poligami dalam perspektif fiqh dan undang...
TRANSCRIPT
POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG-UNDANG
KELUARGA ISLAM NEGERI SELANGOR 2003
OLEH:
MOHD HAFIZ B. MD YUN US
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUD I AH\VAL SY AKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAII DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
142811 I 2007 !\1
POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG-UNDANG
KELUARGA ISLAM NEGERI SELANGOR 2003
SKRJPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gc!ar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
MOHD HAFIZ B. MD YUNUS NIM· I 05044103551
Di Bawah Bimbingan:
l • ,,.--Drs. H A. Basi ff alil. SH. MA
NIP: 150 169 102
KONSENTRASI PERADILAN A GAMA
PROGRAM STUD I AHWAL SY AKHSIYY AH
FAKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUM
UIN SY ARIF lIIDA YA TULLAH
JAKAHTA
1428H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang betjudul .. POLIGAMI DALAM l'ERSPEKTIF F!QH DAN
UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM l\'EGERl SEL\ '\GOR 2003", telah
diajukan dalam sidang munaqasah Fakulta' SY;iri'ah <i<ln liu~11:n t:ni,·crsitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangga\ 4 Jun1 -'' "'7. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk 111ernpc1c1kh gcb: S.t:jan:i Hukum Islam
Program Strata I (S l) pada Jurusan Ahwal Syakbi"yah
Jakarta. 4 Juni 2007
'
Ketua
Panitia Ujian Munaqasah ~ ~" : Pro\'. Dr. H. Muhammad Amin S_urna. SIL Mc'\Jv1l\_1 ~-)
150 210 422
Sekretaris : Kamarusdiana MI-!
150 285 972
Pembimbing : Ors. H. A. Basiq Djalil S.I-l. MH 150 169 102
Penguji I : Ors. Husni Thovvar. M. Au 150 050 919
Penguji II : Sri Hidayati M. A£I 150 282 403
( .................. )
(~--( .. ~~~---i'---'i'-
-~-·
KATA PENGANTAR
Segala puji, dan syukur dipanjatkan kc hadirat Allah S\\'T yang telah
memberikan taufik, hidayah, dan rahmat-Nya. Shalawat, dan salam scmoga scntiasa
tercurah kepada junjungan Saidina al-Mursalin Nabi Muhammad SA\\/, Keluarga,
dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti hingga akhir
zaman.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena
mendapat dukungan dan bantuan dari perbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan
rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. Selaku Dekan
fakultas Syariah & Hukum. UIN Syarif Hidayautullah Jakarta. Dcngan
kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
2. Bapak Ors. H. A. Basiq Djalil, S.I-l., MA., dan bapak Kamarusdiana S.Ag,
MH. selaku Ketua Jurusan, dan Seketaris J urusan Ahwal Sakhsiyyah yang
telah banyak memberi motivasi dan dukungan kepada penulis da!am
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. A. Basiq Djalil. S.H., i'vlr\, selaku doscn pembimbing yang
dcngan sabar mernberi tunjuk ajar. arahan. dan masukan kcpada penulis
hingga tuntas skipsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baiknya
kepada penulis.
4. Selmuh dosen-dosen Fakultas Syarial1 & Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan. karyawan-karyawan vang
banyak membantu penulis memfasalitasi dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Teristemewa buat lbunda Siti Mariah Bt Hj Said dan Ayahda Md Yunus B. Hj
Hasan, serta seluruh ahli keluarga yang amat dicintai, dan disayangi. Terima
kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan
kalian tidak dilupakan. Terima kasih juga atas do'a, dan pengorbanan kalian
yang tidak terhingga serta sentiasa memberi semangat tanpa jemu hingga
penulis dapat_ menyelesaikan pengajian di sini dengan selamat, dan sempurna.
Semoga Allab SWT menempatkan kalian ditempat orang-orang yang soleh
dan mulia. Tidak ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan. melainkan
sebuah kejayaan.
6. Teman-teman sahabat seperjuangan, jutaan terima kasih saya ucapkan karena
turut mendoakan kejayaan, memberi parsitipasi, dan semangat kepada saya
demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini. Tidak lupa juga kepada Insan
yang disayangi Nor Azizal1 Bt Sidiwan karena sentiasa memberi semangat
dan dukungan. Semoga da'oku dan do'amu dimakbulkan oleh Yang Maha
Kuasa.
7. Teman-teman Malaysia yang berada di Indonesia maupun di Malaysia, dan
teman-teman seangkatan 2005/2007 Jurusan Ahwal Sakhsiyyah. Terima kasih
atas kebersamaan kalian dalam mcncmani penulis selama kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan yang
positif kepada para pembaca. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis akan
mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis amat menyedari bahwa dalam penulisan
ini banyak kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan, maka kritik, dan saran yang
bersifat konstruktif sangat diharapkan di dalam rangka perbaikan, dan kesempurnaan
tulisan ini.
Kepada Allah SWT jualah penulis memohon, semoga jasa baik yang telah
kalian sumbangkan menjadi amal soleh dan rnendapat balasan yang lebih baik dari
Allah SWT. Amien
Jakarta: 4 Mei 2007M 18 Jamadil Awai 1428H
Penulis
DAFT AR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... · · · ..................................... .
DAFT AR ISI ........................................................................... ·............................. iv
BABI PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masai ah ......................................................... .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 8
C. Tujuan dan Matlamat Penelitian .............................................. 11
D. Metode Penelitian ................................................................. .. 12
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 13
BAB II MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM
A. Pengertian Fiqh ........................................................................ 15
B. Pengertian Poligami ................................................................. 18
C. Wanita Sebelum Islam............................................................. 20
D. Sejarah Singkat Poligami ......................................................... 24
E. Poligami Dalam Islam.............................................................. 26
F. Alasan Dan Tujuan Melakukan Poligami ................................ 37
BAB III
BAB IV
KEDUDUKAN POLIGAMI DALAM PERUNDANG
UNDANGAN MALAYSIA
A. Kedudukan hukum Islam dalam Pcrundang-undangan
Malaysia ............................. . ························ 43
B. Poligami Menurut Pandangan Undang-undang di Malaysia... 48
C. Syarat-syarat Poligami Menurut Undang-undang Selangor .... 51
D. Prosuder Berpoligami Dalam Undang-undang Selangor......... 53
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 60
B. Rekomendasi............................................................................ 61
DAFTAR PUST AKA........................................................................................... 63
LAMP IRAN-LAMP IRAN
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah s.w.t telah menciptakan makhluk yang ada dalam di alam ini secara
berpasang-pasangan siang berpasangan dengan rnalam. terang berpasangan
dengan gelap, jantan berpasangan dengan betina dan begitulah seterusnya.
Sehingga tumbuh-tumbuhan pun masing-masing mempunyai jodoh dan
pasangannya. Kalau sudah sampai gi Ii ran untuk manusia, orang akan
menyebutnya dengan istilah lelaki dan wanita. Melalui pasangan ini, maka
berkembanglah manusia dan haiwan yang membentuk sebuah kelompok yang
menghuni bumi Allah ini. 1 Menurut Fimrnn Allah s.w.t yang tercatar di dalam al-
Quran, segala sesuatu yang ada di alam ini dijaclikan berjodohan dan berpasang-
pasangan. Antara ayat-ayat yang menerangkan masalah ini ialah:
J ,, .-'0
U k:3 ,..; ... s~"~·;\ ~j ~~tJ1 J ;; J
~
Artinya:
"Maha Suci Tuhan yalig 1elah menciplakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang di!umbuhkan a/eh bwni dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka !idak ke1ahui ". (Yasin I 36 : 36)
1 Muhan1111ad Ali Al Ban·, Hikn1ah Kcjadian Ala111 Setnesra. (l<-uala Lun1pur; Darul Nu'man, 200 I), him. 7
2
Artinya:
"'Wal1ai rnanusia, sesungguhnya karni 1ncnci; 1toka11 k(l!llli ,l,:: i _,1..·nrung /e/aki dan perempuan, dan menjadikan kamu berba11gsa-ha11g111 hc1.111k11-.111ku supaya kamu soling kenal-mengenali". (al-Hujurat 149: 13)
,,. 0 J ,,.,.. ;;;; J ,, J_,. ,, }"
1',::_ ". 1-:.:. '-1:::.' ;;:i,..( ·< '. 0 <~1:::. jjl '('~'I -"1' 81 1'.'.\G' ~ J_) ~ ~ J ' , ) ,_r.A.J cX r--~ <-?, f"''-!_) _J"J u ~ -
' ;)') a ..-o ,, J,, ;;i "' J..., ~ "" ;;; .r-
:J.l I L!) (b..~Lli) ~ L! ),Ll <-?fll :JJI l_,i'I) ,G) I~ UG.. _; ~ ~) ,,. -- ,,. ,,
J ,, ,,. ,,
(\ : z/,LJ1 ;_;r) ~~ ~ 0\5' Artinya:
"Wahai sekalian manusia, berlakwalah pada TuhanMu yang le/ah menciptakan kamu dari seorang diri (Adcim), dan daripadanya Allah menciplakan islerinya;dan daripadanya Allah memperkembangbiakkan /aki-/aki dan perempuan yang ramai; dan berlakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama Nya kamu sa/ing meminla anlara sa/U sama lain, dan pe/iharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah se/alu menjaga dan mengawasi kamu". ( an-Nisa'/ 4:1)
Semua makhJuk baik bemyawa atau tidak berjodoh, khususnya yang
bemyawa cenderung kepada pasangan atau lawan sejenisnya. Jantan cenderung
dengan yang betina, begitu jua yang sebaliknya. Sama jua halnya dengan
manusia, secara nalurinya lelaki cenderung pada perernpuan dan perempuan akan
cenderung pada lelaki. !tu merupakan sunnah Allah (hukum alam) dalam
rnengatur kehidupan di dunia ini.
3
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dan istimewa
serta telah dilantik sebagai khalifah sejak mula lagi. Melalui pasangan Adam dan
Hawa, maka mula berkembangbiaknya keturunan manusia dibumi ini sehingga
hari kiamat. 2
Untuk memelihara kesucian dan kemulian manusia, Allah telah
menetapkan syariat sebagai gans panduan bagi kehidupan dan kemaslahatan
hambanya yaitu undang-undang perkawinan atau hukum keluarga atau mu 'amalat
'Aliyah. Perkawinan mernpakan salah satu kaedah bagi pembentukkan keluarga
dan untuk melahirkan keturunan. Ia merupakan syariat Allah s.w.t yang
disebutkan di ?alam al-Quran dan juga merupakan salah satu daripada sunnah
Rasulullah s.a.w. 3
Salah satu bentuk perkawinan yang diatur dalam Islam ialah poligami, ia
adalah salah satu bcntuk pcrkawinan yang sangat terkenal scjak zaman jahiliah
sehingga kini. Poligami dalam pengertian umum bennaksud seorang lelaki yang
mengawini lebih daripada seorang percmpuan tanpa had dan syarat tcrtentu.
Tetapi setelah datangnya Islam, maka ajaran ini telah meletakkan had bilangan
perempuan yang boleh dikahwini dalam satu masa dan menentukan syarat-syarat
kelayakan bagi seseorang yang mahu berpoligami.4
2 Syahrun Natution, Fiqh Lengkap Perka11·i11a11, (Kuala Lun1pur: Pustaka Syuhada, 1993), cet kc-2, hhn. 3
3 \Valid Muhan1111ad 'Afif, Panduan Dan Ta1a C'ara Lengkap Kelahiran, Pcrnikahan Dan Ken1atia11 Jvfenurut Aturan !slan1, (Kuala Lurnpur: Pustaka Syuhada, 1996), hhn. 78
4 M.Has\vadi, Poliganzi Dalan1 Perspektif !slan1, J\1akalah Jiukun1 Js/an1 Di Indonesia, (Jaka11a: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Jakarta,2006), him. 2
4
Poligami sebenamya telah dikenal lama oleh masyarakat manusia, yaitu
hubungan dengan perempuan yang boleh digauli dengan jumlah lebih dari satu,
misalnya bagaimana yang berlaku pada Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan
Siti Hajar kerana ingin memiliki keturunan, sementara saat itu Siti Sarah isteri
pertama Nabi Ibrahim belum memiliki keturunan. 5
Sejarah mencatatkan poligami bukan hanya monopoli oleh pemeluk suatu
agama tertentu, bukan juga hak istimewa suatu bangsa atas ras. Poligami itu
sudah ada dikalangan bangsa-bangsa yang hidup pada zaman purba, hampir
seluruhnya; dikalangan bangsa Yunani pada masa kejayaan Athena, dikalangan
bangsa cina, bangsa India, kerajaan Mesir dan lain-lain. Dan poligami yang
diamalkan dikalangan mereka itu tidak terbatas, berapa isteri pun saja boleh.
Agama 'Like' dikerajaan Cina umpamanya memperbolehkan poligami sampai
130 (seratus tiga.ruluh) orang isteri; malahan ada salah seorang raja Cina yang
mempunyai isteri sebanyak 30.000 (tiga puluh ribu) orang.6 Hingga kini praktek
isteri banyak masih tetap tidak dipandang agama, suku dan bangsa.
Islam telah membenarkan poligami bagi laki-laki dan mengharamkannya
bagi perempuan. Untuk mengontrol agar tidak berlakunya penyelewengan dan
dilakukan dengan sewenang-wenangnya, oleh kerana itu Islam sebagai agama
rahmatan Iii 'almin memberi petunjuk yang sesuai dengan kudrat manusia telah
5 l-Iabib Abdurrahn1an assegaff, Poligan1i Dan Kontroversi, /l.1akalah Se1ninar Lintas Agarna, !Jakarta: Fakultas Usuluddin Dan Filsafat UIN Jakarta, 2006), him. I
6 Muhammad Thalib, Tunlunan Poligatni Dan Keutan1aannya, (Bandung: lrsyad Baitus Salam, 200 I) him. 86
5
meletakkan satu gans panduan untuk melayakkan seseorang itu berpoligami.
Pengharusan ini sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran yang merupakan
firman Allah s.w.t:
(i : i./;.L.:J\ o_;y)
Artinya:
Kahwinlah wanita-wanita yang kamu senangi; dua, tiga a/au empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka kawinilah seorang
sahaja. (Surah an-Nisa'/ 4:3)
Islam membenarkan seorang lelaki mempunyai empat orang isteri dalam
satu masa, yaitu satu had bilangan yang mana poligami yang diamalkan sebelum
ini tiada batas. ini bertujuan agar praktek poligami berupaya mengendalikan
tangunggungjawalJ yang sewajarnya dipikul serta memenuhi beberapa syarat yang
telah ditetapkan oleh Islam. Poligami diharuskan dengan syarat seseorang itu
yakin untuk berlaku adil terhadap isteri-isterinya yang termasuk di bawah
tanggungannya. Jika seseorang itu merasa takut atau tidak dapat berbuat
demikian, maka Islam menggalakkannya untuk mengawm1 seorang perempuan
sahaja.
Oleh kerana poligami ini merupakan salah satu perkawinan yang
bcrlangsung d<tlam kchidupan masyarakat kini, dan agar keharusan itu tidak
digunakan sewenang-wenangnya, maka manusia juga telah mengubal satu
6
undang-undang yang berkaitan dengan ha! itu, sepertimana yang telah dilakukan
di Malaysia, yaitu peruntukan oleh Perlembagaan Malaysia kepada setiap propinsi
di bawah Enakmen Undang-undang Keluarga Islam. Ia bertujuan untuk menjaga
kemaslahatan masyarakat dan secara tidak langsung menjamin hak-hak
kepentingan wanita itu sendiri agar tidak.tertindas yang mungkin disebabkan oleh
sikap Jelaki yang berpoligami.
