plagiat merupakan tindakan tidak terpuji pdf/f. farmasi/farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi...

118
OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X” SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Aries Mulyawan NIM: 108114037 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: lamdung

Post on 17-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA

PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM

SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Aries Mulyawan

NIM: 108114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

i

OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA

PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM

SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Aries Mulyawan

NIM: 108114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

ii

Persetujuan Pembimbing

OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA

PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM

SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X”

Skripsi yang diajukan oleh:

Aries Mulyawan

NIM : 108114037

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. Tanggal ………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA

PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM

SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X”

Oleh :

Aries Mulyawan

NIM : 108114037

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

pada tanggal : 01 April 2014

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. …………..

2. Jeffry Julianus, M.Si. …………..

3. Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. …………..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

iv

Halaman Persembahan

“Ask, and it will be given to you; seek, and you will find; knock, and it

will be opened to you.” – Matthew 7:7

Aku tak akan pernah menyerah untuk terus memikul salib-Mu Tuhan,

dan aku tak akan pernah berhenti untuk percaya bahwa Engkau selalu

ada untukku. Aku tahu ini semua tidak akan ada artinya tanpa ada

campur tangan-Mu, Terima Kasih Tuhan Yesus Kristus

“Impian itu ada untuk dicapai bukan tuk diimpikan terus-

menerus tanpa tahu cara mencapainya” - Aries mulyawan

Karya ini saya persembahkan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus, Roh

kudus pelindung-ku, Papa, Mama, Saudara-ku, Almamater ku, seluruh

dosen dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan

skripsi ini.

~KEEP MOVING FORWARD~

“For God so loved the world that he gave his only son. So that everyone who believes in him may not perish

but may have eternal life”

John 3:16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari diberlakukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sangsi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Febuari 2014

Penulis

(Aries Mulyawan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Aries Mulyawan

Nomor Mahasiswa : 108114037

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

OPTIMASI KOMPOSISI DAN KECEPATAN ALIR FASE GERAK SISTEM

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA

PEMISAHAN SALBUTAMOL SULFAT DAN GUAIFENESIN DALAM

SEDIAAN OBAT SIRUP “MEREK X”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: Febuari 2014

Yang menyatakan

(Aries Mulyawan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah yang telah diberikan sehingga penelitian dan penyusunan skrupsi yang

berjudul “Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak Sistem Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik pada Pemisahan Salbutamol Sulfat dan

Guaifenesin dalam Sediaan Obat Sirup “Merek X”” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana farmasi

(S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,

penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberi masukan dan jalan keluar serta saran yang sangat

bermanfaat dalam menyelesaikan penelitian ini hingga penyusunan naskah

skripsi.

3. Jeffry Julianus, M.Si. dan Florentinus Dika Octa Riswanto, M. Sc. selaku

dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun

dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

viii

4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

mendampingi, membagi ilmu dan pengalamannya yang sangat bermanfaat

dalam bidang farmasi.

5. Seluruh Staf laboratorium kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma terutama Mas Agung, Mas Bimo, Mas Kayat, Pak Parlan, Mas

Ottok, Pak Mus, dan Pak Iswanto yang telah banyak membantu dan bersedia

untuk direpotkan selama penulis menyelesaikan penelitian skripsi ini.

6. PT. Ifars Pharmaceutical Laboratories yang telah bersedia memberikan

senyawa standar salbutamol sulfat yang berguna bagi penelitian.

7. Yani Ardiyanti, SF., Apt. selaku mahasiswa Strata-2 Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta, yang telah bersedia memberikan senyawa standar

guaifenesin yang berguna bagi penelitian.

8. Orang Tua, Hendra wijaya, Dicky Chandra keluargaku tercinta yang telah

memberikan semangat, doa dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Agustinus Hendy L., Priscilla Novelia S. sebagai teman seperjuangan skripsi

satu tema yang telah membantu dan memberi semangat dalam penelitian ini.

10. Teman-teman “three musketeers”, terima kasih atas persahabatan,

kegembiraan, dan semangat yang diberikan sejak SMA sampai sekarang.

11. Lelo, Stevan, Christian, Didit, Daniel, dan semua teman-teman FST A 2010

yang bersama-sama berjuang dalam skripsinya masing-masing, terima kasih

atas dukungan, doa, dan bantuan selama perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

ix

12. Teman-Teman angkatan 2010 Fakultas Farmasi Sanata Dharma, terima kasih

atas pengalaman dan kebersamaan selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih di dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca dan

dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ....................................................... vi

PRAKATA ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

INTISARI ....................................................................................................... xix

ABSTRACT ..................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

1. Rumusan masalah................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ................................................................ 5

3. Manfaat penelitian ................................................................. 6

B. Tujuan ................................................................................................. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xi

1. Tujuan umum ......................................................................... 7

2. Tujuan khusus ........................................................................ 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Salbutamol sulfat ................................................................................ 8

B. Guaifenesin ......................................................................................... 9

C. Metode analisis salbutamol sulfat dan guaifenesin ............................ 10

D. Spektrofotometer UV ........................................................................ 11

1. Radiasi Elektromagnetik ....................................................... 11

2. Serapan Senyawa ................................................................... 13

3. Gugus-Gugus Yang Berperan Dalam Penyerapan Radiasi

Elektromagnetik ..................................................................... 15

E. Larutan bufer ...................................................................................... 15

F. Kromatografi cair kinerja tinggi ......................................................... 17

1. Pengenalan dan instrumentasi KCKT .................................. 17

a. Kolom .................................................................. 19

b. Fase Gerak .......................................................... 20

c. Detektor .............................................................. 22

2. Mekanisme Pemisahan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi Fase Terbalik ............................................................ 22

3. Parameter-Parameter Penting Dalam Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi ...................................................................... 23

a. Parameter Waktu Retensi .................................... 23

b. Faktor Kapasitas .................................................. 24

c. Efisiensi Kolom ................................................... 24

d. Asymmetry factor dan Tailing Factor ................. 26

G. Landasan teori .................................................................................... 28

H. Hipotesis ............................................................................................. 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 30

B. Variabel Penelitian ............................................................................. 30

1. Variabel bebas .................................................................. 30

2. Variabel tergantung .......................................................... 30

3. Variabel pengacau terkendali ........................................... 31

C. Definisi Operasional ........................................................................... 31

D. Bahan Penelitian ................................................................................. 31

E. Alat penelitian .................................................................................... 32

F. Tatacara Penelitian ............................................................................. 33

1. Pembuatan asam fosfat 0,1M .......................................... 33

2. Pembuatan bufer kalium dihidrogen fosfat 0,01M .......... 33

3. Pembuatan fase gerak ...................................................... 33

4. Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan

guaifenesin yang digunakan untuk penentuan

panjang gelombang .......................................................... 33

5. Pembuatan Pembuatan larutan baku salbutamol

sulfat dan guaifenesin yang digunakan untuk

optimasi dengan metode KCKT ...................................... 34

6. Pembuatan larutan baku campuran salbutamol sulfat

dan guaifenesin ................................................................ 35

7. Penentuan panjang gelombang pengamatan

salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan

spektrofotometer UV-Vis ................................................ 35

8. Preparasi sampel .............................................................. 36

9. Optimasi salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan

menggunakan metode KCKT fase terbalik ..................... 36

G. Analisis Hasil ............................................................................... 38

1. Bentuk peak pemisahan salbutamol sulfat dan

guaifenesin ....................................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xiii

2. Waktu retensi .................................................................... 40

3. Nilai resolusi .................................................................... 40

4. Nilai HETP ....................................................................... 40

5. Nilai koefisien variansi ..................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan pelarut .................................................................................... 42

B. Penentuan fase gerak ............................................................................... 43

C. Pembuatan larutan baku .......................................................................... 47

D. Penentuan panjang gelombang pengamatan salbutamol sulfat dan

guaifenesin menggunakan spektrofotometer UV-Vis ............................. 49

E. Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak ................................. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 81

B. Saran ....................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82

LAMPIRAN ................................................................................................... 84

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Jenis bufer yang sering digunakan pada sistem KCKT fase

terbalik ...................................................................................... 17

Tabel II. Karakteristik beberapa pelarut yang digunakan dalam

sistem KCKT ........................................................................... 21

Tabel III. Indeks polaritas campuran fase gerak metanol : bufer

fosfat 0,01M pH3 ...................................................................... 46

Tabel IV. Waktu retensi baku salbutamol sulfat dan guaifenesin ............. 54

Tabel V. Nilai tailing factor salbutamol sulfat dan guaifenesin ............. 58

Tabel VI. Hasil optimasi salbutamol sulfat dan guaifenesin

berdasarkan bentuk puncak ....................................................... 59

Tabel VII. Nilai resolusi pada sampel yang mengandung salbutamol

sulfat dan guaifenesin pada fase gerak metanol : bufer

fosfat 0,01M 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40 dengan

kecepatan alir 0,5 dan 1 mL/menit ............................................ 60

Tabel VIII. Uji kesesuaian sistem salbutamol sulfat pada pemisahan

larutan baku campuran salbutamol sulfat 1,6 µg/mL dan

guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak metanol : bufer

fosfat 0,01M 40:60 pada kecepatan alir 1,0 mL/menit ............. 78

Tabel IX. Uji kesesuaian sistem guaifenesin pada pemisahan larutan

baku campuran salbutamol sulfat 1,6 µg/mL dan

guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak metanol : bufer

fosfat 0,01M 40:60 pada kecepatan alir 1,0 mL/menit ............. 78

Tabel X. Uji kesesuaian sistem resolusi dan faktor kapasitas pada

pemisahan larutan baku campuran salbutamol sulfat 1,6

µg/mL dan guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak

metanol : bufer fosfat 0,01M 40:60 pada kecepatan alir 1,0

mL/menit ................................................................................... 79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur salbutamol sulfat....................................................... 8

Gambar 2. Struktur guaifenesin................................................................ 9

Gambar 3. Skema panjang gelombang ..................................................... 12

Gambar 4. Skema eksitasi elektron .......................................................... 13

Gambar 5. Skema sistem KCKT .............................................................. 19

Gambar 6. Struktur oktadesilsilan (C18) ................................................... 19

Gambar 7. Penentuan waktu retensi (tR) dan waktu mati (t0) ................... 24

Gambar 8. Penentuan parameter efisiensi kolom ..................................... 25

Gambar 9. Penentuan parameter asymmetry factor.................................. 26

Gambar 10. Perbedaan bentuk peak tailing dan fronting ........................... 27

Gambar 11. Penentuan asymmetry factor dan tailing factor ...................... 27

Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom dari salbutamol sulfat ........ 50

Gambar 13. Gugus kromofor dan auksokrom dari guaifenesin ................. 50

Gambar 14. Spektra salbutamol sulfat pada 3 seri konsentrasi .................. 51

Gambar 15. Spektra guaifenesin pada 3 seri konsentrasi ........................... 51

Gambar 16. Spektra gabungan salbutamol sulfat dan guaifenesin ............. 52

Gambar 17. Interaksi zat analit dengan fase diam (oktadesilsilan) ............ 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xvi

Gambar 18. Interaksi zat analit dengan fase gerak ..................................... 56

Gambar 19. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(40:60) dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit .......................... 62

Gambar 20. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(40:60) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit .......................... 63

Gambar 21. Gugus residu silanol bebas ..................................................... 64

Gambar 22. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(45:55) dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit .......................... 66

Gambar 23. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(45:55) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit .......................... 67

Gambar 24. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(50:50) dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit .......................... 69

Gambar 25. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xvii

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(50:50) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit .......................... 70

Gambar 26. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(55:45) dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit .......................... 72

Gambar 27. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(55:45) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit .......................... 73

Gambar 28. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(60:40) dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit .......................... 75

Gambar 29. Kromatogram salbutamol sulfat konsentrasi 10 µg/mL,

guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL dan sampel pada

komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

(60:40) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit .......................... 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) baku salbutamol sulfat ............ 85

Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) baku guaifenesin ..................... 87

Lampiran 3. Perhitungan polaritas fase gerak yang dioptimasi .................. 90

Lampiran 4. Uji Kesesuaian Sistem KCKT. Kromatogram Salbutamol

sulfat 1,2 µg/mL dan Guaifenesin 80 µg/mL ......................... 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xix

INTISARI

Salbutamol sulfat dan guaifenesin merupakan zat aktif yang terdapat dalam

sediaan obat sirup yang ditujukan pada pasien yang mengalami batuk yang disertai

dengan sesak nafas (asma). Kombinasi salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam

sediaan obat harus dapat menghasilkan efek farmakologis yang diinginkan sehingga

perlu adanya penjaminan mutu terkait kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam

sediaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal dari metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik sebagai metode yang

digunakan dalam penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan

obat sirup “merek X”. Dilakukan optimasi untuk menentukan sistem KCKT fase

terbalik menggunakan kolom C18 dengan fase gerak metanol : 0,01M kalium

dihidrogen fosfat pH 3,0 (40:60), (45:55), (50:50), (55:45) dan (60:40) serta

kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit dengan parameter uji berupa: bentuk peak,

retention time (tR), nilai resolusi, nilai koefisien variansi dari resolusi, tailing factor,

HETP, area under curve (AUC) dan waktu retensi salbutamol sulfat dan guaifenesin.

Kondisi optimum sistem KCKT fase terbalik yang diperoleh adalah fase

gerak metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat pH 3,0 (40:60) pada kecepatan alir

1,0 mL/menit. Kondisi ini memenuhi parameter pemisahan yang baik yaitu tailing

factor salbutamol sulfat 1,439 dan guaifenesin 0,767, waktu retensi salbutamol sulfat

2,905 dan guaifenesin 8,750 menit, dan nilai resolusi yaitu 10,462, nilai HETP paling

kecil yaitu 48,440 dan nilai %RSD < 2%.

Kata kunci: Salbutamol sulfat, guaifenesin, optimasi metode KCKT fase terbalik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

xx

ABSTRACT

Salbutamol sulphate and guaifenesin are active substances contained in

syrup dosage form for cough disease accompanied by dyspnoea (asthma).

Combination of salbutamol sulphate and guaifenesin in drug preparation have to

produce pharmacological effect, so the drug preparation needs the quality assurance

of product related to levels of salbutamol sulphate and guaifenesin.

