dalam ibadah, munakat, sosial. -Dengan mengajukan permasalahan kepada pengurus syuriah kemudian diseleksi berdasarkan skala perioritas. Metode istimbatnya mengambil dari kitab2, mengambil pendapat yang lebih maslahah, melkaukan ilhaq jama‟i dan istimbat secara kolektif. -Keputusan bahtsul masail tentang perempuan banyak dipengaruhi oleh isu-isu feminisme, kesetaraan dankeadilan gender serta perkembangan politik dan teknologi.

Page 37: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

17

7. Arini Rufaida: hakistri menolak rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (studi analisis sejarah sosial hukum perkawinan Islam Indonesia)

4. –bagimana konsep hak istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam

5. –faktor apa saja yang menyababkan lahirnya konsep hakistri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam

6. –bagimana implikasi hukum konsep hak istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam bagi masyarakat muslim modern di Indonesia serta bagaimanaupaya kelanjutan kompilasi hukum Islam menuju undang-undang.

7.

Sejarah sosial hukum perkawinan Islam

-Sebelum KHI, istri tidak punya hak menolak rujuk, dalam KHI Sesuai pasal 163-169. - faktor yang melatarbelakangi adanya rumusan fikih klasik tidak sesuai, dan keinginan kuat merealisasikan UU Perkawinan. -implikasinya kehidupanmemebutuhkan aturan yang praktis dan sistemis tanpa adanya perbedaan yang mencolok, dan upaya kelanjutan KHI ada 3 draf yaitu: 1) rancangan UU hukum terapan peradilan agama (2003), 2)rancangan UU hukum materiil peradilan agama bidang perkawinan (2010-2014), 3) CLD KHI.

8. Umi Salamah 9. –bagaimana konsep rujuk dalam pandangan imam mazhab dan KHI -bagaimana status istri dalam rujuk sebagai subjek hukum menurut pandangan ulama mazhab dan KHI -Bagiamna rujuk sebagai kontrol sosial

Normatif usul fikih dan sosiologi hukum

1 2 3

Page 38: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

18

E. Kerangka Teoritik

Syariat Islam dibangun untuk kepentingan manusia dan tujuan

kemanusiaan universal yang lain yaitu kemaslahatan, keadilan, kerahmatan, dan

kebijaksanaan.22 Prinsip ini harus jadi dasar subtansi seluruh persoalan hukum

termasuk hak-hak prempuan dalam hukum keluarga Islam.

Dalam penyusunan penelitian ini secara tuntut dibahas mengenai rujuk

dalam perspektif fikih dan hukum positif dengan melihat posisi perempuan dalam

hukum Islam dalam pandangan imam mazhab dan hukum Islam di Indonesia.

Kajian rujuk ini tidak bisa terpelas dari dimensi agama, hukum dan sosial.

Pertama dimensi agama kaitanya dengan rujuk di sini tatanan norma religio-legal

Islam untuk menata kehidupan manusia, baik individu maupun kolektif. Fikih,

Sebagaimana pendapat Syamsul Anwar:

“Norma yang merupakan ruang ekspresi pengalaman agama yang amat penting bagi umat Islam. Sebagian dari ketentuan doktrin fikih itu ada yang sangat individual sifatnya sehingga penerapanya sangat bergantung kepada individu bersangkutan, ada pula norma-norma yang menyangkut kehidupan kolektif dalam pengertian mengatur hubunagn sosial dalam masyarakat. Norma-norma sosial yag mengatur hubungan masyarakat ini ada yang penegakanya cukup diserahkan kepada masyarakat itu sendiri dan ada pula yang penegakanya harus diserahkan oleh suatu politik. Inilah yang disebut qanun, seperti undang-undang hukum keluarga di berbagai Negara muslim dan bidang-bidang lain yang diatur dalam hukum keluarga. 23

Terkait konsepsi bahwa rujuk sebagai bagian dari fikih, tata cara rujuk

diberi kebebasan dalam pelaksanaanya salama tidak menyalahi rukun dan syarat

22

Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam di Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia Muslim (Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA, 2009), hlm. 85.

23 Syamsul Anwar, “Metodologi Hukum Islam” Diktat Matakuliah Ushul Fikih Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. hlm.1.

Page 39: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

19

yang telah ditentukan serta sesuai dengan kondisi sosial dimana hukum akan

diundangkan.

Teori adaptabilitas hukum Islam24 meyakini bahwa hukum diciptakan oleh

Tuhan untuk kepentingan manusia bisa berdaptasi dengan perkembangan zaman.

Konsenkuensinya hukum Islam dapat dirubah demi mewujudkan kemaslahatan

manusia. Hukum Islam juga terikat dan dipahami menurut latar belakang sosio-

kultur yang mengelilingnya, sehingga peran akal dapat memahami perputaran

hukum. Dasar lahirnya teori adaptabilitas ini adalah mas{lah{ah. Prinsip mas{lah{ah

inilah yang akan membuat hukum Islam mampu merespon setiap perubahan

sosial.25 Untuk mencegah maslahah yang digunakan bersifat subjektif maka akan

discounter dengan mas{lahah Imam Gazzali yaitu dengan teori munasabah atau

teori konformitas.

Adanya tujuan hukum yang hendak dicapai tersebut menunjukan bahwa

aspek kemaslahatan manusia menjadi pertimbangan penting dalam mengkontruksi

sebuah hukum, 26 (taghayyir al-ahkam bitaghayyur al-azminah wal-amkinah wal-

ahwal wan-niyaat wal- ‘awaaid) perubahan hukum Islam dapat dilakukan dengan

adanya perubahan zaman, perubahan tempat, perubahan kondisi, perubahan niat

dan kultur atau adat.27 Karenanya digunakan rumusan prinsip al-muhafazah ala

24 Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia: Dari Nalar Partisipatoris Hingga

Emansipatoris (Yogyakarta: LKis, 2005), hlm 15. 25 Ibid.,hlm.187-188. 26

Akh.Minhaji, Strategies for Social Research: The Methodological Imagination in Islamic Studies (Yogyakarta: SUKA Press, 2009), hlm 75.