Undang-undang juga turut memandang kepada sikap sesetengah mereka
yang berpoligami, hanya memandang mudah serta mengabaikan tanggungjawab
mereka setelah beristeri lebih daripada seorang, ini dapat dilihat dalam
masyarakat disekeliling kita yang mengamalkan poligami, serig kucar kacir
rumahtangga mereka. Oleh kerana itu terdapat sesetengahnya telah menyalah
anggap poligami yang sebenarnya. Malahan ada yang rnembenci poligami akibat
daripada sikap ~nusia itu sendiri yang menyalah gunakan kelonggaran tersebut,
justru itu mereka tidak bersetuju dengan amalan poligami tersebut dilakukan dan
masyarakat memandang serong terhadap mereka.
Untuk menghindari dari kesalah paharnan itu, perlu dipelajari metode
rnetode pahaman Islam yang rasional, metode ini dapat memahami Islam secara
benar. Empat cara untuk memaharni metode ini ialah:
l. Islam harus dipelajari dari sumbemya yang asli yaitu al-Quran dan as-Sunnah.
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya ia
dipclajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara
scbahagian sahaja.
7
3. Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar dan
sarjana-saijana Muslim.
4. Islam hendaklah dipelajari dari teori normatif teologi yang ada dalam al
Quran dan as-Sunnah baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis,
empiris dan sosiologi yang ada dalam masyarakat. 7
Rasulullah S.A.W sendiri telah melakukan poligami dan baginda
melakukannya dengan sebaik-baiknya. Jika kita lihat, baginda mempunyai alasan
atau sebab mengapa baginda yang mulia berpoligami, ia dilakukan bukan
mengikut hawa nafsu semata-rnata, tetapi mempunyai kepentingan dan
kemaslahatan. bersama. Sewajamya kita menjadikan Rasulullah S.A. W sebagai
contoh dan ikutan yang baik.
Setiap muslim harus menyedari bahawa poligami pada hakikatnya
merupakan instit~si yang pa tut dibanggakan dalam Islam. Inilah jalan keluar yang
ditawarkan Islam untuk menyelesaikan persoalan pelik yang dihadapi oleh
seluruh umat di dunia. Persoalan ini memang hanya bisa diselesaikan dengan earn
kembali kepada ajaran-ajaran Islam. Poligami mirip dengan pintu darurat dalam
pesawat terbang yang hanya bolehdibuka dalam keadaan 'emergency' tertentu.8
lsu poligami begitu hangat diperkatakan dari dahulu sehingga sekarang.
Ramai dikalangan wanita kini telah menyalah anggap terhadap poligami dan
kcdapatan sesctengah daripada mereka yang menbenci poligarni dan menolak
hhn. 2
7 H. Abudin Nata, Metode Studi !slam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), Cet ke-9,
8 l-Iabib Abdurrahn1an Assegaff, Po!iga1ni Dan Kontrovers ... ,Op.Cit, him. 2
8
amalan poligami ini secara total. Ini telah menimbulkan satu kontroversi yang
begitu hangat dikalangan masyarakat masa kini.
Fenomena ini berlaku adalah disebabkan kurangnya pendedahan dan
pemahaman rnercka terhadap korisep sebenar poligami itu sendiri. Masalah ini
makin berat apabila kita sering dengar dan lihat pelbagai masalah yang timbul
sama ada dari suarni yang tidak boleh berlaku adil, tidak boleh memberi nafkah
zahir dan batin terhadap isteri yang terdahulu serta pelbagai masalah yang
mendatangkan darar syar 'e kepada isteri-isteri dan anak-anak.
Kebelakangan ini masyarakat ini terutama kaum wanita yang mengatakan
bahawa seseo.rang yang ingin berpoligami adalah mudah untuk mendapatkan
keizinan daripada pihak hakim. Maka dengan itu kajian ini akan menyelesaikan
sejauh manakah mudahnya bagi seseorang itu berpoligami berpandukan kepada
syariat dan perunlukan Undang-undang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003.
Oleh karena itu, penulis memilihjudul "Poligami Dalam PerspcktifFiqh
Dan Undang-undang Kcluarga Islam Ncgcri Selangor 2003" sebagai judul
skripsi bagi memenuhi syarat untuk memperoleh gelar SI.
B. Batasan Masalah dan Pcrumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk mempermudahkan penulisan dalam mempermudahkan
pembahasan, penulis perlu kiranya menidentifikasi masalah sehingga jelas
masalah yang perlu dibahas. Masalah yang timbul ialah masalah poligami
9
yang sejak kebelakangan ini hangat diperkatakan, terdapat pelbagai
pandangan tentang amalan berpoligami. Ada dikalangan mereka yang
menentang kerana menganggapnya sebagai kolot dan tidak sesuai dengan
perkcmbangan zaman kini. Malah ada yang menyarankan agar poligami itu
dimansukhkan secara total, kerana menganggap ia sebagai satu bentuk
diskriminasi terhadap pere1i1puan yang didasarkan pada keunggulan jenis
kelamin tertentu atas jenis kelamin yang lain. Namun ada juga dikalangan
mereka yang menerima dan menganggapnya sebagai satu keperluan dalam
menuju ke arah pembinaan masyarakat Islamik.
1. Dalam. masalah ini, penulis membataskan masalah ini dengan masalah
poligami yang berlaku dan aturannya menurut pandangan Islam. Oleh
karena itu penulis telah menggariskan beberapa syarat dan peraturan
tertcntu, 1~iaka di sini pcnulis ingin mengupas syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat
berdasarkan kepada al-Quran dan as-sunnah.
2. Untuk mengenal pasti masalah yang dibahas, penulis mengenal pasti
punca masalah yang menjadi pokok dimana masyarakat di Malaysia
klrnsusnya menganggap dalam memperolehi poligami itu mudah, hanya
dengan meminta izin hakim. Oleh karena itu. penulis mahu mengungkap
dengan mengkaji peruntukan poligami di bawah Undang-undang Keluarga
Islam Ncgcri Sclangor 2003. ini bertujuan untuk rncngelakkan daripada
10
berlakunya pelbagai perkara yang tidak diingini kepada pihak isteri dan
suarni.
2. Rumusan masalah
Agar tidak adanya pembahasan yang rnelebar sehingga rnenirnbulkan
kerancuan dalarn kesalah paharnan dalarn penulisan ini, maka penulis
rnerumuskan masalah yang menjadi pokok pernbahasan dalarn penulisan ini
sebagai berikut:
"Persyaratan-persyaratan poligami menurut pandangan fiqh dan
Undang-undang Malaysia tidak selalu identik dengan alasan-alasan yang
rnendorong seseorang untuk rnelakukan poligarni baik poligarni dalarn
perspektif fiqh dan hukum positif, sedang peraturan-peraturan yang perlu
untuk berpoligarni rnenurut Perundang-undangan Keluarga Islam Negeri
Selangor 2003, rnasih pcrlu pcnyelusuran, sesuai dengan dinarnika '
masyarakat". Rurnusan tersebut di atas diperinci sebagai berikut:
a. Apakah yang dirnaksudkan dengan poligarni dan aplikasinya se1ta
perspektif rnenurut pandangan fiqh dan Undang-undang Malaysia?
b. Apakah alasan yang rnenderong seseorang untuk rnelakukan poligarni?
c. Bagairnanakah prosuder serta peraturan-peraturan yang perlu untuk
berpoligami rnenurut pandangan Perundang-undangan Keluarga Islam
Negeri Selangor 2003?
11
C. Tujuan Penelitian
Sebagai penulis tentunya mcmpunya1 tujuan penelitian. Tujuan yang
menjadi sasaran bagi penulis adalah:
I. Untuk mengetahui tentang poligami. aplikasi dan hukumnya dari sudut
pandang Islam.
2. Untuk mengetahui alasan apakah yang mendorong seseorang untuk
melakukan poligami.
3. Untuk mengetahui peraturan-peraturan dan prosuder permohonan untuk
berpoligami seperti yang telah diperuntukan oleh syariat dan Akta Undang-
undang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003.
D. Metode Penelitian
Penulisan ini berdasarkan bahan yang didapati dari hasil penelitian, '
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
Jenis penulisan ialah penelitian historis untuk membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi serta mensistematikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperolehi yang kuat. Manakala sifat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
ialah data yang bersifat explanatmy (menerangkan). Penelitian yang bersifat
menerangkan bertujuan menguji hipotesis-hipotesis lentang adanya hubungan
sebab dan akibat antara pelbagai variable yang ditcliti.
12
Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan cara studi kepustakaan
dengan mengambil data-data kualitatif yang bersumber literature yang terkait
dengan topik pembahasan, data tersebut dibaca, diseleksi dan analisa dengan
menggunakan analisa kualitatif. Bagi mendapatkan data. penulis mengunjungi
beberapa perpustakaan temrnsuk perpustakaan Negara di Kuala Lumpur,
perpustakaan Universiti Malaya (UM), perpustakaan kecamatan Sabak Bemam
Selangor, perpustakaan Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, perpustakaan utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lain-lain perpustakaan.
Data yang terkumpul selanjutnya diolah, pertama data diseleksi atas dasar
reliabitas dan .validitasnya, data yang rend ah reliabitas dan valiaditas dan yang
kurang lcngkap digugurkan atau dilengkapi dengan data yang lainnya.
Selanjutnya data yang lulus dalam seleksi diatur dalam tebel agar
mempermudahkan pengolahan selanjutnya. Selanjutnya dalam menganalisis '
penulis menggunakan analisa non stastik yang scsuai untuk data deskriptif atau
tcxtuar. Data deskriptif sering hanya dianalisis mcnurut isinya dan kerana itu ia
sebut isi. (content analysis).
Sebagai sumbcr pnmrer, penulis meneliti dan mengumpulkan sumber
tertulis dari buku-buku untuk mendapatkan data-data yang terhubung dengan
penulisan skripsi ini. Melalui pengumpulan data yang diambil dari tulisan tokoh-
tokoh yang diangkat, makalah-makalah, seminar, jurnal dan majalah yang
menjadi sumbcr sekunder sebagai pcnunjang penulis.
13
Adapun teknik penulisan, penulis merujuk kepada sistem penulisan skripsi
yang terdapat di dalam buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Hasil dalam penulisan ini dibagi dalam empat ([V) bab, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, memaparkan tentang landasan hukum Islam yang berkaitan
dengan poligami meliputi: pengertian poligami, dalil-dalilnya yang bersumberkan
pada al-Quran dan as-Sunnah, hukum poligami, kedudukan wanita sebelum
Islam, lintas sejflrah poligami, perkara-perkara yang menyebabkan te~jadinya
poligami serta tujuan melakukan poligami.
Dalam pembahasan bab yang ketiga, penulisan mcndiskripsi kedudukan
hukum Islam dalam perundang-undangan Malaysia, syarat-syarat poligami
menurut aturan undang-undang, prosuder atau tata earn yang perlu untuk
mengajukan pemohonan berkawin lebih dari satu dan juga kasus-kasus poligami
yang pemah terjadi di Pengadilan Malaysia dengan melihat pertimbangan
pertimbangan hakim dalam memberi keizinan untuk berpoligami.
Bab keempat merupakan bab pcnutup yaitu kesimpulan dan saran-saran
penulis. Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan satu kesimpulan dari
14
skripsi ini. Selain itu dalam bab ini penulis akan mengungkapkan beberapa saran
berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini yang diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan dan sumbangan penulis kepada pihak-pihak tertentu.
BABII
MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM
A. Pengcrtian Fiqh
Kata "fiqh" secara etimologis berarti "paham yang mendalam··. 13ila
"paham" dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah. maka fiqh berarti
paham yang menyampaikan ilmu zhahir pada ilmu batin, kerana itulah At-Tirmizi
menyebut, "fiqh tentang sesuatu" mengetahui batinya sampai kedalamannya. 1 Di
dalam Kamus Dewan "fiqh" be1maksud ilmu pengetahuan tentang hukum dalam
agama Islam. 2
Kata "faqaha" atau yang berakar kepada kata itu dalam Al-Quran disebut
dalam 20 ayat; 19 diantaranya berarti membentuk dari kedalaman paham dan
kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaat darinya. Ada pendapat
yang mengatakan bahawa "fiqh" atau paham tidak sama dengan "ilmu". Meskipun
belum menjadi ilmu, adalah pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap
apa yang dituntut. Ilmu adalah dalam bentuk zhanny seperti paham atau fiqh yang
merupakan ilmu tentang hukum yang zhanny dalam dirinya. 3
Secara definitif, fiqh berarti "ilmu /entang hukwn-hukum syar'i yang
bersifat amaliayah yang digali dan ditemukan dalil-dalil yang tafsilt'.4
1 I-1.A.Basiq Djaiil, Pernikahan Lintas Agan1a Da/an1 Perspektif Fiqlz Dan Kon1pilasi Hukun1 Islam, (Jakaraia: Qalbun Salim, 2005) cet ke-1, him. 22
2 Norsesah Baharom, dkk, Kan1us Delvan, (Kuala Lun1pur: De\'•an Bahasa Di:Ul Pu~taka, 2002), eel ke-3. him. 351
'H.A.Basiq Djalil, Pernikaha11 li111as Agama ... ,Loe.Ci!. him. 22 4 Ibid, him. 22
16
Dalam definisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu kerana fiqh itu semacam
ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan ilmu seperti yang telah
disebutkan di alas, fiqh itu bersifat zhanny. Fiqh adalah apa yang dapat dicapai
oleh mujtahid dengan zhanny, sedangkah ilmu tidak bersifat zhanny sepcrti fiqh.
Namun kerana zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; kerana
dalam definisi ini ilmu digunakanjuga untuk fiqh. 5
Dalam di atas batasan yang disan1ping menjelaskan hakikat dari fiqh itu,
sekaligus juga memisahkan arti kata fiqh itu dari yang bukan fiqh.
Penggunaan kata "syar'iyah" atau "syari'ah" dalam definisi tersebut
menjelaskan bahawa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar' i, yang
berasal dari kehendak Allah. Kata ini sekaligus menjelaskan bahawa suatu yang
bersifat 'aq/i seperti ketentuan bahawa .dua kali dua adalah empat atau bersifat
hissi seperti ketentuan bahawa api itu panas bukankah lapangan ilmu fiqh 6
Kata "amaliah" dalam definisi tersebut menjelaskan bahawa fiqh itu hanya
menyangkut tindak-tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian ha!-
ha! yang bukan amaliah seperti keyakinan tidak termasuk lingkungan fiqh.
Pengunaan kata "digali dan ditemukan" mengandingi arti bahawa fiqh itu
basil dari galian dalam penentuan hukum. Kerananya jika bukan dalam bentuk
basil galian tidaklah disebut fiqh.
