rangkuman penyakit akibat kerja
DESCRIPTION
RESUME PENYAKIT AKIBAT KERJADisusun untuk memenuhi tugas Mata Penyakit Akibat KerjaDosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MSDisusun oleh:Nama : Priadi Eling WaskitoNIM : 6411411193Rombel : 05JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014PENYAKIT AKIBAT KERJA1. PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA• DefinisiDalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Pada tempat kerja, penyakit tidak hanya terdapat di industri, pertanian, kehutanan atau perkebunan yang tekanan udaranya normal. Pada tekanan udara yang tidak normal yaitu tekanan udara tinggi atau tekanan udara rendah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan. Tekanan udara yang tinggi dijumpai pada pekerja yang harus menyelam di laut.Yang dimaksud dengan tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara normal (1 atm). Semua pengaruh yang timbul merupakan resiko atau bahaya bagi tenaga kerja yangmelakukan pekerjaan penyelaman dan bekerja dalam udara bertekanan tinggi, yang harusdiperhatikan sebaik-baiknya sebelum melakukan pekerjaan tersebut, untuk menghindarkanatau mencegah terjadinya akibat atau kecelakan dan penyakit akibat kerja.• Ruang LingkupGangguan akibat tekanan udara yang rendah dapat terjadi pada pekerja dalam sektor penerbangan dan pada pekerja yang bekerja di tempat yang tinggi di permukaan laut terutama karena kekurangan oksigen dalam udara pernapasan.Bekerja didalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan yang dilakukan di lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang melakukan pekerjaan di bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm. Pekerjaan seperti ini termasuk pekerjaan para penyelam di perairan (di laut) yang dalam, para pekerja tambang yang dalam, juga para pekerja yang bekerja dalam pembuatan terowongan dibawah tanah, maupun terowongan di bawah air.• Penyakit Akibat Kerja yang DitimbulkanPenyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang memiliki dampak terhadap kesehatan antara lain:1. DekompresiPenyakit Dekompresi adalah penyakit dengan berbagai tingkat keluhan dan gejala, yang dapat menggangu seluruh sistem organ tubuh dengan penyebab yang sama yaitu terbentuknya gelembung N2 dalam jaringan dan darah. 2. BarotraumaBarotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan tubuh akibat ketidak-seimbangan antara tekanan dalam rongga-rongga udara di dalam tubuh dengan jaringan atau cairan tubuh di sekitarnya.3. Osteonekrosis disbarik.Osteonekrosis ialah suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah pada tulang yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa nutrisi yang penting dan oksigen ke tulang.4. CO2 dan COKemampuan pengikatan Hemoglobin (Hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan Hb tidak dapat mengangkut oksigen.5. NitrogenNarkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai kedalaman tertentu.• PatogenesisBebasnya nitrogen dalam tubuh dari lautan menjadi gas. Gas nitrogen dalam tubuh ini mengakibatkan penutupan pembuluh darah sehingga terjadi degenarasi dan kelumpuhan sebagai akibat lebih lanjut dari penutupan pembuluh darah. Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh karena BD (berat jenis) air lebih tinggi dan pada udara. TekTRANSCRIPT
RESUME PENYAKIT AKIBAT KERJA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Penyakit Akibat Kerja
Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MS
Disusun oleh:
Nama : Priadi Eling WaskitoNIM : 6411411193Rombel : 05
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA
Definisi
Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk
mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Pada tempat
kerja, penyakit tidak hanya terdapat di industri, pertanian, kehutanan atau
perkebunan yang tekanan udaranya normal. Pada tekanan udara yang tidak normal
yaitu tekanan udara tinggi atau tekanan udara rendah. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan. Tekanan udara yang tinggi dijumpai
pada pekerja yang harus menyelam di laut.
Yang dimaksud dengan tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang
lebih besar (tinggi) atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara
normal (1 atm). Semua pengaruh yang timbul merupakan resiko atau bahaya bagi
tenaga kerja yangmelakukan pekerjaan penyelaman dan bekerja dalam udara
bertekanan tinggi, yang harusdiperhatikan sebaik-baiknya sebelum melakukan
pekerjaan tersebut, untuk menghindarkanatau mencegah terjadinya akibat atau
kecelakan dan penyakit akibat kerja.
Ruang Lingkup
Gangguan akibat tekanan udara yang rendah dapat terjadi pada pekerja
dalam sektor penerbangan dan pada pekerja yang bekerja di tempat yang tinggi di
permukaan laut terutama karena kekurangan oksigen dalam udara pernapasan.
Bekerja didalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari
tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan yang dilakukan di
lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang melakukan pekerjaan di
bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm. Pekerjaan seperti ini termasuk
pekerjaan para penyelam di perairan (di laut) yang dalam, para pekerja tambang
yang dalam, juga para pekerja yang bekerja dalam pembuatan terowongan
dibawah tanah, maupun terowongan di bawah air.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang memiliki
dampak terhadap kesehatan antara lain:
1. Dekompresi
Penyakit Dekompresi adalah penyakit dengan berbagai tingkat keluhan
dan gejala, yang dapat menggangu seluruh sistem organ tubuh dengan
penyebab yang sama yaitu terbentuknya gelembung N2 dalam jaringan
dan darah.
2. Barotrauma
Barotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan
tubuh akibat ketidak-seimbangan antara tekanan dalam rongga-rongga
udara di dalam tubuh dengan jaringan atau cairan tubuh di sekitarnya.
3. Osteonekrosis disbarik.
Osteonekrosis ialah suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah
pada tulang yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa
nutrisi yang penting dan oksigen ke tulang.
4. CO2 dan CO
Kemampuan pengikatan Hemoglobin (Hb) terhadap CO 200 kali lebih
besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat
lambat dan mengakibatkan Hb tidak dapat mengangkut oksigen.
5. Nitrogen
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif
dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah
mencapai kedalaman tertentu.
Patogenesis
Bebasnya nitrogen dalam tubuh dari lautan menjadi gas. Gas nitrogen
dalam tubuh ini mengakibatkan penutupan pembuluh darah sehingga terjadi
degenarasi dan kelumpuhan sebagai akibat lebih lanjut dari penutupan pembuluh
darah. Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin
dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut
terjadi disebabkan oleh karena BD (berat jenis) air lebih tinggi dan pada udara.
Tekanan yang diterima tubuh akan diteruskan ke seluruh organ tubuh termasuk
kecairan jaringan. Tekanan yang diterma tidak hanya berpengaruh mekanis, tetapi
juga menyebabkan gas-gas dalam udara nafas menjadi lebih banyak yang terlarut
dan dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan transportasi gas pada proses
pernafasan. Orang yang dihubungkan dengan permukaan air melalui sistem
saluran (selang) pernafasan, tidak mampu mengembangkan rongga dadanya
(melakukan inspirasi) bila kedalaman penyelamannya > 5 M. Pada kedalaman
tersebut, tekanan air yang menekan rongga dada tidak dapat diatasi oleh otot-otot
inspirasi, oleh karena itu diperlukan tekanan udara inspirasi yang lebih tinggi
agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Tekanan tinggi menjadi pokok
permasalahan pada timbulnya gangguan kesehatan.
