rangkuman penyakit akibat kerja

52
RESUME PENYAKIT AKIBAT KERJA Disusun untuk memenuhi tugas Mata Penyakit Akibat Kerja Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MS Disusun oleh: Nama : Priadi Eling Waskito NIM : 6411411193 Rombel : 05 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Upload: irsyad-ilhami

Post on 28-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

RESUME PENYAKIT AKIBAT KERJADisusun untuk memenuhi tugas Mata Penyakit Akibat KerjaDosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MSDisusun oleh:Nama : Priadi Eling WaskitoNIM : 6411411193Rombel : 05JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014PENYAKIT AKIBAT KERJA1. PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA• DefinisiDalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Pada tempat kerja, penyakit tidak hanya terdapat di industri, pertanian, kehutanan atau perkebunan yang tekanan udaranya normal. Pada tekanan udara yang tidak normal yaitu tekanan udara tinggi atau tekanan udara rendah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan. Tekanan udara yang tinggi dijumpai pada pekerja yang harus menyelam di laut.Yang dimaksud dengan tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara normal (1 atm). Semua pengaruh yang timbul merupakan resiko atau bahaya bagi tenaga kerja yangmelakukan pekerjaan penyelaman dan bekerja dalam udara bertekanan tinggi, yang harusdiperhatikan sebaik-baiknya sebelum melakukan pekerjaan tersebut, untuk menghindarkanatau mencegah terjadinya akibat atau kecelakan dan penyakit akibat kerja.• Ruang LingkupGangguan akibat tekanan udara yang rendah dapat terjadi pada pekerja dalam sektor penerbangan dan pada pekerja yang bekerja di tempat yang tinggi di permukaan laut terutama karena kekurangan oksigen dalam udara pernapasan.Bekerja didalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan yang dilakukan di lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang melakukan pekerjaan di bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm. Pekerjaan seperti ini termasuk pekerjaan para penyelam di perairan (di laut) yang dalam, para pekerja tambang yang dalam, juga para pekerja yang bekerja dalam pembuatan terowongan dibawah tanah, maupun terowongan di bawah air.• Penyakit Akibat Kerja yang DitimbulkanPenyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang memiliki dampak terhadap kesehatan antara lain:1. DekompresiPenyakit Dekompresi adalah penyakit dengan berbagai tingkat keluhan dan gejala, yang dapat menggangu seluruh sistem organ tubuh dengan penyebab yang sama yaitu terbentuknya gelembung N2 dalam jaringan dan darah. 2. BarotraumaBarotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan tubuh akibat ketidak-seimbangan antara tekanan dalam rongga-rongga udara di dalam tubuh dengan jaringan atau cairan tubuh di sekitarnya.3. Osteonekrosis disbarik.Osteonekrosis ialah suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah pada tulang yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa nutrisi yang penting dan oksigen ke tulang.4. CO2 dan COKemampuan pengikatan Hemoglobin (Hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan Hb tidak dapat mengangkut oksigen.5. NitrogenNarkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai kedalaman tertentu.• PatogenesisBebasnya nitrogen dalam tubuh dari lautan menjadi gas. Gas nitrogen dalam tubuh ini mengakibatkan penutupan pembuluh darah sehingga terjadi degenarasi dan kelumpuhan sebagai akibat lebih lanjut dari penutupan pembuluh darah. Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh karena BD (berat jenis) air lebih tinggi dan pada udara. Tek

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

RESUME PENYAKIT AKIBAT KERJA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Penyakit Akibat Kerja

Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MS

Disusun oleh:

Nama : Priadi Eling WaskitoNIM : 6411411193Rombel : 05

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

PENYAKIT AKIBAT KERJA

1. PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA

Definisi

Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk

mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit

tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Pada tempat

kerja, penyakit tidak hanya terdapat di industri, pertanian, kehutanan atau

perkebunan yang tekanan udaranya normal. Pada tekanan udara yang tidak normal

yaitu tekanan udara tinggi atau tekanan udara rendah. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan. Tekanan udara yang tinggi dijumpai

pada pekerja yang harus menyelam di laut.

Yang dimaksud dengan tekanan udara ekstrim adalah tekanan udara yang

lebih besar (tinggi) atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara

normal (1 atm). Semua pengaruh yang timbul merupakan resiko atau bahaya bagi

tenaga kerja yangmelakukan pekerjaan penyelaman dan bekerja dalam udara

bertekanan tinggi, yang harusdiperhatikan sebaik-baiknya sebelum melakukan

pekerjaan tersebut, untuk menghindarkanatau mencegah terjadinya akibat atau

kecelakan dan penyakit akibat kerja.

Ruang Lingkup

Gangguan akibat tekanan udara yang rendah dapat terjadi pada pekerja

dalam sektor penerbangan dan pada pekerja yang bekerja di tempat yang tinggi di

permukaan laut terutama karena kekurangan oksigen dalam udara pernapasan.

Bekerja didalam lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari

tekanan udara normal telah dikenal sejak adanya pekerjaan yang dilakukan di

lingkungan yang kedap air (caisson work), dimana orang melakukan pekerjaan di

bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1 atm. Pekerjaan seperti ini termasuk

pekerjaan para penyelam di perairan (di laut) yang dalam, para pekerja tambang

Page 3: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

yang dalam, juga para pekerja yang bekerja dalam pembuatan terowongan

dibawah tanah, maupun terowongan di bawah air.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang memiliki

dampak terhadap kesehatan antara lain:

1. Dekompresi

Penyakit Dekompresi adalah penyakit dengan berbagai tingkat keluhan

dan gejala, yang dapat menggangu seluruh sistem organ tubuh dengan

penyebab yang sama yaitu terbentuknya gelembung N2 dalam jaringan

dan darah.

2. Barotrauma

Barotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan

tubuh akibat ketidak-seimbangan antara tekanan dalam rongga-rongga

udara di dalam tubuh dengan jaringan atau cairan tubuh di sekitarnya.

3. Osteonekrosis disbarik.

Osteonekrosis ialah suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah

pada tulang yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa

nutrisi yang penting dan oksigen ke tulang.

4. CO2 dan CO

Kemampuan pengikatan Hemoglobin (Hb) terhadap CO 200 kali lebih

besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat

lambat dan mengakibatkan Hb tidak dapat mengangkut oksigen.

5. Nitrogen

Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif

dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah

mencapai kedalaman tertentu.

Patogenesis

Bebasnya nitrogen dalam tubuh dari lautan menjadi gas. Gas nitrogen

dalam tubuh ini mengakibatkan penutupan pembuluh darah sehingga terjadi

degenarasi dan kelumpuhan sebagai akibat lebih lanjut dari penutupan pembuluh

darah. Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin

Page 4: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut

terjadi disebabkan oleh karena BD (berat jenis) air lebih tinggi dan pada udara.

