status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak
TRANSCRIPT
STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM HAK RUJUK
(Studi terhadap Pendapat Ulama Mazhab dan Kompilasi Hukum Islam)
Oleh: Umi Salamah
NIM: 1320311060
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Studi Islam Program Studi Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga
YOGYAKARTA
2015
vii
“MOTTO”
هلل صهى هللا عهي ٴسهى بي ر ايسسب يب نى يك اثب ايسي قطاال اخيب خيس زس
1 الظالم تلعن ان من لك خير صهيرة شمعة تضيء الن
2
1 KAU MEYALAKAN SEBUAH LILIN KECIL ADALAH LEBIH BAIK DARIPADA
KAU MENGUMPAT KEGELAPA (KONG FU SE). dalam Agus Maftuh Abegebriel, Mazhab Islam Cosmopolitan Gusdur. Islam Cosmopolitan, Jakarta: The Wahid Institute, 2007.
2 “QS. At-Tala>q (65):1-2”
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
ix
ABSTRAK
Berangkat dari Perkawinan adalah Sebuah ikatan yang kokoh (Mitsa>qa>n
ghaliz}an). Akan tetapi ketika ikatan yang kokoh ini terkena badai rumah tangga dan sudah tidak ada harapan untuk bersatu maka talak adalah jalan keluar yang dipilih. Islam pada dasarnya menyadari bahwa menjalani hidup bersama dua manusia (suami-istri) memang sulit. Terbukti dengan adanya serangkaian peraturan yang rigid mengenai aturan pernikahan yang erat kaitannya dengan eksistensi pernikahan itu sendiri. Salah satu upaya mengembalikan keutuhan rumah tangga dengan cara rujuk. Ada dua pandangan tentang rujuk yaitu rujuk adalah hak suami tanpa persetujuan istri (menurut ulama mazhab), dan rujuk harus dengan persetujuan istri (KHI). Dari sini Penyusun ingin mencoba menganalisis stutus perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dengan melihat hak-hak perempuan dan posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam rumusan ulama Mazhab dan KHI.
Penelitan ini membahas tiga Rumusan masalah yaitu Bagaimana rumusan konsep rujuk dalam pandangan empat ulama imam mazhab dan perkembangan rumusan rujuk dalam KHI, Bagaimanakah status bagi istri dalam rujuk sebagai subjek hukum menurut Pandangan Ulama Mazhab dan KHI dan Bagaimana implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial dan sebagai rekayasa sosial saat ini. Berpijak dari tiga rumusan masalah tersebut, jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), bersifat deskriptif—analitik. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan normatif dan sosiologi hukum. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi.
Tiga hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, Status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dalam Fikih Imam Mazhab tidak ada sama sekali. KHI menyatakan dalam Pasal 164 perempuan sebatas sebagai hukum pasif yaitu dapat menerima danmenolak rujuk. Kedua, Legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih imam mazhab ini mengambil dari al-Baqarah ayat 228 yang mengatakan suami lebih berhak merujuk istrinya dan karena hak talak ada pada suami secara otomatis hak rujuk juga milik suami. dan Peraturan di Indonesia secara legalitasnya yaitu perempuan diminta persetujuannya atau menolak rujuknya, ini selaras dengan melihat pada hukum perkawinan pun harus ada persetujuan dan sesuatu yang dipaksa tidaklah dianggap hukumnya. Ketiga, Implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial dan rekayasa sosial saat ini bentuk perhatian pemerintah terhadap perempuan dengan memberikan hak rujuk ini, suami tidak akan sewenang-wennag dalam menelantarkan istrinya dengan ikatan yang tidak jelas. Pemerintah juga seharusnya mempertimbangkan mengubah peraturan dengan melihat bahwa perempuan sebagai subyek hukum sempurna/ahliyah al-kamilah, sudah seharusnya boleh mengajukan rujuk dengan suaminya.
Kata kunci:, Rujuk, Subjek Hukum, Ulama Imam Mazhab, dan KHI
(Kompilasi Hukum Islam).
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini berpedoman pada
Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alîf tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
Bâ’ B be ب
Tâ’ T te ت
Sâ’ ṡ ثes (dengan titik di
atas)
Jîm J je ج
Hâ’ ḥ حha (dengan titik di
bawah)
Khâ’ Kh ka dan ha خ
Dâl D de د
Zâl Ż ذzet (dengan titik di
atas)
Râ’ R er ر
zai Z zet ز
sin S es س
syin Sy es dan ye ش
sâd ṣ صes (dengan titik di
bawah)
dâd ḍ ضde (dengan titik di
bawah)
tâ’ ṭ طte (dengan titik di
bawah)
zâ’ ẓ ظzet (dengan titik di
bawah)
‘ ain‘ عkoma terbalik di
atas
xi
gain G ge غ
fâ’ F ef ف
qâf Q qi ق
kâf K ka ك
lâm L `el ل
mîm M `em م
nûn N `en ن
wâwû W w و
hâ’ H ha هـ
hamzah ’ apostrof ء
yâ’ Y ye ي
B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
دة متعد عدة
Ditulis
Ditulis
Muta‘addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h
ة حكم علة
Ditulis
Ditulis
H}ikmah
‘illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah
terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya,
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
ة األولياء كرام Ditulis Karāmah al-auliyā’
xii
3. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h.
الفطر زكاة Ditulis Zakāh al-fiṭri
D. Vokal pendek
__ _
فعل__ _
ذكر__ _
ذهب ي
Fathah
kasrah
dammah
Ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
fa’ala
i
żukira
u
yażhabu
E. Vokal panjang
1 2 3 4
Fathah + alif
جاهليةfathah + ya’ mati
تنسىkasrah + ya’ mati
كـريمdammah + wawu mati
فروض
Ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ā
jāhiliyyah
ā
tansā
ī karīm
ū
furūd}
F. Vokal rangkap
1
2
Fathah + ya’ mati
بينكم
fathah + wawu mati
قول
Ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
xiii
أأنتم
أعدتشكرتم لئن
Ditulis
ditulis
ditulis
A’antum
U‘iddat
La’in syakartum
H. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
القرآن
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qur’ān
Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
السمآء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samā’
Asy-Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya.
الفروض ذوي
السنة أهل
Ditulis
Ditulis
Żawī al-furūd}
Ahl as-Sunnah
xiv
KATA PENGANTAR
انسحيــى بــسى هللا انسح
ذ بـــبهلل ي ع ٴ , ٴستغفس ٴستعي د , ح ة انعبني د هلل ز سيـئآت أعبنب شانحـ ٴي ٴز أفسب ز
م ي يد , ٴأشــد هللا فال يضـ ال بدي ن ي يضهم ٴ إال ن هللا أ الإن د أ ٴأش ه ن الشسي ٴحد
د ٴز ــدا عب يح ٴا سن ٴ سهى انى كبفة انثقهي بشييسا ٴريسا صهى هللا عهي ام بيت ٴ ٴصحب ن
ب كثيسا ., أيببعدتسهي
Alhamdulillah segala puji bagi pencipta alam semesta raya Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta berjuta nikmatNya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir penulisan Tesis yang berjudul Status Perempuan
Sebagai Subjek Hukum Dalam Hak Rujuk (Studi Terhadap Pendapat Ulama
Mazhab Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) guna memperoleh gelar Magister
Studi Islam pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Shalawat dan segenap salam rindu teruntuk baginda Muhammad al-
Must}afa>, yang telah menyampaikan risalah pada umatnya dan berjuang demi
tegaknya agama Allah sehingga mampu mengajak umat manusia beranjak dari
kejahiliyahan menuju umat yang berpendidikan dan berakhlak. Salam dari
umatmu sepanjang masa dan aku rindu untuk bertatap muka denganmu. Anta al-
murtaja> yaum az-zih}a>m!!!
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa terselesainya tesis ini tidak
lepas dari asuhan rasa berbagai pihak, untuk itu kami haturkan ucapan terimakasih
setulusnya kepada:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak Prof. Drs. H. Akh. Minhaji,
M.A., Ph.D., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
xv
Yogyakarta Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D., serta Ketua Prodi
Hukum Islam dan Sekertaris Prodi Hukum Islam Dr.H.Syafiq Mahmadah
Hanafi dan Drs. Kholid Zulfa, M.Si , yang telah memberikan kesempatan
kepada penyusun untuk belajar pada Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga.
2. Dr. H. Agus Moh. Najib, M.Ag. selaku pembimbing yang ditengah-tengah
kesibukannya telah mencurahkan waktu, tenaga, fikiran dan perhatiannya
dalam mengarahkan penulis sehingga penulisan ini dapat selesai. Semoga
Allah SWT., membalas kebaikannya dengan berlipat ganda kebaikan pula.
3. Segenap Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga khususnya Prodi Hukum
Islam, yang telah ikhlas mentransfer berbagai mutiara ilmu, khususnya
dalam bidang ilmu hukum yang tak ternilai harganya. Kerelaan kalian
semua adalah kunci keberkahan ilmu yang kami peroleh.
4. Ayahku Muhammad Shodiq yang selalu memcurahkan kasih sayangnya
sepanjang masa dan selalu mendukungku dalam mengerjakan kebaikan.
Kepada ibunda Siti Mubarokah (Almh) ٴاعف عب ٴأكسو ٴعبفب ب ٴازح ى اغفس نب انه
ٴسع يدخهب ٴ Amiin.. Dan Ibu Sri Ningsih semoga ada kesempatan untuk .زنب
bertemu denganmu.
5. Teruntuk Simbahku H. M. Fadil dan Hj. Sumartin yang luar biasa semangat
mengajarkan agama, dari penulis belum mengenal huruf hijaiyah sampai
saat ini, kata-kata mutiara yag penuh hikmah selalu megalir dalam setiap
kedekatan. terima kasih atas kepercayaan jenengan sehingga bisa sampai
tingkat ini.
xvi
6. Seluruh Murabbiku di manapun berada, karena kalian aku bisa mengeja
huruf demi huruf dalam kala>mullah, segenap pengasuh serta dewan asati>z||.
Jazakumullah ahsana al-jaza’.
7. Untuk Mbak Aini Nur Ma‟rifah, Kang Ahmed dan Adekku Muhammad
Asrori, serta Nanda dan Elsa kalian harus selalu positif thinking Dari
kalianlah aku belajar berkehidupan tentang sabar, kerja keras, dan suatu
keyakinan penuh bahwa tidak ada yang tak mungkin jika Tuhan
berkehendak dan manusia mau berusaha. Semoga kita selalu bisa bersama-
sama dalam mengukir mimpi-mimpi.
8. Sahabat-sahabat HK Reguler angkatan ‟13 PPs UIN Sunan Kalijaga. Lisa,
Khoir, Chaula, Kuna, Indra, Sainul, Aris, Murdan, Erik, Ahsin, Amin,
Harto, Aswab dan Muchammad calon pemimpin bangsa yang luar biasa.
Semoga silaturahmi ini senantiasa abadi dan lanjutkan dapat berjumpa
dalam kesempatan yang penuh kejutan indah.
9. Adek-adekku di kamar H3 yag penuh kecerian, selalu ada hal unik jika
kumpul ama kalian dalam sela kegiatan. Semangat untuk menuntut ilmu.