27 Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Abi Bakr (terkenal dengan panggilan Ibnu Qayyim Al-Juziyah). „Alaam al-Muwaqqi’iin ’an Rabbi al-‘Alamiin terj. Asep saifullah dan Kamluddin Sa‟douatul Haramian (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), III: 459.

Page 40: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

20

al-qadim as-salih wa al-akhdubi al-jadid al-aslah akan selalu menjadi panduan

dalam pembuatan KHI.28

Kasus-kasus baru yang hukumnya tidak ditetapkan dalam nas, maka ada

dua bentuk ijtihad yaitu ijtihad ibtida>’i dan intihad tarji>h{i. Ijtihad ibtidai dapat

dilakukan dengan dua bentuk penalaran, yaitu penalaran ta’lili dan penalaran

istislahi. Penalaran ta’lili dilakukan dengan melalui metode istimbat qiyas dan

istihsan. Sedangkan penalaran istisliahi dilakukan melalui metode istinbat

maslahah mursalah, sadd az-zariah dan fat az-zariah.

Konformitas (munasabah) secara harfiah berarti kesesuaian. Dalam

konteks ini kesesuaian antara hukum yang diterapkan dengan atribut yang menjadi

alasan mengapa hukum itu ditetapkan demikian. Kesesuain hukum dan illatnya ini

dinamakan atribut yang sesuai (munasib). Yang menjadi illat dibalik penetapan

suatu hukum syar‟i dilihat dari segi efektifitasnya dan dari segi tingkat

probabilitas yang dihasilkannya dibedakan menjadi tiga yaitu munasib efektif

(mu’assir), munasib selaras (mula’im) dan munasib ganjil (garib). Dengan ini

konsep rujuk yang ada pada KHI diuraiakan dengan teori konformitas untuk

menghindari subjektifitas pengambilan maslahah.

Selain itu untuk mengetahui hak perempuan dalam rujuk dilihat dengan

konsep subjek hukum dalam hukum Islam secara umum ditarik ke konsep rujuk

secara khusus. Setiap manusia adalah subjek hukum sejak dilahirkan sampai

meninggal dunia. Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak dan kewajiban.

Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki

28 Sahal Mahfudh, Pendahuluan Fikih Sosial: Upaya Pengembangan Mazhab Qauli dan

Manhaji, dalam Nuanasa Fikih Sosial (Yogyakarta: Lkis, 2012), hlm.xxxvii.

Page 41: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

21

hak-haknya, akan tetapi dalam hukum, tidak semua orang dapat diperbolehkan

bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu karena ada sangkut

pautnya dengan hak orang lain. Mereka digolongkan sebagai orang yang “tidak

cakap” atau “kurang cakap”.

Hukum positif mengenal istilah kecakapan melakukan perbuatan hukum.

Menurut MM Djojodigoeno, batas antara belum dewasa dan telah dewasa hanya

dapat dilihat dari kecakapan melakukan perbuatan hukum. Orang yang belum

cakap melakukan hukum adalah orang yang belum mampu memperhitungkan dan

memelihara kepentingannya sendiri. Orang yang cakap hukum berarti orang yang

mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri.29 Perbuatan

hukum itu sendiri berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja

untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum dibagi menjadi dua,

yakni perbuatan hukum sepihak dan perbuatan hukum dua pihak. Oleh karena itu,

kecakapan melakukan perbuatan hukum adalah kemampuan memperhitungkan

dan memelihara kepentingannya sendiri dalam melakukan segala perbuatan yang

dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban baik untuk

kepentingan sendiri maupun menyangkut kepentingan orang lain.30

Berbicara tentang subjek hukum dalam Hukum Islam, biasanya dikenal

dengan istilah al-mahkum ‘alaih. Al-mahkum ‘alaih berarti seorang mukallaf yang

perbuatannya berhubungan dengan Hukum Islam.31 Pembahasan subjek hukum

ini sangat penting, karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang

29

Ibid, hlm. 15. 30

Ibid, hlm. 15-16. 31

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh, (Mesir: Da’wah Islamiyah Syabab al-Azhar,

1968), alih bahasa oleh Masdar Helmy, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Gema Risalah Press, 1996),

hlm. 229.

Page 42: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

22

disebut sebagai al-mahkum ‘alaih. Jika syarat telah terpenuhi maka seorang

mukallaf dapat melakukan perbuatan hukum.

Kedua rujuk dalam dimensi hukum dan sosial. Adanya Hukum adalah

untuk memenuhi kebutuhan manusia yang secara naluriyah menginginkan hidup

dalam suasana yang tenang dan tertib. Oleh karena itu susanan hukum berupa

peraturan-peraturan dalam rangka mewujudkan ketertiban di masyarakat. Namun

sayangnya seringkali peraturan itu tidak dapat diwujudkan ketertiban yang

diinginkan oleh masyarakat, karena perkembangan masyarakat lebih cepat

daripada peraturan-peraturan tersebut. Akibatnya peraturan itu tidak dapat

menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul.32

Untuk mengetahui efektifitas dari peraturan-peraturan hukum tertentu

maka perlu dahulu diketahui tujuan utama dari peraturan-peraturan hukum

tersebut.33 Penggunaan paradigma rekayasa sosial menekankan pada efektifitas

hukum, 34 yang umumnya diabaikan pada studi hukum tradisional yang lebih

menekankan kepada stuktur dan konsistensi rasional dari sistem hukum.35 Hukum

sebagia rekayasa sosial tidak dapat dilepaskan dari anggapan serta faham bahwa

hukum itu merupakan sarana yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan yang