5 Ibid, him. 22 6 Ibid, him. 23
17
Kata "tafsili" di sana menjelaskan tentang dalil yang digunakan seorang
faqih. Kerananya ilmu yang diperolehi oleh orang awam dari seorang mujtahid
tanpa dalil tidak termasuk dalam pengertian fiqh.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahawa, .. fiqh itu ada/ah
dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid da/am usahanya menemukan
hukum Allah". 7
Untuk lebih memperjelas dapat kita angkat lima pokok perbedaan antara
syari'at dengan fiqh yakni:8
I. Syari'at terdapat dalam al-Quran dan kitab-kitab hadits. Kalau kita bicara
tentang syari'at yang dimaksud adalah pemahaman manusia, dalam ha! ini
adalah ahli hukum Islam (Mujtahid) yang memenuhi syarat-syarat berijtihad.
2. Syari'at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup lebih luas dari fiqh.
Sedang fiqh tiersifat instrumental, lingkupnya terbatas pada apa yang biasanya
disebut perbuatan hukum.
3. Syari'at adalah ciptaan Allah dan Rasulnya, kerana itu berlaku abadi. Sedang
fiqh adalah karya manusia yang dapat berubah dari masa ke masa atau sesuai
dengan zamannya.
4. Syari'at hanya satu, dan fiqh beragam (lebih dari satu), sesuai jumlah aliran
hukum yang disebut mazhab.
Ibid, him. 22 'Ibid, him. 31
18
5. Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam. Sedang fiqh menunjukkan
keragamannya, sesuai jumlah aliran-aliran hukum atau mazhab-mazhab yang
terdapat dalam Islam.
B. Pengertian Poligami
Salah satu bentuk perkawinan yang senng dipcrbincangkan dalam
masyarakat muslim adalah poligami. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
poligami, berikut ini akan diperjelaskan dahulu sepintas lalu apakah yang
dimaksudkan dengan poligami itu.
Menur~t tinjauan bahasa, poligami (la 'addud az-zaujal = berbilang isteri).
Kata poligami adalah berasal dari bahasa yunani, poly atau polos yang berarti
banyak dan gamien atau gamos yang berarti kawin/ perkawinan, jadi secara
bahasa poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan
yang lebih dari seorang, baik pria maupun wanita. 9
Sedang dalam pengertian umum yang berlaku dalam masyarakat kita
sekarang ini, poligami diartikan seorang laki-laki yang berkawin dengan banyak
wanita. Poligami dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
I. Poliandri, yaitu perkawinan seorang perempuan dengan beberapa orang laki-
laki. Poliandri tidak banyak dipraktekkan, hanya dapat ditemukan pada suku-
suku tertentu, sepe11i pada suku Tuda dan beberapa suku di Tibet. 10
9 Kafrawi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensk/opedia Islam, (Jakarta : PT lchtiar Baru Vanhocvc, 1997), cet. Ke- I 0 him. I 07
10 Musdah Mulia, Pandangan !s/an1 Ten!ang Poliga111i, (Jakarta: Lcrnbaga Kajian Aga1na dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999), cet. I, him. 2
19
2. Poligini, yaitu perkawinan antara seorang laki-Jaki dengan beberapa oang
perempuan. 11
Dan dalam perkembangannya sekarang ini, istilah poligini jarang sekali
kita dengar. hahkan bisa dikatakan istilah ini tidak dipakai lagi dikalangan
masyarakat. Sehingga istilah poligami secara langsung menggantikan istilah
poligini d.t;ngan mengartikan sebagai perkawinan antara seorang laki-laki dengan
beberapa orang perempuan disebut dengan poligami, dan kata ini dipergunakan
sebagai lawan poliandri.
Lawan dari poligami adalah monogami, monogami berasal dari bahasa
Yunani, mono yang berarti satu dan gamiem atau gamos yang berarti perkawinan.
Jadi monogami adalah satu perkawinan yang hanya memperbolehkan seorang
laki-laki mempunyai satu isteri, 12 monogami ini merupakan satu prinsip bahawa
suami hanya mcmpunyai atau isteri pada jangka masa tertentu.
' Poligami merupakan sebuah persoalan yang tak pernah sepi dari
perdebatan terutama kaum perempuan dalam Islam. Bahkan, dikalangan
pengamat luar Islam, menganggap dibolehkannya melakukan poligami ini
membuktikan bahawa Islam sangat mengabaikan konsep demokrasi dan hak-hak
asasi manusia dalam kehidupan suami isteri. Poligami menurut mereka,
mcrupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan (isteri). 13
11 Kafrnwi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensklopedia Islam ... , Op-cit. 12 !hid, hhn. 63 13 Syafiq Hasyin1, ha/-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang lsu-isu Kepere111puanan Da/a111
Islam. (Bandung: Mizan, 2001), Cet ke-ll him. 159
20
C. Wanita Sebelum Islam
Sebelum membahaskan tentang poligami secarn mendalam, adalah lebih
baik menjelaskan dahulu tentang kedudukan wanita sebelum ajaran Islam
he11arak di humi /lllah ini. lni kerana kebanyakkan golongan yang menolak
poligami itu adalah kaum wanita dengan alasan poligami ini merupakan salah satu
bentuk pcnindasan terhadap mereka. Sedangkan Islamlah yang mengangkat darjat
mereka dari tempat yang menghinakan.
Wanita sebelum Islam dalam pandangan masyarakat pada waktu itu sangat
menyedihkan, kerana mereka menilai kaum wanita ini laksana barang dagangan,
hai1a warisan · dan ada pula yang menilai bahawa wanita manusia laknat,
membawa sial dan perendah kedudukan. 14
Bangsa Yunani menilai wanita sangat hina dan sangat rendah, bahkan
mereka menganggap wanita najis, kotor dan jelmaan syaitan. Bangsa Yunani juga
memandang mereka sama seperti barang dangangan, dimana wanita tersebut
boleh diperjualbelikan di pasar-pasar, tidak punya hak apapun, tidak punya hak
mengelola harta sendiri, tidak punya hak mewarisi bahkan tidak punya hak atas
diri sendiri. 15 Bahkan kaum laki-laki mempunyai kepercayaan wanita adalab
sumber segala penyakit dan bencana dan mereka dianggap sebagai makhluk yang
paling rendah, sampai kaum laki-laki tidak maim berada disatu meja makan
H Sufyan Raji .i\bdullah, foligan1i Dan Eksislensinya, (Ja\va Barat: Pustaka al-Riyadh, 2004), him. 58
I~ //Jfd., h!in. 58
21
bersama kaum wanita, lebih-lebih lagi apabila mereka sedang menerima tamu
asing, maka wanita tidak ubah seperti budak dan pelayan. 16
Dalam bangsa Romawi pula, mereka menilai wanita adalah sesuatu yang
tidak bemyawa. Menurut mereka seorang lelaki boleh menyiksa kaum wanita
semaunya yang ada dibawah kekuasaannya, dengan cara menyiram minyak panas
dan mengikat pada tiang malah ada yang sanggup mengikat wanita pada seekor
kuda dan memecunya dengan cepat sehingga meninggal dengan sangat
mengerikan. 17 Begitu jua dengan pelecehan yang lain, kaum wanita hanya
dianggap sebagai pemuas nafsu syahw.at laki-laki, kemesuman dan kecabulan
merebak di mana-mana, bahkan di panggung teater pun mengalami perubahan
drastis, kerana antara materi yang ditampilkannya adalah kontes wanita telanjang.
Dikalangan mereka juga terdapat tradisi mandi bersama antara kaum wanita
dengan laki-laki dl tern pat umum dan disaksikan olch orang banyak. 18
Begitu juga pandangan masyarakat cina zaman dulu, hanya kaum laki-laki
yang memiliki peranan dalam menentukan arah kemana peradaban berjalan.
Kaum wanita sama sekali tidak punya hak waris. Begitu pula jika seorang ayah
meninggal dunia, tidak ada hak bagi anak perempuan untuk mendapatkan harta
warisan. Mereka menganggap kaum wanita ini sebagai makhluk yang rendah
16 Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Te/adan, lsteriisteri, Putri-pulri Dan Sahabot fl'anita Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus Salam. 2005) Cet ke-10, him. 31
17 Sufyan Raji Abdullah, Poligan1i Dan Eksistensinya .:., OP.Cit .. hln1. 59 " Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Teladan, !steri
isteri ... , Op.Cit., hhn. 33
22
yang hanya akan merusak kebahagiaan dan kekayaan. 19 Juga menganggap wanita
punca malapetaka rumahtangga dan keluarga, suami berhak membunuh
seandainya isteri durjana dengan cara menanamnya hidup-hidup. Bisa diwarisi
dan berhak menjual wanita kapan saia. ~o
Di India, masyarakat penycmbah sapi sungguh sangat tidak menghargai
wanita, mereka melakukan wanita sangat tidak manusiawi, bahkan mereka
mengharuskan isteri untuk ikut mati bersama suaminya yang meninggal dunia,
lalu dibakar bersama dalam satu tempat pembakaran. Menurut pandangan India
kuno, seorang wanita tidak punya hak apapun terhadap bapa kandung, suminya,
anak-anak kandungnya, dimana bila meninggal dunia anak-anak mereka tidak di
bin dan dibintikan kepada kepada orang tuanya, namun di bin dan dibintikan
kepada salah seorang anggota kcluarga suaminya dan tidak marnpu menentukan
nasib hidup mere~a sendiri.21
Bagi masyarakat Persia satu ketika dulu, memandang wanita tidak ubah
seperti benda, hewan dan sejeninsya. Seorang anak bisa menikahi ibunya, kakak
kandungnya, adik kandung, bibi, tante dan keponakannya jadi tidak ubah seperti
embek atau ayam. Seandainya wanita datang haid, mereka dipasung ditempat
yang jauh atau dikurung dalam kamar atau dibual tenda khusus dan tidak boleh
keluar, yang mendekati mereka hanyalah pelayan yang membawakan makanan
19 Ibid., hlm.36 20 Sufyan Raji Abdullah, Poligami Dan Eksistensinya . .,Loe.Cit., him. 59 21 !bid.. him. 59-60
23
dan minuman. 22 Seandainya dilihat dari sudut undang-undang dan sistem sosial
pada zaman itu, undang-undang begitu zalim terhadap nasib wanita dengan
menindas hak-hak wanita. mereka memberlakukan hukuman berat terhadap
wanita sekalipun dalarn kesalahan yang kecil. Sedangkan kaum laki-laki bebas
bergerak tanpa batas, sekiranya terdapat diantara kaum wanita yang mengulangi
kesalahannya. maka dia akan di kenakan hukurnan rnati.23
Yahudi dimasa lalu menil.ai wanita sebagai wanita laknat, kutukan dan
sumber kesialan dan malapetaka, kerana menurut mereka gara-gara wanita nabi
Adam a.s dikeluarkan oleh Allah dari syurga. Semasa haiclnya pula, mereka
dianggap sepe11i najis yang harus dijauhi. Wanita jua diperlakukan seperti yang
te1jadi dalam masyarakat Persia clan anak-anak mereka bisa memperjual
belikannya. Dan tiada hak rnewarisi harta melainkan sudah ticlak ada sauclara
lclaki yang lain~2' Kemungkaran dan kemaksiatan terlalu merajalela. Wanita
diberikan kebebasan hanya untuk menjadi pelacur. Dalarn mernpraktekkan
pelacuran, rnereka rnernbaluti wanita dengan nuansa kesucian dan rnelakukannya
di ternpat-tempat ibadah dengan rnengatakan bahawa ha! tersebut dapat
mendekatkan diri dengan Tuhan.25
Kaurn Nashrani tempo <lulu menganggap wanita laksana syaitan dan
wanita adalah lambang kejahatan dan pernbawa penyakit dan pembawa bencana
" Ibid, him. 60 23 Mahmud Mahdi al-Istanbul & MusJafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Te/adan, fsteri
isteri . . , Op.Cit., him. 35 :A Sufyan Raji Abdullah, PoliKan1i Dan Eksistensilzra .... Loe.Cit., hhn. 60 25 Mahmud Mahdi al-Istanbul & Muslafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Teladan, /steri
isteri .. , Op.Cit., him. 40
24
atau kekasih yang membawa malapetaka. Pada tahun 586 M orang-orang Prancis
menyelenggarakan konfrensi untuk membahas tentang status dan hakikat wanita.
Hasil dari perbincangan tersebut mereka dapat satu kesimpulan yang mengatakan
wanita itu diciptakan hanya untuk melayani laki-laki. pemuas laki-laki dan
pelayan laki-laki dan mempunyai darjat yang lcbih rcndah daripada laki-laki. 26
Bagi masyarakat arab jahiliah pula. wanita tidak bedanya dengan barang
dagangan atau harta pusaka, wanita bisa dijual di pasaran global dan wanita juga
diwarisi. Wanita tidak punya ak atas harta miliknya sebab dirinya sendiri itu dapat
diwarisi dan dijualbelikan. Dikalangan Arab Jahiliah juga berlaku berlaku
kebiasaan yang keji dan tidak manusiawi, dimana bila ada bayi lahir perempan,
bayi tersebut dibunuh dan bahkan ditanam hidup-hidup. Ada pula yang masih
mempertahankan hidup namun disusukan pada orang lain, ibunya tidak mahu
menyusukannya · kerana merasa malu dan hina mempunyai anak wanita, dan
dikalangan orang 'Jaki-laki bila mendengar isterinya melahirkan anak perempuan
mukanya langsung muram, merah padam sekalipun ada yang tidak tega
membunuhnya. Sungguh tiada nilai wanita dimata bangsa-bangsa Arab Jahiliyah,
wanita dipandang lebih mulia daripada untan
D. Scjarah Singkat Poligami
Meski banyak kalangan yang menolak poligami, sejarah rnernbuktikan
bahawa poligarni sesunggulmya sudah mcmbudaya, bahkan jauh sebelurn
26 Sufyan Raji Abdullah, Po/igami Dan EksLwensinya .. ,Op.Cit .. him. 61 27 Ibid., him 62
25
kedatangan Islam. Bangsa Mesir Purba misalnya, menjalankan poligami seperti
ketika zaman Deodor Sesle. Ajaran Zaathrusta Persia menggalakkan Poligami
untuk memacu kelahiran generasi laki-laki, yang angka kematiannya sangat tinggi
akibat budaya perang.28
Orang-orang pria Roma seperti dizaman Raja Seila biasa rncngawini lima
perempuan sekaligus. Raja pompey dan Caesar diriwayatkan masing-masing
mempunyai empay orang isteri. Demikian pula Raja Constantin dan anak-
anaknya. Bahakan Raja Velentiniasus II mengeluarkan satu undang-undang
khusus tentang poligami. Undang-undang yang memperkenankan rakyatnya
mengawini beberapa orang wanita jika mahu, ini teijadi pada pertengahan kurun
keempat masehi. Namun pada zaman Justiniasus ada percobaan untuk
menghapuskan, tetapi gaga!. Poligami juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain
purba, di India sepeni Babylonia dan Asyurian. iv1asyarakat Cina pun rnemiliki
tradisi beristeri b'1nyak. 29
Kitab taurat mewajibkan poligami dan tidak membataskan hanya empat
isteri. Adapun Talmud membatasi jumlah isteri untuk berpoligami sesuai dengan
kamampuan suami dalam membiayai isteri-isterinya kelak. Orang-orang Yahudi
di Eropa banyak melakukan poligami sejak abad pertengahan hingga kini.