Gelembung N2 terjadi akibat berkurangnya tekanan barometer yang
menyertai penyembulan (ascent) dalam upaya mengakhiri penyelaman. PD dapat
terjadi pada setiap saat dari sejak dimulainya penyembulan, tetapi biasanya
menjadi jelas setelah 24 jam. Dalam pembuluh darah, gelembung udara tersebut
menjadi emboli yang dapat menyumbat pembuluh darah penderitanya. Jaringan
yang melapisi rongga-rongga gas misalnya rongga telinga tengah dapat
membengkak dan bila terdapat pembuluh darah maka pembuluh darah itu dapat
pecah dan terjadilah perdarahan. Perdarahan ke dalam rongga udara dapat
menyebabkan terjadinya nyeri.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan antara lain:
1. Persiapan kondisi fisik peselam.
2. Persiapan kondisi alat.
3. Memahami dan menaati prosedur penyelaman.
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
5. Naik dan turun secara perlahan.
6. Memakai alat yang sesuai dengan ukuran tubuh (ergonomis).
7. Hindari menyelam jika ada faktor risiko.
8. Pemberian antioksidan.
9. Penggunaan alat kompresor yang aman.
10. Monitor kadar CO2.
11. Memilhara batas aman pada system absorbent.
12. Hindari minum alkohol.
13. Segera naik beberapa meter sampai gejala narcosis hilang/naik ke permukaan.
NAB
Nilai tekanan udara normal yaitu 1 atm. Nilai ambang batas untuk tekanan
udara adalah:
Udara Oksigen
Kedalaman (Ft) Durasi (Men) Kedalaman (Ft) Durasi (Men)
40 120 10 240
50 78 15 150
60 55 20 110
70 43 25 75
80 35 30 45
90 30 35 25
100 25 40 10
110 20
120 18
130 15
Karpovich dan Sinning: Physiology of Muscular Activity, p 263.
2. PENYAKIT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Definisi
Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang
membahayakan, mengganggu kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di sekitar
kita baik di rumah, di kantor maupun di tempat-tempat umum, ternyata banyak
sekali radiasi. Radiasi pada dasanya adalah suatu cara perambatan energi dari
sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan panas. Beberapa contoh
adalah perambatan panas, cahaya, dan gelombang radio. Ada dua jenis radiasi.
Jenis pertama adalah partikel alpha dan beta yang berasal dari material radioaktif
dan gelombang elektromagnetik atau photon adalah jenis yang kedua. Disini
radiasi yang menjadi pokok bahasan hanya pada gelombang elektromagnetik.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan pemakaian alat elektronik, pekerja
berisiko terpajan oleh berbagai frekuensi gelombang elektromagnetik
(Electromagnetic Field = EMF) yang kompleks.
Ruang Lingkup
Gangguan akibat radiasi dapat terjadi pada pekerja dalam banyak sektor
lingkungan kerja baik industri, perkantoran maupun sektor informal yang
menggunakan peralatan dengan teknologi yang berbasis elektromagnetik.
Misalnya pada tempat kerja yang menggunakan peralatan telekomunikasi dan
elektronik lainnya.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) UK, Inggris
menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang
elektromagnetik pada pekerja di tempat kerja dibagi menjadi dua antara lain:
1. Efek fisiologis
Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi
gelombang elektromagnetik pada pekerja yang mengakibatkan gangguan
kesehatan khususnya pada organ-organ tubuh manusia berupa kanker otak dan
pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan mata termasuk retina dan lensa
mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan, dan kepala pening.
2. Efek psikologis
Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik
pada pekerja di tempat kerja misalnya timbulnya stress dan ketaknyamanan dalam
bekerja karena penyinaran radiasi elektromagnetik secara berulang-ulang.
Patogenesis
Radiasi di tempat kerja pada pekerja yang terpapar secara terus menerus
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja. Jika radiasi mengenai
tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi berinteraksi dengan tubuh
manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi
atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi,
radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan
menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang
berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang
terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan
vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang
merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa
biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat
mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya
radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.
Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul
penting dalam sel. DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul
yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta
menggandakan dirinya sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung
molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan
kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi
dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA
tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek
biologis yang merugikan. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan
risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Pencegahan
Pencegahan pada penyakit akibat radiasi gelombng elektromagnetik pada
pekerja di tempat kerja dapat dilakukan dengan menjaga jarak pekerja dengan
sumber pajanan sehingga intensitas pajanan yang diterima relative kecil.
Meminimalkan waktu pajanan, sehingga waktu yang dipergunakan untuk kontak
dengan alat kerja yang menghasilkan radiasi elektromagnetik tersebut dapat
diminimalisir sesuai NAB yang ada.
NAB
Nilai Ambang Batas paparan akibat gelombang elektromagnetik pada
pekerja di tempat kerja berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai
pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk
daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas
aman (Wardhana, 2000).
3. ASMA AKIBAT KERJA
Definisi
Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
saluran nafas yang reversible atau saluran nafas yang hiperresponsif terhadap
berbagai sebab atau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja
tertentu dan tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.
Asma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja yang sering dijumpai di
masyarakat terutama dinegara maju. Asma akibat kerja adalah suatu penyakit
yang ditandai oleh gangguan aliran nafas dan hipereaktiviti bronkus yang
terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi pada
rangsangan diluar tempat kerja. Pada pekerja yang sudah terkena asma sebelum
bekerja di tempat kerja tersebut.
Ruang Lingkup
Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara dengan yang
lain tergantung pada lingkungan pekerjaannya. Pekerja yang memiliki risiko
terbesar antara lain pekerja yang bersentuhan dengan biji-bijian dan padi-padian
seperti pekerja gudang makanan ternak, pekerja penggilingan dan tukang roti,
pekerja pengangkutan dan pengepakan teh, tukang kayu, industry mebel, operator
gergaji, pembuat enzim detergen, perajin, platinum, pekerja farmasi, tukang cat
dan pekerja yang berhubungan dengan polivinil klorida (pvc).
