· skripsi oleh : ismail nim: 0431056 bab i pendahuluan a. latar belakang masalah dewasa ini,...

77

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan
Page 2:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan
Page 3:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan
Page 4:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................... ii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................. v

DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

ABSTRAK................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 4

C. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional ....................... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7

E. Garis-garis Besar Isi Skripsi .............................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10

A. Pengertian Alquran ............................................................ 10

B. Hakekat diturunkannya Alquran ........................................ 17

C. Peranan Hafidz Alquran terhadap

Pemeliharaan keaslian Alquran ......................................... 20

D. Keutamaan Qiraatul qur’an ............................................... 25

C. Kerangka Pikir ................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 30

B. Populasi dan Sampel ........................................................... 31

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 34

D. Teknik Analisis Data ........................................................... 36

BAB IV PEMBAHASA HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros ....... 39

B. Eksistensi Qira’atul Qur’an Pondok Pesantren

Hj. Haniah Maros ................................................................... 43

C. Intensitas Pembinaan Qira’atul Qur’an Pondok Pesantren Hj.

Haniah Maros ........................................................................... 60

v

Page 5:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 63

A. Kesimpulan ................................................................................ 63

B. Saran-Saran ............................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA………….....………….......….....................……........ 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

Page 6:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

EKSISTENSI PEMBELAJARAN QIRA’ATUL QUR’AN

PADA PONDOK PESANTREN Hj. HANIAH MAROS

Skripsi

Oleh : Ismail Nim: 0431056

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan

lembaga pendidikannya menjalankan peran pelopor untuk

mengintegrasikan dua sistem pendidikan yang sampai sekarang masih

berjalan. Hal itu disimpulkan dari tujuan pendidikan nasional yang terdapat

dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Bab II, pasal 3 sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Keputusan politik di atas sangatlah tepat, karena telah

menempatkan keimanan dan ketaqwaan sebagai ide sentralnya. Dengan

demikian, lembaga pendidikan Islam baik madrasah, pesantren maupun

1 Departemen Agama RI., Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007), h. 5.

Selanjutnya disebut Undang-Undang .

Page 7:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

2

sekolah-sekolah Islam lainnya merupakan lembaga pendidikan Islam yang

memiliki peranan yang sangat penting. Dalam hal ini lembaga pendidikan

Islam tersebut merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang

dapat mewujudkan bukan hanya pendidikan Islam, tujuan pendidikan

nasionalpun dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas

kependidikannya, lembaga pendidikan Islam tidak hanya sebagai tempat

lahirnya sumber daya insani yang membina kecerdasan dan keterampilan,

akan tetapi juga membina, melatih dan mengembangkan potensi anak didik

sesuai dengan ajaran Alquran.

Salah satu hakekat diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi

pedoman dan petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang lurus.2 Hal ini

berarti bahwa Alquran dapat memberikan bimbingan kepada manusia ke

jalan yang diridhai Allah serta memberikan dorongan untuk berjuang

dijalan-Nya dan berusaha meningkatkan potensi kemanusiaan dalam

berbagai macam situasi dan kondisi zaman yang senantiasa berubah.

Pondok pesantren (Ma’had) sebagai lembaga pendidikan Islam

berorientasi bagaimana menjaga keseimbangan pemurnian ajaran Islam dari

tarikan asimilasi budaya asing maupun unsur sistem budaya lokal. Alquran

merupakan salah satu warisan Nabi Muhammad saw. yang perlu dijaga,

2 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Alquran, diterjemahkan oleh

Aunur Rafiq El-Mazni dengan judul Pengantar Studi Ilmu Alquran, (Cet. I; Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 3.

Page 8:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

3

dikaji, dan dipraktekkan semangat dan isinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pesantren adalah institusi pendidikan Islam yang diharapkan mampu

melakukan hal tersebut, dan mencetak generasi-generasi yang siap

menyebarkan ajaran-ajaran Islam serta melestarikannya. Oleh karena itu,

peranan lembaga pendidikan Islam (madrasah dan pesantren) disamping

sebagai tempat pendidikan, ia juga berperan untuk menjaga dan memelihara

keotentikan (kemurnian) Alquran.

Menjaga Alquran sebenarnya bukan hanya tugas suatu lembaga

pendidikan, tetapi semua umat Islam, baik ulama ataupun cendekiawan

harus menguasai ilmu-ilmu tentang Alquran. Hal itu disebabkan karena

menjaga kemurnian Alquran merupakan salah satu ibadah yang tinggi

pahalanya di sisi Allah. Salah satu cara untuk menjaga kemurnian Alquran

agar tidak ada jalan bagi orang-orang kafir untuk merubah teks, huruf

maupun tanda baca Alquran adalah dengan cara membaca dan

menghafalnya.3

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang berusaha menjaga

kemurnian Alquran adalah Pondok Pesantren Hj. Haniah (disingkat PPH-

Hj. Haniah) Maros yang mengupayakan mengembangkan Qira’ah,

Tilawah dan Tahfidzul Qur’an. PPH.Hj. Haniah Maros merupakan salah

3 M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Cet. XXV; Bandung: Mizan, 2003), h. 64. Selanjutnya ditulis

Membumikan ...

Page 9:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

4

satu pondok pesantren yang membina dan mendidik santri-santrinya untuk

mengkaji dan mempelajari Alquran baik dalam bentuk Qira’ahnya,

tilawanya maupun dalam bentuk hafalan dengan pembinaan khas pesanten.

Berdasarkan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat muslim

tentang generasi kader imam baik dalam shalat fardhu maupun tarawih

semakin bertambah. Demikian pula tenaga yang dipersiapkan sebagai

peserta dalam arena MTQ., baik di tingkat kabupaten, propinsi, maupun

tingkat nasional dan internasional sangat dibutuhkan. Sementara generasi

muda Islam yang menekuni kegiatan ini semakin terbatas jumlahnya. Oleh

karena itu, sangat perlu untuk diteliti tentang lembaga qira’tul qur’an yang

potensial maju dan berkembang untuk mendorong agar senantiasa

menumbuh kembangkan diri sehingga tetap eksis bahkan optimal ke depan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok

yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana eksistensi

pembelajaran Qira’atul Qur’an Pondok Pesantren Hj. Haniah ( PPH.Hj.

Haniah) di Maros ? agar pembahasan nantinya lebih terarah berikut ini

dikemukakan sub sebagai batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana eksistensi pembelajaran qira’tul Qur’an PPH. Hj. Haniah di

Maros ?

Page 10:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

5

2. Bagaimana intensitas pembinaan santri qira’tul Qur’an PPH. Hj. Haniah

Maros ?

C. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya berbagai penafsiran terhadap makna

dalam judul penelitian ini, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian

variabel yang digunakan dalam judul, antara lain:

1. Eksistensi Pembelajaran Qira’tul Qur’an

Dalam Kamus Istilah Induk Ilmiah, Eksistensi adalah “wujud dari

sesuatu (zat, benda) hakikat; keberadaan(nya)”.4 Konsep Eksistensi yang

terdapat pada judul ini adalah keberadaan pembelajaran qira’tul qur’an di

PPH. Hj. Haniah Maros.

Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”5

Adapun kata Qira’ah berti hal-hal yang berhubungan dengan cara

pembacaan Alquran.6 Sdangkan kata Qira’ah H. Achmad Roestandi, SH,

adalah membaca atau seni baca Alquran yang sesuai dengan ilmu tajwid.7

4 M. Dahlan Y. Al-Barry, Kamus Induk Istilah Ilmiah, seri Intelektual (Cet. I;

Surabaya: Target Press, 2003), h. 163

5 Departemen Agama RI., Undang-Undang ... Bab I Pasal 1 Ayat 20. op. cit., h.

4. 6 Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Cet. 2; Jakarta

: Balai Pustaka, 2002), h. 116

7 H. Achmad Roestandi, SH, Ensiklopedi dasar Islam,(Cet. I; Jakarta : Pradnya

Paramita,1993), h. 221.

Page 11:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

6

Dengan demikian, konsep pembelajaran Qira’atul Qur’an adalah

suatu usaha yang ditempuh dalam membaca Alquran. Dalam penelitian ini,

akan dikemukakan pola dan sistem bacaan Qur’an di PPH. Hj. Haniah.

2. PPH. Hj. Haniah Maros.

PPH. Hj. Haniah singkatan dari Pondok Pesantern Hj. Haniah

yang berarti lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat

madrasah-madrasah yang mempelajari ilmu khusus dan umum dengan

sistem Asrama ( pondok). 8

PPH. Hj. Haniah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam

yang berada di Maros. PPH merupakan pondok pesantren yang memakai

sistem kombinasi antara kurikulum madrasah dan pondok pesantren. Dalam

pesantren ini, terdapat 8 (delapan) tingkatan organisasi edukatif, yaitu: 1)

Pengajian Dasar; 2) Raudhatul Athfal atau Taman Kanak-kanak; 3)

Pengajian Kitab Kuning; 4) Kursus Ilmu Tajwid; 5) Madrasah Diniyah; 6)

Madrasah Tsanawiyah; 7) Madrasah Aliyah; 8) Qira’ah, Tilawah dan

Tahfidz al-Qur’an, Dalam penelitian ini, yang menjadi topik pembahasan

adalah qira’atul Qur’an di PPH. Hj. Haniah Maros.

8 K.H. M.Anwar Pane, Pimpinan Pondok Pesantren Hj. Haniah, Wawancara,

Pada Tanggal 9 Agustus 2008 di Rumahnya.

Page 12:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

7

Dari pengertian di atas, dapat dipamahami bahwa yang dimaksud

dengan judul Eksistensi Pembelajaran Qira’atul Qur’an PPH Maros adalah

suatu kajian terhadap keberadaaan pembelajaran Qira’atul Qur’an PPH. Hj.

Haniah Maros. Dengan kata lain, kajian dan penelitian tentang pembinaan

qira’ah Alquran pada santri PPH. Hj. Haniah. Dengan demikian, secara

operasional, ruang lingkup pembahasannya meliputi latar belakang

diprogramkannya Qira’tul Qur’an di PPH. Hj. Haniah, serta pola dan sistem

pembelajaran serta intensitas pembinaan santri Qira’atul Qur’an yang

dikembangkan di PPH. Hj. Haniah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini lahir atas kondisi masalah-masalah yang

muncul dalam permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan eksistensi pembelajaran qiratul Qur’an di PPH.

Hj. Haniah Maros.

2. Untuk mendeskripsikan intensitas pembinaan santri qira’atul Qur’an

yang dikembangkan di PPH. Hj. Haniah.

Adapun kegunaan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Kegunaan Ilmiah

a. Menambah khasanah ilmiah tentang eksistensi pembelajaran qira’atul

Qur’an pada PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 13:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

8

b. Memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang pendidikan tentang sistem

pembelajaran yang dikembangkan di Maros khususnya pembelajaran

qira’tul Qur’an di PPH. Hj. Haniah.

2. Kegunaan Praktis

a. Dengan selesainya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi

pengelola PPH selanjutnya, terkhusus tentang sistem pembelajaran

qira’tul Qur’an.

b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program

Strata satu ( S.1) Tarbiyah STAI DDI Maros.

E. Garis-garis besar Isi Sripsi

Untuk memperoleh gambaran global tentang apa dan bagaimana yang

diuraikan dalam skripsi ini, maka penulis akan memaparkan lintasan sekilas

pembahasan ke bab per bab sebagai garis besarnya ada lima yaitu :

Dalam bab pendahuluan, penulis mengemukakan pokok-pokok pikiran

yang terkandung dalam skripsi ini, serta teori-teori yang ditemukan yang kelak

akan diuji kebenarannya dalam ulasan yang lebih luas dan terinci, pada bab ini

diawali dengan menguraikan latar belakang masalah, disusun dengan urutan

kebawah yaitu rumusan dan batasan masalah dengan muatan nilai-nilai

pertanyaan, pokok permasalahan dengan sub-subnya, kemudian pengertian judul

dan definisi operasional, kemudian tujuan dan kegunaan penelitian, diruang

penutup dalam bab pendahuluan ini diakhiri dengan garis-garis besar isi skripsi

Page 14:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

9

Selanjutnya pada bab kedua, penulis menguraikan tinjauan pustaka,

dengan menguraikan tentang hubungan dengan penelitian sebelumnya, landasan

teori yang memuat pengertian Alqur’an, hakekat diturunkannya Alquran, Peranan

Qira’atul qur’an terhadap pemeliharaan keaslian Alquran, Keutamaan Qira’ah

Alquran, kemudian pada akhir bab ini adalak kerangka pikir Pondok Pesantren Hj.