32 A.Qadri Azizy, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dalam Menggagas Ilmu Hukum

Progressif Indonesia, cet.ke-2 (Semarang:Pustaka pelajar, 2012), hlm.x 33 Soejono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet.ke-5 (Jakarta: Rajawali Press,

2011), hlm.190. 34 Efektifitas hukum yaitu membandingkan realitas dengan cita-cita hukum hlm. 28 ,

masalah efektifitas perundang-undangan mencakup faktor-faktor yang memepengaruji efektiftas, kondisi sosial yang mempengaruhi realisasi tujuan,faktor-faktor ynag mempengaruhi disfusi, faktor-faktor sosial yangmempengaruhipelembagaan. Hal tersebut yang mempengaruhi seberapajauhkah perundang-undangan mencapai tujuan. Soerjono Soekanto, dkk, Pendekatan Sosialogi Terhadap Hukum (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), hlm. 76-77

35 Satjipto Rahardjo dan Khudzaifah Dimyati, Sosiologi Hukum: Perkembangan,

Metode, dan Pilihan Masalah (Muhammadiyah University Press, 2002), hlm 83.

Page 43: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

23

jelas.36 Di sini terkadang terjadi pertentangan dengan nilai sebagai paradigma

hukum. Paradigma nilai ingin mengontrol hukum dari nilai yang dijunjungnya

sehingga kekuasaan tidak bebas mengatur seperti yang dikehendakinya.

Hukum dalam penciptannya dibuat untuk kemaslahatan manusia karena itu

hukum dapat berubah sesuai dengan zamannya37. Hukum bukan institusi yang

bersifat mutlak dan final, melainkan sebagai institusi moral, bernurani, dan

karena itu sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mengabdi kepada manusia.

Hukum adalah suatu institusi yang bertujuan untuk mengantarkan manusai

kepada kehidupan kemanusian yang adil beradap, sejahtera, serta membuat

manusia bahagia. Oleh karena itu, jika terjadi problematika hukum, maka

hukumlah yang harus ditinjau ulang dan diperbaiki, bukan manusianya yang

dipaksa-paksa untuk dimasukkan ke dalam skema hukum.38

Hukum Islam juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial. Perubahan

sosial yang terjadi di masyarakat secara langsuang atau tidak juga perpengaruh

pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam berbagai bidang, seperti

pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan lainnya yang selanjutkan akan

berdampak pada perubahan sistem hukum. Akan tetapi sebaliknya hukum dapat

pula merubah struktur dan lembaga-lembaga sosial. Kunci utama pembentukan

hukum yang mengarah pada perubahan sosial terletak pada implementasi hukum.

36

Sarjipto Raharjo dan Khudzaifah , Sosiologi Hukum... hlm. 84. 37

Zaunuddin Ali, Sosiologi Hukum ...hlm. 45 38

Siti Nurhayati, Tinjaun Maslahah Atas Legalitas Praktek Aborsi Bagi Korban Perkosaan (studi atas uu no. 36 tahun2009 tentang Kesehatan, 2012 hlm.14. baca Satjipto

Rahardjo, “Hukum Progresif: Hukum yeng Membebaskan “, dalam Jurnal Hukum Progresif, Vol.1, No. 1, April 2005. hlm. 3.

Page 44: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

24

Di sini perlu dibedakan antara perundang-undangan yang merombak masyarakat

dengan efektifitas yang diprogramkan. 39

Dari uraian di atas penyusun gunakan untuk membantu berjalannya

penelitian ini. Sehingga pada akhirnya dapat mengkorelasikan aspek hukum yang

terdapat dalam KHI dengan pandangan ulama fiqih, sehingga nampak jelas isi

antara keduanya. Setelah itu dilakukan analisis dengan melihat KHI sebagai

hukum Islam saat ini.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan sifat penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pustaka (library

research)40 dengan meneliti buku-buku atau kitab-kitab atau informasi tertulis

lainnya yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan ini. Penelitian ini

bersifat kualitatif41 dan bersifat deskriptif42analitik. Dalam penelitian ini lebih

menekankan terhadap bentuk uraian dan menjelaskan gambaran suatu keadaan

dengan cara memaparkan data. Selanjutnya penelitian ini berusaha

39 Soerjono Soekanto, dkk, Pendekatan Sosialogi terhadap Hukum (Jakarta: PT. Bina

Aksara, 1988), hlm 120. 40Field research adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan

mendalam terhadap suatu obyek dengan mempelajarinya secara kasus. 41

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilakan data diskriptif

kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Alasan

memilih metode ini karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh

makna. Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan penelitian

(Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2011), hlm. 22. 42

Penelitian hukum Islam pada dasarnya ada dua yaitu penelitian normatif dan

penelitian hukum Islam deskriptif. Fokusnya disini tidak mencari norma hukumnya tetapi

mendeskripsikan fenomena hukum denganmencari hubungan variabel-variabel hukum dan

variabel-variabelnon hukum. Samsul anwar pengembangan metode penelitian hukum Islam dalam

mazhab yogya menggagas paradigma ushul fikih kontemporer (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2001),

hlm.157. Deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menghubungkan

dengan variable lain hanya menggambarkan variable saja. Riduwan, Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 8.

Page 45: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

25

menganalisanya sehingga mendapatkan hasil yang komprehensif dan mendalam

untuk mengambil kesimpulan yang selaras dengan pokok masalah.

2. Pendekatan43

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan normatif dan sosiologi

hukum. Pendekatan normatif untuk mengkaji materi hukum normatif terkait

pandangan ulama klasik dengan menggunakan teori subjek hukum dalam usul

fikih dan (Law In Book) yaitu pasal-pasal rujuk dalam KHI dengan menggunakan

teori konformitas Imam Ghazali. Sementara itu pendekatan sosiologi hukum

untuk melihat efektifitas dari adanya peraturan KHI dengan menggunakan

teorinya Rescou Pound tentang hukum sebagai rekayasa sosial dan sebagai sosial

kontrol.

