rangkuman ddbt

11
Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa (pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner, untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan kegaraman tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun pembenah tanah. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari. Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir

Upload: wahyukurniawan

Post on 16-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ddbt

TRANSCRIPT

Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa (pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner, untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan kegaraman tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun pembenah tanah.

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari.

Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut.

Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan:

1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah, sematan hara, status dan imbangan hara), kondisi biologis (pathogen, gulma).

2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan.

3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga.

Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin. C.Aplikasi PupukAplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. Istilah umum adalah 4 tepat, yaitu: Tepat Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu Tepat pelaporan (data). Sehingga disebut 4 tepat, 5 sempurna.

1.Tepat WaktuPengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi pupuk sama jenis, selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan kelembaban tanah.

Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.

Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester-2. Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu aplikasi juga harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda.

Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb. Stategi berikut diberikan sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.

a.Pemupukan saat musim keringSecara umum pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan > 75 mm/bulan. Aplikasi pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan volume curah hujan dengan ketentuan:

Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.

Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.

Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidah hujan. (catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan Dolomite dapat diaplikasi karena tidak terjadi penguapan).

b.Pemupukan saat musim hujanSecara umum pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan curah hujan < 250 mm/bulan.

Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.

Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.

Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut:

Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan < 200 mm/bulan. Pemupukan dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan dihentikan apabila curah hujan > 40-45 mm per minggu.

Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis, pemupukan dilakukan pada periode curah hujan terendah.

Berdasarkan data curah hujan selama puluhan tahun terakhir dan berpedoman pada startegi d atas, maka tabel di bawah ini memberikan perkiraan periode program aplikasi pemupukan setiap wilayah. Namun demikian, aplikasi pupuk aktual harus memperhatikan curah hujan di setiap kebun. Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk setiap semester dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan.

Pengeceran pupuk disesuaikan dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi menjamin bahwa alat tsb memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah digunakan (applicable). Alat dengan luas permukan semakin lebar variasi berat akan semakin besar, misalnya piring akan lebih besar variasi dibanding mangkok, dan mangkok akan lebih besar variasi dibanding tabung. Khusus untuk pupuk HGFB sangat disarankan menggunakan ex. tabung film, pertimbangannya karena memiliki ketepatan yang tinggi ( 25 gr/tab), serta kelipatannya sesuai dengan dosis umum pupuk HGFB yaitu biasanya kelipatan 25 gram. Alat aplikasi juga harus memiliki kelipatan bilangan asli (bukan desimal) dari dosis rekomendasi.

Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

Di Perkebunan Sinar Mas dilakukan dengan 3 cara aplikasi yaitu manual, mekanis dengan fertilizer spreader, dan dengan pesawat.

Hal ini terkait dengan keseragaman (homogenitas) penyebaran pupuk. Pupuk Urea, MOP dan Kies, disebar merata dalam piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P (RP, TSP dsb) ditabur di gawangan mati di atas pelepah untuk tanaman remaja/tua. Tindakan penyebaran pupuk ini adalah dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara per m2. Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi meningkatkan kehilangan hara pupuk melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off). Hal ini berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara. Sampai dengan saat ini, aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar hara daun. Pupuk hayati (biofertilizer) seringkali dianggap sebagaipupuk organik. Kekeliruan ini sepertinya sepele, namun bisa berakibat fatal jika terdapat kesalahan dalam menggunakannya. Pada kesempatan ini alamtani akan membahas mengenai pengertian dan fungsi pupuk hayati.

Pupuk organik didefinisikan sebagai sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman, didalamnya bisa mengandung organisme hidup atau pun tidak. Sedangkan Dalam prakteknya bisa saja satu pupuk organik mengandung agen hayati ataupun sebaliknya. Meskipun begitu, tidak semua pupuk organik yang mengandung mikroorganisme hidup dikatakan sebagai pupuk hayati. Kondisi mikroorganisme dalam pupuk hayati harus memenuhi syarat kualitas tertentu.

