mal_pelindian tanah sulfat masam
Post on 21-Feb-2018
227 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam
1/30
PELINDIAN TANAH SULFAT MASAM PADA BEBERAPA
KONDISI POTENSIAL REDOKS MENGGUNAKAN
SUMBER AIR PELINDI
Abstrak
Pelindian merupakan salah satu strategi pengelolaan air untuk mengurangi
kelarutan ion-ion Fe2+
, Fe-total, SO42-
pada tanah sulfat masam. Potensial redoks
(Eh) pada tanah tergenang dapat menentukan proses-proses kimia yang terjadi di
dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sumber air pelindi
dan kondisi awal Eh tanah terhadap konsentrasi Fe2+
, Fe-total, SO42-
, dan Al pada air
hasil lindian dan tanah yang dilindi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor pertama adalah tiga sumber
air pelindi yaitu: air hujan, air payau, dan air gambut. Sedangkan faktor kedua adalah
kondisi awal Eh tanah meliputi: -100 25, 0 25, 100 25, 200 25, 300 25, dan
400 25 mV. Rata-rata konsentrasi Fe2+, Fe-total, SO42-
, dan Al3+
pada air hasil
lindian selama delapan minggu menunjukkan bahwa pelindian menggunakan air
payau dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe2+
, Fe-total, dan Al3+
terbesar
(348,86 ppm Fe2+
; 407,07 ppm Fe-total; dan 62,56 ppm Al3+
), sedang air gambut
menyebabkan rata-rata konsentrasi SO42-
terbesar (673,29 ppm SO42-
). Kondisi
Eh 100 mV dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe2+
terbesar (362,48 ppm
Fe2+
), sedang kondisi Eh 400 mV menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe-total,
SO42-
, dan Al3+
terbesar (427,21 ppm Fe-total; 741,88 ppm SO42-
; dan 91,13 Al3+
).
Kemudian konsentrasi ion-ion tersebut pada tanah yang telah dilindi selama
delapan minggu menunjukkan bahwa pelindian menggunakan air payau dapat
menyebabkan konsentrasi Fe2+
dan Al3+
tanah terkecil (362,71 ppm Fe2+
dan
1.116,00 ppm Al3+
), sedang air gambut menyebabkan konsentrasi Fe-total dan
SO42-
terkecil (3.099,60 ppm Fe-total dan 425,17 ppm SO42-
). Kondisi Eh 400
mV dapat menyebabkan konsentrasi Fe2+
, Fe-total, SO42-
dan Al3+
tanah terkecil
(350,11 ppm Fe2+
; 3.095,00 ppm Fe-total; 345,25 ppm SO42-
; dan 1061,10 ppm
Al3+
).
Kata kunci: Pelindian, potensial redoks, tanah sulfat masam
7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam
2/30
33
Pendahuluan
Tanah sulfat masam memiliki lapisan bahan sulfidik dan/atau horizon
sulfurik yang mengandung pirit dengan ketebalan dan kedalam bervariasi dari
permukaan tanah. Jika lapisan bahan sulfidik atau horizon sulfurik dekat dengan
permukaan tanah, maka pengelolaan tanah ini perlu lebih hati-hati. Kesalahan
dalam pengelolaan tanah dapat mengakibatkan tingkat produktivitas tanah
menurun. Perbaikan tingkat produktivitas tanah umumnya dilakukan dengan
mempertahankan lapisan pirit dalam keadaan reduktif dan pelindian secara alami.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa perbaikan tanah seperti ini memerlu-
kan waktu puluhan tahun. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mempercepat perbaikan tanah ini adalah membiarkan pirit teroksidasi kemudian
dilindi menggunakan sumber air insitu.
Pembukaan lahan pasang surut tanah sulfat masam menggunakan eksapator,
pengolahan tanah yang terlalu dalam, dan drainase berlebih merupakan penyebab
utama turunnya tingkat produktivitas tanah. Menurut Suriadikarta (2006);
Subagyo (2006) proses oksidasi dan reduksi pirit akan menyebabkan: (a)
perubahan potensial redok (Eh) tanah dan kemasaman tanah serta air, (b)
kelarutan aluminium (Al3+), sulfat (SO42-), hidrogen (H+) dan besi II (Fe2+)
meningkat, (c) ketersediaan (fosfor) P menurun akibat terbentuknya aluminium-
fosfat yang tidak larut, (d) kadar basa-basa tertukar menurun, (e) terjadi defisiensi
hara, dan (f) pencemaran lingkungan pertanian di sekitarnya.
Sumber air yang umum dijumpai di lingkungan lahan pasang surut adalah
air laut, air payau, air tawar, dan air gambut. Air gambut mengandung senyawa
organik yang berperan penting dalam pembentukan kelat. Gugus fenolat dan
karboksilat dari asam-asam organik tersebut mempunyai affinitas sangat kuat bagi
ion-ion Al dan Fe membentuk kelat. Sedangkan air payau mengandung kation-
kation seperti Na+, K
+, Ca
2+, dan Mg
2+yang dapat mendesak ion-ion Fe dan Al
dari kompleks jerapan sehingga dapat menyebabkan kelarutan Fe2+
dan Al3+
pada
air hasil lindian meningkat dan konsentrasinya dalam tanah menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menemukan kondisi awal Eh
tanah sulfat masam dan sumber air pelindi yang dapat menurunkan konsentrasi
Fe2+
, Fe-total, SO42-
, dan Al3+
pada air hasil lindian serta tanah yang dilindi.