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Klasifikasi asma ditempat kerja menurut The American College of Chest
Physicians tahun 1995 adalah:
1. Asma Akibat Kerja yaitu asma yang disebabkan paparan zat ditempat kerja,
dibedakan atas 2 jenis tergantung ada tidaknya masa laten :
a. Asma akibat kerja dengan masa laten yaitu asma yang terjadi melalui
mekanisme imunologis. Pada kelompok ini terdapat masa laten yaitu masa
sejak awal pajanan sampai timbul gejala.
b. Asma akibat kerja tanpa masa laten yaitu asma yang timbul setelah pajanan
dengan bahan ditempat kerja dengan kadar tinggi dan tidak terlalu
dihubungkan dengan mekanisme imunologis. Gejala seperti ini dikenal
dengan istilah Irritant induced asthma atau Reactive Airways dysfunction
Syndrome (RADS).
2. Asma yang diperburuk ditempat kerja yaitu asma yang sudah ada sebelumnya
atau sudah mendapat terapi asma dalam 2 tahun sebelumnya dan memburuk
akibat pajanan zat ditempat kerja.
Patogenesis
1. Bahan dengan berat molekul tinggi.
Bahan dengan berat molekul tinggi dikenali oleh Antigen Presenting Cell
(APC) dan menghasilkan respon imunologi CD4 Tipe 2 yang menghasilkan
antibodi IgE spesifik oleh sel B yang dirangsang oleh Interleukin IL-4/IL-13.
Terikatnya IgE kereseptornya, dan sitokin Th2 (IL-5) menginduksi dan
mengaktivkan sel-sel inflamasi yaitu sel mast, esonofil dan makrofag
menandai inflamasi saluran nafas yang menyebabkan perubahan fungsional
Asma Akibat Kerja yaitu hiperesponsif saluran nafas, akut dan kronis
obstruksi aliran udara. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala pernafasan
serupa asma.
2. Bahan dengan berat molekul rendah.
Bahan dengan berat molekul rendah tertentu juga menginduksi antibodi
IgE spesifik, bekerja sebagai Hapten dan berikatan dengan protein tubuh
membentuk antigen fungsional. Banyak bahan dengan berat molekul rendah
tidak secara konsisten merangsang antibodi IgE spesifik. Signal berbahaya
karena kerusakan sel epitel bronkus mengaktivasi sel imunokompeten. Pada
Asma Akibat Kerja tipe ini juga berperanan suatu respon imunologi campuran
CD4/CD8 Tipe 2 atau Tipe 1 atau rangsangan dari γ atau δ CD8 spesifik.
Sitokin Th2 (IL-5) dan Th1 (IFN- γ) dan kemokin proinflamasi lainnya MCP-
1, TNFα akan mengaktivkan sel-sel inflamasi. Hal ini dapat menyebabkan
gejala-gejala pernafasan serupa asma.
3. Bahan iritan dengan konsentrasi tinggi.
Inhalasi dengan iritan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan epitel
jalan napas. Pada pekerja yang menderita irritant induced asthma, kerusakan
sel epitel mengaktifkan sel imunokompeten. Kerusakan epitel bronkus akan
menghilangkan faktor relaksasi dari bronkus, paparan ujung syaraf
menyebabkan inflamasi neurogenik, dan pelepasan mediator inflamasi dan
sitokin diikuti dengan aktivasi nonspesifik sel mast. Sekresi dari faktor
pertumbuhan sel-sel epitel, otot polos dan fibroblast, dapat menginduksi
regenerasi jaringan. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala pada saluran
pernafasan serupa asma.
Pencagahan
Pencegahan asma akibat kerja dapat dilakukan dengan beberapa hal, antara
lain:
1. Penyuluhan tentang prilaku kesehatan dilingkungan kerja.
2. Menurunkan pajanan, dapat berupa subsitusi bahan, memperbaiki ventilasi,
automatis proses (robot), modifikasi proses untuk menurunkan sensitisasi,
mengurangi debu rumah dan tempat kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat
kesehatan dan menentukan individu dengan resiko tinggi.
4. Kontrol administrasi untuk mengurangi pekerja yang terpajan ditempat kerja
dengan rotasi pekerjaan dan cuti.
5. Menggunakan alat proteksi pernapasan.
6. Pengendalian jalur kesehatan yaitu pemeriksaan berkala pada pekerja yang
terpajan bahan yang berisiko tinggi menyebabkan asma akibat kerja pada 2
tahun pertama dan bila memungkinkan sampai 5 tahun.
NAB
Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen dioksida (NO2) diketahui sebagai
faktor pemicu timbulnya asma. PM10 dapat masuk ke dalam pernapasan manusia.
Nilai ambang batas PM10 adalah 150.
4. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING
Definisi
Bising adalah suara atau bunyi mengganggu atau tidak dikehendaki yang
dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi, durasi, dan sifat bunyi. Gangguan
pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss atau NIHL) adalah tuli
akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup
lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising
merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah
presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang
intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor
pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea
dan biasanya terjadi pada kedua telinga.
Ruang Lingkup
Pekerjaan yang berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat bising
pada tempat kerja antara lain penambangan, pekerja terowongan, penggalian,
mesin-mesin berat, pengemudi mesin dengan pembakaran mesin yang kuat,
pekerja mesin tekstil dan pekerja yang berhubungan dengan uji coba mesin jet.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering
dijumpai setelah presbikusis. Perubahan ambang dengar akibat paparan bising
tergantung pada frekuensi bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat
berupa:
1. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa
terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa
terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
2. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan-lahan
akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan.
3. Peningkatan ambang dengar menetap
Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat
disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah
3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan.
Patogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga
mengurangi respon terhadap stimulasi. Daerah yang pertama kali terkena adalah
daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan
oleh jaringan parut. Semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
menimbulkan degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
pendengaran pada batang otak. Perubahan anatomi yang berhubungan dengan
paparan bising. Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat,
membrana basilaris meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian
tengahnya tidak disokong.
Energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang
memacu pelepasan neurotransmitter. Saluran transduksi berada pada membran
plasma pada masing-masing silia yang dikontrol oleh tip links yaitu jembatan
kecil diantara silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan
mekanis pada barisan yang paling atas membuka ke saluran menyebabkan influks
K+ dan Ca++ dan menghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah
yang berlawanan akan menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi
membran. Apabila depolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa
intraseluler. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar
berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan
meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana
neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari
bagian koklea yang rusak.
Keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi
yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas
saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan
bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa
fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan
intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan
kerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang
irreversibel.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada gangguan pendengaran akibat
bising pada tenaga kerja di tempat kerja antara lain:
1. Pengukuran pendengaran.
Dengan melakukan tes pendengaran yaitu pengukuran pendengaran
sebelum diterima bekerja dan pengukuran pendengaran secara periodik
ditempat kerja.
