referat konjuntivitis emil
DESCRIPTION
konjungtivitisTRANSCRIPT
Konjungtivitis Purulenta
ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak mata (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.¹
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
dan menjadi konjungtiva bulbaris.¹
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis
bermuara ke forniks temporal superior. Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan
konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul
tenon dan sklera di bawahnya.¹
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
1M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika
semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada
beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula)
menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi
yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.¹
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus,
di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata
terdiri dari sel-sel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet
bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan
diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh epikornea. Sel-sel
epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus
dapat mengandung pigmen.¹
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan
satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan
di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtiva inklusi pada neonatus bersifat
papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa
tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini
menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.¹
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring
terletak di tepi atas tarsus atas.¹
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri itu beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena
konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring
vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva terususun
2M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh
limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima
persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif
sedikit mempunyai serat nyeri.¹
3M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
RADANG KONJUNGTIVA
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis
terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu
cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
Gambaran
Gambaran Injeksi Konjungtiva Pada Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis
pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari
ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan
tetes mata (biasanya perak nitrat, povidone iodin) atau salep antibiotik (misalnya
eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis
gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan
seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya
konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah
infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis
4M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung
antibiotik (Medicastore, 2009).
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda
asing dan sensasi tergores atau panas sering menyertai pembengkakan dan hipertropi
papilla yang biasanya terdapat pada hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea
agaknya terkena. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.¹
ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a. Infeksi oleh virus atau bakteri.
b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet,dari las
listrik.
d. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang juga bisa
menyebabkan konjungtivitis
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan–bulan atau bertahun–tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
a. Entropion atau ektropion.
b. Kelainan saluran air mata.
c. Kepekaan terhadap bahan kimia.
d. Pemaparan oleh iritan.
e. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala
alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk
bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan
timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan
udara (seperti asap dan cairan fumigasi) .
5M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis,
kebanyakan strain adenovirus manusia, virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, dan dua
pikorna virus. Dua agen yang ditularkan melalui seks yang menimbulkan
konjungtivitis, adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhea.¹
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:
1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata
yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.
Tanda –tanda konjungtivitis adalah:
1. Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini
merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak
merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan
hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis
karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;
Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris
Kausa Iritasi, KonjungtivitisKeratitis, Iridosiklitis,
Glaukoma Akut
Lokasi Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil
Warna Merah terang Merah padam
Pembuluh darahBergerak dengan dengan
konjungtivaTidak bergerak
Adrenalin Menghilang Menetap
Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)
Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri
6M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
2. Mata Berair (Epiphora) sering mencolok pada konjungtivitis. Sekresi air
mata diakibatkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal, atau
karena gatal. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh yang hiperemik
dan menambah jumlah air mata itu.¹
3. Eksudasi (Sekret), Terutama pada pagi hari adalah ciri semua jenis
konjungtivitis akuta. Eksudat itu berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis
bakterial. Palpebra “bertahi mata” saat bangun tidur pada semua jenis
konjungtivitis, dan jika eksudat berlebihan dan palpebra itu saling melengket,
konjungtivitis itu agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Pada
konjungtivitis sekret dapat bersifat:
Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
4. Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior ke M. Muller (M. Tarsalis
Superior) akibat kelopak mata bengkak. Terdapat pada konjungtivitis berat
seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.
5. Hipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut
halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (selain unsur
sel dan eksudat) sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-
cabang di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat radang mengumpul di
antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.
Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri.¹
6. Kemosis konjungtiva adalah edema yang berlebihan pada konjungtiva
okular. Dapat terjadi pada konjungtivitis gonokok. Kadang-kadang kemosis
muncul sebelum ada infiltrasi atau eksudat selular jelas.¹
7M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
7. Folikel terdiri atas hiperplasia limfoid lokal di dalam lapis limfoid konjungtiva
dan biasanya mengandung sebuah pusat germinal. Secara klinik dapat dikenali
sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada pemeriksaan
slitlamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada batas folikel dan
mengitarinya.¹
8. Pseudomembran adalah hasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.
Sebuah pseudomembran adalah pengentalan (koagulum) di atas permukaan
epitel. Bila diangkat, epitel tetap utuh. Sebuah membran adalah pengentalan
yang meliputi seluruh epitel, dan jika diangkat, akan meninggalkan permukaan
yang kasar dan berdarah.
9. Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering khalazion.¹
10. Phlyctenula pada konjungtiva pada awalnya terdiri atas perivaskulitis dengan
bungkusan limfositik pada pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai
mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi leukosit
polimorfonuklear.
11. Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan
demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan
dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.
8M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Diagnosis Banding Konjungtivitis
Temuan Klinik
dan Sitologi
Virus Bakteri Alergi Toksik
Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous mucous Purulen, kuning, krusta Viscus -
Kemosis ± ++ ++ ±
Lakrimasi ++ + + ±
Folikel + - + ±
Papil - + + -
Pseudomembran ± ± - -
Pembesaran
kelenjar limfe
++ + - -
Panus - - - ±
Bersamaan
dengan keratitis
± ±
-
±
Demam ± ±
-
-
Sitologi Granulosit Limposit, monosit Eosinofil Sel epitel,
granulosit
Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan
gambaran khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi
virus, bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik.
Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya
keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma,
dan endoftalmitis.
PATOFISIOLOGI
9M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan
kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran
lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A,
Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen
yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang
disebut konjungtivitis.
KONJUNGTIVITIS PURULENTA
10M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Konjungtivitis purulenta ditandai banyak eksudat purulen. Disebabkan oleh
diplokok aerobik Gram negatif Neisseria gonorrhoeae, merupakan radang
konjungtiva akut dan hebat. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen
dan bersifat invasif sehingga reaksi radang kuman ini sangat berat. Penyakit kelamin
yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia
secara endemik.²
Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan
baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U dan
panjang 1,6U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe,
yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa epitel
dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat genital
tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan
konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan
pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat. 1
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada
saat berada pada jalan kelahiran dari ibu yang
menderita servisitis gonore, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita
servisitis atau uretritis gonore melalui kontak
tangan atau alat-alat yang terpapar bakteri ini.
Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari
penularan penyakit kelamin. Di dalam klinik kita akan melihat penyakit ini dalam
bentuk oftalmia neonatorium (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum
(usia lebih dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum (usia dewasa).
11M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
PATOFISIOLOGI
Setelah terjadi penularan Neisseria gonorrhoeae dari organ seksual ke mata,
cedera pada epitel konjungtiva oleh agen perusak dapat diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan
folikel). Sel-sel radang, termasuk neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma,
dan sering menunjukkan sifat agen perusak. Sel-sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan
fibrin dan mukus sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
“perlengketan” tepian palpebra.¹
Sel-sel radang tampak dalam eksudat atau dalam kerokan yang diambil dengan
spatula platina steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi. Banyak
leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis purulenta. Jika ada
pseudomembran dan membran, neutrofil akan paling banyak karena nekrosis yang
ada. Terdapat sel plasma dalam stroma konjungtiva, tetapi tidak bermigrasi melalui
epitel sehingga tidak tampak dalam hapusan eksudat atau kerokan permukaan
konjungtiva, kecuali epitel itu telah nekrotik.¹
Gambaran klinik
Masa inkubasi 1-5 hari sesudah terjadinya infeksi. Terdapat 3 stadium
perjalanan penyakit, yaitu infiltratif, supuratif dan penyembuhan.
Pada stadium infiltratif berlangsung selama 3 – 4 hari, ditemukan kelopak
mata dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata
membengkak, blefarospasme dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah
terang, kemotik dan menebal, sekret serous, kadamg – kadang berdarah. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran
hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa.
Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang disertai dengan tanda-
tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu.²
12M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Pada stadium supuratif atau purulenta berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan
tidak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang
dan masih terdapat blefarospasme. Terdapat sekret yang
kental bercampur darah keluar terus menerus. Pada bayi
biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning
kental. Kadang-kadang bila sangat dini sekret dapat
serous yang kemudian menjadi kental dan purulen.
Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang
dewasa sekret tidak kental sekali. Terdapat pseudomembran yang merupakan
kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Jika palpebra dibuka, yang khas
adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya
harus hati – hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
Stadium Konvalesen (penyembuhan) berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan
tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak
infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik,
sekret jauh berkurang.
Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang
ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar pre-aurikuler. Sedangkan,
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,
sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit
tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin
sendiri.
Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa
inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan
konjungtiva kemotik.
GAMBARAN KLINIS
13M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
1. Pada Bayi Dan Anak
Gejala subjektif : (-)
Gejala objektif : Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret
dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen.
Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.
2. Pada Orang Dewasa
Gejala subjektif : Rasa nyeri pada mata. Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan
biasanya mengenai mata kanan.
Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput
konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa
hipertrofi papiler yang besar. Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung
berminggu-minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret
dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji
sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang
diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama
1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah
14M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan
lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah
berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk
membedakannya dlakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-).
Sedang meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus
diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
PENYULIT
Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas,
dimulai dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi
akibat adanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal
dapat terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan
pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva
palpebra yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat
menimbulkan keratitis, tanpa didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat
menimbulkan perforasi, edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis
bulbi. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering
terjadi perporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk
cincin.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik, dan
pemeriksaan penunjang.
15M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Diagnosis pasti dibuat dengan sediaan hapus sekret konjungtiva dengan
pewarnaan Gram yang bersifat negatif-Gram biru metilen, terlihat di luar dan di
dalam leukosit. Sehingga akan terlihat diplokok intraseluler dan ekstraseluler. Bila
ditemukan diplokok yang ekstraseluler hal ini sudah menunjukkan infeksi kronik. Bila
tidak ditemukan diplokok pada pemeriksaan hapus, maka dilakukan biakan
bakteriologik neisseria. Berbeda dengan neisseria lain akan memberikan peragian
glukosa positif sedang maltosa dan sukrosa negatif.²
PENCEGAHAN
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.