Haniah

Kemudian pada bab ke tiga selanjutnya dijelaskan metode penelitian

dengan sistem pendekatan dan jenis penolitian, populasi dan sampel, selanjutnya

diungkapkan metode pengumpulan data melalui librariy research dan field

research, dengan sistem interview, Obserfasi, wawancara, angket dan

dekumentasi, kemudian diuraikan teknis analisis data dengan menggunakan

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan ( komparatif).

Pada uraian selanjutnya adalah uraian hasil penelitian yaitu bab

keempat yang merupakan bab inti yakni menguraikan Gambaran umum Pondok

pesantren Hj. Haniah dengan menguraikan eksistensi Qira’atul Qur’an pada

pondok pesantren Hj. Haniah Maros, Intensitas Pembinaan Qira’atul qur’an

Podok pesantren Hj. Haniah Maros.

Bab lima adalah merupakan bab akhir penutup, setelah memusatkan

perhatian pada bab pembahasan inti dalam skripsi ini, maka penulis menarik

beberapa kesimpulan dari uraian pembahasan skripsi tersebut diatas dan

memaparkan beberapa saran-saran sebagai sumbangan pemikiran peneliti dari

hasil yang dicapai dalam skripsi ini.

Page 15:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Alquran

a. Ta’rif Alquran dari Segi Bahasa

Dalam pembicaraan soal ta’rif (batasan pengertian sesuatu), akan

dimulai dari sudut bahasa. Alquran menurut bahasa ialah bacaan atau yang

dibaca.9 Kata Alquran merupakan bentuk masdar dari قرأ - يقرأ - قرآءة - وقرانا

yang diartikan dengan isim maf’ul, yaitu maqru’ yang dibaca.10 Akan tetapi

hal itu tidak disepakai bersama sepenuhnya. Sebab ada yang mengatakan

Alquran bukanlah terambil dari kata-kata apa pun, melainkan dia nama

khusus bagi “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad

saw., sebagai halnya yang diberikan-Nya untuk kitab suci: Taurat dan Injil.

Bila dibaca “Qur’an” (tanpa al di depannya) memang berarti nama bagi

segala yang dibaca. Sedangkan Alquran hanyalah tertuju kepada firman

Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab itu.

9 Ahmad Warson al-Muawwir, Kamus al-Munawir: Arab Indonesia (Cet. XIV:

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1102;

10 Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran (Cet. VIII,

Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 15.

Page 16:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

11

Kata Alquran dari segi istiqaq-nya terdapat beberapa pandangan

dari para ulama, antara lain sebagaimana yang terungkap dalam kitab al-

Madkal li Dirasah al-Qurān al-Karim, sebagai berikut:

b. Alquran adalah bentuk masdar dari kata kerja qara’a. Berarti

bacaan. Kata ini selanjutnya, berarti kitab suci yang diturunkan

Allah swt., kepada Nabi Muhammad saw. Pendapat ini

berdasarkan firman Allah swt., dalam QS. al-Qiyamah [75]: 18.

Pendapat seperti ini di antaranya dianut oleh al-Lihyan (w. 215 H).

c. Alquran adalah kata sifat dari al-qara’u yang bermakna al-jam’u

(kumpulan) sebagaimana orang Arab mengatakan: “qara’tul mā-a

fi al-haudhi” (aku mengumpulkan air ke dalam telaga).

Selanjutnya kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab

suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., karena

Alquran terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-

kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari

kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Pendapat ini

dikemukakan oleh Az-Zujjaj (w. 311 H).

d. Kata Alquran adalah ism alam, bukan kata bentukan dan sejak awal

digunakan sebagaimana bagi kitab suci umat Islam. Lafal Alquran

tidaklah berhamzah (berbunyi an) dan bukan pula terambil dari

sesuatu kalimat lain, tidak berasal dari “qara’tu” (aku membaca).

Sebab kalau berasal dari “qara’tu, tentulah setiap apa yang dibaca

Page 17:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

12

orang dinamakan Alquran. Oleh karena itu Alquran hanyalah nama

resmi bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi saw., tetapi

dengan pengertian Alquran harus dibaca dengan tidak

membunyikan “an” yaitu al-Qurān. 11

Menurut Abu Syuhbah, dari ketiga pendapat di atas, yang paling

tepat adalah pendapat pertama, yakni Alquran dari segi istiqaq-nya, adalah

bentuk mashdar dari kata qara’a.12 Hal ini diperkuat dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Subhi Shaleh, beliau menyimpulkan bahwa sekian

banyak pendapat tentang asal kata Alquran, beliau cenderung menguatkan

pendapat bahwa Alquran adalah mashdar dari kata kerja “qara’a”,

sehingga kata Alquran bersamaan (muradif) artinya dengan “qira’ah” yang

bermakna bacaan.13 Hal demikian adalah makna yang dipergunakan oleh

ayat Alquran sendiri sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Qiyamah

[75]: 16-18:

Terjemahnya:

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran

Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16). Sesungguhnya atas

tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan

11 Muhammad bin Muhammad Abu Syahban, Al-Madkal li Dirasah al-Quran

al-Karim (Beirut: Dar al-Jil, 1992 M./1412 H.), h. 19-20.

12 Ibid., 20.

13 Subhi Shaleh, Mahahis fi Ulum al-Qur’an, (Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm li al-

Malayin, 1977), h. 24.

⧫ ⧫ ➔⧫ . ◆◼⧫ ➔⬧

⧫◆➔◆ .⬧⬧ ⧫⧫⬧ ⬧ ⧫◆➔

Page 18:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

13

(membuatmu pandai) membacanya (17). Apabila Kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18). Kemudian,

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (19).14

Ibn Abbas mengatakan bahwa Asbab al-Nuzul ayat sebagaimana

disebutkan di atas, berawal dari keinginan Rasulullah saw., sangat segera

menguasai Alquran yang diturunkan. Ia menggerakkan lidah dan kedua

bibirnya karena takut apa yang turun itu akan terlewatkan. Ia ingin segera

menghafalnya, maka Allah menurunkan: “Janganlah kamu gerakkan

lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat

(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”.

Maksudnya. “Kami yang mengumpulkannya di dadamu, kemudian Kami

membacakannya, kemudian Kami membacakannya”. Apabila Kami telah

selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu; maksudnya,

dengarkan dan perhatikanlah ia”. Kemudian, sesungguhnya atas

tanggungan Kamilah penjelasannya, yakni menjelaskannya dengan

lidahmu’. Dalam lafal yang lain dikatakan “atas tanggungan Kamilah

14 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya (Saudi Arabiah:

Mujamma' al-Malik Fahd Li Thiba'at al-Mushaf, 1415 H.), h. 999. Pengertian “membaca”

juga terdapat dalam ayat di atas terdapat pula dalam berbagai ayat di antaranya QS.bAl-

Hijr [15]:87; An-Naml [27]:6; Al-Ahqaf [46]:29; Al-Waqi’ah [56]:77-79

Page 19:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

14

membacakannya’. Setelah ayat ini turun bila Jibril telah pergi, barulah ia

membacanya sebagaimana diperintahkan Allah swt.15

Qur’ānah pada ayat di atas berarti qirā’atahu (bacaannya/cara

membacanya). Jadi kata itu adalah masdar (infinitif) menurut wazan

(tasrif, konjungsi) fu’lan dengan vokal “u” seperti “gufran” dan “syukur”.

Sehingga dapat dikatakan qara’tuhu, qur’an, qirā’atan wa qur’ānan. Di

sini maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama Qur’an (bacaan), yakni

penamaan ‘maf’ul dengan masdar. 16 Dengan demikian dari ayat di atas

dapat diketahui bahwa kata Alquran bersamaan (muradif) artinya dengan

“qiraah” yang bermakna bacaan.

Pengertian “membaca” yang tersebut dalam ayat di atas terdapat

pula dalam berbagai ayat, di antaranya QS. al-Hijr [15]:87; an-Naml [27]:6;

al-Ahqaf [46]:29; al-Waqi’ah [56]:77-79.

b. Ta’rif Alquran dari Segi Istilah

Allah swt., menamai kitab-Nya dengan nama yang berlainan

dengan nama yang diberikan orang-orang Arab terhadap hasil karya tulis

15 Jalaluddin as-Suyuthi, Lubab an-Nuzul fi Asbab an-Nuzul diterjemahkan

oleh Rohadi Abu Bakar dengan judul Terjemah Asababun Nuzul (Semarang: Waicaksana,

1986), h. 650-651.

16 Manna al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an diterjemahkan oleh

Mudzakkir dengan judul Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Cet. VIII; Bogor: Litera AntarNusa,

2004), h. 16.

Page 20:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

15

mereka. Mereka menamakan himpunan dari khutbah dan syair mereka

dengan ”diwan”, sebagaimana Allah menamai himpunan firman-Nya

dengan “Alquran”. Mereka menyebut sebagian dari isi diwan itu dengan

“qasidah” sebagaimana Allah menamai sebagian isi Alquran dengan

“surah”. Mereka menamai isi sebagian qasidah itu dengan bait,

sebagaimana Allah menamai sebagaian surah itu dengan “ayat”.17 Jelaslah

bahwa semua istilah yang terdapat dalam Alquran adalah produk asli dari

Allah swt., yang tiada dikenal bangsa Arab sebelumnya.

Dari sudut defenisi, sesungguhnya banyak sekali defenisi yang

diberikan oleh para ahli tentang Alquran, yang satu sama lain agak

berlainan, namun juga mengandung beberapa persamaan, misalnya yang

dikemukakan oleh Muhammad bin Muhammad Abu Syahban sebagai

berikut:

م القران هو اللفظ العريب املنـزل على سيدان حممد صلى هللا عليه وسلاملنقول الينا تواترا املتعبد بتالوته املتحدي ابقصر سورة منه املبدء بسورة

18الفاحتة املختتم بسورة الناس.Terjemahnya:

Alquran adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw., yang disampaikan kepada kita secara mutawatir,

yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang menentang

17 Muhammad Ali Ash-Shabuny, At-tibyan fi ’Ulum al-Qur’an, diterjemahkan

oleh Moch. Chudhori Umar dan Moh. Matsna dengan judul Pengantar Studi al-Qur’an

(Bandung: al-Ma’arif, 1987), h. 12.

18 Muhammad bin Muhammad Abu Syahban, op. cit., h. 12.

Page 21:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

16

setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan (membuat) surah

yang terpendek daripadanya, yang dimulai dengan surat al-

Fa<tihah dan ditutup dengan surah al-Na<s.

Sedangkan Yusuf al-Qardawi berpendapat bahwa Alquran ialah:

Kitab Allah yang mencakup kalimat-kalimatnya yang diturunkan

kepada penutup para Nabi dan rasul, Muhammad saw. Seratus

persen lafadz dan maknanya bersumber dari ilahi, yang

diwahyukan kepada rasul dan Nabi Muhammad saw. Lewat wahyu

yang jelas dibawa turun utusan dari jenis malaikat yaitu Jibril as.,

kepada seorang utusan dari jenis manusia yaitu Muhammad. Cara

diturunkannya tidak dengan cara lain seperti ilmu atau hembusan

atau mimpi atau lainnya.19

Selain dari pengertian di atas, sebenarnya masih terdapat defenisi

tentang Alquran. Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Alquran adalah Kalam Allah

yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dengan

perantara Malaikat Jibril as., dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri

dengan surah al-Nash, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan

kepada manusia secara mutawatir (orang banyak) sebagai pedoman serta

petunjuk dan menjadi ibadah bagi orang yang membacanya.

19 Yusuf al-Qardawi, Kaifa Nata’ammal Ma’a Alquran (Bagaimana

Berinteraksi dengan Alquran), (Cet. I; Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2000), h. 3.