2. Pengendalian suara bising.
Dapat dilakukan dengan cara melindungi telinga para pekerja secara
langsung dengan memakai ear muff atau tutup telinga, ear plugs atau sumbat
telinga dan helmet atau pelindung kepala. Mengendalikan suara bising dari
sumbernya yang dapat dilakukan dengan cara memasang peredam suara dan
menempatkan suara bising atau mesin didalam suatu ruangan yang terpisah
dari pekerja.
3. Analisa bising.
Analisa bising ini dikerjakan dengan cara menilai intensitas bising,
frekuensi bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan
bising. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.
NAB
Telinga mampu menangkap bunyi dalam batas 16-20.000 Hz. Sebagai
patokan umum efek-efek yang merugikan selama 8 jam paparan setiap hari adalah
85 dB dalam frekuensi 1000 Hz. Intensitas dan waktu paparan bising yang
diperkenankan dalam nilai ambang batas yaitu:
No. Intensitas bising ( dB )Waktu paparan Per hari
dalam jam
1 85 8
2 87,5 6
3 90 4
4 92,5 3
5 95 2
6 100 1
7 105 ½
8 110 ¼
Intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan sesuai dengan
Departemen Tenaga Kerja 1994 – 1995
5. PENYAKIT DEBU LOGAM KERAS
Definisi
Logam keras adalah suatu istilah yang dipakai untuk karbida-karbida
logam dipadatkan dari tungstren yang sangat keras (didalamnya telah
ditambahkan sejumlah kecil titanium, tantalum, vanadium, molybderum, atau
karbida kromium) yang diikat bersama oleh kobalt (termasuk besi dan nikel).
Konstituen berbentuk bubuk dan terkompresi dipanaskan dengan suhu tinggi
(1.500oC) dan segera didinginkan. Digunakan dalam proses produksi perkakas,
alat bor, dan bagian-bagian logam dengan tingkat kekerasan tertentu (90-95%
intan).
Ruang Lingkup
Pekerja yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit debu logam keras
antara lain pekerja yang terlibat dalam produksi karbida dalam proses
mencampur, membuat bubuk, membentuk, pemanasan tungku, pengerjaan dengan
mesin, penggerindaan presisi, pekerja dalam proses produksi perkakas,
pengasahan perkakas dan bagian mesin, serta pekerja lain yang bertugas di dekat
tempat kerja memiliki risiko tinggi terkena paparan.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Efek-efek yang ditimbulkan dari debu logam keras yaitu berbagai macam
gejala iritatif termasuk batuk, rhinitis, dispnea mirip asma, dan dispnea pada
pengerahan tenaga. Fibrosis intestinal difus juga dapat terjadi. Penyakit paru dan
saluran pernapasan yaitu bronkhopulmoner merupakan penyakit yang disebabkan
oleh debu logam keras.
Patogenesis
Absorbsi logam keras hanya terjadi lewat paru. Debu yang terabsorbsi
didistribusikan ke bagian-bagian tubuh lewat udara pernafasan dengan partikel
debu yang lain. Partikel debu yang tak larut tertahan dalam jaringan paru,
sementara komponen yang larut dibawa oleh aliran darah ke bagian tubuh lain.
Hanya kobalt yang diekskresi dalam jumlah kecil melalui kemih.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit debu logam keras antara
lain:
1. Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan fisik
untuk mengidentifikasi orang-orang yang alergi kulit dan penyakit pernafasan
dan dilakukan foto sinar X dada dan uju fungsi paru dasar yaitu FVC dan
FEW1.0
2. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan yang dilakukan pada periode waktu setiap tahun, apabila
ditemukan kelainan hendaknya dilakukan uji fungsi paru. Dan uji fungsi paru
yaitu FVC dan FEW1.0 idealnya dilakukan setiap 6 bulan.
3. Langkah teknis
Langkah teknis dilakukan dengan menutup mesin-mesin dan ventilasi
pembuangan lokal yang berfungsi mengurangi kadar debu dalam sesuai NAB.
Penggunaan APD yaitu respirator perlu digunakan pekerja selama paparan
kadar debu tinggi.
NAB
Nilai Ambang Batas pada pekerja akibat debu logam keras tergantung
pada senyawa dan paparan yang timbul, antara lain:
No. Senyawa Paparan
1. Tungsten yang larut 1 mg/m3
2. Tungsten tak larut 5 mg/m3
3. Asap dan debu kobalt 0,1-0,5 mg/m3
6. PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT
Definisi
Infeksi parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik
yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
Insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan
penurunan daya tahan tubuh. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan
saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses atau kista).
Parasit cenderung menyebabkan abses seperti pada kasus toxoplasmosis
danamebiasis.
Paparan terhadap mikroorganisme dan parasit infektif hidup dan produk
toksiknya tidak dipungkiri dapat terjadi di tempat kerja. Agen penyebab infeksi
dan paarasit pada tempat kerja terhadap pekerja antara lain virus, klamidia,
bakteri, jamur, protozoa, dan cacing. Kemampuan hidup dari masing-masing
parasit tergantung pada faktor-faktor fisik dan iklim, nutrisi dan multiplikasi serta
adanya reservoir obligat dan vektor binatang pada kasus parasite. Status
imunologi berpengaruh pada jenis organisme tertentu seperti coccidioidomycosis,
histoplasmosis, blastomycosis dan sebagian besar parasit timbul pada pasien
dengan status imunologi baik, sedang cryptococcus ditemukan dengan prosentase
yang sama antara pasien imunosupresi dan orang sehat.
Ruang Lingkup
Penyakit infeksi dan parasit di tempat kerja memiliki risiko tinggi pada
pekerjaan pertanian, tempat-tempat kerja tertentu di Negara beriklim panas dan
belum maju, rumah sakit, laboratorium, klinik, ruang otopsi, pekerjaan yang
berhubungan dengan penanganan binatang dan produk-produknya dan pekerjaan
lapangan dimana terdapat kontak dengan binatang.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
Berikut ini agen penyebab infeksi dan parasit yang memiliki dampak terhadap
kondisi kesehatan pekerja antara lain virus yaitu hepatitis virus, virus Newcastle,
dan rabies. Pada klamidia dan riketsia yaitu ornitosis, demam Q, riketsiosis yang
ditularkan sengkenit. Pada bakteri yaitu antraks, bruselosis atau demam bolak-
balik, erisipeloid, leptospirosis atau penyakit Well, tetanus, tuberkulosis,
tularemia, dan sepsis luka. Pada jamur yaitu kandidiasis dan dermatofitosis
kulitdan membrane mukosa, kokidiomikosis, dan histoplasmosis. Pada protozoa
yaitu leismaniasis, malaria, dan tripanomiasis. Pada cacing yaitu penyakit cacing
tambang dan skitomosiasis.
Patogenesis
Penyakit infeksi dan parasite pada pekerja di tempat kerja apabila pekerja
yang tidak resisten terhadap infeksi tersebut kontak dengan suatu agen infektif.