Dan temen-teman Nurma semuanya terima kasih sudah menjadi saudaraku
di Yogya terutama Binti Mutmainah, Mika, Pipit dan Esa.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang berperan
dan ringan tangan membantu menjelmakan tesis ini.
Hanya kepada Allah penulis bersimpuh dan berdoa semoga kehendakNya
senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki. Amin. Akhirnya,
penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan,
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. iii
PENGESAHAN DIREKTUR .......................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI .................................................................... v
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................... x
KATA PENGANTAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ................................................................................................. xviii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL .................................................................... xx
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pokok Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8
D.Telaah Pustaka ................................................................................. 9
E. Kerangka Teoretik ........................................................................... 18
F. Metode Penelitian ............................................................................ 24
G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 27
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG RUJUK DAN SUBJEK HUKUM
A. Rujuk ............................................................................................ 30
1. Nash tentang Rujuk dalam Perkawinan .................................... 30
2. Pandangan Fuqaha .................................................................... 33
3. Ketentuan Rujuk dalam Peraturan di Indonesia ....................... 40
B. Subjek Hukum ............................................................................... 45
1. Subjek Hukum Menurut Hukum Islam ..................................... 45
2. Subjek Hukum dalam Perundangan di Indonesia .....................53
xix
3. Posisi Perempuan dalam Rumah Tangga ..................................56
BAB III : STATUS PEREMPUAN SEBAGAI SUBJEK HUKUM
DALAM RUJUK ANTARA PANDANGAN ULAMA MAZHAB
DAN KHI
A. Pandangan Ulama Mazhab tentang Status Perempuan
sebagai Subjek Hukum dalam Rujuk ...........................................61
1. Imam Abu Hanifah ........................................................................62
2. Imam Malik ...................................................................................63
3. Pandangan Imam Asy-Syafi‟i .......................................................66
4. Imam Ahmad ibn Hanbal ...............................................................69
B. Kedudukan Perempuan Sebagai Subjek Hukum dalam Hak
Rujuk bagi Istri di Indonesia .........................................................71
C. Alasan Syar‟i tentang Penerapan Konsep Rujuk dalam KHI .......78
BAB IV: ANALISIS TERHADAP HAK RUJUK BAGI ISTRI DALAM PANDANGAN IMAM MAZHAB DAN KHI
A. Legalitas dan Urgensi Hak Rujuk Bagi Istri dalam Tinjaun Maslahah
1. Legalitas Hukum Hak Rujuk bagi Istri dalam Pandangan Ulama
Mazhab ..................................................................................... 84
2. Legalitas Hak Rujuk bagi Istri dalam KHI ............................... 87
3. Hak Rujuk Bagi Istri: sebagai Subjek Hukum ..........................106
B. Peraturan Hak Rujuk bagi Istri sebagai Kontrol Sosial dan
Rekayasa Sosial ...................................................................................... 112
1. Keberadaan Aturan Rujuk Pada Masa Imam Mazhab .............. 113
2. Knowledge tentang Hukum Rujuk ...........................................115
3. Opinion Of Law ........................................................................116
4. Analisis Hukum Keluarga sebagai Social Engineering ................ 130
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 138
B. Saran-Saran ......................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 141
xx
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Tabel Telaah Pustaka .......................................................................................... 14
Tabel konsep rujuk dalam pandangan Imam Mazhab ........................................ 71
Tabel:Perbandingan Persentase Perkawinan Dan Perceraian .......................... 134
Bagan hak rujuk bagi istri ................................................................................... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah sebuah ikatan yang kokoh (mitsa>qa>n ghaliz}an), akan
tetapi ketika ikatan yang kokoh ini terkena badai rumah tangga dan sudah tidak
ada harapan untuk bersatu maka talak adalah jalan keluar yang dipilih. Islam pada
dasarnya menyadari bahwa menjalani hidup bersama dua manusia (suami-istri)
memang sulit. Terbukti dengan adanya serangkaian peraturan yang rigid
mengenai aturan pernikahan yang erat kaitannya dengan eksistensi pernikahan
itu sendiri. Salah satu upaya mengembalikan keutuhan rumah tangga ketika kata
“talak”1 sudah diputuskan oleh suami di pengadilan yaitu dengan cara rujuk.
Rujuk berarti meneruskan atau mengekalkan kembali hubungan perkawinan
antara pasangan suami istri yang sebelumnya dikhawatirkan dapat terputus
karena jatuhnya talak raj’i oleh suami.
Syariat tentang ruju' ini merupakan indikasi bahwa Islam menghendaki
bahwa suatu perkawinan berlangsung selamanya. Oleh karena itu, kendati telah
terjadi pemutusan hubugan perkawinan, Allah masih memberi prioritas utama
kepada suaminya untuk menyambung kembali tali perkawinan yang nyaris
1 Ta·lak n Isl perceraian antara suami dan istri; lepasnya ikatan perkawinan;bercerai sudah,
-- tidak, pb sudah berpisah, tetapi belum sah diceraikan; bain talak tiga; dua pernyataan talak yg
dijatuhkan sebanyak dua kali dan memungkinkan atas suami rujuk kpd istri sebelum selesai idah;
satu pernyataan talak yg dijatuhkan sebanyak satu kali dan memungkinkan suami rujuk kpd istri
sebelum selesai idah; tiga perceraian yg tidak boleh rujuk lagi kecuali jika bekas istri pernah
nikah dng orang lain dan kemudian diceraikan (tidak dapat dijatuhkan tiga kali berturut-turut
atau dijatuhkan sekaligus); Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) VI.I http://ebsoft.web.id
2
terputus, dan sebelum kesempatan itu diberikan kepada orang lain setelah
berakhirnya masa iddah.
Dasar hukum rujuk dapat ditemukan di dalam al-Qur’an surah al-Baqarah
(2): 228, 229, 231, at-Talaq (65):2. Rujuk dalam istilah ulama mazhab adalah
menarik kembali wanita yang ditalak dan mempertahankan (ikatan)
perkawinannya.2 Rujuk pada masa Nabi SAW dan Ulama klasik cukup dengan
suami bernait kembali kepada istri tanpa persetujuan istri. Istri harus menerima
kemauan suami, hal ini karena rujuk yang dengan persetujuan istri dianggap
rujuk yang digantungkan.
Para Fukaha memiliki pendapat yang seragam mengenai hak rujuk yang
dimiliki oleh suami. Hak rujuk suami bersifat mutlak tanpa memandang hak
seorang istri apakah ia bersedia untuk rujuk kembali dengan suaminya ataupun
tidak. Walaupun Islam telah membatasi bahwa rujuk hanya sampai dua kali dan
disyaratkan dengan adanya islah antar keduanya, serta tidak berniat menyakiti
sang istri, namun tetap saja istri tidak berhak menolak ketika suami menginginkan
rujuk.3
Harus dipertimbangkan bahwa perkembangan hukum itu sangat tergantung
pada perkembangan masyarakat, bahwa hukum akan selalu berubah sesuai dengan
faktor-faktor yang mengubahnya. Menurut Abdul Manan ada beberapa faktor
yang menjadi alat atau faktor pengubah hukum yaitu faktor arus globalisasi,
2 Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, terj.Masykur dkk, (Jakarta:
Lentera, 1999), hlm. 481. 3 Seperti dalam Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, hlm.481. dan
Mustofa Dib al-Bugha, dkk, Fikih Manhaji , terj. Misrah (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012),
1:731. Dalam dua kitab ini walaupun berbeda zaman memaknai rujuk tetap sebagai hak suami
tanpa perlu persetujuan istri.
3
faktor sosial budaya, faktor politik, faktor ekonomi, faktor ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan hukum dan supremasi hukum.4
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Khoiruddin Nasution pembahasan
kitab fikih munakahat masih terkesan terpisah-pisah dan berdiri sendiri antara satu
pembahasan dengan pembahasan lainnya. Seperti perkara rujuk yang diterangkan
dalam bebarapa tafsir dan pandangan ulama mazhab tidak dikaitkan dengan
syarat dan rukun nikah, tujuan dan prinsip perkawinan.5 Sehingga terlihat adanya
ketimbangan bahwa rujuk menjadi mutlak hak suami tanpa ada persetujuan istri.
Literatur-literatur keagamaan klasik ini, pada umumnya sarat dengan bias
gender untuk diterapkan pada saat sekarang ini, karena mereka menulis dengan
kondisi obyektif budaya masyarakat yang didominasi laki-laki (male dominated
society). Para penulis tidak bisa disalahkan karena ukuran keadilan gender tentu
saja mengacu pada persepsi relasi jender menurut kultur masyarakat pada
masanya.6
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari
pergeseran waktu tidak hanya membawa persoalan yang baru yang dibutuhkan
status hukumnya tetapi juga persoalan yang sudah ada ketentuan hukumnya perlu
ditinjau kembali agar nilai-nilai kemaslahatan yang inheren dalam hukum tetap
dirasakan.
Secara teoritik hukum Islam atau fikih bersumber pada al-Qur‟an dan
Sunnah Rasul. Tetapi para Fukaha atau para ahli hukum Islam sering berbeda
4 Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Pranada Media, 2005). hlm:
5 Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan 1 (Yogyakarta:Tazzafa+ACAeMIA,2005),
hlm. 8. 6 Komaruddin Hidayat, Kata Pengantar dalam
4
pendapat dalam memahami konsep-konsep kunci yang termaktub dalam dua
sumber hukum Islam. Perbedaan pemahaman ini dipengaruhi oleh perbedaan
metode (istimbat), waktu dan kondisi lingkungan dimana para Fukaha tinggal.
Sebagai akibatnya timbullah berbagai aliran dalam fikih, diantaranya adalah
imam mazhab empat yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi‟i dan
Mazhab Hanbali. Masing-masing didirikan oleh Abu Hanifah (700-767), Malik
bin Anas (713-795), Muhammad bin Idris As-Syafi‟i (767-810) dan Ahmad bin
Hanbal (780-855).7
Implikasi dari berbedaan mazhab ini adanya keanekaragaman dalam
pengamalan dan pelaksanaan hukum Islam tersebut. Dan keanekaragaman itu
semakin tajam di zaman modern sekarang dengan dikenanya konsep dan
pemikiran hukum dari luar Islam. Karenanya muncul gagasan memadukan hukum
Islam dengan hukum yang sesuai untuk kultur bnagsa Indonesia dengan
mereformulasikan, mereaktualisasikan atau memperbaharui sama sekali hukum
yang ada.8
Peraturan perkawinan yang ada di Indonesia berusaha mereformulasikan
dan menyesuaikan hukum Islam dengan kondisi yang ada pada masyarakat.
Dalam UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak mengatur tentang rujuk
tetapi pasal tentang rujuk disinggung dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 (1) Pencatatan perkawinan dari mereka
7 Muchnun Husein, Pengantar Edisi Pertama Dari Penerjemah, dalam J.N.D. Anderson,
Hukum Islam di Dunia Modern (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta atas kersama dengan Badan penerbit IAIN Walisongo Press,1994), hlm. ix.
8 Ibid., hlm. x.
5
yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh
Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Disini hanya diatur
pencatatanya jika kembali rujuk untuk tatacara rujuknya tidak dijelaskan.