Selanjutnya para Nabi pun dikatakan bahawa Nabi Sulaiman mempunyai seratus
orang isteri. Nabi Yakub mempunyai empat orang isteri.30
28 NurbO\\·o, lndahnya Po/iga111i: [>engahunan ke/uarga sakinah Puspo lf"ardoyo, (Jaka11a : Senayan Abadi, 2003), cet II, hlm.2
29 ibid., hhn.2 30 Ibid., hln1.3
26
Begitu jua yang terjadi bagi orang-orang Rusia, Yugoslavia, Jerman,
Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggeris semuanya adalah bangsa-bangsa
yang melakukan poligami.31
Di Jazirah Arab sendiri, jauh sehelum I slam. ma" arkat tel ah
mempraktekkan poligami, malahan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat
mengatakan bahawa rata-rata pemimpin suku mempunyai ratusan isteri. 32
Dan setelah datang Islam Bangsa arab jahiliyah itu masuk Islam dan
mereka harus merelakan untuk meninggalkan sebahagian isterinya, dengan cukup
memelihara empat orang isteri saja, sebab sistem poligami yang tidak teratur dan
tidak terkendali, tidak manusiawi dan tidak berkeadilan itu direalisasiakan,
dimanusiawikan dan dilslamisasikan oleh Islam. Sehingga satu laki-laki tidak
boleh berpoligami lebih dari empat orang isteri, sebab Islam tidak menganjurkan
dan mensyaratkaQ kecuali terkandung hikmah di dalamnya dan Islam juga tidak
melarang melainkan terdapat mudhrat dibalik larangan tersebut.
E. Poligami Dalam Islam
Perkawinan yang disyaratkan oleh Islam adalah untuk mencari ketenangan
hati, kepuasan jiwa, serta kemantapan hidup dan perasaan. Namun begitu kadang-
kadang timbul beberapa halangan yang ditimbulkan oleh individu, masyarakat
maupun bangsa. Hal yang demikian itu menyebabkan si suami akan merasa sedih
31 li.S.al-I-lamdani, Risa/ah Nikah Hukun1 Perkm .. ·i11a11 !slcun, (Jakarta Pustaka A1nani, 1989), Cet ke-3, lllm. 79
32 Musdah Mulia, Pandanga11 /s/an1 Tentang Poliga111; ... , Op. Cit., hhn.3
27
kerana kemandulan isterinya atau kerana isterinya sering sakit yang berpanjangan.
Mungkin juga yang berakibat dari satu bangsa yang ditimpa bencana seperti
peperangan yang mengorbankan ramai pemuda-pemuda dan suami-suami,
sehingga statistik wanita menunjukkan kelebihan dari jumlah laki-Jaki atau satu
masyarakat yang ditimpa gejala keruntuhan moral kerana terdapatnya kalangan
Jaki-Jaki yang tidak memadai. 33
1. Dasar Hukum
Pada masa pra Islam, masyarakat arab Jahiliyah mengenal beberapa
bentuk perkawinan, diantaranya:
a. Perkawinan Istibdha' yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan, lalu isterinya diperintahkan berhubungan dengan laki-
laki lain yang dipandang terhormat kerana kebangsawannya, dengan
maksud mendapatkan anak yang merniliki sifat-sifat tcrpuji yang dimiliki '
oleh bangsawan.
b. Perkawinan al-Maqthu' yaitu perkawinan seorang Jaki-laki dengan ibu
tirinya.
c. Perkawinan ar-Rahthun yaitu perkawinan antara sejumlah laki-laki dengan
seorang perempuan.
d. Perkawinan Khadan yaitu perkawinan seorang laki-laki dengan seorang
d b . b . 3·1 perempuan engan cara sem uny1-sem uny1.
33 Ahn1ad Ibrahin1, Undang-undang Keluarga Js/cnn Di Afalaysia. (Kuala Lurnpur: tv1alayan Law Journal Sdn Bhd, I 999), him. 77.
3'1 Musdah Mulia, Pandangan Jslcun J'entang Po!igatni ... ,Op. C'it. hlnl. 32
28
Pada prinsipnya, Islam tidak membenarkan semua bentuk perkawinan
yang di dalamnya ditemukan unsur-unsur kezaliman, kekerasan,
ketidakadilan, pelecehan, pemaksaan dan penindasan. Sehingga Islam telah
menghapus segala bentuk perkawinan yang disebut di atas.
Ketika Islam datang; kebiasaan poligami itu tidak serta me11a
dihapuskan. Namun, setelah ayat-ayat yang menyinggung soal poligami
diwahyukan. Nabi Muhammad saw lalu melakukan perubahan yang redikal
sesuai dengan petunjuk kandungan ayat al-Quran.
Firman Allah SWT:
} ,.. ,..,., ,,.,;< .... o.J ;;:.,, o o,,. ,.. ,,.)
~~\ ~ G j\ o~I~ I}~ \f\ r ~<-;- 0~ (_ L;'~j o)~j 0 J :;;, _,.
41 : i/~L.:.J\~, I I;; ';ll ;~\ '\\.. / Y...1 v
Al1inya "Ban jika kamu tidak dapat berbuat adi! kepada anak-anak (perempuan) yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, atau empat, kemudian jika kamu kuatirkan tidak dapat berbuat adil maka (nikahilah) seorang saja, a1a11
budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya" (an-Nisa'/ 4: 3)
Dalam tafsir Ahkamul Quran karangan Ibnu Al-'Arabi disebutkan
bahawa sebab turun ayat diatas adalah tersebut dalam sebuah hadith yang
shahih bahawa Urwah bin Zubair be11anya kepada Aisyah tentang ayat diatas,
lalu jawab Aishah: "Yatirn disini maksudnya anak perempuan yatim yang ada
di bawah asuhan walinya dan ia punya harta kekayaan bercampur dengan
harta kekayaan walinya dan haiia se1ia kecantikannya membuat pengasuh
29
anak yatim ini senang kepadanya lalu ia ingin menjadikan perempuan yatim
ini sebagai isterinya, tapi ia tidak mau memberikan mas kawin yang sama
diberikan kepada perempuan yang lain (isteri yang lain). Kerana itu pengasuh
anak yatim yang sepe11i ini dilarang mengawini mereka, kecuali kalau mau
berlaku adil kepada mereka dan mau memberikan mas kawin yang lebih
tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian. maka mereka
disuruh kawin dengan perempuan-perempuan lain yang disenanginya. 35
Dari ayat diatas dapatlah kita ketahui bahawa Allah SWT tidak
melarang poligami, akan tetapi hanya meluruskan dan membatasi poligami
yang sudah berkembang dalam masyarakat sebelum Islam datang.
Batasan yang diberikan al-Quran mencakupi dua hal: Pe11ama, batasan
yang bersifat kuantitatif. yaitu polgami tidak dibcnarkan lebih dari cmpat
orang isteri. Batasan kuantitatif menjadi syarat salmya akad nikah. Aninya '
barang siapa yang mengawini seorang \\anita karena untuk dijadikan isteri
yang kelima atau keenam dan seterusnya, maka perkawinannya dipandang
tidak sah dan mesti difasakh (dirusak).
Kedua adalah batasan yang bersifat kualitatif, jelasnya poligami dapat
dilakukan dengan catatan berlaku adil (tidak khawatir berbuat zhalim).
Batasan kualitatif ini tidak menjadi syarat sahnya perkawinan ('aqd al-nikah).
Barangsiapa yang mengawini wanita sebagi isteri kedua, ketiga atau keempat,
scdang ia khawatir berlaku dzalim. tetapi pada kenyataanya ia tidak berlaku
35 Abu Bakar Muhan1mad Abdullah Al-Ma'ruf Ibnu Al-Arabi, Ahkaan1u/ Ouran, (BeirutLubnan: Daaru Al-Kutub Al-Jlmiayah, 1998), cet. I, Ji lid I, him. 404.
30
demikian, atau melakukan perbuatan itu, namun ia segera bertaubat dan
berbuat adil, maka ia tidaklah berdosa dan Allah akan mengampuni perbuatan
tersebut.36
Dalam ayat yang Jain Allah SWT telah berfirman:
Artinya: "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteriisterimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, kerana janganlah kamu terlalu .cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkantung-kantung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah maha pengampun /agi maha penyayang. " (QS. An-Nisa '/ 4: 129)
Ayat i~i meniadakan kesanggupan berlaku adil kepada sesama isteri,
sedangkan diatas mewajibkan berlaku adil. Kedua ayat ini tidak bertentangan
kcrana adil yang dituntut disini adalah adil dalam masalah-masalah lahiriyah
yang dapat dikerjakan oleh manusia bukan adil dalam ha! cinta dan kasih
sayang, sebab masalah diluar kemampuan seseorang.37
Ibnu Al-Arabi juga mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat
diatas bahawa adil yang dimaksudkan dalam ayat 129 surah an-Nisaa'ini
36 Abduttavvab Haikal, Rahasia Perkatt'inan Rasulu/lah SAYV; Poligan1i VS n1onogarni Baral, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, I 993). Cet. I, him 43-44.
"Sayyid Saabiq, Fiqhus Sunnah, (Kairo-Mesir: Daar Al-Fathi Lil l'Jlamu Al-'arabi, 1996), jilid JI, him 247.
31
adalah adil dalam ha! cinta dan bersetubuh. Menurutnya adil dan cinta diluar
kesanggupan seseorang, sebab hanya ada dalam gengaman Allah yang
membolak-balikan menurut kehendak-Nya.
Bcgitu jua dengan bersetubuh terkadang ia ghairah dengan yang
satunya, tapi tidak begitu ghairah dengan isteri lainnya. Asal saja perbuatan
ini bukan disengaja, maka ia tidak berdosa, sebab ha! ini diluar
kamampuannya.
Dari penjelasan diatas dapatlah disimpulkan bahawa seseorang yang
akan berpoligami wajib berlaku adil dalam ha! materi dan terns berusaha pula
untuk dapat berlaku adil dalam ha! immateri ( cinta dan bersetubuh).
Walaupun dalam hal immeteri ini tidak akan bisa diwujudkan, sepe11i yang
telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah an-Nisaa' ayat I 29 diatas.
namun harus_terus berusaha agar kiranya dapat berlaku adil sebgaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda:
,. ,, 0 ;;; ,,. J \ ;;:, ,, ,, ,, ,, ,,. ,,
J~ .;L._; '." , _, ~ (,,' ~ dlil I'~ ~I\ 0\5' CJI,; GlS. '.~ , - ,, .Jo! ~ r---) ,- ~ l5'"' . v ,,. ,,. - ,,
,, j ,, ;;; ,, ) J ,, J
~\ '{_, ~ 1::.~ ~ '.>li ~\ 1::~ ~ 1..0, ~\ : J~ ~ ,"=t_., J.\J ,JL.JIJ ,tf.io _rllJ ,.:. Jb y.IJ, ..lfi'-\J, ~ ,,_i\ J.\ olJJ)
'f'A · : t (~' ,;,\..;_,_.,\ Lt..o> ·J-w\ J.\J
38 Muha1n1nad Ibnu All Ibnu Muhan1n1ad Asy-Syaukani, Fa1h11/ Qadir A/-Jaan1i' Baina Fanni Ar-RiH'G_ra1 H'al-Dirooyah A1in At-Taf'iir, (Beirut-Lubnan: Daar Al-Ma'rifat, Juz I, hln1. 666.
32
Artinya: "Dari 'Aisyah ia berkata: Rasulullah selalu membagi giliran diantara isterinya dengan adil, kemudian beliau pernah berdoa; Ya Allah! lni bagianku yang dapat aku kerjakan. Kerana itu janganlah Engkau mencelaku tentang apa yang Engkau kuasai sedang aku tidak menguasainya. " (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, Nasa 'I, Ibnu Majah dan lbnu Mund::ir. Dan sanad hadith ini shahih).
Menurut Abu Daud yang dimaksukkan dengan Engkau kuasai tetapi
aku tidak menguasai adalah "hati".
Sedangkan menurut Al-Khatthabi, hadits ini menunjukkan sebagai
penguat adanya wajib melakukan pembagian kepada isteri-isterinya yang
merdeka, dan dimakaruhkan bersifat berat sebelah dalam menggaulinya yang
berarti mengurangi haknya. Tetapi bukan terlarang untuk lebih mencintai
yang satu dengan yang lainnya, kerana soal cinta ini diluar kesanggupannya.
Rasullulah saw bersabda:
J~ ;;;, t.S-f :;. .. ,
~1::G-~ J'. jci ,0uf;'.
Artinya: dari Abu Hurairah ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw; barangsiapa yang mempunyai dua orang isteri, lalu memberatkan salah satzmya, maka ia akan datang dihari kiamat nanti dengan ba/111 yang miring. " (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa 'I, Jbnu Majjalz)
39 Sayyid Saabiq. Fiqh11s S111111ah .... Op. Cit., him. 247-248
33
Akan tetapi apabila ada diantara para isteri yang membuat nusyuz,
maka ha! ini diatur di dalam foman Allah SWT:
' } } , e-":..:11 ;;, J JJ Q ,,. ;;, J ,,.
" J , J J
Jj~ c}'.>\Jij ... • -~ •_rV>I • ·,.to _,k:J L,iA jy-:.; ....,_.::;"_ I...-' ../ .../ v ,
' , ' ' ' ~~ } " , , ) , , ' ,
;;, J J 0 ,,.
\~ ~ ~ . " )~ )Ii , s::.:.:J, r . Ii 1!' .:J_; l '1\ I . - 0"' y.~IJ v~ ~, '--' . j"-:' ("""' l)'
, ,
Artinya: " ... IVanila-wanila yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan/ah mereka dari /empal tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menlaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan unluk menyusahkannya. Sesunggulmya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar. " (QS.AnNisaa' 4:34)
Ketika sang suami khawaiir akan nusyuznya isteri-isteri yang
dipoligami, bahkan telah jelas nusyuznya isteri, maka hendaklah sang suami
menasihati dengan tanpa memukulnya dan tidak mengumpuli tidur. Seperti
' ucapan suami kepada isterinya: "Takutlah engkau kepada Allah dalam
kebenaran yang wajib bagimu atasmu, dan ketahuilah sesungguhnya nusyuz
itu dapat menggugurkan nafkan dan hak giliran". Bagi sang suami tidak boleh
memaki-maki kerana adanya nusyuz, tetapi bagi isteri berhak untuk diberikan
pengajaran dari sang suami menurut pendapat yang lebih sah. Dan pihak
suami tidak boleh melaporkan kasus isterinya kepada pihak Qadhi.
Jika perempuan (isteri) itu menantang sebuah nasehat dan tetap nusyuz
maka hcndaknya sang suami tidak berkumpul dengannya.
34
Namun jika isteri masih tetap nusyuz berulang kali, maka hendaknya
sang suami memukulnya dalam bentuk memberi pengajaran kepadanya. Bila
sang suami mendatang kerusakan alas diri sang isteri, maka wajib baginya
untuk bertanggungjawab secant hukum.
Nusyuz seorang isteri dapat menyebabkan hilangnya hak dalam
mendapatkan giliran dan nafkah dari suaminya.
