preskes kolestasis dila muvida ferika

Upload: muvidasaleh

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    1/26

    LAPORAN KASUS

    KOLESTASIS

    Oleh :

    Aldila Desy K. G99122012 / F-19-2014

    Muvida G99122080 / G-10-2014

    Ferika Brillian S. G99131084 / G-11-2014

    Pembimbing :

    Evi Rokhayati, dr., Sp.A, M.Kes

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    2014

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    2/26

    BAB I

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. RJ

    Umur : 1 bulan 3 minggu

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Alamat : Karanggede, Boyolali

    Tanggal masuk : 4 September 2014

    Tanggal Pemeriksaan : 4 September 2014

    No. RM : 01 26 76 08

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita.

    A.

    Keluhan Utama

    Kuning

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien merupakan pasien kontrol di poli RSDM dengan keluhan

    kuning. Bayi lahir di bidan secara normal pada UK 37-38 minggu,

    langsung menangis. Bayi lahir dengan berat 3100 gram. Bayi diberi ASI,

    tidak diberikan susu formula, menetek kuat, demam (-), gangguan

    napas/sesak (-). Sekitar 7 hari sebelum masuk rumah sakit bayi mulai

    tampak kuning, demam (+) sumer-sumer, sesak (-), malas menetek (-),

    menangis kuat (+), gerak aktif (+), rewel (+), batuk pilek (-). BAK warna

    seperti teh dengan jumlah banyak. BAB 2x dengan konsistensi air lebih

    sedikit dari ampas dan warna putih seperti dempul.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat infeksi : disangkal

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    3/26

    Riwayat alergi : disangkal

    D. Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat hepatitis : disangkal

    Riwayat sakit serupa : disangkal

    E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

    Pemeriksaan di : Bidan

    Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan

    Trimester II : 2x/ 1 bulan

    Trimester III : 1x/ 1 minggu

    Keluhan selama kehamilan : tidak ada

    Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet

    penambah darah.

    F. Riwayat Kelahiran :

    Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang

    45 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia

    kehamilan 37-38 minggu.

    G. Riwayat Postnatal

    Ke puskesmas saat usia 1 bulan untuk menimbang badan dan

    mendapat imunisasi.

    H. Riwayat Imunisasi

    Hb 0 : 0 bulan

    BCG, Polio 1 : 1 bulan

    DPT/Hb 1, Polio 2 : belum

    DPT/Hb 2, Polio 3 : belum

    DPT/Hb 3, Polio 4 : belum

    Campak : belum

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    4/26

    An. RJ, , 1 bulan 3 minggu,4,1 kg

    Tn. BY, 28 tahun Ny. Y, 25 tahun

    II

    I

    III

    Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.

    J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

    1 bulan : tersenyum

    Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.

    K. Riwayat Makan Minum Anak

    ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diberikan tiap kali menangis,

    lama menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri, sesudah

    disusui anak tidak menangis.

    L. Pohon Keluarga

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Keadaan Umum

    Keadaan umum : tampak sakit sedang, kompos mentis

    Status gizi : kesan cukup

    B. Tanda vital

    BB : 4,1 kg

    TB : 50 cm

    Nadi : 100 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris

    RR : 24x/menit

    Suhu : 37 C (per aksiler)

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    5/26

    C. Kulit

    Warna sawo matang, ikterik (+), ujud kelainan kulit (-)

    D. Kepala

    Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

    E. Mata

    Konjungtiva pucat (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (+/+),

    pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), air mata (+/+)

    F. Hidung

    Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

    G. Mulut

    Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)

    H. Telinga

    Normotia, sekret (-), tragus pain (-), mastoid pain (-)

    I. Tenggorok

    Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)

    J. Leher

    Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak

    meningkat

    K. Thorax

    Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri

    Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

    Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

    Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

    Batas paru-hepar : SIC V kanan

    Batas paru-lambung : SIC VI kiri

    Redup relatif : SIC V kanan

    Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)

    Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara

    tambahan (-/-)

    Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

    Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    6/26

    Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

    Kiri atas : SIC II LPSS

    Kiri bawah : SIC IV LMCS

    Kanan atas : SIC II LPSD

    Kanan bawah : SIC IV LPSD

    Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,

    bising (-)

    L. Abdomen

    Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa

    abdomen (-), turgor kulit kembali cepat.