Tekanan yang diterima tubuh akan diteruskan ke seluruh organ tubuh termasuk

kecairan jaringan. Tekanan yang diterma tidak hanya berpengaruh mekanis, tetapi

juga menyebabkan gas-gas dalam udara nafas menjadi lebih banyak yang terlarut

dan dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan transportasi gas pada proses

pernafasan. Orang yang dihubungkan dengan permukaan air melalui sistem

saluran (selang) pernafasan, tidak mampu mengembangkan rongga dadanya

(melakukan inspirasi) bila kedalaman penyelamannya > 5 M. Pada kedalaman

tersebut, tekanan air yang menekan rongga dada tidak dapat diatasi oleh otot-otot

inspirasi, oleh karena itu diperlukan tekanan udara inspirasi yang lebih tinggi

agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Tekanan tinggi menjadi pokok

permasalahan pada timbulnya gangguan kesehatan.

Gelembung N2 terjadi akibat berkurangnya tekanan barometer yang

menyertai penyembulan (ascent) dalam upaya mengakhiri penyelaman. PD dapat

terjadi pada setiap saat dari sejak dimulainya penyembulan, tetapi biasanya

menjadi jelas setelah 24 jam. Dalam pembuluh darah, gelembung udara tersebut

menjadi emboli yang dapat menyumbat pembuluh darah penderitanya. Jaringan

yang melapisi rongga-rongga gas misalnya rongga telinga tengah dapat

membengkak dan bila terdapat pembuluh darah maka pembuluh darah itu dapat

pecah dan terjadilah perdarahan. Perdarahan ke dalam rongga udara dapat

menyebabkan terjadinya nyeri.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan antara lain:

1. Persiapan kondisi fisik peselam.

2. Persiapan kondisi alat.

3. Memahami dan menaati prosedur penyelaman.

4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.

5. Naik dan turun secara perlahan.

6. Memakai alat yang sesuai dengan ukuran tubuh (ergonomis).

Page 5: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

7. Hindari menyelam jika ada faktor risiko.

8. Pemberian antioksidan.

9. Penggunaan alat kompresor yang aman.

10. Monitor kadar CO2.

11. Memilhara batas aman pada system absorbent.

12. Hindari minum alkohol.

13. Segera naik beberapa meter sampai gejala narcosis hilang/naik ke permukaan.

NAB

Nilai tekanan udara normal yaitu 1 atm. Nilai ambang batas untuk tekanan

udara adalah:

Udara Oksigen

Kedalaman (Ft) Durasi (Men) Kedalaman (Ft) Durasi (Men)

40 120 10 240

50 78 15 150

60 55 20 110

70 43 25 75

80 35 30 45

90 30 35 25

100 25 40 10

110 20

120 18

130 15

Karpovich dan Sinning: Physiology of Muscular Activity, p 263.

2. PENYAKIT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK

Definisi

Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang

membahayakan, mengganggu kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di sekitar

kita baik di rumah, di kantor maupun di tempat-tempat umum, ternyata banyak

Page 6: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

sekali radiasi. Radiasi pada dasanya adalah suatu cara perambatan energi dari

sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan panas. Beberapa contoh

adalah perambatan panas, cahaya, dan gelombang radio. Ada dua jenis radiasi.

Jenis pertama adalah partikel alpha dan beta yang berasal dari material radioaktif

dan gelombang elektromagnetik atau photon adalah jenis yang kedua. Disini

radiasi yang menjadi pokok bahasan hanya pada gelombang elektromagnetik.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan pemakaian alat elektronik, pekerja

berisiko terpajan oleh berbagai frekuensi gelombang elektromagnetik

(Electromagnetic Field = EMF) yang kompleks.

Ruang Lingkup

Gangguan akibat radiasi dapat terjadi pada pekerja dalam banyak sektor

lingkungan kerja baik industri, perkantoran maupun sektor informal yang

menggunakan peralatan dengan teknologi yang berbasis elektromagnetik.

Misalnya pada tempat kerja yang menggunakan peralatan telekomunikasi dan

elektronik lainnya.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) UK, Inggris

menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang

elektromagnetik pada pekerja di tempat kerja dibagi menjadi dua antara lain:

1. Efek fisiologis

Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi

gelombang elektromagnetik pada pekerja yang mengakibatkan gangguan

kesehatan khususnya pada organ-organ tubuh manusia berupa kanker otak dan

pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan mata termasuk retina dan lensa

mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan, dan kepala pening.

2. Efek psikologis

Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik

pada pekerja di tempat kerja misalnya timbulnya stress dan ketaknyamanan dalam

bekerja karena penyinaran radiasi elektromagnetik secara berulang-ulang.

Page 7: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Patogenesis

Radiasi di tempat kerja pada pekerja yang terpapar secara terus menerus

dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja. Jika radiasi mengenai

tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi berinteraksi dengan tubuh

manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi

atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi,

radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan

menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang

berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang

terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan

vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan

kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.

Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang

merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa

biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat

mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya

radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.

Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul

penting dalam sel. DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul

yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta

menggandakan dirinya sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat

mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung

molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan

kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi

dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA

tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek

biologis yang merugikan. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan

risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.

Page 8: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Pencegahan

Pencegahan pada penyakit akibat radiasi gelombng elektromagnetik pada

pekerja di tempat kerja dapat dilakukan dengan menjaga jarak pekerja dengan

sumber pajanan sehingga intensitas pajanan yang diterima relative kecil.

Meminimalkan waktu pajanan, sehingga waktu yang dipergunakan untuk kontak

dengan alat kerja yang menghasilkan radiasi elektromagnetik tersebut dapat

diminimalisir sesuai NAB yang ada.

NAB

Nilai Ambang Batas paparan akibat gelombang elektromagnetik pada

pekerja di tempat kerja berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai

pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk

daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas

aman (Wardhana, 2000).

3. ASMA AKIBAT KERJA

Definisi

Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi

saluran nafas yang reversible atau saluran nafas yang hiperresponsif terhadap

berbagai sebab atau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja

tertentu dan tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.

Asma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja yang sering dijumpai di

masyarakat terutama dinegara maju. Asma akibat kerja adalah suatu penyakit

yang ditandai oleh gangguan aliran nafas dan hipereaktiviti bronkus yang

terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi pada

rangsangan diluar tempat kerja. Pada pekerja yang sudah terkena asma sebelum

bekerja di tempat kerja tersebut.

Ruang Lingkup

Prevalensi asma akibat kerja berbeda antara satu negara dengan yang

lain tergantung pada lingkungan pekerjaannya. Pekerja yang memiliki risiko

Page 9: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

terbesar antara lain pekerja yang bersentuhan dengan biji-bijian dan padi-padian

seperti pekerja gudang makanan ternak, pekerja penggilingan dan tukang roti,

pekerja pengangkutan dan pengepakan teh, tukang kayu, industry mebel, operator

gergaji, pembuat enzim detergen, perajin, platinum, pekerja farmasi, tukang cat

dan pekerja yang berhubungan dengan polivinil klorida (pvc).

