bab perkawinan

53
MAKALAH TAFSIR BAB PERKAWINAN Diampu oleh: Dr. H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag DISUSUN OLEH IIM HIMAYAH 1101068 5 FAJAR 1101078 5 MUKROMAH 1101095 6 AINIYAH 1101096 3 NENENG KONA’AH 1401000 17 4

Upload: nengpuspa

Post on 21-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tafsir perkawinan

TRANSCRIPT

MAKALAH TAFSIRBAB PERKAWINAN

Diampu oleh: Dr. H. Mukhlisin Muzarie, M.Ag

DISUSUN OLEHIIMHIMAYAH11010685

FAJAR11010785

MUKROMAH11010956

AINIYAH11010963

NENENG KONAAH140100017

PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAHSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM CIREBON (STAIC)CIREBON 2014 M/1435 H

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN6A.Latar Belakang Masalah6B.Rumusan Masalah7C.Tujuan Pembahasan7BAB II PERKAWINAN8A.An-Nisaa ayat 3 (Diperbolehkan nya Berpoligami) & 4 (Perintah Memberikan Mahar Kepada Wanita)8B.Al-Baqarah, ayat 221 (Haram nya menikahi perempuan / laki-laki musyrik)15C.Al-Baqarah, ayat 227 (Hukum Ilaa / Sumpah)18D.Al-Baqarah, ayat 228 (Masa Iddah Bagi Wanita yang Ditalak)20E.Al-Baqarah, ayat 229 s/d 230 (Talak Secara Syari)24F.Al-Baqarah, ayat 231 (Perintah Berbuat Baik Dalam Rujuk ataupun Dalam Menceraikan Isterinya )31G.Al-Baqarah, ayat 232 (Larangan Bagi Para Wali untuk menghalangi Rujuknya Kedua Suami Isteri )36H.An-Nuur ayat 32 (Perintah Menikah)39BAB II PENUTUP42A.KESIMPULAN42B.SARAN42BAB IV DAFTAR PUSTAKA43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPerkawinan adalah fitrah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah sebagai mahkluk yang berpasang-pasangan. Setiap jenis membutuhkan pasangannya. Lelaki membutuhkan wanita dan sebaliknya wanita juga membutuhkan lelaki. Islam diturunkan Allah untuk menata hubungan itu agar menghasilkan sesuatu yang positif bagi umat manusia dan tidak membiarkannya berjalan semaunya saja sehingga menjadi penyebab bencana.Dalam pandangan Islam, perkawinan adalah akad yang diberkahi, dimana seorang lelaki menjadi halal bagi seorang wanita. Mereka memulai perjalanan berumah tangga yang panjang dengan saling cinta, tolong-menolong, dan toleransi. Al-Quran menggambarkan hubungan yang sah itu dengan suasana yang menyejukkan, akrab, mesra, kepedulian yang tinggi, saling percaya, pengertian dan penuh dengan kasih saying. Firman-Nya : Dan diantara tanda-tandanya bahwa Dia menciptakan untuk kamu dari dirimu isteri-isteri, agar kamu menjadi tenang dengannya, dan menjadikan antara kamu kemesraan dan kasih saying. Sungguh demikian menjadi tanda bagi kaum yang berfikir (Al-Rum 211). Jadi dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan perkawinan itu adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup, karena iklim dalam rumah tangga yang penuh kasih sayang dan mesra. Dalam Al-Quran tertulis secara jelas aturan-aturan dalam melaksanakan perkawinan yang disyariatkan dalam islam. Sehingga bagi sepasang suami isteri dapat mengetahui dengan jelas hak dan kewajibanya. Dalam makalah perkawinan yang dibuat ini akan dibahas tentang bab tersebut. B. Rumusan MasalahDari Latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu dibahas tentang :1. Apakah surat An-Nisa ayat 3 dan 4, membahas masalah perkawinan, 2. Apakah surat Al-Baqarah ayat 221,227-232, membahas masalah perkawinan, 3. Apakah surat An-Nur ayat 32, membahas masalah perkawinan . C. Tujuan Pembahasan1. Untuk mengetahui isi kandungan dan tafsir surat An-Nisa ayat 3 dan 4,2. Untuk mengetahui isi kandungan dan tafsir surat Al-Baqarah ayat 221, 227- 232,3. Untuk mengetahui isi kandungan dan tafsir surat An-Nur ayat 32.