    M.Urogenital : oedema skrotum (-), phymosis (-)

    N. Anorektal :hiperemis (-)

    O. Ekstremitas

    Akral dingin - - oedema - -

    - - - -

    Capillary Refill Time= 2 detik, Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat

    P. Perhitungan Status Gizi

    Secara Antropometris

    BB : 74 kg

    Umur : 15 tahun

    TB : 160 cm

    BB : 74 x 100% = 132, 14% %P90< BB/U < P97

    U 56

    TB : 160 x 100% = 94,11 % TB/U P10

    U 170

    BB : 74 x 100% = 154,17%

    TB 48

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    7/26

    (CDC, 2000)

    Status gizi secara antropometris : gizibaik.

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 25 Agustus 2014 pukul 06.25

    Hb : 12,1 g/dL

    Hct : 36 %

    AE : 5.190.000 /L

    AL : 9.900 /L

    AT : 357.000 /L

    GD : A

    MCV : 88,9 / um

    MCH : 28,3 pg

    MCHC : 33,8 g/dL

    Na : 138 mmol/L

    K : 4,8 mmol/L

    Cl : 102 mmol/L

    V. RESUME

    Pasien merupakan pasien kontrol di poli RSDM dengan keluhan

    kuning sejak sekitar 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam (+) sumer-

    sumer, sesak (-), malas menetek (-), menangis kuat (+), gerak aktif (+),

    rewel (+), batuk pilek (-). BAK warna seperti teh dengan jumlah banyak.

    BAB 2x sehari warna putih seperti dempul. Pasien sehari-hari

    mengkonsumsi ASI, tidak menggunakan susu formula.

    Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur. Riwayat

    perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal

    baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 37-38

    minggu, pemeliharaan postnatal baik.

    Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum kompos mentis

    dan gizi kesanbaik. Tanda vital Nadi: 100x/menit, RR: 24x/menit, Suhu =

    37o

    C, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status gizi secara

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    8/26

    antropometris (WHO, 2005) : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium

    didapatkan, Hb: 12,1 g/dL, Hct: 36 %, AE: 5.190.000 /L, AL: 9.900/L,

    AT: 357.000/L, GD: A, MCV: 88,9 / um, MCH: 28,3 pg, MCHC: 33,8

    g/dl, Na: 138 mmol/L, K: 4,8 mmol/L, Cl: 102 mmol/L.

    VI. DAFTAR MASALAH

    1. Ikterik

    2. BAK teh

    3. BAB putih seperti dempul

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    1. Ikterus e/c dd kolestasis ekstrahepatal

    Kolestasis intrahepatal

    hemolisis

    VIII. DIAGNOSIS KERJA

    1.

    Kolestasis ekstrahepatal dd atresia bilier

    Kolesistitis

    Kolelitiasis

    Koledokolitiasis

    2. Gizi baik

    IX. PENATALAKSANAAN

    Terapi

    1. Rawat bangsal GE anak

    2. Diet bubur 900 kal/hari

    3. ASI/ASB on demand

    4. IVFD Asering (200 cc/kgBB/hr) = 1800 cc / hari = 75 cc / jam = 18 tpm

    5. Probiotik 2xI sachet

    6. Zinc 1x20 mg p.o

    7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap muntah

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    9/26

    Monitoring

    KU dan VS per jam

    Balance cairan per 8 jam

    Status hidrasi perjam selama rehidrasi dan per 8 jam setelah terhidrasi

    Planning

    Feces dan urin rutin

    Pemeriksaan lab darah dan elekrolit post rehidrasi

    Edukasi

    Motivasi keluarga tentang penyakitnya

    ASI tetap diberikan

    Kontrol teratur

    X. PROGNOSIS

    Ad vitam : baik

    Ad sanam : baik

    Ad fungsionam : baik

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    10/26

    Follow Up 4 September 2014

    S:Kuning (+) berkurang, BAK (+) banyak, warna kuning jernih

    muntah (-), demam (-), BAB (+) warna kuning

    O:KU sedang, compos mentis

    VS: Nadi: 110x/menit RR: 26x/menit Suhu: 36,8 C

    Kepala mesocephal

    Mata konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+)

    Hidung NCH (-/-), sekret (-/-)

    Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-)

    Thorax Retraksi (-)

    Cor Bunyi Jantung I-II normal, reguler, bising (-)

    Pulmo Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

    Abdomen Inspeksi: DP//DD

    Auskultasi: BU (+) normal

    Perkusi: Tympani

    Palpasi: supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba,

    Anus Hiperemis (-)

    Ekstremitas

    Akral dingin - - edema - -

    - - - -

    Capillary Refill Time< 2 detik

    Arteri dorsalis pedis teraba kuat

    Hasil USG 30 Agustus 2014: Kolesistitis

    Ass :

    1. Kolesistitis

    2. Gizi baik

    Terapi :

    1. ASI/ASB on demand

    4. Urdafalk 2 x 12,5 mg per oral

    5.

    Inj. Vit A 1 x 5000 IU

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    11/26

    6.

    In. Vit D 1 x 0,25 mg

    7. Inj. Vit E 1 x 100 IU

    8. Inj. Vit K 1 x 2,5 mg

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    12/26

    BAB II

    ANALISIS KASUS

    Pada kasus ini diagnosis kolesistitis ditegakkan berdasarkan :

    A. Anamnesis didapatkan :

    1. Tubuh pasien kuning sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit

    2. BAK pasien berwarna seperti teh

    3. BAB warna seperti dempul

    B. Pemeriksaan Fisik didapatkan

    1.

    Kesadaran: tampak sakit sedang, gizi kesan baik

    2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 100 kali permenit, pengisian cukup,

    kuat; frekuensi pernafasan 24 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu

    adalah 37C.

    3. Kulit kuning (+), sklera ikterik (+/+).

    C. Pemeriksaan penunjang

    1. Pemeriksaan lab darah

    Hb : 12,1 g/dL

    Hct : 36 %

    AE : 5.190.000 /L

    AL : 9.900 /L

    AT : 357.000 /L

    GD : A

    MCV : 88,9 / um

    MCH : 28,3 pg

    MCHC : 33,8 g/dL

    Na : 138 mmol/L

    K : 4,8 mmol/L

    Cl : 102 mmol/L

    2. Pemeriksaan USG

    Kesimpulan: Kolesistitis

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    13/26

    Pengobatan paling rasional untuk kolestasis adalah perbaikan aliran empedu ke

    dalam usus. Medikamentosa untuk stimulasi aliran empedu yaitu dengan

    pemberian fenobarbital dan kolestiramin, ursodioxy cholic acid (UDCA). Selain

    itu perlu terapi suportif, misalnya terapi nutrisi vitamin ADEK:

    A 5.00025.000 U/ hr

    D30,050,2 g/ kgBB/ hr

    E 2550 IU/ kgBB/ hr

    K12,55 mg/ 27 x/ minggu

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    14/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan

    berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi

    atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut

    pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan

    konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).

    B. EPIDEMIOLOGI

    Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

    mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.

    Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5

    % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi

    berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.

    Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :

    Faktor lingkungan

    Gizi

    Kependudukan

    Pendidikan

    Keadaan sosial ekonomi

    Perilaku masyarakat

    Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan

    perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,

    maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

    Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun

    anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah

    pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan

    menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    15/26

    padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan

    masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum

    menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.

    Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing

    keluarga (Irwanto, dkk, 2002).

    C. ETIOLOGI

    Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu

    sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh

    virus adalahRotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virusNorwalk,

    Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,Minirotavirusdan virus bulat kecil.

    Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas

    hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E.

    coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.

    Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.

    Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,

    Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,

    Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,

    Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura(Irwanto, dkk, 2002).

    D. PATOGENESIS

    Virus

    Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili

    usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.

    Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan

    penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum

    matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili

    dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    16/26

    laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel

    vilinya menjadi matang.

    Bakteri

    Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus

    pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari

    penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut

    getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan

    usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V.Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan

    dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas

    penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

    Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae

    dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi

    sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan

    mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan

    sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti

    dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

    Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasifedan Salmonella

    dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel

    mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi

    mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial

    yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau

    terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini

    menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan

    elektrolit dari mukosa.

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    17/26

    Parasit

    Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada

    epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan

    menyebabkan diare.

    Invasi mukosa.E. histolyticamenyebabkan diare dengan cara menginvasi

    epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan

    ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

    Obat-obatan

    Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab

    diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga

    organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri

    akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari

    antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh

    ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam

    empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara

    parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya

    tetrasiklin, kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

    E. PATOFISIOLOGI

    Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

    Diare sekretorik

    Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus

    halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi

    chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah

    sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh

    sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi

    perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin

    bakteri seperti toksinE.colidan V. choleraeatau virus (Rotavirus).

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    18/26

    Diare osmotik

    Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit

    diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang

    larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila

    substansi berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah

    dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus

    sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume

    tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM

    & PLP, 1999).

    Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan

    keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa

    pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi

    (Aswitha, dkk, 2000).

    F. MANIFESTASI KLINIS

    Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu

    makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat

    terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan

    elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar

    cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut

    kering (Aswitha, dkk, 2000).

    Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itusendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam

    menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang

    berbeda-beda :

    Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam

    sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya

    terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila

    intake makanan kurang.

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    19/26

    Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya

    utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

    Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana

    bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat

    serta dehidrasi.

    Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan

    bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal

    jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

    G. PENCEGAHAN

    Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain

    sebagai berikut :

    - Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

    - Promosi pendidikan higiene

    -

    Pemberian ASI eksklusif

    -

    Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

    - Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

    - Menggunakan jamban /wc

    - Menjaga kebersihan makanan dan minuman

    - Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

    - Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

    H. DIAGNOSIS

    1. Anamnesis

    a. Riwayat diare sekarang :

    - Sudah berapa lama diare berlangsung

    - Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan

    jumlah tinja

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    20/26

    -

    Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah

    tidak)

    - Muntah (frekuensi dan jumlah)

    -

    Demam

    - Buang air kecil terakhir

    - Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

    - Jumlah cairan yang masuk selama diare

    - Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,

    oralit)

    -

    Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya

    - Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

    - Kontak dengan orang yang sakit

    -

    Penggunaan antibiotik

    b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama

    c. Riwayat penyakit penyerta saat ini

    d.

    Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.

    e.

    Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan

    yang tidak biasa (Subagyo, 2004).

    2. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,

    kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda

    tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau

    tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir

    dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada

    tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,

    perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.

    Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

    a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)

    -

    Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    21/26

    -

    Keadaan umum baik baik dan sadar

    - Tanda vital dalam batas normal

    - Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,

    mukosa mulut dan bibir basah

    - Turgor abdomen baik, bising usus normal

    - Akral hangat

    Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain

    (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

    b.

    Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih

    tanda tambahan

    - Keadaan umum gelisah dan cengeng

    - Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata

    kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

    -

    Turgor kurang

    - Akral hangat

    - Pasien harus rawat inap

    c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

    - Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda

    tambahan

    - Keadaan umum lemah, letargi tau koma

    - Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata

    tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

    -

    Turgor buruk

    - Akral dingin

    -

    Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    22/26

    Penilaian dehidrasi menurut MTBS

    Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda

    berikut ini :

    Letargis atau tidak sadar

    Mata cekung

    Tidak bisa minum atau malas

    minum

    Cubitan kulit perut kembalinya

    sangat lambat

    Dehidrasi berat

    Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda

    berikut ini:

    Gelisah, rewel

    Mata cekung

    Haus, minum dengan lahap

    Cubitan kulit perut kembalinya

    lambat

    Dehidrasi ringan/sedang

    Tidak cukup tanda-tanda untuk

    diklasifikasikan dehidrasi berat atau

    ringan/sedang

    Tanpa dehidrasi

    1. Pemeriksaan Penunjang

    a.

    Pemeriksaaan tinja

    - Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    23/26

    -

    Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

    - Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)

    - Biakan dan uji sensitivitas

    b.

    Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

    (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare

    yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin

    darah.

    c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

    I. PENATALAKSANAAN

    1. Atasi dehidrasi

    Tanpa dehidrasi

    Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit

    diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah

    dengan dosis:

    -

    < 1 tahun: 50-100 cc

    - 1-5 tahun : 100-200 cc

    - 5 tahun : semaunya.

    Dehidrasi ringan sedang

    Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama

    dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang

    berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air

    besar.

    Dehidrasi berat

    Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat

    100 cc/kgBB. Cara pemberian :

    - < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70

    cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    24/26

    -

    1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70

    cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

    Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB

    selama proses rehidrasi.

    2. Pemakaian antibiotik

    Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai

    dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah

    kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

    3.

    Diet

    Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi

    sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

    4.

    Jangan mengunakan spasmolitika

    5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,

    hiperkalemia atau hipokalemia.

    6.

    Vitamin A

    -

    6 bulan1 tahun : 100.000 IU

    - >1 tahun : 200.000 IU

    7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara

    pencegahan diare (IDAI, 2004).

    Indikasi rawat inap :

    Diare akut dengan dehidrasi berat

    Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

    Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami

    dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah

    > dari 4 kali sehari (Armon, 2001).

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    25/26

    J. PEMANTAUAN

    1)

    Terapi

    Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,

    berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka

    dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3

    hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan

    maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

    2) Tumbuh kembang

    3)

    Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah

    sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami

    gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

    Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum

    dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).

  • 7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute

    diarrhoea management.

    2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.

    Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470471.

    3.

    Ditjen PPM & PLP, 1999.Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

    4. IDAI, 2010.Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :

    58-62.

    5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.

    Salemba Medika. Jakarta, hal : 7379.

    6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional

    Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

    7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.