Karennaya penyusun memngambil KHI sebagai bahan untuk menganalisis rujuk.
Sebagaimana dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 163 (1) Seorang
suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah. (2) Rujuk dapat dilakukan
dalam hal-hal : a. putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh
tiga kali talak yang dijatuhkan qobla al dukhul; b. putusnya perkawinan
berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau alasan-alasan selain zina dan
khuluk. Pasal 164 Seorang wanita dalam iddah talak raj‟ ` i berhak mengajukan
keberatan atas kehendak rujuk dari bekas suaminya dihadapan Pegawai Pencatat
Nikah disaksikan dua orang saksi dan pada pasal 165 disebutkan Rujuk yang
dilakukan tanpa sepengetahuan bekas isteri, dapat dinyatakan tidak sah dengan
putusan Pengadilan Agama.9
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada tahun 2014 angka percerain
mencapai 354.000. Ini sudah melewati 10 persen dari peristiwa pernikahan pada
setiap tahunnya. Ini dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan sosial.
Korban pertama yang paling merasakan dampaknya adalah anak-anak dan istri
yang seharusnya memperoleh pengayoman dan perlindungan dari perkawinan.
Akibat perceraian adalah dampaknya menimbulkan orang miskin baru. Menjadi
duda tidak ada bekasnya, tapi menjadi janda ada bekasnya, juga fitnah lebih rawan
9Supriatna dkk, Fikih Munakahat dilengkapi dengan UU No.1 tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SUKA, 2008) hlm 75.
6
terhadap janda daripada duda, selain itu anak tidak berdosa menanggung
akibatnya,10 Dengan banyaknya kasus perceraian yang sudah terjadi, penyusun
tertarik mengkaji solusi bagi orang yang sudah bercerai dan ingin kembali dalam
rumah tangga yaitu rujuk.
Dari uraian di atas terlihat ada dua pandangan tentang rujuk yaitu rujuk
adalah hak suami tanpa persetujuan istri (menurut ulama mazhab), dan rujuk
harus dengan persetujuan istri (KHI). Dari sini Penyusun ingin mencoba
menganalisis status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak rujuk dengan
melihat hak-hak perempuan dan posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam
rumusan ulama Mazhab dan KHI.
Ulama mazhab yang dijadikan rujukan yaitu empat mazhab yaitu, Hanafi,
Maliki dan Syafi‟i dan Hanbali.11 Karena pandangan mereka banyak
mempengaruhi terhadap hukum-hukum yang ada di Indonesia salah satunya KHI.
Konsep rujuk dalam pandangan imam mazhab jika dipadu dengan kondisi sosial
bangsa Indonesia menjadi fikih ala Indonesia seperti KHI.
Meskipun KHI bukanlah produk undang-undang yang memiliki kekuatan
mengikat namun perlu disyukuri dan disosialisasikan secara terus-menerus.
Dengan adanya KHI, masyarakat Indonesia mempunyai fikih yang bercorak dan
cocok untuk Indonesia.
Sebagaimana pandangan Abdul Ghani Abdullah Pertama, adanya norma
hukum yang hidup dan ikut serta bahkan mengatur interaksi sosial. Kedua,
10 Martin Sihombing, “Data Perceraian Di Indonsia Sudah Melewati 10 Persen” Kamis,
14/08/2014, kabar 24.com akses pada 11 Mei 2015. 11
Uraian perpecahan mazhab dapat dibaca pada bab 10, Christine Huda Dodge, Kebenaran Islam, terj. Ahmad Asnawi (Yogyakarta: PT Aninda Mitra Internasional, 2006)
hlm.150-151.
7
aktualnya dimensi normatif akibat terjadinya ekplanasi fungsional ajaran Islam
yang mendorong tuntutan terpenuhinya kebutuhan hukum. Ketiga, responsi
struktural lebih dini terjadi sehingga pada akhirnya tersusun sebuah rancangan
KHI. Keempat, alim ulama Indonesia mengantisipasi hal di atas dengan sepakat
bahwa KHI adalah rumusan tertulis dari hukum Islam yang hidup dalam
masyarakat di tengah kondisi hukum dan masyarakat Indonesia.12
Dari banyaknya pasal-pasal dalam KHI penyusun memilih rujuk karena
dalam rujuk sudah ada keberanian ijtihad untuk keluar dari apa yang diceruskan
oleh para Ulama Mazhab. Di sini posisi perempuan diakui dengan adanya
peraturan rujuk dengan persetujuan istri dan istri boleh menolak rujuk. Walaupun
belum ada keberanian untuk membolehkan istri mengajukan rujuk. Melihat dalam
fikih klasik hak rujuk yang dimiliki istri tidak ada sama sekali, sehingga patut
kiranya membahas pembaharuan yang ada di KHI ini sehingga bisa digunakan
untuk acuan pembaharauan dalam bidang lainnya dalam perundang-undangan
perkawinan.
Sebagimana diungkapkan oleh Soejono Soekanto hukum sebagai kaidah
ataupun sebagai prilaku yang teratur selalu berproses, tidak ada hukum yang
stagnan. dan untuk mengikuti prosesnya tidak mungkin jika dilakukan tanpa
penelitian. Maka penyusun pun melakukan penelitian berkaitan dengan cabang
ilmu hukum yaitu hukum keluarga (al-ahwal al-syaksiyyah). Penyusun
membatasi untuk mengkaji peraturan rujuk yang ada di KHI dan dipadu dengan
pandangan Ulama Mazhab Hanafi Maliki, Syafi‟i dan Hanbali, dan disesuaikan
12 Abdul Gani Abdullah, Pengantar kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia
(Jakarta: Gema Insani Press,1994), hlm.61-62.
8
dengan kondisi saat ini. Mengetahui Rumusan tentang hak-hak perempuan dalam
KHI terutama mengetahui argumen hukum dari peraturan hak rujuk yang ada KHI
dengan berbagai aspeknya rumusan ulang hak rujuk.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang di atas maka timbul pokok masalah tentang
bagaimana status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk yang dipecah
dalam tiga rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dalam
fikih imam mazhab dan KHI?
2. Bagaimana legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih imam mazhab
dan peraturan di Indonesia?
3. Bagaimana implikasi hak rujuk bagi istri sebagai kontrol sosial saat ini?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang dan pokok masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perdebatan dan polemik konsep stutus perempuan sebagai
subjek hukum dalam rujuk. Konsep hak istri dalam rujuk pertama kali
dipositivisasi oleh pemerintah dalam bentuk KHI. Penelitian ini lebih jauh
mengulas posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk.
2. untuk menjelaskan dan menganalisis legalitas perempuan sebagai subjek hukum
dalam rujuk dan mendekripsikan bentuk dari reinterpretasi terhadap fikih klasik
terkait pelaksanaan rujuk di era kontemporer.
9
3. Untuk menjelaskan efektifitas KHI terhadap hak istri dalam rujuk di Indonesia
sebagaimana diketahui KHI hanya produk yang berbentuk Inpres no. 1 tahun 1991
yang kedudukanya jauh dari posisi undang-undang.
Atas dasar tujuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
meguatkan penelitian yang sudah ada dan membuktikan ada hak perempuan
dalam rujuk sehingga diketahui kegunaan penelitian ini. Dan diharapkan dapat
bermanfaat dalam bentuk kontribusi ilmiah pada dataran teoritik dan praktik.
1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
pemikiran yang positif logik dan konstuktif aplikatif terhadap dinamika
problematika perkembangan fikih hukum keluarga hubungannya dengan
implementasinya pada konteks kekinian.
2. Selain itu pada dataran praktik, penelitian ini dapat dijadikan contoh atau
model pengembangan pemikiran hukum Islam yang tidak saja absah secara
normatif tetapi juga pada saat yang bersamaan applicable pada dataran
ruang dan waktu, serta dapat menjadi rujukan ilmiah dan bagian dari
wacana baru dalam bidang fikih hukum keluarga.
D. Telaah Pustaka
Penyusunan tesis ini berangkat dari karya-karya terdahulu yang membahas
tentang hukum keluarga terutama masalah status perempuan sebagai subjek
hukum dalam rujuk. Berbicara mengenai kedudukan perempuan yang berkaitan
dengan hak-haknya dalam hukum keluarga Islam dapat dijumpai dalam beberapa
karya akademik maupun karya populer. Dengan adanya telaah pustaka ini
diharapkan diketahui posisi penelitian ini dega penelitia yang sudah ada.
10
Beberapa karya tulis berbentuk Buku yang membahas status perempuan
dalam keluarga: Hukum perkawinan 1 karya Khoiruddin Nasution, 13 diuraikan
secara lengkap masalah hukum keluarga, pandangan imam mazhab dari mulai
dalil-dalilnya sehingga perbandingan hukum dengan negara muslim lain.
Beberapa tesis tentang hak perempuan dalam keluarga kajian tokoh dalam
bentuk tesis tentang hak perempuan dipaparkan oleh Khairul Mufti Rambe
tentang “Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi Pemikiran
Ashgar Ali Engineer”14, menggunakan analisis sejarah terhadap konsep teologi
pembebasan dengan membentuk kesetaraan yang menghasilkan nilai-nilai
keadilan sosial. Dalam kesimpulanya menurut Mufti kebenaran bagi Engineer
adalah merupakan proses yang dinamis karena tolak ukurnya dalah masyarakat.
Sehingga agar pola pemikiran dapat terus selaras dengan kebutuhan manusia
harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-Quran meliputi
keadilan, kebijakan, kasih sayang dan kearifan.
Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan Dalam Keluarga
disusun oleh Riza Adib Faisal15 sama dengan Mufti tesis ini kajian tentang tokoh,
ia mencoba mengsinkronkan pemikiran Hasan Al-Bana dengan konteks
keindonesiaan yaitu melalui Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan UU No. 7 tahun
1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
sebagai pedoman hidup negara untuk melindungi dan memuliakan perempuan.
13
Khoiruddin Nasution, Hukum Perkawinan 1, (Yogyakarta: Tazaafa+AcadeMia,
2005). 14Khairul Mufti Rambe, “Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi
Pemikiran Ashgar Ali Engineer’, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013. 15
Riza Adib Faisal “Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan dalam
Keluarga “Tesis” PPS UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan.
11
Faisal menggunakan pendekatan normatif yuridis, bersifat deskriptif analisis
dengan menggunakan metode dokumentasi untuk pengumpulan data. Hasil
kesimpulannya yiatu pendapat Hasan al-Bana sesuai dengan UU No. 7 Tahun
1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
Seperti hak memilih jodoh, mengembangkan diri dan karir.