Page 22:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

17

B. Hakekat Diturunkan Alquran

Hakekat diturunkan Alquran adalah sebagai petunjuk, hal ini dapat

dilihat dalam QS. al-Baqarah [2]: 2:

⬧ ⧫ ◆

➔ ☺

Terjemahnya:

“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa”.20

Ahmad Mushtafa al-Maraghi mengemukakan bahwa kata al-kitab

merupakan isim yang berarti sesuatu yang ditulis. Pengertian yang )الكتب(

populer ialah al-Kitab yang sudah dikenal dan turun kepada Nabi

Muhammad saw., sebagai pengukuhan atas risalah yang dibawa, di

samping merupakan petunjuk bagi orang-orang yang mencari kebenaran,

dan menunjukkan kepada orang-orang hal-hal yang menjadi kebahagiaan di

dunia dan akhirat..21 Hal ini senada dengan pendapat Muhammad Abdul

Aziz al-Hakimi yang menjelaskan bahwa Alquran yang berisikan segala

kebakan bagi kehidupan hidup di dunia dan akhirat, yang meyempurnakan

kebahagiaan seluruh manusia, yang menjamin terlaksananya kehidupan

20 Departemen Agama, op. cit., h. 8.

21 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maragy, diterjemahkan oleh Bahrun

Abubakar dengan judul Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Jilid I (Cet. I; Semarang: Toha

Putra, 1985), h. 59.

Page 23:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

18

yang baik dan kebahagiaan yang abadi kela di akhirat bagi orang-orang

yang mengikuti petunjuk-Nya.22

Dari keterangan mufassir di atas, dapat dipahami bahwa hakekat

diturunkannya Alquran adalah untuk menjadi petunjuk bagi manusia dan

sekaligus sebagai pemberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman

sekaligus sebagai pemberi ancaman kepada orang-orang kafir, disamping

agar Rasulullah saw., sebagai utusan Allah dapat memberikan keterangan-

keterangan dalam persoalan aqidah, syari'ah dan akhlak.

Alquran memberikan hukum-hukum, perintah dan larangan-

larangan, memberikan berita gembira bagi orang-orang yang berpegang

teguh dengannya, menjalani isi kandungannya dan memberikan ancaman

keras dengan siksa yang pedih bagi orang-orang yang melanggar rel-rel

yang telah digariskan oleh Allah swt.23 Quraish Shihab mengemukakan

bahwa tujuan diturunkannya Alquran, yaitu:

a. Untuk membersihkan akal dan mensucikan jiwa tentang keesaan yang

sempurna bagi Tuhan seru sekalian alam, keyakinan yang tidak semata-

mata sebagai suatu konsep theologis, tetapi falsafah hidup dan

kehidupan umat manusia.

22Muhammad Abdul Aziz al-Hakim, Al-Futuhatu al-Rabbaniyyah diterjemahkan

oleh Q. Shaleh, A. Dahlan dan M.D. Dahlan dengan judul, Ayat-ayat Hukum: Tafsir dan

Uraian Perintah-perintah dalam Alquran (Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1976), h. 48.

23 Soleh Muhammad Basalamah, Pengantar Ilmu al-Qur'an (Cet. I; Semarang:

Dina Utama, 1997), h. 7.

Page 24:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

19

b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa

umat manusia merupakan suatu umat yang seharusnya dapat

bekerjasama dalam pengabdian kepada Allah swt., dan pelaksanaan

tugas kekhalifahan.

c. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku atau

bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan

akhirat.

d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang

kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan

mufakat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.24

Selanjutnya Quraish Shihab mengemukakan bahwa Alquran

mempunyai 3 (tiga) tujuan pokok sebagai berikut:

a. Penunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang

tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan

kepastian adanya hari pembalasan.

b. Penunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan

norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia

dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

24 Quraisyh Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Mawdhui atas Pelbagai

Persoalan Umat (Cet. I; Bandung: Mizan, 1996), h. 12

Page 25:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

20

c. Metunjuk mengenal syari'at dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.25

Dari kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa hakekat diturunkanya

Alquran adalah untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi seluruh manusia

ke jalan yang lurus dan harus ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan

dunia dan akhirat. Hal ini berarti bahwa Alquran dapat memberikan

bimbingan kepada manusia ke jalan yang diridhai Allah serta memberikan

dorongan untuk berjuang dijalan-Nya dan berusaha meningkatkan potensi

kemanusiaan dalam berbagai macam situasi dan kondisi zaman yang

senantiasa berubah.

C. Peranan Hafidz Alquran Terhadap Pemeliharaan Keaslian Alquran

Peranan penghafal Alquran (hafidz al-Qur’ani) sejak zaman

Rasulullah saw., sampai sekarang, bahkan sampai akhir zaman nanti, insya

Allah mempunyai peranan yang penting, yaitu dalam melestarikan dan

menjaga keaslian Alquran. Dalam hubungan ini, Allah swt., telah berfirman

dalam QS. al-Hijr [15]: 9:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.26

25 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an (Cet. XXVIII; Bandung: Mizan,

1999), h. 40.

26 Departemen Agama, op. cit., h. 391.

⧫ ◆⧫

⧫ ◆ ⬧

⧫❑→⧫

Page 26:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

21

Yang menarik dari ayat di atas, Allah menggunakan kata “Kami”

dalam pemeliharaan Alquran yang oleh kalangan ahli tafsir kata “Kami”

biasanya mengandung makna adanya keterlibatan atau campur tangan

manusia di dalamnya. Artinya, secara tersamar sesungguhnya Alquran

sendiri memberikan akomodasi bagi telaah historis dan sosiaologis

mengenai proses transmisi Alquran dari generasi ke generasi untuk menjaga

otoritasnya.27 Dengan pengertian ini maka bukan berarti Allah langsung

membetulkan ayat-ayat Alquran yang keliru atau salah. Tetapi melalui

penghafal Alquran, kitab suci itu Akan terpelihara dari kesalahan-kesalahan

dan terjaga dari usaha sementara pihak yang ingin mengubahnya.

Peranan para penghafal Alquran pada zaman Utsman bin Affan

dalam usaha untuk melestarikan kemurnian Alquran. Pada masa

pemerintahan Utsman, wilayah Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat,

Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu, Islam sudah tersebar ke beberapa

wilayah di Afrika, Syiria dan Persia.28 Para penghafal Alquran pun akhirnya

27 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik

(Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996), h. 111-112.

28 Ira M Lapidus, A History of Islamic Socities diterjemahkan oleh Ghufran A.

Mas’adi dengan judul Sejarah Sosial Umat Islam, bagian kesatu dan kedua (Cet. Jakarta:

rajaGrafindo Persada, 2000), h. 58-59.

Page 27:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

22

tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu saling silang

pendapat di kalangan kaum muslimin mengenai bacaan (qiraah) Alquran.29

Para pemeluk Islam masing-masing daerah mempelajari dan

menerima bacaan Alquran dari sahabat yang ahli qiraah di daerah

bersangkutan. Penduduk Syam misalnya, belajar Alquran pada Ubay bin

Ka’ab. Warga Kufah berguru pada Abdullah bin Mas’ud, sementara

penduduk yang tinggal di Basrah berguru dan membaca Alquran dengan

qiraah Abu Musa al-Asyari.30 Versi qiraat yang dimiliki dan diajarkan

masing-masing ahli qiraat satu sama lain berlainan. Hal ini rupanya

menimbulkan dampak negatif dikalangan umat Islam waktu itu. Masing-

masing saling membanggakan versi qiraat mereka dan saling mengakui

bahwa versi qiraat mereka yang paling baik dan benar.

Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan, di antara orang

yang menyerbu kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia

banyak melihat perbedaan dalam cara-cara membaca Alquran, bahkan ia

mengamati sebagian qiraat itu bercampur dengan kesalahan. Masing-

masing mempertahankan bacaaanya serta menentang bacaan yang bukan

berasal dari gurunya. Melihat kenyataan yang memprihatinkan ini

29 Ibrahim al-Ibyari, Tarikh al-Qur’an (Kairo: dar al-Qalam, 1965), h. 81.

30 Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya

terhadap Istinbath hukum dalam Alquran (jakarta: RajaGrafindo Persda, 1995), h. 56.

Page 28:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

23

Khuzaifah segera menghadap khalifah Utsman dan melaporkan apa yang

telah dilihatnya, dia berkata:

الناس قبل ان خيتلفوا يف كتاهبم الذى هو اصل الشريعة ودعامه أدرك 31الدين كمااختلف اليهود والنصارى.

Terjemahnya:

Dapatilah orang-orang sebelum mereka memperselihsihkan kitab-

kitab mereka yang menjadi pokok syariat agama, sebagai mana

perselisihankaum Yahudi dan Nasrani.

Setelah menerima laporan serta pandangan-pandangan Huzaifah,

Utsman segera mengundang para sahabat dari Anshar dan Muhajirin

bermusyawarah, yang akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar mushaf Abu

Bakar di salin kembali dan dikirim ke berbagai kota atau daerah untuk

dijadikan rujukan bagi kaum muslimin terutama apabila terjadi perselisihan

tentang qiraah Alquran antara mereka.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Khalifah Utsman membentuk

satu tim yang terdiri dari empat orang sahabat, yaitu: Zaid bin Tsabit,

Abdullah ibn Zubair, Sa’id ibn al-‘As dan Abd. Rahman ibn Haris ibn

Hisyam.32 Keempat orang itulah para penulis wahyu. Tim itu bertugas

31 Ibrahim al-Ibyari, op. cit. h. 82.

32 Pendapat ini diyakini oleh Jumhur ulama. Lihat Muhammad Abd. Al-Azim al-

Zarqani, op. cit., h. 257; Subhi Shalih, op. cit., h. 78. sementara itu terdapat riwayat lain

yang menyatakan bahwa tim tersebut berjumlah 12 orang, lihat Ahmad Adil Kamal,

Ulum al-Qur’an (tp., tt., t.th.), h. 34 dan 44.

Page 29:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

24

menyalin mushaf Alquran yang tersimpan pada Hafsah karena dipandang

sebagai mushaf standar.

Hasil kerja tim tersebut berwujud empat mushaf Alquran standar.

Tiga di antaranya dikirim ke Syam, Khufah dan Basrah dan satu mushaf di

tinggalkan di Madinah untuk Utsman sendiri yang nantinya dikenal sebagai

al-mushaf al-Imam.33 Adapun mushaf yang semula dari Hafsah

dikembalikan lagi kepadanya. Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa

jumlah pengadaan mushaf sebanyak 5 buah, ada lagi yang menyebut 7 buah

dan dikirim selain tiga tempat di atas, ke Mekkah, Yaman dan Bahrain.

Agar persoalan saling silang pendapat mengenai bacaan Alquran dapat

diselesaikan secara tuntas, Utsman memerintahkan semua mushaf yang

berbeda dengan hasil kerja “panitia empat” ini segera dibakar.

Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya tidak

menjadi persoalan. Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan

mushaf baku sebagai rujukan kaum muslimin dan menghilangkan

perselisihan serta perpecahan di antara mereka.

Demikianlah berkat para hafidzul quran, hal-hal yang mengancam

keaslian Alquran pada masa Khalifah Utsman bisa teratasi sehingga

kemurnian Alquran terpelihara sampai hari ini dan seterusnya.

33 Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-

Qur’an, Jilid I (Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1975), h. 240.

Page 30:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

25

Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya

peranan para pembaca ( Qari’ qari’ah dan hafidz hafidzah) Alquran di

kalangan umat Islam, karena telah bertugas sebagai penjaga keaslian

Alquran. Dengan demikian benarlah bahwa Alquran itu akan terperlihara

keasliannya.

D. Keutamaan Qira’atul Qur’an ( menghafal )

Memelihara kemurnian Alquran merupakan salah satu ibadah yang

tinggi pahalanya di sisi Allah. Salah satu cara untuk memelihara kemurnian

Alquran adalah dengan menghafal / membacanya, hal itu sesuai dengan QS.

al-Hijr [15]: 9, berbunyi:

⧫ ◆⧫ ⧫ ◆ ⬧ ⧫❑→⧫

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”34

Imam Ali ibn Muhammad Ma’ruf menjelaskan انا نحن نزالنا الذكر

yakni Alquran yang diturunkan kepada Muhammad merupakan jawaban

dari firman-Nya yang menurunkan Alquran, maka Allah yang berhak,

perkasa dan Maha Tinggi yang menrunkan Alquran kepada Nabi

Muhammad, saw. وانا له الحا فظون, dhamir له kembali kepada الذكر yakni dan

34 Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran

selama-lamanya. Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya (Saudi Arabiah:

Mujamma' al-Malik Fahd Li Thiba'at al-Mushaf, 1415 H.), h. 391.