3. Sumber Data

Secara garis besar sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

digolongkan menjadi sumber data primer,44 sumber data sekunder45 dan data

tersier.46 Sumber data primer yang dipakai untuk bahan penelitian ini adalah hasil

Pendapat Ulama Klasik dalam kitab-kitabnya dan KHI. Selanjutnya menggunakan

sumber data sekundernya adalah beberapa karya yang berkaitan dengan hak-hak

43

Cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data yang dihasilkan dalam

penelitian. Akh.Minhaji, Strategies for Social Research: The Methodological Imagination in Islamic Studies (Yogyakarta: SUKA Press, 2009), hlm. 29.

44 Sumber data primer adalah data dapat diperoleh langsung dari lapangan. Data primer

merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).

Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi

terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan

untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. 45

Data sekunder adalah merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. 46

Sumber data tersier yaitu sumber yang bisa membantu data primer dan data sekunder.

Page 46: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

26

perempuan dalam hukum keluarga Islam seperti buku Hukum Perkawinan 1,

Fikih Perempuan Refleksi Atas wacana Agama dan Gender karya Husain

Muhammad, Ilmu Us~ul Al-Fiqh karya Abdul Wahab Khalaf, Dekostruksi Syari’ah

karya Abdullah Ahmad an- Na‟im, Jurnal, dan lainnya. Sedangkan untuk data

tersier penyusun menggunakan Kamus seperti kamus Munawir dan Ensiklopedi.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data penyusun tidak menggunakan teknik khusus

yaitu mengumpulkan data-data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini

baik primer maupun sekunder. Langkah awal dokumentasi47 yaitu mengkaji

berbagai literatur yang memiliki relevansi terhadap pokok bahasan untuk

dijadikan sumber dalam penelitian ini, yakni bahan pustaka yang berisi substansi

fikih dan KHI. Namun demikian, penelitian ini diarahkan kepada upaya

pembacaan kembali baik terhadap teks-teks, konsep dan pemahaman yang ada

dengan mengaitkan kepada realitas muslim dengan konteks yang berbeda. Dan

dilanjutkan dengan menganalisis bahan-bahna tersebut untuk mengetahui hasil

dari penelitian mengenai hak rujuk bagi istri dalam hukum perkawinan di

Indonesia.

5. Metode Analisis Data

47

Dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat

atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain

tentang subjek . Haris herdiansyah, Metode Penelitian Kualtatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial... hlm.

143.

Page 47: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

27

Tehnik analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan

penalaran deduktif-induktif. Penalaran deduktif48 untuk menjabarkan hal yang

bersifat normatif yang ada dalam sumber primer yang digunakan, yaitu konsep

rujuk yang ada dalam pandangan ulama mazhab dan KHI pasal 163-169.

Kemudian ditelusuri bagaimana posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam

keduanya dengan menggunakan pola berfikir induktif,49 serta menggunakan

analisis korelatif artinya dengan mengkorelasikan aspek hukum yang terdapat

dalam KHI dengan pandangan ulama fiqih, sehingga nampak jelas isi antara

keduanya. Setelah itu dilakukan pemeriksaan untuk memilih data mana yang

sesuai dengan masalah yang diteliti, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan data

dengan cara menyusun data yang diperoleh ke dalam permasalahan yang berbeda-

beda yang bertujuan untuk mempermudah pembahasan. Setelah data terkumpul

maka diadakan pengecekan data atau verifikasi data untuk menguji validitas data

yang diperoleh dan dilanjutkan dengan menganalisis data yang telah terkumpul.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan tesis ini dalam pembahasannya dibagi dalam lima

bab yang dibagi dan diuraikan dalam sub-sub bab pembahasan yang saling terkait

dalam satu jalinan logika pemikiran dengan perincian sebagai berikut: bab

pertama, merupakan pendahuluan yang memberikan petunjuk untuk memahami

48 de·duk·si /déduksi/ n 1 penarikan kesimpulan dr keadaan yg umum; penyimpulan dr yg

umum ke yg khusus; 2 Ek pengurangan setiap biaya dr pendapatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V1.1

49 in·duk·si n 1 metode pemikiran yg bertolak dr kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yg umum; penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus; 2 proses pembangkitan tenaga listrik (elektrik) di dl sirkulasi tertutup oleh arus (gerak) magnetik melalui gerak putar; meng·in·duk·si v melakukan induksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V1.1

Page 48: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

28

secara umum persoalan yang diangkat dalam penelitian penulis. Bab ini berisi

latar belakang masalah, pokok masalah yang merupakan inti dan berupa

pertanyaan yang dijawab, tujuan dan kegunaan penelitian untuk menunjukkan

mengapa penelitian ini layak untuk dilakukan.

Telaah pustaka sebagai tinjauan ulang atas karya-karya terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian ini agar tidak terjadi pengulangan penelitian yang

sejenis, sehingga didapati letak perbedaan penelitian penulis dengan penelitian

sebelumnya. Kerangka teoretik sebagai pisau analisis untuk melandasi pemecahan

masalah ketika menganalisis dalam penelitian ini. Metode penelitian merupakan

langkah-langkah yang digunakan untuk mempermudah jalannya penelitian, dan

diakhiri dengan sistematika pembahasan yang menginformasikan tentang tata

urutan dan frame of logical thinking dalam Tesis ini. Dengan demikian, pada

tulisan ini ditemukan arah yang jelas sehingga tidak terjadi penyimpangan dari

pokok permasalahan.

Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi tentang tinjauan umum

subjek hukum. Materi-materi tersebut disajikan dalam bentuk perbandingan antara

fikih dan hukum positif di Indonesia. Uraian perbandingan ini diperlukan untuk

mengetahui adanya perbandingan antara aturan yang ada dan nantinya untuk

mengetahui posisi perempuan dalam rujuk.

Bab tiga dijelaskaan materi yang merupakan subjek penelitian ini, yaitu

status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dengan membandingkan

anatra KHI dan pandangan ulama fikih . Pada tahapan berikutnya, materi-materi

pada bab kedua dan ketiga di atas dianalisis berdasarkan pendekatan sosiologi

Page 49: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

29

hukum dan pendekatan usul fikih, sehingga dapat menjelaskan permasalahan. Hal

ini dibahas dalam bab keempat. Hasil analisis tersebut akan diungkapkan kembali

secara ringkas dalam bab lima sekaligus memberikan semacam diskusi bagi

peneliti selanjutnya yaitu berupa saran.

Page 50: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

138

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep hak rujuk dalam fikih imam mazhab menekankan suamilah yang

berperan, status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak rujuk dalam

fikih imam mazhab tidak ada sama sekali semua ditentukan oleh suaminya baik

mentalak ataupun merujuk, istri hanya bisa menerima bahkan ketika ia dalam

keadaan sudah tidak suka sama sekali. Konsep rujuk dalam KHI, status

perempuan sebatas menerima atau menolak rujuk. Perempuan belum bisa

mengajukan rujuk, ini karena berpegang dalam kitab fikih karena hak rujuk ada

pada suami.

2. Legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih Imam Mazhab ini berdasarkan

al-Baqarah ayat 228, yang mengatakan suami lebih berhak merujuk istrinya.

Karena hak menikah, hak talak ada pada laki-laki/suami secara otomatis hak

rujuk juga milik suami. Sambungan munasibnya jika menggunakan teori Imam

al-Ghazali termasuk munasib selaras. Peraturan di Indonesia secara

legalitasnya yaitu perempuan diminta persetujuannya ini juga munasib selaras

dengan melihat pada hukum perkawinan pun harus ada persetujuan dan sesuatu

yang dipaksa tidaklah dianggap hukumnya.

3. Jika melihat Hak rujuk bagi Istri sebagai kontrol sosial dan rekayasa sosial

dalam masa imam mazhab agama sebagai control dan rekayasa sosial karena

melihat kondisi yang ada status perempuan belum sepenuhnya diakuai seperti

saat ini, maka hukumnya pun menyesuaiakan dengan kondisi saat itu.

Page 51: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

139

Dan di Indonesia hak rujuk yang tertuang dalam KHI merupakan bentuk

perhatian pemerintah terhadap perempuan. Sehingga dapat mengontrol

kesewenangan-wenangan suami dalam rumah tangga dengan cara merekayasa

pendangan masyarakat melalui pemahaman agama yang maslahah. Dengan

memberikan hak rujuk ini suami tidak akan sewenang-wenang dalam

menggantung status istrinya dalam ikatan yang tidak sakinah.

B. Saran

1. Karena Berbeda itu keniscayaaan sehingga hendaklah orang yang akan

menjalin hubungan suami istri setidaknya biarkalah 40 persen melebur dengan

pasangan dan 60 persen tetap pada dirinya sendiri sehingga tidak terlalu

bergantung sehingga dalam mejalin hubungan tidak mudah memutuskan untuk

bercerai hanya karena berbeda karena pada asalya juga sudah berbeda.

2. Hendaklah pemerintah dalam pembuat peraturan disesuaikan dengan

masyarakat yang ada dalam lingkupnya sehingga bisa diterima dan tidak hanya

sebagai menjadi target pembuatan hukum keluarga. Perlu diwacanakan lagi

proses pembuatan atau perevisian KHI karena apa yang ada saat ini walaupun

sudah mengakomodir kebutuhan tetapi ada beberapa pasal yang dianggap tidak

sesuai dengan perkembangan zaman. Wacana yang dilakukan secara terus-

menerus diharapkan akan menjadikan terealisasikanya KHI atau dengan CLD

KHI dengan merubah seperlunya.

3. Mengingat saat ini sudah menjadi biasa pembicaraan gender dan emansipasi

seperti yang terjadi padatanggal 15 Mei sebagai hari keluarga dunia, yang

tahun ini sudah mengambil tema tentang gender maka sudaha sepantasnya jika

Page 52: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

140

CLD KHI dicoba untuk dimunculkan kembali dan dikaji ulang untuk dijadikan

UU perkawinan orang muslim Indonesia.

4. Penelitian ini sangat penting untuk ditindaklanjuti bagi para akademisi,

peneliti, hakim agama, perancang undang-undang bahkan para pejabat hukum

di Indonesia. Akan lebih baik lagi jika dilakukan penelitian lapangan terkait

praktek nikah yang masih mendiskriminasikan masyarakat perempuan

Indonesia baik melalui wawancara atau observasi sehingga memperoleh hasil

yang maksiamal.

Page 53: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

141

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Islam di Indonesia, dalam

Abdurahman Wahid dkk, Hukum Islam di Indonesia, Rosda Karya: 1994.

Abdul Aziz Muhammad Azm, al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, Kairo: Dar al-Hadis,

2005.

Abdul Djalil Dkk, Fikih Rakyat Pertautan Fikih Dengan Kekuasaan,

Yogyakarta: LKIS, 2000.

Abdullah, Abdul Gani, Pengantar kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press,1994.

Abdurahman Wahid, Kosmopolitan Nilai-Nilai Indoesia Dan Transformasi Kebudayaan, Jakarta: The Wahid Istitute, 2007.

Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika

Pressindo,1992.

Abi> Bakar Al Masyhu>R Bisayyiri Al Bakri> Ibnu Al-Sayyid Muhammad Syt}a> Al-

Dimya>ti>, I’a>natu at-T{a>libi>n, Surabaya: Ima>ratullah,t.t.