Patofisiologi dari masing-masing penyakit berbeda-beda, apabila beberapa agen
dapat menembus kulit utuh seperti antraks, bruselosis, leptospirosis,
skistosomiasis, dan tularemia. Sedangkan agen yang hanya dapat menembus kulit
rusak antara lain erisipeloid, rabies, sepsis, tetanus, hepatitis b atau infeksi jamur
yaitu mengalami maserasi. Protozoa juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan serangga antara lain leismaniasis, malaria, riketsiosis, dan tripanomiasis.
Infeksi juga dapat melalui inhalasi atau percikan (droplet), spora atau debu yang
tercemar yaitu kokidiomikosis, histoplasmosis, penyakit virus Newcastle,
ornitosis, demam Q, dan tuberkulosis. Dan agen yang masuk melalui makanan
yang tercemar yaitu hepatitis virus A, diare, dan enterovirus seperti poliomyelitis.
Beberapa penyakit diakibatkan karena reaksi peradangan terhadap toksin, baik
endotoksin maupun eksotoksin yang dihasilkan bakteri selama reproduksinya.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit infeksi dan parasit
antara lain:
1. Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan fisik
untuk mengidentifikasi status kesehatan awal pekerja, kerentanan, diagnosis
dan mengobati kasus laten dan aktif penyakit infeksi. Pda pekerjaan berisiko
tuberculosis dilakukan uji tuberculin dan foto sinar-X dada.
2. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan berkala mencakup penyusunan catatan medis penyakit demam
atau infeksi dengan penggalian informasi secara sistematis dan pengulangan
uji serologis yang dilakukan sebelumnya, seperti tuberkulin-positif dan foto
sinar-X dada.
3. Perlindungan pekerja
Perlindungan pekerja meliputi pendidikan kesehatan mengenai penyakit
infeksi dan parasit di tempat kerja, profilaksis spesifik yaitu vaksinasi pekerja,
penggunaan APD, dan memberlakukan aturan pelaksanaan yang terdapat di
tempat kerja.
NAB
Nilai Ambang Batas pada penyakit infeksi dan parasit pada pekerja di
tempat kerja yaitu bakteri < 700 koloni/m3 udara dan bebas dari kuman patogen.
7. PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA
Definisi
Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis
memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan
kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah
potensial karena permukaan yang berlemak memudahkan penyerapan bahan yang
mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik.
Agen-agen penyebab penyakit kulit antara lain adalah agen fisik antara lain
tekanan atau gesekan, kondisi cuaca yaitu angin hujan, cuaca beku, matahari,
panas, radiasi, dan serat-serat mineral. Agen-agen kimia digolongkan menjadi
empat kategori, yaitu iritan primer, sensitizer, agen aknegenik, dan
photosensitizer. Sedangkan agen biologis yaitu mikroorganisme seperti mikroba
dan fungi, parasit kulit dan produk-produknya juga menyebabkan penyakit kulit.
Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan
disebabkan oleh agen antara lain berupa agen-agen fisik, kimia maupun biologis.
Ruang Lingkup
Sumber agen penyakit kulit akibat kerja terdapat dalam pekerjaan industri,
pekerja pertanian, pekerja produksi bahan bangunan, pekerja produksi bahan
kimia, penyepuh elektrik, pencelup warna, pekerja produksi plastik, tukang cat,
petugas kesehatan, pedagang binatang, dan tukang daging.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit kulit akibat kerja dapat terjadi pada pekerja ditempat kerja antara
lain:
1. Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling
sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain
dan penyebabnya tidak mudah dikenali.
2. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis
yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.
3. Akne atau jerawat akibat kerja, merupakan jerawat yang menyerang bagian
yang kontak dengan agen.
4. Dermatosis solaris akut, yaitu penyakit kulit penyakit kulit akibat kerja yang
sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut.
Patogenesis
Dari seluruh penyebab-penyebab penyakit kulit akibat kerja, bahan
kimialah yang paling penting, karena bahan kimia banyak digunakan oleh
industri-industri. Ada dua cara bahan kimia ini menimbulkan penyakit kulit, yaitu
dengan jalan perangsangan atau pemekaan kulit atau sensitisasi, bahan-bahan
yang menyebabkan iritasi disebut perangsang primer sedangkan penyebab
sensitisasi disebut pemeka. Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada
kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit dan mengambil air dari lapisan kulit
dengan oksidasi atau reduksi sehingga keseimbangan kulit terganggu dan
timbullah kelainan kulit.
Agen-agen fisik yang mengenai kulit menyebabkan trauma mekanik,
termal, atau radiasi langsung pada kulit. Iritan tersebut langsung merusak kulit
dengan beberapa cara yaitu mengubah pHnya, bereaksi dengan protein-proteinnya
yang disebut denaturasi, mengetraksi lemak dari lapisan luarnya atau menurunkan
daya tahan atau imunitas pada kulit. Reaksi yang menimbulkan alergi kulit
umumnya hipersensitivitas tipe lambat. Agen sensitilasi bereaksi dengan protein
dalam epidermis membentuk kompleks hapten-protein yang merangsang
pembentukan antibodi. Agen aknegenik menyumbat kelenjar dan saluran sebasea
sehingga menimbulkan peradangan lokal. Photosentizer memiliki dampak
meningkatkan sensitivitas kulit terhadap ultraviolet.
Pencegahan
Adapun upaya penanggulangan secara umum untuk mencegah penyakit
kulit akibat kerja sebagai berikut:
1. Apabila mungkin alergen kuat sensitizer dan karsilogen hendaknya diganti
dengan zat-zat yang kurang berbahaya.
2. Kontak kulit dengan agen penyebab hendaknya di batasi dengan
pengendalian teknologi.
3. Eliminasi kontak kulit dengan bahan penyebab.
4. Pakaian pelindung seperti apron, sarung tangan, topeng wajah.
5. Penyediaan fasilitas dasar untuk kebersihan diri atau hygiene perorangan,
hendaknya di sediakan APD dan penggunaannya diharuskan untuk digunakan
selama jam kerja.
NAB
Nilai Ambang Batas pada penyakit kulit akibat kerja yaitu pekerja harus
bekerja selama 6-8 jam per hari dan 40 jam per minggu di tempat kerja.
8. PENYAKIT AKIBAT UDARA MAMPAT
Definisi
Udara mampat di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pada pekerja. Udara mampat adalah udara pada tekanan yang lebih tinggi daripada
tekanan permukaan laut atau disebut tekanan atmosfer normal. Caison yang diisi
dengan udara mampat digunakan untuk pembangunan di bawah air dan perbaikan
penyangga-penyangga jembatan dan terowongan. Udara mampat dalam caisson
tidak diperkenankan melebihi tekanan 330 kPa, apabila tekanan lebih besar
penggunaan caisson tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan waktu
dekompresi yang terlalu lama.
