perspektif dan prinsip keperawatan

24
Emansyukur collection 13 Perspektif dan Prinsip Transkultural dalam Keperawatan serta Aplikasinya makalah EMAN SYUKUR

Upload: eman-sy

Post on 02-Jul-2015

493 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

contoh makalah di bidang kesehatan untuk mahasiswa keperawatan. semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Perspektif dan prinsip keperawatan

Emansyukur collection

13

Perspektif dan Prinsip

Transkultural dalam

Keperawatan serta

Aplikasinya makalah

EMAN SYUKUR

Page 2: Perspektif dan prinsip keperawatan

MAKALAH

PERSPEKTIF DAN PRINSIP TRANSKULTURAL

DALAM KEPERAWATAN SERTA APLIKASINYA

NAMA : MARIANA RUSLINDA

JURUSAN : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARIMUN

KEPRI

2013

Page 3: Perspektif dan prinsip keperawatan

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………….. i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

B. Tujuan …………………………………………………………………….. 2

BAB II: PEMBAHASAN ……………………………………………………...... 3

A. Prinsip Transkultural dalam Keperawatan ……………………………... 3

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural………. 4

C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya…….………………………... 6

D. Diagnosa keperawatan…………………………………………………… 7

E. Perencanaan dan Pelaksanaan…………………………………………… 8

F. Evaluasi…………………………………………………………………... 9

G. Aplikasi Konsep dan Prinsip Trnaskultural Sepanjang Hidup………… 9

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………….. 17

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 17

B. Saran …………………………………………………………………….... 17

Daftar Pustaka

Page 4: Perspektif dan prinsip keperawatan

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami

sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih

bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini.

Mengakui keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini, maka dengan

rendah hati mohon kritik dan saran yang membangun sehingga dapat membantu kami

di kesempatan lain dalam menyusun makalah. Tidak semua hal dapat kami hadirkan

dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin

dengan kemampuan yang kami miliki.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat.

Semoga dengan adanya makalah tentang Perspektif dan Prinsip Transkultural dalam

Keperawatan serta Aplikasinya ini dapat memberi gambaran pengetahuan yang

cukup serta menjadi panduan yang berguna dalam pelaksanaan pembelajaran.

Akhir kata, dengan rendah hati kami sekali lagi mengucapkan terima kasih

banyak kepada semua pihak yang telah membantu, dan khusus kepada dosen mata

kuliah karena telah mendorong kami dengan memberikan tugas membuat makalah,

dan ini merupakan pembelajaran yang sangat berarti bagi kami di masa yang akan

datang.

Penulis

Page 5: Perspektif dan prinsip keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan jumlah

penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan adanya

multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat

akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap

tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat

mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai

macam latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia

dengan memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan

keperawatan yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut

dengan transkultural nursing. Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan

budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang

perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit

didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan

untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda

manusia (Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk

mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai

profesional dan pasien.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat

adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun

peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat

penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis

dan mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan

menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,

dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu

mendapatkan perhatian khusus”.

Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,

seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan.

Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang

Page 6: Perspektif dan prinsip keperawatan

sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat

mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi

intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.

Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani).

Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi

juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS

Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang

mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami

penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian

saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)

B. Tujuan

Adapun beberapa tujuan yang perlu disampaikan dari penulisan makalah ini sebagai

berikut :

Menjelaskan konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural

Mengetahui dan memahami pengkajian asuhan keperawatan budaya dan berbagai

instrumen pengkajian budaya

Dapat mengaplikasikan konsep dan prinsip keperawatan transkultural di sepanjang

fase kehidupan manusia.

Page 7: Perspektif dan prinsip keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti

kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil

karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.

(koentjoroningrat, 1986). Wujud-wujud kebudayaan antara lain :

Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

Kompleks aktivitas atau tindakan

Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat

dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari

keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks

keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh

pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam

masyarakat.

Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai

dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh

perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh

klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan

nilai budaya.

Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan

pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan

perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.

Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan

keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan

budaya.

Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti

dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan

kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori

caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan

tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga

Page 8: Perspektif dan prinsip keperawatan

meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur

polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Konsep dalam keperawatan transkultural adalah :

1) Budaya; Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,

dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil

keputusan.

2) Nilai budaya; Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu

tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan

dan keputusan

3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan; Merupakan bentuk yang optimal

dalam pemberian asuhan keperawatan

4) Etnosentris; Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang

dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik

5) Etnis; Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang

digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

6) Ras; Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal

muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.

