siklus wilson serta pembentukan
TRANSCRIPT
SIKLUS WILSON SERTA PEMBENTUKAN LAUT MERAH DAN PEGUNUNGAN HIMALAYA
J. Tuzo Wilson, seorang ahli geologi Kanada, mengajukan suatu daur tektonik tentang
pembukaan dan penutupan lautan pada awal 1970-an (kemudian daurnya itu dikenal sebagai
Wilson Cycle). Di dalam daur ini termasuk continental fragmentation (yang didahului rifting),
pembukaan dan penutupan ocean basin, dan re-assembly kontinen. Satu Daur Wilson ini
lamanya rata-rata sekitar 500 juta tahun. Mengikuti Daur Wilson, Pangaea mulai pecah selama
Trias, dan sampai sekarang masih belum bersatu lagi, terdistribusi menjadi sebaran benua dan
lautan seperti sekarang.
Laut Merah adalah sebuah teluk di sebelah barat Jazirah Arab yang memisahkan benua
Asia dan Afrika. Jalur ke laut di selatan melewati Babul Mandib dan Teluk Aden sedangkan di
utara terdapat Semenanjung Sinai dan Terusan Suez. Laut ini di tempat yang terlebar berjarak
300 km dan panjangnya 1.900 km dengan titik terdalam 2.500 m. Laut Merah juga menjadi
habitat bagi berbagai makhluk air dan koral.
GAMBAR 1
LAUT MERAH
Laut ini muncul karena pemisahan Jazirah Arab dari benua Afrika yang dimulai sekitar 30
juta tahun yang lalu dan masih berlanjut sampai sekarang. Suhu permukaan laut selalu konstan
sekitar 21-25°C dengan jarak penglihatan 200 m. Namun, sering terjadi angin kencang dan arus
lokal yang membingungkan. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan
sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai.
Banyak peristiwa alam yang membuat Laut Merah cocok dinamai sebagai Laut Merah.
Misalnya bagi ahli geologi saat ini, Laut Merah itu mirip bayi yg baru lahir karena kulit bayi
yang baru lahir berwarna merah. Laut Merah termasuk laut yg baru lahir di planet Bumi. Laut
Merah baru terbentuk 55 juta tahun lalu, saat daratan Afrika terpisah dari daratan Arab. Saat
daratan Afrika berpisah, terbentuklah cekungan yg terisi air dari laut Atlantik. Jadi bagi ahli
geologi, nama Laut Merah sangat tepat. Karena terjadinya Laut Merah mirip bayi yg masih
merah kulitnya. Nama itu sudah ada sejak jaman kuno, sekitar 2500 SM. Orang kuno menamai
Laut Merah, karena Laut Merah berwarna merah pada musim tertentu. Warna merah itu
disebabkan ganggang laut Trichodesmium erythraeum yang mati. Di hari-hari biasa Laut Merah
warnanya biru kehijauan. Orang kuno juga menamai Laut Merah karena di sekitar Laut Merah
ada pegunungan bertanah merah, namanya pegunungan Edom.
Dalam hal ini inti bor dari kawasan Laut Tengah, jazirah Arab serta kawasan Laut Merah
memainkan peranan amat menentukan. Di kawasan Laut Merah misalnya, kadar garamnya jauh
lebih tinggi dari normal, karena itu fossil dari kawasan tersebut kualitasnya amat bagus.
Selain itu kawasan Laut Merah memiliki keunggulan lainnya, seperti diungkapkan prof. Kucera :
“Laut Merah hanya memiliki kaitan amat kecil dengan samudra global. Dan kaitannya hanya
melalui selat Babel Mandib di selatan. Selebihnya Laut Merah benar-benar terisolasi. Tidak ada
sungai yang bermuara di sana dan nyaris tidak pernah turun hujan, karena di sekitarnya adalah
gurun. Artinya, hubungan satu-satunya ini membuat Laut Merah amat peka terhadap perubahan
ketinggian muka air laut.“
Tingginya kadar garam di Laut Merah terjadi akibat kecilnya volume air dari luar yang
masuk ke kawasan tsb, sementara penguapan terus menerus terjadi. Jika muka air laut global
mengalami kenaikan, maka air laut dengan kadar garam lebih rendah akan masuk ke Laut Merah.
Peristiwa itu dapat dilihat dari fossil yang dibor dari sedimen di kawasan tersebut.