Muh.Nasirudin dengan tesis “Kedudukam Wanita Dalam Islam (Studi
Atas Pemikiran Muhammad Syahru>r)”16, mempertanyakan bagaimanakah
pemikiran Muhammad Syahrur tentang kedudukan wanita dalam Islam dengan
berbagai tema yang telah ia tawarkan dan faktor yang melatarbelakangi
pemikiranya. Ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan nalisis bahasa
dan analisis konsep dengan pendekatan sejarah. Hasil penelitian bahwa Syahrur
memandang kedudukan wanita melihat sosio-kultural dan sosio-politik yang
melingkupinya. Dengan melalui kajian semantis atas teks dan pengetahuan ilmu
alam dipadu dengan kebahasaan untuk mengurai 10 obyek pembahasan meliputi,
poligami, waris, mahar, pakaian, hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
keluarga, hak untuk bekerja, hak dalam bidang politik, akad nikah, talak, dan
hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Kuni Khairun Nisak dengan tesis berjudul Posisi Perempuan dalam
Muhammadiyah (Studi Analisis Kritis Terhadap Himpunan Putusan Tarjih (HPT)
Tentang Perempuan.17 Dengan dua pokok pertanyaan bagaimanakah posisi
perempuan dalam himpunan putusan tarjih (HPT) yang dibukukan dalam tiga
16
Muh.Nasirudin, “Kedudukam wanita dalam Islam (Studi atas Pemikiran Muhammad
Syahru>r)”Tesis” PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013, tidak diterbitkan. 17
Kuni Khairun Nisak, “Posisi Perempuan dalam Muhammadiyah (Studi Analisis Kritis
terhadap Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tentang Perempuan”Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga,
2006.
12
buku yaitu, Tuntunan Mencapai Istri Islam Yang Berarti (1939), adabul mar’ah fi
al-Islam. (1976), Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah (1989) dan Bagaimana latar
belakang sosio-historis ketiga buku hasil keputusan majlis tarjih (HPT). Hasil
penelitainnya menyebutkan bahwa Buku pertama dan kedua memposisikan sama
antara perempuan dan laki-laki. Buku ketiga memposisikan perempuan dalam
ruang prifat. Pada buku pertama dan kedua adanya semangat kemerdekaan dan
untuk mendobrak tradisi yang ada. Dan untuk buku ketiga bertepatan dengan
kepemimpinan orde baru yang membatasi ruang gerak perempuan. Begitupun
yang dilakukan oleh Atun Wardatun18, Fikria Najitama19, Hibatun Wafiroh20,
mereka membahas posisi perempuan dalam hukum Islam dengan jenis penelitian
library research.
Setelah penyusun dan mengkaji dari beberepa referensi di atas dengan
beberapa pertimbangan penelitian yang fokus pada hak-hak perempuan dalam
hukum keluarga kiranya masih perlu dilakukan. Penelitian-penelitian yang
dilakukan kebanyakan kajian terhadap tokoh-tokoh gender, emansipasitor dan
tokoh membaharu. Penyusun di sini melengkapi kajian yang sudah ada dengan
mengkaji dari status perempuan dalam rujuk dengan kajian perempuan sebagai
subjek.
Tesis telaah berkaitan dengan rujuk “Hak Istri Menolak Rujuk Dalam
Kompilasi Hukum Islam: Studi Analisis Sejarah Sosial Hukum Perkawinan Islam
18
Atun Wardatun , “Wanita Indonesia dalam Keluarga; Perspektif Feminis Muslim
(Telaah Isu Peran Gender dalam UU NO.1/1974 tentang Perkawinan)”, Tesis, PPS UIN Sunan
Kalijaga, 2000. 19
Fikria Najitama, “Perempuan dalam Hukum Islam (Studi atas Epistimologi Pemikiran
Amina Wadud)”, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 20
Hibatun Wafiroh, “Bahtsul Masa’il NU tentang Perempuan Studi Terhadap Hasil
Ijtihad Ulama NU (1926-1999)”Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga, 2005.
13
Di Indonesia”, karya Arini Rufaida, di sini dikaji sejarah sosial adanya Pasal
yang membolehkan istri menolak rujuk dalam KHI dengan menggunakan teori
gender. 21
Penelitian tesis yang berkaitan dengan rujuk walaupun sudah ada tetapi
pengkajian mendalam tentang bagaimana posisi perempuan bisa menjadi subjek
hukum belum terurai secaara sistematis, sejuah ini hanya mengkaji dari
kemaslahatan berdasarkan gender tanpa tahu bagaimana cara menemukan dan
mensejajarkan kedudukaan dalam hal rujuk. Karenanya penyusun mencoba
mengkaji diskursus rujuk ini. Semoga menjadikan rujuk sebagai obyek penelitian
mampu lebih komprehensif dalam mengkaji status istri dalam hukum keluarga
terutama rujuk.
Untuk memudahkan perbandingan dalam setiap karya berikut ini table dari
tesis yang sudah terbit dan perbandingannya dengan karya penyusun karya .
Tabel I: Ringkasan Telaah Pusataka
21 Arini Rufaida, “Hak Istri Menolak Rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (Studi
Analisis Sejarah Sosial Hukum Perkawinan Islam Indonesia)”, Tesis, PPS UIN Sunan Kalijaga,
2013.
14
No. Nama dan Judul
Rumusan masalah Pendekatan, Jenis penelitian
Hasil penelitian
1. Khairul Mufti Rambe: Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Islam: Studi Pemikiran Ashgar Ali Engineer
1. Bagaimana perkembangan yang ada dalam pemikiran Ashgar Ali Engineer tentang hak-hak perempuan Mengapa dalam pemikiran Ashgar Ali Engineer terdapat perkembangan sebagimana yang disebutkan di atas. Apa relevansi yang dihasilkan dari pemikiran Ashgar Ali Engineer terhadap paradigma keilmuan modern.
Sejarah Library research
kebenaran bagi Engineer adalah merupakan proses yang dinamis karena tolak ukurnya dalah masyarakat. Sehingga agar pola pemikiran dapat terus selaras dengan kebutuhan manusia harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-Quran meliputi keadilan, kebijakan, kasih sayang dan kearifan.
2. Riza Adib Faisa: lPemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan dalam Keluarga
2. Bagaimanakah pandangan hasan al-bana tentang hak-hak perempuan dalam keluarga
3. Bagaimankah kesejalanan pandangan hasan al-bana tersebut dengan kompilasi hukum Islam dan UU No.7 tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadapperempuan sebagai gambaran konteks kekinian masyarakat Indonesia?
Normatif-yuridis Library research
-Pendangan Hasan al-Bana tentang hak-hak perempuan dalam keluarga secara umum sama dengan ulama konservatif dengan bebrapa ide tambahan seperti perempuan bebas memilih pasangan hidup dan mendorong untuk pengembangan pendidikan dan karir. -Pandangan al-Bana sejalan dengan Kompilasi hukum Islam secara keseluruhan. Tetapi dengan UU No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan ada yang sejalan dan berseberangan. Seperti hak kepemimpinan dalam kleuarga, hak dalam masalah poligami
15
dan hak dalam warisan. Muh.Nasirudin: Kedudukam
wanita dalam Islam (studi atas pemikiran Muhammad Syahru>r)
Bagaimanakah pemikiran
Muhammad Syahrur tentang
kedudukan wanita dalam Islam
dengan berbagai tema yang telah ia
tawarkan dan faktor yang
melatarbelakangi pemikiranya
Sejarah Library research
bahwa Syahrur memandang kedudukan
wanita melihat sosio-kultural dan sosio-
politik yang melingkupinya. Dengan
melalui kajian semantis atas teks dan
pengetahuan ilmu alam dipadu dengan
kebahasaan untuk mengurai 10 obyek
pembahasan meliputi, poligami, waris,
mahar, pakaian, hubungan antara laki-
laki dan perempuan dalam keluarga, hak
untuk bekerja, hak dalam bidang politik,
akad nikah,talak, dan hubungan antara
laki-laki dan perempuan. 3. Kuni Khairun Nisak: Posisi
Perempuan dalam Muhammadiyah (studi analisis Kritis terhadap himpunan putusan tarjih (HPT) tentang Perempuan.
-Bagaimanakah posisi perempuan dalam himpunan putusan tarjih (HPT) yang dibukukan dalam tiga buku yaitu, tuntunan mencapai istri Islam yang berarti (1939), adabul nar‟ah fi al-Islam. (1976), tuntunan menuju keluarga sakinah (1989) -Bagaimana latar belakang sosio-historis ketiga buku hasil keputusan majlis tarjih (HPT)
Historis sosiologis Librari research
-Buku pertama dan kedua memposisikan sama antara perempuan dan laki-laki. Buku ketiga memposisikan perempuan dalam ruang prifat. – -Pada buku pertama dan kedua adanya semangat kemerdekaan dan untukmendobrak tradisi yang . untuk buku ketiga bertepatan dengan kepemimpinan orba yang membatasi ruang gerak perempuan.
4. Atun Wardatun : Wanita Indonesia dalam Keluarga;Perspektif Feminis Muslim (telaah isu peran gender dalam UU NO.1/1974 tentang
1. Bagaimana konsep teologi gerakan feminis muslim bagi permasalahan gender
Bagiamana implikasi konsep teologis tersebut terhadap isu
Gender dan feminis Library research
-Konsep teologis feminis muslim kesetaraan sebagai konsep kodrat yang integratif dengan kehidupan manusia. -Pembakuan peran gender dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah
16
perkawinan) pembagian peran berdasarkan gender dalam UU perkawinan No. 1/1974
tindakan diskriminatif terhadap wanita.
5. Fikria Najitama: Perempuan dalam Hukum Islam (Studi atas epistimologi pemikiran Amina Wadud)
1. Apa sumber pengetahuan yang mendasari wadud dalam
mengkontruksi pendapatnya mengenai perempuan dalam hukum
Islam 2. Bagaimanakah metode yang
digunakan wadud dalam mengkontruksi pendapatnya
3. Apa validitas kebenaran yang dijadikan pijakan oleh wadud.
folosafis Library research
-Sumber pengetahuan yang digunakna wadud adalah teks dan historisitas teks. -Metode yang digunakan yaitu hermeneutikayang kemudian dinamakan hermeneutika tawhid. -Validitas kebenaran yang dijadikan pijakan 1. Faktor penafsir dengan melihat sejauh mana penafsiran bersifat obyektif. 2. Validitas yang dipegang wadud lebih cenderung bersifat intersubjektif. Dengan mnafsisri secara utuh dan holistik.
6. Hibatun Wafiroh: Bahtsul Masa‟il NU tentang Perempuan studi terhadap hasil ijtihad Ulama NU (1926-1999)
1. Apa saja persoalan-persoalan perempuan yang dibahas dalamforum bahtsul masail NU
2. -Bagaimana metode pembahasan dan metode istimbat hukumnya
3. -Bagaimana hasil keputusan hukum tentang perempuan dalam bahtsul masail NU
Ushul fikih Library research
-Yang dibahas dalam bahtsumasail NU meliputi Masalah perempuan dalam ibadah, munakat, sosial. -Dengan mengajukan permasalahan kepada pengurus syuriah kemudian diseleksi berdasarkan skala perioritas. Metode istimbatnya mengambil dari kitab2, mengambil pendapat yang lebih maslahah, melkaukan ilhaq jama‟i dan istimbat secara kolektif. -Keputusan bahtsul masail tentang perempuan banyak dipengaruhi oleh isu-isu feminisme, kesetaraan dankeadilan gender serta perkembangan politik dan teknologi.