Page 31:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

26

Kami menurunkan Alquran kepada Muhammad untuk dipelihara yakni dari

penambahan di dalamnya, dan mengurangi dari padanya dan merubahnya

dan merusaknya.35 Selanjutnya M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa

bentuk jamak (نحن) yang digunakan ayat di atas menunjukkan dan

mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah, yakni malaikat Jibril as.,

dalam menurunkannya serta kaum muslimin dalam pemeliharaanya dengan

cara menghafal. Oleh karena itu, bila ada salah dalam menafsirkan

maknanya, atau keliru dalam membacanya, maka akan tampil sekian

banyak orang yang meluruskan kesalahan dan kekeliruan itu (khsusunya

para penghafal). Jadi, yang dilakukan oleh manusia itu, tidak terlepas dari

taufiq dan bantuan Allah swt., guna pemeliharaan kitab suci umat Islam.36

Dengan demikian, dalam memelihara Alquran (لحفظون), tentu dibutuhkan

pula usaha manusia. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manusia

adalah menghafal Alquran. Dalam menghafal Alquran tidak mungkin hanya

diangan-angan tapi harus disuarakan. Jadi menghafal Alquran adalah

membaca tanpa melihat tulisan dalam mushaf Alquran.

Para ulama menyebutkan berbagai keutamaan menghafal/membaca

Alquran di antaranya:

35 Imam Ali ibn Muhammad Ma’ruf, Tafsir al-Hazin, Juz IV (Cet. I; Mesir:

Mat’baah Taqaddum al-Ilmiah, 1332 H.), h. 47-48.

36 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian

Alquran, (Cet. I; Jakarta: Lentera, 2000), h. 95. Selanjutnya ditulis Al-Misbah ...

Page 32:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

27

a. Kesuksesan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat bila amal shaleh

disertai dengan hafalan itu.

b. Menajamkan ingatan dan akal pikiran, karena itu penghafal Alquran

cepat tanggap, lebih tepat, sebab para penghafal lebih sering

mencocokkan ayat-ayat yang dihafalnya, membedakan kalimatnya yang

serupa dan mengembalikan kepada keyakinannya.

c. Keluasan ilmu. Ini tersimpan dalam ingatan, dan kepada hafalan itulah

kembali menguasai keunggulan para pelajar yang menghafal Alquran.

d. Berkelakuan baik, sebab penghafal akan menjauhkan diri dari perbuatan

maksiat.

e. Fasih dalam berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan

fonetik Arab dan lancasan secara alami.37

Demikian beberapa faedah menghafal / membaca Alquran. Dari

uraian di atas dapat dipertegas bahwa banyak dasar yang menunjukkan

tentang kelebihan dan keagungan Alquran yang berhubungan dengan

keutamaan mempelajari dan mengajarkannya. Ada yang berhubungan

dengan keutamaan-keutamaan membaca dan memperhatikannya, dan ada

pula yang berhubungan dengan keutamaan penghafalan dan

pemantapannya. Mempelajari Alquran bagi umat Islam merupakan salah

satu ibadah yang tinggi pahalanya, karena Alquran merupakan sumber

37 Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghapal Alquran, (Cet. III; Jakarta: Sinar

Baru Algesindo, 1996), h. 21.

Page 33:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

28

hukum yang pertama dan utama dalam menentukan hukum-hukum fiqih,

pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

E. Kerangka Pikir

Pondok Pesantren (Ma’had) PPH. Hj. Haniah menggunakan sistem

kombinasi antara kurikulum madrasah dan pondok pesantren (Ma’had).

Pesantren ini terdiri atas tiga tingkatan yaitu Madrasah diniyah, Madrasah

Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Semua santri PPH pada tiap madrasah

berhak dan berpeluang wajib mendapatkan pelajaran Qira’tul al-Qur’an,

sebab salah satu ciri khas pesantren ini adalah pembelajaran Qira’ah al-

Qur’an.

Walaupun seluruh santri berpeluang dan wajib untuk mendapatkan

pelajaran qira’tul Quran, haruslah memiliki syarat antara lain: tamat

membaca Iqra’, lancar bacaan dan tentunya disertai dengan tajwid. Adapun

santri yang belum tamat baca Iqra’ harus mengikuti pelajaran atau

pengajian tingkat dasar pada TPA atapun Diniah khususnya bagi santri

yang tinggal Pondok atau luar Asrama.

Untuk menciptakan pembelajaran Qira’tul Qur’an yang efektif,

terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca ataupun

menghapal Alquran, antara lain adalah metode yang digunakan. Selain itu

terdapat beberapa penunjang dalam membaca/menghapal Alquran adalah

Page 34:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

29

seorang Qari’ Qari’ah , hafidz hafizah hendaknya memiliki motivasi, baik

dari dalam maupun dari luar diri siswa itu sendiri

Untuk lebih memahami alur pemikiran dalam penelitian ini, berikut

dikemukakan skema kerangka pikir sebagai berikut:

PPH. Hj. Haniah Maros

Pembina/mudarris

Metode

Qira’ah & Tajwid

Santri

QARI’ / QARI’AH

HAFIDZ DAN

HAFIDZAH

Eksistensi Pembelajaran Intensitas Pembinaan

Page 35:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Agar penelitian skripsi ini dapat terlaksana dengan baik dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis dan sesuai dengan prosedur

penelitian yang berlaku, maka metode merupakan hal yang sangat urgen.

Oleh karenanya, pada bagian ini akan dijelaskan pendekatan dan jenis

penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan tehnik

analisis data.

A. Pendekatan, Jenis dan Sifat Penelitian

Judul penelitian ini ialah “Eksistensi Pembelajaran Qira’atul

Qur’an Pondok Pesantren Hj. Haniah (PPH) Hj.Haniah Maros, oleh

karenanya bila melihat pendekatan yang digunakan (cara menyoroti dan

menganalisis permasalahan), penelitian ini tergolong sebagai penelitian

deskriptif kualitatif. Disebut deskriptif, karena pembahasannya dilakukan

dengan mendeskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta dalam bentuk

narasi,38 secara menyeluruh tentang situasi dan kejadian secara sistematis

dan faktual mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar dimana pada

38 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. IV; Jakarta : Rineka Cipta,

1998), h. 309.

Page 36:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

31

umumnya jenis ini diartikan secara luas yaitu bukan hanya memberikan

gambaran terhadap fenomena melainkan juga menerangkan hubungan-

hubungan dan memperkuat prediksi serta mendapatkan makna dan

kompilasi dari permasalahan yang hendak dicapai, dan disebut kualitatif

karena data (informasi) yang digunakan adalah konsep-konsep dan

pernyataan-pernyataan yang bersifat kualitatif.

Bila dilihat dari jenis dan sifatnya, penelitian ini dapat

dikategorikan sebagai penelitian survei. Peneliti langsung menyaksikan

kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, penelitian dilakukan

dengan mengumpulkan data sesuai dengan realitas di lapangan. Pondok

Pesantren Hj. Haniah Maros yang menjadi obyek penelitian ditinjau secara

langsung oleh peneliti sesuai dengan permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini.

B. Populasi dan Sampel

Untuk mengetahui populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian

skripsi ini, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian populasi

berdasarkan rumusan dari beberapa peneliti antara lain yang dikemukakan

oleh:

Nana Sudjana mengemukakan :

Populasi, maknanya bertalian dengan elemen, yaitu unit tempat di

perolehnya informasi, elemen tersebut bisa berupa individu,

Page 37:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

32

keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi

dan lain-lain.39

Sutrisno Hadi memberikan pengertian populasi sebagai berikut :

Populasi adalah semua individu untuk semua kenyataan-kenyataan

yang di peroleh dari sampel itu hendak diperoleh dari sampel itu

hendak di generalisasikan.40

Dari kutipan di atas dapat diketahui populasi adalah keseluruhan

individu yang menjadi subyek penelitian. Penelitian populasi ini dilakukan

apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada dalam populasi.

Oleh karena itu, subjeknya meliputi semua yang terdapat dalam populasi.

Berkaitan dengan penelitian ini maka yang menjadi polpulasi adalah

Pimpinan Pondok, Pembina Qira’ah (Mudarris) serta santri untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 Keadaan Populasi Penelitian pada Qira’atul Qur’an Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros

No JENIS POPULASI JUMLAH

1 Pimpinan Pondok 1 Orang

2 Pembina ( Mudarris) 4 Orang

3 Santri 30 Orang

Jumlah 34 orang

Sumber Data: Kantor Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros, 20 Oktober 2008.

39 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan¸Bandung : (Sinar Baru,

1989), h. 84.

40 Sutrisno Hadi, Metedologi Reserch, (Cet. XVI ; Yogyakarta, Fakultas

Psikologi Universitas Gajah Mada, 1984), h. 70.

Page 38:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

33

Dengan demikian, jumlah keseluruhan objek (populasi) dalam

penelitian ini adalah 34 orang. Jika populasi mengandung arti keseluruhan

dari elemen yang akan diteliti, maka sampel adalah sebagian dari objek

yang akan di teliti, atau sebagian dari jumlah populasi yang ditetapkan.

Dalam hal ini Suharsimi Arikunto memberikan pengertian sampel sebagai

berikut :

”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, di

namakan penelitian sampel apabila kita bermaksud

menggeneralisasikan hasil penelitian”.41

Menggeneralisasikan yang dimaksud di sini adalah mengangkat

kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Berkaitan

dengan penentuan sampel tersebut, penulis berpedoman pada pendapat

Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa :

…. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika

subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau

lebih….42

Dengan berpedoman dengan pendapat Suharsini Arikunto di atas

maka penelitian ini merupakan penelitian populasi sehingga dengan

melakukan penelitian populasi tersebut, maka penulis dapat mengetahui

secara jelas mengenai eksistensi pembelajaran Qira’atul Qur’an Pondok

41 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 104.

42 Ibid., h. 107.

Page 39:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

34

Pesantren Hj. Haniah Maros. Oleh karena itu, jumlah sampel dalam

penelitian ini, adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu 34 orang.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk menjaring data di lapangan, maka digunakan tehnik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Sebelum diketahui lebih jelas tentang eksistensi PPH Hj. Haniah

sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengembangkan Qira’atul

Qur’an, terlebih dahulu diadakan observasi di lapangan. Observasi

dilakukan dalam rangka memperoleh data awal dengan cara melakukan

pengamatan langsung terhadap: Kondisi siswa/santri, Kondisi lingkungan

(tempat pembelajaran), Kondisi Asrama (Asrama santri ), Pembelajaran

Qira’ah dan instesitas pembinaan

2. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh atau

mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan responden, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Bimo Walgito bahwa “wawancara atau interviu

Page 40:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

35

adalah salah satu metode untuk mendapatkan data awal dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan”.43

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data secara langsung dengan cara mewawancarai responden.

Wawancara digunakan untuk memperoleh data melalui tanya jawab dengan

responden guna memperoleh data tentang:

a. Eksistensi pembelajaran Qira’atul Qur’an di PPH. Hj. Haniah.

b. Intesitas pembinaan Qira’atu Qur’an di PPH. Hj. Haniah.

Adapun objek wawancara dalam penelitian ini adalah pimpinan

pondok dan pembina tahfidz.

3. Angket

Angket adalah suatu daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang yang ingin diminta pendapat, keyakinannya, atau diminta

menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri.44 Untuk memperoleh data

dari responden maka penulis mengedarkan angket kepada 30 santri

Qira’atul Qur’an di PPH. Hj. Haniah.

43 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Cet. II; Jogjakarta:

Andi Offset, 1993), h. 63.

44 Ibid., h. 202.

Page 41:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

36

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data

yang berkenaan dengan catatan ataupun arsip sebagai sumber data yang

berhubungan dengan objek yang diteliti. Adapun dokumen yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah catatan atau arsip PPH. Hj. Haniah seperti

“jumlah guru, murid, serta data tentang sejarah dan perkembangan PPH. Hj.

Haniah yang mengembangkan Qira’atul Qur’an di Maros”.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan bersamaan

dengan pengumpulan data. Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka

kegiatan analisis data dalam penelitian ini sepanjang proses pengumpulan

data di lapangan berlangsung hingga data yang dikehendaki sudah dianggap

lengkap dan jenuh.

Pelaksanaannya ketika peneliti mengadakan observasi, wawancara

dan angket. Analisis dilakukan dengan membandingkan maupun

menghubung-hubungkan antara sartu informasi dengan informasi lainnya.

Dengan cara semacam ini peneliti dapat mengembangkan pelacakan dan

penjelajahan lebih lanjut terhadap data yang diperlukan.

Analisis data berikutnya dilanjutkan ketika penelitia membuat

catatan hasil temuan ke dalam buku catatan lapangan. Data tersebut

diklarifikasi sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, kemudian

Page 42:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

37

diberi pengkodean sehingga memudahan peneliti dalam menganalisis secara

keseluruhan.

