perumusan maskep re-emerging disease dbd

Upload: dian-diningrum

Post on 15-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RD DBD

TRANSCRIPT

PERUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN RE-EMERGING INFECTIOUS DISEASE: DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD) DALAM PENYAKIT GLOBAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Penyakit GlobalDosen Pengampu: Ns. Latifa Aini S., M. Kep., Sp.Kom

PAPER

oleh:Dian Diningrum T. P.NIM 112310101004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER2014PERUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN RE-EMERGING INFECTIOUS DISEASE: DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD) DALAM PENYAKIT GLOBAL

1. Latar BelakangMenurut Harijanto (2000), Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja. Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Dinas Kesehatan Jabar, 2002). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty, muncul pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk kemudian menyebar ke berbagai daerah dengan jumlah kasus kematian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Siregar, 2004).Menurut Siregar (2004) pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar. Menurut laporan Ditjen PPM clan PLP penyakit ini telah tersebar di 27 propinsi di Indonesia. Dari 300 kabupaten di 27 propinsi pada tahun 1989 (awal Pelita V) tercatat angka kejadian sebesar 6,9 % dan pada akhir Pelita V meningkat menjadi 9,2 %. Pada kurun waktu yang sama angka kematian tercatat sebesar 4,5 %. Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun (Karyanti, 2009).

Jumlah kasus DBD di Jatim periode Tribulan I (Januari-Maret 2012) mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2011. Berdasarkan data analisis kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Dinas Kesehatan Jawa Timur, Penurunan itu sebanyak 8% atau dari 2.310 kasus menurun menjadi 2.118 kasus. Sedangkan di Jember sendiri sejak awal bulan hingga 29 Januari tercatat 152 penderita DBD (Humas Dinas Kabupaten Jember). Data dari Klinik Rumah Sakit Jember pada Desember 2012, jumlah pasien penderita DBD adalah 42 orang, sedangkan Januari 2013 sudah mencapai sekitar 31 orang yang berasal dari sejumlah kecamatan di Jember.

2. Penyusunan Diagnosa KeperawatanTahapan untuk menentukan diagnosa keperawatan meliputi:a. Klasifikasi dataPengelompokan data didasarkan pada kriteria permasalahan kesehatannya. Pengelompokan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia. Respon manusia menurut taksonomi NANDA meliputi:1) Peningkatan kesehatan2) Nutrisi3) Eliminasi/pelepasan4) Aktivitas/istirahat5) Persepsi/kognisi6) Persepsi diri7) Peran hubungan8) Seksualitas9) Toleransi koping/stress10) Prinsip hidup11) Keselamatan/proteksi12) Kenyamanan13) Pertumbuhan/perkembanganb. Interpretasi data1) Menentukan kelebihan data2) Menentukan masalah klien3) Menentukan masalah klien yang pernah di alami4) Penentuan keputusanc. Validasi dataValidasi data diperlukan untuk menguatkan diagnosa yang telah dibuat, meliputi:1) Keakuratan data2) Data signifikan yang mengindikasikan adanya gangguan3) Data subjektif dan objektif yang mendukung terjadinya gangguan4) Diagnosa yang di buat harus sesuai dengan ilmu keperawatand. Merumuskan diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan dibagi menjadi lima kategori yaitu aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.1) AktualDiagnosa keperawatan aktual dapat diambil jika data klinik yang ditemukan nyata meliputi PES atau problem, etiologi, symptom.2) ResikoDiagnosa keperawatan resiko dapat diambil jika terdapat unsur problem dan etiologi serta masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika intervensi tidak dilakukan3) KemungkinanDiagnosa keperawatan kemungkinan dapat diambil jika masalah dan faktor pendukung belum ditemukan namun faktor yang dapat menimbulkan masalah telah ada.4) Sindrom Diagnosa keperawatan sindrom dapat diambil jika terdapat diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian tertentu.5) WellnessDiagnosa keperawatan wellness adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu proses yang komplek, menggunakan suatu pendekatan yg sistemik, mengupayakan prinsip penyelesaian masalah dengan memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan pelibatan peran serta aktif masyarakat secara totalitas guna meningkatkan derajat kesh secara optimal.Analisa data masyarakat digunakan sebagai bahan:1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada dan dirasakan oleh masyarakat2. Menetapkan kebutuhan masyarakat3. Menetapkan kekuatan masyarakat4. Mengidentifikasi pola respon sehat-sakit masyarakat5. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatanHasil analisa data masyarakat menjadi landasan pembentukan diagnosa keperawatan prioritas serta perencanaan dalam musyawarah desa atau loka karya mini yang nantinya akan dihadiri oleh masyarakat.Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang aktual maupun yang mungkin terjadi. Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama:a. Problem: kesenjangan dari keadaan normalb. Etiologi: penyebab masalah kesehatan/keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi perilaku individu, keluarga, masyarakat, lingkungan fisik-biologis-psikologis dan sosial, interaksi perilaku dan lingkunganc. Sign/symptom: informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa, serangkaian petunjuk timbulnya masalah.Contohnya:Resiko..(masalah) diantara .(menggambarkan komunitas yg beresiko), berhubungan dengan .. (karakteristik komunitas dan lingkungan), yang dimenifestasikan dengan . (indikator kesehatan/hasil analisa data).Resiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada anak di desa Muktiharjo Kidul Semarang b.d belum diterimanya program imunisasi secara baik oleh masyarakat yang dimanifestasikan dengan.........(Logan & Dawkins, 1986)