17
7. Arini Rufaida: hakistri menolak rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (studi analisis sejarah sosial hukum perkawinan Islam Indonesia)
4. –bagimana konsep hak istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam
5. –faktor apa saja yang menyababkan lahirnya konsep hakistri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam
6. –bagimana implikasi hukum konsep hak istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum Islam bagi masyarakat muslim modern di Indonesia serta bagaimanaupaya kelanjutan kompilasi hukum Islam menuju undang-undang.
7.
Sejarah sosial hukum perkawinan Islam
-Sebelum KHI, istri tidak punya hak menolak rujuk, dalam KHI Sesuai pasal 163-169. - faktor yang melatarbelakangi adanya rumusan fikih klasik tidak sesuai, dan keinginan kuat merealisasikan UU Perkawinan. -implikasinya kehidupanmemebutuhkan aturan yang praktis dan sistemis tanpa adanya perbedaan yang mencolok, dan upaya kelanjutan KHI ada 3 draf yaitu: 1) rancangan UU hukum terapan peradilan agama (2003), 2)rancangan UU hukum materiil peradilan agama bidang perkawinan (2010-2014), 3) CLD KHI.
8. Umi Salamah 9. –bagaimana konsep rujuk dalam pandangan imam mazhab dan KHI -bagaimana status istri dalam rujuk sebagai subjek hukum menurut pandangan ulama mazhab dan KHI -Bagiamna rujuk sebagai kontrol sosial
Normatif usul fikih dan sosiologi hukum
1 2 3
18
E. Kerangka Teoritik
Syariat Islam dibangun untuk kepentingan manusia dan tujuan
kemanusiaan universal yang lain yaitu kemaslahatan, keadilan, kerahmatan, dan
kebijaksanaan.22 Prinsip ini harus jadi dasar subtansi seluruh persoalan hukum
termasuk hak-hak prempuan dalam hukum keluarga Islam.
Dalam penyusunan penelitian ini secara tuntut dibahas mengenai rujuk
dalam perspektif fikih dan hukum positif dengan melihat posisi perempuan dalam
hukum Islam dalam pandangan imam mazhab dan hukum Islam di Indonesia.
Kajian rujuk ini tidak bisa terpelas dari dimensi agama, hukum dan sosial.
Pertama dimensi agama kaitanya dengan rujuk di sini tatanan norma religio-legal
Islam untuk menata kehidupan manusia, baik individu maupun kolektif. Fikih,
Sebagaimana pendapat Syamsul Anwar:
“Norma yang merupakan ruang ekspresi pengalaman agama yang amat penting bagi umat Islam. Sebagian dari ketentuan doktrin fikih itu ada yang sangat individual sifatnya sehingga penerapanya sangat bergantung kepada individu bersangkutan, ada pula norma-norma yang menyangkut kehidupan kolektif dalam pengertian mengatur hubunagn sosial dalam masyarakat. Norma-norma sosial yag mengatur hubungan masyarakat ini ada yang penegakanya cukup diserahkan kepada masyarakat itu sendiri dan ada pula yang penegakanya harus diserahkan oleh suatu politik. Inilah yang disebut qanun, seperti undang-undang hukum keluarga di berbagai Negara muslim dan bidang-bidang lain yang diatur dalam hukum keluarga. 23
Terkait konsepsi bahwa rujuk sebagai bagian dari fikih, tata cara rujuk
diberi kebebasan dalam pelaksanaanya salama tidak menyalahi rukun dan syarat
22
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam di Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia Muslim (Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA, 2009), hlm. 85.
23 Syamsul Anwar, “Metodologi Hukum Islam” Diktat Matakuliah Ushul Fikih Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. hlm.1.
19
yang telah ditentukan serta sesuai dengan kondisi sosial dimana hukum akan
diundangkan.
Teori adaptabilitas hukum Islam24 meyakini bahwa hukum diciptakan oleh
Tuhan untuk kepentingan manusia bisa berdaptasi dengan perkembangan zaman.
Konsenkuensinya hukum Islam dapat dirubah demi mewujudkan kemaslahatan
manusia. Hukum Islam juga terikat dan dipahami menurut latar belakang sosio-
kultur yang mengelilingnya, sehingga peran akal dapat memahami perputaran
hukum. Dasar lahirnya teori adaptabilitas ini adalah mas{lah{ah. Prinsip mas{lah{ah
inilah yang akan membuat hukum Islam mampu merespon setiap perubahan
sosial.25 Untuk mencegah maslahah yang digunakan bersifat subjektif maka akan
discounter dengan mas{lahah Imam Gazzali yaitu dengan teori munasabah atau
teori konformitas.
Adanya tujuan hukum yang hendak dicapai tersebut menunjukan bahwa
aspek kemaslahatan manusia menjadi pertimbangan penting dalam mengkontruksi
sebuah hukum, 26 (taghayyir al-ahkam bitaghayyur al-azminah wal-amkinah wal-
ahwal wan-niyaat wal- ‘awaaid) perubahan hukum Islam dapat dilakukan dengan
adanya perubahan zaman, perubahan tempat, perubahan kondisi, perubahan niat
dan kultur atau adat.27 Karenanya digunakan rumusan prinsip al-muhafazah ala
24 Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia: Dari Nalar Partisipatoris Hingga
Emansipatoris (Yogyakarta: LKis, 2005), hlm 15. 25 Ibid.,hlm.187-188. 26
Akh.Minhaji, Strategies for Social Research: The Methodological Imagination in Islamic Studies (Yogyakarta: SUKA Press, 2009), hlm 75.
27 Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Abi Bakr (terkenal dengan panggilan Ibnu Qayyim Al-Juziyah). „Alaam al-Muwaqqi’iin ’an Rabbi al-‘Alamiin terj. Asep saifullah dan Kamluddin Sa‟douatul Haramian (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), III: 459.
20
al-qadim as-salih wa al-akhdubi al-jadid al-aslah akan selalu menjadi panduan
dalam pembuatan KHI.28
Kasus-kasus baru yang hukumnya tidak ditetapkan dalam nas, maka ada
dua bentuk ijtihad yaitu ijtihad ibtida>’i dan intihad tarji>h{i. Ijtihad ibtidai dapat
dilakukan dengan dua bentuk penalaran, yaitu penalaran ta’lili dan penalaran
istislahi. Penalaran ta’lili dilakukan dengan melalui metode istimbat qiyas dan
istihsan. Sedangkan penalaran istisliahi dilakukan melalui metode istinbat
maslahah mursalah, sadd az-zariah dan fat az-zariah.
Konformitas (munasabah) secara harfiah berarti kesesuaian. Dalam
konteks ini kesesuaian antara hukum yang diterapkan dengan atribut yang menjadi
alasan mengapa hukum itu ditetapkan demikian. Kesesuain hukum dan illatnya ini
dinamakan atribut yang sesuai (munasib). Yang menjadi illat dibalik penetapan
suatu hukum syar‟i dilihat dari segi efektifitasnya dan dari segi tingkat
probabilitas yang dihasilkannya dibedakan menjadi tiga yaitu munasib efektif
(mu’assir), munasib selaras (mula’im) dan munasib ganjil (garib). Dengan ini
konsep rujuk yang ada pada KHI diuraiakan dengan teori konformitas untuk
menghindari subjektifitas pengambilan maslahah.
Selain itu untuk mengetahui hak perempuan dalam rujuk dilihat dengan
konsep subjek hukum dalam hukum Islam secara umum ditarik ke konsep rujuk
secara khusus. Setiap manusia adalah subjek hukum sejak dilahirkan sampai
meninggal dunia. Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak dan kewajiban.
Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki
28 Sahal Mahfudh, Pendahuluan Fikih Sosial: Upaya Pengembangan Mazhab Qauli dan
Manhaji, dalam Nuanasa Fikih Sosial (Yogyakarta: Lkis, 2012), hlm.xxxvii.
21
hak-haknya, akan tetapi dalam hukum, tidak semua orang dapat diperbolehkan
bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu karena ada sangkut
pautnya dengan hak orang lain. Mereka digolongkan sebagai orang yang “tidak
cakap” atau “kurang cakap”.
Hukum positif mengenal istilah kecakapan melakukan perbuatan hukum.
Menurut MM Djojodigoeno, batas antara belum dewasa dan telah dewasa hanya
dapat dilihat dari kecakapan melakukan perbuatan hukum. Orang yang belum
cakap melakukan hukum adalah orang yang belum mampu memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri. Orang yang cakap hukum berarti orang yang
mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri.29 Perbuatan
hukum itu sendiri berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja
untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum dibagi menjadi dua,
yakni perbuatan hukum sepihak dan perbuatan hukum dua pihak. Oleh karena itu,
kecakapan melakukan perbuatan hukum adalah kemampuan memperhitungkan
dan memelihara kepentingannya sendiri dalam melakukan segala perbuatan yang
dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban baik untuk
kepentingan sendiri maupun menyangkut kepentingan orang lain.30
Berbicara tentang subjek hukum dalam Hukum Islam, biasanya dikenal
dengan istilah al-mahkum ‘alaih. Al-mahkum ‘alaih berarti seorang mukallaf yang
perbuatannya berhubungan dengan Hukum Islam.31 Pembahasan subjek hukum
ini sangat penting, karena ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang
29
Ibid, hlm. 15. 30
Ibid, hlm. 15-16. 31
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh, (Mesir: Da’wah Islamiyah Syabab al-Azhar,
1968), alih bahasa oleh Masdar Helmy, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Gema Risalah Press, 1996),
hlm. 229.
22
disebut sebagai al-mahkum ‘alaih. Jika syarat telah terpenuhi maka seorang
mukallaf dapat melakukan perbuatan hukum.
Kedua rujuk dalam dimensi hukum dan sosial. Adanya Hukum adalah
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang secara naluriyah menginginkan hidup
dalam suasana yang tenang dan tertib. Oleh karena itu susanan hukum berupa
peraturan-peraturan dalam rangka mewujudkan ketertiban di masyarakat. Namun
sayangnya seringkali peraturan itu tidak dapat diwujudkan ketertiban yang
diinginkan oleh masyarakat, karena perkembangan masyarakat lebih cepat
daripada peraturan-peraturan tersebut. Akibatnya peraturan itu tidak dapat
menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul.32
Untuk mengetahui efektifitas dari peraturan-peraturan hukum tertentu
maka perlu dahulu diketahui tujuan utama dari peraturan-peraturan hukum
tersebut.33 Penggunaan paradigma rekayasa sosial menekankan pada efektifitas
hukum, 34 yang umumnya diabaikan pada studi hukum tradisional yang lebih
menekankan kepada stuktur dan konsistensi rasional dari sistem hukum.35 Hukum
sebagia rekayasa sosial tidak dapat dilepaskan dari anggapan serta faham bahwa
hukum itu merupakan sarana yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan yang
32 A.Qadri Azizy, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dalam Menggagas Ilmu Hukum
Progressif Indonesia, cet.ke-2 (Semarang:Pustaka pelajar, 2012), hlm.x 33 Soejono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet.ke-5 (Jakarta: Rajawali Press,
2011), hlm.190. 34 Efektifitas hukum yaitu membandingkan realitas dengan cita-cita hukum hlm. 28 ,
masalah efektifitas perundang-undangan mencakup faktor-faktor yang memepengaruji efektiftas, kondisi sosial yang mempengaruhi realisasi tujuan,faktor-faktor ynag mempengaruhi disfusi, faktor-faktor sosial yangmempengaruhipelembagaan. Hal tersebut yang mempengaruhi seberapajauhkah perundang-undangan mencapai tujuan. Soerjono Soekanto, dkk, Pendekatan Sosialogi Terhadap Hukum (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), hlm. 76-77
35 Satjipto Rahardjo dan Khudzaifah Dimyati, Sosiologi Hukum: Perkembangan,
Metode, dan Pilihan Masalah (Muhammadiyah University Press, 2002), hlm 83.