BAB IIPERKAWINAN

A. An-Nisaa ayat 3 (Diperbolehkan nya Berpoligami) & 4 (Perintah Memberikan Mahar Kepada Wanita)1. Ayat dan Terjemaha. Q.S An-Nisaa ayat 3 (Diperbolehkan nya Berpoligami)

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

b. Q.S An-Nisaa ayat 4 (Perintah Memberikan Mahar Kepada Wanita)

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan[267]. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

[267] Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

2. Mufrodata. Q.S An-Nisaa ayat 3 ) Al-Qisthu) : Bagian, ) Qasatha(: durhaka. ) Aqsatha( : adil. ) Ma Thaba Lakum( : wanita-wanita yang digandrungi oleh hati-mu. ) Matsana, Tsulatsa, Rubaa( : artinya dua-dua, tiga-tiga, empat-empat. ) Dzalika Adna an La Taulu( : Hal itu lebih aman bagimu untuk tidak menyimpang dan berbuat zhalim.

b. Q.S An-Nisaa ayat 4 (Shaduqathinna) : Mahar-mahar mereka (Nihlah) : Pemberian dan hibah. (Hanian Marian) : Al-Hani, adalah suatu kelezatan yang dirasakan oleh orang yang sedang makan. Dan AlMari : ucapan selamat (doa) yang menunjukkan pengertian doa, semoga dalam makannya nanti mudah pencernaannya dan menjadi makanan yang baik diserap oleh tubuh.

3. Tafsir Surata. Q.S An-Nisaa ayat 3 Dan, apabila kamu merasa takut terhadap dirimu sendiri karena khawatir memakan harta isteri yang yatim, maka janganlah kamu kawin dengannya. Karena, sesungguhnya Allah telah memberikan keleluasaan terhadap kamu untuk tidak menikahi anak yatim, yaitu dengan menghalalkan kamu boleh nikah dengan wanita-wanita selain yatim : satu, dua, tiga atau empat. Tetapi, jika kamu merasa tidak akan bisa berbuat adil diantara dua orang isteri atau isteri-isterimu, maka kamu harus memegang satu isteri saja. Perasaan takut tidak bisa berbuat adil bisa dirasakan dengan zhan (kepastian) dan (juga) bisa dengan syak (ragu-ragu) terhadapnya. Laki-laki yang diperbolehkan lebih dari satu hanyalah orang yang merasa yakin dirinya bisa berbuat adil terhadap isteri-isterinya nanti. Keyakinan dalam hal itu tidak boleh dicampuri dengan perasaan ragu-ragu.

Hendaklah kalian mencukupkan hanya dengan seorang isteri dari wanita-wanita merdeka, dan bersenang-senanglah dengan wanita yang kamu sukai dari hamba-hamba wanita, karena tidak ada kewajiban berbuat adil di antara mereka. Tetapi, mereka hanya berhak mendapatkan kecukupan nafkah, sesuai dengan standar yang berlaku di kalangan mereka. Memilih seorang isteri atau mengambil gundik lebih menghindari perbuatan zhalim dan aniaya.