Ruang Lingkup
Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja yang memiliki
risiko antara lain pekerja dalam terowongan udara mampat dan operasi caisson
serta para penyelam.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Gangguan kesehatan yang merugikan bagi pekerja akibat paparan udara
mampat antara lain barotrauma telinga tengah dan sinus, paru-paru meletus dan
emboli udara otak, sakit dekompresi, keracunan oksigen apabila oksigen
digunakan pada sat dekompresi, dan osteonecrosis akibat disbarisme atau nekrosis
aseptik.
Patogenesis
Udara mampat di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pada pekerja yaitu dapat menyebabkan efek mekanis yaitu barotrauma atau
fisiologis akibat peningkatan tekanan parsial gas-gas komponennya. Brotrauma
disebabkan oleh perbedaan tekanan antara kedua sisi membrane timpani dan efek
utama yaitu sakit dekompresi yang diakibatkan oleh pembentukan gelembung-
gelembung nitrogen dalam darah. Pada tekanan atmosfer normal sekitar 12 ml
nitrogen larut dalam 1 liter darah. Pada tekanan 196 kPa, kadar nitrogen dalam
darah adalah sekitar 22 m/liter dan pada 390 kPa sekitar 39 ml/liter. Apabila
dekompresi menuju tekanan atmosfer terlalu cepat, nitrogen yang larut dalam
darah membentuk gelembung-gelembung dalam darah dan jaringan yang
menyebabkan gangguan sirkulasi dan kerusakan jaringan setempat.
Pencegahan
Adapun upaya penanggulangan secara umum untuk mencegah penyakit
yang disebabkan oleh udara mampat akibat kerja sebagai berikut:
1. Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan
fisik dengan menekankan pada system pernafasan yaitu jalan nafas dan paru-paru,
pendengaran yaitu telinga, dan sistem saraf serta lokomotrik. Untuk osteonekrosis
perlu dilakukan foto sinar-X pada bahu, pinggul, dan lutut.
2. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan berkala mencakup penyusunan catatan medis penyakit
demam atau infeksi dengan penggalian informasi secara sistematis dan foto sinar-
X pada tekanan melebihi 106 kPa dalam periode 1 tahun.
3. Kepatuhan aturan
Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja dapat dicegah
pada sakit dekompresi yaitu dengan kepatuhan pada praktek kerja dekompresi
yang dianjurkan.
NAB
Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja dibatasi
tekanan maksimum 330 kPa di tempat kerja.
9. PENYAKIT AKIBAT GETARAN
Definisi
Getaran adalah suatu faktor fisik yang bekerja pada manusia dengan
penjalaran atau transmission dari pada tenaga mekanik yang berasal dari sumber
goyangan atau osilattor dengan asatuan hertz. Ciri utama getaran adalah frekuensi
dalam hz dan intensitas yang diukur sebagai amplitude, kecepatan atau
percepatan. Getaran kerja adalah getaran mekanis yang ada ditempat kerja dan
berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran adalah gereakan teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan
(KEP-51/MEN/1999). PAK akibat getaran dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
Getaran pada seluruh tubuh atau umum yaitu terjadi getaran pada tubuh
pekerja yang sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasan yang dipijak
menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz.
2. Getaran lengan tangan (hand arm vibration)
Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat
pemakaian alat yang bergetar, frekuensinya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang
paling berbahaya adalah 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada
frekuensi ini.
Ruang Lingkup
Perkakas yang bergetar secara luas digunakan dalam industri logam,
perakitan kapal, dan otomotif serta pertambangan, kehutanan, dan pekerjaan
kosntruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor pemantik. Pada
perum perhutani, sumber getaran yang ada pada getaran seperti band resaw, cross
cut, log hand saw, planer, hand saw, double cross cut, dan spindel moulder.
Getaran seluruh tubuh biasanya dialami oleh pekerja pengemudi kendaraan seperti
traktor, bus, helikopter, bahkan kapal. Sedangkan getaran setempat berbahaya
pada pekerjaan seperti supir bajaj, operator gergaji rantai, tukang potong rumput,
gerinda, penempa palu.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi). Gangguan utama
pada sistem vascular, system saraf perifer, dan system skeletomuscular yang
menyebabkan angioneurosis jari-jari tangan, gangguan tulang, sendi, dan otot, dan
neuropati.
1. Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration syndrome)
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh yaitu:
a. Gangguan aliran darah.
b. Gangguan saraf pusat, menyebabkan kelemahan degeneratif saraf.
c. Gangguan metabolisme/pencernaan dan pertukaran oksigen dalam paru-paru.
d. Gangguan pada otot atau persendian.
e. Gejala yang timbul yaitu pusing, mengantuk, sakit perut, mual, pegal-pegal,
dan kaki kesemutan.
2. Getaran Setempat (Hand Arm Vibration syndrome)
HAVS adalah kumpulan gejala vaskuler, neurologik and muskuluskeletal
yang mengenai jari, tangan dan lengan. Yang disebabkan oleh penggunaan alat
alat yang menggetarkan tangan khusunya bor, gerinda, bor listrik, dan alat
pembuat lubang pada beton (jackhammer). Sensitivitas maksimum pada frekuensi
12 – 16 Hz. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah WFS (White Fingers
Syndrome) berupa penyempitan pembuluh darah, gangguan saraf perifer,
gangguan tulang sendi dan otot.
Patogenesis
Penyakit akibat getaran di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada pekerja walupun dampak yang ditimbulkan tidak segera dirasakan
namun muncul setelah bekerja selama beberapa tahun. Getaran diukur dengan
menentukan besarnya energi mekanik yang dihantarkaan per satuan permukaan
selama periode waktu tertentu. Energi mekanis merupakan frekuensi dan
intensitas gerakan osilasi sehingga menghasilkan getaran. Besar energy yang
diabsorbsi terdiri dari frekuensi, intensitas, dan lamanya getaran. Penghantaran
dan penghilangan energi getaran pada manusia tergantung pada intensitas getaran,
arah kerja getaran, postur tubuh, tegangan otot, sifat fisik tubuh dan ciri-ciri
antropometrik.
Pencegahan
Penyakit akibat getaran pada pekerja di tempat kerja dapat dicegah dengan
melakukan beberapa upaya pengendalian sebagai berikut:
1. Pengendalian secara teknis
a. Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getaran (dilengkapi
dengan damping atau peredam).
b. Menambah atau menyisipkan damping antara tangan dan alat, misalnya
membalut pegangan alat dengan karet.
c. Memelihara atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagian-
bagian yang aus atau memberi pelumas.
d. Meletakkan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakkan diatas meja yang
tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran disekelilingnya.
e. Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran,
karena dikendalikan dari jauh.
