preskes rm oa genu i

Upload: sofi-ariani

Post on 09-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lk

TRANSCRIPT

Presentasi Kasus Rehabilitasi Medik

SEORANG PRIA 79 TAHUN GERIATRI DENGAN OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

Oleh :MEYNITA PUTRI RAMADHANY G0007212

Pembimbing :DR. dr. Hj. Noer Rachma, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDISURAKARTA2012BAB ISTATUS PASIEN

I. ANAMNESISA. Identitas PasienNama: Tn. TWUmur: 79 tahunJenis Kelamin: laki-laki Agama: IslamPekerjaan: Tidak bekerjaAlamat: Ngablak 3/5 Karang Mojo Tasik Madu, KaranganyarStatus Perkawinan: Menikah Tanggal Periksa: 27 Maret 2012No RM: 01117878B. Keluhan UtamaNyeri pada lutut sebelah kiri

C. Riwayat Penyakit SekarangSejak 5 bulan yang lalu penderita mengeluhkan lutut kirinya kaku, sulit untuk digerakkan terutama setelah bangun tidur pagi. Lutut kaku juga dirasakan bila pasien terlalu lama duduk di lantai. Kaku dirasakan selama kurang lebih 15 menit. Pasien tidak meminum obat ataupun jamu apapun untuk mengurangi kaku tersebut karena menurut pengakuan pasien kekakuan lututnya berkurang dengan dipijat.3 bulan yang lalu pasien mulai merasa lututnya makin sulit untuk digerakkan dan kadang-kadang disertai sedikit rasa nyeri, terutama saat berjalan namun nyeri hilang dengan istirahat. Walaupun pasien merasa ada sedikit gangguan dalam berjalan, namun pasien masih tidak memerlukan alat bantu apapun untuk berjalan.1 bulan yang lalu pasien mengatakan keluhan keluhan yang dialaminya makin bertambah hebat. Lutut terasa nyeri dan panas, nyeri dirasakan terus menerus dan makin bertambah bila digunakan untuk berjalan. Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien kesulitan untuk berjalan hingga harus dibantu dengan menggunakan tongkat. Pasien kemudian berobat ke Puskesmas tapi belum ada perbaikan.Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam dengan kondisi lutut kanan yang sudah agak bengkak, terasa sangat nyeri dan tidak panas. Pasien mengatakan tidak ada keluhan serupa pada sendi-sendi lainnya.D. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat tensi tinggi : disangkal Riwayat sakit gula: disangkalRiwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat alergi: disangkalRiwayat asma: disangkalRiwayat trauma: disangkalRiwayat operasi: disangkalRiwayat mondok: disangkal

E. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat sakit serupa: disangkalRiwayat tensi tinggi: disangkalRiwayat sakit gula: disangkalRiwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat asma: disangkal

F. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok: (+) sejak umur 20 tahun @ 7 batang/hariRiwayat minum alkohol : disangkalRiwayat minum obat-obatan : disangkalpenghilang rasa nyeri Riwayat olahraga : disangkal

G. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang suami yang saat ini tinggal dengan anak yang pertama. Pasien adalah seorang petani. Penderita makan sehari tiga kali, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu, telur, ikan, kadang-kadang daging ayam atau sapi. Penderita tidak punya kegemaran khusus pada makanan-makanan tertentu. Pasien berobat di RSUD Moewardi dengan fasilitas Jamkesmas.

II. PEMERIKSAAN FISIKA. Status GeneralisKeadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukupB. Tanda VitalTekanan Darah: 130/90 mmHgNadi: 80x / menit, isi cukup, irama teratur, simetrisRespirasi: 28x / menitSuhu: 36,5 C per aksilerC. KulitWarna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)D. KepalaBentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam, mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).

E. MataConjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)F. HidungNafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)G. TelingaDeformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)H. MulutBibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (+), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).I. LeherSimetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)J. ThoraxRetraksi (-), bentuk barrel chest, simetris JantungInspeksi: Ictus Cordis tidak tampakPalpasi: Ictus Cordis tidak kuat angkatPerkusi: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebarAuskultasi: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-) ParuInspeksi: Pengembangan dada kanan = kiriPalpasi: Fremitus raba kanan = kiriPerkusi: sonor/sonor Auskultasi: SDV (+/+), suara tambahan (-/-) K. TrunkInspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)Palpasi: massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)Perkusi: nyeri ketok kostovertebrae (-)

L. AbdomenInspeksi: Dinding perut sejajar dinding dadaAuskultasi: Peristaltik (+) normalPalpasi: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak terabaPerkusi: Tympani, pekak beralih (-)M. Ektremitas

Oedem Akral dingin--------N. Status PsikiatriDeskripsi Umum1. Penampilan : Pria, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup2. Kesadaran : Compos mentis3. Perilaku dan Aktivitas Motorik: Normoaktif4. Pembicaraan : Normal5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukupAfek dan MoodAfek: AppropiateMood: EutimikGangguan PersepsiHalusinasi: (-)Ilusi: (-)Proses PikirBentuk: realistikIsi: waham (-)Arus: koherenSensorium dan KognitifDaya konsentrasi: baikOrientasi: Orang: baik Waktu: baik Tempat: baikDaya Ingat: Jangka panjang: baik Jangka pendek: baikDaya Nilai: Daya nilai realitas dan sosial baik Insight: BaikO. Status NeurologisKesadaran: GCS E4V5M6 Fungsi Luhur: dalam batas normalFungsi Vegetatif: dalam batas normalNervus Cranialis: dalam batas normalFungsi Sensorik- Rasa Eksteroseptik: suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal- Rasa Propioseptik: getar, posisi, dan tekan dalam batas normal- Rasa Kortikal: stereognosis, barognosis dalam batas normal

Fungsi Motorik dan ReflekKekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis55NN +2 +2 -- 44NN +2 +2--