Berbagai Keistimewaan Poligami Ketika Diperlukan :1. Bila seorang suami beristerikan seorang wanita yang mandul, sedangkan ia sangat mengharapkan anak. Termasuk kemaslahatan sang isteri dan kemaslahatan mereka (suami-isteri), hendaknya sang suami menetapkan isteri pertamanya, kemudian mengawini wanita lain. Telebih, jika status sang suami sebagai seorang terpandang dan memiliki kekayaan, missalnya, seorang raja atau amir.2. Bila isteri telah tua dan mencapai umur yaisah (tidak haidh) lagi, kemudian sang suami berkeinginan mempunyai anak, dan ia mampu memberikan nafkah kepada lebih dari seorang isteri, mampu pula menjamin kebutuhan anak-anak nya, termasuk pendidikan mereka.3. Bila suami meresa tidak cukup hanya mempunyai seorang isteri, demi terpeliharanya kehormatan diri (agar tidak berzina) karena kapasitas seksualnya memang mendorong nya untuk berpoligami, sedang sang isteri kebalikannya. Atau bisa juga karena masa haidh sang isteri, umpamanya, terlalu panjang, sehingga memakan waktu sebagian besar dari bulannya. Sehingga posisi suami dihadapkan padadua alternatif. Terkadang ia harus kawin lagi atau terjerumus kedalam perbuatan zina, yang akibatnya menyia-yiakan agama, harta benda, dan kesehatannya. Akibatnya lebih berbahaya bagi seorang isteri dibandingkan jika sang suami memadunya dengan isteri lain, yang disertai keadilan sang suami terhadap semuanya, sebagaimana yang menjadi syarat diperbolehkannya poligami dalam islam.4. Bila diketahui dalam sensus kaum wanita lebih banyak dari kaum pria, dalam suatu Negara, dengan perbandingan yang mencolok. Hal ini bisa terjadi setelah suatu Negara baru saja mengalami peperangan yang banyak menewaskan kaum pria.dalam keadaan seperti itu, tidak ada sarana lain bagi wanita dalam mencari kasab, kecuali dengan menjual diri (kehormatannya). Akibatnya, jelas akan membuat wanita itu hidup sengsara, karena ia harus menjamin nafkah diri dan anak-anaknya yang telah kehilangan seorang ayah sebagai penanggung kebutuhan mereka. Terlebih lagi jika hal ini terjadi setelah melahirkan dan dalam masa penyusuan, sungguh mengharukan. b. Q.S An-Nisaa ayat 4 Dalam ayat ini diarahkan kepada para suami artinya, diberikan kepada wanita-wanita yang telah kalian ikat dengan mahar suatu hibah (pemberian), sebagai perlambang kasih yang mendasari hubungan kalian berdua. Pemberian tersebut sebabagi pertanda cinta dan eratnya hubungan, disamping jalinan yang seharusnya meliputi rumah tangga yang kalian bangun.Pada kalangan banyak orang telah terjadi tradisi bahwa mereka tidak cukup hanya dengan pemberian ini, tetapi dibarengi dengan aneka ragam hadiahnya, baiak berupa makanan, pakaian, atau lainnya, sebagai penghargaan dari calon suami kepada calon isteri tercinta yang bakal mendampingi hidupnya. Apabila mereka merasa suka memberimu sesuatu dari maharnya tanpa merasa dirugikan dan tanpa ada unsur tipuan, maka makanlah pemberian itu dengan senang hati olehmu. Tidak ada dosa bagimu untuk mengambil dan menerimanya.

Harta Isteri Bukan Milik SuamiOleh sebab itu, tidak dihalalkan bagi suami memakan sesuatu dari harta sang isteri, kecuali apabila telah diketahui bahwasang isteri akan memberikannya dengan sukahati. Apabila suami meminta sesuatu kepada isterinya, kemudian sang isteri karena takut atau malu, akhirnya mengabulkan permintaan suaminya,maka barang itu tidak halal bagi sang suami. Ingatlah, bukankan telah Anda ketahui bahwa Allah telah melarang sang suami mengambil sesuatu dari isterinya, setelah berpisah lama. Untuk itu Allah berfirman, dalam Quran surat An-Nisa ayat 20, yang artinya sebagai berikut Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepadaseseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun . 4. Kajian Pendidikana. Q.S An-Nisaa ayat 3 Poligami adalah suatu keadaan darurat yang hanya diperbolehkan bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkannya, dengan syarat dapat dipercaya menegakkan keadilan, dan aman dari perbuatan yang melewati batas. Menjahui perbuatan zhalim adalah dasar disyariatkannya hukum perkawinan, tetapi sangat sulitnya berbuat adil dalam berpoligami, Maka hendaklah mempertimbangkan baik-baik dalam pelaksanaannya. Pada prinsipnya, kebahagiaan berumah tanga bagi seorang suami hanya apabila mempunyai seorang isteri saja karena bentuk rumah tangga seperti itu adalah yang paling sempurna yang seharusnya diperlihara oleh setiap individu dan diyakini.

b. Q.S An-Nisaa ayat 4 Mahar adalah suatu hibah (pemberian), sebagai pertanda cinta dan eratnya hubungan antara suami isteri. Seorang suami diperbolehkan menerima mahar nya kembali atas dasar seorang isteri tidak merasa dirugikan dan tanpa ada unsur paksaan atau tipuan.