2. Pengendalian secara administratif dilakukan dengan cara merotasi pekerja dan
mengurangi jam kerja.
3. Pengendalian secara medis dapat dilakukan untuk pemulihan gejala akibat
getaran agar peredaran darah kembali lancar yaitu pemanasan tangan dengan
air panas, pemijitan, meniupkan udara panas ke tangan, dan menggerakkan
tangan secara berputar.
4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu menggunakan sarung tangan
yang dilengkapi dengan peredam getar misalnya berupa busa.
NAB
Penyakit akibat getaran pada pekerja di tempat kerja memiliki nilai
ambang batas getaran untuk pemajanan seluruh tubuh di atas 10 m/dt2 sama sekali
tidak diperkenankan. Berikut ini Nilai Ambang Batas getaran untuk pemajanan
seluruh tubuh:
Jumlah waktu perhari kerjaNilai percepatan pada
frekuensi dominan ( m/det2 )
4 jam
2,5 jam
1 jam
25 menit
1 menit
1,5 m/dt2
1,5 – 3 m/dt2
3 – 5 m/dt2
5 – 6 m/dt2
6,3 – 10 m/dt2
Sedangkan nilai ambang batas getaran untuk pemajanan setempat lengan
dan tangan sebagai berikut:
Jumlah waktu perhari kerjaNilai percepatan pada
frekuensi dominan ( m/det2 )
4 jam
2 jam
1 jam
Kurang dari 1 jam
4 m/dt2
6 m/dt2
8m/dt2
12 m/dt2
Sumber: Menteri Tenaga Kerja, nomor: KEP-51/MEN/1999
10. PENYAKIT AKIBAT DEBU MINERAL
Definisi
Bentuk-bentuk mineral Kristal utama yang dianggap sebagai silica bebas
(Si02) adalah kuarsa, tridmit, dan kristobalit. Batu-batuan umumnya mengandung
silica bebas yang terbawa udara berasal dari peledakan, penggerindaan,
penghancuran, pengeboran, dan penggilingan batuan. Pneumokoniosis yang
disebabkan debu mineral sklerogen antara lain silicosis, antrakosiliosis dan
asbestosis. Silikosis dengan tuberculosis paru juga dianggap sebagai
pneumoniosis yang berhubungan dengan debu apabila silikosisnya merupakan
suatu faktor esensial yang berperan sebagai penyebab ketdakmampuan atau
kematian.
Ruang Lingkup
Penyakit akibat debu mineral di tempat kerja berisiko tinggi antara lain
pada pekerja menambang dan ekstraksi batu-batu keras, penghalusan dan
pemolesan batu, pencetakan, pembentukan, penyemprotan pasir di tempat
pengecoran dan pembersihan bangunan, pengerokan wadah rebus, pabrik
keramik, porselin, dan enamel serta pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan pasir
sebagai amplas.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit akibat debu mineral ditempat kerja yaitu pnemokoniosis karena
debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis)
dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab
cacat atau kematian.
Patogenesis
Penyakit akibat debu mineral di tempat kerja dapat masuk dalam saluran
pernafasan menuju paru-paru melalui tahapan retenst dan eliminasi yaitu :
1. Retenst
Partikel-partikel debu dengan diameter 5-15 um yang mengendap pada
saluran nafas dapat dibersihkan oleh gerakan mukosiliar, tetapi partikel
berdiameter 0,5-5 um yangsampai di saluran napas terminal atau lebih jauh
mungkin tertahan.
Partikel debu yang tertahan di paru-paru diambil oleh makrofag yaitu
fagosit mononuclear dan diangkut ke saluran nafas kemudian dibersihkan ke
parenkim paru. Apabila sel-sel yang berisi debu tersebut mati, maka pertikel yang
dilepaskan akan diambil oleh sel lain. Namun si-sei lain ini terbunuh sehingga
tercipta suatu reaksi derajat rendah yang berkelanjutan yang mengarah pada
pembentukan jaringan parut setempat (nodul-nodul) sering kali terjadi di saluran
napas terminal.
Debu silica bebas berbeda dalam hal kemampuan mematikan sel, dan
aktivitas ini dapat diperlambat oleh adanya debu-debu lain dan zat kimia yang
mempengaruhi permukaan pertikel kuarsa. Mekanisme perlindungan tubuh
normal yaitu dengan melapisi partikel debu dengan suatu glikoprotein kaya besi
tampaknya tidak efektif pada kasus partikel silica bebas.
2. Eliminasi
Eliminasi partikel-partikel kuarsa terutama saat bercampur dengan debu
lain dapat terjadi selama beberapa hari pertama setelah inhalasi lewat bronkus dan
trakea. Debu yang tertahan meningkat dalam peninggian tingkat paparan, paparan
terhadap debu yang tinggi pada masa lalu, dan adanya penyakit paru terutama
tuberkulosis. Partikelyang tertahan dalam pertikel paru tersebut jarang diangkut
melalui kelenjar limfe hilus. Hal ini menyebabkan kerusakan pada paru dan
kelenjar limfe halus.
Pencegahan
Beberapa upaya pencegahan umumnya dilakukan untuk mengurangi
penderita silicosis, antara lain:
1. Subsituasi, baik sekali jika dapat dilaksanakan misalnya dalam proses
“sandblasting“ yaitu proses meratakan permukaan lugam dengan debu pasir
yang disemprotkan dengan tekanan tinggi diganti dengan bubuk alumina.
2. Mengurangi kadar silika bebas didalam mangan, caranya dengan ventilasi
umum dan local. Ventilasi umum antara lain dengan mengalirkan udara
keruang kerja dengan membuka pintu dan jendela, cara ventilasi local atau
pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap debu dari ruang kerja
keluar.
3. Dianjurkan cara-cara kerja ynag memungkinkan berkurangnya debu udara,
misalnya dengan pengeboran basah (wet drilling).
4. Menggunakan alat perlindungan diri para pekerja dengan masker standar.
NAB
Penyakit akibat debu mineral ditempat kerja memiliki nilai ambang batas
debu mineral pada pekerja yaitu:
Jenis debu Konsentrasi maksimal
Debu total 10mg/m3
Asbes bebas 5 serat ml udara dengan panjang serat 5 mikron
Silica total 50 mg/m3
11. PENYAKIT AKIBAT RADIASI IONISASI
Definisi
Radiasi ionisasi adalah jenis radiasi yang dapat mengionisai atom-atom
atau materi yang dilalui nya. Secara garis besar radiasi ionisasi dibagi menjadi 2
yaitu radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi partikel meliputi
positron, neutron dan inti-inti ringan yang umumnya dibuat oleh manusia. Radiasi
elektromagnetik meliputi gelombang radio, gelombang televisi, sinar gamma,
sinar inframerah, cahaya tampak dan sinar X. Penggunaan dosis minimum sinar X
dengan nilai yang melebihi batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan atau
perubahan pada jaringan yang terpapar.