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Klasifikasi asma ditempat kerja menurut The American College of Chest

Physicians tahun 1995 adalah:

1. Asma Akibat Kerja yaitu asma yang disebabkan paparan zat ditempat kerja,

dibedakan atas 2 jenis tergantung ada tidaknya masa laten :

a. Asma akibat kerja dengan masa laten yaitu asma yang terjadi melalui

mekanisme imunologis. Pada kelompok ini terdapat masa laten yaitu masa

sejak awal pajanan sampai timbul gejala.

b. Asma akibat kerja tanpa masa laten yaitu asma yang timbul setelah pajanan

dengan bahan ditempat kerja dengan kadar tinggi dan tidak terlalu

dihubungkan dengan mekanisme imunologis. Gejala seperti ini dikenal

dengan istilah Irritant induced asthma atau Reactive Airways dysfunction

Syndrome (RADS).

2. Asma yang diperburuk ditempat kerja yaitu asma yang sudah ada sebelumnya

atau sudah mendapat terapi asma dalam 2 tahun sebelumnya dan memburuk

akibat pajanan zat ditempat kerja.

Patogenesis

1. Bahan dengan berat molekul tinggi.

Bahan dengan berat molekul tinggi dikenali oleh Antigen Presenting Cell

(APC) dan menghasilkan respon imunologi CD4 Tipe 2 yang menghasilkan

antibodi IgE spesifik oleh sel B yang dirangsang oleh Interleukin IL-4/IL-13.

Terikatnya IgE kereseptornya, dan sitokin Th2 (IL-5) menginduksi dan

mengaktivkan sel-sel inflamasi yaitu sel mast, esonofil dan makrofag

menandai inflamasi saluran nafas yang menyebabkan perubahan fungsional

Asma Akibat Kerja yaitu hiperesponsif saluran nafas, akut dan kronis

Page 10: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

obstruksi aliran udara. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala pernafasan

serupa asma.

2. Bahan dengan berat molekul rendah.

Bahan dengan berat molekul rendah tertentu juga menginduksi antibodi

IgE spesifik, bekerja sebagai Hapten dan berikatan dengan protein tubuh

membentuk antigen fungsional. Banyak bahan dengan berat molekul rendah

tidak secara konsisten merangsang antibodi IgE spesifik. Signal berbahaya

karena kerusakan sel epitel bronkus mengaktivasi sel imunokompeten. Pada

Asma Akibat Kerja tipe ini juga berperanan suatu respon imunologi campuran

CD4/CD8 Tipe 2 atau Tipe 1 atau rangsangan dari γ atau δ CD8 spesifik.

Sitokin Th2 (IL-5) dan Th1 (IFN- γ) dan kemokin proinflamasi lainnya MCP-

1, TNFα akan mengaktivkan sel-sel inflamasi. Hal ini dapat menyebabkan

gejala-gejala pernafasan serupa asma.

3. Bahan iritan dengan konsentrasi tinggi.

Inhalasi dengan iritan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan epitel

jalan napas. Pada pekerja yang menderita irritant induced asthma, kerusakan

sel epitel mengaktifkan sel imunokompeten. Kerusakan epitel bronkus akan

menghilangkan faktor relaksasi dari bronkus, paparan ujung syaraf

menyebabkan inflamasi neurogenik, dan pelepasan mediator inflamasi dan

sitokin diikuti dengan aktivasi nonspesifik sel mast. Sekresi dari faktor

pertumbuhan sel-sel epitel, otot polos dan fibroblast, dapat menginduksi

regenerasi jaringan. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala pada saluran

pernafasan serupa asma.

Pencagahan

Pencegahan asma akibat kerja dapat dilakukan dengan beberapa hal, antara

lain:

1. Penyuluhan tentang prilaku kesehatan dilingkungan kerja.

2. Menurunkan pajanan, dapat berupa subsitusi bahan, memperbaiki ventilasi,

automatis proses (robot), modifikasi proses untuk menurunkan sensitisasi,

mengurangi debu rumah dan tempat kerja.

Page 11: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

3. Pemeriksaan kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat

kesehatan dan menentukan individu dengan resiko tinggi.

4. Kontrol administrasi untuk mengurangi pekerja yang terpajan ditempat kerja

dengan rotasi pekerjaan dan cuti.

5. Menggunakan alat proteksi pernapasan.

6. Pengendalian jalur kesehatan yaitu pemeriksaan berkala pada pekerja yang

terpajan bahan yang berisiko tinggi menyebabkan asma akibat kerja pada 2

tahun pertama dan bila memungkinkan sampai 5 tahun.

NAB

Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen dioksida (NO2) diketahui sebagai

faktor pemicu timbulnya asma. PM10 dapat masuk ke dalam pernapasan manusia.

Nilai ambang batas PM10 adalah 150.

4. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING

Definisi

Bising adalah suara atau bunyi mengganggu atau tidak dikehendaki yang

dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi, durasi, dan sifat bunyi. Gangguan

pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss atau NIHL) adalah tuli

akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup

lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising

merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah

presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang

intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor

pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea

dan biasanya terjadi pada kedua telinga.

Ruang Lingkup

Pekerjaan yang berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat bising

pada tempat kerja antara lain penambangan, pekerja terowongan, penggalian,

mesin-mesin berat, pengemudi mesin dengan pembakaran mesin yang kuat,

pekerja mesin tekstil dan pekerja yang berhubungan dengan uji coba mesin jet.

Page 12: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering

dijumpai setelah presbikusis. Perubahan ambang dengar akibat paparan bising

tergantung pada frekuensi bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat

berupa:

1. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa

terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa

terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

2. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan-lahan

akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai

beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan.

3. Peningkatan ambang dengar menetap

Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat

disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah

3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan.

Patogenesis

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel

rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang

menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan

lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga

mengurangi respon terhadap stimulasi. Daerah yang pertama kali terkena adalah

daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan

oleh jaringan parut. Semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,

menimbulkan degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus

pendengaran pada batang otak. Perubahan anatomi yang berhubungan dengan

paparan bising. Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat,

Page 13: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

membrana basilaris meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian

tengahnya tidak disokong.

Energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang

memacu pelepasan neurotransmitter. Saluran transduksi berada pada membran

plasma pada masing-masing silia yang dikontrol oleh tip links yaitu jembatan

kecil diantara silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan

mekanis pada barisan yang paling atas membuka ke saluran menyebabkan influks

K+ dan Ca++ dan menghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah

yang berlawanan akan menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi

membran. Apabila depolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa

intraseluler. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar

berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan

meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana

neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari

bagian koklea yang rusak.

Keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi

yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas

saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan

bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa

fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan

intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan

kerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang

irreversibel.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada gangguan pendengaran akibat

bising pada tenaga kerja di tempat kerja antara lain:

1. Pengukuran pendengaran.

Page 14: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Dengan melakukan tes pendengaran yaitu pengukuran pendengaran

sebelum diterima bekerja dan pengukuran pendengaran secara periodik

ditempat kerja.