2. Syarat Poligami
Allah SWT membolehkan poligami dengan batas sampai empat orang
dan mewajibkan berlaku adil kepada mereka dalam urusan makan, tempat
tinggal, pakaian dan lain-lainnya, atau segala yang bersifat kebendaan tanpa
membedakan antara isteri yang kaya dengan isteri yang fakir, yang berasal
dari keturunan tinooi denoan vang bawah ... bb b .J •
Orang-orang Islam sepakat bahawa seorang muslim yang merdeka,
baligh, berakal, c!fief (menjaga kehomiatan diri), sehat dan tidak mahjur alaih,
boleh berkawin dengan secara bcrsamaan dengan empat wanita lagi sehat
bukan pezina. Dan tidak halal bagi seorang pun kawin lebih dari empat
wanita, tanpa khilaf dari seorang pun dari kalangan ahlul Jslam.40
Bila suami khawatir berbuat zalim dan tidak akan dapat memenuhi
hak-hak mereka scmua, maka diharamkan berpoligami. Bila yang sanggup
dipcnuhinya hanya tiga orang istcri. maka haramlah baginya berkawin dengan
40 A. Saha! Machfudz, Ensiklopdia !Jina': Kesepakatan U/an1a' dalan1 Hukun1 !slan1, (Jakarta: IKAPI, 1987), cet. I, him. 481
35
empat orang perempuan. Jika· ia hanya sanggup memenuhi hak dua orang
isteri, maka haramlah baginya untuk kawin dengan tiga orang perempuan.
Begitu pula kalau dia khawatir akan berbuat zalim kalau mempunyai dua
orang isteri, maka haram baginya mclakukannya.41
Allah SWT berfirman:
0 ,., J,, ,,. 0 ,.. 0 0,. 0 ;;,,,. 0 0
? "Lll ;.. ~ ~Lb G '~~<;~ _;Qi ~ 1yL;J ':J\ ;. :.,.,. 0[, ,. ,, ,,
/ J ,.. ,,_, ,..,< /OJ ;;;,_, 0 0,,. ,, ,,.)
~;, ~~\ ~ G )\ ;;~1; 1)µ ':J\ ;~ 0~ t L;'~) o'.>t) 0 " ;;, ,,. ,,
~I : z/"Ulf 1) Y0 'J\ J)\
Artinya: " ... maka kawinlah dengan perempuan-perempuan yang kamu sukai , dua, tiga atau empal, kemudian jika kamu khawatir tidak dapal
berbuat adil maka (nikah/ah) seorang saja, a/au budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih dengan tidak berbuat aniaya." (An-Ni.ma' 4: 3)
Begitupun dalam kitab Fatwa Qardhawi karangan Dr. Yusuf Al-'
Qardhawi disebutkan, bahawa syarat utama yang harus dipenuhi dalam
berpoligami adalah berbuat adil diantara para isteri, kalau tidak mampu untuk
ber!aku adil pada para isteri, maka cukuplah seorang isteri saja.42
Para Ulama' dan Fuqaha telah menetapkan syarat poligami, yaitu:
a. Suami harus memiliki kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk
membiayai berbagai kebutuhan, dcngan be11ambahnya isteri yang
dinikahi.
41 Sayyid Saabiq. Fiqhus Sunnah, CJp.('11., hlni. 246-247. 42 Yusuf Qardhav,ri, Te1je111ahan lluda Al-ls/arn Fa1a11·a Aiu 'asharah, (Surabaya: Risa!ah
Gusti, 1994), cet. I, him 213.
36
b. Suami harus memperlakukan semua isterinya dengan adil. Setiap isteri
dipcrlakukan sama dalam mcmenuhi hak perkawinan mereka serta hale-
hak lainnya.43
lvlenurut Kompilasi Hukum Islam, syarat-syarat yang harus
diperhatikan dan dilaksanakan untuk melakukan poligami sebagaimana yang
tclah tercatat dalam pasal 57 yaitu Pengadilan Agama hanya memberikan izin
kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajipan sebagai isteri.
b. lsteri mendapat cacat badan atau penyakit yan tidak dapat disembuhkan.
c. lsteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Di samping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh izin
Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat scbagai berikut:
a. Adanya persctujuan isteri.
b. Adanya kepastian bahawa suamt mampu menjamin keperluan hidup
' ' ' ' d k k k 4'1 1sten-1sten an ana ·-ana ·mere ·a.
F. Alasan Dan Tujuan Poligami
1. Alasan Poligami
Dalam membahas tentang alasan seseorang untuk melakukan
poligami, maka penulis telah mengutip tinjauan yang telah dibuat oleh Abdul
~:>Abdur Rahrnan, l'erkau·inan da/cun S,ra_ria1 Js/a111, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), cet. I, him. 45
,., H. Abdur Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prcnada Media, 2003), cet. I, hlm.135
37
Wahid Bahron yang menulis tentang alasan-alasan yang mendorong seseorang
itu untuk berpoligami seperti berikut:
a. Isteri memiliki penyakit
Alasan pertama mcngapa suami berp0ligami ialah suami tidak
mendapatkan kepuasan dalam perhubungan suami isteri (kelamin).
Berlakunya demikian dikarenakan isteri sering sakit dan tidak dapat
memberikan layanan yang baik dan sewajamya kepada suami.
Di samping itu terdapat juga isteri yang telah lanjut us1anya,
sedangkan suaminya masih be1ienaga, keadaan demikian menyebabkan si
isteri .sudah tidak mempunyai nafsu lagi untuk melakukan hubungan
badan sedangkan sebaliknya bcrlaku pada pihak suaminya. keadaan akan
bertambah masalah kalau suami mempunyai nafsu yang kuat dan demi
menjaga kehormatan dan kcimanan maka poligami merupakan jalan yang
4' terbaik buat mereka. '
Namun dengan keizinan yang telah diberikan kepada suami untuk
berpoligami dengan alasan ini, si suami tidak boleh sampai meninggalkan
tanggungjawabnya kepada isteri pe1iama, suami harus menemani isterinya
dengan memberikan perhatian agar isteri tidak merasa terabai dan
terbeban dengan penyakitnya itu.
45 Abdul Wahid Baharon, Poliganzi t\1enurut Pandangan /sla1n, (Kuala Lumpur: Sabha DPT Services, 1992), him. 4
38
b. Menjaga kehormatan dan menghindarkan kemaksiatan.
Oleh karena tidak mendapatkan layanan dari isteri tadi lantaran
uzur (sudah tua), maka demi menjaga kehomiatan dan tidak terjerumus ke
lembah maksiat adalah lebih baik berpoligami. Narnun begitu terdapat
juga suami yang tidak bermasalah dengan isteri yang pertama karena
mempunyai hubungan yang mesra dengan suasana suarni yang kuat
nafsunya maka untuk menghindari daripada rnelakukan maksiat poligami
adalah jalan keluar dari masalah terse but. 46
c. lsteri tidak dapat rnemberikan keturunan.
Dalam perkawinan, mendapatkan anak adalah impian bagi semua
pasangan suami isteri, namun terdapat juga dikalangan para isteri ada yang
tidak bisa melahirkan anak. Jadi untuk mengatasi masalah tersebut
mengadakan perbincangan, rnaka diambil kepulusan untuk bcrpoligami.
Seandainya isteri tidak setuju untuk membiarkan suarninya berkawin lagi
walaupun keadaan dirinya tidak dapat mernbcrikan keturunan dan
rnenyarankan agar mengarnbil anak angkat, tetapi demi rnenjaga benih
keturunan sendiri akhirnya poligami tetap dilakukan, dengan poligami ini
juga dapat membahagiakan hati suami dengan lahimya anak hasil dari
b ·1 d' . 47 e111111ya sen rn.
Sebelum si suarni mengarnbil keputusan untuk berkawin lagi,
suam1 isteri sebaiknya melakukan pemeriksaan kesihatan terlcbih <lulu,
'''" Ibid, him 4-5 47 Ibid, him 5
39
adakah benar isteri yang tidak mampu melahirkan anak atau ha! itu terjadi
pada suami, ini karena alasan perkawinan tersebut adalah untuk
mendapatkan anak, sekiranya suami yang tidak bcrkcmamruan dalam ha!
ini, tiada gunanya berkawin lagi.
d. Suami isteri tinggal berjauhan.
Kondisi seperti sekarang sering berlaku bagi suami yang bekerja
berjauhan antara satu sama lain. Kadangkala ada juga dikalangan suami
atau isteri yang menyambung pendidikan mereka ke luar negeri dan
memerlukan masa yang agak lama, keadaan demikian menyebabkan si
suami.merasakan dirinya sangat kesepian dan kesunyian, maka si suami
mengambil jalan tengah untuk beristeri lain. 48
Hal ini dapat dikaitkan dengan situasi, dimana para sahabat satu
ketika duJu menyertai peperangan dan perjalanan jauh yang mengambil
waktu yang lama, mereka melakukan nikah mut'ah sebelum perkawinan
tersebut diharamkan. ini membuktikan bahawa permergian yang lama bisa
menjadi pendorong seseorang untuk berkawin lagi.
e. lngin membantu calon isteri.
Ada juga dikalangan mereka yang mengamalkan poligami untuk
menolong cal on isteri atau janda yang ditinggal mati oleh suami a tau yang
diceraikan suami yang terdahulu. Dan ada juga yang bcrpoligami untuk
menolong kaum wanita yang telah lanjut usranya tctapi belum
48 Ibid, him 6
40
berumahtangga. Jadi melalui pengamalan poligami ini setidaknya dapat
menyelesaikan masalah wanita yang telah lanjut usianya yang tidak
kawin. 49
Wanita merupakan kaum yang scharusnya dilindungi dan pcrlukan
perhatian kerana naluri wanita sangat lernbut dan mudah tersentuh
walaupun pada zahirnya kelihatan cekal. Berakar dari itulah maka tcrlintas
di dalam hati laki-laki yang peka untuk menjadikan wanita tersebut
sebagai isterinya. Diharapkan dengan perkawinan tersebut dapat
meringankan derita yang ditanggungnya.
f. Berkemampuan untuk berpoligami.
Terdapat juga mereka yang berpoligami kerana merasakan mereka
berkemampuan. Di sarnping itu terdapat juga mercka yang bcrpoligarni
rnenganggap bahwa itu adalah jodoh mereka. Tetapi perlu dinyatakan
bahwa mereka yang mengamalkan poligami itu bukan semata-mata
merasakan apabila rnereka marnpu untuk berpoligami, tetapi pengamalan
poligami tersebut juga mempunyai kaitan dengan sebab-sebab seperti
yang telah disebutkan sebelum ini. 50
g. Menghindari fitnah masyarakat.
Ada juga yang berpoligami untuk mcnghindari diri daripada fitnah
masyarakat. Kebiasaan perkara 1111 terjadi apabila pihak suamr
49 Ibid, hlni.7 50 Ibid, him. 7-8
41
mengadakan hubungan dengan perempuan lain, maka untuk menghindari
dari fitnah semakin menyebar dikalangan masyarakat adalah lebih baik
kawin saja dengan pasangan tersebut sekaligus dapat menghindarkan
daripada berlakunya maksiat yang kelanjutan. 51
2. Tujuan Poligami
Seorang suami yang melakukan poligami berarti ia telah mempunyai
isteri, yang kemudian berkeinginan manambah jumlah isterinya menjadi dua,
tiga atau empat menurnt ajaran Islam dan positif sebagai batasan
maksimal.52secara umum laki-laki yang berpoligami mempunyai tujuan
tertentu, sebagai berikut:
I. Untuk mendapatkan keturunan, suami menginginkan anak karena
diketahui bahawa isterinya tidak dapat memberikan keturunan atau
' melahirkan anak-anaknya dengan menginginkan anak laki-laki karena
hanya memiliki anak perempuan saja.53
2. Hendak melakukan perbuatan yang baik terhadap perempuan yang
solehah yang tidak ada yang memeliharanya. Hal ini mungkin karena
perempuan itu sudah tua atau kerana ia memelihara anak-anak yatim atau
kerana sebab-sebab yang lain. 54
51 Ibid, him. 8-9 52 Bibit Suprapto, Liku-liku Po/igami, (Yogja: Al-Kautsar, 1990), Cet I, Him 171. 53 Amir Ta;iJ Nasulion, Op.Cit .. Him 69. 54 Abdul Halian Abu Syuqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema lnsan Prees. 1999), Ce! kc-
2, Jilid 5, him. 391
42
3. Ingin menambah kesenangan kerana kesehatannya prima dan mampu dari
segi ekonominya. 55
4. Untuk Syiar Islam (salah satu unsur dakwah) atau terpeliharanya agama.
Dcngan adanya tujuan-tujuan tersebut diatas diharapkan para perempuan
bisa menerima dan memahami keinginan suami untuk melakukan poligami,
karena di dalam Islam telah diatur· syarat-syarat dan batasan-batasannya. Untuk
itu, kiranya diperlukan kesepakatan antara suami isteri, apakah memang isteri
membolehkan suami untuk memiliki perempuan lain. Waiau bagaimanapun
keham1onian, keutuhan dan ketulusan kasih yang dibentuk oleh kedua belah
pihak dalam n1embina sebuah rumahtangga yang bahagia.
55 Ibid., hhn. 393
BAB III
KEDUDUKAN POLIGAMI DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN MALAYSIA
A. Kcdudukan Hukum Islam Dalam Perundangan-undangan Malaysia
Menurut ahli sejarah agama, agama Islam mulai berkembang di Asia
Tenggara sejak abad ke-13 dan telah sampai di tanah melayu pada abad ke-14,
Islam semakin maju di Melaka dalam pada abad ke-15. Sebelum kedatangan
Islam, orang melayu mengikut undang-undang adat yang di pengamhi sedikit
sebanyak unsur-unsur Hindu. Setelah raja-raja dan orang melayu memeluk agama
Islam, perubahan-perubahan telah dibuat untuk mengubah sesuai dengan adat
melayu supaya selaras dengan agama Islam dan seterusnya menggunakan undang-
undang lslam. 1
'
Undang-undang Islam adalah undang-undang yang menjaga tentang
kemaslahatan keluarga, yang dikenal dengan istilah "Undang-undang Keluarga"
secara relatifnya agak baru dalam tradisi penulisan undang-undang dan hukum
Islam. Dalam penulisan hukum Islam klasik istilah al-huquq al-A 'iliyah yang
berarti undang-undang keluarga Islam tidak pernah digunakan. Sebaliknya
' Ahmad Ibrahim & Ahilemah Jone!'!, Sistem Undang-undang di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2005), Cet ke-3, hlm.49
44
penulisan seperti menggunakan istilah al-Munakahat yang berarti nikah atau
pcrkawinan. 2
Bagi sebagian kalangan, undang-undang itu disebut sebagai "Undang-
undang pcrorangan" (Personal Law) atau dalam bahasa Arabnya "al-Ahwal al-
Syakh.11)yuh ... -' dan oleh sebagian kalangan pula sebagai "Undang-undang
Kekeluargaan" (Family Law), atau dalam babasa Arabnya "Qanun al- 'A 'i/at ". 4
Berasaskan kepada undang-undang yang pernah dilaksanakan di Malaysia,
hal-hal kewarisan tidak dimasukan ke dalam wewenang undang-undang
kekeluargaan. Dalam kumpulan undang-undang yang terdahulu, sebagaimana
undang-undaqg Selangor 1952, hal-hal tentang kewarisan ini diperuntukkan
dalam bagian lain daripada bagian yang mernbuat peruntukan lentang hal-hal
nikah cerai. Ketentuan-ketentuan tentang wakaf dan nazar dibuat dalam bagian
mengenai uang ap1anah, sedangkan kctentuan faraid bagi ahli waris, wasiat dan
pemberian hanya diletakkan dibawah ketentuan lenlang wewenang peradilan saja.