This study aims to determine the optimum conditions for Reverse Phase

High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) to analysis of salbutamol

sulphate and guaifenesin in syrup dosage form brand “X”. RP-HPLC system using

C18 column with methanol : potassium dihydrogen phosphate 0.01M pH 3.0 (40:60),

(45:55), (50:50), (55:45) and (60:40) as mobile phase with varying flow rate 0,5 and

1,0 mL/min to determine peak shape, retention time (tR), resolution, coefficient of

variation value of resolution, tailing factor, HETP, area under curve (AUC), and

retention time of salbutamol sulphate and guaifenesin.

The optimum condition of RP-HPLC that could be achieved is methanol :

potassium dihydrogen phosphate 0.01M pH 3.0 (40:60) in the flow rate 1.0 mL/min.

this optimum condition has fulfill the good separation parameters which are tailing

factor value for salbutamol sulphate 1.439 and guaifenesin 0.767, retention time of

salbutamol sulphate 2.905 and guaifenesin 8.750 min, with resolution value is 10.462,

and coefficient of variation (%CV) value is more than 2%.

Keywords: Salbutamol sulphate, guaifenesin, optimization method of RP-HPLC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuk merupakan aksi untuk perlindungan dan pertahanan tubuh dengan cara

mengeluarkan mucus, zat asing, dan infeksi oleh mikroorganisme dari laring, trakea

atau bronkus menuju keluar tubuh (Asdie, 1995). Salah satu obat yang digunakan

dalam pengobatan batuk berdahak adalah guaifenesin.

Asma merupakan penyakit kronik pada saluran pernapasan yang ditandai

dengan adanya hiperaktivitas bronkus yaitu kepekaan saluran napas terhadap berbagai

ransangan. Penyakit asma termasuk dalam lima besar penyakit yang dapat

menyebabkan kematian, di dunia ada sekitar 5-30% manusia yang menderita akibat

penyakit asma. Prevalensi penyakit asma di Indonesia diperkirakan 3,32% dari

jumlah penduduk (Oemiati dkk., 2010). Salah satu obat yang digunakan dalam

pengobatan asma adalah salbutamol sulfat.

Pada penggunaannya, kombinasi salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam

sediaan obat sirup ditujukan pada pasien yang mengalami batuk yang disertai oleh

sesak nafas (asma). Seperti obat-obat pada umumnya, kombinasi salbutamol sulfat

dan guaifenesin dalam sediaan obat harus dapat menghasilkan efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

2

farmakologis yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu penetapan kadar salbutamol

sulfat dan guaifenesin dalam sediaannya untuk menjamin ketepatan dosis tiap sediaan

sehingga dapat menjamin dihasilkannya efek farmakologis dan keamanan obat dalam

pemakaiannya.

Guaifenesin (3-(2-metoksifenoksi)-1,2-propanadiol) merupakan obat batuk

yang memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan

mengurangi kekentalan sputum dengan cara merangsang selaput lendir lambung,

sehingga sekresi bronkial naik melalui reflex parasimpatik untuk membuang sputum

(Walode dkk., 2013). Guaifenesin berbentuk serbuk hablur, putih sampai agak

kelabu. Guaifenesin larut dalam air, etanol, kloroform, dan propilen glikol tetapi agak

sukar larut dalam gliserin (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI,

1995). Guaifenesin memiliki bobot molekul 198,2 g/mol; titik lebur 78-82oC; nilai

log P (oktanol/air)= 1,4; dalam suasana asam memiliki panjang gelombang

maksimum (λmax) 273 nm dengan nilai 𝐴1𝑐𝑚1% =125a (Moffat dkk., 2011).

Salbutamol sulfat merupakan salah satu obat yang banyak digunakan dalam

pengobatan penyakit asma. Salbutamol sulfat biasanya diberikan melalui rute inhalasi

untuk efek langsung pada otot polos bronkus. Salbutamol bekerja pada reseptor β2-

adrenergik agonis dengan menghasilkan efek bronkodilatasi. Dosis salbutamol sulfat

dalam sediaan inhalasi adalah 2,5-5 mg (Anonim1, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

3

Salbutamol sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0% (C13H21NO3)2.H2SO4 dihitung terhadap zat anhidrat. Salbutamol sulfat

berbentuk serbuk putih atau hampir putih, mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol, kloroform, dan dalam eter (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1995). Salbutamol sulfat dalam suasana asam memiliki λmax 276nm,

𝐴1𝑐𝑚1% = 71a dan dalam suasana basa memiliki λmax 245nm dan 𝐴1𝑐𝑚

1% = 510a; serta

λmax 295nm dan 𝐴1𝑐𝑚1% = 133a. Sifat kimia salbutamol sulfat antara lain nilai log P

(oktanol/air) = 0,6 serta nilai pKa 9,3 dan 10,3 (Moffat dkk., 2011).

Penelitian mengenai salbutamol dan guaifenesin dilakukan oleh Walode,

S.G., Deshpande, S.D., dan Deshpande, A.V. (2013) dalam indikasi stabilitas metode

metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik untuk estimasi simultan

salbutamol sulfat dan guaifenesin menggunakan jenis kolom ODS-3V C18 (250 x 4,6

mm), fase gerak campuran asetonotril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan

0,1% trietilamin (36:64 v/v pH 3,0) dan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/menit

memberikan hasil % recovery antara 99,82-101,07%, % RSD < 1,81 dan koefisien

korelasi 0,998 untuk salbutamol sulfat dan 0,999 untuk guaifenesin. Penelitian yang

akan dilakukan adalah optimasi pemisahan campuran salbutamol dan guaifenesin

sebagai zat aktif dalam sediaan obat sirup “merek X” mengunakan jenis kolom C18

fase gerak metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat dan pengaturan pH dilakukan

dengan penambahan asam fosfat 0,1M hingga mencapai pH 3,0 dengan perbandingan

dan kecepatan alir hasil optimasi. Dalam sediaan obat sirup “merek X” terkandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

4

dua zat aktif sehingga diperlukan metode yang dapat memisahkan dan menetapkan

kedua jenis zat aktif tersebut. Metode KCKT merupakan metode yang tepat untuk

melakukan pemisahan dan menetapkan kadar sejumlah senyawa organik dan senyawa

anorganik. Metode KCKT merupakan metode yang dapat digunakan untuk analisis

kualitatif dan kuantitatif dalam waktu bersamaan (Rohman dan Gandjar, 2007). Hal

ini yang menjadi alasan penulis untuk menentukan metode yang optimal dalam

pemisahan dan penetapan kadar kedua zat aktif tersebut agar dapat digunakan secara

luas dalam uji kontrol kualitas sediaan obat sirup yang mengandung salbutamol sulfat

dan guaifenesin. Terdapat beberapa perbedaan analisis yang dilakukan oleh penulis

dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan

tersebut terdapat pada beberapa sistem dalam instrumen KCKT yang digunakan

seperti jenis dan komposisi fase gerak, serta kecepatan alir fase gerak. Dengan adanya

perbedaan tersebut maka perlu dilakukan optimasi kondisi atau sistem analisis agar

tercapai pemisahan optimal dari campuran salbutamol sulfat dan guaifenesin agar

dapat dilakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitaif.

1. Rumusan masalah:

Bagaimanakah komposisi dan kecepatan alir fase gerak yang dapat

memberikan pemisahan dengan bentuk puncak, waktu retensi (tR), nilai resolusi, dan

nilai koefisien variansi yang optimum pada hasil pemisahan salbutamol sulfat dan

guaifenesin dalam sediaan obat sirup dengan menggunakan metode KCKT fase

terbalik?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

5

2. Keaslian penelitian

Pengembangan dan validasi metode kuantifikasi salbutamol sulfat dan

guaifenesin dengan menggunakan metode KCKT pernah dilakukan oleh Walode dkk.

(2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Stability Indicating RP-HPLC Method for

the Silmultaneous Estimation of Salbutamol Sulfate and Guaifenesin”. Pada

penelitian tersebut menggunakan jenis kolom ODS-3V C18 (250 x 4,6 mm), fase

gerak campuran asetontril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan 0,1%

trietilamin (36:64 v/v pH 3,0) dan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/menit.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 225 nm.

Penelitian lain mengenai salbutamol sulfat dan guaifenesin dilakukan oleh

Korany, A.M., Fahmy, O.T., Mahgoub, H., and Maher, H.M. (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul “High Performance Liquid Chromatographic

Determination of Some Guaifenesin-containing cough-cold preparation”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis kolom ThermoHypersil C18

analytical column (250 x 4,6 mm), fase gerak yang digunakan adalah campuran

metanol : bufer fosfat pH 3,2 dengan perbandingan 40:60 pada kecepatan alir fase

gerak 1,5 mL/menit. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 275 nm.

Penelitian yang dilakukan oleh Dubey, N., Sahu, S., and Singh, G.N. (2012)

dengan judul “Development of HPLC Method for Simultaneous Estimation of

Ambroxol, Guaifenesin and Salbutamol in Single Dose Form” menggunakan metode

KCKT fase terbalik dengan jenis kolom C8 (250 x 4,6 mm), fase gerak campuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

6

metanol : bufer dinatrium hydrogen fosfat (pH 4,5) 40:60 pada kecepatan alir 1,0

mL/menit. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang pengamatan 220 nm.

Penelitian yang penulis lakukan adalah optimasi pemisahan campuran baku

salbutamol sulfat dan guaifenesin sebagai zat aktif dalam sediaan obat sirup “merek

X” dengan metode KCKT dengan menggunakan jenis kolom C18, fase gerak yang

merupakan campuran fase gerak metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat dan

pengaturan pH dilakukan dengan penambahan asam fosfat 0,1M hingga mencapai pH

3,0 dengan perbandingan dan kecepatan alir dari hasil optimasi. Dalam Farmakope

Indonesia edisi IV tahun 1995 juga belum tercantum sistem KCKT untuk pemisahan

dan kuantifikasi salbutamol sulfat dan guaifenesin.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

tentang pegembangan metode yang optimal dalam memisahkan dan

menentukan kadar salbutamol dan guaifenesin.

b. Manfaat metodologis. Memberikan contoh aplikasi teknologi KCKT

yang optimal mengenai jenis, komposisi dan kecepatan alir fase

gerak yang optimum sebagai metode pemisahan dan penentuan kadar

salbutamol dan guaifenesin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

7

B. Tujuan

A. Tujuan umum

Mengetahui metode yang optimum dalam memisahkan dan menetapkan

kadar salbutamol dan guaifenesin dalam sediaan obat sirup merek “X” dengan

metode KCKT fase terbalik.

B. Tujuan Khusus

Mengetahui komposisi dan kecepatan alir fase gerak yang dapat

memberikan pemisahan dengan bentuk puncak yang simetris, waktu retensi (tR)

< 10 menit, nilai resolusi ≥ 1,5 terhadap puncak terdekat, dan nilai koefisien

variansi ≤ 2% pada hasil pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam

sediaan obat sirup dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Salbutamol Sulfat

Salbutamol sulfat (gambar 1) adalah salah satu obat yang sering digunakan

dalam pengobatan penyakit asma. Salbutamol atau yang dikenal sebagai α'-[[1,1-

dimetiletil)amino]metil]-4-hidroksi-1,3-benzendimetanol merupakan golongan agonis

reseptor β2-adrenergik (Moffat dkk., 2011). Salbutamol berefek sebagai

bronkodilatasi yaitu meringankan kejang otot bronkus dalam kondisi penyakit seperti

asma dan obstruktif paru kronis (Priyanka dkk., 2011).

Gambar 1. Struktur salbutamol sulfat (Moffat dkk., 2011)

Salbutamol sulfat memiliki bobot molekul (BM) 576,70 g/mol, mengandung

tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% (C13H21NO3)2.H2SO4 dihitung

terhadap zat anhidrat. Berbentuk serbuk putih atau hampir putih. Salbutamol sulfat

mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, kloroform dan dalam eter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

9

Salbutamol sulfat disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Salbutamol sulfat dalam suasana asam memiliki λmax 276nm dengan nilai

𝐴1𝑐𝑚1% = 71a dan dalam suasana basa memiliki λmax 245nm dengan nilai 𝐴1𝑐𝑚

1% = 510a;

serta λmax 295nm dan 𝐴1𝑐𝑚1% = 133a. Salbutamol sulfat memiliki nilai log P

(oktanol/air) = 0,6 serta nilai pKa 9,3 dan 10,3 (Moffat dkk., 2011).

B. Guaifenesin

Guaifenesin (3-(2-metoksifenoksi)-1,2-propanadiol) merupakan obat batuk

yang memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan

mengurangi kekentalan sputum dengan cara merangsang selaput lendir lambung,

sehingga sekresi bronkial naik melalui reflex parasimpatik untuk membuang sputum

(Walode dkk., 2013). Mekanisme kerja dari ekspektoran adalah membantu

melembabkan sekresi dan mempermudah pasien untuk mengeluarkan semua sputum

yang diproduksinya (Schwartz, 1995).

Gambar 2. Struktur Guaifenesin (Moffat dkk., 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

10

Guaifenesin (gambar 2) mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak

lebih dari 102,0% C10H14O4 dihitung terhadap zat yang teah dikeringkan. Guaifenesin

berbentuk serbuk hablur, putih sampai agak kelabu. Guaifenesin larut dalam air,

etanol, kloroform, dan propilen glikol tetapi agak sukar larut dalam gliserin

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Guaifenesin memiliki

bobot molekul 198,2 g/mol; titik lebur 78oC-82

oC; nilai log P (oktanol/air)= 1,4;

dalam suasana asam memiliki panjang gelombang maksimum (λmax) 273 nm dengan

nilai 𝐴1𝑐𝑚1% =125a (Moffat dkk., 2011).

C. Metode Analisis Salbutamol sulfat dan Guaifenesin

Pada penelitian yang dilakukan oleh Walode dkk. (2013), dilakukan

penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin berserta hasil degradasi kedua

senyawa tersebut dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan

menggunakan jenis kolom ODS-3V C18 (250 x 4,6 mm), fase gerak campuran

asetontril : 50 mM bufer dinatrium hidrogen fosfat dan 0,1% trietilamin (36:64 v/v

pH 3,0) dan kecepatan alir fase gerak 0,8 mL/menit. Pengamatan dilakukan pada

panjang gelombang 225 nm. Pada penelitian ini, didapatkan hasil waktu retensi

salbutamol sulfat 2,9 menit dan guaifenesin 6,5 menit, nilai %recovery antara 99,82-

101,07%, %RSD < 1,81 dan koefisien korelasi 0,998 untuk salbutamol sulfat dan

0,999 untuk guaifenesin.