2. Pengendalian suara bising.

Dapat dilakukan dengan cara melindungi telinga para pekerja secara

langsung dengan memakai ear muff atau tutup telinga, ear plugs atau sumbat

telinga dan helmet atau pelindung kepala. Mengendalikan suara bising dari

sumbernya yang dapat dilakukan dengan cara memasang peredam suara dan

menempatkan suara bising atau mesin didalam suatu ruangan yang terpisah

dari pekerja.

3. Analisa bising.

Analisa bising ini dikerjakan dengan cara menilai intensitas bising,

frekuensi bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan

bising. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.

NAB

Telinga mampu menangkap bunyi dalam batas 16-20.000 Hz. Sebagai

patokan umum efek-efek yang merugikan selama 8 jam paparan setiap hari adalah

85 dB dalam frekuensi 1000 Hz. Intensitas dan waktu paparan bising yang

diperkenankan dalam nilai ambang batas yaitu:

No. Intensitas bising ( dB )Waktu paparan Per hari

dalam jam

1 85 8

2 87,5 6

3 90 4

4 92,5 3

5 95 2

6 100 1

7 105 ½

8 110 ¼

Page 15: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan sesuai dengan

Departemen Tenaga Kerja 1994 – 1995

5. PENYAKIT DEBU LOGAM KERAS

Definisi

Logam keras adalah suatu istilah yang dipakai untuk karbida-karbida

logam dipadatkan dari tungstren yang sangat keras (didalamnya telah

ditambahkan sejumlah kecil titanium, tantalum, vanadium, molybderum, atau

karbida kromium) yang diikat bersama oleh kobalt (termasuk besi dan nikel).

Konstituen berbentuk bubuk dan terkompresi dipanaskan dengan suhu tinggi

(1.500oC) dan segera didinginkan. Digunakan dalam proses produksi perkakas,

alat bor, dan bagian-bagian logam dengan tingkat kekerasan tertentu (90-95%

intan).

Ruang Lingkup

Pekerja yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit debu logam keras

antara lain pekerja yang terlibat dalam produksi karbida dalam proses

mencampur, membuat bubuk, membentuk, pemanasan tungku, pengerjaan dengan

mesin, penggerindaan presisi, pekerja dalam proses produksi perkakas,

pengasahan perkakas dan bagian mesin, serta pekerja lain yang bertugas di dekat

tempat kerja memiliki risiko tinggi terkena paparan.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Efek-efek yang ditimbulkan dari debu logam keras yaitu berbagai macam

gejala iritatif termasuk batuk, rhinitis, dispnea mirip asma, dan dispnea pada

pengerahan tenaga. Fibrosis intestinal difus juga dapat terjadi. Penyakit paru dan

saluran pernapasan yaitu bronkhopulmoner merupakan penyakit yang disebabkan

oleh debu logam keras.

Patogenesis

Page 16: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Absorbsi logam keras hanya terjadi lewat paru. Debu yang terabsorbsi

didistribusikan ke bagian-bagian tubuh lewat udara pernafasan dengan partikel

debu yang lain. Partikel debu yang tak larut tertahan dalam jaringan paru,

sementara komponen yang larut dibawa oleh aliran darah ke bagian tubuh lain.

Hanya kobalt yang diekskresi dalam jumlah kecil melalui kemih.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit debu logam keras antara

lain:

1. Pemeriksaan sebelum penempatan

Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan fisik

untuk mengidentifikasi orang-orang yang alergi kulit dan penyakit pernafasan

dan dilakukan foto sinar X dada dan uju fungsi paru dasar yaitu FVC dan

FEW1.0

2. Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan yang dilakukan pada periode waktu setiap tahun, apabila

ditemukan kelainan hendaknya dilakukan uji fungsi paru. Dan uji fungsi paru

yaitu FVC dan FEW1.0 idealnya dilakukan setiap 6 bulan.

3. Langkah teknis

Langkah teknis dilakukan dengan menutup mesin-mesin dan ventilasi

pembuangan lokal yang berfungsi mengurangi kadar debu dalam sesuai NAB.

Penggunaan APD yaitu respirator perlu digunakan pekerja selama paparan

kadar debu tinggi.

NAB

Nilai Ambang Batas pada pekerja akibat debu logam keras tergantung

pada senyawa dan paparan yang timbul, antara lain:

No. Senyawa Paparan

1. Tungsten yang larut 1 mg/m3

2. Tungsten tak larut 5 mg/m3

3. Asap dan debu kobalt 0,1-0,5 mg/m3

Page 17: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

6. PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT

Definisi

Infeksi parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik

yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.

Insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan

penurunan daya tahan tubuh. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan

saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses atau kista).

Parasit cenderung menyebabkan abses seperti pada kasus toxoplasmosis

danamebiasis.

Paparan terhadap mikroorganisme dan parasit infektif hidup dan produk

toksiknya tidak dipungkiri dapat terjadi di tempat kerja. Agen penyebab infeksi

dan paarasit pada tempat kerja terhadap pekerja antara lain virus, klamidia,

bakteri, jamur, protozoa, dan cacing. Kemampuan hidup dari masing-masing

parasit tergantung pada faktor-faktor fisik dan iklim, nutrisi dan multiplikasi serta

adanya reservoir obligat dan vektor binatang pada kasus parasite. Status

imunologi berpengaruh pada jenis organisme tertentu seperti coccidioidomycosis,

histoplasmosis, blastomycosis dan sebagian besar parasit timbul pada pasien

dengan status imunologi baik, sedang cryptococcus ditemukan dengan prosentase

yang sama antara pasien imunosupresi dan orang sehat.

Ruang Lingkup

Penyakit infeksi dan parasit di tempat kerja memiliki risiko tinggi pada

pekerjaan pertanian, tempat-tempat kerja tertentu di Negara beriklim panas dan

belum maju, rumah sakit, laboratorium, klinik, ruang otopsi, pekerjaan yang

berhubungan dengan penanganan binatang dan produk-produknya dan pekerjaan

lapangan dimana terdapat kontak dengan binatang.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

Berikut ini agen penyebab infeksi dan parasit yang memiliki dampak terhadap

Page 18: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

kondisi kesehatan pekerja antara lain virus yaitu hepatitis virus, virus Newcastle,

dan rabies. Pada klamidia dan riketsia yaitu ornitosis, demam Q, riketsiosis yang

ditularkan sengkenit. Pada bakteri yaitu antraks, bruselosis atau demam bolak-

balik, erisipeloid, leptospirosis atau penyakit Well, tetanus, tuberkulosis,

tularemia, dan sepsis luka. Pada jamur yaitu kandidiasis dan dermatofitosis

kulitdan membrane mukosa, kokidiomikosis, dan histoplasmosis. Pada protozoa

yaitu leismaniasis, malaria, dan tripanomiasis. Pada cacing yaitu penyakit cacing

tambang dan skitomosiasis.

Patogenesis

Penyakit infeksi dan parasite pada pekerja di tempat kerja apabila pekerja

yang tidak resisten terhadap infeksi tersebut kontak dengan suatu agen infektif.