Penelitian analisis secara keseluruhan dilakukan setelah kegiatan

pengumpulan data di lapangan dinyatakan rampung dan data diperlukan

sudah lengkap. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

semua data hasil temuan di lapangan.

Rangkaian proses analisis data dalam penelitian ini mengikuti

prosedur atau alur analisis data model, Miles dan Huberman,

mengemukakan bahwa kegiatan analisis data penelitian kualitatif terdiri

dari tiga alur yaitu:

1. Reduksi Data

Istilah reduksi data dapat disejajarkan maknanya dengan istilah

pengolahan data (mulai dari editing, coding, sampai pada tabulasi data)

dalam penelitian kuantitatif.45 Ia mencakup kegiatan mengikhtisarkan hasil

pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milahkannya ke dalam

satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu.

2. Sajian Data

Seperangkat hasil reduksi data kemudian diorganisasikan ke dalam

suatu bentuk tertentu berupa sajian data (display) yakni kegiatan yang

45 Burhan Buangin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Cet. II; Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003), h. 70.

Page 43:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

38

dilakukan dengan berusaha untuk menampilkan data yang sudah terkumpul.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan narasi. Namun

demikian, data juga dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel, matriks.

3. Penarikan Kesimpulan

Pengambilan/penarikan kesimpulan merupakan kegiatan mencari

kesimpulan atas data yang direduksi dan sajian data tadi. Setelah data

dianalisis, hasil-hasilnya harus diinterpretasikan atau ditafsirkan. Penafsiran

hasil analisis dimaksudkan untuk mempermudah penarikan kesimpulan.

Selain dari analisis data yang dikemukakan di atas, penulis juga

menggunakan analisis presentase (%). Data yang diperoleh melalui angket

dianalisis dengan menggunakan uji distribusi dengan rumus:

Persentase

P = F x 100

N

Keterangan

P = Angka Persentase

F = Frekwensi yang dicari frekwensinya.

N = Jumlah frekwensi/ banyaknya

Page 44:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

tentang permasalahan yang dikemukakan pada uraian sebelumnya yang

secara sistematis meliputi dua sub bahasan, yaitu : (1) Eksistensi

Pembelajaran Qira’atul Qur’an PPH. Hj. Haniah Maros, (2) Intensitas

Pembinaan Qira’atul Qur’an di PPH. Hj. Haniah Maros.

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros

Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros yang disingkat PPH. Hj.

Haniah merupakan lembaga pendidikan Islam juga sebagai lembaga

Qira’atul Qur’an. Pondok Pesantren Hj. Haniah di rintis oleh Keluaga

besar H. Bukhari yang di polopori oleh Drs. H. Muh. Hajar Arif Dg.

Gassing, pertengahan bulan Nopember 2005 Silang , seorang Putra Maros

Alumni DDI Mangkoso, Kembali dari daerah rantauannya yang tepatnya di

daerah Papua Jayapura dia adalah Drs. Muh. Hajar Arif Dg. Gassing, yang

merupakan saudara tiri dari istri H. Bukhari46.

46 H. Bukhari adalah Pendiri Pondok Pesantren Hj. Haniah, dia adalah orang ternama di

maros bahkan di Indonesia, dia dikenal sebagai Pengusaha Mobil yang sukses.

Page 45:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

40

Pondok Pesantren Hj. Haniah.47 Awal berdirinya pondok

Pesantren ini yaitu awal tahun 2006, Pondok Pesantren Hj. Haniah adalah

lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengembangan

sumberdaya manusia yang bertujuan menciptakan manusia/generasi muda

yang berakhlak mulia, terampil, mandiri, berilmu pengetahuan dan dapat

bersaing dalam lapangan kerja. Serta berguna bagi Agama, masyarakat

Bangsa dan Negara.

Pondok Pesantren Hj. Haniah telah dibuka sejak tanggal 1 Maret

tahun 2006 dengan jumlah santri ketika itu 451 orang pada jenjang

pendidikan TKA, TPA dan madrasah diniyah dengan mata pelajaran khusus

Agama yang dititip beratkan pada pelajaran Qira’atul Qur’an, yang di

bawah naungan kepemimpinan A.G. Usman Hawa, bersama Drs. H.Muh.

Hajar Arif Dg. Gassing. Melihat tuntutan zaman dan situasi serta kondisi

saat itu, sangat memungkinkan untuk di buka Madrasah, maka pada tahun

itu juga di bukalah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah aliyah tepatnya

pada awal tahun pelajaran 2006-2007 yaitu tanggal 19 Juli 2006.48

Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros berlokasi di Desa

Bontotallasa Dusun Banyo Kecamatan simbang Kabupaten Maros yang

47 H. Muh. Arif Dg. Gassig, mengatakan bahwa :Hj. Haniah adalah Ibu kandung dari

H. Bukhari, nama Hj. Haniah ini di abadikan oleh Keluarga besar H. Bukhari dengan mendirikan

Pondok Pesantren dengan nama Ibu kandungnya” Hj. Haniah” Wawan cara dirumahnya tanggal

10 Oktober 2008 48 Drs.H.Muh. Hajar Arif Dg, Gassing, Wawancara di rumahnya tanggal 29 Oktober

2008. Lihat juga Brosul Penerimaan Santri tahun 2006

Page 46:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

41

didirikan oleh H. Bukhari, dengan penyandang dana adalah H. Salmiah Isri

H. Bukhari bersama anak dan menantunya.

Pondok Pesantren Hj. Haniah berdiri diatas areal seluas 6 Ha,

dengan bangunan permanen seluas 2.70 m2 yang terdiri dari 21 Ruangan

belajar putra putri terpisah, 12 Rumah Guru dan Pembina, 6 asrama santri

yang masing putra dan putri asrama terpisah, kantor dan masjid,

perpustakaan.49

Pondok Pesantren Hj. Haniah sejak akhir tahun pelajaran 2007-

2008 sampai sekarang di pinmpin oleh K.H.M. Anwar Pane, tepatnya pada

tanggal 9 April 2007.50

Selanjutnya Drs. H. M. Anwar Pane, mengemukakan bahwa “

Qira’tul Qur’an perlu di adakan bimbing khusus sebab itu adalah ciri khas

Pesantren, dan tidak ada artinya seorang alumni pesantren kalau tidak tau

mengaji / Qira’ah Alquran, sebab itu adalah kunci untuk mempelajari ilmu

di pesantren harus tau mengaji ( Qira’atul Quran )“.51

Struktur organisasi Pondok Pesantren Hj. Haniah pada tahun

pelajaran 2008-2009 Ketua H. Syamsul HB, SE, dibatu dengan oleh 3 (tiga)

orang anggota Pengurus Harian yang di Pimpin langsung oleh K.H. M.

Anwar Pane sebagai pimpinan Pondok dan dibantu oleh 4 ( empat) orang

49 Hamzah Ahmad, S. Ag, Kepala Madrasah Aliya Hj. Haniah, Wawancara, Pada tanggal

1 Nopember 2008 50 Drs. H. Abd. Asis Zakariah, M.Pd. Kepala bagian Kependidikan, Wawancara, pada

tanggal 12 Desember 2008, di kantor PPH. Hj. Haniah. 51 Drs. H. M. Anwar Pane, Pimpinan Pondok Pesantren Hj. Haniah, Wawancara, pada

tanggal 1 Januari 2009.

Page 47:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

42

kepala yang masing – masing Hamzah Ahmad, S. Ag Kepala Madrasah

Alyah, Ismail. S.HI, kepala Madrasah Tsanawiyah, Hj. Hasniati, A.Ma,

sebagai kepala RA/TK, dan Umar Afati, S. Ag, Kepala bagian Kesantrian,

serta Dra. Nurhawa sebagai kepala Asrama Putri, H. Jufri Muh. Zen, Lc,

sebagai kepala asrama Putra, dan H. Rusdiawan, S. Ag sebagai pengasuh

bimbingan Qira’atul qur’an .52

Pada tahun Pelajaran 2008-2009 merupakan puncak jumlah siswa

Pondok Pesantren Hj. haniah mencapai ratusan siswa dan ditambah dengan

kelas sore sehingga mencapai ± 400 siswa.

Musyker PPH yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun yang

bertujuan untuk melihat sejauh mana program yang telah dilaksanakan,

hambatan-hambatan, memilih pengurus baru dan beberapa hal lain yang

dianggap penting.

Kini PPH membina 8 (delapan) tingkatan organisasi edukatif,

yaitu: 1) Pengajian Dasar; 2) Raudhatul Athfal atau Taman Kanak-kanak;

3) Pengajian Dasar; 4) Kursus Ilmu Tajwid; 5) Madrasah Ibtidaiyyah; 6)

Madrasah Tsanawiyah; 7) Madrasah Aliyah; 8) Qira’atul Qur’an,Setiap

tingkatan pendidikan di atas, masing-masing ditangani oleh seorang

pimpinan/pembina dan dibantu oleh beberapa tenaga pendidik, baik sebagai

tenaga tetap maupun guru-guru bantu.

52 Pusat Informasi Kantor PPH. Hj. Haniah, Lihat Papan Struktur Organisasi.

Page 48:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

43

Berdasarkana tingkatan pendidikan di PPH. Hj. Haniah di atas

maka nampaknya Qira’atul Qur’an merupakan lembaga edukatif yang

dibinanya.

B. Eksistensi Pembelajaran Qira’tul Qur’an di PPH. Hj. Haniah Maros

Untuk mahir dalam Qira’tul Qur’an bukanlah suatu pekerjaan yang

mudah, tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin, sebab sejak masa

Nabi saw., sahabat, tabiin dan tabi’it tabiin bahkan hingga sekarang ini

telah banyak orang yang mahir dalam qira’ah bahkan sampai hafal Alquran,

baik di seluruh dunia maupun di Indonesia bahkan lebih khusus di Pondok

Pesantren Hj. haniah (PPH) Maros.

Eksistensi pembelajaran di PPH.Hj. Haniah Maros seperti seleksi

penerimaan sebagai santri, metode pembelajaran, tata tertib, pemberian

pelajaran tajwid sebelum Mempelajari Qira’ah, Tilawah, Tahfidz,

pengulangan bacaan sebelum pindah juz.

Berikut ini akan diuraikan berbagai persepsi responden tentang

eksistensi pembelajaran Qira’atul Qur’an di PPH.Hj. Haniah Marosyaitu:

1. Alasan Santri Masuk di Qira’atul Qur’an PPH. Hj. Haniah Maros.

Dalam proses Qira’h atau pun hafdzul (menghafal) Alquran,

metode pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

Melalui metode pembelajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan

Page 49:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

44

pengetahuan oleh santri sehingga dapat menyerap dan memahami dengan

baik apa yang telah disampaikan gurunya. Oleh karenanya, guru dalam

proses pendidikan Islam, tidak hanya dituntut menguasai sejumlah materi

yang akan diberikan kepada santrinya, tetapi juga harus menguasai

sejumlah metode pendidikan guna kelangsungan, trasformasi dan

internalisasi materi pelajaran. Di sini, metode mempunyai posisi paling

penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, tanpa metode, suatu

materi pelajaran tidak dapat berproses secara efisien dan efektif.

Untuk mengetahui respon santri yang Belajar Qira’ah ataupun

menghafal Alquran di PPH.Hj. Haniah Maros dapat dilihat pada tabel 2

berikut:

Tabel 2

Respon Santri Untuk Masuk di Qira’ah / Tahfidzul Qur’an PPH. Hj. Haniah Maros

No Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Persentase %

1

2

3

Metodenya

Tempatnya yang strategis

Pendidkannya gratis

15

7

8

60 %

20 %

20 %

Jumlah 30 100%

Sumber data: Angket no.

Memperhatikan tabel 2 di atas diketahui bahwa responden yang

berminat masuk karena metodenya terdapat 15 orang (60 %). Sedangkan

responden yang menjawab tempatnya yang strategis terdapat 7 orang

Page 50:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

45

(20%) dan respon yang menjawab karena Pendidkannya gratis terdapat 8

orang (20%). Penulis menyimpulkan bahwa santri Qira’h/tahfidzul Qur’an

(PPH) Hj. Haniah Maros tertarik masuk karena metode yang digunakan

oleh mudarris juga karena Pendidkannya Gratis.

Berkaitan dengan metode Qira’ah / tahfidzul Qur’an di PPH. Hj.