Secara klasik diberikan AgNO3 1% pada setiap bayi baru lahir ( Harus diperhatikan
bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). Namun, dengan cara ini dapat terjadi
penyulit akibat terteteskan AgNO3 berkonsentrasi lebih yang terendap pada
larutannya sehingga mengakibatkan kerusakan atau luka bakar kimia pada kornea.
Cara yang lebih aman adalah membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan
larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.²
Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat
melahirkan.Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir
dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.
Pencegahan penularan bagi orang dewasa yang mengidap penyakit kelamin
yang disebabkan Neisseria gonorrhoeae dengan jalan menutup penularan yang terjadi
secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk dan sebagainya. Segera obati
penyakit kelamin yang diderita dan berperilaku seksual yang baik.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan konjungtivitis purulenta harus intensif. Penderita harus dirawat
dan diisolasi. Pengobatan dilakukan sebaik-baiknya. Mata harus selalu dibersihkan
dari pada sekret sebelum pengobatan. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi
air bersih (air hangat) atau garam fisiologik tiap ¼ jam.
16M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Setiap ¼ atau ½ jam diberikan salep mata penisilin Penisillin tetes mata dapat
diberikan dalam bentuk larutan penisillin G (caranya : 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap
1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setaip 5 menit selama 30 menit.
Apabila keadaan radang sudah tenang diberikan salep mata setiap 1 jam selama 3 hari.
Selain itu diberikan injeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 iu/kg
BB diberikan selama 7 hari.
Setiap hari sekret diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui apakah
masih dijumpai mikroorganisme dalam sekret. Apabila tidak ada komplikasi pada
kornea. Maka biasanya sembuh setelah lima hari. Apabila ada komplikasi pada
kornea, konjungtivitis purulenta sembuh lebih lama. Kalau dalam satu atau dua hari
tidak ada perbaikan, maka perlu dipikirkan adanya resistensi kuman terhadap penisilin
dan disebut Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G.). Pada pasien
yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) atau
Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi. Sebagai ganti lokal dapat diberikan tetrasiklin
salep mata, garamisin salep mata atau kemisitin salep mata. Sistemik juga dapat
diberikan obat-obat tersebut. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan
mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
Apabila yang menderita konjungtivitis purulenta adalah bayi yang baru lahir
maka orang tua bayi diperiksa untuk kemungkinan uretritis atau servisitis. Apabila
dijumpai penyakit kelamin tersebut, maka sekaligus obati.
EFEK SAMPING PENGOBATAN
Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi
gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu
sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap. Antibiotika topikal dapat
menyebabkan reaksi alergi. Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut,
ruam dan reaksi alergi.
PENGAWASAN
17M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak kambuh setelah diterapi.
Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore neonatorum harus diuji dan diterapi
terhadap penyakit menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang baru
ditemukan atau memperburuk keadaan harus dilaporkan kepada dokter.
KOMPLIKASI
Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun ulkus kornea sehingga sering
terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa ulkus yang terjadi sering terletak
marginal dan sering berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat mengakibatkan
endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
RINGKASAN
18M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
Konjungtivitis Gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan
sekret purulen yang disebabkan oleh Kuman Neisseria Gonorrhaea. Perjalanan
penyakit pada orang dewasa terdiri atas stadium Infiltratif, supuratif atau purulenta
dan konvalesen (penyembuhan).
Gambaran klinik pada bayi dan anak adalah ditemukan kelainan bilateral
dengan sekret kuning kental. Pada orang dewasa ditemukan gejala subjektif berupa
rasa nyeri pada mata, tanda-tanda infeksi biasanya terdapat pada satu mata dan gejala
objektif yaitu ditemukan sekret purulen yang tidak begitu kental. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan Gram atau giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas
untuk perencanaan pengobatan.
Penatalaksanaan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok
batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtiva gonore. Pasien dirawat dengan
pengobatan dengan penicillin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB
selama 7 hari, sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau
garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian beri salep penicillin setiap ¼ atau ½ jam dan
penicillin tetes mata 10.000 – 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Apabila radang sudah
tenang diberikan salep mata penicillin setiap 1 jam selama 3 hari. Selain itu diberikan
injeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 iu/kg BB diberikan
selama 7 hari.
19M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057
Konjungtivitis Purulenta
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. G, Asbury T, Riordan-Eva P, OFTHALMOLOGI UMUM, Widya
Medika, Jakarta, 2000.
2. Ilyas Sidarta, Prof. dr. SpM, KEDARURATAN DALAM ILMU PENYAKIT MATA,
FKUI, Jakarta, 2005.
3. Radjamin, R. K. Tamin, dkk, ILMU PENYAKIT MATA, Airlangga University
Press, Surabaya, 1993.
4. Available at : http//www.google.com, atlasopthalmology.ht
5. Available at : http//www.eMidicine.com/oph/byname/gonococcus.htm
6. Available at : http//www.jceh.co.uk, journal_53_forWebFdf.indd
7. Available at : http//www.fpnotebook.com, prymaryeyecare conjunctivitis
8. Available at : http//www.google.com, image of conjunctivitis gonoreal
9. http://askepthedi.blogspot.com/2010/10/konjungtivitis.html 10. http://drakeiron.wordpress.com/2008/12/15/info-konjungtivis-gonore/
20M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057