7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam
3/30
34
Metode
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB dari
Maret hingga Juli 2009.
Percobaan ini merupakan percobaan laboratorium yang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor I adalah
sumber air pelindi yang terdiri dari: (1) air hujan, (2) air payau, dan (3) air
gambut, sedangkan faktor II adalah beberapa kondisi awal Eh tanah sulfat masam
masing-masing: (1) -100 25, (2) 0 25, (3) 100 25, (4) 200 25, (5) 300
25, dan (6) 400 25 mV.
Perubahan pH dan Eh bahan sulfidik tanah selama proses oksidasi di
laboratorium, diketahui melalui contoh tanah yang diambil mengikuti cara yang
dilakukan (Konstens et al., 1990). Bahan sulfidik tanah sulfat masam diambil
menggunakan pipa paralon berdiameter 10,8 cm (4 inchi) dengan kedua bagian
ujungnya ditutup rapat. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada saat pasang
besar sehingga lapisan bahan sulfidik dalam keadaan tergenang (tidak
teroksidasi). Untuk memudahkan proses oksidasi pirit di laboratorium, tabung
terlebih dahulu dibelah, diikat kuat, kemudian baru dimasukkan ke dalam lapisan
bahan sulfidik tanah. Setelah di laboratorium tabung langsung dibuka tutupnya
dan diputus ikatannya, sehingga terbelah menjadi dua bagian, kemudian
dilakukan pengukuran pH dan Eh tanah.
Contoh tanah diambil dari kedalaman 85-125 cm, yang merupakan bahan
sulfidik dengan kadar pirit 3,8 % diangkat ke atas, sehingga mengalami oksidasi
dan pada beberapa bagian permukaan tanahnya telah terbentuk goetit. Waktu
yang diperlukan untuk proses tersebut adalah enam bulan dari September 2008
hingga Maret 2009. Contoh tanah ditumbuk dan diayak dengan saringan
berukuran 2 mm selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung berdiameter 3,99 cm
(1,5 inchi) dengan panjang 25 cm seberat 220 g/tabung (berat tanah kering
oven). Agar tanah di dalam tabung tidak keluar, pada ujung bagian bawah
tabung diberi saringan yang tidak tembus liat, diperkuat dengan saringan kawat
dan ditutup rapat dengan plastik agar dapat menahan air selama penggenangan.
7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam
4/30
35
Pelindian tanah menggunakan air hujan, air payau, dan air gambut dilakukan
setelah tercapai kondisi Eh sesuai dengan perlakuan yang diinginkan.
Tanah dengan kondisi Eh 400 mV diperoleh dari pengukuran contoh tanah
yang telah ditumbuk dan diayak dengan saringan 2 mm pada keadaan kering
udara. Sedangkan kondisi Eh 300 mV terjadi setelah tanah dijenuhi dengan air
hujan, air payau, dan air gambut selama 12 jam. Berikutnya kondisi Eh 200 mV
untuk tanah yang dijenuhi dengan air payau setelah penjenuhan selama 14 jam,
sedang untuk tanah yang dijenuhi dengan air hujan dan air gambut kondisi Eh 200
mV diperoleh setelah penjenuhan berlangsung 24 jam. Selanjutnya kondisi Eh
100 mV terjadi setelah penggenangan tanah dengan air hujan, air payau, dan air
gambut selama tujuh hari. Kemudian kondisi Eh 0 dan -100 mV diperoleh
melalui pemompaan gas N2ke dalam tabung yang berisi tanah. Kondisi Eh 0 mV
diperoleh setelah tanah dalam tabung dipompa dengan gas N2 pada tekanan 1,2
atm selama 2 menit ditutup dan dibuka beberapa kali. Sedangkan kondisi Eh -
100 mV dicapai setelah tanah dalam tabung dipompa dengan gas N2 pada tekanan
1,5 atm selama 3 menit ditutup dan dibuka beberapa kali. Air payau diperoleh
dengan cara mengencerkan air laut (58.000 S cm-1
) hingga mencapai nilai DHL
(daya hantar listrik) yang sesuai dengan rata-rata tiga kali pengukuran DHL saat
air pasang besar dan pasang kecil di KP Balandean (1.610,5 S cm-1
).
Menurut kriteria LPT (1983), bahan sulfidik tanah menunjukkan tingkat
kemasaman yang sangat masam (pH 3,21), ketersediaan hara N tergolong rendah
(0,20% N), P-tersedia tergolong sangat rendah (1,26 ppm P2O5), K-dd tergolong
sedang (0,26 me/100 g K), Ca-dd tergolong sangat rendah (0,46 me/100 g Ca)
dan Mg-dd tergolong rendah (0,84 me/100 g Mg) (Tabel 2). Kondisi ini
menunjukkan bahwa lapisan tanah tersebut sangat masam dengan tingkatkesuburan yang sangat rendah. Kemasaman tanah ini disebabkan oleh
konsentrasi Fe-total (3.680 ppm), SO42-
(13,338 ppm), dan Al (18,32 me/100 g)
sangat tinggi.
7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam
5/30
36
Tabel 2. Hasil analisis contoh tanah pada kedalaman 85-125 cm dari KP
Balandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan tahun 2009
serta