Penelitian lain mengenai salbutamol sulfat dan guaifenesin dilakukan oleh

Korany dkk. (2010) dengan judul “High Performance Liquid Chromatographic

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

11

Determination of Some Guaifenesin-containing cough-cold preparation”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis kolom ThermoHypersil C18

analytical column (250 x 4,6 mm), fase gerak untuk campuran salbutamol sulfat dan

guaifenesin adalah metanol : bufer fosfat pH 3,2 dengan perbandingan 40:60 pada

kecepatan alir fase gerak 1,5 mL/menit. Pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang 275 nm dengan menghasilkan waktu retensi untuk salbutamol dan

guaifenesin masing-masing 2,86 dan 4,90 menit. Tailing factor yang dihasilkan untuk

salbutamol 1,01 dan guaifenesin 1,07 dengan nilai resolusi 7,33.

Penelitian yang dilakukan oleh Dubey dkk. (2012) dengan judul

“Development of HPLC Method for Simultaneous Estimation of Ambroxol,

Guaifenesin and Salbutamol in Single Dose Form”. Metode KCKT yang digunakan

merupakan kromatografi fase terbalik dengan jenis kolom C8 (250 x 4,6 mm), fase

gerak metanol : bufer dinatrium hydrogen fosfat (pH 4,5) 40:60 pada kecepatan alir

1,0 mL/menit. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang pengamatan 220 nm.

Penelitian yang dilakukan menghasilkan nilai %RSD <2% dan nilai tailing factor

salbutamol 1,59; guaifenesin 1,44 dan ambroksol 1,49.

D. Spektrofotometer UV

1. Radiasi elektromagnetik

Gelombang radiasi elektromagnetik terdiri atas dua komponen yaitu

komponen listrik dan magnetik. Dua komponen bergetar dalam bidang-bidang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

12

tegak lurus satu sama lain dan tegak lurus pada arah penjalaran radiasi seperti pada

gambar 3 di bawah ini (Sastrohamidjojo, 2007).

Radiasi elektromagnetik terutama untuk sinar ultraviolet dan sinar tampak

dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Suatu

gelombang memiliki panjang gelombang yang merupakan jarak linier dari suatu titik

pada suatu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan

(Rohman dan Gandjar, 2007). Panjang gelombang (gambar 3) merupakan jarak linier

dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang

berdekatan. Panjang gelombang serapan sinar ultraviolet terletak antara 200 nm

sampai 400 nm, sedangkan untuk daerah serapan sinar tampak terletak antara panjang

gelombang 400 nm sampai 750 nm (Fessenden and Fessenden, 1997).

Gambar 3. Skema panjang gelombang (Rohman dan Gandjar, 2007)

Hubungan kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa dengan panjang

gelombang terlihat pada persamaan di bawah ini:

∆E ≡hc

λ (1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

13

Keterangan:

∆E = jumlah energi yang diserap

h = tetapan Planck (6,6× 10-27

erg-det.)

c = kecepatan cahaya (3×1010

cm/det.)

λ = panjang gelombang (sentimeter) (Fessenden and Fessenden, 1997).

2. Serapan senyawa

Bila cahaya (radiasi elektromagnetik) mengenai suatu senyawa, maka

sebagian cahaya akan diserap oleh molekul-molekul senyawa tersebut. Serapan

cahaya oleh molekul dalam daerah spectrum ultraviolet tergantung pada struktur

elektronik molekul hal ini erat kaitannya dengan transisi-transisi diantara tingkat

energi elektronik tiap senyawa (Sastrohamidjojo, 2007).

Senyawa yang menjerap radiasi elektromagnetik di daerah panjang

gelombang UV-Vis akan mengakibatkan tereksitasinya elektron ketingkat energi

yang lebih tinggi. Elektron akan tereksitasi dari ground state menuju excited state

(gambar 4).

Gambar 4. Skema eksitasi elektron (Rohman dan Gandjar, 2007)

Molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih banyak untuk

mengeksitasikan elektron maka akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

14

pendek, sedangkan untuk molekul-molekul yang memerlukan energi yang lebih

sedikit untuk mengeksitasikan elektron maka akan menyerap pada panjang

gelombang yang lebih panjang (Fessenden and Fessenden, 1997). Jumlah energi yang

diserap oleh molekul-molekul disebut absorban. Hukum Lambert-Beer menunjukkan

bahwa serapan suatu senyawa dipengaruhi oleh absorptivitas molar, tebal kuvet dan

konsentrasi molekul dalam zat analit (Rohman dan Gandjar, 2007). Hukum Lambert-

Beer dapat dilihat melalui persamaan di bawah ini:

A = ε b c (2)

Keterangan:

A = absorban

ε = absorptivitas molar (M-1

cm-1

)

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi molekul dalam zat analit (Rohman dan Gandjar, 2007).

Absorptivitas molar merupakan suatu konstante yang tergantung pada suhu,

pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Disebut absorptivitas molar

jika konsentrasi molekul zat analit dalam satuan Molar. Jika konsentrasi molekul zat

analit dalam satuan persen berat/volume (g/100 mL) maka absorptivitas dapat ditulis

dengan 𝐴1𝑐𝑚1% (Rohman dan Gandjar, 2007). Hubungan antara 𝐴1𝑐𝑚

1% dengan

absorptivitas molar (ε) dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

ε ≡ A1cm1% ×

BM

10 M

-1cm

-1 (3)

Keterangan:

ε = absorptivitas molar (M-1

cm-1

)

𝐴1𝑐𝑚1% = absorptivitas molekul dalam satuan konsentrasi (g/100 mL)

BM = bobot molekul (g/mol) (Rohman dan Gandjar, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

15

3. Gugus-gugus yang berperan dalam penyerapan radiasi elektromagnetik

Gugus kromofor adalah gugus pada senyawa organik yang merupakan ikatan

kovalen tak jenuh. Gugus inilah yang bertanggung jawab terhadap penyerapan radiasi

elektromagnetik. Gugus fungsional yang memiliki pasangan elektron bebas dan

berikatan langsung dengan gugus kromofor disebut gugus auksokrom. Peranan gugus

auksokrom adalah meningkatkan intensitas serapan yang dihasilkan oleh suatu

senyawa serta memperpanjang gugus kromofor sehingga menaikkan intensitas

serapan pada senyawa tersebut (Sharma, 2007).

E. Larutan Penyangga

Larutan bufer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada

pembuatan fase gerak dalam sistem KCKT. Jenis bufer paling sederhana tersususn

atas asam atau basa lemah dengan basa atau asam konjugatnya (Rohman dan Gandjar,

2007).

Larutan penyangga (bufer) memiliki peranan penting dalam pemisahan

senyawa yang bersifat asam dan basa. Bufer dalam fase gerak akan memberikan pH

yang relatif konstan dan mengakibatkan waktu retensi senyawa selama pemisahan

menjadi lebih reprodusibel. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

penggunaan bufer pada sistem KCKT fase terbalik, yaitu:

1. Nilai pKa asam lemah atau basa lemah dan kapasitas bufer.

2. Kelarutan komponen bufer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

16

3. Serapan pada daerah UV (berkaitan dengan pengguaan detektor UV pada

sistem KCKT).

4. Stabilitas bufer (Snyder dkk., 2010).

Kapasitas bufer merupakan kemampuan suatu bufer untuk mempertahankan

pH, tergantung pada nilai pKa asam lemah atau basa lemah, konsentrasi bufer, dan

pH dari fase gerak. Kapasitas bufer akan menurun ketika ada perbedaan nilai pKa

dari bufer dengan pH fase gerak yang diinginkan. Asam lemah atau basa lemah

sebagai komponen penyusun bufer yang digunakan hendaknya memiliki nilai pKa

dalam rentang ±1,0 unit dari pH fase gerak yang diinginkan (Snyder dkk., 2010).

Dalam sistem KCKT dengan detektor UV, penggunaan bufer yang dikatakan

ideal jika memiliki serapan pada panjang gelombang di bawah 220 nm. Tabel I di

bawah ini menunjukkan beberapa jenis bufer yang sering digunakan dalam KCKT

fase terbalik (Kazakevich and Lobrutto, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

17

Tabel I. Jenis Bufer yang sering digunakan pada sistem KCKT fase terbalik

(Kazakevich and Lobrutto, 2007)

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Pengenalan dan instrumentasi KCKT

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode yang

digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran senyawa kimia. KCKT

dikarakteristikkan pada penggunaan pompa bertekanan tinggi untuk mengalirkan fase

gerak dengan tujuan agar pemisahan lebih cepat, terkontrol dan lebih efektif.

Pemisahan yang baik dipengaruhi oleh kondisi eksperimental seperti kondisi kolom,

pelarut, temperatur, kecepatan alir dan lain-lain (Snyder dkk., 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

18

Kromatografi cair kinerja tinggi mulai dikembangkan pada akhir tahun 1960

dan awal tahun 1970 (Rohman dan Gandjar, 2007). Pemisahan pada kromatografi

didasarkan pada fase gerak yang dapat berinteraksi dengan senyawa analit dan

membawanya melewati fase diam, perbedaan interaksi zat analit dengan permukaan

fase diam dan fase geraklah yang menghasilkan perbedaan waktu migrasi zat-zat

analit tersebut (Kazakevich and Lobrutto, 2007).

Pemisahan KCKT dapat dilakukan dengan fase normal atau fase terbalik.

KCKT fase normal merupakan sistem KCKT yang menggunakan fase diamnya lebih

polar dibandingkan dengan fase geraknya, sedangkan KCKT fase terbalik merupakan

sistem KCKT yang menggunakan fase diamnya lebih non polar dibandingkan dengan

fase geraknya (Gritter dkk., 1991).

Sistem KCKT digambarkan secara sistematik pada gambar 5, garis panah

utuh menunjukkan jalur alir fase gerak, sedangkan garis panah putus menunjukkan

masuknya zat analit. Sampel yang diinjeksikan melalui katub injeksi akan mengalami

pemisahan yang terjadi di dalam kolom (fase diam), sehingga komponen di dalam

sampel akan terpisah dan meninggalkan kolom menuju detektor. Jenis detektor yang

biasa digunakan dalam sistem KCKT adalah spektrofotometri ultraviolet (UV) atau

spektrometri massa (MS) (Snyder dkk., 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

19

Gambar 5. Skema sistem KCKT (Snyder dkk., 2010)

Bagian-bagian dalam sistem KCKT fase terbalik, terdiri atas:

a. Kolom. Oktadesilsilan (ODS atau C18) termasuk dalam tipe kolom yang

dapat berinteraksi pada fase alkil (alkyl-type phases). Oktadesilsilan merupakan fase

diam yang dapat digunakan dalam KCKT fase terbalik. C18 (gambar 6) memiliki

ukuran partikel sebesar 630 Å/mol dan panjang rantai molekul 24Å (Kazakevich and

Lobrutto, 2007).

Gambar 6. Struktur oktadesilsilan (C18) (Kazakevich and Lobrutto, 2007)

Panjang kolom pada sistem KCKT berkisar antara 5-25 cm, dengan tekanan

tinggi sampai 6000 psi (Gritter dkk., 1991). Diameter kolom KCKT sekitar 4-5 mm

dan diameter partikel berada pada kisaran 4-7 µm untuk kolom pada umumnya

(Dean, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

20

b. Fase gerak. Eluen atau fase gerak terdiri atas campuran pelarut yang dapat

bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam elusi (pemisahan) dan resolusi.

Daya elusi dan resolusi ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase

diam, dan sifat sampel. Untuk fase terbalik kemampuan elusi akan menurun dengan

meningkatnya polaritas pelarut (Rohman dan Gandjar, 2007).

Komposisi fase gerak yang dipilih akan mempengaruhi waktu retensi zat

analit (Willard dkk., 1998). Pemilihan fase gerak perlu mempertimbangkan beberapa

hal seperti kompatibilitas terhadap pelarut yang digunakan, kelarutan zat analit dalam

fase gerak, polaritas, transmisi cahaya, viskositas, stabilitas dan pH (Kazakevich and

Lobrutto, 2007).

Kompatibilitas antar komponen fase gerak sangat penting untuk

memastikan bahwa komponen penyusun fase gerak dapat bercampur dengan baik.

Fase gerak yang digunakan harus dapat melarutkan zat analit dengan baik sehingga

tidak menimbulkan mengendapnya zat analit ketika penginjekan. Transmisi cahaya

dari suatu fase gerak sangat penting dalam pengaruhnya terhadap detektor ultraviolet

yang digunakan. Setiap eluen memiliki nilai UV-cutoff yang berbeda sehingga perlu

diiperhatikan pemilihan komponen fase gerak yang tidak mengganggu pembacaan

pada detektor uv. Viskositas fase gerak yang digunakan perlu diperhatikan karena

semakin besar viskositas fase gerak yang digunakan akan menaikkan tekanan dalam

kolom. Tabel II di bawah ini menunjukkan beberapa karakteristik pelarut yang sering

digunakan dalam sistem KCKT (Kazakevich and Lobrutto, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

21

Tabel II. Karakteristik beberapa pelarut yang digunakan dalam sistem KCKT

(Kazakevich and Lobrutto, 2007)

Nama pelarut UV-cutoff

(nm)

1. Asetonitril

2. Isopropyl alcohol

3. Metanol

4. Etanol

5. THF

6. Etil asetat

7. DMSO

190

205

205

205

215

256

268

Parameter selanjutnya yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan fase

gerak adalah kepolaran campuran komponen fase gerak. Tingkat kepolaran fase gerak

akan mempengaruhi kemampuan fase gerak dalam mengelusi zat analit. Nilai

polaritas fase gerak yang digunakan dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini:

P′camp = ϕ1 P′1 + ϕ2 P′2 +⋯+ ϕn P′n (4)

Keterangan :

P′ camp = indeks polaritas campuran

P′n = indeks polaritas pelarut ke-n

Φ = fraksi volume pelarut (Gritter dkk., 1991).

Indeks polaritas menunjukkan sifat kepolaran suatu pelarut, semakin

besar nilai indeks polaritas maka semakin polar pelarut tersebut dan sebaliknya

semakin kecil nilai indeks polaritas maka semakin non-polar pelarut tersebut (Synder

dkk., 2010).