Dengan meneliti inti bor dari kawasan penelitian di Laut Merah yang kondisinya ideal, prof
Kucera mengatakan ibaratnya mereka melacak sejarah masa lalu Bumi dari kandungan fossil
mikro serta isotop unsur oksigennya. Prof. Kucera menjelaskan : “Kami ibaratnya membaca
buku sejarah Laut Merah dengan bantuan fossil mikro, lembar demi lembar terus mundur ke
belakang. Dan kami memiliki model dari masa lalu, yang dapat meramalkan seberapa tinggi
kenaikan muka air laut. Caranya dengan mengukur isotop oksigen, yang terkandung pada fossil
Foraminifera. Kami dapat mengatakan kenaikan muka air laut rata-rata 1,6 meter per seratus
tahun, dan ini merupakan perkiraan yang konservatif".
Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut
dengan orogenesis dan epeirogenesis. Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul
menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik. Ada tiga
tipe tumbukan lempeng tektonik, antara lempeng busur kepulauan dan benua, lautan dan benua,
dan antara benua dengan benua. Tumbukan lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit
sedimen laut terhadap tepi lempeng benua. Tumbukan lempeng benua dengan benua merupakan
proses pembentukan sistem pegunungan Himalaya dan Ural.
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang
bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah
atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih
lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran rendah (graben) dan
dataran tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses epeirogenesis. Proses pembentukan gunung
berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang lalu.
Misalnya pegunungan Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun yang lalu, sedangkan
pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang lalu.
Model terjadinya gunung mengalami tiga tingkatan proses, yaitu:
1. Akumulasi sedimen: lapisan lapisan sedimen dan batuan vulkanik menumpuk sampai
kedalaman beberapa kilometer.
2. Perubahan bentuk batuan dan pengangkatan kerak bumi:sedimen yang terbentuk tadi
mengalami deformasi karena adanya gaya kompresi akibat tumbukan antar lempeng-lempeng
tektonik.
3. Pengangkatan kerak bumi akibat gerakan blok sesar: tumbukan antar lempeng akan
mengangkat sebagian kerak bumi sebagai lipatan lebih tinggi dari sekitarnya sehingga
terbentuk gunung. Sedangkan jika terjadi gaya tegangan atau tarikan antar lempeng maka
akan terbentuk graben (lembah)
Sebelum terbentuk pegunungan Himalaya , terjadi gerakan lempeng India ke arah lempeng
Eurasia. Lempeng India merupakan komposisi batuan yang sangat tua 2-2,5 milyar tahun. Titik
referensi yang berwarna kotak kuning masih berada dibawah . Setelah mengalami proses
tumbukan yang lama antara dua lempeng tersebut maka sebagian dari tepi lempeng India
terangkat dimana terlihat kotak kuning berubah posisi ke tempat yang lebih tinggi.Sehingga
terbentuklah pegunungan Himalaya saat ini.
GAMBAR 2
SKEMA PROSES TERJADINYA PEGUNUNGAN HIMALAYA
GAMBAR 3
SKEMA PEMBENTUKAN DATARAN RENDAH (GRABEN)
Kulit bumi yang sebelumnya dalam kondisi seimbang, mendapat gaya tektonik yang saling
berlawanan arah (gaya regangan) akibat desakan panas ke atas, sehingga menimbulkan retakan
(cracking). Proses tektonik ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu geologi yang
cukup lama.
Sistem rangkaian jalur pegunungan di bumi meliputi Pegunungan Cordillera, Amerika
Utara, Pegunungan Andes, Alpin, Ural, Appalache, Himalaya, Caledonia dan Tasmania. Gambar
di bawah ini menunjukkan Peta Rangkaian Gunung-Gunung di Bumi.
GAMBAR 4
PETA RANGKAIAN GUNUNG-GUNUNG DI BUMI
Ahli Geologi mengklasifikasikan gunung menurut ketinggiannya yaitu gunung tinggi,
menengah dan rendah. Warna merah pada peta menunjukkan gunung-gunung tinggi seperti
pegunungan Himalaya, Andes, warna jingga menunjukkan gunung dengan tinggi menengah
seperti pegunungan Ahaggar di Algeria sedangkan warna kuning menunjukkan gunung dengan
ketinggian rendah seperti pegunungan Meratus di Kalimantan , Indonesia. Berdasarkan definisi
umum gunung adalah bagian permukaan Bumi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Implikasi dari definisi ini adalah gunung dapat terletak dimana saja. Namun, dalam ilmu
kebumian, letak gunung mempunyai aturan mainnya sendiri. Gunung pada umumnya hanya
berada di perbatasan lempeng yang saling bergerak.
Dalam ilmu kebumian dikenal teori tektonik lempeng. Menurut teori ini, Bumi terdiri atas
lempeng-lempeng yang terus bergerak (gambar 5). Lempeng merupakan gabungan dari dua
lapisan kulit Bumi. Bumi, seperti yang terlihat pada gambar 6 di bawah, terdiri dari lapisan inti
(core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
GAMBAR 5
LEMPENG-LEMPENG BUMI, WARNA MERAH MENUNJUKKAN JALUR PEGUNUNGAN DAN GUNUNG API
GAMBAR 6
STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI
Lempeng Tektonik
Litosfer bersifat keras berada di atas astenosfer yang relatif lebih lunak. Menurut teori
tektonik lempeng , litosfer yang menyelubungi bumi terpecah ke dalam beberapa bagian.
Pecahan-pecahan litosfer tersebut disebut lempeng . Litosfer tersusun dari beberapa lempeng
besar dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng tersebut mengapung di atas lapisan
astenosfer dan masing-masing bergerak dengan kecepatan (laju dan arah) yang berbeda dengan
laju antara beberapa mm/tahun sampai belasan cm/tahun.
Tipe-tipe Batas Lempeng
Batas lempeng adalah daerah dimana terjadi pertemuan lempeng-lempeng. Terdapat 3 tipe
batas lempeng, yaitu konvergen , divergen dan transformasi .
Tipe konvergen
Tipe kovergen adalah jika dua buah lempeng bertubrukan. Terdapat dua macam tipe
konvergen, yaitu tumbukan dan subduksi. Gambar 7dan Gambar 8 menggambarkan tipe
konvergen tumbukan dan subduksi.
GAMBAR 7
TIPE TUMBUKAN
GAMBAR 8
TIPE SUBDUKSI
Jenis subduksi terjadi jika salah satu lempeng masuk ke bawah lempeng yang lain yang
disebabkan oleh perbedaan masa jenis antara kedua lempeng tersebut. Di daerah batas lempeng
yang konvergen seringkali terbentuk pegunungan. Pegunungan Himalaya dan dataran tinggi
Tibet merupakan contoh batas lempeng yang konvergen. Pegunungan Himalaya dan dataran
tinggi Tibet terbentuk karena beradunya lempeng Eurasia dengan lempeng India.
(a)
(b)
GAMBAR 9
(a) dan (b) PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN HIMALAYA DAN DATARAN TINGGI
TIBET YANG DISEBABKAN OLEH BERADUNYA LEMPENG EURASIA DENGAN
LEMPENG INDIA.
PANAH TEBAL MENUNJUKKAN ARAH PERGERAKAN LEMPENG.
Tipe Divergen
Tipe ini terjadi jika lempeng yang satu bergerak menjauhi lempeng yang lainnya.
GAMBAR 10
TIPE DIVERGEN
Contoh dari tipe ini adalah saling menjauhnya antara lempeng Afrika dengan lempeng Arab yang
menghasilkan laut Merah dan saling menjauhnya lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara,
serta lempeng Afrika yang menjadikan samudra Atlantik bertambah luas.
GAMBAR 11
BATAS LEMPENG DIVERGEN DI SAMUDRA ATLANTIK YANG MEMISAHKAN
AMERIKA DAN EROPA.
Tipe transformasi
Tipe transformasi adalah jika dua buah lempeng saling bergesekan.
GAMBAR 12
TIPE TRANSFORMASI.
Penyebab Gerakan Lempeng
Dari bukti-bukti seismik serta geofisik lainnya dan dari percobaan-percobaan yang
dilakukan di laboratorium, para ilmuwan sepakat bahwa gaya /penyebab pergerakan lempeng
adalah karena adanya pergerakan lambat dari mantel (astenosfer). Pergerakan di mantel sendiri
menurut hipotesa adalah karena adanya arus konveksi. Arus konveksi di mantel dapat
dianalogikan dengan arus konveksi pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan. Bagian air
yang panas akan naik. Setelah mencapai permukaan terjadi penurunan temperatur yang
menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah berada di bawah, bagian air tersebut
terkena panas lagi yang menyebabkan ia naik lagi.
