ref-anestesi pada operasi mata-ram
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
1/19
PENDAHULUAN
Anestesi pada pembedahan mata merupakan tantangan untuk ahli anestesi karena
sangat berperan pada berhasil tidaknya operasi mata. Pasien yang menjalani operasi mata
sangat bervariasi mulai dari bayi sampai usia lanjut dengan berbagai masalahnya. Dengan
semakin berkembangnya teknik anestesi dan tersedianya obat-obat anestesi yang relatif
lebih aman, maka seorang ahli anestesi dapat melakukan tindakan atau prosedur anestesi
yang tepat dan aman sehingga kondisi pasien tersebut dapat optimal untuk dilakukan
pembedahan tertentu, dan pasca operasi akan tercapai kondisi seperti yang diharapkan.
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengingatkan kembali apa saja yang
perlu dipersiapkan untuk mencapai kondisi yang optimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain dengan seleksi pasien melalui kunjungan pre operatif sebelumnya, evaluasi
perioperatif, persiapan operasi, dan monitoring selama operasi. Pemahaman mengenai
anatomi mata dan efek obat anestesi pada tekanan intraokuler T!"# serta fisiologi mata
penting untuk pembuatan keputusan penatalaksanaan anestesi pada kasus- kasus seperti
strabismus, injeksi gas intravitreal, refleks okulokardiak "$%# dan retinopati
prematuritas.
&eberhasilan operasi intraokuler tergantung dari kestabilan T!". Pada anestesi
yang tidak adekuat dapat menimbulkan refleks-refleks yang dapat membahayakan pasien.
'ejala peningkatan refleks ini dapat memberikan perubahan fungsi organ jantung, sistemrespirasi, dan gastrointestinal. %efleks tersebut antara lain refleks okulo kardiak "$%#,
refleks okulo respiratorik "%%#, dan refleks okulo emetik Thaib, ()))#.
%efleks okulo kardiak merupakan refleks trigeminovagal dengan manifestasi
aritmia jantung yang dapat berupa bradikardia, denyut jantung ektopik, ventrikuler
takikardia, atau asistole yang dapat menjadi berbahaya bila tidak diantisipasi dan
ditangani dengan segera. !nsidensi "$% paling sering terjadi pada operasi strabismus
pada anak-anak juga pada operasi retina dan operasi non mata yang mengakibatkan
penekanan atau tarikan pada bola mata *iller, ())+#.
Dari analisis yang dilakukan 'ild et al , ()) menemukan baha + / perlukaan
pada mata berhubungan dengan anestesi yang kurang dalam sehingga terjadi gerakan
pasien selama operasi mata. 0ntuk itu strategi untuk memastikan imobilitas pasien sangat
diperlukan Donlon, ++1#.
1
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
2/19
ANATOMI MATA
2ola mata bersama ligamentum, fascia, dan otot-otot ekstra okuler berada dalam
ruang orbita yang berbentuk seperti piramida yang tersusun atas tulang frontalis,
3ygomaticum, sphenoidalis, maksilaris, palatinus, lakrimalis, dan ethmoidalis. 2agian
tepi atas orbita ada lekukan atau kanal dekat akhir medial untuk transmisi syaraf supra
orbita dan foramen di baah tepi bagian baah untuk transmisi syaraf infraorbita.
Penunjuk ini digunakan untuk prosedur blok retrobulber, peribulber atau teknik blok yang
lain dan untuk injeksi obat anestesi lokal yang akan memblok di daerah syaraf tersebut
4icoll, ())5#.
2ola mata terdiri dari lapisan yaitu 6
(. 7apisan paling luar fibrosa sklera yang berhubungan ke depan dengan kornea dan
keduanya ditutup oleh konjunctiva yang merupakan permukaan dalam dari
pelpebra. 8ungsi dari sklera sebagai proteksi, memberikan rigiditas untuk
memberi bentuk bola mata
. 7apisan tengah yaitu lapisan vaskuler tersusun oleh koroid di bagian posterior,
badan silier dan iris di bagian anterior
. 7apisan dalam syaraf retina
9truktur penting lainnya yang mengelilingi bola mata adalah otot-otot
ekstraokuler. 'erakan bola mata dimungkinkan dengan adanya otot-otot bola mata yang
terdiri dari 6
(. *uskulus rektus medialis
. *uskulus rektus lateralis
. *uskulus rektus superior
:. *uskulus rektus inferior
1. *uskulus oblikus superior
;. *uskulus oblikus inferior
&eempat muskulus rektus berorigo pada anulus fibrosus pada apeks orbita dan
insersionya pada sklera membentuk ruangan berupa konus otot berisi syaraf, arteri dan
vena.