Pada dasarnya, hampir seluruh obat-obatan yang berada dipasaran dapat

terionisasi. Oleh karena itu, pengaturan pH pada fase gerak menjadi sangat penting

karena dapat mempengaruhi waktu retensi suatu senyawa obat. Penggunaan bufer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

22

dalam pengaturan pH suatu fase gerak sangat direkomendasi karena pH yang

diperoleh menjadi lebih stabil tidak berubah-ubah. Hal yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan bufer adalah tingkat kelarutan bufer dalam pelarut yang digunakan

karena pemilihan bufer yang salah akan mengakibatkan mengendap atau terpisahnya

komponen bufer dalam fase gerak (Kazakevich and Lobrutto, 2007).

c. Detektor. Pada umumnya detektor harus memiliki karakteristik tertentu

yaitu memiliki respon cepat terhadap solut, reprodusibel, memiliki sensitivitas tinggi,

stabil dalam pengoperasian, signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan

konsentrasi zat analit, tidak dipengaruhi temperatur dan kecepatan alir fase gerak

(Rohman, 2009). Detektor spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada adanya

penyerapan radiasi ultraviolet dan sinar tampak (Vis) pada kisaran panjang

gelombang 190-800 nm oleh zat analit yang mempunyai struktur atau gugus

kromoforik (Rohman dan Gandjar, 2007).

2. Mekanisme pemisahan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik

Pemisahan pada kromatografi cair kinerja tinggi berdasarkan pada perbedaan

afinitas atau interaksi antar zat analit dengan fase diam dan fase gerak (Kazakevich

and Lobrutto, 2007). Kromatografi cair merupakan metode pemisahan yang

didasarkan pada hukum termodinamika. Pada kromatografi cair setiap komponen

dalam sampel akan mengalami kesetimbangan dalam fase diam dan fase gerak.

Sampel akan terdistribusi pada fase diam dan fase gerak berdasarkan koefisien

partisinya sesuai dengan persamaan di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

23

K =[Xs ]

[Xm ] (5)

Keterangan:

K = koefisien partisi

[Xs] = konsentrasi zat analit dalam fase diam

[Xm] = konsentrasi zat analit dalam fase gerak (Ahuja and Dong, 2005).

3. Parameter-parameter penting dalam kromatografi cair kinerja tinggi

Tujuan utama penggunaan metode kromatografi cair kinerja tinggi adalah

untuk mendapatkan pemisahan zat analit dari komponen lain dalam sampel dan

akhirnya dapat dikuantifikasi kadar tiap-tiap zat analit secara akurat. Parameter

penting dalam mengontrol resolusi pemisahan zat-zat analit antara lain parameter

waktu retensi, selektivitas dan efisiensi (Ahuja and Dong, 2005).

a. Parameter waktu retensi. Waktu retensi (tR) merupakan waktu yang

terhitung antara penginjekan sampel hingga zat analit mencapai detektor sedangkan

waktu mati (t0) merupakan waktu suatu komponen yang tidak tertahan dalam suatu

kolom (ditandai oleh adanya gangguan baseline oleh terelusinya pelarut sampel).

Penentuan waktu retensi dan waktu mati dapat dilihat pada gambar 7 (Ahuja and

Dong, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

24

Gambar 7. Penentuan waktu retensi (tR) dan waktu mati (t0) (Ahuja and Dong, 2005)

b. Faktor kapasitas (k'). Parameter yang mengukur tingkat retensi zat analit

adalah faktor kapasitas atau faktor retensi (k'). Faktor kapasitas menunjukkan berapa

kali zat analit terelusi secara relatif terhadap puncak fase geraknya. Faktor kapasitas

dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini:

k′ =tR−t0

t0 (6)

Keterangan:

k'= faktor kapasitas

tR= waktu retensi

t0= waktu mati (Ahuja and Dong, 2005).

Sebuah nilai k' sama dengan nol maka menunjukkan bahwa zat analit

tidak tertahan dalam kolom sehingga terelusi terlebih dahulu di depan pelarut yang

digunakan. Jika nilai k' sama dengan 20 maka zat analit sangat tertahan dalam kolom

sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat terelusi (Ahuja and Dong,

2005).

c. Efisiensi Kolom. jumlah lempeng teoritis (N) merupakan parameter

penting untuk menentukan secara kuantitatif dari efisiensi kolom. Jumlah lempeng

teoritis merupakan ratio antara waktu retensi dan standar deviasi dari lebar peak (σ)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

25

(Ahuja and Dong, 2005). Penentuan nilai N dapat dilihat melalui persamaan di bawah

ini:

N = tR

σ

2

(7)

Nilai Wb setara dengan 4σ sehingga persamaan menjadi :

N = 16 tR

W b

2

= 5,54 tR

W 1 2 h

2

(8)

Penentuan parameter efisiensi kolom dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini:

Gambar 8. Penentuan parameter efisiensi kolom (Ahuja and Dong, 2005)

Jumlah lempeng teoritis (N) berbanding lurus terhadap panjang kolom (L)

dan berdanding terbalik terhadap HETP (Height Equivalent Theoretical Plate).

Tinggi ekivalen lempeng teoritis atau HETP merupakan panjang kolom yang

dibutuhkan untuk menghasilkan suatu lempeng teoritis (Rohman, 2009). Persamaan

yang menunjukkan korelasi antara jumlah lempeng teoritis (N), panjang kolom (L)

dan HETP adalah sebagai berikut:

N =L

HETP (9)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

26

d. Asymmetry factor and tailing factor. Bentuk puncak yang tidak simetri

akan mengakibatkan tidak akuratnya penentuan resolusi, kuantitatif kadar suatu zat

analit tidak menunjukkan presisi yang baik dan reprodusibilitas retensi zat analit yang

jelek. Salah satu parameter penting untuk menilai bentuk puncak adalah asymmetry

factor (As) yang dapat ditentukan pada 10% tinggi puncak. Nilai As yang baik adalah

0,95-1,1. Gambar 9 di bawah ini menunjukkan bentuk puncak yang berbeda-beda

akan mempengaruhi nilai As.

Gambar 9. Parameter asymmetry factor (Ahuja and Dong, 2005)

Penentuan nilai As dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

AS(𝑎𝑠𝑦𝑚𝑚𝑒𝑡𝑟𝑦 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟) =B

A (10)

Penentuan nilai A dan B pada persamaan diatas dapat dilihat pada gambar 11.

Parameter lain yang menunjukkan bentuk puncak yang ideal adalah tailing factor (Tf)

yang ditentukan pada 5% dari tinggi puncak (Snyder dkk., 2010). Gambar 10

menunjukkan gambaran bentuk puncak tailing dan fronting. Tailing merupakan

keadaan yang ditunjukkan oleh bentuk puncak yang bagian depan naik dengan tajam

Excellent Acceptable Unacceptable Awful

As = 1.0-1.05 As = 1.2 As = 2 As = 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

27

sedangkan bagian belakang turun dengan landai, sedangkan bentuk puncak yang

bagian depan naik landai dan bagian belakang turun tajam disebut fronting

(Noegrohati, 1994).

Gambar 10. Perbedaan bentuk peak tailing dan fronting (Snyder dkk., 2010)

Nilai Tf yang masih dapat diterima adalah 0,9-1,4 (Ahuja and Dong, 2005). Besarnya

nilai Tf dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini:

𝑇𝑓 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 =𝐴+𝐵

2𝐴 (11)

Gambar 11. Penentuan nilai asymmetry factor dan tailing factor (Snyder dkk., 2010)

FRONTING TAILING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

28

Bentuk puncak yang tidak simetris dapat dipengaruhi oleh konsentrasi

sampel dalam fase gerak terlalu besar, ketidaksesuaian zat analit dengan kolom,

pengemasan kolom yang tidak seragam, dan faktor yang terjadi di luar kolom seperti

pada injektor (Noegrohati, 1994).

G. Landasan teori

Salbutamol sulfat merupakan senyawa obat untuk bronkodilatasi yang

memiliki sifat basa (pKa 9,3 dan 10,3) serta mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol, kloroform dan dalam eter. Salbutamol sulfat dalam suasana asam memiliki

λmax 276nm dengan nilai 𝐴1𝑐𝑚1% = 71a dan dalam suasana basa memiliki λmax 245nm

dengan nilai 𝐴1𝑐𝑚1% = 510a; serta λmax 295nm dengan nilai 𝐴1𝑐𝑚

1% = 133a.

Guaifenesin merupakan senyawa obat batuk yang bekerja sebagai

ekspektoran yang memiliki bentuk serbuk hablur, putih sampai agak kelabu, larut

dalam air, etanol, kloroform, dan propilen glikol tetapi agak sukar larut dalam

gliserin. Guaifenesin memiliki bobot nilai log P (oktanol/air)= 1,4; dalam suasana

asam memiliki panjang gelombang maksimum (λmax) 273 nm dengan nilai

𝐴1𝑐𝑚1% =125a.

Sediaan sirup untuk pengobatan batuk yang disertai sesak nafas pada

umumnya mengandung kombinasi antara salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan

konsentrasi 0,24 mg/mL salbutamol sulfat dan 10 mg/mL guaifenesin. Untuk

menjamin kandungan mutu dari sediaan obat sirup dengan kandungan zat aktif pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

29

kadar kecil dengan komponen matriks sirup yang cukup rumit maka dibutuhkan

metode yang sensitif dan selektif. Optimasi dengan KCKT fase terbalik dilakukan

untuk memperoleh keadaan optimum pada pemisahan campuran salbutamol sulfat

dan guaifenesin. Parameter pemisahan dengan metode KCKT yang menunjukkan

diperolehnya kondisi optimum yaitu: bentuk peak simetri, tR kurang dari 10 menit,

nilai resolusi ≥ 2 dan nilai HETP yang semakin kecil.

H. Hipotesis

Metode KCKT fase terbalik dengan komposisi fase gerak dan kecepatan alir

fase gerak yang optimum dapat menghasilkan pemisahan campuran salbutamol sulfat

dan guaifenesin yang memenuhi persyaratan bentuk puncak dengan nilai tailing

factor < 2, waktu retensi (tR) kurang dari 10 menit, nilai resolusi > 1,5, dan nilai

koefisien variansi ≤ 2% sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar salbutamol

sulfat dan guaifenesin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis rancangan penelitian

eksperimental analitik karena pada subjek uji diberikan perlakuan yaitu

komposisi dan kecepatan alir fase gerak.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan komposisi

fase gerak yaitu metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat pH 3,0 dan

kecepatan alir fase gerak yang digunakan.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pemisahan peak dari

tiap komponen yaitu salbutamol sulfat dan guaifenesin yang terlihat dari

bentuk peak, retention time (tR), nilai resolusi, nilai koefisien variansi dari

resolusi, tailing factor, HETP, area under curve (AUC) dan waktu retensi

salbutamol sulfat dan guaifenesin hasil pemisahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

31

3. Variabel pengacau terkendali

a. Kemurnian pelarut yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan

pelarut yang memiliki kemurnian tinggi yaitu pelarut pro analysis.

b. Kemurnian bahan baku yang digunakan, untuk mengatasinya

digunakan bahan baku yang telah terjamin kualitasnya dengan

adanya Certificate of Analysis (CoA).

C. Definisi Operasional

1. Salbutamol sulfat dan guaifenesin merupakan senyawa aktif yang

terdapat dalam sediaan obat sirup “merek X”.

2. Sistem KCKT fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat

KCKT menggunakan kolom C18 dengan fase gerak metanol p.a:

0,01M kalium dihidrogen fosfat dan pengaturan pH dilakukan dengan

penambahan asam fosfat hingga mencapai pH 3.

3. Optimasi dilakukan dengan mengubah komposisi fase gerak dan

kecepatan alir fase gerak.

4. Parameter optimasi dengan menggunakan metode KCKT adalah

bentuk peak, retention time (tR), nilai resolusi, dan reprodusibilitas

resolusi dan waktu retensi.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku

pembanding Salbutamol Sulfat (Supriya Lifescience, No. batch

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

32

SSL/SS/0312030, kemurnian 98,83%) (PT. Ifars Pharmaceutical

Laboratories), baku pembanding Guaifenesin (No. kontrol 205158,

kemurnian 99,88%) (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional), metanol,

asam fosfat dan Kalium dihidrogen fosfat p.a (E.Merck), penyaring Whatman

0,45 µm, Akuabides hasil penyulingan di laboratorium Kimia Analisis

Instrumental Fakultas Farmasi Universtas Sanata Dharma, obat sirup “merek

X”.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat

KCKT dengan detektor ultraviolet, Shimadzu LC-2010C, kolom C-18 merek

Shimadzu column Shim-pack (LC-C18 CM) (No. column 4252787 part. 228-

17874-92), seperangkat computer (merek Dell B6RDZ1S Connexant system

RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024-

000 625730), UV/Vis Spectrophotometer SP-3000plus merek OPTIMA dengan

deterktor silicon photo diode, millipore, ultrasonifikator Refsch., Tipe : T460

(Schwing.1 PXE, FTZ-Nr. C-066/83, HF-Frequ.:35 kHz), timbangan analitik

Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg),

alat vakum, dan seperangkat alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium

analisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

33

F. Tatacara Penelitian

1. Pembuatan asam fosfat 0,1M

Larutan pekat H3PO4 dengan konsentrasi 85% diambil sebanyak

1,2 mL, kemudian diencerkan dalam akuabides 100,0 mL sehingga

konsentrasi H3PO4 menjadi 0,1 M.

2. Pembuatan bufer kalium dihidrogen fosfat 0,01M

Sebanyak 0,68 g KH2SO4 ditimbang seksama dan dilarutkan dalam

akuabides hingga 500,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 0,01 M, kemudian

pH diatur dengan penambahan asam fosfat 0,1 M hingga mencapai pH 3,0.

3. Pembuatan fase gerak

Fase gerak dibuat dengan perbandingan antara metanol : 0,01 M

kalium dihidrogen fosfat pH 3,0 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40

kemudian dicampurkan dalam labu takar 1000 mL. Campuran fase gerak

tersebut disaring dengan penyaring Whatman 0,45 µm yang dibantu dengan

pompa vakum kemudian didegassing selama 15 menit menggunakan

ultrasonicator.

4. Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan guaifenesin yang

digunakan untuk penentuan panjang gelombang pengamatan

a. Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat. Sebanyak lebih kurang

10,0 mg salbutamol sulfat ditimbang seksama dan dilarutkan dalam

metanol hingga 10,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 1000 µg/mL,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

34

kemudian dibuat larutan seri dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu 100;

300; dan 600 µg/mL dengan mengencerkan 1,0; 3,0 ; dan 6,0 mL

larutan stok tersebut dalam metanol hingga 10,0 mL.

b. Pembuatan larutan baku guaifenesin. Sebanyak lebih kurang 20,0 mg

guaifenesin ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol hingga

50,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 400 µg/mL, kemudian dibuat

larutan seri dengan konsentrasi berbeda yaitu 20; 60; dan 100 µg/mL

dengan mengencerkan 0,5; 1,5; dan 2,5 mL larutan stok tersebut

dengan metanol hingga 10,0 mL.

5. Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan guaifenesin yang

digunakan untuk optimasi dengan metode KCKT

a. Pembuatan larutan stok salbutamol sulfat. Sebanyak 20,0 mg

salbutamol sulfat ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol

hingga 100,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 200 µg/mL.

b. Pembuatan larutan baku intermediate salbutamol sulfat. Sebanyak 2,5

mL larutan stok diambil, diencerkan dalam metanol hingga 25,0 mL

sehingga konsentrasi larutan intermediet menjadi 20 µg/mL.

c. Pembuatan larutan kerja salbutamol sulfat. Larutan intermediate

salbutamol sulfat dengan konsentrasi 20 µg/mL diambil 5,0 mL,

kemudian diencerkan dalam metanol 10,0 mL sehingga konsentrasi

menjadi 10,0 µg/mL. Larutan disaring dengan menggunakan millipore

dan didegassing dengan ultrasonifikator selama 15 menit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

35

d. Pembuatan larutan stok guaifenesin. Sebanyak lebih kurang 20,0 mg

guaifenesin ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol hingga

50,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 400 µg/mL.

e. Pembuatan larutan kerja guaifenesin. Larutan stok guaifenesin dengan

konsentrasi 400 µg/mL diambil 1,5 mL, kemudian diencerkan dalam

metanol 10,0 mL sehingga konsentrasi menjadi 60,0 µg/mL. Larutan

disaring dengan menggunakan millipore dan didegassing dengan

ultrasonifikator selama 15 menit.

6. Pembuatan larutan baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80,0 µg/mL

Larutan baku intermediate salbutamol sulfat dengan konsentrasi

sebesar 20,0 µg/mL diambil 0,6 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar

10,0 mL, kemudian dicampurkan dengan 2,0 mL larutan stok guaifenesin

dengan konsentrasi 400,0 µg/mL, setelah itu diencerkan dengan metanol

hingga batas tanda, maka didapatkan konsentrasi guaifenesin 80,0 µg/mL dan

salbutamol sulfat 1,2 µg/mL. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan

millipore dan didegassing dengan ultrasonifikator selama 15 menit.

7. Penentuan panjang gelombang pengamatan salbutamol sulfat dan

guaifenesin dengan spektrofotometer UV-Vis

Masing-masing konsentrasi larutan seri baku salbutamol sulfat

100,0; 300,0; dan 600,0 µg/mL dan guaifenesin 20,0; 60,0; dan 100,0 µg/mL

dengan pelarut metanol, discan pada panjang gelombang 200-400 nm dengan

spektrofotometer UV-Vis. Spektrum yang dihasilkan akan menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

36

panjang gelombang maksimum yang akan digunakan pada sistem KCKT

yaitu panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum pada ketiga

konsentrasi tersebut.

8. Preparasi sampel

Sediaan obat sirup “merek X” mengandung 0,24 mg/mL salbutamol

sulfat dan 10 mg/mL guaifenesin, diambil lebih kurang 0,50 mL dimasukkan

ke dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan metanol sampai

100 mL sehingga didapatkan konsentrasi salbutamol 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 50 µg/mL, kemudian larutan sampel tersebut disaring dengan

menggunakan millipore dan didegassing dengan ultrasonifikator selama

15 menit.

9. Optimasi pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan

menggunakan metode KCKT fase terbalik

a. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi salbutamol

sulfat. Larutan baku salbutamol sulfat dengan konsentrasi 10,0 µg/mL

diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT. Optimasi dilakukan

pada panjang gelombang pengamatan dengan menggunakan fase gerak

metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat pH 3,0 40:60; 45:55;

50:50; 55:45 dan 60:40 pada kecepatan alir fase gerak 0,5 dan

1,0 mL/menit. Berbagai perbandingan dan kecepatan alir fase gerak

tersebut akan dipilih yang nilai AF < 2 dan waktu retensi kurang dari

10 menit agar pemisahan yang dilakukan lebih efektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

37

b. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi

guaifenesin. Larutan baku guaifenesin dengan konsentrasi 60,0 µg/mL

diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT. Optimasi dilakukan

pada panjang gelombang pengamatan dengan menggunakan fase gerak

metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat pH 3,0 40:60; 45:55;

50:50; 55:45 dan 60:40 pada kecepatan alir fase gerak 0,5 dan

1,0 mL/menit. Berbagai perbandingan dan kecepatan alir fase gerak

tersebut akan dipilih yang nilai AF < 2 dan waktu retensi kurang dari

10 menit agar pemisahan yang dilakukan lebih efektif.

c. Pemisahan campuran salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan fase

gerak hasil optimasi. Baku campuran salbutamol sulfat dan guaifenesin

dengan konsentrasi salbutamol 1,2 µg/mL dan guaifenesin 80,0 µg/mL

diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT menggunakan

komposisi dan kecepatan alir fase gerak hasil optimasi. Pengamatan

dilakukan pada panjang gelombang pengamatan dan kemudian

mengamati kromatogram yang didapatkan dan dihitung parameter uji

kesesuaian sistem yang meliputi nilai resolusi, luas area, N dan HETP

dari pemisahan campuran salbutamol sulfat dan guaifenesin. Resolusi

(Rs) yang baik jika nilainya ≥1,5 (Rohman, 2009).

d. Uji kesesuaian sistem KCKT. Baku campuran salbutamol sulfat

dengan konsentrasi 1,2 µg/mL dan guaifenesin dengan konsentrasi

80,0 µg/mL, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

38

menggunakan fase gerak dan kecepatan alir fase gerak hasil optimasi.

Penginjekan larutan ini dilakukan replikasi penginjekan sebanyak

6 kali. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang pengamatan

dan kemudian mengamati kromatogram yang didapatkan dan dihitung

nilai koefisien variansi resolusi, tailing factor, HETP, area under

curve (AUC) dan waktu retensi salbutamol sulfat dan guaifenesin hasil

pemisahan campuran tersebut. Nilai koefisien variansi (CV) yang baik

adalah kurang dari 2% (Rohman, 2009).

G. Analisis Hasil

Hasil optimasi komposisi fase gerak dan kecepatan alir fase gerak

tertentu menghasilkan data kromatogram. Data yang didapatkan yaitu

kromatogram baku dan kromatogram sampel, sehingga dapat diketahui sistem

KCKT fase terbalik yang memberikan pemisahan salbutamol sulfat dan

guaifenesin paling baik yaitu dengan mengamati bentuk puncak, retention

time (tR), nilai resolusi, nilai koefisien variansi resolusi, tailing factor, HETP,

area under curve (AUC) dan waktu retensi salbutamol sulfat dan guaifenesin

hasil pemisahan. Pemisahan yang baik adalah pemisahan dengan bentuk

puncak yang simetri, waktu retensi (tR) kurang dari 10 menit, memiliki nilai

resolusi ≥1,5 terhadap peak terdekat, dan nilai koefisien variansi

(%CV) ≤ 2%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

39

1. Bentuk peak pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

Bentuk peak yang diharapkan adalah simetris. Sebagai

parameternya adalah asymmetry factor (As) dan tailing factor (Tf). Nilai

assimmetry factor (As) dihitung pada 10% tinggi puncak. Perhitungan As

melalui persamaan berikut:

AS(𝑎𝑠𝑦𝑚𝑚𝑒𝑡𝑟𝑦 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟) =B

A

Apabila AF=1 maka puncak dikatakan simetri dan pada nilai AF < 2, peak

masih dikatakan baik (Snyder dkk., 2010).

tailing factor (Tf) dihitung melalui persamaan dibawah ini:

Tf 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 =A + B

2A

Nilai Tf yang masih dapat diterima adalah kurang dari 2 (Snyder dkk., 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

40

2. Waktu retensi (tR)

Pengamatan waktu dilakukan untuk melihat waktu yang dibutuhkan

untuk pemisahan senyawa. Apabila waktu yang didapatkan kurang dari 10

menit maka dapat dikatakan efisien (Snyder dkk., 1997).

3. Nilai resolusi

Nilai resolusi pemisahan peak dihitung dengan persamaan sebagai

berikut:

𝑅𝑠 = 𝑡𝑅2 − 𝑡𝑅1

0,5 (𝑊2 +𝑊1)

Pemisahan yang baik menghasilkan nilai Rs ≥1,5.

(Willard dkk..,1988).

4. Nilai HETP

Nilai HETP dapat dihitung melalui persamaan berikut:

HETP =L

N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

41

dimana nilai N merupakan bilangan lempeng teoritik dengan persamaan

berikut:

N = 5,54 x tR

W12

h

2

Apabila nilai HETP semakin kecil maka efisiensi kolom semakin baik dan

pemisahan juga semakin baik (Mulja and Suharman, 1995).

5. Nilai koefisien variansi

Nilai koefisien variansi resolusi, tailing factor, HETP, area under

curve (AUC) dan waktu retensi salbutamol sulfat dan guaifenesin hasil

pemisahan baku campuran diketahui dengan menghitung nilai % CV dengan

menggunakan persamaan di bawah ini:

% CV =SD

x̄ x 100%

Reprodusibilitas yang baik apabila nilai % CV kurang dari 2%

(Mulja dan Hanwar, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan Pelarut

Pemilihan pelarut yang tepat sangat penting dalam analisis senyawa dengan

metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), karena zat analit harus larut

dengan baik terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam sistem KCKT. Pelarut yang

digunakan untuk melarutkan salbutamol sulfat dan guaifenesin adalah metanol, hal ini

dikarenakan salbutamol sulfat dan guaifenesin dapat larut dengan baik dalam

metanol. Selain itu, juga karena metanol merupakan salah satu komponen fase gerak

sehingga dapat mencegah terjadinya perbedaan kekuatan pelarut yang mungkin

muncul ketika menggunakan pelarut selain fase gerak. Kelarutan salbutamol sulfat

dalam etanol adalah 1:25 sedangkan kelarutan guaifenesin dalam etanol adalah 1:11

(Moffat dkk., 2011). Etanol tidak digunakan sebagai pelarut karena viskositas etanol

lebih tinggi dibandingkan metanol yang memiliki viskositas yang cukup rendah yaitu

0,54 cP, sehingga dapat mengurangi tekanan pada kolom. Syarat pemilihan pelarut

adalah murni dapat bercampur dengan fase gerak, tidak bereaksi dengan senyawa

analit, tidak toksik dan dapat melarutkan senyawa analit dengan baik. Metanol yang

digunakan merupakan metanol pro analysis sehingga memiliki kemurnian yang

tinggi hal ini akan menghasilkan pengukuran lebih akurat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

43

B. Penentuan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan

komposisi antara metanol dan bufer fosfat 0,01M pada pH 3. Berdasarkan polaritas

fase diam dan fase gerak, metode KCKT yang digunakan merupakan metode KCKT

fase terbalik karena fase diam yaitu oktadesilsilan (C18) yang bersifat non-polar

sedangkan fase gerak bersifat lebih polar dari fase diam. Sistem elusi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah isokratik karena menggunakan campuran lebih dari 1

komponen fase gerak dengan perbandingan tetap (polaritas fase gerak tetap) selama

proses elusi berlangsung. Dengan kata lain, tidak ada perubahan komposisi atau

polaritas fase gerak selama proses elusi.

Metanol dipilih sebagai fase gerak dikarenakan memiliki kemampuan

melarutkan senyawa berbentuk garam dengan baik, hal ini berkaitan dengan kelarutan

salbutamol sulfat yang merupakan senyawa garam sebagai zat analit selain itu,

metanol juga merupakan pelarut yang baik untuk guaifenesin. Metanol merupakan

pelarut organik yang paling umum dan sering digunakan pada sistem KCKT fase

terbalik.

Kemampuan suatu pelarut organik mampu mengelusi senyawa disebut

eluent strength (εo), semakin besar nilai eluent strength-nya maka semakin besar pula

kemampuan elusi suatu pelarut organik. Untuk mendapatkan pemisahan yang baik

maka perlunya memperhatikan eluent strength, hal ini dikarenakan jika semakin besar

nilai εo maka dapat mengakibatkan tumpang tindih antara 2 senyawa yang memiliki

waktu retensi yang berdekatan sedangkan jika semakin kecil nilai εo

maka semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

44

sulit fase gerak untuk mengelusi senyawa. Metanol memiliki nilai εo 1,0 sedangkan

asetonitril memiliki nilai εo

3,1. Asetonitril tidak digunakan dalam komposisi fase

gerak dikarenakan nilai εo

yang besar sehingga dapat mengakibatkan guaifenesin dan

salbutamol sulfat tidak memisah atau memiliki waktu retensi yang sama.

Bufer fosfat merupakan salah satu komponen dalam fase gerak yang

digunakan oleh peneliti. Pertimbangan penggunaan bufer dikarenakan salbutamol

sulfat sangat mudah terion sehingga, jika tanpa pengunaan bufer untuk pengaturan

pH, dapat mengakibatkan bentuk puncak yang tailing dan waktu retensi yang tidak

tetap. Bufer pada umumnya digunakan dalam sistem KCKT pada analisis senyawa

yang mudah terion. Menurut Kazakevich dan Lobrutto (2007), bufer fosfat memiliki

nilai pKa 2,1 dan rentang pH 1,1-3,1. Pada rentang pH tersebut bufer memiliki

efektivitas dalam mempertahankan pH, kemampuan ini disebut dengan kapasitas

bufer.

Pada penelitian ini penggunaan pH 3 mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Walode dkk. (2013). Tujuan fase gerak dikondisikan pada pH 3

adalah untuk mengubah seluruh salbutamol dalam bentuk ion sehingga bufer fosfat

merupakan bufer yang cocok karena pH fase gerak yang diinginkan masuk dalam

rentang kapasitas pH bufer fosfat. Tujuan diubahnya salbutamol sulfat dalam bentuk

ion diharapkan akan memperbaiki tailing factor hal ini dikarenakan interaksi zat

analit baik dengan fase diam maupun fase gerak menjadi seragam. Jika tidak seluruh

salbutamol sulfat berada dalam bentuk ion atau molekul maka interaksi salbutamol

baik dengan fase diam maupun fase gerak berbeda-beda hal ini akan mengakibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

45

bentuk puncak yang tailing. Guaifenesin merupakan senyawa yang bersifat asam

lemah dan pada pH 3 seluruh guaifenesin berbentuk molekul sehingga interaksi

guaifenesin baik dengan fase diam maupun fase gerak menjadi seragam.