23
jelas.36 Di sini terkadang terjadi pertentangan dengan nilai sebagai paradigma
hukum. Paradigma nilai ingin mengontrol hukum dari nilai yang dijunjungnya
sehingga kekuasaan tidak bebas mengatur seperti yang dikehendakinya.
Hukum dalam penciptannya dibuat untuk kemaslahatan manusia karena itu
hukum dapat berubah sesuai dengan zamannya37. Hukum bukan institusi yang
bersifat mutlak dan final, melainkan sebagai institusi moral, bernurani, dan
karena itu sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mengabdi kepada manusia.
Hukum adalah suatu institusi yang bertujuan untuk mengantarkan manusai
kepada kehidupan kemanusian yang adil beradap, sejahtera, serta membuat
manusia bahagia. Oleh karena itu, jika terjadi problematika hukum, maka
hukumlah yang harus ditinjau ulang dan diperbaiki, bukan manusianya yang
dipaksa-paksa untuk dimasukkan ke dalam skema hukum.38
Hukum Islam juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial. Perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat secara langsuang atau tidak juga perpengaruh
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam berbagai bidang, seperti
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan lainnya yang selanjutkan akan
berdampak pada perubahan sistem hukum. Akan tetapi sebaliknya hukum dapat
pula merubah struktur dan lembaga-lembaga sosial. Kunci utama pembentukan
hukum yang mengarah pada perubahan sosial terletak pada implementasi hukum.
36
Sarjipto Raharjo dan Khudzaifah , Sosiologi Hukum... hlm. 84. 37
Zaunuddin Ali, Sosiologi Hukum ...hlm. 45 38
Siti Nurhayati, Tinjaun Maslahah Atas Legalitas Praktek Aborsi Bagi Korban Perkosaan (studi atas uu no. 36 tahun2009 tentang Kesehatan, 2012 hlm.14. baca Satjipto
Rahardjo, “Hukum Progresif: Hukum yeng Membebaskan “, dalam Jurnal Hukum Progresif, Vol.1, No. 1, April 2005. hlm. 3.
24
Di sini perlu dibedakan antara perundang-undangan yang merombak masyarakat
dengan efektifitas yang diprogramkan. 39
Dari uraian di atas penyusun gunakan untuk membantu berjalannya
penelitian ini. Sehingga pada akhirnya dapat mengkorelasikan aspek hukum yang
terdapat dalam KHI dengan pandangan ulama fiqih, sehingga nampak jelas isi
antara keduanya. Setelah itu dilakukan analisis dengan melihat KHI sebagai
hukum Islam saat ini.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan sifat penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pustaka (library
research)40 dengan meneliti buku-buku atau kitab-kitab atau informasi tertulis
lainnya yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan ini. Penelitian ini
bersifat kualitatif41 dan bersifat deskriptif42analitik. Dalam penelitian ini lebih
menekankan terhadap bentuk uraian dan menjelaskan gambaran suatu keadaan
dengan cara memaparkan data. Selanjutnya penelitian ini berusaha
39 Soerjono Soekanto, dkk, Pendekatan Sosialogi terhadap Hukum (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1988), hlm 120. 40Field research adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan
mendalam terhadap suatu obyek dengan mempelajarinya secara kasus. 41
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilakan data diskriptif
kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Alasan
memilih metode ini karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh
makna. Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan penelitian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2011), hlm. 22. 42
Penelitian hukum Islam pada dasarnya ada dua yaitu penelitian normatif dan
penelitian hukum Islam deskriptif. Fokusnya disini tidak mencari norma hukumnya tetapi
mendeskripsikan fenomena hukum denganmencari hubungan variabel-variabel hukum dan
variabel-variabelnon hukum. Samsul anwar pengembangan metode penelitian hukum Islam dalam
mazhab yogya menggagas paradigma ushul fikih kontemporer (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2001),
hlm.157. Deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menghubungkan
dengan variable lain hanya menggambarkan variable saja. Riduwan, Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 8.
25
menganalisanya sehingga mendapatkan hasil yang komprehensif dan mendalam
untuk mengambil kesimpulan yang selaras dengan pokok masalah.
2. Pendekatan43
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan normatif dan sosiologi
hukum. Pendekatan normatif untuk mengkaji materi hukum normatif terkait
pandangan ulama klasik dengan menggunakan teori subjek hukum dalam usul
fikih dan (Law In Book) yaitu pasal-pasal rujuk dalam KHI dengan menggunakan
teori konformitas Imam Ghazali. Sementara itu pendekatan sosiologi hukum
untuk melihat efektifitas dari adanya peraturan KHI dengan menggunakan
teorinya Rescou Pound tentang hukum sebagai rekayasa sosial dan sebagai sosial
kontrol.
3. Sumber Data
Secara garis besar sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
digolongkan menjadi sumber data primer,44 sumber data sekunder45 dan data
tersier.46 Sumber data primer yang dipakai untuk bahan penelitian ini adalah hasil
Pendapat Ulama Klasik dalam kitab-kitabnya dan KHI. Selanjutnya menggunakan
sumber data sekundernya adalah beberapa karya yang berkaitan dengan hak-hak
43
Cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data yang dihasilkan dalam
penelitian. Akh.Minhaji, Strategies for Social Research: The Methodological Imagination in Islamic Studies (Yogyakarta: SUKA Press, 2009), hlm. 29.
44 Sumber data primer adalah data dapat diperoleh langsung dari lapangan. Data primer
merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan
untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. 45
Data sekunder adalah merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. 46
Sumber data tersier yaitu sumber yang bisa membantu data primer dan data sekunder.
26
perempuan dalam hukum keluarga Islam seperti buku Hukum Perkawinan 1,
Fikih Perempuan Refleksi Atas wacana Agama dan Gender karya Husain
Muhammad, Ilmu Us~ul Al-Fiqh karya Abdul Wahab Khalaf, Dekostruksi Syari’ah
karya Abdullah Ahmad an- Na‟im, Jurnal, dan lainnya. Sedangkan untuk data
tersier penyusun menggunakan Kamus seperti kamus Munawir dan Ensiklopedi.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penyusun tidak menggunakan teknik khusus
yaitu mengumpulkan data-data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini
baik primer maupun sekunder. Langkah awal dokumentasi47 yaitu mengkaji
berbagai literatur yang memiliki relevansi terhadap pokok bahasan untuk
dijadikan sumber dalam penelitian ini, yakni bahan pustaka yang berisi substansi
fikih dan KHI. Namun demikian, penelitian ini diarahkan kepada upaya
pembacaan kembali baik terhadap teks-teks, konsep dan pemahaman yang ada
dengan mengaitkan kepada realitas muslim dengan konteks yang berbeda. Dan
dilanjutkan dengan menganalisis bahan-bahna tersebut untuk mengetahui hasil
dari penelitian mengenai hak rujuk bagi istri dalam hukum perkawinan di
Indonesia.
5. Metode Analisis Data
47
Dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain
tentang subjek . Haris herdiansyah, Metode Penelitian Kualtatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial... hlm.
143.
27
Tehnik analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan
penalaran deduktif-induktif. Penalaran deduktif48 untuk menjabarkan hal yang
bersifat normatif yang ada dalam sumber primer yang digunakan, yaitu konsep
rujuk yang ada dalam pandangan ulama mazhab dan KHI pasal 163-169.
Kemudian ditelusuri bagaimana posisi perempuan sebagai subjek hukum dalam
keduanya dengan menggunakan pola berfikir induktif,49 serta menggunakan
analisis korelatif artinya dengan mengkorelasikan aspek hukum yang terdapat
dalam KHI dengan pandangan ulama fiqih, sehingga nampak jelas isi antara
keduanya. Setelah itu dilakukan pemeriksaan untuk memilih data mana yang
sesuai dengan masalah yang diteliti, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan data
dengan cara menyusun data yang diperoleh ke dalam permasalahan yang berbeda-
beda yang bertujuan untuk mempermudah pembahasan. Setelah data terkumpul
maka diadakan pengecekan data atau verifikasi data untuk menguji validitas data
yang diperoleh dan dilanjutkan dengan menganalisis data yang telah terkumpul.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan tesis ini dalam pembahasannya dibagi dalam lima
bab yang dibagi dan diuraikan dalam sub-sub bab pembahasan yang saling terkait
dalam satu jalinan logika pemikiran dengan perincian sebagai berikut: bab
pertama, merupakan pendahuluan yang memberikan petunjuk untuk memahami
48 de·duk·si /déduksi/ n 1 penarikan kesimpulan dr keadaan yg umum; penyimpulan dr yg
umum ke yg khusus; 2 Ek pengurangan setiap biaya dr pendapatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V1.1
49 in·duk·si n 1 metode pemikiran yg bertolak dr kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yg umum; penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus; 2 proses pembangkitan tenaga listrik (elektrik) di dl sirkulasi tertutup oleh arus (gerak) magnetik melalui gerak putar; meng·in·duk·si v melakukan induksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V1.1
28
secara umum persoalan yang diangkat dalam penelitian penulis. Bab ini berisi
latar belakang masalah, pokok masalah yang merupakan inti dan berupa
pertanyaan yang dijawab, tujuan dan kegunaan penelitian untuk menunjukkan
mengapa penelitian ini layak untuk dilakukan.
Telaah pustaka sebagai tinjauan ulang atas karya-karya terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian ini agar tidak terjadi pengulangan penelitian yang
sejenis, sehingga didapati letak perbedaan penelitian penulis dengan penelitian
sebelumnya. Kerangka teoretik sebagai pisau analisis untuk melandasi pemecahan
masalah ketika menganalisis dalam penelitian ini. Metode penelitian merupakan
langkah-langkah yang digunakan untuk mempermudah jalannya penelitian, dan
diakhiri dengan sistematika pembahasan yang menginformasikan tentang tata
urutan dan frame of logical thinking dalam Tesis ini. Dengan demikian, pada
tulisan ini ditemukan arah yang jelas sehingga tidak terjadi penyimpangan dari
pokok permasalahan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi tentang tinjauan umum
subjek hukum. Materi-materi tersebut disajikan dalam bentuk perbandingan antara
fikih dan hukum positif di Indonesia. Uraian perbandingan ini diperlukan untuk
mengetahui adanya perbandingan antara aturan yang ada dan nantinya untuk
mengetahui posisi perempuan dalam rujuk.