Patofisiologi dari masing-masing penyakit berbeda-beda, apabila beberapa agen

dapat menembus kulit utuh seperti antraks, bruselosis, leptospirosis,

skistosomiasis, dan tularemia. Sedangkan agen yang hanya dapat menembus kulit

rusak antara lain erisipeloid, rabies, sepsis, tetanus, hepatitis b atau infeksi jamur

yaitu mengalami maserasi. Protozoa juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui

gigitan serangga antara lain leismaniasis, malaria, riketsiosis, dan tripanomiasis.

Infeksi juga dapat melalui inhalasi atau percikan (droplet), spora atau debu yang

tercemar yaitu kokidiomikosis, histoplasmosis, penyakit virus Newcastle,

ornitosis, demam Q, dan tuberkulosis. Dan agen yang masuk melalui makanan

yang tercemar yaitu hepatitis virus A, diare, dan enterovirus seperti poliomyelitis.

Beberapa penyakit diakibatkan karena reaksi peradangan terhadap toksin, baik

endotoksin maupun eksotoksin yang dihasilkan bakteri selama reproduksinya.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit infeksi dan parasit

antara lain:

1. Pemeriksaan sebelum penempatan

Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan fisik

untuk mengidentifikasi status kesehatan awal pekerja, kerentanan, diagnosis

Page 19: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

dan mengobati kasus laten dan aktif penyakit infeksi. Pda pekerjaan berisiko

tuberculosis dilakukan uji tuberculin dan foto sinar-X dada.

2. Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan berkala mencakup penyusunan catatan medis penyakit demam

atau infeksi dengan penggalian informasi secara sistematis dan pengulangan

uji serologis yang dilakukan sebelumnya, seperti tuberkulin-positif dan foto

sinar-X dada.

3. Perlindungan pekerja

Perlindungan pekerja meliputi pendidikan kesehatan mengenai penyakit

infeksi dan parasit di tempat kerja, profilaksis spesifik yaitu vaksinasi pekerja,

penggunaan APD, dan memberlakukan aturan pelaksanaan yang terdapat di

tempat kerja.

NAB

Nilai Ambang Batas pada penyakit infeksi dan parasit pada pekerja di

tempat kerja yaitu bakteri < 700 koloni/m3 udara dan bebas dari kuman patogen.

7. PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA

Definisi

Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis

memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan

kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah

potensial karena permukaan yang berlemak memudahkan penyerapan bahan yang

mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik.

Agen-agen penyebab penyakit kulit antara lain adalah agen fisik antara lain

tekanan atau gesekan, kondisi cuaca yaitu angin hujan, cuaca beku, matahari,

panas, radiasi, dan serat-serat mineral. Agen-agen kimia digolongkan menjadi

empat kategori, yaitu iritan primer, sensitizer, agen aknegenik, dan

photosensitizer. Sedangkan agen biologis yaitu mikroorganisme seperti mikroba

Page 20: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

dan fungi, parasit kulit dan produk-produknya juga menyebabkan penyakit kulit.

Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan

disebabkan oleh agen antara lain berupa agen-agen fisik, kimia maupun biologis.

Ruang Lingkup

Sumber agen penyakit kulit akibat kerja terdapat dalam pekerjaan industri,

pekerja pertanian, pekerja produksi bahan bangunan, pekerja produksi bahan

kimia, penyepuh elektrik, pencelup warna, pekerja produksi plastik, tukang cat,

petugas kesehatan, pedagang binatang, dan tukang daging.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit kulit akibat kerja dapat terjadi pada pekerja ditempat kerja antara

lain:

1. Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling

sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain

dan penyebabnya tidak mudah dikenali.

2. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis

yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.

3. Akne atau jerawat akibat kerja, merupakan jerawat yang menyerang bagian

yang kontak dengan agen.

4. Dermatosis solaris akut, yaitu penyakit kulit penyakit kulit akibat kerja yang

sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan

tersebut.

Patogenesis

Dari seluruh penyebab-penyebab penyakit kulit akibat kerja, bahan

kimialah yang paling penting, karena bahan kimia banyak digunakan oleh

industri-industri. Ada dua cara bahan kimia ini menimbulkan penyakit kulit, yaitu

dengan jalan perangsangan atau pemekaan kulit atau sensitisasi, bahan-bahan

yang menyebabkan iritasi disebut perangsang primer sedangkan penyebab

sensitisasi disebut pemeka. Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada

kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit dan mengambil air dari lapisan kulit

Page 21: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

dengan oksidasi atau reduksi sehingga keseimbangan kulit terganggu dan

timbullah kelainan kulit.

Agen-agen fisik yang mengenai kulit menyebabkan trauma mekanik,

termal, atau radiasi langsung pada kulit. Iritan tersebut langsung merusak kulit

dengan beberapa cara yaitu mengubah pHnya, bereaksi dengan protein-proteinnya

yang disebut denaturasi, mengetraksi lemak dari lapisan luarnya atau menurunkan

daya tahan atau imunitas pada kulit. Reaksi yang menimbulkan alergi kulit

umumnya hipersensitivitas tipe lambat. Agen sensitilasi bereaksi dengan protein

dalam epidermis membentuk kompleks hapten-protein yang merangsang

pembentukan antibodi. Agen aknegenik menyumbat kelenjar dan saluran sebasea

sehingga menimbulkan peradangan lokal. Photosentizer memiliki dampak

meningkatkan sensitivitas kulit terhadap ultraviolet.

Pencegahan

Adapun upaya penanggulangan secara umum untuk mencegah penyakit

kulit akibat kerja sebagai berikut:

1. Apabila mungkin alergen kuat sensitizer dan karsilogen hendaknya diganti

dengan zat-zat yang kurang berbahaya.

2. Kontak kulit dengan agen penyebab hendaknya di batasi dengan

pengendalian teknologi.

3. Eliminasi kontak kulit dengan bahan penyebab.

4. Pakaian pelindung seperti apron, sarung tangan, topeng wajah.

5. Penyediaan fasilitas dasar untuk kebersihan diri atau hygiene perorangan,

hendaknya di sediakan APD dan penggunaannya diharuskan untuk digunakan

selama jam kerja.

NAB

Nilai Ambang Batas pada penyakit kulit akibat kerja yaitu pekerja harus

bekerja selama 6-8 jam per hari dan 40 jam per minggu di tempat kerja.

Page 22: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

8. PENYAKIT AKIBAT UDARA MAMPAT

Definisi

Udara mampat di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan

pada pekerja. Udara mampat adalah udara pada tekanan yang lebih tinggi daripada

tekanan permukaan laut atau disebut tekanan atmosfer normal. Caison yang diisi

dengan udara mampat digunakan untuk pembangunan di bawah air dan perbaikan

penyangga-penyangga jembatan dan terowongan. Udara mampat dalam caisson

tidak diperkenankan melebihi tekanan 330 kPa, apabila tekanan lebih besar

penggunaan caisson tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan waktu

dekompresi yang terlalu lama.