Bufer merupakan campuran antara asam lemah dan basa konjugatnya atau

basa lemah dengan asam konjugatnya. Bufer fosfat dibuat dengan mencampurkan

asam lemah (asam fosfat) dengan basa konjugat dari garamnya (kalium dihidrogen

fosfat). Penggunaan bufer diharapkan dapat mempertahankan pH selama berada

dalam sistem KCKT sehingga menghasilkan waktu retensi senyawa yang tetap tidak

berubah-ubah.

Selain kapasitas bufer, hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bufer

adalah UV-cutoff yang dimiliki oleh bufer tersebut. Bufer fosfat memiliki nilai UV-

cutoff pada < 200nm sedangkan metanol memiliki nilai UV-cutoff pada 205nm. UV-

cutoff merupakan panjang gelombang yang dimiliki oleh pelarut yang akan

memberikan serapan lebih dari 1,0 unit serapan pada tebal kuvet 1 cm (Rohman dan

Gandjar, 2007). Pengukuran yang dilakukan pada panjang gelombang UV-cutoff akan

mengacaukan hasil yang diperoleh sehingga hasil menjadi bias. Panjang gelombang

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 275 nm sehingga tidak

terjadinya pembiasan oleh UV-cutoff.

Komposisi fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol :

bufer fosfat 0,01M pH 3 dengan perbandingan 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40.

Menurut Snyder dkk. (2010), meningkatnya jumlah metanol maka analit akan lebih

mudah terelusi, hal ini yang menjadi dasar peningkatan jumlah metanol dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

46

perbandingan komposisi fase gerak yang digunakan. Fase gerak yang telah

dipersiapkan, kemudian disaring dengan menggunakan penyaring Whatman 0,45µm

dengan tujuan untuk menghilangkan partikel-partikel yang dapat menyumbat kolom

dan mengkontaminasi fase diam. Setelah dilakukan penyaringan, larutan baku harus

didegasing sebelum diinjeksikan ke sistem KCKT dengan tujuan untuk

menghilangkan gelembung gas yang dapat mengganggu respon terhadap detektor.

Tabel III. Indeks polaritas campuran fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3

No. Komposisi Fase gerak Indeks Polaritas

Metanol Bufer fosfat 0,01M

pH 3

1 40 60 8,16

2 45 55 7,91

3 50 50 7,65

4 55 45 7,40

5 60 40 7,14

Pada tabel III, dapat diketahui urutan kepolaran dari polar ke non-polar

adalah 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40. Menurut Mulja dan Suharman (1995),

dalam sistem KCKT fase terbalik, kemampuan elusi akan semakin meningkat dengan

menurunkan indeks polaritas fase gerak. Semakin kecil nilai indeks polaritas fase

gerak, maka semakin non-polar fase gerak tersebut. Untuk mendapatkan parameter

yang diinginkan dari pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin, dilakukan dengan

mengubah-ubah komposisi fase gerak tersebut sampai didapatkan bentuk puncak

yang runcing, memenuhi persyaratan tailing factor, resolusi dan waktu retensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

47

C. Pembuatan Larutan Baku

Baku salbutamol sulfat yang digunakan merupakan working standard

dengan kemurnian 98,83% yang didapatkan dari PT. Ifars Pharmaceutical

Laboratories dan memiliki Certificate of Analysis (CoA) sehingga terjamin

kemurniannya. Baku Guaifenesin yang digunakan merupakan working standard

dengan kemurniam 99,88% terhadap zat yang telah dikeringkan yang didapatkan dari

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional serta memiliki Certificate of Analysis

(CoA) sehingga terjamin kemurniannya. Tujuan pembuatan larutan baku tunggal

adalah untuk memastikan di dalam sampel terdapat zat analit yang ingin dianalisis.

Tujuan tersebut akan tercapai dengan menilai kesamaan waktu retensi dari larutan

baku dengan senyawa analit di dalam sampel. Tujuan pembuatan larutan baku

campuran adalah untuk mensimulasi keadaan sampel sediaan obat batuk sirup yang

terdiri atas salbutamol sulfat dan guaifenesin. Dengan kata lain, apabila keadaan

sistem KCKT telah optimal pada analisis larutan baku campuran maka diharapkan

ketika diterapkan pada sampel maka akan memperoleh hasil yang optimal pula.

Pada penentuan panjang gelombang, masing-masing senyawa dibuat larutan

baku dengan tiga konsentrasi yang berbeda. Pembuatan baku salbutamol sulfat

dengan 3 seri konsentrasi yaitu 100, 300, dan 600 µg/mL, sedangkan pada larutan

baku gauifenesin dibuat dengan 3 seri konsentrasi yaitu 20, 60, dan 100 µg/mL.

Larutan baku tersebut diukur serapan pada panjang gelombang UV yaitu antara 200-

400nm dengan spektrofotometer UV-vis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

48

Dalam optimasi sistem KCKT dibuat 2 larutan baku tunggal yaitu

salbutamol sulfat 10 µg/mL dan guaifenesin 60 µg/mL. Tujuan dibuatnya larutan

baku tunggal adalah untuk mengetahui waktu retensi masing-masing zat analit. Selain

itu, dibuat pula baku campuran dengan konsentrasi salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL, hal ini ditujukan untuk melihat pemisahan antara kedua

senyawa analit. Pada larutan baku campuran digunakan konsentrasi yang mendekati

konsentrasi sampel sehingga dapat mengambarkan keadaan senyawa analit dalam

sampel. Seluruh larutan baku tersebut digunakan dalam mengoptimasi komposisi fase

gerak dengan perbandingan metanol : bufer fosfat 0,01M pada pH 3 (40:60; 45:55;

50:50; 55:45; dan 60:40) serta kecepatan alir fase gerak 0,5 dan 1 mL/menit dengan

volume penginjekan 20 µL.

Untuk uji kesesuaian sistem, digunakan satu konsentrasi larutan baku

campuran dengan konsentrasi salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan guaifenesin

80 µg/mL. Uji kesesuaian sistem dilakukan pada kondisi sistem KCKT dengan

komposisi dan kecepatan alir fase gerak yang telah optimal.

Larutan baku yang telah dipersiapkan, disaring dengan menggunakan

milipore dengan tujuan untuk menghilangkan partikel-partikel yang dapat

menyumbat kolom dan mengkontaminasi fase diam. Setelah dilakukan penyaringan,

larutan baku harus didegasing sebelum diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan

tujuan untuk menghilangkan gelembung gas yang dapat mengganggu respon terhadap

detektor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

49

D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Salbutamol Sulfat dan

Guaifenesin Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Panjang gelombang pengamatan ditentukan dengan mengukur panjang

gelombang masing-masing senyawa terlebih dahulu. Pengukuran panjang gelombang

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis, hal ini dikarenakan secara

teoritis salbutamol sulfat dan guaifenesin memiliki rentang panjang gelombang di

daerah UV yaitu antara 200-400 nm. Pengukuran panjang gelombang masing-masing

senyawa dilakukan dengan mengukur daerah serapan senyawa pada rentang 200-400

nm. Salbutamol sulfat diukur serapannya pada 3 seri konsentrasi yaitu 100, 300, dan

600 µg/mL, sedangkan guaifenesin diukur serapannya pada 3 konsentrasi yaitu 20,

60, dan 100 µg/mL. Pembuatan 3 seri konsentrasi tersebut bertujuan untuk melihat

kenaikan respon serapan terhadap kenaikan konsentrasi sehingga dapat memastikan

bentuk pola spektra serta panjang gelombang pengamatan yang diperoleh benar-benar

milik salbutamol sulfat dan guaifenesin.

Syarat suatu senyawa dapat diukur dengan spektrofotometer UV adalah

mempunyai gugus kromofor dan auksokrom serta mempunyai serapan pada daerah

ultraviolet. Gugus kromofor merupakan gugus yang berperan dalam penyerapan

radiasi elektromagnetik sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus yang

memiliki pasangan elektron bebas dan berikatan langsung dengan gugus kromofor.

Gugus auksokrom bertanggung jawab dalam perpanjangan gugus kromofor sehingga

terjadi pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

50

Salbutamol sulfat memiliki gugus kromofor dan auksokrom seperti pada

gambar 12 di bawah ini:

Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom salbutamol sulfat

Guaifenesin memiliki gugus kromofor dan auksokrom seperti pada gambar

13 di bawah ini:

Gambar 13. Gugus kromofor dan auksokrom guaifenesin

Kurva serapan salbutamol sulfat dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

51

Gambar 14. Spektra salbutamol sulfat pada 3 seri konsentrasi pada pelarut metanol

Kurva serapan guaifenesin dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 15. Spektra guaifenesin pada 3 seri konsentrasi pada pelarut metanol

Panjang gelombang( )

Panjang gelombang (nm)

600 µg/mL

300 µg/mL

100 µg/mL

100 µg/mL

60 µg/mL

20 µg/mL

278 nm

274 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

52

Kurva serapan overlapping dari salbutamol sulfat dan guaifenesin dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 16. Spektra gabungan salbutamol sulfat dan guaifenesin

Pada data hasil scanning profil serapan menunjukan bahwa pada tiga seri

konsentrasi didapatkan panjang gelombang maksimum salbutamol sulfat adalah 278

nm dan guaifenesin adalah 274 nm. Menurut Moffat dkk. (2011) panjang gelombang

salbutamol sulfat adalah 276 nm sedangkan untuk guaifenesin adalah 273 nm.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) pergeseran panjang gelombang yang

diijinkan sebesar 2 nm, oleh karena itu, panjang gelombang kedua senyawa dapat

diterima karena bergeser 1-2 nm dari panjang gelombang teoritis. Panjang gelombang

yang diperoleh dapat dipastikan kebenarannya karena pada data didapatkan kenaikan

Panjang gelombang ( )

275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

53

respon serapan sebanding dengan kenaikan konsentrasi senyawa yang diukur.

Berdasarkan pengamatan profil panjang gelombang salbutamol sulfat dan guaifenesin

yang diperoleh dapat diketahui panjang gelombang overlapping kedua senyawa yang

merupakan titik potong dari panjang gelombang kedua senyawa. Panjang gelombang

overlapping yang diperoleh adalah 275 nm sehingga panjang gelombang tersebut

digunakan sebagai panjang gelombang pada sistem KCKT. Tujuan pemilihan panjang

gelombang overlapping sebagai panjang gelombang pada sistem KCKT adalah agar

kedua senyawa dapat memberikan serapan yang optimum dan dapat dideteksi oleh

detektor pada sistem KCKT. Salbutamol sulfat memiliki nilai 𝐴1𝑐𝑚1% yaitu 71a

sedangkan guaifenesin memiliki nilai 𝐴1𝑐𝑚1% yaitu 125a (Moffat et al., 2011). Kedua

senyawa memiliki nilai 𝐴1𝑐𝑚1% yang cukup tinggi sehingga pada panjang gelombang

275 nm masih dapat terdeteksi oleh detektor. Pada panjang gelombang 220 nm kedua

senyawa memiliki serapan yang cukup tinggi akan tetapi panjang gelombang tersebut

tidak digunakan sebagai panjang gelombang pengamatan pada sistem KCKT

dikarenakan kenaikan respon serapan (gambar 15) tidak menunjukkan proporsional

yang baik dengan kenaikan konsentrasi zat analit.

E. Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak

Pada sistem KCKT fase terbalik, senyawa yang bersifat lebih polar akan

terelusi terlebih dahulu daripada senyawa yang bersifat non-polar. Hal ini

dikarenakan senyawa yang bersifat non-polar akan lebih tertahan dalam fase diam

sehingga waktu retensinya lebih lama. Salbutamol sulfat merupakan garam yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

54

mudah terion sehingga lebih polar dibandingkan guaifenesin yang berbentuk molekul

utuh, hal ini mengakibatkan waktu retensi salbutamol sulfat lebih pendek

dibandingkan dengan waktu retensi guaifenesin.

Tabel IV menunjukkan waktu retensi yang diperoleh dari pemisahan

salbutamol sulfat dan guaifenesin pada komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat

0,01M pH 3 dengan perbandingan 40:60; 45:55; 50:50; 55:45dan 60:40 pada

kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit.

Tabel IV. Waktu retensi baku salbutamol sulfat dan guaifenesin

No. Komposisi fase gerak Zat analit Waktu retensi pada kecepatan

alir (menit)

Metanol Bufer fosfat 0,5 mL/menit 1,0 mL/menit

1 40 60 Salbutamol sulfat 5,84 2,91

Guaifenesin 17,45 8,75

2 45 55 Salbutamol sulfat 5,63 2,83

Guaifenesin 13,59 6,85

3 50 50 Salbutamol sulfat 5,48 2,76

Guaifenesin 11,10 5,61

4 55 45 Salbutamol sulfat 5,37 2,69

Guaifenesin 9,45 4,76

5 60 40 Salbutamol sulfat 5,31 2,67

Guaifenesin 8,45 4,26

Pada tabel IV diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan alir

maka semakin pendek waktu retensi zat analit dan juga semakin meningkat jumlah

metanol dalam fase gerak maka semakin pendek waktu retensi zat analit.