Dalam Akta Undang-undang Kcluarga Islam Wilayah Persekutuan 1984,
undang-undang tentang wakaf, nazar, wasial, pemberian dan sebagainya tidak ada
dalam ketenluan. Sebaliknya kelentuan-kelentuan seperti ini hanyalah ada dalam
Akta Pentadbiran Undang-undang Islam Wilayah persekutuan 1986 di bawah
judul wewenang-wewenang peradilan saja.
hnran Ahu Bakar, I'engantar Undang-undang di Afala;1sia. (Sclangor: Books Store Entprisc, l 999). cct hi.:-2, hli11. 113
~ t'--1uhar11n1ad Yusuf Musa, al-Ah1val al-.. ~)·akhsiah Fi a/-f-iqh al-Js/anzi, (Kahirah : Dar a!Fikr, 1969), him. 15
4 Ibid, hlm.18
45
Berdasarkan kepada kedudukan tersebut , maka undang-undang keluarga
Islam di Malaysia sckarang mempunyai wewenang sebagai berikut :
I. Perkawinan yang melingkupi; pertunangan, syarat-syarat sah perkawinan,
syarat-syarat yang rnernbolehkan perkawinan itu didaftarkan, mas kahwin,
pendatiaran perkawinan dan poligami.
2. Pembubaran perkawinan yang melingkupi; percearaian dengan talak,
perceraraian dengan perintah, perceraian dengan tebus talak, atau khulu ·,
perceraian dengan ta· liq, fasakh, anggapan mati, pendaftaran perceraian,
rn uf ah/ pem berian sagu ha ti sesudah bercerai dan harta sepencarian.
3. Nafkah yang melingkupi; nafkah isteri, nafkah anak-anak, nafkah lain-lain,
wewenang peradilan dalam membuat perintah naJkah dan nafkah selepas
perceraian.
4. Pcnjagaan yang melingkupi; orang-orang yang berhak menjaga anak se11a
kelayakan masing-masing, lama waktu penjagaan, perintah penjagaan oleh
peradilan, pernecatan penjaga, batas kuasa penjaga, dan wewenang peradilan
membatalkan hak penjagaan.
5. Lain-lain ha!, yang melingkupi; pengiktirafan kepada perkawinan yang
dilakukan di luar negara atau negeri, penentuan bapak bagi anak yang
dilahirkan, masalah isteri yang ditinggalkan langsung oleh suami dan masalah
pcrkawinan yang tcrtakluk kepada undang-undang negara asing.
6. Pcnalti-penalti.(sanksi) 5
5 Zuhdi Abdul tv1ajid, Undang-undang Keluarga !slan1, Konsep Dan Perlaksanaannya di Malaysia. (Kuala Lumpur: Karya Abadi, 1986), cct ke-1, him. 51
46
Dengan demikian, sama juga dengan faktor-faktor perundangan yang lain
di bawah wewenang peradilan agama, undang-undang keluarga Islam ini
mempunyai wewenang yang terbatas mengenai orang dan tempat. Seiring dengan
kehendak perkemhan,an negara, undang-undang keluarga Islam di Malaysia
hanya mempunyai """enang kc atas orang-orang Islam saja dan yang tinggal
atau bennastautin (bernaungJ dalam negeri-negeri berkenaan saja. Dalam Akta
Undang-undang Keluarga Islam Wilayah Persekutuan 1984, misalnya;
"Kecua/i sebagaimana diperuntukan dengan nyata selamanya Akta ini terpakai bagi semua orang Islam yang bermastautin dalam Wilayah Persekutuan tetapi tinggal di luar Wilayah Persekutuan." 6
Sehingga tahun 1988, batasan terhadap wewenang ini bukan hanya
berlaku terhadap undang-undang keluarga itu sendiri, sebagaimana di atas, tetapi
juga di timbulkan oleh ketidaksefahaman antara wewenang peradilan agama
dengan wewenang pcradilan urnum. Pada dasarnya. perbedaan antara kcputusan
peradilan agama dan peradilan umum maka keputusan peradilan umum akan
terpakai. Sesuai dengan ini maka dalam setiap undang-undang administrasi agama
Islam di negeri-negeri menjadikan pasal ketentuan seperti itu. Dalam Enakmen7
Admistrasi Agama Islam dan Adat Resam Melayu Pahang 1982. contohnya
ketentuan sepe1ti berikut telah diadakan;
6 Ahrnad lbarahin1. l. 'n./,;n6-un,/ang Js/a111 di Aiahka111ah Syariah, (Perak: Pustaka An-Nur, I 995). Cct ke-3, him. 54
7 Arti Enakn1en ada!ah undang-und~ng yang dibuat oleh Oe\van Negeri dan Negeri-negeri Tanah Melayu sebelun1 111erdeka.
47
"Kecuali sebagaimana yang diperuntukan (ketentuan) dalam enakmen ini, tiada apa-apa pun yang akan melemahkan a/au menyentuh hak-hak dan kuasa/cuasa mahkamah awam (mahkamah umum) " 8
Antara contoh kasus yang telah mendapat keputusan peradilan agama
yang dikcsampingkan olch kcputusan pcradilan umum ialah kasus myriam lwn
Ari[( 9 Pertanyaan yang timbul dalam kasus ini adalah mengenai hak penjagaan
kc atas dua orang anak. scorang pcrcmpuan yang berumur lima tahun dan seorang
lagi lelaki yang berumur dua tahun.
Semasa ibu bapak mereka bercerai, Qadhi telah mencatatkan satu perintah
yang berdasarkan kepada persetujuan daripada kedua-dua belah pihak supaya hak
penjagaan ke atas anak-anak tersebut diberikan kepada bapak mereka. Kemudian,
setelah mantan suami berkawin lain, ibu kepada kedua-dua anak tersebut telah
mcmbuat tuntutan kcpada Peradilan Tinggi untuk mendapat hak pcnjagaan ke atas
anak-anaknya.
Dalam Guardian «f Infants Act 1960, '0 yang tcrpakai waktu itu, kcputusan
mengenai penjagaan anak mestilah dibuat berasaskan kepada kepentingan dan
kebaikan anak-anak itu scndiri. Maka, dengan berasaskan kcpada kehendak
undang-undang tersebut, hakim telah memutuskan bahwa hak penjagaan anak
lclaki berkenaan diberi kepada ibunya, sementara hak penjagaan ke atas
perempuan pula diberikan kepada bapaknya. Dengan keputusan tersebut
keputusan qadhi berkenaan telah dikcsampingkan.
8 Ibid., 57 9 Ibid., 58 10 hnran Abu 83kar, Pengan!ar Undang-undang di Malaysia ... , Op.Cit, h!nL 35
48
Waiau bagaimanapun, kedudukan ini telah sedikit sebanyak diperbaharui
oleh amendemen baru yang melibatkan perkara 121 Perlembagaan Persekutuan
melalui Akta Perlembagaan (amendemen) I 988 (Akta A 704) Perkara 12. 11
Tujuan amendemen tersebut ;,,blah untuk menghindari daripada berlaku
perbedaan wewenang antara peradilan agama dengan peradilan umum, selain itu
ia bertujuan untuk meningkatkan lagi taraf peradilan agama. Kesan daripada
amendemen ini peradilan tinggi tidak lagi mempunyai wewenang dalam apa jua
ha! yang termasuk dalam wewenang peradilan agama. lni berai1i, peradilan agama
telah diberi wewenang penuh untuk memutuskan segala kasus-kasus yang terletak
di bawah we\)'enangnya dan peradilan tinggi umum tidak lagi mempunym
wewenang untuk menerima pemohonan terhadap keputusan yang telah dibuat
oleh peradilan agama dalam kasus-kasus tcrsebut.
'
B. Poligami Menurut Pandangan Undang-undang di Malaysia
Di bawah undang-undang Islam scorang perempuan yang telah kawin
tidak boleh kawin lagi jika perkawinannya masih sah. Dan sekiranya perkawinan
itu terputus dengan sebab perceraian atau kematian, perempuan itu hanya boleh
kawin setelah habisnya iddah. Sedangkan seorang laki-laki dibenarkan berkawin
lebih dari satu isteri sampai empat dengan syarat dia mampu berlaku adil diantara
isteri-isterinya. Justru itu Islam scbagai agama yang sempuma telah menggariskan
ll Laporan Ras1ni Pendebatan Majlis Perundangan, I 1v1ei 1958.
49
jalan keluar yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul
ini.
Poligami adalah solusi, ia bukan satu masalah. Poligami merupakan satu
kebutuhan dan tuntutan hidup. la bukan hukurn vang haru diperkenalkan pertama
kali oleh Islam. Hanya saja, praktik poligami sebelum Islam bersifat tanpa batas
dan tanpa perikcmanusiaan. Islam datang dan menata ulang praktik ini. Jadi, pada
hakikatnya poligami harus menjadi kebanggaan dalam Islam. Pasalnya, ia bisa
memberi jalan keluar bagi masaslah sosial paling pelik yang dihadapi umat
rnanusia di rnuka bumi ini, yang sulit dicari jaln keluar. Meskipun poligami
diharuskan ianya perlu pada sekatan-sekatan untuk mengelakkan dari terjadinya
penyelewengan dalarn menggunakan hak tcrsebut. Jadi tidak heranlah sekiranya
undang-undang mengcnai poligami diluluskan untuk menjaga kcnrnrnian amalan
terse but.
Enakmcn-enakrnen Administrasi Undang-undang di Malaysia telah
ditentukan dalam undang-undang mengenai poligami. Di Kedah, 12 Kelantan 13 dan
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur 14 serta Selangor, 15 tidak ada seorang laki-
laki bolch kawin dengan orang lain dalam masa ia masih beristeri yang ada
kecuali terlebih dulu mendapat izin secara bertulis dari Pcngadilan Agama, jika
dia kawin tanpa izin tersebut maka perkawinan tidak boleh didaftarkan dalam akta
12 E11ak1nen Undang-undang Keluarga lslarn l~!an1 Kc:dah !984. D Enakn1en Undang-undang Keluarga ls!arn Kelantan 1983 1 ~ Akta Undang-undang Keluarga Islam \Vilayah Pcrsckutuan 1984 15 Enakrnen Undang-undang Keluarga Js!an1 Selangor 1984
50
ini. Pengadilan Agama akan memberi izin jika memenuhi dengan syarat-syarat
yang akan dijelaskan di bawah nanti.
Di Negeri Sembilan, dimana laki yang hendak kawin diharnskan dengan
mengisi formulir yang menyatakan dia tclah kawin atau bdum. Arabila dia sudah
berkawin maka akan ada penyelidikan yang dilakukan sebelum
mengizinkannya. 16
Di Serawak ketentuan seseorang laki-!aki akan dibenarkan kawin lebih
dari satu apabila dia boleh membuktika.n bahwa dia mampu menggung nafkah
. • . • 17 1sten-1stennya.
Di Sabah ketentuan bahwa tidak ada satu perkawinan boleh diakadkan di
bawah Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam Sabah jika laki-laki yang
ingin kawin itu telah kawin, melainkan mendapat satu persetujuan benulis dari
Majlis Agama Islam Sabah, dan kebenaran tersebut hcndaklah disenakan dalam '
acara majlis akad nikab dimana diakadkan. 18
Bagi negeri Pahang pula, ketentuan bahwa seorang laki-laki yang telah
mempunyai seorang isteri yang sah dan ingin kawin lagi, hendaklah membuat
permohonan kepada qadhi kawasannya untuk mendapat keizinannya dengan
16 Ahn1ad Ibrahi1n, Undang-undang Keluarga Js/a111 Di Afa/ay,Ha.(Kua!a Lurnpur: Malayan Law Journal Sdn Bhd, 1999), cet ke-2, him. 80
17 Ibid., him 81 18 Rafiah Salim, Undang-undang Ke/uarga dan Kebuda.raan Alalaysia, (I(uala-Lurnpur :
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998).,cet ke-3, him. 61
51
menggunakan formulir yang ditentukan dan sekiranya pemohon tidak senang
dengan keputusan qadhi dia boleh memohon kepada mufti. 19
Di Johor, di mana laki-laki-laki yang ingin kawin lebih daripada seorang
isteri hendaklah membuat permohonan kepada qadhi untuk dipertimbangkan
permohonan itu mengikut hukum syara·. 20
Walaupun dapat kita lihat bebernpa batasan dalam bcntuk undang-undang
yang telah dibuat untuk membatasi penyelewengan dalam amalan ini, namun ia
belum dapat menyelesaikan masalah yang timbul. Sehingga sekarang masih
ramat, terutamanya kaum wanita, tidak yakin dengan kemurnian amalan itu
kerana penyekwengan tetap berlaku juga dalam kumpulan pengamal poligami
yang kecil jumlalmya.
C. Syarat-syarat Poligami Mcnnrut Undang-undang Sclangor '
Dalam amalan berpoligami terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk mengizinkan seseorang itu berpoligami. Seseorang yang ingin berpoligami
terlebih dahulu meminta izin daripada Jabatan Agama Islam di kawasan/ daerah
pemohon terlebih dahulu.setelah mendapatkan izin pemohon akan membuat izin
tertulis daripada Pengadilan Agama.
19 ibid .. him 61 '
0 Op. Cit .. him 83
52
Tetapi sebelum itu pemohon perlu memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh Undang-undang Keluarga Islam Selangor tahun 2003. ia seperti
yang terdapat dalam seksyen 5 (a), (b), (c) dan (d) adalah sepe11i herikut:
I. Perkawinan yang dicadangkan adalah patut dan perlu
Patut dan perlu di sini bermaksud poligami yang dilakukan itu 111empunya1
sebab yang te1tentu sepelti . kemandulan, keuzuran jasmani, yaitu tidak
berkemampuan untuk melakukan persetubuhan, sengaja ingkar daripada
melakukan pemulihan hak-hak persetubuhan atau gila.
2. Pemohon hendaklah berkemampuan dari segi memberikan tanggungan nafkah
Pemohon paruslah mampu untuk menanggung tanggungannya jika ia kawin
lagi. lni termasuk tanggungan kepada ibubapa, isteri, anak-anak atau lainnya
dan juga calon isteri dan cal on anak-anak yang baru.
3. Mampu memberikan layanan yang adil
Pemohon haruslah mampu memberikan layanan yang adil kepada sernua
isteri-isterinya sebagairnana yang telah dipersetujui oleh syarak.
4. Tidak rnendatangkan dharar syarie kepada isteri
Dengan perkawinan yang baru ini ia tidak akan mendatangkan dharar syarie
kepada isteri yang sedia ada atau calon isteri. Misalnya dengan perkawinan
tersebut akan membuatkan isteri menjadi gila. Apabila terjadinya ha! ini maka
si suami tidak boleh melakukan perkawinan yang baru. 21
~ 1 Scksyen 23, Enak111en Undang-undang Keluarga Jslan1 (/\'egeri Selangot) 2003.
53
Dalam ha! ini, maka hakim selaku orang yang berhak bagi
menentukan keputusan atau orang yang berhak memberikan izin berpoligami,
dengan kebijakannya akan menilai kondisi isteri atau calon isteri pada waktu
pertemuan antara suami dan isteri serta calon isteri dalam persidangan
tertutup. Sekiranya hakim lihat isterinya seperti dalam keadaan berputus asa,
rnaka perkawinan tersebut tidak diizinkan.
D. Prosuder Berpoligami dalam Undang-_undang
Permohonan poligami harus terlebih dahulu memenuhi beberapa prosuder
yang telah ditc;tapkan oleh Jabatan Agama Islam Selangor.