B. Al-Baqarah, ayat 221 (Haram nya menikahi perempuan / laki-laki musyrik)1. Ayat dan Terjemah

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

2. Mufrodat : Dan Janganlah kamu menikahi, : wanita-wanita musyrik, : hingga mereka beriman.

3. Tafsir Surat

Janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik yang tidak memiliki kitab, sehingga mereka mau beriman kepada Allah dan membenarkan Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya, wanita hamba sahaya yang beriman, meskipun tidak berharta dan rendah, kedudukannya, lebih baik daripada seorang wanita musyrik merdeka dengan segala kemuliaan kemerdekaan dan kemuliaan nasibnya, meskipun ia sangat menarik hatimu dengan kecantikan dan harta yang ia miliki serta hal-hal lain yang menyebabkan seorang lelaki akan terpikat karenanya. Janganlah kalian menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita beriman, kecuali apabila mereka mau beriman dan mau meninggalkan kemusyrikan dan kekufuran. Dengan demikian mereka pantas dan layak bagi wanita-wanita beriman. Dan seoang lelaki hamba sahaya, meskipun hina dan rendah, lebih baik darpada seorang musyrik yang dipandang mulia dan terhomat dimata manusia.

Sesungguhnya, sudah menjadi kebiasaan orang-orang musyrik baik lelaki maupun wanita, selalu mengajak kepada hal-hal yang menyebabkan masuk neraka baik melalui ucapan maupun perbuatan. Dalam hal ini, ikatan perkawinan merupakan sarana yang paling kuat untuk mempengaruhi jiwa seseorang. Dan saling memberikan kemudahan dalam banyak hal merupakan landasan dalam berumah tangga.

Sesungguhnya dakwah yang disampikan oleh kaum mukminin, akan mengantarkan kita kepada surga dan ampunan-Nya dengan izin dan taufik-Nya.

Allah menjelaskan semua dalil humum syariat-Nya kepada umat manusia, dan ia tidak menetapkan hukum apapun kecuali sudah jelas mengandung hikmah untuk mereka, dan ia pun menuntun mereka kepada faedah-faedah hukum-Nya serta rahasia yang terkandung di dalam syariatnya, agar mereka mau mengambil pelajaran.

4. Kajian Pendidikan

Janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik, selama mereka masih berada dalam kemusyikan. Karena bergaul dengan orang-orang musyrik bisa merusak akidah, Apalagi jika mereka diambil sebagai isteri atau suami, maka mereka akan mengajak kita ke neraka dan mengantarkan kita kepada kehancuran dan kesengsaraan.

C. Al-Baqarah, ayat 227 (Hukum Ilaa / Sumpah)1. Ayat dan Terjemah Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

2. Mufrodat (Azmut-Talaaq) : Memantapkan niatnya untuk tidak menggauli isterinya lagi

3. Tafsir Surat Apabila mereka telah berniat dan beketetapan hati untuk tidak mendekati dan menggauli isteri-isteri mereka lagi setelah lewat masa menunggu, sesungguhnya Allah maha mendengar atas sumpah mereka dan keinginan mereka untuk mentalak isteri-isteri mereka. Allah Maha Mengetahui apa yang menjadi niat-niat mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka selalu memperhatikan Allah jika ingin bebuat sesuatu. Apabila perbuatan mereka dimaksudkan untuk menyiksa dan mencelakakan wanita, maka Allah akan menghukum mereka. Tetapi, jika mereka mempunyai uzur syariy - yakni iilaa mereka dimaksudkan untuk mendidik wanita-wanita tersebut agar mematuhi batasan-batasan Allah dan dengan jalan talak meniadakan kemungkinan untuk bergaul kembali, maka sesungguhnya Allah mengampuni mereka.

4. Kajian PendidikanAllah lebih mengutamakan kembali kepada isteri daripada mentalaknya. Oleh karena itu Allah memberi balasan maghfirah dan rahmat-Nya kepada mereka yang kembali (ruju)

D. Al-Baqarah, ayat 228 (Masa Iddah Bagi Wanita yang Ditalak)1. Ayat dan Terjemah

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'[142]. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[142] Quru' dapat diartikan suci atau haidh.[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa' ayat 34).