Salbutamol sulfat dan guaifenesin dapat berinteraksi dengan fase diam dan

fase gerak. Interaksi senyawa dengan fase diam (oktadesilsilan) merupakan interaksi

Van Der Waals. Menurut Levita dan Mustarichie (2012), interaksi Van Der Waals

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

55

merupakan interaksi tarik-menarik intermolekul non-polar yang mungkin mengalami

tidak meratanya distribusi kerapatan elektron sehingga dapat menimbulkan dipol

sementara yang dapat menginduksi dipol berlawanan dari molekul yang

mendekatinya. Gambar 17 di bawah ini menunjukkan interaksi salbutamol sulfat dan

guaifenesin dengan fase diam:

a)

b)

Gambar 17. Interaksi zat analit dengan fase diam (oktadesilsilan) (a) Guaifenesin; (b)

Salbutamol sulfat

Interaksi yang terjadi pada salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan fase

gerak merupakan interaksi hidrogen. Menurut Levita dan Mustarichie (2012),

interaksi hidrogen merupakan jenis interaksi dipol-dipol yang terbentuk antara proton

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

56

yang terikat pada gugus yang memiliki atom elektronegatif dengan atom

elektronegatif lain yang memiliki sepasang elektron bebas. Gambar 18 menunjukkan

interaksi salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan fase diam (oktadesilsilan):

a)

Gambar 18. Interaksi zat analit dengan fase gerak (a)Salbutamol sulfat; (b) Guaifenesin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

57

Pada interaksi salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan fase diam dan fase

gerak dapat disimpulkan bahwa guaifenesin lebih banyak berinteraksi dengan fase

diam dibandingkan dengan salbutamol sulfat. Hal ini yang mengakibatkan waktu

retensi guaifenesin lebih lama dari pada salbutamol sulfat. Pada data waktu retensi

(tabel IV) menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jumlah metanol dalam

komposisi fase gerak akan menghasilkan waktu retensi yang semakin cepat pula, hal

ini dikarenakan kemampuan untuk membawa zat analit untuk keluar dari kolom

semakin baik dengan meningkatnya jumlah metanol. Optimasi yang dilakukan

meliputi variasi komposisi fase gerak dan kecepatan alir. Pada optimasi kecepatan alir

(tabel IV) didapatkan bahwa semakin besar kecepatan alir yang digunakan maka

semakin cepat pula fase gerak mengelusi zat analit. Pada pengamatan waktu retensi,

didapatkan seluruh komposisi fase gerak dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit

menghasilkan waktu retensi yang kurang dari 10 menit. Pada analisis dengan KCKT

secara umum, waktu retensi yang diharapkan adalah kurang dari 10 menit (Snyder

dkk., 1997).

Parameter optimasi lain adalah tailing factor, parameter ini menunjukkan

bentuk puncak yang dihasilkan kromatogram, dimana puncak dapat berbentuk

simetris atau mengalami pengekoran. Untuk bentuk puncak yang simetris akan

memiliki nilai tailing factor yang mendekati 1, sedangkan jika nilai tailing factor

lebih dari 1, menunjukkan bahwa bentuk puncak mengalami pengekoran (tailing).

Semakin besar nilai tailing factor maka semakin kurang efisien kolom yang

digunakan. Besarnya nilai tailing factor menunjukan efisiensi kolom kromatografi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

58

yang digunakan (Rohman dan Gandjar, 2007). Menurut Snyder dkk. (2010), nilai

tailing factor yang masih dapat diterima adalah kurang dari 2. Jika nilai tailing factor

yang dihasilkan lebih dari 2 maka dapat mengakibatkan bentuk puncak mengalami

pengekoran, penurunan resolusi, batas deteksi dan presisi (Rohman dan Gandjar,

2007). Penyebab nilai tailing factor yang besar adalah jumlah sampel yang masuk

dalam kolom terlalu besar, fase gerak yang digunakan tidak sesuai, dan sampel yang

dapat berinteraksi dengan residu silanol pada fase diam.

Hasil pengamatan tailing factor dan bentuk puncak pada baku salbutamol

sulfat dan guaifenesin dapat dilihat pada tabel IV dan V di bawah ini:

Tabel V. Nilai tailing factor salbutamol sulfat dan guaifenesin

No. Komposisi fase gerak Zat analit Nilai tailing factor pada

kecepatan alir

Metanol Bufer fosfat 0,5 mL/menit 1,0 mL/menit

1 40 60 Salbutamol 1,49 1,44

Guaifenesin 0,73 0,77

2 45 55 Salbutamol 1,57 1,48

Guaifenesin 0,72 0,78

3 50 50 Salbutamol 2,02 1,87

Guaifenesin 0,73 0,78

4 55 45 Salbutamol 2,02 2,85

Guaifenesin 0,74 0,78

5 60 40 Salbutamol 1,92 1,85

Guaifenesin 0,74 0,79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

59

Tabel VI. Hasil optimasi salbutamol sulfat dan guaifenesin berdasarkan bentuk puncak

No. Komposisi fase gerak Zat analit Kecepatan

alir

(mL/menit)

Bentuk puncak

Metanol Bufer

fosfat

1 40 60 Salbutamol 0,5 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, asimetris

Salbutamol 1,0 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, simetris

2 45 55 Salbutamol 0,5 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar,

asimetris

Salbutamol

1,0 Puncak runcing,

simetris

Guaifenesin Puncak lebar,

asimetris

3 50 50 Salbutamol 0,5 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, asimetris

Salbutamol 1,0 Puncak runcing,

simetris

Guaifenesin Puncak lebar, simetris

4 55 45 Salbutamol 0,5 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, asimetris

Salbutamol 1,0 Puncak terbelah,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, asimetris

5 60 40 Salbutamol 0,5 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, asimetris

Salbutamol 1,0 Puncak runcing,

asimetris

Guaifenesin Puncak lebar, simetris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

60

Optimasi komposisi dan kecepatan alir ini akan diaplikasikan pada

penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sampel sediaan obat sirup

untuk melihat pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin. Pengamatan pemisahan

zat analit penting untuk menjamin puncak salbutamol sulfat dan guaifenesin tidak

saling tumpang-tindih. Pemisahan yang baik antara kedua puncak ini dapat diamati

dari nilai resolusi (Rs) yang harus lebih besar dari 1,5 (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada hasil pengamatan nilai resolusi dari kromatogram yang dihasilkan oleh sampel

sediaan obat sirup yang mengandung salbutamol sulfat dan guaifenesin dapat dilihat

pada tabel VI.

Tabel VII. Nilai resolusi pada sampel yang mengandung salbutamol sulfat dan guaifenesin pada

fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40 dengan kecepatan

alir 0,5 dan 1 mL/menit

Komposisi fase gerak Kecepatan alir

(mL/menit)

Resolusi

Metanol Bufer fosfat

40 60 0,5 1,98

1,0 5,87

45 55 0,5 4,48

1,0 4,19

50 50 0,5 1,65

1,0 0,56

55 45 0,5 2,14

1,0 3,66

60 40 0,5 0,75

1,0 3,06

Tujuan pengamatan nilai resolusi pada optimasi ini adalah untuk mengetahui

komposisi dan kecepatan alir fase gerak yang dapat menghasilkan pemisahan dengan

nilai Rs lebih dari 1,5. Pada tabel VI, dapat disimpulkan bahwa semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

61

meningkatnya jumlah metanol dan kecepatan alir fase gerak maka akan

mengakibatkan semakin kecilnya nilai resolusi. Pada data di atas, tidak seluruh nilai

resolusi pada seluruh komposisi dan kecepatan alir fase gerak dapat memenuhi nilai

resolusi yang baik yaitu lebih dari 1,5.

1. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 40:60 dengan kecepatan alir 0,5

dan 1,0 mL/menit

Pada komposisi fase gerak 40:60 (gambar 19 dan 20), didapatkan puncak

baku salbutamol sulfat yang runcing dan puncak baku guaifenesin yang lebar dengan

nilai tailing factor kurang dari 2 sehingga dari nilai tailing factor-nya kedua puncak

yang dihasilkan dari kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit dapat diterima. Namun,

pada penginjekan sampel dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit menghasilkan tailing

factor = 2,62 sehingga tidak memenuhi kriteria tailing factor yang baik. Pada gambar

19 dan 20 disimpulkan bahwa semakin tinggi kecepatan alir yang digunakan, maka

bentuk puncak yang dihasilkan semakin runcing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

62

Gambar 19. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 40:60

Kecepatan alir : 0,5 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

C

B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

63

Gambar 20. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 40:60

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

64

Kromatogram yang dihasilkan pada komposisi 40:60 menghasilkan nilai

resolusi 1,98 dan 5,87 untuk kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit. Pada kecepatan alir

0,5 mL/menit waktu yang dibutuhkan untuk satu proses analisis menjadi lebih

panjang sehingga dianggap tidak efektif. Menurut Snyder dkk. (1997), waktu analisis

dengan KCKT yang diharapkan adalah kurang dari 10 menit. Pada kecepatan alir 1,0

mL/menit memberikan nilai resolusi yang baik dengan nilai lebih dari 1,5.

Tailing pada salbutamol sulfat dikarenakan sifat salbutamol sulfat yang

merupakan garam basa sehingga sangat mudah terion membentuk ion positif pada pH

asam yang dapat berinteraksi dengan residu silanol (ion negatif pada pH di atas 3,5)

pada kolom. Oleh karena itu, penggunaan bufer fosfat pada pH 3 selain untuk

mengubah seluruh molekul salbutamol dalam bentuk terion juga untuk mengurangi

nilai tailing factor dengan mengubah residu silanol yang berbentuk ion menjadi

bentuk molekul seperti pada gambar 21 di bawah ini:

Gambar 21. Gugus residu silanol bebas pada kolom C18(Snyder dkk., 2010)

Pada komposisi 40:60, kecepatan alir yang menghasilkan pemisahan yang

paling baik adalah pada 1 mL/menit karena nilai tailing factor yang dihasilkan 1,44

dan 0,77 untuk salbutamol sulfat dan guaifenesin, resolusi yang dihasilkan lebih dari

1,5 sehingga puncak yang dihasilkan telah terpisah dengan baik (gambar 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

65

2. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 45:55 dengan kecepatan alir 0,5

dan 1,0 mL/menit

Pada komposisi fase gerak 45: 55 (gambar 22 dan 23), didapatkan puncak

baku salbutamol sulfat yang lebih runcing dan puncak baku guaifenesin yang lebar

dengan nilai tailing factor pada kecepatan alir 0,5 mL/menit sebesar 1,57 dan 0,72

sedangkan untuk kecepatan alir 1,0 mL/menit menghasilkan nilai tailing factor 1,48

dan 0,78 untuk salbutamol sulfat dan guaifenesin. Pada komposisi 45 : 55, didapatkan

waktu retensi yang lebih pendek dibandingkan pada komposisi 40 : 60 untuk

kecepatan alir yang sama sehingga dapat mempersingkat waktu analisis. Namun,

pada penginjekan sampel dengan kecepatan alir 0,5 mL/menit menghasilkan tailing

factor 2,03 sehingga tidak memenuhi kriteria tailing factor yang baik.

Pada komposisi 45:55, kecepatan alir yang menghasilkan bentuk puncak

yang paling baik adalah pada 1,0 mL/menit karena nilai tailing factor yang dihasilkan

1,48 dan 0,78 untuk salbutamol sulfat dan guaifenesin, resolusi yang dihasilkan lebih

dari 1,5 sehingga puncak yang dihasilkan telah terpisah dengan baik (gambar 20),

namun komposisi ini tidak digunakan dalam tahap validasi dan penetapan kadar

salbutamol sulfat dan guaifenesin dikarenakan pada penginjekan baku tunggal

guaifenesin dengan kecepatan alir fase gerak 1,0 mL/menit memberikan bentuk

puncak yang tidak memiliki pemisahan yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

66

Gambar 22. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 45:55

Kecepatan alir : 0,5 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

67

Gambar 23. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 45:55

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

C

B

A

S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

68

3. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 50:50 dengan kecepatan alir 0,5

dan 1,0 mL/menit

Pada komposisi fase gerak 50: 50 (gambar 24 dan 25), didapatkan puncak

baku salbutamol sulfat yang lebih runcing serta bentuk puncak yang asimetris

sedangkan puncak baku guaifenesin yang lebar dan simetris. Pada kecepatan alir 0,5

mL/menit nilai tailing factor salbutamol sulfat adalah 2,02 sedangkan untuk

guaifenesin adalah 0,73. Hal ini dikarenakan komposisi fase gerak yang ada belum

cukup untuk mengelusi senyawa dengan baik. Pada kecepatan alir 1,0 mL/menit

menunjukan bentuk puncak yang lebih menyempit dan dengan meningkatnya

kecepatan alir, maka nilai tailing factor yang dihasilkan akan semakin baik.

Pada kecepatan alir 1,0 mL/menit menghasilkan waktu retensi, nilai tailing

factor, dan nilai resolusi yang baik namun tidak memberikan presisi puncak yang

baik, dimana pada penginjekan replikasi kedua tidak memberikan hasil yang serupa

dengan replikasi pertama sehingga pada komposisi dan kecepatan alir ini tidak

digunakan pada proses validasi dan penetapan kadar salbutamol sulfat dan

guaifenesin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

69

Gambar 24. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 50:50

Kecepatan alir : 0,5 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

70

Gambar 25. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 50:50

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

C

B

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

71

4. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 55:45 dengan kecepatan alir 0,5

dan 1,0 mL/menit

Pada komposisi fase gerak 55: 45 (gambar 26 dan 27), didapatkan pada

kecepatan alir 0,5 mL/menit bentuk puncak baku salbutamol sulfat runcing serta

asimetris sedangkan puncak baku guaifenesin yang lebar dan asimetris. Pada

kecepatan alir 1,0 mL/menit menunjukan bentuk puncak salbutamol sulfat terbelah,

hal ini dapat diakibatkan oleh fase gerak yang tidak mampu mengelusi zat analit

dengan baik sehingga dimungkinkan masih adanya zat analit yang berinteraksi secara

van der waals dengan fase diam yang terlambat untuk ke luar dari kolom. Nilai tailing

factor salbutamol sulfat adalah 2,02 dan 2,85 sedangkan guaifenesin adalah 0,74 dan

0,78 untuk kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit.

Pada komposisi 55 : 45 dengan kecepatan alir 0,5 dan 1,0 mL/menit tidak

menghasilkan bentuk puncak yang memenuhi persyaratan tailing factor. Salbutamol

sulfat pada komposisi ini menghasilkan nilai tailing factor yang lebih dari 2 sehingga

komposisi fase gerak ini tidak dilanjutkan untuk tahapan validasi dan penetapan kadar

salbutamol sulfat dan guaifenesin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

72

Gambar 26. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 55:45

Kecepatan alir : 0,5 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

73

Gambar 27. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 55:45

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

C

B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

74

5. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 60:40 dengan kecepatan alir 0,5

dan 1,0 mL/menit

Pada komposisi fase gerak 60:40 (gambar 28) dengan kecepatan alir

0,5 mL/menit menghasilkan bentuk puncak salbutamol sulfat yang runcing dengan

nilai tailing factor sebesar 1,92 sedangkan guaifenesin menunjukkan bentuk puncak

yang lebar dan asimetris walaupun dengan nilai tailing factor 0,74. Pada kecepatan

alir 1,0 mL/menit (gambar 29) menunjukan nilai tailing factor 1,85 dan 0,79 untuk

salbutamol sulfat dan guaifenesin. Pada data nilai tailing factor dapat disimpulkan

bahwa pada komposisi 60:40 memenuhi persyaratan nilai tailing factor yang baik.