P. Range of MotionNECK

ROM PasifROM Aktif

Fleksi0 - 700 - 70

Ekstensi0 - 400 - 40

Lateral bending kanan0 - 600 - 60

Lateral bending kiri0 - 600 - 60

Rotasi kanan0 - 900 - 90

Rotasi kiri0 - 900 - 90

Ektremitas SuperiorROM PasifROM Aktif

DekstraSinistraDekstraSinistra

ShoulderFleksi0-900-900-900-90

Ektensi0-500-500-500-50

Abduksi0-1800-1800-1800-180

Adduksi0-750-750-750-75

Eksternal Rotasi0-900-900-900-90

Internal Rotasi0-900-900-900-90

ElbowFleksi0-1500-1500-1500-150

Ekstensi0000

Pronasi0-900-900-900-90

Supinasi0-900-900-900-90

WristFleksi0-900-900-900-90

Ekstensi0-700-700-700-70

Ulnar Deviasi0-300-300-300-30

Radius deviasi0-200-200-200-20

FingerMCP I Fleksi0-500-500-500-50

MCP II-IV fleksi0-900-900-900-90

DIP II-V fleksi0-900-900-900-90

PIP II-V fleksi0-1000-1000-1000-100

MCP I Ekstensi0-300-300-300-30

TrunkFleksi0-900-900-900-90

Ekstensi0-300-300-300-30

Right Lateral Bending0-350-350-350-35

Left Lateral Bending0-350-350-350-35

Ektremitas InferiorROM PasifROM Aktif

DekstraSinistraDekstraSinistra

HipFleksi0-1200-1200-1200-120

Ektensi0-300-300-300-30

Abduksi0-45 0-450-45 0-45

Adduksi0-45 0-450-45 0-45

Eksorotasi0-300-300-300-30

Endorotasi0-300-300-300-30

KneeFleksi0-100 0-900-1000-90

Ekstensi0 00 0

AnkleDorsofleksi0-300-300-300-30

Plantarfleksi0-300-300-300-30

Eversi0-500-500-500-50

Inversi0-400-400-400-40

Q. Manual Muscle Testing (MMT)NECK

Fleksor M. Sternocleidomastoideum5

Ekstensor M. Sternocleidomastoideum5

TRUNK

FleksorM. Rectus Abdominis5

EktensorThoracic group5

Lumbal group5

RotatorM. Obliquus Eksternus Abdominis5

Pelvic ElevationM. Quadratus Lumbaris5

Ektremitas SuperiorDekstraSinistra

ShoulderFleksorM. Deltoideus anterior55

M. Bisepss anterior55

EkstensorM. Deltoideu55

M. Teres Mayor55

AbduktorM. Deltoideus55

M. Biseps55

AdduktorM. Latissimus dorsi55

M. Pectoralis mayor55

Internal RotasiM. Latissimus dorsi55

M. Pectoralis mayor55

Eksternal RotasiM. Teres mayor55

M. Infra supinatus55

ElbowFleksorM. Biseps55

M. Brachilais55

EksternsorM. Triseps55

SupinatorM. Supinatus55

PronatorM. Pronator teres55

WristFleksorM. Fleksor carpi radialis55

EkstensorM. Ekstensor digitorum55

AbduktorM. Ekstensor carpi radialis55

AdduktorM. Ekstensor carpi ulnaris55

FingerFleksorM. Fleksor digitorum55

EkstensorM. Ekstensor digitorum55

Ektremitas InferiorDekstraSinistra

HipFleksorM. Psoas mayor55

EkstensorM. Gluteus maksimus55

AbduktorM. Gluteus medius55

AdduktorM. Adduktor longus55

KneeFleksorHamstring muscle44

EkstensorQuadriceps femoris43

AnkleFleksorM. Tibialis55

EkstensorM. Soleus55

Status Ambulasi: moderate dependendent

Pengukuran Nyeri dengan VDS Dekstra NilaiSinistra Nilai

1. Nyeri diam2. Nyeri tekan3. Nyeri gerak1131. Nyeri diam 2. Nyeri tekan 3. Nyeri gerak 135

II. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Laboratorium Darah ( 18 Maret 2012) Hb: 14,4 g/dLHct: 40 %AE : 4,44. 106 / ULAL: 6,2. 103 /UL AT : 318. 103 /UL Ureum: 34 mg/dL Kreatinin: 0,9 mg/dL Asam Urat: 3,3 mg/dL Kolesterol Total: 231 mg/dL LDL Kolesterol: 155 mg/dL HDL Kolesterol: 41 mg/dL Trigliserida: 317 mg/dL

B. Foto Genu AP/Lat (20 Maret 2012) Alignment baik Trabekulasi tulang normal Tampak osteofit di eminentia intercondylaris os tibia dekstra dan sinistra Tak tampak erosi/destruksi tulang Tak tampak soft tissue mass/swealingKesan: Osteoarthtritis bilateral

III. ASSESMENT Geriatri Osteoarthtritis Genu BilateralIV. DAFTAR MASALAHMasalah Medis: Geriatri Osteoarthtritis Genu Bilateral

Problem Rehabilitasi Medik1. Speech Terapi: (-)2. Okupasi Terapi: keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari karena nyeri pada lutut 3. Sosiomedik: terkadang membutuhkan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari4. Ortesa-protesa: (-)5. Psikologi: beban pikiran karena keterbatasan melakukan aktivitas sehari - hari6. Fisioterapi : mengurangi nyeri

V. PENATALAKSANAAN Terapi Medikamentosa Meloksikam 7,5 mg 2x1 Ranitidin 2x1 Antasida syr 3x1 Rehabilitasi Medik1. Fisioterapi:Terapi Modalitas MWD ( Micro Wave Diathermy) Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation ( TENS ) Latihan active movement Strengthening exercise otot quadriceps dan hamstring2. Speech Terapi: (-)3. Okupasi Terapi: latihan dalam meakukan aktivitas sehari-hari4. Sosiomedik: memberi edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien5. Ortesa-protesa: (-)6. Psikologi: Psikoterapi suportif , mengurangi kecemasan pasien

VI. IMPAIRMENT, DISABILITAS, dan HANDICAPA. Impairment: Geriatri, keterbatasan dalam ruang lingkup gerak sendi lututB. Disabilitas: pasien masih mampu melakukan kegiatan di masyarakatC. Handicap: keterbatasan aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri pada salah satu lutut

VII. PLANNING Planning Diagnostik: cairan sinovialPlanning Terapi:tidak ada Planning Edukasi: - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi - Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan - Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi- Usahakan memakai deker pada lututnya pada saat beraktifitas untuk menjaga efisiensi sendi lutut- Dianjurkan pada pasien untuk membatasi yang mengakibatkan pembebanan sendi lutut secara berlebihanPlanning Monitoring: Evaluasi hasil terapi.