Abu Hamid Hakim, Baya>n, Jakarta: Sa’diyah Putra,1976.

Abu Hanifah, Musnad al-Imam Abi Hanifah, t.kt.: Maktabah Rabi’ Halb, 1962.

Abu> ‘Adullah Muhammad ibn Idris al-Syafi’i, al-Umm.

al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita, terj. Samson Rohman cet. Ke-7

Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2010.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Indonesia , Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Al-Jauharah All-ni>rah , IV: Maktabah Syamilah.

Amin Abdullah dkk (ed.), Antologi Studi Islam Teori Dan Praktek, Yogyakarta:

Sunan Kalijaga Press, 2000.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Cet.ke-5, Jakarta: Kencana, 2011.

Anderson, J.N.D., Hukum Islam di Dunia Modern terj. Machnun Husein,

Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta atas kersama dengan Badan

penerbit IAIN Walisongo Press,1994.

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 54: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

142

Anwar, Samsul, Pengembangan Metode Penelitian Hukum Islam Dalam Mazhab Yogya Menggagas Paradigma Ushul Fikih Kontemporer, Yogyakarta: Ar-

Ruzz, 2001.

____________, Kontrak dalam hukum Islam, dalam Antologi Hukum Islam,

Yogyakarta: Program Studi Hukum Islam Pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga, 2010.

Arifin, Bustanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Atha Mudzhar, Gelombang Ijtihad Antara Tradisis Dan Liberal, Yogyakarta:

Titian ilahi press,1998.

Azizy, A.Qadri, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dalam Menggagas Ilmu Hukum Progressif Indonesia, cet.ke-2, Semarang:Pustaka pelajar, 2012.

Bugha, Mustafa al dan Mustafa> al-Khan >, al-Figh al-Manhaji ‘ala> Mazhab al-Ima>m al-Sya>fi’i> , Bairut: Da>r al-Qalam, 2000

______________, Fikih Manhaji , (terj) Misrah, Yogyakarta: Darul Uswah,

2012.

Al-Imam Abi> ‘Abdillah Muhammad bin Isma’i>l bin Ibra>hi>m bin Mug{i>rah al-

Bukhari al-Ja’fari, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Fikr, t.t.

Cik Hasan Basri (ed.) Hukum Islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia,

Jakarta: Logos,1998

Cik Hasan Basri (ed.), Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional.

Daly, Peunoh, Taklif dan Mukallaf, dalam Ismail Muhammad Syah,dkk, Filsafat Hukum Islam,cet. Ke-2, Jakarta:Bumi Aksara,1992.

Departemen Agama RI Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, Alasan Syar’i Tentang Penerapan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta:

Departemen Agama RI Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam, 1998

Dirdjosisworo,Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, cet.ke-13, Jakarta: Rajawali

Press, 2010.

Dodge, Christine Huda, Kebenaran Islam, terj. Ahmad Asnawi, Yogyakarta: PT

Aninda Mitra Internasional, 2006.

Fadl, Khaled M Abou el, Atas Nama Tuhan, terj. Cecep Lukman Yasin, Jakarta:

Serambi, 2004.

Page 55: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

143

Farran, Syaikh Ahmad bin Mustafa al-, Tafsir Imam Syafi;i, terj. Ali Sultan &

Fedrian Hasmand, Jakarta: Almahira, 2008

Fauzan, Saleh Al-, Fiqih Sehari-Hari, terj. Abdul Hayyieal-Kattani dkk, Jakarta:

Gema Insani press, 2005.

Fauzan, Shalihbin Fauzan al-, Ringkasan Fikih Lengkap, terj.Asmuni, Jakarta:

darul Falah, 2005

G{aza>li Al-, Abu Hamid > , Al-Mustasfa Fi Ilm Al-Usul, Madinah:tp.tt.

Hakim, Abd al-Hamid, al-Bayan, Jakarta:Sa’adiyah Putra, t.t.

Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh, cet.ke-2 (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997.

Hasyim, Syafiq, Menakar ‚Harga‛ Perempuan, Bandung: Mizan, 1999.

_____________ Bebas Dari Patriarkisme Islam, Depok: KataKita, 2010.

Hudari, Ahmad Al-, An-Nika>h al-Qa>da>ya> al-Muta’aliqah Bih, Al-Azhar:

Maktabah Kuliyah As-Syariah, 1967.

Husein, Muchnun, Pengantar Edisi Prtama Dari Penerjemah, dalam J.N.D.

Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern , Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Yogyakarta atas kersama dengan Badan penerbit IAIN Walisongo

Press,1994.

Ibn Qudamah al-Maqdisiy, Al-Mughni Wa Al-Syarh Al-Kabir, Beirut: Dar Al-

Fikr,tt

Ibnu Qadamah, Al-Mugni, Riyadh: Maktabah riyad al-hadisah, tt

Ibnu Qasim, fat’al-Qarib, terj. Imran Abu Amar, Kudus: Menara Kudus,tt.

Imam Muslim, Sahih Muslim, India: Adam Publishers & distributors, 1996.

Imam Nawawi, Hadis Arbain, hadis no.1

Juzair, ‘Abdurrahman, al-i>, Al-Fiqh ‘Ala Al-Maz{a>hibi Al-Arba’ah, Kairo:

Maktabah Al-Thaqafah al Diniyyah, 2005.

Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushulul Fiqh, Mesir: Da’wah Islamiyah Syabab al-

Azhar, 1968, alih bahasa oleh Masdar Helmy, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung:

Gema Risalah Press, 1996.