Pada komposisi 60:40, kecepatan alir yang menghasilkan bentuk puncak

yang paling baik adalah pada 1,0 mL/menit karena nilai tailing factor yang

dihasilkan lebih kecil dibandingkan pada kecepatan alir 0,5 dengan komposisi fase

gerak 60:40, dan nilai resolusi yang dihasilkan lebih dari 1,5 sehingga puncak yang

dihasilkan telah terpisah dengan baik (gambar 29), namun komposisi ini tidak

digunakan dalam tahap validasi dan penetapan kadar salbutamol sulfat dan

guaifenesin dikarenakan pada penginjekan sampel menghasilkan bentuk puncak

salbutamol sulfat yang terbelah, hal ini dikarenakan pada komposisi ini fase gerak

tidak mampu mengelusi salbutamol sulfat dengan baik dalam sampel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

75

Gambar 28. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 60:40

Kecepatan alir : 0,5 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

76

Gambar 29. (A)-Kromatogram baku salbutamol sulfat konsentrasi 10µg/mL. (B)-Kromatogram

baku guaifenesin konsentrasi 60 µg/mL. (C)-Kromatogram sampel, dengan parameter KCKT

sebagai berikut:

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5 µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 60:40

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

77

Pada data hasil optimasi di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi optimal

didapatkan pada komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M 40:60 dengan

kecepatan alir 1,0 mL/menit yang menghasilkan waktu retensi 2,90 dan 8,75; nilai

tailing factor 1,44 dan 0,77 untuk salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan nilai

resolusi 5,87.

Komposisi dan kecepatan alir yang telah optimal dilakukan pengujian

kesesuaian sistem (UKS). Uji ini bertujuan untuk melihat bahwa sistem yang telah

optimal dapat memberikan data yang memenuhi persyaratan dan dapat menjamin

bahwa metode yang digunakan dapat menghasilkan presisi yang dapat diterima.

Presisi dapat dilihat dari nilai % CV yang tidak lebih besar dari 2 %. Nilai % CV

yang ≤ 2 menunjukkan bahwa sistem yang digunakan telah memberikan hasil yang

konstan karena dengan berkali-kali penginjekan hasil yang diperoleh tetap baik.

Parameter uji kesesuaian sistem antara lain adalah waktu retensi, tailing factor,

HETP, nilai Area Under Curve (AUC), tinggi puncak, faktor kapasitas (K'),

theoretical plate, dan nilai resolusi. Tabel VIII, IX, dan X di bawah ini menunjukkan

data hasil uji kesesuaian sistem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

78

Tabel VIII. Uji kesesuaian sistem salbutamol sulfat pada pemisahan larutan baku campuran

salbutamol sulfat 1,6 µg/mL dan guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak metanol : bufer fosfat

0,01M 40:60 pada kecepatan alir 1,0 mL/menit

Tabel IX. Uji kesesuaian sistem guaifenesin pada pemisahan larutan baku campuran salbutamol

sulfat 1,6 µg/mL dan guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M

40:60 pada kecepatan alir 1,0 mL/menit

Replikasi

Penginjekan

Waktu

Retensi

(menit)

Area Under

Curve (AUC)

Theoretical

plate (N)

Tailing

factor

Tinggi

puncak

HETP

1 8,749 1264421 1487,047 0,782 37362 100,871

2 8,746 1264590 1479,015 0,783 37277 101,419

3 8,744 1264514 1486,186 0,784 37294 100,930

4 8,741 1265001 1488,368 0,784 37288 100,782

5 8,740 1264362 1490,993 0,785 37287 100,604

6 8,740 1264056 1491,213 0,785 37285 100,589

Rata-rata 8,743 1264490,667 1487,137 0,784 37298,833 100,866

SD 0,004 310,224 4,469 0,001 31,429 0,304

% CV 0,042 0,025 0,301 0,149 0,084 0,301

Replikasi

Penginjekan

Waktu

Retensi

(menit)

Area Under

Curve (AUC)

Theoretical

plate (N)

Tailing

factor

Tinggi

puncak

HETP

1 2,897 14361 3009,128 1,688 1564 49,848

2 2,897 14463 2985,169 1,714 1568 50,248

3 2,895 14272 2981,713 1,722 1572 50,307

4 2,895 14419 2927,805 1,710 1577 51,233

5 2,895 14586 2926,706 1,737 1585 51,252

6 2,895 14331 2952,394 1,726 1580 50,806

Rata-rata 2,896 14405,333 2963,819 1,716 1574,333 50,616

SD 0,001 110,834 33,567 0,017 7,815 0,573

% CV 0,036 0,769 1,133 0,975 0,496 1,132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

79

Tabel X. Uji kesesuaian sistem resolusi dan faktor kapasitas pada pemisahan larutan baku

campuran salbutamol sulfat 1,6 µg/mL dan guaifenesin 120 µg/mL dengan fase gerak metanol :

bufer fosfat 0,01M 40:60 pada kecepatan alir 1,0 mL/menit

Replikasi

Penginjekan

Resolusi (Rs) Faktor kapasitas (k')

1 10 2,020

2 10 2,019

3 10,45 2,020

4 10,437 2,020

5 10,442 2,019

6 10,451 2,019

Rata-rata 10 2

SD 0,012 0,0005

% CV 0,112 0,0271

Pada uji kesesuaian sistem, parameter waktu retensi, tailing factor, HETP,

nilai Area Under Curve (AUC), tinggi puncak, faktor kapasitas (k'), theoretical plate,

dan nilai resolusi menghasilkan nilai % CV kurang dari 2% sehingga dapat

disimpulkan bahwa sistem yang digunakan pada optimasi metode KCKT ini memiliki

presisi yang baik.

Berdasarkan hasil optimasi serta uji kesesuaian sistem yang dilakukan pada

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa komposisi fase gerak metanol : bufer fosfat

0,01M 40:60 dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit adalah yang paling baik dalam

pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan menggunakan metode KCKT

fase terbalik yang menghasilkan nilai rata-rata dari waktu retensi 2,90 dan 8,74; nilai

tailing factor 1,72 dan 0,78 untuk salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan rata-rata

nilai resolusi 10. Pada komposisi fase gerak 40:60, menghasilkan nilai theoretical

plate (N) yang lebih dari 1000, nilai N menunjukan efisiensi pemisahan senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

80

analit dari metode kromatografi yang digunakan. Semakin besar nilai N maka

semakin efisien metode yang digunakan untuk memisahkan 2 atau lebih senyawa

analit. Parameter optimasi lainnya yaitu faktor kapasitas yang menunjukan tingkat

retensi zat analit, apabila nilai k' semakin besar maka senyawa analit akan lebih

tertahan dalam kolom sedangkan jika nilai k' sangat kecil maka senyawa analit sedikit

atau tidak tertahan dalam kolom. Pada metode ini juga memiliki presisi yang baik

dilihat dari nilai % CV yang kurang dari 2%, sehingga dapat digunakan dalam

tahapan validasi metode analisis serta penetapan kadar salbutamol sulfat dan

guaifenesin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kondisi optimum yang didapatkan pada pemisahan salbutamol

sulfat dan guaifenesin untuk aplikasi dalam sediaan obat sirup “merek X”

dengan metode KCKT fase terbalik adalah menggunakan komposisi fase

gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3,0 (40:60) pada kecepatan alir

1,0 mL/menit, dengan spesifikasi sebagai berikut:

Kolom: C18 merek Shim-Pack dimensi 250 mm x 4,6 mm, ukuran partikel

5µm

Detektor: Ultraviolet pada 275 nm.

B. Saran

1. Perlu dilakukan validasi metode KCKT fase terbalik pada penetapan

kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin.

2. Perlu dilakukan penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin

dalam sediaan obat sirup “merek X”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

82

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S. and Dong, M.W., 2005, Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC,

Elsevier Academic press, London, pp. 111-120.

Anonim1, 2013, Salbutamol Information From DrugsUpdate,

http://drugsupdate.com/generic/view/105, diakses tanggal 24 febuari 2013.

Asdie, A.H., 1995, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 43.

Dean, J.A., 1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw Hill, USA, pp. 4, 65.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia,

jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indoesia, Jakarta, pp. 751-752.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan RI, 1979, Farmakope Indonesia,

jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indoesia, Jakarta, pp. 31.

Dubey, N., Sahu, S., and Singh, G.N., 2012, Development of HPLC Method for

Simultaneous Estimation of Ambroxol, Guaifenesin and Salbutamol in Single

Dose Form, Ind. J. Chemistry (IJC), (51), 1633-1636.

Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1997, Kimia organik, edisi III, jilid 1,

diterjemahkan oleh Aloysius Handayana Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga,

Jakarta, pp. 436.

Gritter, R.J., Bobbit, J.M. and Schwarting, A.E., 1991, Introduction to

Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi III, ITB,

Bandung, hal. 197.

Kazakevich, Y. and Lobrutto, R., 2007, HPLC for Pharmaceutical Scientists, Wiley-

Interscience A John Wiley & Sons, INC., Publication, United States of

America, pp. 94-101.

Korany, A.M., Fahmy, O.T., Mahgoub, H. and maher, H.M., 2010, High

Performance Liquid Chromatographic Determination of Some Guaifenesin-

containing cough-cold preparation, J. Adv. Research (JAR), (2), 121-130.

Levita, J. dan Mustarichie, R., 2012, Pemodelan Molekul dalam Kimia Medisinal,

Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 22-25.

Moffat, A.C., David, M.O. and Brian, W., (Ed.), 2011, Clarke’s Analysis of Drugs

and Poisons, Pharmaceutical press, London, pp. 1523-1524, 2038-2039.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

83

Mulja, M. and suharman, 1995, Analisis Instrumental, Universitas Airlangga,

Surabaya, pp. 6-11.

Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, UGM, Yogyakarta, pp. 16-17.

Oemiati, R., Marice, S. and Qomariah, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penyakit Asma Di Indonesia, Media Litbang Kesehatan, 10 (1), 41.

Prinyanka A.P., Manjusha, N.D., Sanjay, D.S. and Priyanka, S.S., 2011,

Simultaneous Determination of Salbutamol and Ambroxol in Fixed Dose

Combination by Spectrophotometry, Int. J. Pharma. Scie. and Research

(IJPSR), 2 (5), 1225-1230.

Rohman, A. and Gandjar, I.G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, pp.381, 388.

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.

13, 111, 117.

Sastrohamidjojo, H., 2007, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 40.

Schwartz, M.W., 1995, Pedoman Klinis Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, pp. 221.

Sharma, B.K., 2007, Spectroscopy, Goel Publishing House, Delhi, pp.125.

Snyder, L.R., Kirkland, and Glajh, J.L., 1997, Practical HPLC Method Development,

2nd

ed., A John Willey & Sons, Inc. Publication, New York, pp. 710-723.

Snyder, L.R., Kirkland, J.J. and Dolan, J.W., 2010, Introduction to Modern Liquid

Chromatography, A John Willey & Sons, Inc. Publication, New York, pp.

208-209.

Walode, S.G., Despande, S.D. and Deshpande, A.V., 2013, Stability Indicating RP-

HPLC Method for Simultaneous Estimation of Salbutamol Sulphate and

Guaifenesin”, Pelegia Research Library (PRL), 4(2), 61-67.

Willard, H.H., Merrit, Jr., Dean, J.A. and Settle Jr.F.A., 1998, Instrumental Methods

of Analysis, 7th

ed., Wadsworth Publishing Company, California, pp. 519,

522-530.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

84

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

85

LAMPIRAN 1. Certificate of Analysis (CoA) baku salbutamol sulfat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

87

LAMPIRAN 2. Certificate of Analysis (CoA) guaifenesin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

90

LAMPIRAN 3. Perhitungan polaritas fase gerak yang dioptimasi

Diketahui data indeks polaritas di bawah ini:

Pelarut Indeks polaritas

Metanol 5,1

Air 10,2

Perhitungan indeks polaritas campuran:

1. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Indeks polaritas = 40

100x 5,1 +

60

100x 10,2 = 2,04 + 6,12 = 8,16

2. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (45:55)

Indeks polaritas = 45

100x 5,1 +

55

100x 10,2 = 2,30 + 5,61 = 7,91

3. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (50:50)

Indeks polaritas = 50

100x 5,1 +

50

100x 10,2 = 2,55 + 5,10 = 7,65

4. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (55:45)

Indeks polaritas = 55

100x 5,1 +

45

100x 10,2 = 2,81 + 4,59 = 7,40

5. Fase gerak metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (60:40)

Indeks polaritas = 60

100x 5,1 +

40

100x 10,2 = 3,06 + 4,08 = 7,14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

91

LAMPIRAN 4. Uji Kesesuaian Sistem KCKT. Kromatogram salbutamol sulfat 1,2 µg/mL

dan guaifenesin 80 µg/mL

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-1

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

92

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-2

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

93

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-3

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

94

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-4

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

95

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-5

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

96

Nama sampel : Baku campuran salbutamol sulfat 1,2 µg/mL dan

guaifenesin 80 µg/mL replikasi penginjekan ke-6

Fase diam : C18 dimensi 250 x 4,6 mm, 5µm

Fase gerak : metanol : bufer fosfat 0,01M pH 3 (40:60)

Kecepatan alir : 1,0 mL/menit

Volume injeksi : 20 µL

Detektor : UV-275 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114037_full.pdf · kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pada pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin

97

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Optimasi Komposisi dan Kecepatan alir

Fase Gerak Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik

Pada Pemisahan Salbutamol Sulfat dan Guaifenesin dalam Sediaan

Obat Sirup “Merek X” ini memiliki nama lengkap Aries Mulyawan.

Penulis lahir di Putussibau, pada 19 Maret 1993. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara pasangan Aseng Dien Kristian dan tjong

Alui. Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di TK Pertiwi

Putussibau pada 1997-1998, SD Negeri 1 Putussibau pada 1998-2004, SMP Negeri 1 Putussibau

pada 2004-2007 dan SMA st. Petrus Pontianak pada 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan

studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia

Dasar, Kimia Organik, Kimia Analisis, Analisis Farmasi, Validasi Metode Analisis dan

Biokimia. Penulis adalah peraih juara II untuk ajang Olimpiade Nasional MIPA tingkat

KOPERTIS V yang diselengarakan oleh DIKTI tahun 2013. Selain kegiatan akademik, penulis

juga aktif dalam kegiatan organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Dewan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas (DPMF) Farmasi (2011-2012), koordinator perlengkapan KPU Fakultas

Farmasi (2012-2013), dan anggota tim kegiatan penyuluhan dengan tema “Waspadai Penyakit

Leptospirosis” pada tahun 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI