refka kulit 1
DESCRIPTION
gfgTRANSCRIPT
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Ny. R
2. Umur : 41 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Tanggal pemeriksaan : 1 September 2015
7. Ruangan : Pav. Matahari
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Terasa gatal pada pergelangan tangan kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dengan menometroragia dan hyperplasia endometrium di
ruang perawatan ‘matahari’ di konsul dengan keluhan gatal pada
pergelangan tangan kiri yang sebelumnya terpasang plaster infus ± 1
(handsaplas) minggu yang lalu. Pasien mulai merasakan gatal setelah
plaster infus terpasang selama 2 hari. Setelah plaster dibuka, pada
pergelangan tangan pasien tampak bercak kemerahan dan benjolan
kecil yang berisi cairan berwarna bening serta terasa perih saat
benjolannya pecah. Selang beberapa hari muncul benjolan besar
seperti lepuhan. Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami hal
seperti ini. Apabila timbul seperti ini pasien hanya membiarkannnya
dan sembuh dengan sendirinya.
3. Riwayat penyakit terdahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan
Pasien biasa mengalami rhinitis alergi
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga :
Adik kandung pasien pernah mengalami keluhan seperti ini
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis :
Kondisi umum : Sakit ringan
Status gizi : Baik
Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36°C
3. Hygiene : baik
4. Status dermatologis/venerologis :
Kepala : tidak ada ujud kelainan kulit
Wajah : tidak ada ujud kelainan kulit
Leher : tidak ada ujud kelainan kulit
Dada : tidak ada ujud kelainan kulit
Perut : tidak ada ujud kelainan kulit
Punggung : tidak ada ujud kelainan kulit
Bokong : tidak ada ujud kelainan kulit
Ekstremitas atas : terdapat bercak eritematosa yang berbatas
jelas, bula, edem dan ekskoriasi pada
pergelangan tangan kiri.
Ekstremitas bawah : tidak ada ujud kelainan kulit
Kel. limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
IV. GAMBAR
Gambar 1. Tampak bercak
eritematosa disertai edema
Gambar 2. Terdapat bula
Gambar 3. Tampak ekskoriasi
V. RESUME
Perempuan 41 tahun, pasien konsul dari ruang perawatan ‘matahari’
RSUD Undata dengan keluhan gatal pada pergelangan tangan kiri yang
sebelumnya terpasang plaster infus (handsaplas) ± 1 minggu yang lalu.
Pasien mulai merasakan gatal setelah plaster infus terpasang selama 2 hari.
Setelah plaster dibuka, pada pergelangan tangan pasien tampak bercak
kemerahan dan benjolan kecil yang berisi cairan berwarna bening serta
terasa perih saat benjolannya pecah. Selang beberapa hari muncul benjolan
besar seperti lepuhan. Status dematologis: terdapat bercak eritematosa
yang berbatas jelas, bula, ekskoriasi dan likenifikasi pada pergelangan
tangan kiri.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatitis Kontak Iritan
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Uji Tempel Alergen/Patch Test
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Hindari kebiasaan menggaruk luka untuk mencegah timbulnya infeksi
yang baru.
Hindari kontak dengan bahan kontaktan
Puncture aspiration bula
2. Medikamentosa
Topikal :
Krim asam fusidat 5 g 3x sehari
Sistemik :
Methilprednisolon 4 mg 2x1
X. PROGNOSIS
1. Qua ed vitam : bonam2. Qua ed fungsionam : bonam3. Qua ed sanationam : bonam4. Qua ad cosmeticam : bonam
PEMBAHASAN
Perempuan 41 tahun, pasien konsul dari ruang perawatan ‘matahari’
RSUD Undata dengan keluhan gatal pada pergelangan tangan kiri yang
sebelumnya terpasang plaster infus ± 1 minggu yang lalu. Pasien mulai merasakan
gatal setelah plaster infus terpasang selama 2 hari. Setelah plaster dibuka, pada
pergelangan tangan pasien tampak bercak kemerahan dan benjolan kecil yang
berisi cairan berwarna bening serta terasa perih saat benjolannya pecah. Selang
beberapa hari muncul benjolan besar seperti lepuhan. Sebelumnya pasien sudah
pernah mengalami hal seperti ini. Apabila timbul seperti ini pasien hanya
membiarkannnya dan sembuh dengan sendirinya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umumpasien baik. Dari
status dematologis terdapat bercak eritematosa yang berbatas jelas, bula,
ekskoriasi dan likenifikasi pada pergelangan tangan kiri. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan dermatitis kontak alergi.
Dermatitis kontak alegi adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respon terhadap bahan atau substansi yang menempel pada kulit yang
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi. Penderita umumnya mengeluh
gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya.
Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian
diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin fisur, batasnya tidak jelas1.
Pada kasus ini, gatal-gatal muncul setelah 2 hari kontak dengan plaster.
Hal ini menandakan dermatitis kontak alergi (DKA) tidak berhubungan dengan
atopik. DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi
imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang sebelumnya
tersensitisasi yang menyebabkan peradangan dan edema pada kulit.2
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton) merupakan alergen yang belum diproses, disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reakif, dapat menembus stratum korneum
sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor
berpengaruh dalam timbulkan DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis
per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan
kelembaban lingkungan, vehikulum, dan PH. Selain itu faktor individu, misalnya
keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan
epidermis), status imunologik (misalnya menderita sakit, terpajan sinar matahari).
Sekitar 25 bahan kimia yang tampaknya memberi pengaruh terhadap sebanyak
setengah dari semua kasus DKA. Ini termasuk nikel, pengawet, pewarna dan
parfum.1,2
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
melibatkan dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Fase sensitisasi
dimulai dengn allergen lingkungan yang berukuran kecil, lipofilik molekul
dengan berat molekul rendah (<500 Dalton). Alergen diproses lebih tepat disebut
sebagai hapten. Setelah hapten menembus kulit, mengikat dengan protein
pembawa epidermal untuk membentuk sebuah hapten-kompleks protein, yang
menghasilkan antigen lengkap, kemudian mengaktifasi dan menstimulasi sel-sel
imunologi sehingga mengeluarkan mediator inflamasi. Sedangkan fase elisitasi
adalah selama fase ini, baik Antigen presenting cell dan keratinosit dapat
menyajikan antigen dan menyebabkan rekrutmen sel T-hapten tertentu. Sebagai
tanggapan, Sel T melepaskan sitokin, termasuk IFN-γ dan TNF-α, yang, pada
gilirannya, merekrut sel-sel inflamasi lain dan merangsang makrofag dan
keratinosit untuk melepaskan lebih cytokines. Sebuah respon inflamasi, monosit
bermigrasi ke daerah yang terkena, dewasa menjadi makrofag, dan dengan
demikian menarik lebih banyak sel T. Ini lokal hasil negara proinflamasi di
gambaran klinis klasik peradangan spongiotik berupa kemerahan, edema, papula
dan vesikula, dan kehangatan).2
Secara garis besar, penatalaksanaan pada kasus ini terbagi 2 yaitu
penatalaksanaan non medikamentosa dan medikamentosa. Pada penatalaksanaan
non medikamentosa meliputi; hindari kebiasaan menggaruk luka untuk mencegah
timbulnya infeksi yang baru, hindari kontak dengan bahan kontaktan, Puncture
aspiration bula. Sedangkan pada penatalaksanaan medikamentosa diberikan krim
asam fusidat 5 g tiga kali sehari dan methilprednisolon 4 mg dua kali sehari.
Pemberian Asam fusidat krim 5 g 3x/hari untuk mengobati infeksi kulit
yang di sebabkan oleh staphylococcus, streptococcus, propionibacterium acnes,
corynebacterium minutissinum dan bakteri lain yang rentan terhadap asam fusidat
serta efek sampingnya jarang menimbulkan reaksi hipersensitivitas.3
Metilprednisolon adalah golongan kortikosteroid, kortikosteroid dapat
diberikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi peradangan pada DKA
akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel, atau bula serta eksudat
(madidans). Kortisol dan analog sintetiknya mencegah atau menekan timbulnya
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik atau alergen. Gejala ini
umumnya berupa kemerahan, rasa sakit dan panas. Secara mikroskopik obat ini
menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler,
migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga
menghambat manifestasi inflamasi yang lebih lanjut yaitu proliferasi kapiler dan
fibroblas, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakim Z. Penanganan dermatitis kontak alergi. Bagian ilmu penyakit kulit
dan kelamin FK Unand. Majalah kedokteran Andalas Vol 28: Padang.
2004.
2. Sularsito, S, D., Djuanda, S. Ilmu Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Balai
penerbit FKUI: Jakarta. 2013.
3. Brunton, L., Lazo, J., Parker, K. Goodman and Gilman’s The pharmacological
basic of therapeutical eleventh edition. New York: The McGraw-Hill. 2006.
REFLEKSI KASUS
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Oleh :
Nama : Syarah Dwi Saraswati
Stambuk : N 111 14 057
Pembimbing : Dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015