Mahfudh, Sahal, Pendahuluan Fikih Sosial: Upaya Pengembangan Mazhab Qauli

dan Manhaji, dalam Nuanasa Fikih Sosial , Yogyakarta: Lkis, 2012

Page 56: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

144

Mahsun, Hukum Islam Indonesia : Dari Nalar Partisipatoris Hingga Emansipatoris, Yogyakarta: LKis, 2005.

Manan, Abdul, Aspek-aspek Pengubah Hukum, Jakarta: Pranada Media, 2005.

Maraghi, Ahmad Mushthafa Al-, Tafsir Al-Magaghi, terj.Anshori Umar

Sitanggal dkk, Semarang: Toha Putra,1993.

Marzuki Wahid, Fiqh Indonesia, Bandung: Marja, 2014.

Minhaji, Akh., Strategies for Social Research: The Methodological Imagination

in Islamic Studies, Yogyakarta: SUKA Press, 2009.

Moh. Dahlan, Abdullah Ahmed An-Na’im Epistimologi Hukum Islam

Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.

Mubarok,,Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Alu Mukhtashar Nailul Authar, Terj.

Amir Hamzah facruddin dan Asep Syaefullah, Jakarta: Pustaka Azzam,

2006.

Mudhor, M. Atho, Membaca Gelombang –Gelombang Ijtihad: Anatar Tradisi dan Liberasi, Mathorial Wustho (ed.), Yogyakarta: Titian Ilahi Press,

1998.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab, (terj.) Masykur ddk,

Jakarta: Lentera, 1999.

Muhammad, Husain, Agama Menolak Kekerasan dalam Inayah Rohmaniyah, Konstruksi Patriarki Dalam Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang,

Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin & Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Dan Diandra Pustaka Indonesia, 2014.

Muhmudi, Zaenal Sosiologi Fikih Perempuan, Malang: UIN Malang Press, 2009.

Mundziri, Hafidz Al-, Sunan Abi Daud, terj. Bey Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin Semarang: CV Asy-Syifa’,1992.

Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Muttaqien, Dadan, Cakap Hukum Bidang Perkawinan Dan Perjanjian

(Yogyakarta: Insania Cita press, 2006.

Nasution, Khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam di Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia Muslim, Yogyakarta:

ACAdeMIA & TAZZAFA, 2009.

____________, Hukum Perkawinan 1, Yogyakarta: Tazzafa+ACAeMIA, 2005.

Page 57: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

145

____________, Usul Fikih: Sebuah Kajian Fikih Perempuan, dalam Mazhab Jogja Menggas Paradigm Ushul Fikih Kontemporer, Yogyakarta: Ar-Ruzz

Press.

Nu’man, Abu Hanifah, Sharh Musnad al-Imam Abi hanifah, Beirut: Dar Al-

Kutub Al-‘ilmiyah, tt.

____________, al- Ah{ka>m Al-Syar’iyah Fi Al-Ahwa>l Al-Syahsiyah’Ala Mazhab al-Imam Al-a’z{am Abi Hanifah al-Nu’ma>n, t.k: Maktabah Muhammad Ali

S}abi>h, 1960.

Quthb, Sayyid, Fi Z{ilali al-Qur’an terj. As’ad Yasin Abdul Aziz Salim

dkk,cet.ke 8, Jakarta: Gema Insani Press, 2013.

Rachmat Djatnika, Filsafat Hukum Islam dalam Berbagai Bidang, dalam Zaini

Dahlan DKK, Filsafat Hukum Islam, cet. Ke-2, Jakarta: Bumi Aksara,

1992.

Rahardjo, Satjipto, dan Khudzaifah Dimyati, Sosiologi Hukum: Perkembangan,

Metode, dan Pilihan Masalah, Muhammadiyah University Press, 2002.

Riduwan, Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta,

2013.

Rifai, Muhammad nasib al-, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir terj. Budi Permadi,

Jakarta: Gema Insani, 2011.

Rohmaniyah, Inayah, Konstruksi Patriarki Dalam Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin & Pemikiran Islam UIN Sunan

Kalijaga Dan Diandra Pustaka Indonesia, 2014..

Shiddiqy, M. Hasbi Ash-, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: NV Bulan Bintang,

1975.

Shihab, M. Quraish, Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Wawasan Agama, Bandung:Mizan,1999.

________________, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahaui, cet.ke-9, Tangerang: Lentera Hati, 2010.

Shodiqin, Ali, Fiqh Ushul Fiqh, Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012.

Siti Nurhayati, Tinjaun Maslahah Atas Legalitas Praktek Aborsi Bagi Korban

Perkosaan, studi atas uu no. 36 tahun2009 tentang Kesehatan, 2012 .

Page 58: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

146

Soekanto, Soerjono, dkk, Pendekatan Sosialogi Terhadap Hukum, Jakarta: PT.

Bina Aksara, 1988.

_________, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali,1997.

___________, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet.ke-5 (Jakarta: Rajawali Press,

2011.

Supriatna dkk, Fikih Munakahat dilengkapi dengan UU No.1 tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SUKA,

2008.

Sutanto,dkk, Pengantar Ilmu Hukum/PTHI, cet.ke-5, Tangerang: Penerbit

Universitas Terbuka , 2012.

Thontowi, Jawahir, ‚Modul Sosiologi Hukum Dan Aplikasinya Dalam

Masyarakat Muslim Indonesia‛ Bahan kuliah Mahasiswa Pascasarjana

Fakutas Hukum UII dan Jurusan Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2007.

Tihami M.A., dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, cet. ke-3, Jakarta: Rajawali

Press, 2013.

Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Pembaharuan Hukum Islam Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Tim

Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, 2004).

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakaerta: Djambatan,1992

Tirmidzi, Abu Isa bin Surah at-, Sunan At-Tirmidzi, Semarang: CV. As-syifa, 1992.

Umar bin Muhammad Barka>t, al-Faid{ Al-ilah al-Ma>lik, ( Bairut: Da>r al-kotob al-

ilmiyah, 1971.