VIII. GOALA. Perbaikan keadaan umumB. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasienC. Mengurangi nyeri, baik tekan maupun nyeri gerakD. Meningkatkan dan memelihara kekuatan ototE. Meningkatkan dan memelihara LGSF. Mengurangi spasme pada otot quadriceps dan hamstringG. Meningkatkan aktifitas ADLH. Mengatasi masalah psikologis yang timbul akibat penyakit yang diderita pasien

IX. PROGNOSISAd vitam: dubia ad bonamAd sanam: dubia et malamAd fungsionam: dubia et bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. GERIATRIMenua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua atau aging process merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini. Hingga sekarang belum ada definisi yang memuaskan mengenai proses menua ini. Definisi yang paling sederhana ialah "menjadi tua", sedangkan definisi yang lebih kompleks dari Stehler: "Proses menua merupakan perubahan yang berhubungan dengan waktu, bersifat universal, intrinsik, terjadi kerusakan yang progresif, yang mengakibatkan penurunan adaptasi terhadap lingkungan sehingga menyebabkan hilangnya kemampuan organisme untuk bertahan hidup". Sedangkan menurut Harman, proses menua ialah penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit yang berakhir dengan kematian. Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Banyak teori mengenai proses menua ini. Teori yang menjelaskan tentang sebab-sebab menua antara lain: 1. Teori Genetik clock Tiap spesies mempunyai di dalam nukleusnya suatu jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.2. Mutasi somatik (teori Error Catastrophe) Proses menua dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik (radiasi dan zat-zat kimia) Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNARNA), maupun dalam proses translasi (RNAprotein/enzim).3. Rusaknya sistem imun tubuh (with incised Auto-Antibodies) Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca-translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).4. Teori menua karena metabolisme Pada tahun 1935, McKay et al. (terdapat dalam Goldstein, et al, 1989), memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur5. Kerusakan akibat radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh kita jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria (Oen, 1993). Radikal bebas dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non-enzimatik, seperti: vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta-Karoten), dan vitamin E (Tocopherol).Batasan usia lanjut di Indonesia menurut WHO South East Asia Regional Office (Organisasi Kesehatan Dunia untuk Regional Asia Selatan dan Timur) adalah usia lebih dari 60 tahun. Selain istilah usia lanjut, istilah yang sering muncul adalah geriatri. Tidak jarang pasien usia lanjut disalahartikan sebagai pasien geriatri, padahal pasien usia lanjut belum tentu geriatri. Sebaliknya, pasien geriatri sudah pasti berusia lanjut. Kriteria geriattri, sebagai berikut :a. DEP.KES RI 60 69 th usia lanjut 70 th usia lanjut resiko tinggib. WHO : 60 64 th transition to elderly person 65 79 th old 80 th old oldc. Menurut Bould et al (1989) 65 74 th young old 75 84 th old old 85 th oldest old