Haniah Maros, maka sepanjang penelitian yang dilakukan, ada dua metode

yang diterapkan dimana antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisahkan,

yaitu Iqra’ dan Tadarrus / Tilawah. Kedua metode ini senantiasa diterapkan

di PPH. Hj. Haniah Maros. Metode Iqra’ / Qira’ah adalah membaca suatu

proses pembelajaran dalam memantapkan tajwid atau menghafal materi

baru, sedangkan Metode Tadarrus/Tilawah adalah Suatu pelatihan khusus

bagi santri yang telah mahir dan mempunyai bakad tertentu terutama suara (

Fokal) dan yang tak kalah penting adalah pelajaran tajwidntya sudah

bagus.53

Biasanya metode Iqra / Qiraah dilaksanakan 3x2 jam dalam

seminggu = 6 jam. Setiap kali bimbingan, santri memperdengarkan

bacaannya kepada ustadz minimal 2 halaman, kemudian pembina

membacakan materi baru dengan memberikan pengarahan-pengarahan dan

selanjutnya santri membaca bersama-sama. Sedangkan metode

Tadarrus/Tilawah dilaksanakan 3x2 jam dalam seminggu = 6 jam. Setiap

53 H. Rusdiawan, S. Ag., Pembina Qira’ah dan Tahfidzul Qur’an di PPH. Hj.

Haniah, Wawancara di Maros, 1 Januari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 51:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

46

kali bimbingan, santri dilatih baik iramah suara kemudian

memperdengarkan maqra’ tersebut satu persatu dari materi yang sudah

diajarkan sesuai dengan petunjuk ustadz.

Dalam prakteknya pelaksanaan Iqra’/Qira’ah dan

Tadarrus/Tilawah yang di lakukan oleh santri dapat diurutkaan dengan

urutan sebagai berikut:

a. Membaca bin-nadzhar (melihat mushaf) halaman yang akan dibaca

dengan cermat secara berulang-ulang sehingga memperoleh gambaran

secara menyeluruh tentang lafadz maupun urutan ayat-ayatnya.

b. Memaca maqra’ tersebut sediki-demi sedikit, misalnya satu baris,

beberapa kalimat atau sepotong ayat yang pendek dengan irama atau

nada yang telah di sampaikan.

c. Setelah materi satu maqra’ dapat dikuasai dengan lancar kemudian

pindah kepada materi maqra’ berikutnya.

d. Untuk merangkaikan bacaan materi ayat berikutnya para santri secara

rutin mengulang-ngulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan

ayat kedua dan seterusnya. Sampai terbentuk sebuah maqra’ bacaan

yang sempurna baik tajwid maupun iramanya.

e. Untuk mempercepat proses Qira’atul qur’an maka santri di PPH.Hj.

Haniah Maros dianjurkan sedapat mungkin harus membuat target

bacaan atau dua halaman atau seperdelapan juz dan seterusnya.

Tentunya target ini disesuiakan dengan kemampuan santri.

Page 52:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

47

2. Selekasi Penerimaan Santri PPH. Hj. Haniah Maros

Santri yang diterima di Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros harus

melewati test penyaringan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut

ini:

Tabel 3

Respon Santri tentang Penerimaan Sebagai Santri

No Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Persentase %

1

2

3

Benar-benar diseleksi

Sekedar diseleksi

Tidak diseleksi

27

3

0

90 %

10 %

0 %

Jumlah 30 100%

Sumber data: Angket no

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa respon santri yang

menyatakan benar-benar diseleksi 27 orang (90 %). Sementara sekedar

diseleksi terdapat 3 orang (10 %). dan tidak ada yang menjawab tidak

diselekasi.

Jawaban responden di atas menunjukkan bahwa penerimaan Santri

Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros benar-benar diseleksi, hal ini terbukti

hanya 3 orang (10 %) yang menjawab sekedar diseleksi sedangkan tidak

diseleksi, tidak satupun responden yang menjawabnya.

Page 53:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

48

Adanya tes masuk yang diterapkan oleh PPH.Hj. Haniah Maros ini

merupakan langkah awal yang dilakukan pada saat penerimaan santri baru

adalah melakukan test pengelompokan (clasement test), hal ini bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana seorang santri terhadap penguasaan bacaaan

Alquran. Data di lapangan menunjukkan bahwa ada dua sisi yang menjadi

indikator penilaian clasement test yaitu: Pertama, dari segi kelancaran dan

kefasihan membaca Alquran. Kedua, dari segi penerapan bacaan menurut

kaidah ilmu tajwid. Selanjutnya, setelah santri mengikuti tes

pengelompokan (clasement test), para santri akan dikelompokkan menjadi 4

(empat) kelompok sesuai dengan kemampuannya atau penguasaannya

terhadap pembacaan Alquran, yaitu:

a. Kelompok IV, kelompok ini terdiri dari para santri yang penguasaan

bacaan Alqurannya sangat kurang, yaitu santri yang baru menghafal

huruf hijaiyyah sampai dengan santri yang mampu mengeja bacaan

Alquran.

b. Kelompok ke III, yaitu kelompok santri yang hanya mampu membaca

Alquran dengan tanpa menggunakan ilmu tajwid.

c. Kelompok II, yaitu kelompok yang membaca Alquran sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid, dan

d. Kelompok I yaitu kelompok santri yang sudah mampu membaca

Alquran dengan lancar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Page 54:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

49

Senada dengan pemaparan di atas tentang pengelompokan

kemampuan santri, H. Idris Abdul Rahman, Lc. Salah seorang pembina

santri pondok pesantren PPH. Hj. Haniah Maros, memaparkan bahwa

pendidikan Alquran dilakukan dengan jadwal waktu yang telah ditentukan

secara rutin yaitu setiap selesai shalat berjama’ah, dan untuk malam hari

antara shalat maghrib dan isya difokuskan untuk pendidikan Alquran bagi

santri dengan bimbingan langsung oleh pembina santri maupun santri

senior yang mendapat kepercayaan dari pembina untuk membimbing santri

junior. 54

Untuk pengelompokan santri baru mengenai huruf hijaiyyah

sampai dengan santri yang mampu mengeja bacaan Alquran biasanya

dibimbing oleh santri-santri senior, Pembina Asrama hanya mengontrol

pembinaan pendidikan Alquran untuk santri kelompok I yang membaca

Alquran atau Qira’atul qur’an.

Santri yang baru mengenal huruf hijaiyah dibimbing secara privat

atau secara perseorangan oleh para senior yang dipercayakan oleh pembina,

dengan cara ini terbukti dalam jangka enam sampai delapan bulan sudah

lancar membaca Alquran sehingga tidak jarang bagi mereka langsung naik

ke kelompok II, dan mereka yang sudah mampu diarahkan untuk membacal

54 H.Idris Abdul rahman, Pembina Qira’atul Qur’an dan Guru bahasa Arab di

PPH. Hj. Haniah, wawancara di Maros, 3 Januari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 55:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

50

Alquran dan metode pembelajaran yang digunakan untuk kelompok ini

yaitu metode iqra dan metode bagdadiyah.

H. Rusdiawan, S.Ag, mengemukakan bahwa metode yang

digunakan dalam pembelajaran dasar Qira’tul Qur’an di PPH.Hj. Haniah

Maros bagi pemula ada 2 (dua) metode, yaitu:55

a. Metode Iqra’, yaitu metode pembelajaran Alquran yang memakai

pendekatan pengenalan bacaan kepada santri tanpa mengenal nama-

nama huruf hijaiyyah. Sistem pembelajaran metode Iqra’ ini bisa

dengan:

1) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yaitu guru penyimak saja, kecuali

hanya memberikan contoh.

2) Privat, yaitu menyimak dengan perseorangan

3) Assistensi, santri yang lebih tinggi pelajarannya diharapkan

membantu menyimak santri yang lain

b. Metode Bagdadiyah, metode pembelajaran Alquran yang memuat suatu

materi pelajaran yang diajarkan secara dialektis, materi-materi diurutkan

dari kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dari materi

yang umum sifatnya kepada khusus. Metode ini adalah metode yang

digunakan oleh guru mengaji sebelum adanya metode Iqra’.

55 H. Rusdiawan, S. Ag, Pembina Tilawah dan Tahfidzul Qur’an di PPH. Hj.

Haniah, Wawancara di Maros, 5 Januari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 56:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

51

Untuk santri kelompok III, yaitu santri yang sudah lancar bacaan

Alqurannya namun memakai kaidah ilmu tajwid, mereka dibimbing

langsung oleh para pembina santri, karena mereka diajar dan dibimbing

dengan kaidah ilmu tajwid secara teorits dan praktis.

Sedangkan santri kelompok I dan II diarahkan langsung untuk

Qira’atul Qur’an ( seni baca Alquran ) dan mereka diwajibkan untuk

berlatih setiap ada kesempatan dan menyetor maqra’ bacaanya 2 maqra’

bacaan Alquran setiap 2 (dua) hari. Penyetoran Qira’ah ini dilakukkan

sesuai dengan kesepakatan waktu antara santri dan pembina namun

biasanya penyetoran maqra’ bacaan dilakukan setiap hari.

3. Tata Tertib Yang Harus Di Patuhi Dalam Mengikuti Proses

Pembelajaran di PPH.Hj. Haniah Maros

Pembina dan mudarris mengarahkan santri dengan penekanan-

penekanan melalaui tata tertib, sehingga anak-anak santri ikhlas dan cerah

hatinya mengikuti pelajaran. Untuk membuktikan hal ini dapat dilihat pada

tabel 4 berikut ini:

Page 57:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

52

Tabel 4

Respon Santri Mengenai Tata Tertib

No Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Persentase %

1

2

3

Ada manfaatnya

Kurang manfaatnya

Tidak ada manfaatnya

30

0

0

100 %

0 %

0 %

Jumlah 30 100%

Sumber data: Angket no

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa 100 % responden santri

Qira’tul Qur’an yang menyatakan ada manfaatnya tata tertib yang

diterapkan di Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros. Dengan demikian

frekuensi jawaban tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang diterapkan

di Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros. Hasil wawancara penulis dengan

santri yang masih aktif mengungkapkan bahwa tata tertib tertib yang telah

ditetapkan benar-benar dapat membantu kesuksesan pelaksanaan

Pembelajaran Qira’tul qur’an karena senantiasa diingat sehingga dapat

memotivasi santri lebih bersungguh-sungguh belajar dan tidak

mengindahkan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Penetapan tata tertib Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros tidak

ditetapkan secara baku, dalam artian secara tertulis, tapi penetapan tata

Page 58:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

53

tertib hanya bersifat lisan, berikut hasil wawancara penulis dengan Ustadz

Burhanuddin, S. HI. sebagai berikut:

1) Santri pondok pesantren wajib berakhlak karimah menurut

ajaran Islam

2) Santri pondok pesantren patuh kepada gurutta/pembina

3) Santri pondok pesantren wajib patuh kepada orang tua, teman

yang lebih tua dari padanya, dan sayang kepada teman yang

lebih muda.

4) Santri pondok pesantren diwajibkan hadir lebih awal sebelum

pengajian dimulai.

5) Santri pondok pesantren diharuskan mengucapkan salam jika

bertemu dengan sesama muslim.

6) Santri pondok pesantren diharamkan minum minuman keras,

merokok dan mengkonsumsi narkoba dengan sejenisnya.

7) Santri pondok pesantren tidak dibenarkan bermain dengan

permainan yang bertentangan dengan tata susila, begitupun

permainan yang dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan

pada sarana dan prasarana pondok

8) Santri pondok pesantren diwajibkan berpakaian yang menutup

aurat sesuai dengan aturan Islam, baik dalam ruangan maupun

ditempat-tempat umum.

Page 59:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

54

9) Santri pondok pesantren diharuskan menjaga kebersihan

badan, pakaian, tempat tinggal dan tempat pengajian.

10) Santri pondok pesantren diharuskan selalu shalat berjama’ah di

masjid dalam lingkungan manapun mereka berada.

11) Minta izin tidak mengikuti pengjian harus langsung kepada

guruttta/pembina.

12) Dilarang merokok.