7) Etnografi/Ilmu budaya; Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi

memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada

pemberdayaan budaya setiap individu.

8) Care; Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk

memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi

dan kualitas kehidupan manusia

9) Caring; Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan

mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau

antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

10) Culture care; Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola

ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan

individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan

berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan

damai.

Page 9: Perspektif dan prinsip keperawatan

11) Cultural imposition; Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan

kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh

perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

Paradigma keperawatan transkultural (Leininger 1985) , adalah cara pandang,

keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar

belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

1) Manusia; Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-

nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan

danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia

memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat

dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2) Sehat; Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam

mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan

suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan

untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat

diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang

samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit

yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3) Lingkungan; didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai

suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.

Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan

fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah

katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah

Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang

tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan

dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang

lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan

aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah

keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok

merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang

digunakan.

Page 10: Perspektif dan prinsip keperawatan

4) Keperawatan; Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan

pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar

belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu

sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan

adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya

dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem

perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan

keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip

asuhan keperawatan yaitu:

1) Mempertahankan budaya; Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien

tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan

diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga

klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya

budaya berolahraga setiap pagi.

2) Negosiasi budaya; Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini

dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan

menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya

klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat

diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

3) Restrukturisasi budaya; Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang

dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup

yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan

yang dianut.

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise

Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh

perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien

(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai

tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Page 11: Perspektif dan prinsip keperawatan

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).

Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:

a) Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat

penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu

mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan

alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk

mengatasi permasalahan kesehatan ini.

b) Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis

bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk

mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri.

Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status

pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan

kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c) Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama

panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala

keluarga.

d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut

budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah

yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu

di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,

bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi

sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan

membersihkan diri.

e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew

and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan

Page 12: Perspektif dan prinsip keperawatan

yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh

menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f) Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang

dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus

dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,

tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,

penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

g) Faktor pendidikan ( educational factors )

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur

formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien

biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat

belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal

yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan

serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman

sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

1) Jangan menggunakan asumsi.

2) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang

Jawa halus.

3) Menerima dan memahami metode komunikasi.

4) Menghargai perbedaan individual.

5) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

6) Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.

D. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang

dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and

Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam

asuhan keperawatan transkultural yaitu :

a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural

c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

Page 13: Perspektif dan prinsip keperawatan

E. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses

keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih

strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai

denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and

Boyle, 1995) yaitu :

1) mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan

dengan kesehatan,

2) mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan

dan

3) merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan

kesehatan.

Dan ada 3 pedoman pelaksanaan yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural

tersebut, antara lain :

1) Cultural care preservation/maintenance

Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

2) Cultural careaccomodation/negotiation

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan

berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

3) Cultual care repartening/reconstruction

Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan

melaksanakannya

Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

Gunakan pihak ketiga bila perlu

Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang

dapat dipahami oleh klien dan orang tua

Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui

proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang

Page 14: Perspektif dan prinsip keperawatan

akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami

budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara

perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari

efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat

terapeutik.

F. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien

tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien

yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin

sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui

asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

G. Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural Sepanjang Daur Kehidupan

Manusia

1. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya dalam

suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara universal

sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh

aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993).

Berbagai kelompok yang memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang

kehamilan dan kelahiran menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus

dijalani didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya,

wanita hamil dilarang makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika wanita

hamil makan rebung maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung pisang

juga diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan ukuran yang

kecil.

Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh bulan

diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat dalam proses

melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu memberikan lagi ulos tondi

kepada cucunya sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan menggendong anaknya

dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar. Ulos tersebut dinamakan

ulos parompa.

Page 15: Perspektif dan prinsip keperawatan

Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih

dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,

pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk

menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya berbeda, serta

berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan keluarga

Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari masyarakat yang sering

menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan dan

kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat adat istiadat mereka terdapat berbagai

upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran bayi seperti pada upacara mitoni,

procotan, dan brokohan.

Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran oleh

dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern

penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi penangana

dengan adat dibantu oleh dukun bayi. Menurut Meutia Farida Swasono dukun bayi

umumnya adalah perempuan, walaupun dari berbagai kebudayaan tertentu, dukun bayi

adalah laki laki seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut balian manak dengan

usia di atas 50tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh perempuan karena dalam

proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan mantra mantra yang hanya

boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat sakralnya.

Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam macam. Ada

dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang diwariskan dari

nenek atau ibunya, namun ada pula yang mempelajari dari seorang guru karena merasa

terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses semata

mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat melahirkan pun harus

terhindar dari berbagai kotoran tapi “kotor” dalam arti keduniawian, sehingga

kebudayaan menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur unsur yang kotor atau

keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang sesuai keperluan itu. Jika dokter

memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya banyak ramuan untuk dapat menangani

ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari berbagai jenis tumbuhan, atau bahan

bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar proses

persalinan.

Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan

kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai proses

yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya mengenai

Page 16: Perspektif dan prinsip keperawatan

kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan,

wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau

obat-obatan tradisional, cara menolong kelahiran, pusat kekuatan dalam pengambilan

keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.

Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi kliennya yang

memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam

pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu berdasarkan warisan

etnik dan riwayat etnik, riwayat biokultural, organisasi sosial, agama dan kepercayaan

serta pola komunikasi. Semua budaya mempunyai dimensi lampau, sekarang dan

mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami orientasi waktu wanita yang

mengalami transisi kehidupan dan sensitif terhadap warisan budaya keluarganya.

2. Perawatan dan Pengasuhan Anak

Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal masa

kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi peralihan tersebut.

Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bias mengaplikasikan

pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu contohnya yaitu aplikasi

transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak.

Setiap anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik

perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan, yaitu

sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang terlibat

dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan secara sinergis.Menurut

Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak,yaitu:Pertama,sistem mikro yang terkait dengan setting individual

di mana anak tumbuh dan berkembang yang meliputi:keluarga,teman sebaya,sekolah dan

lingkungan sekitar tetangga. Kedua,sistem meso yang merupakan hubungan di antara

mikro sistem,misalnya hubungan pengalaman-pengalam an yang didapatkan di dalam

keluarga dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya.

Ketiga,sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial

yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap

perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa. Keempat,sistem makro

yang merupakan budaya di mana individu hidup seperti:ideologi,budaya,sub-budaya atau

Page 17: Perspektif dan prinsip keperawatan

strata sosial masyarakat. Kelima,sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis

transisional (kondisi sosio-historik).

Keempat sistem pertama harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam

pengembangan berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan,pola

pembelajaran,pola pergaulan termasuk penggunaan media massa,dan pola kebiasaan

(budaya) yang koheren dan saling mendukung. Proses sosialisasi pada anak secara umum

melalui 4 fase, yaitu:

1) Fase Laten (Laten Pattern),pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas.

Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat

melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap

sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan

yang disebut “two persons system”.

2) Fase Adaptasi (Adaption),pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan

memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari lingkungannya. Orangtua

berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat belajar dengan baik

atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.

3) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya

anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang

diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak

cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan

penghargaan dari lingkungannya.

4) Fase Integrasi (Integration),pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya

sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan,tapi

sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.

Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan

dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan

keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas dari

pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat, dalam memberikan

pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku perkembangan yang

normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan menggunakan

kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai keseimbangan perkembangan

yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam merencanakan proses

Page 18: Perspektif dan prinsip keperawatan

perkembangan. Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang

meningkat sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembangan.

Dalam lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif dalam

kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam proses ini, anak

mungkin menghadapi masalah kesehatan psikososial dan fisik (misalnya meningkatnya

kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian yang salah di sekolah, hubungan

dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau gangguan belajar). Perawat harus merancang

intervensi peningkatan kesehatan anak dengan turut mengkaji kultur yang berkembang

pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya terhadap anak yang akan mengakibatkan

tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan anak.

3. Perawatan Menjelang Kematian

Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi

keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi

penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan

kualitas hidup.

Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju

kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi

individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:

a. Peningkatan kenyamanan

Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distress

(oncology society and the American Nurses Association,1974). Hal hal yang harus

diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan:

Kontrol nyeri; Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu

klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam

memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi

psikologis.

Ketakutan; Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien

mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri

umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas

terganggu.

Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit; Pemberian terapi

merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri

Page 19: Perspektif dan prinsip keperawatan

dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi

dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.

Higiene personal ; Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang

harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.

b. Pemeliharaan Kemandirian

Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat

perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian

besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.

Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah

sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice.

1) pemeliharaan kemandirian di rumah sakit

Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan

kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di

rumah sakit :

Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan

Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan

keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien

Perawat tidak boleh memaksakan bantuan

Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk memberikan kebebasan

klien membuat keputusan.

2) pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)

Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu

klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya

hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Menurut Pitorak

(1985) mengambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut :

Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah

administrasi rumah sakit

Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ).