2. Mufrodat - Al-Mutallaqat, maksudnya ialah isteri-isteri yang ditalak dan diperbolehkan kawin lagi setelah masa menuggu dan sudah pernah mengalami haid. Sebab Haid merupakan pertanda bahwa seorang wanita sudah siap untuk di buahi dan pembuahan inilah yang menjadi maksud utama dari perkawinan. - At-Tarabbus : menunggu - Al-Quruu : bentuk tunggalnya Qur-un dan Qar-un.artinya, terkadang menunjukkan makna haid dan terkadang diatikan suci. - Wa ma fiarhamihinna : mencangkup haid dan bayi - Al-Buulah : bentuk tunggalnya Balun. Artinya suami. - Ad-Darajah : maksudnya ialah sebagaimana dalam ayat kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita..3. Tafsir Surat Wanita-wanita yang ditalak dan sudah pernah mengalami haid, bukan wanita yang sudah putus haidnya, dan bukan wanita di bawah umur yang belum pernah mengalami haid, mereka harus menunggu selama tiga kali haid sejak talak dijatuhkan untuk bisa di kawin lagi. Dalam firman Allah Bi Anfunsihinna terkandung isyarat yang menyatakan bahwa wanita yang berada dalam masa iddah wajib mengekang keinginannya untuk kawin lagi dan menahan nafsu syahwatnya sampai akhir masa tersebut. Meskipun keinginan tersebut merupakan hal yang wajar bagi seorang wanita. Di samping itu, Dalam masa menahan diri ini mereka dapat memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka. Dan dalam masa ini mereka diagugkan dan dimuliakan, sehingga wal-wali mereka tidak boleh memerintahkan mereka kawin lagi dengan cara terang-terangan.

Tidak diperbolehkan bagi wanita menyembunyikan apa yang telah diciptakan oleh Allah dalam rahim mereka, jika mereka telah merasakan adanya bayi-bayi dalam perut mereka. Dan jangan pula memperpanjang masa haid dengan sengaja. Jika mereka benar-benar beriman kepada Allah yang telah menetapkan halal dan haram untuk kemaslahatan hamba-hamba-Nya, dan jika mereka benar-benar beriman kepada hari akhir, dimana setiap orang akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya, dan jangan sekali-kali mereka menyembunyikan apa yang ada pada rahim mereka, sebab jika mereka bahwa dengan mengikuti petunjuk ini akan mendapat pahala dan keridhaan, dan jika mengabaikan nya akan celaka, maka hal ini membutuhkan kataatan dan keihlasan dalam melaksanakan perintah ini.

Suami dari wanita yang ditalak lebih berhak mengembalikan dirinya kepadanya pada masa-masa iddah, jika suami tersebut bermaksud memperbaiki dan menggaulinya kembali dengan baik. Tetapi jika kembalinya tersebut dimaksudkan untuk menyakitinya dan menghalang-halanginya agar tidak kawin dengan orang lain, maka ia telah membuatnya terkatung-katung. Ia tidak memperlakukannya secara baik sebagaimana perlakuan seorang suami terhadap isteri, namun ia tidak mengizinkan untuk kawin dengan orang lain. Dengan demikian ia telah berbuat dosa kepada Allah melalui perbuatannya ini.Seorang laki-laki tidak diperbolehkan mengembalikan isterinya yang ditalak kepangkuannya kembali jika tidak berniat memperbaiki hubungan suami isteri dan menggauli isterinya kembali dengan baik.Talak seoarang suami yang masih memiliki hak untuk kembali dalam masa iddah, disebut talam rajiy. Dalam hal ini, ia tidak perlu meminta pendapat atau izin dari bekas isterinya. Dan dimana seorang suami tidak bisa kembali kepada bekas isteinya disebut talak ba-in, kecuali dengan melalui akad baru yang mendapatkan persetujuan dari bekas atau setelah bekas isterinya kawin dan berkumpul dengan orang lain.