Bab tiga dijelaskaan materi yang merupakan subjek penelitian ini, yaitu
status perempuan sebagai subjek hukum dalam rujuk dengan membandingkan
anatra KHI dan pandangan ulama fikih . Pada tahapan berikutnya, materi-materi
pada bab kedua dan ketiga di atas dianalisis berdasarkan pendekatan sosiologi
29
hukum dan pendekatan usul fikih, sehingga dapat menjelaskan permasalahan. Hal
ini dibahas dalam bab keempat. Hasil analisis tersebut akan diungkapkan kembali
secara ringkas dalam bab lima sekaligus memberikan semacam diskusi bagi
peneliti selanjutnya yaitu berupa saran.
138
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep hak rujuk dalam fikih imam mazhab menekankan suamilah yang
berperan, status perempuan sebagai subjek hukum dalam hak rujuk dalam
fikih imam mazhab tidak ada sama sekali semua ditentukan oleh suaminya baik
mentalak ataupun merujuk, istri hanya bisa menerima bahkan ketika ia dalam
keadaan sudah tidak suka sama sekali. Konsep rujuk dalam KHI, status
perempuan sebatas menerima atau menolak rujuk. Perempuan belum bisa
mengajukan rujuk, ini karena berpegang dalam kitab fikih karena hak rujuk ada
pada suami.
2. Legalitas hak rujuk bagi perempuan dalam fikih Imam Mazhab ini berdasarkan
al-Baqarah ayat 228, yang mengatakan suami lebih berhak merujuk istrinya.
Karena hak menikah, hak talak ada pada laki-laki/suami secara otomatis hak
rujuk juga milik suami. Sambungan munasibnya jika menggunakan teori Imam
al-Ghazali termasuk munasib selaras. Peraturan di Indonesia secara
legalitasnya yaitu perempuan diminta persetujuannya ini juga munasib selaras
dengan melihat pada hukum perkawinan pun harus ada persetujuan dan sesuatu
yang dipaksa tidaklah dianggap hukumnya.
3. Jika melihat Hak rujuk bagi Istri sebagai kontrol sosial dan rekayasa sosial
dalam masa imam mazhab agama sebagai control dan rekayasa sosial karena
melihat kondisi yang ada status perempuan belum sepenuhnya diakuai seperti
saat ini, maka hukumnya pun menyesuaiakan dengan kondisi saat itu.
139
Dan di Indonesia hak rujuk yang tertuang dalam KHI merupakan bentuk
perhatian pemerintah terhadap perempuan. Sehingga dapat mengontrol
kesewenangan-wenangan suami dalam rumah tangga dengan cara merekayasa
pendangan masyarakat melalui pemahaman agama yang maslahah. Dengan
memberikan hak rujuk ini suami tidak akan sewenang-wenang dalam
menggantung status istrinya dalam ikatan yang tidak sakinah.
B. Saran
1. Karena Berbeda itu keniscayaaan sehingga hendaklah orang yang akan
menjalin hubungan suami istri setidaknya biarkalah 40 persen melebur dengan
pasangan dan 60 persen tetap pada dirinya sendiri sehingga tidak terlalu
bergantung sehingga dalam mejalin hubungan tidak mudah memutuskan untuk
bercerai hanya karena berbeda karena pada asalya juga sudah berbeda.
2. Hendaklah pemerintah dalam pembuat peraturan disesuaikan dengan
masyarakat yang ada dalam lingkupnya sehingga bisa diterima dan tidak hanya
sebagai menjadi target pembuatan hukum keluarga. Perlu diwacanakan lagi
proses pembuatan atau perevisian KHI karena apa yang ada saat ini walaupun
sudah mengakomodir kebutuhan tetapi ada beberapa pasal yang dianggap tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Wacana yang dilakukan secara terus-
menerus diharapkan akan menjadikan terealisasikanya KHI atau dengan CLD
KHI dengan merubah seperlunya.
3. Mengingat saat ini sudah menjadi biasa pembicaraan gender dan emansipasi
seperti yang terjadi padatanggal 15 Mei sebagai hari keluarga dunia, yang
tahun ini sudah mengambil tema tentang gender maka sudaha sepantasnya jika
140
CLD KHI dicoba untuk dimunculkan kembali dan dikaji ulang untuk dijadikan
UU perkawinan orang muslim Indonesia.
4. Penelitian ini sangat penting untuk ditindaklanjuti bagi para akademisi,
peneliti, hakim agama, perancang undang-undang bahkan para pejabat hukum
di Indonesia. Akan lebih baik lagi jika dilakukan penelitian lapangan terkait
praktek nikah yang masih mendiskriminasikan masyarakat perempuan
Indonesia baik melalui wawancara atau observasi sehingga memperoleh hasil
yang maksiamal.
141
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Islam di Indonesia, dalam
Abdurahman Wahid dkk, Hukum Islam di Indonesia, Rosda Karya: 1994.
Abdul Aziz Muhammad Azm, al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, Kairo: Dar al-Hadis,
2005.
Abdul Djalil Dkk, Fikih Rakyat Pertautan Fikih Dengan Kekuasaan,
Yogyakarta: LKIS, 2000.
Abdullah, Abdul Gani, Pengantar kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press,1994.
Abdurahman Wahid, Kosmopolitan Nilai-Nilai Indoesia Dan Transformasi Kebudayaan, Jakarta: The Wahid Istitute, 2007.
Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika
Pressindo,1992.
Abi> Bakar Al Masyhu>R Bisayyiri Al Bakri> Ibnu Al-Sayyid Muhammad Syt}a> Al-
Dimya>ti>, I’a>natu at-T{a>libi>n, Surabaya: Ima>ratullah,t.t.
Abu Hamid Hakim, Baya>n, Jakarta: Sa’diyah Putra,1976.
Abu Hanifah, Musnad al-Imam Abi Hanifah, t.kt.: Maktabah Rabi’ Halb, 1962.
Abu> ‘Adullah Muhammad ibn Idris al-Syafi’i, al-Umm.
al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita, terj. Samson Rohman cet. Ke-7
Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2010.
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Indonesia , Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Al-Jauharah All-ni>rah , IV: Maktabah Syamilah.
Amin Abdullah dkk (ed.), Antologi Studi Islam Teori Dan Praktek, Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2000.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Cet.ke-5, Jakarta: Kencana, 2011.
Anderson, J.N.D., Hukum Islam di Dunia Modern terj. Machnun Husein,
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta atas kersama dengan Badan
penerbit IAIN Walisongo Press,1994.
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
142
Anwar, Samsul, Pengembangan Metode Penelitian Hukum Islam Dalam Mazhab Yogya Menggagas Paradigma Ushul Fikih Kontemporer, Yogyakarta: Ar-
Ruzz, 2001.
____________, Kontrak dalam hukum Islam, dalam Antologi Hukum Islam,
Yogyakarta: Program Studi Hukum Islam Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2010.
Arifin, Bustanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Atha Mudzhar, Gelombang Ijtihad Antara Tradisis Dan Liberal, Yogyakarta:
Titian ilahi press,1998.
Azizy, A.Qadri, Menggagas Ilmu Hukum Indonesia, dalam Menggagas Ilmu Hukum Progressif Indonesia, cet.ke-2, Semarang:Pustaka pelajar, 2012.
Bugha, Mustafa al dan Mustafa> al-Khan >, al-Figh al-Manhaji ‘ala> Mazhab al-Ima>m al-Sya>fi’i> , Bairut: Da>r al-Qalam, 2000
______________, Fikih Manhaji , (terj) Misrah, Yogyakarta: Darul Uswah,
2012.
Al-Imam Abi> ‘Abdillah Muhammad bin Isma’i>l bin Ibra>hi>m bin Mug{i>rah al-
Bukhari al-Ja’fari, Sahih al-Bukhari, Bairut: Dar al-Fikr, t.t.
Cik Hasan Basri (ed.) Hukum Islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia,
Jakarta: Logos,1998
Cik Hasan Basri (ed.), Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional.
Daly, Peunoh, Taklif dan Mukallaf, dalam Ismail Muhammad Syah,dkk, Filsafat Hukum Islam,cet. Ke-2, Jakarta:Bumi Aksara,1992.
Departemen Agama RI Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, Alasan Syar’i Tentang Penerapan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta:
Departemen Agama RI Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 1998
Dirdjosisworo,Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, cet.ke-13, Jakarta: Rajawali
Press, 2010.
Dodge, Christine Huda, Kebenaran Islam, terj. Ahmad Asnawi, Yogyakarta: PT
Aninda Mitra Internasional, 2006.
Fadl, Khaled M Abou el, Atas Nama Tuhan, terj. Cecep Lukman Yasin, Jakarta:
Serambi, 2004.
143
Farran, Syaikh Ahmad bin Mustafa al-, Tafsir Imam Syafi;i, terj. Ali Sultan &
Fedrian Hasmand, Jakarta: Almahira, 2008
Fauzan, Saleh Al-, Fiqih Sehari-Hari, terj. Abdul Hayyieal-Kattani dkk, Jakarta:
Gema Insani press, 2005.
Fauzan, Shalihbin Fauzan al-, Ringkasan Fikih Lengkap, terj.Asmuni, Jakarta:
darul Falah, 2005
G{aza>li Al-, Abu Hamid > , Al-Mustasfa Fi Ilm Al-Usul, Madinah:tp.tt.
Hakim, Abd al-Hamid, al-Bayan, Jakarta:Sa’adiyah Putra, t.t.
Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh, cet.ke-2 (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997.
Hasyim, Syafiq, Menakar ‚Harga‛ Perempuan, Bandung: Mizan, 1999.
_____________ Bebas Dari Patriarkisme Islam, Depok: KataKita, 2010.
Hudari, Ahmad Al-, An-Nika>h al-Qa>da>ya> al-Muta’aliqah Bih, Al-Azhar:
Maktabah Kuliyah As-Syariah, 1967.
Husein, Muchnun, Pengantar Edisi Prtama Dari Penerjemah, dalam J.N.D.
Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern , Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogyakarta atas kersama dengan Badan penerbit IAIN Walisongo
Press,1994.
Ibn Qudamah al-Maqdisiy, Al-Mughni Wa Al-Syarh Al-Kabir, Beirut: Dar Al-
Fikr,tt
Ibnu Qadamah, Al-Mugni, Riyadh: Maktabah riyad al-hadisah, tt
Ibnu Qasim, fat’al-Qarib, terj. Imran Abu Amar, Kudus: Menara Kudus,tt.
Imam Muslim, Sahih Muslim, India: Adam Publishers & distributors, 1996.
Imam Nawawi, Hadis Arbain, hadis no.1
Juzair, ‘Abdurrahman, al-i>, Al-Fiqh ‘Ala Al-Maz{a>hibi Al-Arba’ah, Kairo:
Maktabah Al-Thaqafah al Diniyyah, 2005.
Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushulul Fiqh, Mesir: Da’wah Islamiyah Syabab al-
Azhar, 1968, alih bahasa oleh Masdar Helmy, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung:
Gema Risalah Press, 1996.
Mahfudh, Sahal, Pendahuluan Fikih Sosial: Upaya Pengembangan Mazhab Qauli
dan Manhaji, dalam Nuanasa Fikih Sosial , Yogyakarta: Lkis, 2012
144
Mahsun, Hukum Islam Indonesia : Dari Nalar Partisipatoris Hingga Emansipatoris, Yogyakarta: LKis, 2005.
Manan, Abdul, Aspek-aspek Pengubah Hukum, Jakarta: Pranada Media, 2005.