Fungsi pupuk hayati

Terdapat dua peran utama pupuk hayati dalam budidaya tanaman, yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator) dan menyuburkan tanah kemudian tanah memberi makan tanaman (Feeding the soil that feed the plant). Mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk bekerja dengan cara:

Penambat zat hara yang berguna bagi tanaman. Beberapa mikroorganisme berfungsi sebagai penambat N, tanpa bantuan mikroorganisme tanaman tidak bisa menyerap nitrogen dari udara. Beberapa berperan sebagai pelarut fosfat dan penambat kalium

Aktivitas mikroorganisme membantu memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi.

Menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi tanaman.

Mengeluarkan zat pengatur tumbuh yang diperlukan tanaman sperti beberapa jenis hormon tumbuh.

Menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman. Pertumbuhan mikroorganisme baik akan berkompetisi dengan organisme patogen, sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil.

Kualitas pupuk hayati

Beradasarkan penelitian Simanungkalit, dkk dalam Pupuk hayati dan pembenah tanah yang diterbitkan Balitbang Pertanian tahun 2006, kualitas pupuk hayati bisa dilihat dari parameter berikut:

Jumlah populasi mikroorganisme,jumlah mikroorganisme hidup yang terdapat dalam pupuk harus terukur. Bila jumlahnya kurang maka aktivitas mikroorganisme tersebut tidak akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman.

Efektifitas mikroorganisme,tidak semua mikroorganisme memberikan pengaruh positif pada tanaman. Bahkan beberapa diantaranya bisa menjadi parasit. Hanya mikroorganisme tertentu yang bisa dijadikan sebagai pupuk hayati. Sebagai contoh, jenis Rhizobium yang bisa menambat nitrogen, atau Aspergillus niger sebagai pelarut fosfat.

Bahan pembawa,fungsinya sebagai media tempat mikroorganisme tersebut hidup. Bahan pembawa harus memungkinkan organisme tetap hidup dan tumbuh selama proses produksi, penyimpanan, distribusi, hingga pupuk siap digunakan.

Masa kadaluarsa,sebagai mana mahluk hidup lainnya mikroorganisme tersebut memiliki siklus hidup. Apabila mikroorganisme dalam pupuk hayati telah mati, pupuk tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pupuk hayati. Untuk memperpanjang siklus hidup tersebut, produsen pupuk biasanya mengemas mikroorganisme tersebut dalam keadaan dorman. Sehingga perlu aktivasi kembali sebelum pupuk diaplikasikan pada tanaman. Pupuk hayati yang benar seharusnya mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam kemasannya.

Penggunaan pupuk hayati

Di pasaran, biasanya pupuk hayati dijual lebih tinggi dari pupuk organik biasa. Bahkan jenis pupuk hayati yang berupa biang atau disebut juga agen hayati dijual dengan harga yang sangat mahal. Karena pupuk tersebut diperuntukkan sebagai biang, sehingga petani bisa memperbanyak sendiri.

Pupuk hayati dapat diaplikasikan pada tanah, daun, akar, batang, bunga atau benih. Pupuk ini biasanya efektif diaplikasikan pada tanah yang memiliki kandungan organik tinggi. Mikroorganisme yang terdapat didalamnya membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh dan berkembang.

Pada tanah yang miskin kandungan organik, mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati bisa saja mati dan tidak berkembang. Penggunaan pupuk hayati pada tanah yang miskin kandungan organik sebaiknya dikombinasikan dengan penggun Petani umumnya lebih biasa menggunakan Untuk mencukupi kebutuhan tanaman, petani pemakai pupuk tunggal tentu saja haru menyediakan paling tidak tiga macam pupuk, Urea atau ZA, SP-36, dan KCl atau KNO3. Sedangkan pengguna pupuk majemuk tinggal membeli satu macam pupuk saja, misal NPK. Dari sisi ketersediaan di pasar, pupuk tunggal khususnya Urea yang bersubsidi sering menghilang. Jadi, petani tidak lengkap memasok tanamannya. Apalagi dengan dicabutnya subsidi terhadap pupuk KCl sehingga harganya bisa mencapai Rp6.500Rp7.000 per kg, semakin kuranglah sumber K bagi tanaman.