Konsep "Menua Sehat" Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua, tetapi tetap sehat (healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Dalam hal ini, yang terpenting adalah promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang juga harus dimulai sedini mungkin dengan cara dan gaya hidup sehat. Prevensi yang dimaksudkan adalah mencegah agar proses menua tadi tidak disertai dengan proses patologik. Healthy aging akan dipengaruhi oleh 1. faktor-faktor:Endogenic aging, dimulai dengan cellular aging lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar. 2. Exogenic factor, dibagi dalam penyebab lingkungan (environtment) di mana seseorang hidup dan faktor sosio-ekonomi, sosio budaya, atau yang paling tepat disebut gaya hidup (life style). Faktor exogenic aging tadi, kini lebih Asesmen GeriartriAsesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik, fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun rencana program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen Geriatrik ada 2 macam yaitu :1. Asesmen geriatrik administrative2. Asesmen geriatrik klinikUji Klinis tentang Asesmen Geriatrik1. Hendrik et al (1984) Asesmen Geriatrik mempunyai efek terhadap pencegahan mortalitas, rehospitalisasi dan mengurangi kunjungan ke dokter.2. Rubenstein et al (1984) Asesmen geriatrik menunjukkan keuntungan dengan biaya lebih murah dibandingkan pendekatan perawatan rumah sakit konvensional pada frail elderly.3. Applegate et al (1990) Pengkajian geriatrik memberikan perbaikan fungsi dan menurunkan resiko perawatan di nursing home.4. Stuck et al (1995) Program asesmen geriatrik dirumah dapat memperlambat timbulnya keterbatasan dan menurunkan angka perawatan di institusi kesehatan.Penanganan Holistik (Hadi Martono, 1999; Kane et al, 1999) Mengingat sifat dan karakteristik penderita usia lanjut seperti disebutkan di atas, maka penanganannya harus bersifat holistik, yaitu: 1. Penegakan diagnosis: berbeda dengan tata cara diagnosis yang dilaksanakan pada golongan usia lain, penegakan diagnosis pada penderita usia lanjut dilaksanakan dengan tata cara khusus yang disebut dengan asesmen geriatrik. Cara ini merupakan suatu analisis multidimensional dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim geriatrik. 2. Penatalaksanaan penderita: penatalaksanaan penderita juga dilaksanakan oleh suatu tim multidisipliner yang bekerja secara interdisipliner dan disebut sebagai "tim geriatri". Hal ini perlu mengingat semua aspek penyakit (fisik-psikis), sosial-ekonomi, dan lingkungan harus mendapat perhatian yang sama. Susunan dan besar tim bisa berbeda-beda tergantung pada tingkatan pelayanan. Di tingkat pelayanan dasar, hanya diperlukan tim "inti" yang terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga sosiomedik. 3. Pelayanan kesehatan vertikal dan horisontal: aspek holistik dari pelayanan geriatri harus tercermin dari pemberian pelayanan vertikal, yaitu pelayanan yang diberikan dari Puskesmas sampai ke pusat rujukan geriatri tertinggi, yaitu di rumah sakit provinsi. Pelayanan kesehatan horizontal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan menyeluruh. Dengan demikian, ada kerjasama lintas sektoral dengan bidang kesejahteraan lain, misalnya agama, pendidikan/kebudayaan, olah raga, dan sosial. 4. Jenis pelayanan kesehatan: sesuai dengan batasan geriatri seperti tersebut di atas, maka pelayanan kesehatan yang diberikan harus meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi dengan memperhatikan aspek psiko-sosial serta lingkungan. Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut: Asesmen lingkungan/sosial: petugas sosio-medik Asesmen fisik: dokter/perawat. Asesmen psikis: dokter/perawat/psikolog-psikogeriatris. Asesmen fungsional/disabilitas: dokter/terapis rehabilitasi. Asesmen psikologik: dokter-psikolog/psikogeriatri. Dengan tata cara asesmen geriatric yang terarah dan terpola, maka kemungkinan terjadinya "mis/under diagnosis" yang sering didapatkan pada praktik geriatri dapat dihindari atau dieliminasi sekecil mungkin. Karakteristik Pasien Geriatri1. Penurunan kapasitas fungsional yang meliputi : fisik, psikologik, sosial, ekonomi2. Multi patologik3. Presentasi penyakit tidak spesifik4. Cepat memburuk bila tidak segera diobati5. Resiko komplikasi penyakit dan terapi6. Perlu program rehabilitasiPasien geriatri memiliki beberapa ciri khas, yaitu: multipatologi, tampilan gejala dan tanda penyakit tidak khas, daya cadangan faali menurun, biasanya disertai gangguan status fungsional. Sedangkan di Indonesia pada umumnya disertai dengan gangguan nutrisi.Multipatologi berarti penyakit yang dialami oleh seseorang pada saat yang sama lebih daripada satu. Misalnya seorang pasien wanita yang menderita nyeri sendi (osteoartritis) yang disertai dengan pengeroposan tulang (osteoporosis). Atau seorang penderita dengan penyakit kencing manis, darah tinggi, gangguan persarafan di kaki, dan katarak.

B. OSTEOARTHTRITIS

Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.1. DefinisiOsteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit).2. EtiologiOsteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan sendi.Meskipun akhiran itis menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan suatu penyakit inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukan merupakan komponen utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti kerusakan sendi yang disebabkam oleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukaan artikuler pada osteoartritis tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bervariasi pada tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering terjadi, tapi pada sebagian besar kasus osteoartritis berkembang lambat selama bertahun-tahun, meskipun dapat menjadi stabil atau bahkan membaik dengan spontan dengan restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan pengurangan gejala.Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendi sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium, ligamen, kapsul sendi, dan otot otot yang bekerja melalui sendi; tetapi perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi, remodeling tulang subchondral, dan pembentukan osteofit.Perubahan struktur tulang rawan sendiyang paling dini terlihat pada osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke zona transisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral. Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral menyebabkan dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi degenerasi kartilago mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan sendimeningkatkan stress pada tulang subchondral yang menyebabkan remodeling tulang.Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul pada pasien yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang mengakibatkan kerusakan fungsi sendi. Walaupun insidens OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar suatu proses wear and tear yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian karena beberapa hal, sebagai berikut :1) Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi akibat proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia muda yang dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat kimia.Penyebab OA bukan tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Menipisnya rawan sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi. Di lain pihak pada tulang akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan. Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit marginal, disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur tulang3. Patogenesis Tulang rawan sendiStage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik. Perubahan Tulang.Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit (crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa sendi ronggarongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang denuded dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus. Jaringan Periartikuler.Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.

Perubahan PatologiKartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah; pada sendi sehat, kartilago melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain dengan gesekan sekecil mungkin, seperti gelas dengan gelas. Kartilago biasanya menyerap nutrisi dan cairan seperti spons, dan ini dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan licin. Pada OA, kartilago tidak mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan. Lama-kelamaan kartilago dapat mengering dan retak, bukannya membuat gerakan halus sepeti gelas pada gelas , kartilago yang kasar bergerak seperti kertas amplas dengan kertas amplas lain. Pada kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan terjadinya kontak antara tulang dengan tulang. Rasa sakit pada OA tidak ada hubungannya dengan rusaknya kartilago tetapi timbul karena aktivasi dari nosiseptif ujung-ujung saraf di dalam sendi oleh iritan mekanis ataupun kimiawi. Nyeri pada OA dapat karena penggelembungan dari kapsul sinovial oleh peningkatan cairan sendi, mikrofaktur, iritasi periosteal, atau kerusakan ligamen, sinovium, atau meniskus.

MANIFESTASI KLINIK OAa. Umur: Biasanya manulab. Gender: Umur 45 lebh banyak perempuan Simptom rasa nyeri, dalam, ngilu sakit bila digerakkan kaku pada sendi yang terkena sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling) biasanya < 30 menit lamanya Sering dipengaruhi oleh cuaca Gerakan sendi yang terbatas Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari Ketidakstabilan pada sendi penyangga beban

Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik1. monoartikular atau oligoartikular2. asimetrik3. tangan sendi distal interfalangealHeberdens nodes (osteofit atau pembesaran tulang). Muncul knopknop kecil di ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di ujung sendi ibu jari (Heberdens nodes). Jari tangan dapat membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop serupa dapat timbul di sendi tengan dari jari. sendi proksimal interfalangeal Bouchards nodes (osteofit) Dasar dari ibu jari juga dapat terkena OA Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan nyeri, biasanya akibat dari trauma sendi pertama carpometacarpalosteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi OsteoArthritis di jari tangan adalah tipe yang penyebabnya kemungkinan karena faktor turunan Penderita perempuan lebih banyak (10 kali) dibanding laki-laki, terutama muncul setelah menopause OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai atau dengan pemanasan

4. Lutut Lutut adalah sendi utama penahan berat badan. Sebab itu lutut paling sering terkena OA. Gejala: kaku, bengkak, sakit dan krepitus, sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berjalan, menaiki tangga, bangkit serta duduk dll. Bila tidak diobati, OA di lutut dapat mengakibabatkan cacat Obat-obat, penurunan berat badan, olahraga, dan alat penyangga dapat mengurangi rasa sakit. Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah lutut

5. Panggul Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong; sakit pada saat aktivitas menyangga beban Kaku terutama sesudah istirahat Gerakan sendi terbatas Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat mengurangi tekanan dipanggul. Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gerakan. Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah panggul

6. Tulang Belakang yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4. Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawah dapat disebabkan karena OA di tulang belakang Lemas atau kebal di lengan dan kaki Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yang keras atau duduk dengan memakai bantal penyangga Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf berpotensi untuk timbulnya komplikasi 7. Kaki Terutama sendi metatarsofalangeal

Pemeriksaan Fisik Observasi pada pemeriksaan sendi Proliferasi tulang, kadang-kadang radang sinovium Peka terhadap sentuhan Krepitus Atrofi otot Keterbatasan gerak pasif maupun aktif Perubahan bentuk Evaluasi radiologi Awal OA ringan : Sering belum terlihat perubahan gambaran radiologi OA moderat : Jarak sendi menyempit, Osteofit marginal OA lanjut : Sendi bengkok, Efusi Cairan synovial : - Sangat kental Leukositosis ringan (