GAMBAR 13
GAMBARAN TENTANG ARUS KONVEKSI DI LAPISAN MANTEL YANG
DIANALOGIKAN DENGAN ARUS KONVEKSI PADA AIR YANG DASARNYA
DIPANASKAN
Inti Bumi terbagi menjadi inti dalam yang berupa besi padat dan inti luar yang cair.
Temperatur pada inti diperkirakan sebesar 4300°C dengan kedalaman 2900-5200 km. Di atasnya
terdapat lapisan mantel yang terletak pada kedalaman sekitar 2900 km, yang temperaturnya
berkisar antara 1000-3700°C. Lapisan ini juga bersifat cair namun lebih kental daripada inti luar.
Pada lapisan mantel terjadi arus konveksi yang menggerakkan kerak di atasnya.
Di bagian terluar Bumi terdapat lapisan kerak yang relatif dingin, padat, dan tipis (paling
tebal 30 km). Kerak terbagi lagi menjadi kerak benua dan kerak samudera. Densitas kerak
samudera lebih tinggi dibandingkan kerak benua. Akan tetapi, kerak benua relatif lebih tebah
dibandingkan kerak samudera. Mantel bagian atas dan kerak inilah yang membentuk lempeng.
Di Bumi terdapat sekitar 5 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil. Kelima lempeng besar
tersebut adalah Lempeng Pasifik, Lempeng Afrika, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia
dan Lempeng Antartika. Lempeng-lempeng tersebut sepanjang tahun terus bergerak dan
berinteraksi di perbatasannya. Interaksi ini dapat berupa interaksi konvergen, divergen atau
persinggungan (transform).
Pada interaksi konvergen, terjadi tabrakan antar lempeng dan kemudian salah satu lempeng
menunjam (membenam) ke bawah lempeng lainnya. Jika tabrakan terjadi di laut, akan terbentuk
palung pada sepanjang batas antara kedua lempeng. Lempeng yang menunjam adalah lempeng
yang lebih berat (densitasnya lebih tinggi), yang biasanya adalah lempeng samudra. Ketika
mencapai mantel, lempeng yang menunjam ini mengalami pelelehan sebagian (partial melting).
Lelehan lempeng ini merupakan bahan baku magma.
Pada interaksi divergen yang umumnya terjadi di tengah dasar samudera, lempeng-
lempeng saling memisah akibat dorongan material magma dari dalam mantel. Magma yang
mendorong lempeng sebagian muncul ke permukaan, membeku dan menghasilkan lempeng
baru. Batas antar lempeng dalam interaksi divergen, ditandai dengan adanya punggungan tengah
samudera (mid-oceanic ridge). Punggungan ini sebenarnya adalah rangkaian gunung api tempat
keluarnya magma yang membentuk lempeng baru. Namun gunung-gunung api ini relatif tidak
berbahaya karena jauh dari permukiman manusia.
Sedangkan pada interaksi persinggungan, lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa
membentuk pemekaran maupun penunjaman. Tidak terjadi pelelehan lempeng lama maupun
pemunculan lempeng baru. Dalam interaksi konvergen dan persinggungan, lempeng-lempeng
saling bertabrakan atau bergesekan. Tabrakan dan gesekan ini menimbulkan tegangan pada
kedua lempeng, mirip dengan yang terjadi pada sepotong penggaris besi yang tegang karena
dibengkokkan. Jika penggaris besi itu kembali ke posisi semula, akan terjadi getaran disertai
bunyi yang cukup keras.
Jika dibawa ke dalam konteks Bumi, salah satu lempeng akan dibengkokkan oleh desakan
lempeng lain. Jika lempeng yang bengkok tersebut kembali ke posisi semula, akan timbul
getaran yang dirasakan manusia sebagai gempa Bumi tektonik, disertai patahnya lempeng
tersebut. Kuat lemahnya getaran gempa tersebut antara lain bergantung pada kedalaman
terjadinya patahan, atau dengan kata lain kedalaman pusat gempa. Selain patah, tabrakan dan
gesekan juga memunculkan retakan/rekahan, terutama pada bagian tepi masing-masing lempeng.