Maraghi, Ahmad Mushthafa Al-, Tafsir Al-Magaghi, terj.Anshori Umar
Sitanggal dkk, Semarang: Toha Putra,1993.
Marzuki Wahid, Fiqh Indonesia, Bandung: Marja, 2014.
Minhaji, Akh., Strategies for Social Research: The Methodological Imagination
in Islamic Studies, Yogyakarta: SUKA Press, 2009.
Moh. Dahlan, Abdullah Ahmed An-Na’im Epistimologi Hukum Islam
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.
Mubarok,,Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Alu Mukhtashar Nailul Authar, Terj.
Amir Hamzah facruddin dan Asep Syaefullah, Jakarta: Pustaka Azzam,
2006.
Mudhor, M. Atho, Membaca Gelombang –Gelombang Ijtihad: Anatar Tradisi dan Liberasi, Mathorial Wustho (ed.), Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
1998.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab, (terj.) Masykur ddk,
Jakarta: Lentera, 1999.
Muhammad, Husain, Agama Menolak Kekerasan dalam Inayah Rohmaniyah, Konstruksi Patriarki Dalam Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang,
Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin & Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Dan Diandra Pustaka Indonesia, 2014.
Muhmudi, Zaenal Sosiologi Fikih Perempuan, Malang: UIN Malang Press, 2009.
Mundziri, Hafidz Al-, Sunan Abi Daud, terj. Bey Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin Semarang: CV Asy-Syifa’,1992.
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Muttaqien, Dadan, Cakap Hukum Bidang Perkawinan Dan Perjanjian
(Yogyakarta: Insania Cita press, 2006.
Nasution, Khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam di Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia Muslim, Yogyakarta:
ACAdeMIA & TAZZAFA, 2009.
____________, Hukum Perkawinan 1, Yogyakarta: Tazzafa+ACAeMIA, 2005.
145
____________, Usul Fikih: Sebuah Kajian Fikih Perempuan, dalam Mazhab Jogja Menggas Paradigm Ushul Fikih Kontemporer, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Press.
Nu’man, Abu Hanifah, Sharh Musnad al-Imam Abi hanifah, Beirut: Dar Al-
Kutub Al-‘ilmiyah, tt.
____________, al- Ah{ka>m Al-Syar’iyah Fi Al-Ahwa>l Al-Syahsiyah’Ala Mazhab al-Imam Al-a’z{am Abi Hanifah al-Nu’ma>n, t.k: Maktabah Muhammad Ali
S}abi>h, 1960.
Quthb, Sayyid, Fi Z{ilali al-Qur’an terj. As’ad Yasin Abdul Aziz Salim
dkk,cet.ke 8, Jakarta: Gema Insani Press, 2013.
Rachmat Djatnika, Filsafat Hukum Islam dalam Berbagai Bidang, dalam Zaini
Dahlan DKK, Filsafat Hukum Islam, cet. Ke-2, Jakarta: Bumi Aksara,
1992.
Rahardjo, Satjipto, dan Khudzaifah Dimyati, Sosiologi Hukum: Perkembangan,
Metode, dan Pilihan Masalah, Muhammadiyah University Press, 2002.
Riduwan, Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta,
2013.
Rifai, Muhammad nasib al-, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir terj. Budi Permadi,
Jakarta: Gema Insani, 2011.
Rohmaniyah, Inayah, Konstruksi Patriarki Dalam Tafsir Agama Sebuah Jalan Panjang, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin & Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Dan Diandra Pustaka Indonesia, 2014..
Shiddiqy, M. Hasbi Ash-, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: NV Bulan Bintang,
1975.
Shihab, M. Quraish, Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Wawasan Agama, Bandung:Mizan,1999.
________________, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahaui, cet.ke-9, Tangerang: Lentera Hati, 2010.
Shodiqin, Ali, Fiqh Ushul Fiqh, Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012.
Siti Nurhayati, Tinjaun Maslahah Atas Legalitas Praktek Aborsi Bagi Korban
Perkosaan, studi atas uu no. 36 tahun2009 tentang Kesehatan, 2012 .
146
Soekanto, Soerjono, dkk, Pendekatan Sosialogi Terhadap Hukum, Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1988.
_________, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali,1997.
___________, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet.ke-5 (Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Supriatna dkk, Fikih Munakahat dilengkapi dengan UU No.1 tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SUKA,
2008.
Sutanto,dkk, Pengantar Ilmu Hukum/PTHI, cet.ke-5, Tangerang: Penerbit
Universitas Terbuka , 2012.
Thontowi, Jawahir, ‚Modul Sosiologi Hukum Dan Aplikasinya Dalam
Masyarakat Muslim Indonesia‛ Bahan kuliah Mahasiswa Pascasarjana
Fakutas Hukum UII dan Jurusan Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2007.
Tihami M.A., dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, cet. ke-3, Jakarta: Rajawali
Press, 2013.
Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Pembaharuan Hukum Islam Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Tim
Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, 2004).
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakaerta: Djambatan,1992
Tirmidzi, Abu Isa bin Surah at-, Sunan At-Tirmidzi, Semarang: CV. As-syifa, 1992.
Umar bin Muhammad Barka>t, al-Faid{ Al-ilah al-Ma>lik, ( Bairut: Da>r al-kotob al-
ilmiyah, 1971.
Utsamin,Syaikh Muhammad, Fikih Wanita menurut al-Qur’an dan Sunnah, terj.
Faisal Saleh & Yusuf Hamdani, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009.
Yanggo, Chuzaimah T. dan Hafiz Anshary AZ ed., Problematika Hukum Islam
Kontemporer, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996..
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum , cet.ke-6, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Zuhaili, Wahbah az- Fiqih Islam Wa Adilatuhu, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,
dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011.
147
__________ Fikih Imam Syafi’i, Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, Jakarta:
Almahira, 2010.
KAMUS
Munawir, Warson, Kamus Munawir, Surabaya: Pustaka Pregresif, 1997.
Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) VI.I http://ebsoft.web.id
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, t.k: Amzah, 2005.
ENSIKLOPEDIA
JURNAL
Agus Moh. Najib, ‚Kontraversi Perempuan Sebagai Wali‛ dalam Jurnal Musawa,
Vol. 5, No, April 2007.
Satjipto rahardjo, ‚hukum progresif: hukum yeng membebaskan ‚, dalam Jurnal
Hukum Progresif, Vol.1, No. 1, April 2005.
PERUNDANG-UNDANGAN
UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Convention On The Rights Of The Child
RUJUKAN TESIS/DISERTASI
Arini Rufaida: hakistri menolak rujuk dalam Kompilasi hukum Islam (studi analisis sejarah sosial hukum perkawinan Islam Indonesia), ‚Tesis‛ PPS
UIN Sunan Kalijaga, 2013.
148
Atun Wardatun , Wanita Indonesia dalam Keluarga;Perspektif Feminis Muslim
(telaah isu peran gender dalam UU NO.1/1974 tentang perkawinan) ‚Tesis‛
PPS UIN Sunan Kalijaga, 2000.
Fikria Najitama, Perempuan dalam hukum Islam (Studi atas epistimologi
pemikiran Amina Wadud) ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga.
Hibatun Wafiroh , Bahtsul Masa’il NU tentang Perempuan Studi Terhadap Hasil
Ijtihad Ulama NU (1926-1999), ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Khaidarullah, Modernitas Hukum Keluarga Islam: Studi Terhadap Perkembangan
Diskursus Dan Legalitas Usia Perkawinan Di Indonesia, Tesis, PPS UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014.
Khairul Mufti Rambe, Hak-hak perempuan dalam hukum keluarga islam: studi
pemikiran Ashgar Ali Engineer ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Kuni Khairun Nisak, Posisi Perempuan dalam Muhammadiyah (studi analisis
Kritis terhadap himpunan putusan tarjih (HPT) tentang Perempuan ‛Tesis‛
PPS UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Muh.Nasirudin, ‚Kedudukam wanita dalam Islam (Studi atas Pemikiran
Muhammad Syahru>r)‛Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Nuzulur Rohmah, ‚kewenangan istri menolak rujuk dalam kompilasi hukum
Islam‛, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Klaijaga
Yogyakarta, 2006.
Nuzulur Rohmah, ‚Kewenangan Istri Menolak Rujuk Dalam Kompilasi Hokum
Islam‛, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2006.
Rial Fu’adi, Maslahat dan Aplikasinya dalamUndang-Undang Perkawinan (studi
terhadap Undang-Undang Mesir. Maroko,dan Indonesia), Tesis, tidak
diterbitkan PPS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000.
Riza Adib Faisal ‚Pemikiran Hasan Al-Banna Tentang Hak-Hak Perempuan
dalam Keluarga ‚Tesis‛ PPS UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan.
WEB
Kedaulatan Rakyat, Minggu 8 Maret 2015, hlm.8
Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik, JAKARTA, bkkbn
online http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967 akses
tanggal 11 Mei 2015
149
Ravik Karsidi , Pola Hubungan Dalam Keluarga: suatu kajian menegemen
keluarga., Essay, pdf. http://si.uns.ac.id/ akses 21 Mei 2015. Dan T.O.
Ihromi (ed.), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Buku Obor,
1999), hlm. 99-102.
Martin Sihombing, ‚Data Perceraian Di Indonsia Sudah Melewati 10 Persen‛
Kamis, 14/08/2014, kabar 24.com akses pada 11 Mei 2015.
http://www.pesona.co.id/relasi/keluarga/pertimbangan.sebelum.rujuk/003/001/60
akses 19 mei 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Umi Salamah, S.H.I
Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 8 Agustus 1990
Alamat Asal : Dsn. Ujan Mas, Ds. Uman Agung Mataram Rt/Rw 04/1 Kec. Bandar Mataram Kab. Lampung Tengah
Nama Ayah : H. M. Shodiq
Nama Ibu : Siti Mubarokah (Almh)
Email : mbakumiku@g mail.com
No. HP : +6285701004697
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
a. MI Al-Mubarok : 2002 b. MTs Al-Mubarok : 2005 c. MA Al-Mubarok : 2008 d. SI UIN SUNAN KALIJAGA : 2013 e. S2 UIN SUNAN KALIJAGA : sekarang
2. Pendidikan agama a. TPA Al-Mubarok (1999-2000) b. Madrasah Diniyah PP. Hidayah Al-Mubarok Lampung Tengah
(2007) c. Madrasah Diniyah PP. Nurul Ummah Putri Kotagede-Yogyakarta
(2008-sekarang)
C. Riwayat Organisasi 1. TU Mts Al-Mubarok 2007 2. Sie Konsultan Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) 2010 3. Ketua Ramadhan fil Ma’had 2012 4. Sie.Pendidikan Komplek Hafsoh PPNU-pi 2011 5. Pengurus Perpustakaan An-Nabil PPNU-pi 2010 6. Sie. Ubudiyah Takmar Masjid Al-Faruq PPNU-Pi 7. Sie. Sumber Daya Manusia (SDM) Tim Bina Desa 2011 8. Sekertaris PPNU-pi 2012 9. Sie Keamanan PPNU-pi 2013-2015
Yogyakarta, 25 Mei 2015
Umi Salamah NIS. 08.1155