Sesungguhnya pada seorang lelaki (suami) ada hak-hak dan kewajiban-kewajiban atas isterinya,demikian juga sebaliknya.Hak dan kewajiban atas kedua belah pihak, pengaturannya diserahkan kepada norma-norma, tata cara dan kebiasaan yang berlaku pada suatu masyakat dalam ber-muamalah. Jika suami meminta sesuatu dari isterinya, ia pun harus menginggat bahwa ia mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap isterinya. Oleh karena itu ada suatu riwayat yang menceritakan bahwa sahabat Abbullah ibnu Abbas pernah mengatakan, saya berhias demi isteri saya, sebagaimana ia berhias untuk saya karena adanya ayat ini

4. Kajian PendidikanKajian yang terkandung dalam ayat quran surat al-baqarah ayat 228 adalah : Iddah memberikan kesempatan pada suami isteri untuk kembali kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya kebaikan di dalam hal itu. Iddah untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada isteri yang diceraikan.

E. Al-Baqarah, ayat 229 s/d 230 (Talak Secara Syari)1. Ayat dan Terjemah

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.(229)kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.(230)

[144] Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh.

2. Mufrodat (At-Talaaq): bermakna At-Tatliq yang artinya talak atau cerai.Seperti kataA-Salaam yang berarti sama dengan At-Taslim. (Marrataani): dua kali. (Al-Imsaak bil-maruuf): hendaknya dalam mengembalikan isteri kepadanya tidak untuk menyakitinya, tetapi untuk memperbaikinya dan menggaulinya dengan baik. (At-Tasriih bi ihsaan): suami mentalak isterinya tiga kali.kemudian memberikan kepadanya hak haknya yang berupa harta dan tidak pernah menyebut-nyebut lagi setelah berpisah. (Al-Junaah): dosa. (Al-Itidaa): melampui batas baik dalam perkataan maupun perbuatan. (Az-Zulm): meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya .

3. Tafsir Surat Sesungguh nya talaq syariy yang telah ditetapkan oleh Allah dalam masalah talak ini dan masih ada dalam kekuasaan suami, ialah dua kali talak. Pada setiap talak dari dua talak ini seorang suami tetap boleh memelihara isterinya dalam kekuasaannya, kemudian bisa kembali lagi. Adapun menjatuhkan talak dua kali atau tiga kali sekaligus, haram hukumnya sebagaimana pendapat sebagian para sahabat. Tidak ada pilihan lain bagi kalian setelah dua kali talak, kecuali memilih satu dari dua kemungkinan yaitu tetap memegangnya dengan baik atau mentalaknya dengan baik pula.

Tidak dihalalkan bagi kalian mengambil harta dari isteri-isteri kalian oleh sebab talak. Yaitu harta yang telah kalian berikan kepada mereka dengan cara pemilikan, baik berupa mahar (maskawin) ataupun pemberian lainnya. Bahkan diwajibkan atas kalian memberikan kesenangan kepada mereka yaitu uang kelebihan sebgaimana yang telah dianjurkan oleh Allah.

Kecuali jika dikhawatirkan suaminya tidak mampu menegakkan batasan-batasan hukum Allah yang telah disyariatkan untuk mengatur hubungan suami isteri seperti, pergaulan yang baik, persamaan hak dan kekuasaan suami atas isterinya, menolong berlebih-lebihan.

Khitab ayat ini ditunjukan kepada umat secara keseluruhan, karena memelihara maslahat umum merupakan tanggung jawab semua individu. Ulul amri adalah seorang yang pertama yang dituntut untuk menegakkan kemaslahatan ini. Sedangkan para hakim dan masyarakat umum mengawasi aspek terjang merka. Dalam kaitannya dengan masalah talak, makna ayat diatas adalah, jika kedua belah pihak (suami dan isteri) sudah tidak mampu lagi menegakkan hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan untuk mengatur hubungan rumah tangga antara suami dengan isteri, maka tidak ada dosa bagi seorang suami mengambil suatu yang diberikan oleh isterinya sebagai ganti pelepasan dirinya agar suaminya mentalaknya. Dan tidak ada dosa pula bagi isterinya dalam pemeberian ini. Tetapi suaminya tidak boleh memintanya kepada isterinya sebab, pemberian ini atas dasar keridhaan isterinya dan bukan tekanan dari pihak suami. Sebaliknya hal ini merupakan permintaan isterinya dan ia wajib menunaikan nya kepada suaminya.