2
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
3/19
"tot-otot bola mata mendapatkan persyarafan dari nervus kranialis adalah sebagai
berikut 6
(. 4ervus okulomotorius 4 !!!# mempersyarafi 6 muskulus rektus medialis,
muskulus rektus superior, muskulus rektus inferior, muskulus oblikus inferior dan
muskulus levator palpebra superior
. 4ervus troklearis 4 !Gambar 1. Struktur otot bola mata
PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler
Tekanan intra okuler normal berkisar antara (-+ mmHg. 8aktor yang paling
mempengaruhi T!" adalah pergerakan humor akuos, perubahan pada volume darah
koroidal, tekanan vena sentral $
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
4/19
episkleral melalui spaces of fontana dan canalis schlem pada sudut iridokorneal Donlon,
++1= 4unn et al , ()5)= *organ, ++#.
Humor akuos disekresi secara aktif oleh prosesus siliaris pada kamera okuli
posterior dan bersirkulasi melalui iris masuk ke dalam kamera okuli anterior.
Gambar 2. Sirkulai !umor akuo
Tabel 1. Faktor" #aktor $an% mem&en%aru!i TIO
Faktor $an% menin%katkan TIO Mekanime
"bat midriatik *enutup sudut iridokorneal
'erakan pasien, batuk, mengejan, muntah,kongesti vena
*eningkatkan $
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
5/19
meningkatkan $2<
Faktor $an% menurunkan TIO Mekanime
Depresan 99P barbiturat, agen anestesi volatil# *endepresi pusat T!" di diencephalon
*anitol, ganglionik bloker *enurunkan $2<
Aseta3olamid*enurunkan en3ym karbonik anhidrase yang
dibutuhkan untuk pembentukan humor akuos
Hipotensi sistolik >)+ mmHg# *enurunkan $2<
Hipokarbia
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
6/19
7aringoskopi dan intubasi meniongkatkan T!" (+-+ mmHg. Pemberian obat
seperti lidokain intravena (,1 mg?kg# atau sufentanyl +,+1-+,(1 µg?kg# -1 menit
sebelum induksi atau klonidin oral +,1 µg?kg# jam sebelum induksi dapat
menghilangkan respon T!" pada intubasi.Tabel 2. E#ek obat anetei ter!a'a& TIO
"bat@fek pada
T!"
Anestesi inhalasi
Agen volatil ↓↓
4itrous oksida ↓
Anestesi intravena
2arbiturat ↓↓
2ensodia3epin ↓↓
&etamin
4arkotik ↓
Pelumpuh otot
Depolarisasi
suksinilkolin# ↑↑
4ondepolarisasi ↓
Sumber : #or$an, 2002
Pen%aru! Poii Pa'a TIO
Perubahan posisi dapat juga mempengaruhi T!". Posisi prone akan meningkatkan
tekanan peritoneal, $
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
7/19
Traksi otot ekstraokuler atau tekanan pada bola mata dapat menyebabkan
disritmia berupa bradikardi atau ektopi ventrikuler sampai henti sinus atau fibrilasi
ventrikuler. %efleks ini biasanya terjadi pada anak yang menjalani operasi strabismus
tetapi dapat juga terjadi pada semua kelompok umur pada berbagai prosedur termasuk
enukleasi, ekstraksi katarak, dan operasi ablatio retina *organ, ++= Donlon, ++1#.
"$% adalah refleks trigeminovagal yang khas pada klinis terjadi bradikardi dan
gangguan irama jantung akibat manipulasi pada mata khususnya setelah traksi pada otot
eksternal 'ilani et al , ++1#.
Gambar -. Skema &ato#iiolo%i re#lek okulo kar'iak
Calur aferen mengikuti n.ciliaris longus dan brevis ke ganglion ciliaris lalu ke
ganglion gaseri di sepanjang bagian ophtalmik n.trigeminus n.
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
8/19
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
9/19
Pemilihan antara anestesi umum dan lokal harus diputuskan bersama pasien,
anestesiologis, dan operator. 2elum ada kesimpulan prosedur mana yang lebih aman.
Anestesi lokal dapat menyebabkan ketakutan pasien karena tetap sadar selama operasi
atau nyeri yang tidak tertangani secara adekuat. Anestesi umum diindikasikan untuk
pasien yang tidak kooperatif, karena gerakan kepala sedikit saja dapat berbahaya pada
pembedahan mikro, dan pada tehnik pembedahan dimana anestesi lokal
dikontraindikasikan *organ, ++#.
Preme'ikai
Pasien yang akan menjalani pembedahan mata dapat beragam, khususnya yang
akan menjalani prosedur multipel dan kemungkinan terjadi kebutaan permanen. Pasien
deasa seringkali tua dengan berbagai penyakit sistemik hipertensi, D*, penyakit arteri
koroner#. 9emua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat
premedikasi. *organ, ++#.
Pada pasien pediatrik dengan kelainan mata kongenital sering diikuti dengan
kelainan kongenital organ lain dan memerlukan penanganan khusus
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
10/19
Pemilihan tehnik induksi untuk operasi mata biasanya tergantung lebih ke arah
kondisi medis pasien daripada penyakit matanya atau tipe pembedahannya. Pengecualian
pada pasien ruptur bole mata yang kuncinya adalah menjaga T!" dengan induksi yang
smooth. 2atuk selama intubasi harus dihindari dengan anestesi yang dalam dan paralisis
yang cukup. %espon T!" terhadap laringoskopi dan intubasi endotrakeal dapat dihindari
dengan pemberian lidokain i.v. (,1 mg?kg atau fentanyl -1 µg?kg. Pelumpuh otot non
depolarisasi bisa digunakan untuk menggantikan suksinilkolin *organ, ++= AcEuadro,
())= Donlon, ++1= 4unn et al , ()5)#
Monitorin% 'an Maintenane
"perasi mata sering menjauhkan anestesiologis dari airay pasien. *embuat
pulse oksimetri sangat dibutuhkan untuk pemantauan. *onitoring sirkuit dari kebocoran
atau ekstubasi yang tidak disengaja sangat penting. &emungkinan kinking atau obstruksi
@T bisa diminimalisir dengan menggunakan reinforced @T atau preformed ri$ht an$le
@T. &emungkinan disritmia karena "$% membutuhkan monitoring @&'. Pada anak
suhu sering meningkat selama operasi mata karena penutupan dari kepala sampai ujung
kaki. Analisis end tidal $" dapat membantu membedakan hal tersebut dengan
hipertermi maligna *organ, ++#.
4yeri dan stress oleh pembedahan mata termasuk lebih sedikit dibandingkan
pembedahan intra abdominal. &urangnya stimulasi kardiovaskuler dan kebutuhan untuk anestesi yang adekuat dapat berakibat hipotensi pada pasien tua. Problem ini dapat
dihindari dengan memberikan hidrasi i.v. yang adekuat serta memberikan efedrin dosis
kecil -1 mg atau memantapkan paralisis intraoperatif dengan pelumpuh otot non
depolarisasi yang memungkinkan level anaestesi yang lebih ringan *organ, ++#.
*untah akibat stimulasi vagal merupakan masalah post operatif yang umum
khususnya setelah operasi strabismus. @fek valsava dan peningkatan $
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
11/19
Falaupun materi untuk penjahitan modern dan tehnik penutupan luka mengurangi
resiko dehisensi, pemulihan yang smooth tetap dibutuhkan. 2atuk selama ekstubasi dapat
dicegah dengan ekstubasi selama pasien masih teranestesi dalam. Pada saat operasi
berakhir obat pelumpuh otot direverse dan nafas spontan akan kembali. Agen anestesi
diteruskan selama penyedotan jalan nafas, 4" dihentikan dan lidokain i.v. (,1 mg?kg
dapat diberikan untuk menumpulkan refleks batuk. @kstubasi membutuhkan aktu (-
menit setelah lidokain diberikan dan selama respirasi spontan (++/ oksigen. &ontrol
airay yang tepat sangat penting sampai refleks batuk dan menelan kembali. Tetapi
tehnik ini tidak tepat untuk pasien dengan resiko aspirasi *organ, ++= AcEuadro,
())= Donlon, ++1= 4unn et al , ()5)#.
4yeri post operatif yang berat tidak la3im pada operasi mata. 9kleral buckling,
enukleasi, dan repair ruptur bola mata merupakan prosedur yang paling menyakitkan.
Dosis kecil narkotik i.v. dapat diberikan mis. (1-1 mg meperidin untuk deasa#
biasanya cukup. 4yeri yang berlebihan merupakan tanda hipertensi intraokuler, abrasi
kornea, atau komplikasi pembedahan yang lain *organ, ++#.
ANESTESI UNTU) PEM/EDAHAN INT(AO)ULE(
Tujuan utamanya adalah mencegah peningkatan T!" dan bila mungkin
mengurangi T!". 9ebaliknya bola mata bisa terlalu lunak sehingga ahli mata sulit untuk
melakukan tindakan seperti memasang lensa implant, ini jarang terjadi tapi biasa terjadi
pada orang tua. 2ahaya peningkatan T!" mendadak terutama akibat batuk atau mengejan
yang bisa menyebabkan prolaps iris pada saat pembukaan mata disebabkan oleh
pergeseran ke anterior diafragma iris lensa, diikuti oleh kebocoran vitreus, perdarahan
retinal dan perdarahan koroideal yang bisa sangat masif sehingga menyebabkan
perdarahan ekspulsif 4unn et al , ()5)#.
*asalah lain yang harus dihindari adalah muntah dan batuk yang dapat dicegah
dengan menghindari agen opioid, penggunaan antiemetik dan intake cairan yang adekuat.
Antiemetik seperti metoklopramid secara rutin diberikan sebelum dan selama
pembedahan. Analgesia sering diperlukan kecuali setelah koreksi strabisnus atau operasi
ablasio retina 4unn et al , ()5)#.
11
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
12/19
ANESTESI PADA GLAU)OMA
Prinsip anestesi pada operasi glaukoma adalah menjaga T!" tidak meningkat
sehingga tidak membahayakan mata. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan
obat topikal obat tetes mata yang mengandung antikolinesterase mis. ecothiopate# yang
biasanya dipakai pada pasien glaukoma mempermudah terjadinya bradikardi dan aritmia.
&arena itu premedikasi dengan sulfas atropin (+ µg?kg i.m. ( jam sebelumnya sangat
berguna untuk pencegahan. Pada dosis tersebut sulfas atropin tidak menimbulkan
midriasis 4unn et al, ()5)#.
0saha untuk menurunkan T!" biasanya dilakukan oleh ahli mata dengan
mengunakan aseta3olamid, alaupun dengan peneliian Filson, (): justru akan
meningkatkan $2< - kali normal selama 1+ menit. Penurunan cepat T!" pada
glaukoma akut sudut tertutup dicapai dengan manitol +/ i.v. (,1 mg?kg. Pemberian
manitol untuk operasi elektif harus dimulai :1 menit sebelum operasi. Diuresis yang
terjadi akan memerlukan pemasangan kateter urin sebelum pasien sadar, hal ini bisa
menjadi masalah terutama pada pasien laki- laki tua yang menderita hipertrofi prostat dan
infeksi. Pada beberapa pusat memakai gliserol oral baik sendiri maupun bersama manitol
akan meningkatkan resiko regurgitasi 4unn et al , ()5)#.
Retinopati prematuritasPada bayi prematur yang dapat hidup, 1+/ mengalami retinopati prematuritas.
Hal ini berhubungan dengan kondisi hiperoksik selama peraatan neonatal. &ondisi lain
yang berhubungan dengan retinopati adalah hipoksia, hiperkarbia, hipokarbia, sepsis, dan
apneu. 2ayi dengan kondisi ini seringkali mempunyai riayat imaturitas umum, apneu,
bradikardi, PDA, intraventrikuler displasia, hipoksia, dan hambatan perkembangan.
Diperlukan intervensi pembedahan aal (-: minggu# untuk ablasi retina yang avaskuler
dengan cryoterapi, juga untuk menghilangkan pelepasan faktor vasoproliferatif Donlon,
++1#.
Tekanan kapiler oksigen harus dijaga 1-:+ mmHg dan tekanan oksigen arterial
dijaga pada 1+-+ mmHg pada bayi prematur. Problem pada anestesiologis adalah
imbangan antara resiko kerusakan akibat hipoksia dan problem respirasi Donlon, ++1#.
12
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
13/19
Pada saat pembiusan dihindari pemaparan oksigen konsentrasi tinggi yang lama
selama periode imaturitas retinal misal 5 bulan#. Tekanan arterial " ;+-)+ mmHg bisa
dicapai dengan memberikan campuran " dengan udara bebas atau " dengan 4" dan
saturasi dengan pulse oksimetri dipertahankan pada )+-)1/ Donlon, ++1#.
ANESTESI PADA PEM/EDAHAN NON INT(AO)ULE(
Dacryocystorhinostomy
"perasi ini berhubungan dengan perdarahan dan beberapa ahli anestesiologi lebih
memilih tehnik hipotensi. Posisi head up pada operasi ini harus diaspadai, pada tehnik
anestesi terutama untuk menjaga peningkatan $
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
14/19
yang diinjeksikan akan meningkat kali lipat dalam () menit. T!" akan meningkat (:-
+ mmHg dan ukuran gelembung serta T!" akan menurun dari ) ke ( mmHg# dalam
(5 menit setelah penghentian 4". &arena ash out 4" berkisar (+ menit, maka
pemakaian 4" harus dihentikan sekitar + menit sebelum injeksi gas intravitreal.
2eberapa anestesiologis memilih menghindari penggunaan 4" pada pasien yang
direncanakan injeksi intravitreal 98;. 9elanjutnya 4" harus dihindari selama 1 hari pada
pasien yang diinjeksi intravitreal udara dan lebih dari (+ hari pada injeksi intravitreal 98;
4unn et al , ()5)= Donlon, ++1#.
Strabismus
Problem anestesi yang ada berhubungan dengan masalah spesifik pada anestesi
anak dan terjadinya "$%. %efleks ini terjadi akibat tarikan pada otot ekstrinsik pada
mata, terutama m.rectus medialis atau tekanan pada bola mata. %efleks ini juga muncul
pada tarikan bulu mata dan bisa juga dari orbita yang sudah dienuklasi. &ardiak arrest
asistole# dapat terjadi akibat "$% dilaporkan terjadi ( kardiak arrest dalam ++ operasi
strabismus dengan 'A 4unn et al , ()5)= Donlon, ++1#.
Dosis atropin (- mg dibutuhkan untuk henti sinus. Dengan dosis konvensional
frekuensi kejadian "$% tinggi sekitar )+/ pada pasien yang tidak menerima
premedikasi antikolinergik dan +/ pada pasien yang menerima premedikasi atropin i.m.
atau glikopirolat 4unn et al , ()5)= Donlon, ++1#.
Aritmia yang terjadi biasanya junctional rhytm dan henti sinus dengan nodal
escape yang diikuti oleh denyut ventrikuler ektopik. Atropin (1 mg?kg i.v. atau
glikopirolat ,1 mg?kg i.v. efektif pada penelitian (;+ kasus operasi strabismus pada
anak. 'likopirolat memerlukan aktu -: menit untuk berefek *irakhur et al, ()5#.
"bat blokade neuromuskuler yang digunakan selama anestesi yang mempunyai
aksi vagolitik seperti galamin dan pankuronium memberikan perlindungan dari "$%,
tetapi perhatian khusus diperlukan pada pemakaian obat pelumpuh otot seperti atracurium
dan vecuronium yang mempunyai hubungan lebih sedikit pada sistem kardiovaskuler.
*onitoring yang kontinyu pada @&' dan denyut jantung penting sekali selama operasi
mata. Cika terjadi aritmia dan menetap operator harus menghentikan manipulasi
sementara dan membiarkan denyut jantung pulih. Atopin (+-(1 mg?kg diberikan, dosis
14
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
15/19
ulangan mungkin diperlukan. Pada saat operator memberikan adrenalin drop epinefrin#
atau fenilefrin tetes untuk mengurangi perdarahan. Perlu diingat baha ( ml (6(+++
larutan adrenalin sebanading dengan ( mg adrenalin. Hipertensi dan aritmia dapat muncul
akibat absorbsi mukosal yang dicapai melalui duktus lakrimalis lebih berpengaruh
daripada rute melalui sakus konjuctiva. 9ebagai alternatif bisa digunakan larutan
fenilefrin ,1/ pada kecepatan ( tetes per mata per jam sama dengan (,1 mg# 4unn et
al , ()5)#.
Pada anak yang menjalani operasi "D$ strabismus mengalami P"4< antara :5-
51/. Droperidol 1 µg?kg i.v. mengurangi P"4< menjadi (;-/. Pemberian lidokain
i.v. (,1 mg?kg menjelang intubasi juga mengurangi insidensi P"4< sampai (;-+/.
Penurunan bermakna :(/# juga didapatkan dengan menggunakan teknik infus propofol
dan 4". !nsidensi akan menurun sebesar :/ bila penggunaan opioid dihindari.
Penggunaan ondansetron 1+ µg?kg i.v. dan deksametason (1+ µg?kg i.v. akan mengurangi
insidensi muntah )/. 'ejala mual muntah pada operasi strabismus mungkin
berhubungan dengan manipulasi otot mata atau nyeri yang menyebabkan "$%.
Profilaktik atropin dan glikopirolat tetap tidak bisa mencegah P"4< Donlon, ++1#.
0ntuk menghindari P"4< pada operasi strabismus dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut Donlon, ++1#6
(. Penggunaan opioid yang minimal
. Penggunaan propofol untuk pemeliharaan 'A tanpa suplementasi 4"
. Pemberian serotonin 1HT# antagonis dan metocloparamid +,(1 mg i.v. selama
anestesi
:. Pemasangan 4'T dan pengambilan 4'T setelah induksi untuk dekompresi
lambung
1. *anipulasi bedah yang lembut
;. Hidrasi yang adekuat dengan kristaloid
. Pemberian lidokain di dekat otot ekstraokuler untuk minimalisasi impuls eferen
dan nyeri post operasi pada saat sadar
Anak dengan strabismus mungkin mendapat terapi kontinyu dengan obat tetes
antikolinesterase. !nteraksi dengan suksametonium harus dipertimbangkan. Terdapat
15
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
16/19
resiko masuknya cairan ke dalam laring saat operasi yang dilakukan pada bayi saat
memasukkan tube dan menyemprot saluran air mata. Airay harus diamankan dengan @T
alaupun pada prosedur yang pendek. Posisi pasien lateral, head don dan penyedotan
cairan yang lembut dari faring diperlukan pada akhir tiap prosedur dan bisa juga dipakai
pack 4unn et al , ()5)= Donlon, ++1#.
(ING)ASAN
(. Perlu adanya pemahaman mengenai patofisiologi T!", "$%, serta efek obat
anestesi pada T!" dan efek sistemik obat mata
. Pada kasus mata dengan kelainan kongenital harus dipertimbangkan kelainan
kongenital organ lain, sedangkan pada pasien tua juga harus diperhitungkan
penyakit lain yang menyertai
. Pada anaestesi untuk pembedahan mata intraokuler hal yang paling penting adalah
pengendalian T!" yang akan mempengaruhi hasil dari pembedahan dan
mengurangi komplikasi pembedahan
:. Pada operasi ekstraokuler khususnya strabismus harus diaspadai insidensi "$%
dan P"4< yang tinggi
1.
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
17/19
DAFTA( PUSTA)A
AcEuardo T. Anesthesia for @ye, @ar, 4ose and Throat 9urgery in Davidson C&, @ckhardt
F8, Parese DA. &linical Anesthesia 'rocedures of he #assachusetts )eneral
*ospital . ())
$heng, *A, Todorov A, Tempelhoff %, *cHugh T, $roder $*, 7auryssen $. ++(.
The @ffect of Prone Positioning on !ntraocular Pressure in Anestheti3ed Patients.
Anesthesiolo$+ )1. (1(1
Donlon C
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
18/19
*artin %, Thomas A9. ()). 7o !ncidence of The "culocardiac %efleG and Post
"perative 4ausea and
-
8/19/2019 REF-Anestesi Pada Operasi Mata-RAM
19/19
Dr.2hiroo Iudo Pratomo, 9pAn Dr.Iusmein 0yun, 9pAn
2A'!A4 A4@9T@9!"7"'! DA4 %@A4!*A9!
8A&07TA9 &@D"&T@%A4 04!