13) Bagi santri pondok pesantren yang melanggar tata tertib ini

akan sangsi secara bertahap, yaitu:

a) Pertama dengan nasehat,

b) Kedua peringatan keras, tembusan surat kepada orang tua

c) Dikeluarkan dengan tidak hormat dari kegiatan menghafal

Alquran.56

Selain adanya tata tertib yang ditetapkan oleh pembina Pondok

Pesantren Hj. Haniah Maros kegiatan keseharian santri juga telah

terjadwal. Salah seorang pembina, Ustadz Umar, S. Ag., memaparkan

bahwa pendidikan Alquran dilakukan dengan jadwal waktu yang telah

ditentukan seperti tertera di atas secara rutin yaitu setiap selesai shalat

berjama’ah, dan untuk malam hari antara shalat maghrib dan isya

difokuskan untuk pendidikan Alquran bagi santri dengan bimbingan

56 Burhanuddin, S. Hi, Pembina Tahfidzul Qur’an di PPH. Hj. Haniah,

Wawancara di Maros, 10 Januari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 60:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

55

langsung oleh pembina santri maupun santri senior yang mendapat

kepercayaan dari pembina untuk membimbing santri junior.57 Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren PPH. Hj. Haniah Maros

No Waktu Kegiatan Tempat

1 04.30-05.30 Sholat tahajjud, mengaji, sholat subuh Masjid

2 05.30-06.30 Pengajian oleh pimpinan ponpes Masjid

3 06.30-07.30 Sarapan, mandi Dapur, kamar mandi

4 07.30-12.30 Masuk sekolah formal Madrasah ( Kelas)

5 12.30-13.00 Sholat dzhuhur ( Ishomah) Masjid

6 13.00-14.00 Lanjutan Pelajaran sekolah Madrasah ( Kelas)

7 14.00-15.20 Istirahat, tidur siang Ruang Asrama

8 15.20-15.50 Shalat Ashar Masjid

9 15.30-17-45 Belajar sore, olahraga Madrasah, lapangan

10 17.45-18.30 Istirahat sholat maghrib Asrama, Masjid

11 18.30-19.30 Mengaji, menyetor Maqra Qira’ah Masjid, Aula

12 19.30-20.00 Shalat Isya Masjid

13 20.00-22.00 Belajar individual, diskusi Kelas, Aula

14 22.00-22.30 Pengarahan, doa tidur ( yang

bertugas) Aula, Kelas

15 22.30-04.30 Tidur, istirahar Ruang Asrama

Sumber data: Papan Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren di PPH. Hj. Haniah Maros

57 Umar Afati, S. Ag.. Kepala bagian kesantrian di PPH. Hj. Haniah

Wawancara di Maros, 28 Januari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 61:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

56

Dengan adanya jadwal di atas, Ustadz Muhammad Idris. S. Ag,

memaparkan bahwa pendidikan Alquran dilakukan dengan jadwal waktu

yang telah ditentukan seperti tertera di atas secara rutin yaitu setiap selesai

shalat berjama’ah, dan untuk malam hari antara shalat Maghrib dan Isya

difokuskan untuk pendidikan Alquran bagi santri dengan bimbingan

langsung oleh pembina santri maupun santri senior yang mendapat

kepercayaan dari pembina untuk membimbing santri junior.58

Berdasarkan jadwal kegiatan tersebut di atas, terlihat bahwa para

santri disamping melaksanakan kegiatan pokoknya melaksanakan kegiatan-

kegiatan lain yaitu sekolah dan mengikuti pengajian-pengajian di masjid.

4. Pemberian Pelajaran Tajwid Sebelum Memulai Qira’ah/ menghafal

Untuk memudahkan dalam membaca ataupun menghafal Alquran

maka seorang calon Qari’atau hafidz harus sudah mampu membaca

Alquran dengan bacaan yang benar, fasih serta lancar.

Salah satu cara yang ditempuh untuk membenarkan pengucapan

dan bacaan Alquran dengan mempelajari ilmu tajwid. Pelajaran tajwid ini

memang sangat dipentingkan, karena jika tidak, nanti para Qari’ atau

hafidz-hafidz yang dicetak kurang baik bacaannya bila dikaitkan dengan

58 Muh. Idris, S. Ag, Pembina Qira’atul Qur’an di PPH. Hj. Haniah,

Wawancara di Maros, 2 Pebruari 2009 di PPH. Hj. Haniah Maros.

Page 62:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

57

kaidah bacaan Alquran. Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada hasil

angket 6 berikut:

Tabel 6

Respon Santri Mengenai Pemberian Pelajaran tajwid

Sebelum Memulai Qira’ah dan menghafal

No Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Persentase %

1

2

3

Sangat ada manfaatnya

Ada manfaatnya

Kurang manfaatnya

30

-

-

100%

-

-

Jumlah 30 100%

Sumber data: Angket no

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan

sangat ada manfaatnya bila pemberian pelajaran tajwid sebelum memulai

Qira’ah atau menghafal terdapat 30 orang (100 %). Tidak terdapat

responden yang menjawab ada manfaatnya dan kurang ada manfaatnya.

Dengan melihat frekuensi jawaban santri tersebut menunjukkan bahwa

pemberian pelajaran tajwid sebelum memulai menghafal para santri merasa

sangat ada manfaatnya.

Page 63:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

58

Tabel 7

Materi Tajwid Qira’ah dan Tahfidzul Qur’an

di PPH. Hj. Haniah Maros

Bulan Minggu Materi Tajwid Materi Tahfidz

1

I

II

III

IV

Makharijul Huruf

Makharijul huruf

Sifatul huruf

Sifatul huruf

Al-Fatihah, an-

Naba’, an-Nazi’at,

Abasa dan at-Takwir

2

I

II

III

IV

Hukum Nun mati/tanwin

Hukum mim mati dan idghom

Hukum Mad

Praktek bacaan murattal

Al-Infithar dan al-

Muthaffifin

Al-Insyiqaq dan Al-

Buruj

At-Thariq, al-A’la,

al-Ghasyiyah

3

I

II

III

II

Tarqiq dan tafkhim

Tarqiq dan tafkhim

Al waqfu wal Ibtida

Praktek Bacaan Murattal

Al-Fajr dan al-Balad

As-Syams, al-lail, ad-

Dhuha, Al-Insyirah,

at-Tin, al-‘Alaq, al-

Qadar.

Al-Bayyinah, al-

Zalzalah, al-Adiyat

4

I

II

III

IV

Al Waqfu wal Ibtida’

Gharaibul Qira’at

Praktek bacaan murattal

Evaluasi teori dan praktek

Al-Qari’ah, at-

Takatsur, al-Ashr, al-

Humazah, al-Fill,

Quraisy, al-Maun, al-

Kautsar, al-Kafirun,

am-Nashr, al-Lahab,

al-Ikhlash, al-Falaq

dan an-Naas

Sumber data: Wawancara dengan Ustadz H. Rusdiawan, S. Ag,

Burhanuddin, S. SI, Muhammad Idris, S. Ag, H. Idris abdul

Rahman, Lc, pembina Qira’ah dan Tahfidzul Qur’an di

PPH.Hj. Haniah Maros pada tanggal 3 Pebruari 2009.

Page 64:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

59

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam proses pendidikan sangat menentukan

keberhasilan peserta didik dalam hal ini para santri di pondok Pesantren Hj.

Haniah Maros. Maka untuk membuktikan hal ini dapat dilihat pada tabel 8

berikut ini.

Tabel 8

Respon Santri PPH. Hj. Haniah Mengenai Sarana dan Prasarana

Dalam Menyukseskan Qira’atul Quran

No Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Persentase %

1

2

3

Sangat memadai

memadai

Kurang memadai

15

8

7

60 %

20 %

20 %

Jumlah 30 100%

Sumber data: Angket no. 8

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa responden yang menjawab

sarana sangat memadai terdapat 15 orang (60 %), dan yang menjawab

memadai terdapat 8 orang (20 %) sedangkan yang menjawab kurang

memadai 7 orang (20 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sesuai kenyataan memang sarana dan prasarana sangat memadai terutama

sarana pemondokan, sarana lainnya.

Page 65:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

60

C. Intensitas Pembinaan Qira’tul Qur’an PPH. Hj. Haniah Maros

Melahirkan seorang Qari’ qariah hafidz hafidz Qur’an tidak terlalu

mudah. Sebab tidak semua orang mempunyai kelebihan di bidang itu dan

tidak semua orang mempunyai niat dan tekad yang kuat pula untuk mau

mempelajari qira’ah apalagi menghafal Alquran. Namun memelihara yang

telah ada dan meningkatkan mutu dalam bidang seni baca Alquran

nampaknya lebih sulit lagi. Oleh karena itu, Intensitas atau keseringan

dalam melakukan pengulangan terhadap Qira’ah atau bacaan / hapalan

merupakan penentu terhadap berhasil atau tidaknya seorang untuk mahir

dalam seni baca Alquran.

Kesulitan yang timbul adalah disebabkan oleh berbagai faktor, baik

faktor intern, yakni sikap jiwa dan pemikiran seorang siswa itu sendiri

maupun faktor ektern, yaitu penerimaan dan penghargaan masyarakat

terhadap para Qari’ ataupun hafidz. Sepanjang pengamatan penulis ketika

meneliti para Qira’atul Qur’an di PPH.Hj. Haniah Maros adalah pada

waktu yang dihadapi para siswa Alquran dan ilmu-ilmu lain yang

berhubungan dengannya. Selain itu tempat tinggal pun dilembagakan,

dalam hal ini PPH.Hj. Haniah Maros yang suasananya sangat mendukung

dalam menyelesaikan pekerjaan siswa yang ditekuninya serta mendapat

bimbingan dari pembina setiap saat. Sedangkan apabila ia telah menjadi

santri yang mahir dalam Qira’ahtul quran atau menjadi hafidz dan terjun

Page 66:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

61

ditengah-tengah masyarakat, maka keadaanya menjadi lain. Sebab

kehadiran di tengah-tengah masyarakat langsung dihadapkan berbagai

masalah, bukan saja masalah kehidupan dan penghidupan mereka tetapi

juga dihadapkan kepada sikap masyarakat terhadapnya. Oleh karena itu,

sebenarnya tugas para hafidz sungguh amat berat, ini bukan saja yang para

alumni PPH.Hj. Haniah Marostapi para hafidzhul Qur’an secara

keseluruhan. Sebab di samping mereka membawa beban hafalan yang harus

dipeliharanya agar tetap lestari, juga dituntut untuk berusaha memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari yang seringkali menyita waktu dan memeras

tenaga. Kita dapat bayangkan, andaikata bukan karena tanggung jawab dan

disiplinnya dalam kondisi jasmani penat itu barangkali amat sulit untuk

memelihara hafalannya.

Pada sisi lain sikap masyarakat terhadap para Pembaca Qur’an

/hafidz saat ini nampaknya belum memenuhi harapan. Setiap pribadi dalam

masyarakat pada umumnya bergumul dengan masalah kehidupan dan

penghidupannya sendiri yang kadang-kadaang bersifat kebendaan saja.

Andaikata bergumul dengan masalah kehidupan keagamaan kadang-kadang

hanya bersifat praktis dan sesaat. Sedangkan orang yang memikirkan

masalah-masalah kehidupan dan penghidupan para pembaca Alqur’an

nampaknya penulis menemukan masih langka.

Adapun tujuan pembinaan para calon Qira’ah Alqur’an / hafidz

dan hafidzah PPH.Hj. Haniah Maros adalah untuk menimbulkan rasa

Page 67:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

62

percaya diri (selfreliance) dan memiliki kemampuan pengetahuan dan

keterampilan untuk melakukan usaha dan kegiatan pengembangan dan

memajukan diri (self development and advancement) dengan keberanian

melaksnakan koreksi, eavluasi pribadi secara obyektif baik sebagai anggota

masyarakat maupun sebagai Qari’ / hafidz yang profesional.

Dengan demikian, intensitas pembinaan di PPH.Hj. Haniah Maros

dengan konsep pembinaan yang secara langsung menyertakan para Qira’tul

Qur’an / hafidz itu sendiri sebagai subyek yang aktif membina diri, berarti

kesempatan-kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan harus dibuka

seluas mungkin bagi para hafidz untuk berpartisifasi dan ikut bertanggung

jawab baik dalam usaha pembinaan dirinya maupun dalam usaha dan

kegiatan pembangunan keagamaan pada umumnya.

Page 68:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

63

BAB V

P E N U T U P

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka pada bagian ini

merupakan simpulan dan saran dari eksistensi pembelajaran tahfidzul

Qur’an Ma’had Dirasatil Islamiyah wal-Arabiyah (PPH) Taqwa Maros,

yaitu:

A. Kesimpulan

1. Eksistensi pembelajaran Qira’tul Qur’an Pondok Posantren Hj. haniah

Maros dapat dilihat dengan andanya metode pembelajaran yang

diterapkan yaitu: pemberian materi tajwid sebelum mempelajari Qira’ah

ataupun menghafal, tata tertib yang harus dipatuhi santri, pegamalan

do’a baik sebelum mapun setelah selesai membaca Alqur’an,

pengulangan maqra’ bacaan atau hafalan hafal sebelum pindah maqra’

atau hafalan.