Utsamin,Syaikh Muhammad, Fikih Wanita menurut al-Qur’an dan Sunnah, terj.

Faisal Saleh & Yusuf Hamdani, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009.

Yanggo, Chuzaimah T. dan Hafiz Anshary AZ ed., Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996..

Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum , cet.ke-6, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Zuhaili, Wahbah az- Fiqih Islam Wa Adilatuhu, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,

dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 59: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

147

__________ Fikih Imam Syafi’i, Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, Jakarta:

Almahira, 2010.

KAMUS

Munawir, Warson, Kamus Munawir, Surabaya: Pustaka Pregresif, 1997.

Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) VI.I http://ebsoft.web.id

Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, t.k: Amzah, 2005.

ENSIKLOPEDIA

JURNAL

Agus Moh. Najib, ‚Kontraversi Perempuan Sebagai Wali‛ dalam Jurnal Musawa,

Vol. 5, No, April 2007.

Satjipto rahardjo, ‚hukum progresif: hukum yeng membebaskan ‚, dalam Jurnal

Hukum Progresif, Vol.1, No. 1, April 2005.

PERUNDANG-UNDANGAN

UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Convention On The Rights Of The Child

RUJUKAN TESIS/DISERTASI

Arini Rufaida: hakistri menolak rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (studi analisis sejarah sosial hukum perkawinan Islam Indonesia), ‚Tesis‛ PPS

UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Page 60: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

148

Atun Wardatun , Wanita Indonesia dalam Keluarga;Perspektif Feminis Muslim

(telaah isu peran gender dalam UU NO.1/1974 tentang perkawinan) ‚Tesis‛

PPS UIN Sunan Kalijaga, 2000.

Fikria Najitama, Perempuan dalam hukum Islam (Studi atas epistimologi

pemikiran Amina Wadud) ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga.

Hibatun Wafiroh , Bahtsul Masa’il NU tentang Perempuan Studi Terhadap Hasil

Ijtihad Ulama NU (1926-1999), ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Khaidarullah, Modernitas Hukum Keluarga Islam: Studi Terhadap Perkembangan

Diskursus Dan Legalitas Usia Perkawinan Di Indonesia, Tesis, PPS UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014.

Khairul Mufti Rambe, Hak-hak perempuan dalam hukum keluarga islam: studi

pemikiran Ashgar Ali Engineer ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Kuni Khairun Nisak, Posisi Perempuan dalam Muhammadiyah (studi analisis

Kritis terhadap himpunan putusan tarjih (HPT) tentang Perempuan ‛Tesis‛

PPS UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Muh.Nasirudin, ‚Kedudukam wanita dalam Islam (Studi atas Pemikiran

Muhammad Syahru>r)‛Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Nuzulur Rohmah, ‚kewenangan istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum

Islam‛, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Klaijaga

Yogyakarta, 2006.

Nuzulur Rohmah, ‚Kewenangan Istri Menolak Rujuk Dalam Kompilasi Hokum

Islam‛, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2006.

Rial Fu’adi, Maslahat dan Aplikasinya dalamUndang-Undang Perkawinan (studi

terhadap Undang-Undang Mesir. Maroko,dan Indonesia), Tesis, tidak

diterbitkan PPS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000.

Riza Adib Faisal ‚Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan

dalam Keluarga ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan.

WEB

Kedaulatan Rakyat, Minggu 8 Maret 2015, hlm.8

Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik, JAKARTA, bkkbn

online http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967 akses

tanggal 11 Mei 2015

Page 61: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

149

Ravik Karsidi , Pola Hubungan Dalam Keluarga: suatu kajian menegemen

keluarga., Essay, pdf. http://si.uns.ac.id/ akses 21 Mei 2015. Dan T.O.

Ihromi (ed.), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Buku Obor,

1999), hlm. 99-102.

Martin Sihombing, ‚Data Perceraian Di Indonsia Sudah Melewati 10 Persen‛

Kamis, 14/08/2014, kabar 24.com akses pada 11 Mei 2015.

http://www.pesona.co.id/relasi/keluarga/pertimbangan.sebelum.rujuk/003/001/60

akses 19 mei 2015

Page 62: STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Umi Salamah, S.H.I

Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 8 Agustus 1990

Alamat Asal : Dsn. Ujan Mas, Ds. Uman Agung Mataram Rt/Rw 04/1 Kec. Bandar Mataram Kab. Lampung Tengah

Nama Ayah : H. M. Shodiq

Nama Ibu : Siti Mubarokah (Almh)

Email : mbakumiku@g mail.com

No. HP : +6285701004697

B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal

a. MI Al-Mubarok : 2002 b. MTs Al-Mubarok : 2005 c. MA Al-Mubarok : 2008 d. SI UIN SUNAN KALIJAGA : 2013 e. S2 UIN SUNAN KALIJAGA : sekarang

2. Pendidikan agama a. TPA Al-Mubarok (1999-2000) b. Madrasah Diniyah PP. Hidayah Al-Mubarok Lampung Tengah

(2007) c. Madrasah Diniyah PP. Nurul Ummah Putri Kotagede-Yogyakarta

(2008-sekarang)

C. Riwayat Organisasi 1. TU Mts Al-Mubarok 2007 2. Sie Konsultan Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) 2010 3. Ketua Ramadhan fil Ma’had 2012 4. Sie.Pendidikan Komplek Hafsoh PPNU-pi 2011 5. Pengurus Perpustakaan An-Nabil PPNU-pi 2010 6. Sie. Ubudiyah Takmar Masjid Al-Faruq PPNU-Pi 7. Sie. Sumber Daya Manusia (SDM) Tim Bina Desa 2011 8. Sekertaris PPNU-pi 2012 9. Sie Keamanan PPNU-pi 2013-2015

Yogyakarta, 25 Mei 2015

Umi Salamah NIS. 08.1155