referat konjuntivitis emil

30
Konjungtivitis Purulenta ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak mata (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.¹ Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.¹ Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior. Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya.¹ Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. 1 M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Upload: topansantankelapa

Post on 24-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

konjungtivitis

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan

kulit pada tepi kelopak mata (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di

limbus.¹

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera

dan menjadi konjungtiva bulbaris.¹

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan

melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis

bermuara ke forniks temporal superior. Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan

konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul

tenon dan sklera di bawahnya.¹

Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

1M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 2: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika

semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada

beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula)

menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi

yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.¹

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel

silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus,

di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata

terdiri dari sel-sel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet

bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan

diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh epikornea. Sel-sel

epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus

dapat mengandung pigmen.¹

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan

satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan

di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum

germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2

atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtiva inklusi pada neonatus bersifat

papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa

tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini

menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa

tersusun longgar pada bola mata.¹

Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan

fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar

Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring

terletak di tepi atas tarsus atas.¹

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri

palpebralis. Kedua arteri itu beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena

konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring

vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva terususun

2M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 3: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh

limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima

persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif

sedikit mempunyai serat nyeri.¹

3M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 4: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

RADANG KONJUNGTIVA

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian

berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis

terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu

cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat

hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

Gambaran

Gambaran Injeksi Konjungtiva Pada Konjungtivitis

Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis

pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari

ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan

tetes mata (biasanya perak nitrat, povidone iodin) atau salep antibiotik (misalnya

eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis

gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan

seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya

konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah

infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus

kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis

4M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 5: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung

antibiotik (Medicastore, 2009).

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi

tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda

asing dan sensasi tergores atau panas sering menyertai pembengkakan dan hipertropi

papilla yang biasanya terdapat pada hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea

agaknya terkena. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.¹

ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

a. Infeksi oleh virus atau bakteri.

b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet,dari las

listrik.

d. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang juga bisa

menyebabkan konjungtivitis

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan–bulan atau bertahun–tahun.

Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

a. Entropion atau ektropion.

b. Kelainan saluran air mata.

c. Kepekaan terhadap bahan kimia.

d. Pemaparan oleh iritan.

e. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).

Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala

alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk

bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan

timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan

udara (seperti asap dan cairan fumigasi) .

5M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 6: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis,

kebanyakan strain adenovirus manusia, virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, dan dua

pikorna virus. Dua agen yang ditularkan melalui seks yang menimbulkan

konjungtivitis, adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhea.¹

Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:

1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke  mata

yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.

2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.

Tanda –tanda konjungtivitis adalah:

1. Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini

merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak

merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan

hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis

karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah

limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.

Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris

Kausa Iritasi, KonjungtivitisKeratitis, Iridosiklitis,

Glaukoma Akut

Lokasi Forniks ke limbus makin kecil Limbus ke forniks makin kecil

Warna Merah terang Merah padam

Pembuluh darahBergerak dengan dengan

konjungtivaTidak bergerak

Adrenalin Menghilang Menetap

Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)

Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri

6M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 7: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

2. Mata Berair (Epiphora) sering mencolok pada konjungtivitis. Sekresi air

mata diakibatkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal, atau

karena gatal. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh yang hiperemik

dan menambah jumlah air mata itu.¹

3. Eksudasi (Sekret), Terutama pada pagi hari adalah ciri semua jenis

konjungtivitis akuta. Eksudat itu berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis

bakterial. Palpebra “bertahi mata” saat bangun tidur pada semua jenis

konjungtivitis, dan jika eksudat berlebihan dan palpebra itu saling melengket,

konjungtivitis itu agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Pada

konjungtivitis sekret dapat bersifat:

Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi

Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

4. Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior ke M. Muller (M. Tarsalis

Superior) akibat kelopak mata bengkak. Terdapat pada konjungtivitis berat

seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.

5. Hipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena

konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut

halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (selain unsur

sel dan eksudat) sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-

cabang di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat radang mengumpul di

antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva.

Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri.¹

6. Kemosis konjungtiva adalah edema yang berlebihan pada konjungtiva

okular. Dapat terjadi pada konjungtivitis gonokok. Kadang-kadang kemosis

muncul sebelum ada infiltrasi atau eksudat selular jelas.¹

7M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 8: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

7. Folikel terdiri atas hiperplasia limfoid lokal di dalam lapis limfoid konjungtiva

dan biasanya mengandung sebuah pusat germinal. Secara klinik dapat dikenali

sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada pemeriksaan

slitlamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada batas folikel dan

mengitarinya.¹

8. Pseudomembran adalah hasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.

Sebuah pseudomembran adalah pengentalan (koagulum) di atas permukaan

epitel. Bila diangkat, epitel tetap utuh. Sebuah membran adalah pengentalan

yang meliputi seluruh epitel, dan jika diangkat, akan meninggalkan permukaan

yang kasar dan berdarah.

9. Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering khalazion.¹

10. Phlyctenula pada konjungtiva pada awalnya terdiri atas perivaskulitis dengan

bungkusan limfositik pada pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai

mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi leukosit

polimorfonuklear.

11. Adenopati Preaurikuler

Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan

demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan

dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.

8M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 9: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Diagnosis Banding Konjungtivitis

Temuan Klinik

dan Sitologi

Virus Bakteri Alergi Toksik

Gatal - - ++ -

Mata merah + ++ + +

Hemoragi + + - -

Sekret Serous mucous Purulen, kuning, krusta Viscus -

Kemosis ± ++ ++ ±

Lakrimasi ++ + + ±

Folikel + - + ±

Papil - + + -

Pseudomembran ± ± - -

Pembesaran

kelenjar limfe

++ + - -

Panus - - - ±

Bersamaan

dengan keratitis

± ±

-

±

Demam ± ±

-

-

Sitologi Granulosit Limposit, monosit Eosinofil Sel epitel,

granulosit

Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan

gambaran khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi

virus, bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik.

Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya

keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma,

dan endoftalmitis.

PATOFISIOLOGI

9M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 10: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva

terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama

oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan

kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran

lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A,

Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen

yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang

disebut konjungtivitis.

KONJUNGTIVITIS PURULENTA

10M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 11: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Konjungtivitis purulenta ditandai banyak eksudat purulen. Disebabkan oleh

diplokok aerobik Gram negatif Neisseria gonorrhoeae, merupakan radang

konjungtiva akut dan hebat. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen

dan bersifat invasif sehingga reaksi radang kuman ini sangat berat. Penyakit kelamin

yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia

secara endemik.²

Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan

baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria.

Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U dan

panjang 1,6U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam

leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak

tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe,

yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang

tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa epitel

dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat genital

tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan

konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang

menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan

pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat. 1

Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada

saat berada pada jalan kelahiran dari ibu yang

menderita servisitis gonore, sedang pada bayi

penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita

servisitis atau uretritis gonore melalui kontak

tangan atau alat-alat yang terpapar bakteri ini.

Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari

penularan penyakit kelamin. Di dalam klinik kita akan melihat penyakit ini dalam

bentuk oftalmia neonatorium (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum

(usia lebih dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum (usia dewasa).

11M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 12: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

PATOFISIOLOGI

Setelah terjadi penularan Neisseria gonorrhoeae dari organ seksual ke mata,

cedera pada epitel konjungtiva oleh agen perusak dapat diikuti edema epitel, kematian

sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema

pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan

folikel). Sel-sel radang, termasuk neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma,

dan sering menunjukkan sifat agen perusak. Sel-sel radang bermigrasi dari stroma

konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan

fibrin dan mukus sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan

“perlengketan” tepian palpebra.¹

Sel-sel radang tampak dalam eksudat atau dalam kerokan yang diambil dengan

spatula platina steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi. Banyak

leukosit polimorfonuklear adalah ciri khas konjungtivitis purulenta. Jika ada

pseudomembran dan membran, neutrofil akan paling banyak karena nekrosis yang

ada. Terdapat sel plasma dalam stroma konjungtiva, tetapi tidak bermigrasi melalui

epitel sehingga tidak tampak dalam hapusan eksudat atau kerokan permukaan

konjungtiva, kecuali epitel itu telah nekrotik.¹

Gambaran klinik

Masa inkubasi 1-5 hari sesudah terjadinya infeksi. Terdapat 3 stadium

perjalanan penyakit, yaitu infiltratif, supuratif dan penyembuhan.

Pada stadium infiltratif berlangsung selama 3 – 4 hari, ditemukan kelopak

mata dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata

membengkak, blefarospasme dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat

pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah

terang, kemotik dan menebal, sekret serous, kadamg – kadang berdarah. Pada orang

dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran

hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa.

Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang disertai dengan tanda-

tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu.²

12M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 13: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Pada stadium supuratif atau purulenta berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan

tidak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang

dan masih terdapat blefarospasme. Terdapat sekret yang

kental bercampur darah keluar terus menerus. Pada bayi

biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning

kental. Kadang-kadang bila sangat dini sekret dapat

serous yang kemudian menjadi kental dan purulen.

Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang

dewasa sekret tidak kental sekali. Terdapat pseudomembran yang merupakan

kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Jika palpebra dibuka, yang khas

adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya

harus hati – hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata

pemeriksa.

Stadium Konvalesen (penyembuhan) berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan

tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak

infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik,

sekret jauh berkurang.

Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang

ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar pre-aurikuler. Sedangkan,

Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,

sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit

tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin

sendiri.

Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa

inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan

konjungtiva kemotik.

GAMBARAN KLINIS

13M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 14: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

1. Pada Bayi Dan Anak

Gejala subjektif : (-)

Gejala objektif : Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret

dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen.

Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada

konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.

2. Pada Orang Dewasa

Gejala subjektif : Rasa nyeri pada mata. Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.

Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan

biasanya mengenai mata kanan.

Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai

beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput

konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa

hipertrofi papiler yang besar. Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung

berminggu-minggu.

PEMERIKSAAN PENUNJANG.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret

dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji

sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.

Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret

dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang

diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama

1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah

14M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 15: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan

lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah

berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk

membedakannya dlakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-).

Sedang meningokok test maltose (+).

Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus

diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

PENYULIT

Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas,

dimulai dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi

akibat adanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal

dapat terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan

pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva

palpebra yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat

menimbulkan keratitis, tanpa didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat

menimbulkan perforasi, edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis

bulbi. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering

terjadi perporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk

cincin.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik, dan

pemeriksaan penunjang.

15M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 16: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Diagnosis pasti dibuat dengan sediaan hapus sekret konjungtiva dengan

pewarnaan Gram yang bersifat negatif-Gram biru metilen, terlihat di luar dan di

dalam leukosit. Sehingga akan terlihat diplokok intraseluler dan ekstraseluler. Bila

ditemukan diplokok yang ekstraseluler hal ini sudah menunjukkan infeksi kronik. Bila

tidak ditemukan diplokok pada pemeriksaan hapus, maka dilakukan biakan

bakteriologik neisseria. Berbeda dengan neisseria lain akan memberikan peragian

glukosa positif sedang maltosa dan sukrosa negatif.²

PENCEGAHAN

Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.

Secara klasik diberikan AgNO3 1% pada setiap bayi baru lahir ( Harus diperhatikan

bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). Namun, dengan cara ini dapat terjadi

penyulit akibat terteteskan AgNO3 berkonsentrasi lebih yang terendap pada

larutannya sehingga mengakibatkan kerusakan atau luka bakar kimia pada kornea.

Cara yang lebih aman adalah membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan

larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.²

Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat

melahirkan.Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir

dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.

Pencegahan penularan bagi orang dewasa yang mengidap penyakit kelamin

yang disebabkan Neisseria gonorrhoeae dengan jalan menutup penularan yang terjadi

secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk dan sebagainya. Segera obati

penyakit kelamin yang diderita dan berperilaku seksual yang baik.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan konjungtivitis purulenta harus intensif. Penderita harus dirawat

dan diisolasi. Pengobatan dilakukan sebaik-baiknya. Mata harus selalu dibersihkan

dari pada sekret sebelum pengobatan. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi

air bersih (air hangat) atau garam fisiologik tiap ¼ jam.

16M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 17: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Setiap ¼ atau ½ jam diberikan salep mata penisilin Penisillin tetes mata dapat

diberikan dalam bentuk larutan penisillin G (caranya : 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap

1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setaip 5 menit selama 30 menit.

Apabila keadaan radang sudah tenang diberikan salep mata setiap 1 jam selama 3 hari.

Selain itu diberikan injeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 iu/kg

BB diberikan selama 7 hari.

Setiap hari sekret diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui apakah

masih dijumpai mikroorganisme dalam sekret. Apabila tidak ada komplikasi pada

kornea. Maka biasanya sembuh setelah lima hari. Apabila ada komplikasi pada

kornea, konjungtivitis purulenta sembuh lebih lama. Kalau dalam satu atau dua hari

tidak ada perbaikan, maka perlu dipikirkan adanya resistensi kuman terhadap penisilin

dan disebut Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G.). Pada pasien

yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) atau

Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi. Sebagai ganti lokal dapat diberikan tetrasiklin

salep mata, garamisin salep mata atau kemisitin salep mata. Sistemik juga dapat

diberikan obat-obat tersebut. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan

mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.

Apabila yang menderita konjungtivitis purulenta adalah bayi yang baru lahir

maka orang tua bayi diperiksa untuk kemungkinan uretritis atau servisitis. Apabila

dijumpai penyakit kelamin tersebut, maka sekaligus obati.

EFEK SAMPING PENGOBATAN

Tetes nitrat Argenti yang diberi  pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi

gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu

sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap. Antibiotika topikal dapat

menyebabkan reaksi alergi. Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut,

ruam dan reaksi alergi.

PENGAWASAN

17M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 18: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak kambuh setelah diterapi.

Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore neonatorum harus diuji dan diterapi

terhadap penyakit menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang baru

ditemukan atau memperburuk keadaan harus dilaporkan kepada dokter.

KOMPLIKASI

Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun ulkus kornea sehingga sering

terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa ulkus yang terjadi sering terletak

marginal dan sering berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat mengakibatkan

endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.

RINGKASAN

18M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 19: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

Konjungtivitis Gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan

sekret purulen yang disebabkan oleh Kuman Neisseria Gonorrhaea. Perjalanan

penyakit pada orang dewasa terdiri atas stadium Infiltratif, supuratif atau purulenta

dan konvalesen (penyembuhan).

Gambaran klinik pada bayi dan anak adalah ditemukan kelainan bilateral

dengan sekret kuning kental. Pada orang dewasa ditemukan gejala subjektif berupa

rasa nyeri pada mata, tanda-tanda infeksi biasanya terdapat pada satu mata dan gejala

objektif yaitu ditemukan sekret purulen yang tidak begitu kental. Pemeriksaan

penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan

pewarnaan Gram atau giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas

untuk perencanaan pengobatan.

Penatalaksanaan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok

batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtiva gonore. Pasien dirawat dengan

pengobatan dengan penicillin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB

selama 7 hari, sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau

garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian beri salep penicillin setiap ¼ atau ½ jam dan

penicillin tetes mata 10.000 – 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.

Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Apabila radang sudah

tenang diberikan salep mata penicillin setiap 1 jam selama 3 hari. Selain itu diberikan

injeksi penisilin sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 iu/kg BB diberikan

selama 7 hari.

19M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057

Page 20: Referat Konjuntivitis Emil

Konjungtivitis Purulenta

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. G, Asbury T, Riordan-Eva P, OFTHALMOLOGI UMUM, Widya

Medika, Jakarta, 2000.

2. Ilyas Sidarta, Prof. dr. SpM, KEDARURATAN DALAM ILMU PENYAKIT MATA,

FKUI, Jakarta, 2005.

3. Radjamin, R. K. Tamin, dkk, ILMU PENYAKIT MATA, Airlangga University

Press, Surabaya, 1993.

4. Available at : http//www.google.com, atlasopthalmology.ht

5. Available at : http//www.eMidicine.com/oph/byname/gonococcus.htm

6. Available at : http//www.jceh.co.uk, journal_53_forWebFdf.indd

7. Available at : http//www.fpnotebook.com, prymaryeyecare conjunctivitis

8. Available at : http//www.google.com, image of conjunctivitis gonoreal

9. http://askepthedi.blogspot.com/2010/10/konjungtivitis.html 10. http://drakeiron.wordpress.com/2008/12/15/info-konjungtivis-gonore/

20M. Aminuddin Ramadhan KKS SMF MATA RSUD Waled 04310057