Jaringan yang sangat rentan terhadap bahaya radiasi antara lain adalah
kulit, limfatik, hemopoetik, leukopoetik, glandula mamary, thyroid, tulang pada
pusat pertumbuhan epifise, epitel germinal atau gonad. Oleh sebab itu, kehati-
hatian dalam penggunaan radiasi sangat diperlukan, karena kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam penggunaan radiasi sangat besar. Radiasi ionisasi
mempunyai sifat tidak berwujud atau tampak, tidak berbau dan tidak memberikan
rangsangan fisik langsung pada objek yang terpapar. Efek radiasi pada objek yang
terpapar sangat berbahaya dan bersifat kumulatif dari penyinaran yang terus
menerus. Efek yang sering muncul antara lain erithema, alergi hingga mutasi
genetik.
Ruang Lingkup
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ionisasi di tempat kerja memiliki
risiko tinggi terhadap pekerja penambang dan pekerja pabrik uranium, pekerja
reaktor nuklir dan proyek energi atom, operator radiografi industri, petugas
kesehatan khusus radiologi, pekerja industri radionuklid, ilmuan yang
menggunakan bahan radioaktif untuk riset, dan pengecat lempeng-lempeng
berkilau.
Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion. Paparan radiasi ionisasi terhadap jaringan tubuh menyebabkan 2 jenis
efek yaitu akut (segera) dan kronik (menahun) sebagai berikut:
1. Efek akut
Efek akut menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat dosis yang besar
dari radiasi ionisasi. Perubahan pada kulit termasuk eritrema, desquamasi kering,
desquamasi lembab dan pengelupasan kulit. Pemaparan lokal terhadap organ
radiosensitif lainnya seperti kelenjar tyroid, organ lymphoid, usus dan ginjal dapat
menyebabkan hilangnya sel parenkim yang mmengarah pada kegagalan organ dan
disfungsi. Efek akut radiasi terhadap tubuh mengakibatkan kerusakan berbagai
organ yang berbeda yaitu sindrom sumsum tulang (hematopoietik), sindrom
gastrointestinal dan sindrom cerebrovascular.
2. Efek kronis
Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi dosis
rendah dari implan radioaktif atau sumber eksternal, bisa menyebabkan
terhentinya menstruasi (amenore), berkurangnya kesuburan pada pria dan wanita,
berkurangnya gairah seksual (libido) pada wanita, katarak dan berkurangnya
jumlah sel darah merah (anemia), sel darah putih (leukopenia dan trombosit
(trombositopenia). Dosis sangat tinggi pada bagian tubuh tertentu bisa
menyebabkan rambut rontok, kulit menipis dan terbentuknya luka terbuka (ulkus,
borok), kapalan dan spider nevi (daerah kemerahan seperti laba‐laba akibat
pelebaran pembuluh darah kecil dibawah permukaan kulit).
Patogenesis
Sinar Roentgen menghasilkan pasangan elektron (ionisasi) di dalam
jaringan. Karena kebanyakan jaringan mengandung 70 air persen, ionisasi
molekul air menyebabkan pembentukan radikal aktif bebas. Radikal bebas ini
yang kebanyakan menyebabkan kerusakan pada jaringan. Persentase yang kecil
dari Sinar Rontgen saling berhubungan secara langsung dengan DNA,
menghasilkan beberapa perubahan potensi, seperti Efek ini dapat diminimalisir
dan diperbaiki secara enzimatis dengan cepat atau dapat mengakibatkan kematian
pada sel tersebut. Tergantung dari jaringan yang terlibat, radiasi sinar‐rontgen
dapat mempunyai efek yang bermacam‐macam dari mulai sinar yang tak dapat
dilihat hingga menyebabkan kematian. Jenis jaringan yang yang disinari
mempunyai dampak atas efek radiasi. Sebagai contoh, suatu jaringan yang tidak
aktif membelah, seperti otot, boleh menerima suatu dosis yang relatif tinggi.
Sebaliknya dengan jaringan yang aktif membelah, seperti epithelium yang
berhubungan dengan usus dan sumsum tulang, adalah sengat berespon terhadap
radiasi.
Dua jaringan lain yaitu gonad dan fetus, mempunyai arti penting
berkenaan dengan keselamatan radiasi. Kedua jenis jaringan ini sangat sensitive
dengan radiasi sinar Roentgen. Fetus yang lebih muda mempunyai potensi yang
besar untuk mengalami kerusakan, berupa kematian embrio, malformasi
kongenital dan gangguan pertumbuhan.
Pencegahan
Beberapa upaya pencegahan umumnya dilakukan untuk mengurangi
radiasi ionisasi, antara lain:
1. Mengurangi lamanya paparan.
2. Mempertahankan jarak yang aman antara pekerja dan sumber radiasi.
3. Membentengi sumber radiasi dengan bahan-bahan yang menyerap radiasi
ionisasi.
4. Menerapkan aturan mengenai batas paparan untuk radiasi ionisasi.
5. Wanita hamil hendaknya tidak mengalami paparan tahunan melebihi 30%
batas ekuivalen dosis.
NAB
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ionisasi di tempat kerja memiliki
nilai ambang batas pada pekerja sebagai berikut:
Bagian Tubuh / individual Rata- rata
per minggu
(rem)
Maksimum per
quarter (rem)
Maksimum per
tahun (rem)
Pekerja
Kulit seluruh badan - 10 30
Tangan, lengan, kepala, leher,
kaki dan mata kaki
1,5 25 75
Wanita subur 0 0 0,5
Masyarakat umum
Seluruh badan 0,1 0,5
Pelajar - 0,10
Populasi - 0,17
REFERENSI
http://cpddokter.com/home/index.php?
option=com_content&task=view&id=1677&Itemid=38 diakses pada
tanggal 20 Mei 2014
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-
3.htm diakses pada tanggal 28 Mei 2014
http://www.proz.com/?sp=gloss/term&id=7481734 diakses pada tanggal 25 Mei
2014
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
Koesyanto, Herry. 2014. Penyakit Akibat Kerja. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Oktaviani A. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Iritan pada Karyawan Pabrik Pengolahan Aki Bekas di Lingkungan
Industri Kecil (LIK) Semarang. Semarang: Skripsi Universitas
Diponegoro.
Sekar Agustin. 2011. Hubungan Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen
Dioksida (NO2) dengan jumlah Asma di Jakarta Pusat tahun 2007-2011.
Jakarta: Skripsi Universitas Indonesia.
Swamardika, I.B. Alit. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik
terhadap Kesehatan Manusia (Suatu Kajian Pustaka). Teknologi Elektro
Vol. 8 No.1 Januari - Juni 2009. Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Udayana.