3. Diagnosa Keperawatan Komunitas yang Mungkin Muncul pada Masyarakat dengan DBDDiagnosa Keperawatan:1. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kurangnya informasi, belum ada kader kesehatan.2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat 3. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik: komunitas berhubungan dengan tidak rutinnya pelaksanaan program pencegahan DBD, kegagalan masyarakat untuk menghargai komunitas dan subkelompok4. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan tidak adanya sistem komunitas (sistem kedaruratan medis, sistem transportasi, dll).e.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [2 Maret 2014].

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta: EGC.

BBTKLPP. 2013. Surveilans Epidemiologi. http://www.btklsby.go.id/2010/01/ surveilans-epidiomiologi.php. [2 Maret 2014].

Siregar, Faziah. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3673/1/fkm-fazidah3.pdf [2 Maret 2014].

Karyanti, M. R. & Hadinegoro, S. R. 2009. Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-6-12.pdf [2 Maret 2014].

SOAL1. Seorang anak laki-laki bernama Dani berusia 10 tahun baru dirawat di RS Cempaka dengan diagnosa medis DBD. Ns. Ita akan melakukan asuhan keperawatan pada Dani dan menyusun diagnosa keperawatan. Tahapan untuk menentukan diagnosa keperawatan adalah..a. Klasifikasi data, interpretasi data, validasi data, merumuskan diagnosa keperawatan.b. Klasifikasi data, validasi data, interpretasi data, merumuskan diagnosa keperawatan.c. Interpretasi data, klasifikasi data, validasi data, merumuskan diagnosa keperawatan.d. Interpretasi data, validasi data, klasifikasi data, merumuskan diagnosa keperawatan.e. Merumuskan diagnosa keperawatan, klasifikasi data, validasi data, interpretasi data.Jawaban: A2. Doni dirawat di puskesmas karena terserang DBD setelah 3 hari merasa suhu badannya tinggi. Dia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ayahnya seorang buruh tani dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang membuka warung kecil di depan rumahnya. Keluarga doni mengatakan bahwa belum ada informasi yang masuk terkait penyakit DBD didesanya sehingga masih belum mengetahui sebab mengapa ia bisa sakit dan tidak mengerti tentang penanganan yang harus dilakukan dan juga pencegahannya. Diagnosa keperawatan dari kasus tersebut adalah..a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan perawatan di rumah sakitb. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat c. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik: komunitas berhubungan dengan tidak rutinnya pelaksanaan program pencegahan DBD, kegagalan masyarakat untuk menghargai komunitas dan subkelompokd. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kurangnya informasi, belum ada kader kesehatan.e. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan tidak adanya sistem komunitas (sistem kedaruratan medis, sistem transportasi, dll).Jawaban: D3. Di suatu Desa X yang termasuk daerah di endemik di Jember sedang mewabah DBD. Ada 57 kasus DBD yang dibawa ke rumah sakit. Ns. Tantri seorang perawat komunitas mengangkat diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat dimana diagnosa keperawatan tersebut termasuk dalam kategori diagnosa?a. Aktualb. Resikoc. Kemungkinand. sindrome. wellnessJawaban: A4. Ita berusia 10 tahun sedang menderita DBD. Ita telah dibawa ke rumah sakit setelah 2 hari merasa suhu badn tinggi dan menggigil. Ns. Gita akan melakukan analisa data sebelum merumuskan diagnosa dimana salah satu guna analisa data masyarakat adalah untuk?a. Mengidentifikasi permasalahan yang ada dan dirasakan oleh masyarakatb. Menetapkan kelemahan masyarakatc. Mengidentifikasi persepsi sehat masyarakatd. Mengidentifikasi kesenjangan di masyarakate. Mengidentifikasi perilaku di masyarakatJawaban: A5. Di suatu Desa Y yang termasuk daerah endemik di Jember sedang mewabah DBD. Ada 38 kasus DBD dengan 3 orang meninggal. Di desa tersebut telah dijalankan program untuk pencegahan DBD namun program yang ada belum berjalan secara rutin dilaksanakan oleh warga desa. Sebagai seorang perawat komunitas, melihat kasus tersebut dapat diagnosa keperawatan..a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan perawatan di rumah sakitb. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat c. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik: komunitas berhubungan dengan tidak rutinnya pelaksanaan program pencegahan DBD, kegagalan masyarakat untuk menghargai komunitas dan subkelompokd. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kurangnya informasi, belum ada kader kesehatan.e. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan tidak adanya sistem komunitas (sistem kedaruratan medis, sistem transportasi, dll).Jawaban: C6. Di Desa Z di Jember sedang mewabah DBD yaitu sebanyak 20 kasus DBD dengan 1 orang meninggal di salah satu dusun yang letaknya 4 km dari puskesmas terdekat dengan akses jalan yang susah untuk dilewati. Ketidakterjangkauan layanan kesehatan di dusun tersebut menyebabkan tidak adanya penatalaksanaan dari tim kesehatan yang masuk. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat adalah..a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan perawatan di rumah sakitb. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat c. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik: komunitas berhubungan dengan tidak rutinnya pelaksanaan program pencegahan DBD, kegagalan masyarakat untuk menghargai komunitas dan subkelompokd. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kurangnya informasi, belum ada kader kesehatan.e. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan tidak adanya sistem komunitas (sistem kedaruratan medis, sistem transportasi, dll).Jawaban: E7. Di desa A di Jember diberitahukan bahwa 2 orang meninggal karena kasus DBD. Desa A sudah ada tim kesehatan yang masuk untuk memberikan informasi terkait dengan pencegahan DBD. Tetapi dari warga di desa tersebut kurang memperhatikan dan tidak menjalankan seperti apa yang telah diajarkan kepada warga untuk mencegah DBD. Berdasarkan kasus tersebut dapat diangkat diagnosa..a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan perawatan di rumah sakitb. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat c. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik: komunitas berhubungan dengan tidak rutinnya pelaksanaan program pencegahan DBD, kegagalan masyarakat untuk menghargai komunitas dan subkelompokd. Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kurangnya informasi, belum ada kader kesehatan.e. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan tidak adanya sistem komunitas (sistem kedaruratan medis, sistem transportasi, dll).Jawaban: B8. Dalam menyusun diagnosa keperawatan ada beberapa tahap dimana pada tahap ketiga yaitu ada validasi data. Fungsi dari tahap validasi data ini adalah..a. Menentukan kelebihan datab. Menentukan masalah klienc. Menentukan masalah klien yang pernah di alamid. Penentuan keputusane. Menguatkan diagnosa dengan keakuratan dataJawaban: E9. Tahap yang kedua dari penyusunan diagnosa keperawatan adalah interpretasi data dari data yang sudah didapatkan berdasarkan pengkajian keperawatan. Fungsi dari tahap interpretasi data adalah..a. Menetapkan kebutuhan masyarakatb. Menetapkan kekuatan masyarakatc. Menguatkan diagnosa dengan keakuratan datad. Menentukan masalah kliene. Menguatkan diagnosa karena data signifikan yang mengindikasikan adanya gangguanJawaban: D10. Ns. Arti seorang perawat komunitas menemukan kasus DBD di desa Cempaka dengan jumlah kasus sebanyak 10 penderita. Ns. Arti mengangkat diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat tentang hidup sehat. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan merupakan problem dari diagnosa keperawatan yang menunjukkan..a. Penyebab masalah kesehatanb. Kesenjangan dari keadaan normalc. Penyebab masalah keperawatan yang memberikan arah pada intervensi keperawatan yang meliputi perilaku individu, keluarga, masyarakat, d. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa, serangkaian petunjuk timbulnya masalah.e. Penyebab masalah keperawatan yang memberikan arah pada intervensi keperawatan lingkungan fisik-biologis-psikologis dan sosial, interaksi perilaku dan lingkungan.Jawaban: B