Ruang Lingkup

Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja yang memiliki

risiko antara lain pekerja dalam terowongan udara mampat dan operasi caisson

serta para penyelam.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Gangguan kesehatan yang merugikan bagi pekerja akibat paparan udara

mampat antara lain barotrauma telinga tengah dan sinus, paru-paru meletus dan

emboli udara otak, sakit dekompresi, keracunan oksigen apabila oksigen

digunakan pada sat dekompresi, dan osteonecrosis akibat disbarisme atau nekrosis

aseptik.

Patogenesis

Udara mampat di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan

pada pekerja yaitu dapat menyebabkan efek mekanis yaitu barotrauma atau

fisiologis akibat peningkatan tekanan parsial gas-gas komponennya. Brotrauma

disebabkan oleh perbedaan tekanan antara kedua sisi membrane timpani dan efek

utama yaitu sakit dekompresi yang diakibatkan oleh pembentukan gelembung-

gelembung nitrogen dalam darah. Pada tekanan atmosfer normal sekitar 12 ml

nitrogen larut dalam 1 liter darah. Pada tekanan 196 kPa, kadar nitrogen dalam

darah adalah sekitar 22 m/liter dan pada 390 kPa sekitar 39 ml/liter. Apabila

Page 23: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

dekompresi menuju tekanan atmosfer terlalu cepat, nitrogen yang larut dalam

darah membentuk gelembung-gelembung dalam darah dan jaringan yang

menyebabkan gangguan sirkulasi dan kerusakan jaringan setempat.

Pencegahan

Adapun upaya penanggulangan secara umum untuk mencegah penyakit

yang disebabkan oleh udara mampat akibat kerja sebagai berikut:

1. Pemeriksaan sebelum penempatan

Pemeriksaan yang meliputi pengambilan riwayat medis dan pemeriksaan

fisik dengan menekankan pada system pernafasan yaitu jalan nafas dan paru-paru,

pendengaran yaitu telinga, dan sistem saraf serta lokomotrik. Untuk osteonekrosis

perlu dilakukan foto sinar-X pada bahu, pinggul, dan lutut.

2. Pemeriksaan berkala

Pemeriksaan berkala mencakup penyusunan catatan medis penyakit

demam atau infeksi dengan penggalian informasi secara sistematis dan foto sinar-

X pada tekanan melebihi 106 kPa dalam periode 1 tahun.

3. Kepatuhan aturan

Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja dapat dicegah

pada sakit dekompresi yaitu dengan kepatuhan pada praktek kerja dekompresi

yang dianjurkan.

NAB

Penyakit akibat udara mampat di tempat kerja pada pekerja dibatasi

tekanan maksimum 330 kPa di tempat kerja.

9. PENYAKIT AKIBAT GETARAN

Definisi

Page 24: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Getaran adalah suatu faktor fisik yang bekerja pada manusia dengan

penjalaran atau transmission dari pada tenaga mekanik yang berasal dari sumber

goyangan atau osilattor dengan asatuan hertz. Ciri utama getaran adalah frekuensi

dalam hz dan intensitas yang diukur sebagai amplitude, kecepatan atau

percepatan. Getaran kerja adalah getaran mekanis yang ada ditempat kerja dan

berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran adalah gereakan teratur dari benda

atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan

(KEP-51/MEN/1999). PAK akibat getaran dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)

Getaran pada seluruh tubuh atau umum yaitu terjadi getaran pada tubuh

pekerja yang sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasan yang dipijak

menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz.

2. Getaran lengan tangan (hand arm vibration)

Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat

pemakaian alat yang bergetar, frekuensinya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang

paling berbahaya adalah 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada

frekuensi ini.

Ruang Lingkup

Perkakas yang bergetar secara luas digunakan dalam industri logam,

perakitan kapal, dan otomotif serta pertambangan, kehutanan, dan pekerjaan

kosntruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor pemantik. Pada

perum perhutani, sumber getaran yang ada pada getaran seperti band resaw, cross

cut, log hand saw, planer, hand saw, double cross cut, dan spindel moulder.

Getaran seluruh tubuh biasanya dialami oleh pekerja pengemudi kendaraan seperti

traktor, bus, helikopter, bahkan kapal. Sedangkan getaran setempat berbahaya

pada pekerjaan seperti supir bajaj, operator gergaji rantai, tukang potong rumput,

gerinda, penempa palu.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Page 25: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,

urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi). Gangguan utama

pada sistem vascular, system saraf perifer, dan system skeletomuscular yang

menyebabkan angioneurosis jari-jari tangan, gangguan tulang, sendi, dan otot, dan

neuropati.

1. Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration syndrome)

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh yaitu:

a. Gangguan aliran darah.

b. Gangguan saraf pusat, menyebabkan kelemahan degeneratif saraf.

c. Gangguan metabolisme/pencernaan dan pertukaran oksigen dalam paru-paru.

d. Gangguan pada otot atau persendian.

e. Gejala yang timbul yaitu pusing, mengantuk, sakit perut, mual, pegal-pegal,

dan kaki kesemutan.

2. Getaran Setempat (Hand Arm Vibration syndrome)

HAVS adalah kumpulan gejala vaskuler, neurologik and muskuluskeletal

yang mengenai jari, tangan dan lengan. Yang disebabkan oleh penggunaan alat

alat yang menggetarkan tangan khusunya bor, gerinda, bor listrik, dan alat

pembuat lubang pada beton (jackhammer). Sensitivitas maksimum pada frekuensi

12 – 16 Hz. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah WFS (White Fingers

Syndrome) berupa penyempitan pembuluh darah, gangguan saraf perifer,

gangguan tulang sendi dan otot.

Patogenesis

Penyakit akibat getaran di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan

kesehatan pada pekerja walupun dampak yang ditimbulkan tidak segera dirasakan

namun muncul setelah bekerja selama beberapa tahun. Getaran diukur dengan

menentukan besarnya energi mekanik yang dihantarkaan per satuan permukaan

Page 26: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

selama periode waktu tertentu. Energi mekanis merupakan frekuensi dan

intensitas gerakan osilasi sehingga menghasilkan getaran. Besar energy yang

diabsorbsi terdiri dari frekuensi, intensitas, dan lamanya getaran. Penghantaran

dan penghilangan energi getaran pada manusia tergantung pada intensitas getaran,

arah kerja getaran, postur tubuh, tegangan otot, sifat fisik tubuh dan ciri-ciri

antropometrik.

Pencegahan

Penyakit akibat getaran pada pekerja di tempat kerja dapat dicegah dengan

melakukan beberapa upaya pengendalian sebagai berikut:

1. Pengendalian secara teknis

a. Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getaran (dilengkapi

dengan damping atau peredam).

b. Menambah atau menyisipkan damping antara tangan dan alat, misalnya

membalut pegangan alat dengan karet.

c. Memelihara atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagian-

bagian yang aus atau memberi pelumas.

d. Meletakkan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakkan diatas meja yang

tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran disekelilingnya.

e. Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran,

karena dikendalikan dari jauh.

2. Pengendalian secara administratif dilakukan dengan cara merotasi pekerja dan

mengurangi jam kerja.

3. Pengendalian secara medis dapat dilakukan untuk pemulihan gejala akibat

getaran agar peredaran darah kembali lancar yaitu pemanasan tangan dengan

air panas, pemijitan, meniupkan udara panas ke tangan, dan menggerakkan

tangan secara berputar.

4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu menggunakan sarung tangan

yang dilengkapi dengan peredam getar misalnya berupa busa.

Page 27: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

NAB

Penyakit akibat getaran pada pekerja di tempat kerja memiliki nilai

ambang batas getaran untuk pemajanan seluruh tubuh di atas 10 m/dt2 sama sekali

tidak diperkenankan. Berikut ini Nilai Ambang Batas getaran untuk pemajanan

seluruh tubuh:

Jumlah waktu perhari kerjaNilai percepatan pada

frekuensi dominan ( m/det2 )

4 jam

2,5 jam

1 jam

25 menit

1 menit

1,5 m/dt2

1,5 – 3 m/dt2

3 – 5 m/dt2

5 –  6 m/dt2

6,3 – 10 m/dt2

Sedangkan nilai ambang batas getaran untuk pemajanan setempat lengan

dan tangan sebagai berikut:

Jumlah waktu perhari kerjaNilai percepatan pada

frekuensi dominan ( m/det2 )

4 jam

2 jam

1 jam

Kurang dari 1 jam

4 m/dt2

6 m/dt2

8m/dt2

12 m/dt2

Sumber: Menteri Tenaga Kerja, nomor: KEP-51/MEN/1999

10. PENYAKIT AKIBAT DEBU MINERAL

Definisi

Bentuk-bentuk mineral Kristal utama yang dianggap sebagai silica bebas

(Si02) adalah kuarsa, tridmit, dan kristobalit. Batu-batuan umumnya mengandung

Page 28: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

silica bebas yang terbawa udara berasal dari peledakan, penggerindaan,

penghancuran, pengeboran, dan penggilingan batuan. Pneumokoniosis yang

disebabkan debu mineral sklerogen antara lain silicosis, antrakosiliosis dan

asbestosis. Silikosis dengan tuberculosis paru juga dianggap sebagai

pneumoniosis yang berhubungan dengan debu apabila silikosisnya merupakan

suatu faktor esensial yang berperan sebagai penyebab ketdakmampuan atau

kematian.

Ruang Lingkup

Penyakit akibat debu mineral di tempat kerja berisiko tinggi antara lain

pada pekerja menambang dan ekstraksi batu-batu keras, penghalusan dan

pemolesan batu, pencetakan, pembentukan, penyemprotan pasir di tempat

pengecoran dan pembersihan bangunan, pengerokan wadah rebus, pabrik

keramik, porselin, dan enamel serta pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan pasir

sebagai amplas.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit akibat debu mineral ditempat kerja yaitu pnemokoniosis karena

debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis)

dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab

cacat atau kematian.

Patogenesis

Penyakit akibat debu mineral di tempat kerja dapat masuk dalam saluran

pernafasan menuju paru-paru melalui tahapan retenst dan eliminasi yaitu :

1. Retenst

Partikel-partikel debu dengan diameter 5-15 um yang mengendap pada

saluran nafas dapat dibersihkan oleh gerakan mukosiliar, tetapi partikel

Page 29: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

berdiameter 0,5-5 um yangsampai di saluran napas terminal atau lebih jauh

mungkin tertahan.

Partikel debu yang tertahan di paru-paru diambil oleh makrofag yaitu

fagosit mononuclear dan diangkut ke saluran nafas kemudian dibersihkan ke

parenkim paru. Apabila sel-sel yang berisi debu tersebut mati, maka pertikel yang

dilepaskan akan diambil oleh sel lain. Namun si-sei lain ini terbunuh sehingga

tercipta suatu reaksi derajat rendah yang berkelanjutan yang mengarah pada

pembentukan jaringan parut setempat (nodul-nodul) sering kali terjadi di saluran

napas terminal.

Debu silica bebas berbeda dalam hal kemampuan mematikan sel, dan

aktivitas ini dapat diperlambat oleh adanya debu-debu lain dan zat kimia yang

mempengaruhi permukaan pertikel kuarsa. Mekanisme perlindungan tubuh

normal yaitu dengan melapisi partikel debu dengan suatu glikoprotein kaya besi

tampaknya tidak efektif pada kasus partikel silica bebas.

2. Eliminasi

Eliminasi partikel-partikel kuarsa terutama saat bercampur dengan debu

lain dapat terjadi selama beberapa hari pertama setelah inhalasi lewat bronkus dan

trakea. Debu yang tertahan meningkat dalam peninggian tingkat paparan, paparan

terhadap debu yang tinggi pada masa lalu, dan adanya penyakit paru terutama

tuberkulosis. Partikelyang tertahan dalam pertikel paru tersebut jarang diangkut

melalui kelenjar limfe hilus. Hal ini menyebabkan kerusakan pada paru dan

kelenjar limfe halus.

Pencegahan

Beberapa upaya pencegahan umumnya dilakukan untuk mengurangi

penderita silicosis, antara lain:

1. Subsituasi, baik sekali jika dapat dilaksanakan misalnya dalam proses

“sandblasting“ yaitu proses meratakan permukaan lugam dengan debu pasir

yang disemprotkan dengan tekanan tinggi diganti dengan bubuk alumina.

Page 30: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

2. Mengurangi kadar silika bebas didalam mangan, caranya dengan ventilasi

umum dan local. Ventilasi umum antara lain dengan mengalirkan udara

keruang kerja dengan membuka pintu dan jendela, cara ventilasi local atau

pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap debu dari ruang kerja

keluar.

3. Dianjurkan cara-cara kerja ynag memungkinkan berkurangnya debu udara,

misalnya dengan pengeboran basah (wet drilling).

4. Menggunakan alat perlindungan diri para pekerja dengan masker standar.

NAB

Penyakit akibat debu mineral ditempat kerja memiliki nilai ambang batas

debu mineral pada pekerja yaitu:

Jenis debu Konsentrasi maksimal

Debu total 10mg/m3

Asbes bebas 5 serat ml udara dengan panjang serat 5 mikron

Silica total 50 mg/m3

11. PENYAKIT AKIBAT RADIASI IONISASI

Definisi

Radiasi ionisasi adalah jenis radiasi yang dapat mengionisai atom-atom

atau materi yang dilalui nya. Secara garis besar radiasi ionisasi dibagi menjadi 2

yaitu radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi partikel meliputi

positron, neutron dan inti-inti ringan yang umumnya dibuat oleh manusia. Radiasi

elektromagnetik meliputi gelombang radio, gelombang televisi, sinar gamma,

sinar inframerah, cahaya tampak dan sinar X. Penggunaan dosis minimum sinar X

dengan nilai yang melebihi batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan atau

perubahan pada jaringan yang terpapar.

Jaringan yang sangat rentan terhadap bahaya radiasi antara lain adalah

kulit, limfatik, hemopoetik, leukopoetik, glandula mamary, thyroid, tulang pada

pusat pertumbuhan epifise, epitel germinal atau gonad. Oleh sebab itu, kehati-

Page 31: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

hatian dalam penggunaan radiasi sangat diperlukan, karena kemungkinan

terjadinya kesalahan dalam penggunaan radiasi sangat besar. Radiasi ionisasi

mempunyai sifat tidak berwujud atau tampak, tidak berbau dan tidak memberikan

rangsangan fisik langsung pada objek yang terpapar. Efek radiasi pada objek yang

terpapar sangat berbahaya dan bersifat kumulatif dari penyinaran yang terus

menerus. Efek yang sering muncul antara lain erithema, alergi hingga mutasi

genetik.

Ruang Lingkup

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ionisasi di tempat kerja memiliki

risiko tinggi terhadap pekerja penambang dan pekerja pabrik uranium, pekerja

reaktor nuklir dan proyek energi atom, operator radiografi industri, petugas

kesehatan khusus radiologi, pekerja industri radionuklid, ilmuan yang

menggunakan bahan radioaktif untuk riset, dan pengecat lempeng-lempeng

berkilau.

Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion. Paparan radiasi ionisasi terhadap jaringan tubuh menyebabkan 2 jenis

efek yaitu akut (segera) dan kronik (menahun) sebagai berikut:

1. Efek akut

Efek akut menghasilkan kerusakan sel parenkim akibat dosis yang besar

dari radiasi ionisasi. Perubahan pada kulit termasuk eritrema, desquamasi kering,

desquamasi lembab dan pengelupasan kulit. Pemaparan lokal terhadap organ

radiosensitif lainnya seperti kelenjar tyroid, organ lymphoid, usus dan ginjal dapat

menyebabkan hilangnya sel parenkim yang mmengarah pada kegagalan organ dan

disfungsi. Efek akut radiasi terhadap tubuh mengakibatkan kerusakan berbagai

organ yang berbeda yaitu sindrom sumsum tulang (hematopoietik), sindrom

gastrointestinal dan sindrom cerebrovascular.

2. Efek kronis

Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi dosis

rendah dari implan radioaktif atau sumber eksternal, bisa menyebabkan

Page 32: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

terhentinya menstruasi (amenore), berkurangnya kesuburan pada pria dan wanita,

berkurangnya gairah seksual (libido) pada wanita, katarak dan berkurangnya

jumlah sel darah merah (anemia), sel darah putih (leukopenia dan trombosit

(trombositopenia). Dosis sangat tinggi pada bagian tubuh tertentu bisa

menyebabkan rambut rontok, kulit menipis dan terbentuknya luka terbuka (ulkus,

borok), kapalan dan spider nevi (daerah kemerahan seperti laba‐laba akibat

pelebaran pembuluh darah kecil dibawah permukaan kulit).

Patogenesis

Sinar Roentgen menghasilkan pasangan elektron (ionisasi) di dalam

jaringan. Karena kebanyakan jaringan mengandung 70 air persen, ionisasi

molekul air menyebabkan pembentukan radikal aktif bebas. Radikal bebas ini

yang kebanyakan menyebabkan kerusakan pada jaringan. Persentase yang kecil

dari Sinar Rontgen saling berhubungan secara langsung dengan DNA,

menghasilkan beberapa perubahan potensi, seperti Efek ini dapat diminimalisir

dan diperbaiki secara enzimatis dengan cepat atau dapat mengakibatkan kematian

pada sel tersebut. Tergantung dari jaringan yang terlibat, radiasi sinar‐rontgen

dapat mempunyai efek yang bermacam‐macam dari mulai sinar yang tak dapat

dilihat hingga menyebabkan kematian. Jenis jaringan yang yang disinari

mempunyai dampak atas efek radiasi. Sebagai contoh, suatu jaringan yang tidak

aktif membelah, seperti otot, boleh menerima suatu dosis yang relatif tinggi.

Sebaliknya dengan jaringan yang aktif membelah, seperti epithelium yang

berhubungan dengan usus dan sumsum tulang, adalah sengat berespon terhadap

radiasi.

Dua jaringan lain yaitu gonad dan fetus, mempunyai arti penting

berkenaan dengan keselamatan radiasi. Kedua jenis jaringan ini sangat sensitive

dengan radiasi sinar Roentgen. Fetus yang lebih muda mempunyai potensi yang

besar untuk mengalami kerusakan, berupa kematian embrio, malformasi

kongenital dan gangguan pertumbuhan.

Pencegahan

Page 33: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Beberapa upaya pencegahan umumnya dilakukan untuk mengurangi

radiasi ionisasi, antara lain:

1. Mengurangi lamanya paparan.

2. Mempertahankan jarak yang aman antara pekerja dan sumber radiasi.

3. Membentengi sumber radiasi dengan bahan-bahan yang menyerap radiasi

ionisasi.

4. Menerapkan aturan mengenai batas paparan untuk radiasi ionisasi.

5. Wanita hamil hendaknya tidak mengalami paparan tahunan melebihi 30%

batas ekuivalen dosis.

NAB

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ionisasi di tempat kerja memiliki

nilai ambang batas pada pekerja sebagai berikut:

Bagian Tubuh / individual Rata- rata

per minggu 

(rem)

Maksimum per 

quarter (rem)

Maksimum per 

tahun (rem)

Pekerja

Kulit seluruh badan - 10 30

Tangan, lengan, kepala, leher, 

kaki dan mata kaki

1,5 25 75

Wanita subur 0 0 0,5

Masyarakat umum

Seluruh badan 0,1 0,5

Pelajar - 0,10

Populasi - 0,17

Page 34: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

REFERENSI

http://cpddokter.com/home/index.php?

option=com_content&task=view&id=1677&Itemid=38 diakses pada

tanggal 20 Mei 2014

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-

3.htm diakses pada tanggal 28 Mei 2014

http://www.proz.com/?sp=gloss/term&id=7481734 diakses pada tanggal 25 Mei

2014

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 1993 tentang Penyakit

Yang Timbul Karena Hubungan Kerja

Koesyanto, Herry. 2014. Penyakit Akibat Kerja. Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

Oktaviani A. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak

Iritan pada Karyawan Pabrik Pengolahan Aki Bekas di Lingkungan

Page 35: Rangkuman Penyakit Akibat Kerja

Industri Kecil (LIK) Semarang. Semarang: Skripsi Universitas

Diponegoro.

Sekar Agustin. 2011. Hubungan Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen

Dioksida (NO2) dengan jumlah Asma di Jakarta Pusat tahun 2007-2011.

Jakarta: Skripsi Universitas Indonesia.

Swamardika, I.B. Alit. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik

terhadap Kesehatan Manusia (Suatu Kajian Pustaka). Teknologi Elektro

Vol. 8 No.1 Januari - Juni 2009. Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Udayana.