Pelayanan yang diarahkan dokter

Perawtan interdisiplin ilmu

Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu

Klien dan keluarga sebagai unit perawatan

Tindak lanjut kehilangan karena kematian

Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim

Page 20: Perspektif dan prinsip keperawatan

Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan

kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar.

c. Pencegahan Kesepian dan isolasi

Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi kualitas

lingkungan. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi.

Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak

perlu ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar.

libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klien

merasa diperhatikan.

Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus

yang bermakna.

memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau surat

dari anggota keluarga.

Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian

Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani

klien.

d. Peningkatan ketenangan spiritual

Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung

rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan

filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan

dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati.

Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong

klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan keluarga

dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan

komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien.

e. Dukungan untuk keluarga yang berduka

Dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam

situasi duka berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan

perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan

membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.

mengembangkan hubungan suportif.

menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga

menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan.

Page 21: Perspektif dan prinsip keperawatan

4. Perawatan Setelah Kematian

Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah

kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase

sakit. Dengan demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien

dengan martabat dan sensitivitas.

Peran perawat :

perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan

senyaman mungkin

perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien

perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien

perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu

keluarga yang berduka

Page 22: Perspektif dan prinsip keperawatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan :

1) Proses keperawatan transkultural merupakan salah satu dasar teori untuk

memenuhi asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya

pasien.

2) Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik

perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan

pasien.

3) Perilaku budaya terkait sehat sakit masyarakat secara umum masih banyak

dilakukan pada keluarga secara turun temurun.

4) Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural nursing diartikan

pandangan masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok

kebudayaannya teknologi dan non-teknologi pelayanan kesehatan yang diterima

bergantung pada budaya nilai dan kepercayaan yang dianutnya.

5) Proses keperawatan transkultural terdiri dari tahap pengkajian keperawatan

transkultural, diagnosa keperawatan transkultural, rencana tindakan keperawatan

transkultural, tindakan keperawatan transkultural dan evaluasi tindakan

keperawatan transkultural.

6) Prinsip pengkajian keperawatan transkultural berpedoman pada model konsep

dari Leininger. Konsep utama dari model sunrise berupa cultural care, world

view, culture and social culture dimention, generic care system, proffesional

system, culture care preservation, culture care accomodation, culture care

repattering, culture congruent.

7) Rencana tindakan transkultural didasari pada prinsip rencana tindakan dari teori

Sunrise Model yang terdiri dari 3 strategi tindakan, yaitu perlindungan

perawatan budaya atau pemeliharaannya, akomodasi perawatan budaya atau

negosiasi budaya, perumusan kembali dan restrukturasi.

B. Saran

Adapun saran yang penuulis sampaikan pada makalah ini adalah sebagai berikut :

Page 23: Perspektif dan prinsip keperawatan

1) Kepada mahasiswa keperawatan hendaknya lebih memahami prinsip

keperawatan transkultural serta aplikasinya baik teori maupun pelaksanaan di

lapangan.

2) Pendekatan ilmu pengetahuan hendaknya mencakup pelayanan kepada klien

sehingga profesionalitas keperawatan tetap terjaga.

3) Penggunaan alat teknologi mendukung kinerja dan tidak mengurangi

pelayanan keperawatan transkultural.

Page 24: Perspektif dan prinsip keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. “Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam Keperawatan”.

http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/

transkulturalnursing.pdf. Aplication pdf (18 Oktober 2011)

Andrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed.

Philadelphia: J.B. Lippincot Company, hal 1-131.

Elsaerodji, Fahmi. “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak: Perspektif Sosial Budaya Jawa”.

http://atfahmi.depsos.org/2011/01/27/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-perspektif-

sosial-budaya-jawa.html. css (23 Oktober 2011)

Ginger, J. N. dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and Intervention. St.

Louis: Mosby, hal 1-157.

Kozier, B., Erb, G., Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice . 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hal. 205-221.

Novieastari, Enie. “Perkembangan Transkultural dalam Keperawatan”. http://staff.ui.

ac.id/internal/132014715/material/PerkembanganTranskulturaldalamKeperawatan.pdf.

Aplication pdf (18 Oktober 2011)

Novieastari, Enie. “Transcultural Nursing Care”. http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/

material/NursingPerspectiveinTranscultural.pdf. Aplication pdf (18 Oktober 2011)

Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen

Publishing.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and

Practice.

6th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby. Hal. 118-136.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Ed. (Terj. dr. Adrina

Ferderika). Jakarta: Salemba Medika