Namun demikian pupuk tunggal mempunyai nilai plus bisa diramu sendiri oleh petani sesuai kebutuhan lahan dan tanamannya. Misalnya, akan membuat NPK dengan komposisi 15 : 15 : 15. Bila kandungan N, P, K pada Urea, TSP, KCl masing-masing 46%, 46%, dan 60%, maka petani membeli 33 kg Urea, 33 kg TSP, dan 25 kg KCl.

Melihat sisi negatif pupuk tunggal, petani didorong untuk mengaplikasikan pupuk majemuk. Menurut Sutisna Sintaatmadja, Penanggung Jawab Produksi NPK di PT Pupuk Kujang, pupuk majemuk, khususnya NPK, menawarkan sejumlah kelebihan dibandingkan pupuk tunggal. Lebih mudah aplikasinya; lebih lengkap dan seimbang kandungan unsur haranya, lebih seragam penyebaran unsur haranya; lebih efisien penggunaannya; lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu; serta lebih mudah pengadaan dan penyimpanannya.

Masih EngganMeskipun demikian tidak serta merta petani mau beralih ke pupuk majemuk. Hal ini dibenarkan Ir. Sonson Garsoni, Direktur PT Cipta Visi Sinar Kencana, produsen pupuk di Bandung. Penggunaan pupuk majemuk itu sebenarnya lebih hemat, tapi perlu waktu agar petani terbiasa. Kita akan sosialisasikan dan beri kemudahan dalam menyalurkannya, ungkap insinyur pertanian ini.

Selain belum terbiasa, keengganan petani juga tidak bisa terlepas dari faktor harga. Umumnya pupuk majemuk lebih mahal ketimbang pupuk tunggal, kecuali untuk KCl yang kini tak disubsidi lagi. Urea, ZA, SP-36 masing-masing Rp1.200, Rp1.050, Rp1.550 per kg. Sementara harga NPK berkisar Rp1.586Rp1.830 per kg tergantung komposisi dan produsennya. Apalagi kalau petani terpaksa membeli yang nonsubsidi, harganya jauh lebih mahal, bisa berkisar Rp6.500Rp7.500 per kg. Padahal, menurut Sutisna, kalau dihitung-hitung total biaya pemupukan, pemakaian pupuk majemuk bisa lebih murah

Jangankan petani biasa, pengelola perkebunan swasta yang relatif lebih melek tentang pupuk karena punya tenaga ahli pun tak semuanya menggunakan pupuk majemuk. Seperti dikatakan Hikolina C. Pardede, Direktur PT Curah Niaga Internasional, importir pupuk, Saya katakan ada satu perkebunan besar sampai sekarang tidak pernah mau menggunakan pupuk majemuk dan tetap konservatif menggunakan pupuk tunggal. Dan bukan satu dua perkebunan besar saja, rata-rata perkebunan besar masih menggunakan pupuk tunggal.

Banyak MacamnyaPupuk majemuk bukan hanya NPK. NPK saja komposisinya juga beragam tergantung target komoditasnya. Pupuk Kujang misalnya, memproduksi tak kurang dari 50 varian untuk berbagai komoditas. Demikian pula bentuk pupuknya, NPK pun tak melulu butiran. Ada yang blending, tablet, juga cair.

Kecuali NPK, di pasaran terdapat sejumlah merek pupuk majemuk dengan variasi komposisi dan bentuk. Termasuk di dalamnya pupuk organik yang mengandung banyak macam unsur hara.

Aplikasi pupuk majemuk yang tepat, seperti di Australia, petani memesan pupuk dengan komposisi tertentu berdasarkan analisis hara tanah. Atau, datang ke produsen dengan membawa contoh tanah dan informasi jenis komoditas yang akan ditanam, kemudian produsen akan memproduksi pupuk komposisi paling tepat.

aanpupuk kompos,pupuk hijau,pupuk kandangatau pupuk organik lainnya.