2. Intensitas pembinaan santri Qira’tul Qur’an Pondok Pesantren Hj.

Haniah Maros adalah menganjurkan para santri untuk banyak berlatih

mentakrir (mendaras) bacaannya baik sendiri maupun dalam shalat. Hal

itu dilakukan untuk lebih memperlancar bacaan ( Qiraahnya) yang telah

ada. Selain itu, pembinaan tidak kalah pentingnya ialah pendayagunaan

para santri pada tempat-tempat tertentu seperti mengirim santri menjadi

Page 69:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

64

peserta dalam arena MTQ menajadi imam masjid dan imam pada salah

tarawih pada bulan Ramadhan.

B. Saran-Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas,

maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran Qira’tul Quran Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros

secara umum perlu menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya

Qari’ qari’ah serta hafidz dan hafidzah. Oleh karena itu, proses

pembelajaran Qiraatul Quran Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros

sebagaimana telah berjalan pada saat ini perlu mendapat sentuhan yang

lebih kreatif dan inovatif agar pembelajaran Qira’atul Quran Pondok

Pesantren Hj. Haniah Maros makin berkualitas.

2. Perlu disadari bahwa Qari’ dan Qari’ah ataupun hafidz memiliki potensi

spesifik dalam usaha menjaga keaslian Alquran, oleh karena itu

diharapkan mendapat perhatian yang layak dari pemerintah terutama

dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.

3. Para Pembina agar lebih berusaha secara maksimal untuk

mengoptimalkan segala potensi yang ada untuk lebih meningkatkan dan

mengembangkan Qira’atul Quran Pondok Pesantren Hj. Haniah Maros

Page 70:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imam Badaruddin Muhammad bin, Al-Burhan fi Ulum al-

Quran, Juz I. Kairo: dar

AF, Hasanuddin, Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya

terhadap Istinbath hukum dalam Alquran. Jakarta: RajaGrafindo

Persda, 1995.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta,

1991.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, 1993.

Basalamah, Soleh Muhammad, Pengantar Ilmu al-Qur'an. Cet. I;

Semarang: Dina Utama, 1997.

Al-Barry, M. Dahlan Y., Kamus Induk Istilah Ilmiah, seri Intelektual

Terbitan I; Surabaya: Target Press, 2003.

Buangin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Cet. II; Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003.

Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya. Saudi Arabiah:

Mujamma' al-Malik Fahd Li Thiba'at al-Mushaf, 1415 H.

_________, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditjen Kelembagaan

Agama Islam, 2003.

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002.

Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya Ulumuddin, Jilid III Beirut, t.th.

Al-Hakim, Muhammad Abdul Aziz, Al-Futuhatu al-Rabbaniyyah

diterjemahkan oleh Q. Shaleh, A. Dahlan dan M.D. Dahlan

dengan judul, Ayat-ayat Hukum: Tafsir dan Uraian Perintah-

perintah dalam Alquran. Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1976.

Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar, Cet. I; Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2001.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. IV; Jakarta:

Rajawali Pers, 2001.

Page 71:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

66

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian

Hermeneutik. Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996.

Al-Hifdz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghapal Al-Qur’an, Cet. II;

Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Al-Ibyari, Ibrahim, Tarikh al-Qur’an. Kairo: Dar al-Qalam, 1965.

Lapidus, Ira M, A History of Islamic Socities diterjemahkan oleh Ghufran

A. Mas’adi dengan judul Sejarah Sosial Umat Islam, bagian

kesatu dan kedua. Cet. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.

Al-Maraghi Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maragy, diterjemahkan oleh

Bahrun Abubakar dengan judul Terjemah Tafsir Al-Maraghi,

Jilid I. Cet. I; Semarang: Toha Putra, 1985.

Ma’ruf, Imam Ali ibn Muhammad, Tafsir al-Hazin, Juz IV. Cet. I; Mesir:

Mat’baah Taqaddum al-Ilmiah, 1332 H.

Al-Muawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir: Arab Indonesia. Cet.

XIV: Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Nawabuddin, Abdurrab, Teknik Menghapal Al-Qur’an, Cet. III; Bandung:

Sinar Baru Algesindo, 1996.

Nizar, Syamsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam;

Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, Cet. I; Ciputat:

Quantium Teacing, 2005.

Pemerintah Republik Indonesia., Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Serta Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007.

Al-Qardawi, Yusuf, Kaifa Nata’ammal Ma’a Alquran (Bagaimana

Berinteraksi dengan Alquran). Cet. I; Jakarta: Pustaka Alkautsar,

2000.

Al-Qattan, Manna, Mabahits fi Ulum al-Qur’an diterjemahkan oleh

Mudzakkir dengan judul Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Cet. VIII;

Bogor: Litera AntarNusa, 2004.

Rauf, Abdul Aziz Abdul, Kiat Sukses Menjadi HafidZ Qur’an Da’iyah,

Bandung: Asy-Syamil, 2000.

Page 72:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

67

Ar-Rum, Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-

Qur’an, Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. VII; Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran. Cet. VIII,

Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Shaleh, Subhi, Mahahis fi Ulum al-Qur’an. Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm li al-

Malayin, 1977.

Ash-Shabuny, Muhammad Ali, At-tibyan fi ’Ulum al-Qur’an,

diterjemahkan oleh Moch. Chudhori Umar dan Moh. Matsna

dengan judul Pengantar Studi al-Qur’an. Bandung: al-Ma’arif,

1987.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Cet. XXV; Bandung: Mizan,

2003.

_________, Wawasan al-Quran: Tafsir Mawdhui atas Pelbagai Persoalan

Umat. Cet. I; Bandung: Mizan, 1996.

_________, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Cet. I; Jakarta: Lentera, 2000.

Sudjana, Nana, Metode Statistik, Ed. V, Bandung: Tarsito, 1989.

Syahban, Muhammad bin Muhammad Abu, Al-Madkal li Dirasah al-Quran

al-Karim. Beirut: Dar al-Jil, 1992 M./1412 H.

As-Suyuthi, Jalaluddin, Lubab an-Nuzul fi Asbab an-Nuzul diterjemahkan

oleh Rohadi Abu Bakar dengan judul Terjemah Asababun Nuzul.

Semarang: Waicaksana, 1986.

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa

Depan, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. II; Jogjakarta:

Andi Offset, 1993.

Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-

Qur’an, Jilid I. Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1975.

Page 73:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

68

Al-Zarqani, Muhammad Abd.al-Azim, Al-Irfan fi Ulum al-Qur’an. Mesir:

isa al-Babi al-Halabi, t.t.

Zein, Muhaemin, Bimbingan Praktis Menghapal Al-Qur’anul Karim, Cet. I;

Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996.

Zuhaerini, Sejarah Pendidikan Islam. Cet. VII; Bumi Aksara, 2004.

Media Elektonik

CD-ROM Mawsu'ah al-Hadis, Sakhr, 1998-2000.

Page 74:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imam Badaruddin Muhammad bin, Al-Burhan fi Ulum al-

Quran, Juz I. Kairo: dar

AF, Hasanuddin, Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya

terhadap Istinbath hukum dalam Alquran. Jakarta: RajaGrafindo

Persda, 1995.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta,

1991.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, 1993.

Basalamah, Soleh Muhammad, Pengantar Ilmu al-Qur'an. Cet. I;

Semarang: Dina Utama, 1997.

Al-Barry, M. Dahlan Y., Kamus Induk Istilah Ilmiah, seri Intelektual

Terbitan I; Surabaya: Target Press, 2003.

Buangin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Cet. II; Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003.

Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya. Saudi Arabiah:

Mujamma' al-Malik Fahd Li Thiba'at al-Mushaf, 1415 H.

_________, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditjen Kelembagaan

Agama Islam, 2003.

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002.

Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya Ulumuddin, Jilid III Beirut, t.th.

Al-Hakim, Muhammad Abdul Aziz, Al-Futuhatu al-Rabbaniyyah

diterjemahkan oleh Q. Shaleh, A. Dahlan dan M.D. Dahlan

dengan judul, Ayat-ayat Hukum: Tafsir dan Uraian Perintah-

perintah dalam Alquran. Cet. I; Bandung: Diponegoro, 1976.

Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar, Cet. I; Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2001.

Page 75:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

70

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. IV; Jakarta:

Rajawali Pers, 2001.

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian

Hermeneutik. Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996.

Al-Hifdz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghapal Al-Qur’an, Cet. II;

Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Al-Ibyari, Ibrahim, Tarikh al-Qur’an. Kairo: Dar al-Qalam, 1965.

Lapidus, Ira M, A History of Islamic Socities diterjemahkan oleh Ghufran

A. Mas’adi dengan judul Sejarah Sosial Umat Islam, bagian

kesatu dan kedua. Cet. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.

Al-Maraghi Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maragy, diterjemahkan oleh

Bahrun Abubakar dengan judul Terjemah Tafsir Al-Maraghi,

Jilid I. Cet. I; Semarang: Toha Putra, 1985.

Ma’ruf, Imam Ali ibn Muhammad, Tafsir al-Hazin, Juz IV. Cet. I; Mesir:

Mat’baah Taqaddum al-Ilmiah, 1332 H.

Al-Muawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir: Arab Indonesia. Cet.

XIV: Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Nawabuddin, Abdurrab, Teknik Menghapal Al-Qur’an, Cet. III; Bandung:

Sinar Baru Algesindo, 1996.

Nizar, Syamsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam;

Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, Cet. I; Ciputat:

Quantium Teacing, 2005.

Pemerintah Republik Indonesia., Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Serta Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007.

Al-Qardawi, Yusuf, Kaifa Nata’ammal Ma’a Alquran (Bagaimana

Berinteraksi dengan Alquran). Cet. I; Jakarta: Pustaka Alkautsar,

2000.

Al-Qattan, Manna, Mabahits fi Ulum al-Qur’an diterjemahkan oleh

Mudzakkir dengan judul Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Cet. VIII;

Bogor: Litera AntarNusa, 2004.

Page 76:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

71

Rauf, Abdul Aziz Abdul, Kiat Sukses Menjadi HafidZ Qur’an Da’iyah,

Bandung: Asy-Syamil, 2000.

Ar-Rum, Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-

Qur’an, Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. VII; Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran. Cet. VIII,

Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Shaleh, Subhi, Mahahis fi Ulum al-Qur’an. Cet. IX; Beirut: Dar al-Ilm li al-

Malayin, 1977.

Ash-Shabuny, Muhammad Ali, At-tibyan fi ’Ulum al-Qur’an,

diterjemahkan oleh Moch. Chudhori Umar dan Moh. Matsna

dengan judul Pengantar Studi al-Qur’an. Bandung: al-Ma’arif,

1987.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Cet. XXV; Bandung: Mizan,

2003.

_________, Wawasan al-Quran: Tafsir Mawdhui atas Pelbagai Persoalan

Umat. Cet. I; Bandung: Mizan, 1996.

_________, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Cet. I; Jakarta: Lentera, 2000.

Sudjana, Nana, Metode Statistik, Ed. V, Bandung: Tarsito, 1989.

Syahban, Muhammad bin Muhammad Abu, Al-Madkal li Dirasah al-Quran

al-Karim. Beirut: Dar al-Jil, 1992 M./1412 H.

As-Suyuthi, Jalaluddin, Lubab an-Nuzul fi Asbab an-Nuzul diterjemahkan

oleh Rohadi Abu Bakar dengan judul Terjemah Asababun Nuzul.

Semarang: Waicaksana, 1986.

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa

Depan, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. II; Jogjakarta:

Andi Offset, 1993.

Page 77:  · Skripsi Oleh : Ismail Nim: 0431056 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dapat dilihat adanya peluang bagi umat Islam dengan lembaga pendidikannya menjalankan

72

Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah, Al-Burhan fi Ulum al-

Qur’an, Jilid I. Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, 1975.

Al-Zarqani, Muhammad Abd.al-Azim, Al-Irfan fi Ulum al-Qur’an. Mesir:

isa al-Babi al-Halabi, t.t.

Zein, Muhaemin, Bimbingan Praktis Menghapal Al-Qur’anul Karim, Cet. I;

Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996.

Zuhaerini, Sejarah Pendidikan Islam. Cet. VII; Bumi Aksara, 2004.

Media Elektonik

CD-ROM Mawsu'ah al-Hadis, Sakhr, 1998-2000.