Permohonan berpoligarni boleh diajukan ke Pejabat Agarna Islam (KUA)
yang daerahnya sesuai clengan tempat tinggal pemohon. Pernohon perlu mengisi
formulir 1 B bcn'(arna kuning22 terlebih dahulu yang boleh dipcroleh tanpa biaya
dengan rnengisi data-data seperti nama dan segala pengenalan diri serta
pendapatan pemohon, data-data calon isteri, tanggal dan tempat untuk
mclangsungkan akad nikah, data-data pengenalan isteri atau isteri-isteri yang
masih ada, jumlah anak, identitas dua orang saksi. Namun, sebelum pemohon
membuat permohonan perlu menclapatkan bimbingan dan nasehat dari Jabatan
,. Agan1a.~-'
22 Borang I B (Permohonan o!eh laki-laki yang beristeri untuk berka\vin) 23 http://www. is lam. gov. rny/portal/pdf/Po I igarn i PPUU .pd f. h I rn .2-3
54
Setelah mengisi data-data tersebut, pemohon dan 2 orang saksi wajib hadir
ke Pejabat Agama Islam untuk membaca ikrar (sumpah) dan menandatangani
fomrnlir tersebut sebagai pengakuan yang mengatakan bahwa butir-butir data
tcrsebut adalah benar. Kemudian Ketua Pendaftar atau Pendaftar (Sekrctaris) atau
Timbalan Pendaftar (Divisi Pendaftaran) Pejabat Agama Islam akan memberi
keterangan dan memberi izin untuk berpoligami. Kemudian pihak Pengadilan
Agama Islam yang bertanggungjawab memberikan izin kepada pemohon untuk
berpoligami.
Namun sebelum seseorang itu membuat permohonan dari Pejabat Agama
Islam Selangor, haruslah memenuhi syarat-syarat permohonan yang telah
tentukan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:24
J. Pemohon yang ingin berpoligami tidak diwajibkan mengikuti kursus pm
pcrkawinan (~imbingan dan nasehat).
2. Formulir IB bese11a senarai semak (prosedur) bisa diperoleh dari Pejabat
Agama Islam Daerah (PAID) I Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS).
3. Formulir ini hanya untuk pemohon yang beralamat dalam kad pengenalan
(KTP) atau bermastautin (menetap) dalam negeri selangor.
4. Batas minimal bermastautin (menetap) adalah 4 bulan walaupun alamat kad
pengenalan (KTP) luar dari negeri Selangor.
2..i Pejabat Aga1na Islam Sclangor, larnpiran Senarai Se111ak Po/iga111i.
55
5. Kelayakan bermastautin (menetap) harus disahkan oleh Penghulu/ Ketua
Kampung (RT)/ Pengerusi Jawatankuasa Ketua Kampung/ Pengerusi
Jawatankuasa Penduduk Taman Perumahan/ Nazir Masjid.
6. Formulir harus diisi 3 bulan sebelum tanggal akad nikah.
7. Dua orang saksi harus mengenali diri pemohon.
8. Pastikan Penolong Pegawai Nikah/ Pendaftar/ Timbalan Pendaftaran telah
membuat pengesahan dengan bukti tandatangan, tanggal dan cop rasmi
(stemple) di dalam formulir.
9. Setelah sempuma pengesahan Peno long Pendaftar Nikah, Pemohon hendaklah
hadir ke Pejabat Agama Islam Daerah (PAID) di mana pemohon bemrnstautin
(menetap) untuk mendapatkan dukungan Pendaftar.
I 0. Sckiranya pemohon mau menikah diluar daerah I negeri. pemohon harus
membuat satu salinan formulir I 13, salinan KIP pemohon dan 2 orang saksi. '
Setelah mengisi formulir yang disediakan beserta dengan surat akuan
(surat izin) yang telah ditandatangani oleh pemohon sendiri dan akuan (surat izin)
tersebut telah dibacakan di hadapan Pendaftar Agama serta ditandatangani oleh
Pendaftar, tanggal dan stample. Maka pemohon harus mengajukan formulir
tersebut ke Pcngadilan Agama dengan membawa beberapa dokumcn yang
berkaitan, sebagai berikut :
1. !\.ad l'cngcnalan (KIP) pemohon yang asli dan fotocopy/ pasport (jika
pemohon adalab warganegara asing).
56
2. Fotocopy Kad Pengenalan (KTP) dua orang saksi/ pasport (jika pemohon
adalah warganegara asing)
3. Surat nikah isteri-isteri terdahulu yang asli dan yang difotocopy.
4. Formulir pem1ohonan !B bersama dokumen-dokumen yang asli dan fotocopy.
(iika pemohonan nikah di luar daerah/ Negeri)
5. Surat pcngesahan bermastautin (menetap) pemohon daripada penghulu atau
Ketua Kampung atau Nazir Masjid atau Pengernsi Jawatankuasa Ketua
Kampung atau Pengerusi Jawatankuasa Penduduk Taman Perumahan.
(apabila alamat Kad Pengenalan berbeda dengan alamat sekarang)
6. Surat keterangan dari dokter dengan tes darah bahwa bebas dari HIV. 25
7. Bukti slip gaji akhir I akuan sumpah (pendapatan individu tanpa slip gaji).
8. Bukti aktc kclahiran anak.
9. Fee Peradilan..(Biaya perkara).
I 0. Surat laporan dari Pejabat Agama.
11. Bagi pcmohon yang barn memeluk agama Islam, harus menunjukkan kad
pcrakuan/ Sertifikat memeluk agatna Islam dan telah memperolehi kad
pengenalan (KTP) I kad pengenalan sementara bahwa pemohon beragama
Islam.
12. Surat kelulusan daripada Pegawai Atase Agama Angkatan Tentera. (jika
pcmohon seorang anggota tentera)
25 Pcjnbat Aga1na lslarn Selangor, Lan1pira11 Senarai Setnak Poliga1ni
57
13. Surat kelulusan daripada Polis Diraja Malaysia. (jika pemohon merupakan
I. ·)26 seorang anggota po 1s1
Formulir pernohonan yang telah diisi perlu adanya alasan-alasan rnengapa
perkawinan yang diajukan patut dan perlu, jumlah tanggungan yang ada dan
tanggungan ca!on isteri dan izin atau pandangan daripada isteri-isteri yang ada,
apakah ada pcrsetujuan atau tidak atas perkawinan yang akan diajukan.
Seksyen 23 (I) Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Selangor tel ah
menetapkan bahwa seorang lelaki yang ingin kawin lagi perlu untuk memohon
keizinan daripada Pengadilan Agama terlebih dahulu. Apabila seorang lelaki
berkawin tal'.pa kebenaran/ izin rnaka perkawinan tersebut tidak boleh
didafiarkan.
Apahila permohonan telah diterima oleh pihak Peradilan Agama,
pemohon dan ist~ri-isteri yang ada akan dipanggil supaya perrnohonan didengar
dan dilakukan dalarn persidangan yang tertutup, sebagaimana yang telah
ditentukan dalam Seksyen 23 (4). Setelah rnemenuhi prosuder yang disebutkan
diatas, permohonan itu akan dipertirnbangkan dengan melihat kepada empat
syarat yang telah dinyatakan di atas tadi. Apabila pengadilan senang walaupun
tanpa persetujuan isteri yang sedia ada pennohonan itu akan diluluskan.
Bagairnanapun, Peradilan perlu mengikut Seksyen 23 dengan mematuhi
senrna syarat dan keperluan dalam seksyen tersebut tanpa mengabaikan salah satu
daripadanya. Sckiranya Pengadilan membenarkan poligami tersebut tanpa rnenilai
:!o llnp://\V\\'\\·. fn;e\vebs.co111/shachou/pa2es/keluarg;i.htn1 I, him. 2
58
atau berpuas hati dengan semua syarat-syarat dan keperluan yang ditentukan isteri
boleh memohon terhadap keputusan Pengadilan dalam tempo 14 hari selepas
keputusan dibuat.
Kasus yang telah 111en1epskan kepentingan syarat tersebut ialah Aishah
lwn !fan Mohd Yusor-'" Jawatankuasa Rayuan telah menolak keputusan Hakim
Peradilan Agama Shah Alam. Selangor yang telah memberi izin permohonan
berpoligami atas alasan pemohon ada kemampuan nafkah zahir dan batin, serta
takut berlaku zina dan maksiat. Isteri telah memohon kepada Jawatankuasa
Rayuan yang membenarkan pem10honannya karena Hakim terdahulu tidak
langsung mengambil semua syarat di bawah Seksyen 23 (4). Iajuga menyatakan
bahawa sebagai seorang Islam suami patut boleh mengawal nafsu dan
mengelakkan zina atau perkara maksiat.
Suami harus mcmbuktikan bahwa dia memenuhi semua syarat dan
keperluan di da!am Seksyen 23. lni telah diputuskan oleh Jawatankuasa Ulang
Bicara Sclangor dalam kes Raja mah fwn Abd Wahab, 28 yaitu be ban membuktikan
bahwa ia bo!eh mempunyai lebih daripada satu isteri adalah hak atas suami. Oleh
kerana suami gaga! membuktikan, kebenaran untuk berpoligami telah dibatalkan.
Sekiranya permohonan telah diluluskan, maka acara atau proses
pcrkawinan untuk bcrpol igami ini ad al ah sama seperti permohonan akad nikah
~' Ahinad lbrahiin, .Jurna! lfuku111, ('atatan Mengenai Kasus-kasus, (Kuala Lumpur: Bahagian Hal Elma! Islam. Jabatan Perdana Menteri. 1990), him. 152 ,,
" Ibid, him. 171
59
dan pendaftaran perkawinan lain dalam Selangor di bawah Enakmen Undang
undang Keluarga Islam Negeri Selangor.
Demikianlah perjalanan proses yang diperlukan dalam permohonon untuk
berpoligami, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas yaitu dengan berrnulanya
p.:ngurusan di Pejabat Agama Islam Daerah (KUA) dengan disertakan dokumen
dokumen dan menepati syarat-syarat permohonan dan akhirnya dokumen
dokumen tersebut di ajukan ke pihak Pengadilan Agama Islam untuk
dipertimbangkan sebelum hakim memutuskan. Dan putusan hakim tersebut boleh
dimohon ke .lawatankuasa Rayuan seandainya pihak isteri tidak senang dengan
putusan tersebut. Keizinan hakim dalam memberikan putusan adalah berdasarkan
dcngan kclayakan pcmohon dan merasakan perkawinannya itu patut dan perlu.
BABIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas tentang masa!ah po!igami dari fiqh dan dari perpektif
Undang-undang negeri Selangor 2003, maka penu!is boleh membuat beberapa
kesimpulan berkenaan pembahasan yaitu,
I. Poligami menurut pandangan fiqh adalah satu perkawinan yang banyak atau
satu perkawinan yang lebih dari seorang dengan batas maksimalnya empat
orang isteri. Poligami merupakan pengertian umum, kerana poligami dapat
dibagi 2 macam yaitu poliandri dan poligini. Begitu jua poligami dalam
pengertian undang-undang. Dalam menyentuh soal persyaratan, fiqh hanya
rnem bcri batasan um um sedang undang-undang lebih memperketatkan agar
poligami tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak yang hanya menurut
kernauannya saja tanpa memikirkan tanggungannya.
2. Poligami tidak akan terjadi apabila tiada alasan yang mendorong pelakunya
untuk kawin lagi, alasan poligami ialah isteri memiliki penyakit, menjaga
kehormatan dan menghindari kemaksiatan, isteri tidak dapat memberi
kcturunan, suami isteri tinggal berjauhan, ingin membantu calon isteri,
berkemampuan untuk berpoligami dan menghindari fitnah masyarakat.
Walaupun poligami diizinkan dengan adanya alasan yang kuat, namun ia tidak
r-n
61
akan berlaku sekiranya persyaratan-persyaratan tidak terpenuhi dan
kemampuanya masih diragui.
3. Undang-undang keluarga Islam telah mengatur tentang poligan1i ini,
merupakan lan!!kah awal bagi mengawasi dan menimbangkan kelayakan
scscorang yang mahu bcrpol igami, dalam membuat permohonan poligami ini,
yang pertamanya harus diajukan ke Jabatan Agama Islam Selangor dan sudah
· mendapatkan pengesahan dari Pendaftar di kantor tersebut. Kemudian hams
mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan Agama, dan Pengadilan Agama
akan memutuskan berdasarkan kelayakannya.
B. Rekomendasi
Dalam menyingkapi permasalah poligami yang berlaku di Malaysia,
penulis mempunyai beberapa pandangan bertujuan membantu masyarakat agar
dapat mcnilai Islam itu secara jernih, bukan dcngan pandangan prejudis. Di sini
beberapa saran yang ingin penulis titipkan dalam penulisan ini adalah:
I. Mengharapkan masyarakat agar dapat mengubah cara pandang terhadap
poligami, poligami bukan melemahkan kesatuan Islam dan menghancurkan
keluarga Islam, tapi merupakan aturan yang indah bagi mereka yang mampu
mcmandang dengan baik.
2. Bagi kaum wanita khususnya, fahamilah Islam dengan benar. Poligami bukan
merupakan satu diskriminasi atas kaum wanita, setelah muncul Islam wanita
bcrhak at as dirin) a scndiri dam bcrhak atas yang lain.
62
3. Bagi kaum laki-laki yang mahu berpoligami. Pastikan telah menepati kareteri
karetaria yang telah ditetapkan dan merasa mampu untuk berlaku adil
terhadap semua tanggungannya. Jangan berpoligami hanya untuk kepentingan
pribadi dengan mcngabaikan tanggungjawab sebagai ketua keluarga. Kerana
poligami ini Jangka diamalkan. janganlah jadikan kelangkaan itu sebagai satu
titik kelemahan bagi pihak orentalis untuk merendahkan ajaran Islam yang
n1urn1 n1i.
4. Undang-undang Keluarga Islam Selangor, menurut prosuder yang sebenar,
begitu rapi dalam memastikan poligami itu hanya bisa bagi mereka yang layak
dan telah mencukupi kelayakan sebagaimana yang diatur dalam undang
undang. Seharusnya setiap negeri di Malaysia mengamalkan sistem seperti itu.
Tidak terlalu sulit namun tidak juga terlalu mudah, kema Islam itu
pcrtcngahan.
Semoga dengan adanya undang-undang Islam yang mungkin dilaksanakan
di Malaysia akan membawa kernakmuran, pembangunan ruhiyyah dan jasadiyah
dari segi pemikiran dan pelaksanaan kepada masyarakatnya sehingga memberi
keberuntungan bukan sekadar untuk Negara umat Islam bahkan untuk Negara
negara non muslim yang lainnya. Bahkan ianya adalah satu tunutan untuk
menyebarkan agama Islam kepada Negara yang mayoritas penduduknya non
muslim. Sebagai Negara yang mayoritas umat Islam disinilah be1mula dimensi
baru dalam konstitusi kepada masyarakat dunia.
DAFT AR PUSTAKA
Al-Qur 'an dan te1jemaha1111ya. Jakarta: Department Agama RI, 1994
Abdul Majid, Zuhdi, U11da11g-1111dang Keluarga Islam, Konsep Dan Perlaksanaannya di Malaysia, Kuala Lumpur: Karya Abadi, 1986
Abdulla.fl, Sufyan Raji, Poligami Dan Eksistensinya . .Jawa Barat: Pustaka al-Riyadh, 2004
Abu Bakar, lmran, Penga111ar Undang-undang di Malaysia, Selangor : Books Store Entprise, 1999
Abu Syuqah, Abdul Halian, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema lnsan Prees, 1999
Ahmad Ibrahim & Ahilemah Joned, Sistem Undang-undang di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2005
Ali Al Barr, Dr. Muhammad, Hikmah Kejadian Alam Semesta, Kuala Lumpur: Darul Nu'man, 2001,
Assegaff, Habib Abdurrahman. Poligami Dan Konrro1·ersi, Maka/ah Seminar Lintas Agama, Jakarta: Fakultas Usuluddin Dan Filsafat UIN Jakarta,2006
Baharon, Abdul Wahid, Poligami Menurul Pandangan Islam, Kuala Lumpur: Sabha DPT Services, 1992
Ghazaly, 1-1. Abdur Rahman, Fiqh Munakahar, Jakarta: Prenada Media, 2003
H.S. al-Hamdani, Risa/ah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Jakarta : Pustaka Amani, 1989
Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Po/igami VS monogami Baral, .Jakai1a: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993
Hasyim, Syafiq, hal-ha! Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuanan Dah1111 Islam. Bandung : Mizan, 2001
lbarahim, Ahmad, Undang-zmdang !slam di Mahkwnah Syariah, Perak: Pustaka AnNur, 1995
64
Ibnu Al-Arabi, Abu Bakar Muhammad Abdullah Al-Ma'ruf, Ahkaamul Quran, Beirut-Lubnan: Daaru Al-Kutub Al-Ilmiayah, 1998
Ibrahim, Ahmad, Jurnal Hukum, Catalan Mengenai Kasus-kasus, Kuala Lumpur: Bahagian Hal Ehwal Islam, Jabatan Perdana Menteri, 1990
Ibrahim, Ahmad, Undang-undang Ke/u(Jrg{/ fsh1111 Di Malaysia, Kuala Lumpur: Malayan Law Journal Sdn Bhd, i 99lJ
M.Haswadi, Po!igami Dalam Perspektif !s/(Jm, li1akalah Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Fakultas Syariah Dan Hukum UlN Jakarta,2006
Machfudz, A. Saha!, Ensiklopdia ljma ·: Kesepakatan Ulama' dalam Hukum Islam, Jakarta: IKAPI, 1987
Mahdi, Mahmud, Wanita Teladan, lsteri-isteri, Putri-putri Dan Sahabat Wanita Rasulullah, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005
Muhammad, Walid 'Af'if, Panduan Dan Tata Cara Lengkap Kelahiran, Pernikahan Dan Kematian Menurut Aturan Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1996
Mulia, Musdah, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999
ivlusa, Muhammad YusuC al-Alnrnl a/-S)'akhsiah Fi al-Fiqh al-lslami, Kahirah: Dar al-Fikr.1969 '
Nasution, Amir Taat, Rahasia Perkwinan dalam Islam, Tuntunan Keluarga Bahagia, Jakarta: PT Pedoaman llmu Jaya, 1994
Nata, H. Abudin, Metode Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Kesembilan, 2004
Natution, Syahrun, Fiqh Lengkap Perkawinan, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1993
Nurbowo, lndalmya Poligami: Pengala111a11 ke/uarga sakinah Puspo Wardoyo. Jakarta : Scnayan Abadi, 2003
Qardhawi,Dr. Yusuf, Terjemahan Huda Al-Islam Fatawa Mu'asharah, Surabaya: Risalah Gusti, 1994
Rahman, Abdur, PerkaH•i11a11 dalam S)w·iat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992
65
Ridwan, Kafrawi, ( ed). Et.al, Dewan RedakSi Ensklopedia Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Vanhoeve, 1997
Ritonga, Muhamad Suten, Poligami Dari Pelbagai Persepsi, Jakarta: Gema Insan Press, 1996
Saabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, Kairo-Mesir: Daar Al-Fathi Lil l'llamu Al-'arabi, 1996
Salim, Rafiah, Undang-undang Keluarga dan.Keh11dayam11Walaysio. Kuala-Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998
Suprapto, Bibit, Liku-liku Poligami, Yogja: Al-Kautsar, 1990
Thalib, Drs Muhammad, Tuntunan Poligami Dan Keutamaannya, Bandung: Irsyad Baitus Salam,200 I
Lampiran
Pejabat Agama Islam Selangor, Lampiran Senarai Semak Po/igami
Website
http://www.islam.gov.my/portal/pdf/PoligamiPPUU.pdf.
http://www.freewebs.com/shachou/pages/keluarga.html.
1. Narna ............................................................................................... , ........................... ~ .... ' ........... .
2. No. Kad Pengenalan .................................................... Warna ............................. : ..... :.1 ••••• :: ••••••.••••••••.••
No. Pasport ................................................................... Warganegara ........................ '. ... :.·:.'.: .................. .
Tarikh Lahir. ........................................................... Bangsa ................................. ;.,;;:: ................ .
Alarnat Rumah ........................................................................................................... .-................ .
..................................................................................................................................................... .. . ' ; , .
Alamat Pejabat .................................................................................... ,«, ..•• , ...... :., •..•••..••••...••....•.
Pekerjaan ................................................................ Pendapatan ........................................ _ ......... .
Tarikh Muallaf (jika berkenaan) ..................................................... " .. '·'·····: .. : .... ;;c .......... , .... ".;.; ... ~
3. Saya rnernohon berkahwin dengan .................................. , ................ :.~· .. ::·::~'.i .. :.~~~ .. ~·-~~ ..... ::·::~: .. _~:.'~~' . ..: No. Kad Pengenalan ....... :············ ........................... Warna ...................... ; ............. ~.·::· .. :.:: .•• .'~.:: ... .
No. Pasport ............................................................ Warganegara ............................................... .
Tarikh Lahir ........................................................... Bangsa ........................................................ .
Alamat Rumah ........................................................................................................................... .
..................... ....•..• ••·•··· ............ •·······•••· ••. •·•·••••• ............ ·: .. ............... ·•·•••••• ~ •••. ••:,''.i ;··-···:··;····· ··~·········
Alamat Pejabat.. ......................................................................... c ........ .L:.;.;;.c ..... ;.; .. ;,;,; .... ..
Tarikh Muallaf (jika berkenaan) ............................................................................................... .
4. Saya mernohon untuk melangsungkan perkahwinan (akad nikah) ini pada ~ .... : ..... :.': ...... ~-.' .... . di tempat (alamat) .............................................................................................................. .
Kariah Masjid .......................................................... Daerah ......................................................... .
5. Saya ialah scorang yang masih beristeri.
(i) Nama isteri pertama ........................................................................................................ .
No. Kad Pengenalan ........................... ';.,Varna ................ Tatikh Lahir .............................. .
Bilangan anak ................................................ .
Alamal. ........................................................ .
(ii) Nama isteri kedua ............ .
No. Kad Pengcna!an ................. Wama.· ............... Tarikh Lahir. .............................. .
2
(iii) Nama isteri ketiga ................................................................................................... .
No. Kad Pengenalan ........................... Warna ................ Tarikh Lahir ............................... .
Bilangan anak .............................................................. .
Alamat. ................. .
6. Saksi-saksi saya ialah:
(I) Nama ..... .
No. Kad Pengcnalan .................................................... Tarikh Lahir. .. .
Alamat (Rumah) ... .
Alamat (Pejabat) .................................................................................................. .
(2) Nama ..................... .
No. Kad Pengcnalan .... : .......... . . .......................... T<irikh Lahir.
Alamat (Rumah) ...................................................................................................... .
Alamat (Pejabat) .......................................................................................................... .
PF.RHATIAN'.
Mcngikut Seksyen 23 (3). pcrmohonan ini hcndaklah disenai dengan sua1u akuan mcnyaiakan al:isan-alasan mengapa perkahwinan yang dicadangkan itu dikatakan pa1u1 dan perlu, pendapatan pemohon pada masa i1u, butir-butir komitmennya dan kc\\'.ajipan dan ianggungan kcwangannya yang patut diten1ukan, bilangan orang tanggungannya, tcrmasuk or<ing-orang yang akan mcnjadi orang tanggungannya beriku1an dengan pcrkahwinan yang dicadangkan iiu d:t•• sama ada ii.in atau pandangan is1cri atau istcri-isterinya yang sedia ada tclah diperolehi arnu 1idak terhadap perkahwinan yang dicadangkan itu.
PERAKUAN PEMOHON
Saya rncngaku sega13 butir-bu1ir yang terkandung di dalam borang ini ada!ah benar d.an sck1ranya butir-butir itu palsu maka saya melakukan satu kesalahan dan boleh dikenakan hukuman mengikut seksyen 38, Enakrnen Undang-Undang Keluarga Islam, Selangor No. 4 Tahun 1984.
Tarikh H M Tandatangan!Cap Jori Pemohon
PERAKUAN SAKSI-SAKSI
Adalah kami yang menurunkan tandatangan di bawah ini naik saksi bahawa segala butir-butir di atas adalah benar.
Tarikh H M ( 1) Tandalangan!Cap Jari Saksi
3
(Keterangan Ketua Pendaftar atau Pendaftar atau Timbalan Pendaftar atau PenoJong Pendaftar. bagi Kariah Masjidnya atau pihak berkuasa yang sebenar bagi negcrinya jika pihak lelaki adalah bermastautin di Kariah Masjid yang berlainan dari Kariah Masjid pihak perempuan atau di negeri lain).
Keterangan yang tercatat oleh pemohon di atas ini adalah benar dan dia adalah seorang yang *beristeri/
sudah bercerai hid up pada ............................................................................................................ .
dan tidak rujuk kepadanya dan n1cmpunyai anak seramai ..................... orang.
Lain-lain ~t"fcrangan:
Tarikh H M
Catalan oleh Pendaftar:
............................................... '
Tarikh H M ..................................... .
Tandatangan
NAMA •••••••••••••••••.••••••••••••••.•••••••.•••••••••••••..•••.••.•••••••••••••••
ALAMAT ...•••....••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.••••.••...•...•.•
Tandatangan Pendaftar
(UNTUK KEGUNAAN RASMI SAHAJA)
Pennohonan diterima pada ................................................................................................................ .
Bilangan Perrnohonan .......................................................................... -.......................................... .
Catatan Pcndaftar ................................................................................................................................... .
Permohonan *<liluluskan/1idak di!uluskan .................................................................................................. .
Bilangan Kebenaran Kahwin ........................................................................... .
Tarikh H M Tandatangan Pendaftar
SENARAI SEJ\t1AK
PROSEDUR, DOKUl\tIEN SOKONGAN & SYARAT PERl\10HONAN BERKAHWIN BAGI LELAKI BERISTERI
(PO LI G A..1V1I)
PROSEDlTR
WAKTU URUSAN PERi\fGHONAN Nll\.A. IS?-i~~~~ SELft.SA, R/~,suf KHft..flt1iS.
JA1':1 C.30 P,,:C:..G: t-f::'"1-:::GA 12.45 2.DO FIG HiNGi3A 4.00 PTG
I. D . .\PATKAi"'l BORANG lB DI JAIS I PAID
· 2,. LENGKAPKAN BORA .. NG DAN LAMPIRKAN DOKUMEN SO KONG AN
· '3'. 'DAP ATKAN PENGESAfLi\N DARI PPN (PEN. PEND AFT AR NIK.AH)
4. DAPATK.A...N SOKONGAN BERKA.HWIN DARI PAID (PEJABAT AGA.l\!fA ISLAM PETALING)
5. DAPATKAN KEBENARAN DARl MAHK.A.MAH SYARIAH
DOKUJY1EN SOKONGAN
1. K.l\D PENGENALAN PEMOHON ASAL & SALINAN I PASPORT (Jika Pemohon Warganegara Asing)
2.SALINAN KAD PENGENAL.AN 2 SAKSIJ PASPORT (JikaPemohon. __ ·-··Warganegara Asing)
3. SURAT NIK.AH ISTERI ASAL & SALIN AN
... 4.BORANG PERivfOHONAN lB BERSAMA DOKUMEN- DOKUMEN I" ASAL & SALINAN(Jika Permohorran Nikah Luar Daerah I Negeri /Negara)
5. SURAT PENGESAHAN BERMASTAUTIN PEMOHON DARIPADA PENGHULU/ KETUA KAMPUNG/ NAZIR MASJID/ PENGERUSI JK.KKJ PENGERUSI JAWAT.ANKUASA PENDUDUK TMN PERUMAHAN (Sekiranya Alamat Kad Pengel}alan Berbeza Dengan Alarnat Sekarang)
UJIAN HIV
SYARATPERJ.V.IOHONAN
1. PEMOHON YANG INGIN BERPOL!GAMI D!KECUAL!KAN DARIPADA KURSUS PERK.A..HW!NAN
2. BORANG lB BESERTA SENARAI SEMAK HENDAKLAH D!PEROLEHI DARI PAID I JAIS
3. BO RANG IN1 HA."IYA UNTUK PEMOHON YANG BERA.LAMA I DALAM KA.D PENGENALAN ATAU BERMASTAUT!N DALAM NEGERI SELANGOR
4. KADAR MAST AUTIN ADALAH 4 BULAN W ALAUPUN ALAMAT KAD PENG EN ALAN LUAR NE GERI SELANGOK :.· .. · .. _ '-:' -·. · ·: · . ~: -
5. KELAY AKAN BERMASTAUT!N MESTILAHbii'>'AHKAN OLEH ·. PENGHULU, KETUA KAMP UNG, PENGERUSI JKKK, PENGERUSI JAWATANKUASA PENDUDUK TAMAN PERUMAHAN ATAUNAZIR MASJ!D
6. BO RANG INI HENDAKLAH DIISI .3 BULAN SEBEi:uMTARIKHAKAD. -_ ... : . _, -· -- -
NIK.AH - . . . . . . . .. , . --. . ·- : . . c . -~~--: : •• _::_,: • :.-=.:.•:~~-::=~: ='_-_:::: __ ,_::.-_ ::.:::_:: :_·:_::..._-_· :·: ____ ._- . - -_ ·_::.._--._:_. _-._:._ ------~-:"'~ - •• "4" ,;...·:-..:::::: ... ::.:.=-::-:--:::-... ·.~::-_:~-::-~ ·:-·::_:._.:-.:-_-: -··: ._ -- - ~ - ... -- ·- -
.... _ _, ---···· -- --------,------·
7. TANDATANGAN PEMOHON & SAKS! HENDAKLAH DIBUAT DI HADAPAN PPhl/ PENDAFTAR/ TIMB. PENDAFTAR
8. DUA ORANG SAKSI HENDAKLAH YANG MEN GEN ALI DIRI PEMOHON
9. PASTIKAN PPN /PENDAFTAR/TIMB. PENDAFTAR TELAH . MEMBUATPENGESAHAN DENGANBUKTI TANDAT AN GAN; --- --- · TARIKH DAN COP RASMI DI DALAM BORANG
10. SETELAH SEMPURNA PENGESAHAN PPN, PEMOHON HENDAKLAH HAD IR KE PAID D! MANA PEMOHON BERMASTAUT!N UNTUK MENDAPATKANSOKONGANPENDAFTAR
11. JIKA MORON NIKAH DI LUAR DAERAH I NEGERI, PEMOHON HENDAKLAH MEMBUAT 1 SALINAN BORANG lB, 2 SALINAN KAD PENGENALAN PE!YfOHON DAN 2 OR,l,.NG SAKSI
i -r PERHATIAN: SETIAP DOKUMEN ASAL PERLU D!BA WA BERSAMA