Rekahan yang timbul akan menjadi saluran lewatnya magma dari dalam mantel. Magma
kemudian keluar ke permukaan, membeku, terkumpul dan tertimbun membentuk gunung api.
Inilah salah satu mekanisme terbentuknya gunung di batas lempeng. Mekanisme lain adalah
bagian lempeng yang tidak terbenam terlipat atau menggumpal ke atas membentuk tonjolan
pegunungan. Kondisi ini mirip dengan kejadian karpet yang terlipat ke atas ketika tepinya
”menabrak” dinding atau lemari.
Gunung yang terbentuk di batas lempeng konvergen terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe
himalaya, tipe busur vulkanik dan tipe busur kepulauan.
Tipe Himalaya merupakan rangkaian pegunungan yang terbentuk akibat tumbukan lempeng
benua dengan lempeng benua. Salah satu lempeng terlipat, dan menonjol ke atas. Lempeng
benua yang lain menunjam ke bawah. Karena ketebalannya, lempeng benua meleleh pada
kedalaman yang cukup besar. Magma yang terbentuk dengan demikian sangat dalam, sehingga
tidak mampu mencapai permukaan. Contoh tipe ini adalah Pegunungan Himalaya.
GAMBAR 14
PEGUNUNGAN TIPE HIMALAYA
Tipe busur vulkanik adalah rangkaian gunung api yang terbentuk akibat tumbukan lempeng
samudera dengan benua. Lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua. Karena relatif
tipis, lempeng samudera meleleh pada kedalaman dangkal. Magma yang dihasilkannya dengan
begitu lebih mudah muncul ke permukaan. Contoh tipe ini adalah pegunungan di selatan Pulau
Jawa.
GAMBAR 15
PEGUNUNGAN TIPE BUSUR VULKANIK
Tipe busur kepulauan adalah deretan gunung api yang membentuk kepulauan. Contoh tipe ini
adalah kepulauan di sebelah barat daya Pulau Sumatera. Pembentukan busur kepulauan mirip
dengan tipe busur vulkanik. Bedanya, kedua lempeng yang bertumbukan pada tipe ini adalah
lempeng samudera.
GAMBAR 16
PEGUNUNGAN TIPE BUSUR KEPULAUAN
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa gunung pada umumnya terbentuk dan berada di
daerah batas antar lempeng yang terus bergerak, khususnya di batas interaksi konvergen dan
divergen. Pada batas interaksi konvergen (tipe himalaya, busur vulkanik dan busur kepulauan),
gunung-gunung tersebut mampu meredam guncangan akibat tabrakan antar lempeng.
Kemampuan ini muncul karena gunung memiliki massa dan ketebalan yang sangat besar.
Kemampuan gunung tersebut lebih dibutuhkan lagi di daerah busur vulkanik dan
kepulauan seperti Indonesia. Sebagaimana telah disinggung di atas, lempeng yang menunjam
pada kedua tipe tersebut umumnya tipis. Karena tipis, selain lebih mudah meleleh, lempeng juga
lebih mudah patah pada kedalaman dangkal. Akibatnya, Di daerah-daerah tersebut, pusat-pusat
gempa umumnya dangkal (kedalaman <33 km) sehingga energi guncangannya relatif besar dan
sangat membahayakan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, daerah pegunungan (apalagi di daerah kepulauan seperti Indonesia) adalah
daerah yang berbahaya untuk dijadikan permukiman. Tempat yang relatif aman adalah daerah di
balik gunung, yang jauh dari zona interaksi antar lempeng. Meskipun terjadi guncangan,
kekuatannya sudah jauh berkurang karena teredam oleh oleh gunung tersebut.
Di luar batas lempeng konvergen maupun divergen, gunung api sebenarnya juga muncul di
sejumlah lokasi lain. Lokasi-lokasi tersebut tidak terletak di batas lempeng manapun, malahan
berada di di tengah-tengah lempeng. Contohnya adalah di jantung benua Afrika, atau di
rangkaian Kepulauan Hawaii. Gunung-gunung api di sana dekat dengan wilayah permukiman
manusia, namun jauh dari batas lempeng apapun (konvergen, divergen, atau persinggungan).
Karena jauh dari batas lempeng, gunung-gunung tersebut sama sekali tidak berfungsi meredam
guncangan.