Perintah-perintah dan larangan-larangan yang telah lalu adalah merupakan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam masalah pergaulan suami isteri.oleh karena itu, janganlah kalian melanggar apa yang telah dihalalkan oleh-Nya untuk kalian dan kalian memilih apa yang telah diharamkan oleh-Nya. Dan jangan pula melanggar pula apa yang telah diperintahkan kepada kalian kemudian melakukan apa yang dilarang oleh-Nya.

Maka zalim ialah tidak meletakkan sesuatu tidak pada tempat nya atau mengerjakan sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan. Perbuatan zalim dapat merusak pembangunan dan menghancurkan keberadaan suatu umat. Apabila kezaliman dalam masalah suami isteri (rumah tangga). Sebab hubungan suami isteri merupakan ikatan yang paling kuat.

Jika seorang suami mentalk isterinya sesudah talak yang kedua sebagaimana yang dijelaskan oleh firman At-Talaq Marratani, talak inilah yang dimaksud oleh firman Allah Au Tasrihun biihsanin, maka setelah itu suami tidak berhak lagi kembali kepadanya, kecuali jika bekas isterinya sudah pernah kawin dengan orang lain,dalam pengertian kawin sesungguhnya,dimana suami yang kedua sudah mencampurinya dan menggaulinya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Sunah Nabi.

Jika suami kedua ini mentalaknya, maka tidak mengapa jika keduanya kembali rukun. Dan suami kedua lebih berhak kembali kepadanya, bukan suami yang pertama.

Jika mereka bedua merasa yakin bisa kembali membangun rumah tangga mereka dengan baik dan dengan niat yang tulus, hendaknya mereka memperbaiki hubungan rumah tangganya dengan baik dan menepati apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka berdua.

Sesungguhnya hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh Allah melalui lisan Nabi-Nya dalam Al-Quran, adalah ditunjukan untuk orang-orang yang mengetahui faedah-faedah dan maslahat-maslahat yang terkandung didalam nya, supaya mereka bisa membuktikan dengan mantap manfaatdab faerdah hukum-hukum tersebut. Dan bukan ditunjukkan kepada orang-orang bodoh yang tidak memahami hal tersebut. Sebab itu mereka akan melakukan hal penting dalam masalah ini yaitu niat ikhlas dan baik. Sehingga seorang dari mereka kembali kepada isterinya dengan menyimpan rasa dendam dalam hatinya dan akan dilampiaskan kepanya.

4. Kajian PendidikanKajian dalam ayat ini adalah : Talak yang masih diperbolehkan bai seorang suami untuk kembali kepada isterinya hanyalah dua kali talak. Jika talak telah dijatuhkan untuk ketiga kalinya, maka tidak diperbolehkan baginya kembali kepada isterinya, kecuali jika bekas isterinya sudah kawin dengan orang lain.

F. Al-Baqarah, ayat 231 (Perintah Berbuat Baik Dalam Rujuk ataupun Dalam Menceraikan Isterinya )1. Ayat dan Terjemah Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka[145]. Barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[145] Umpamanya: memaksa mereka minta cerai dengan cara khulu' atau membiarkan mereka hidup terkatung-katung.

2. Mufrodat (Balagal balad) : artinya ia telah sampai di kota yang dituju. Dan dikatakan (balagahu) artinya jika sudah mendekati kota yang dituju dan hampir sampai. (Al-Ajal) : bisa ditujukan kepada seluruh waktu atau bisa juga akhir waktu. Dalam bahasa kita dikatakan, umurnya sudah mendekati ajal. Yang dimaksud disini adalah masa iddah. (Al-Imsaak) : yang dimaksud adalah ruju. (Al-Maruf): maksudnya ialah, hal-hal yang masuk akal dan dianggap baik oleh syariatdan aadatistiadat. (At-Tasrih) : Maksudnya ialah, tidak meruju isterinya sampai iddahnya habis. (Ad-Dirar) : mencelakai. (Al-Itidaa) : zalim. (Aayaatillahh) : ayat-ayathukum yang berhubungan dengan masalah talak, rujukhulu dan lain sebagainya. (Huzuwaa) : memperolok-olok ayat-ayat nya dengan berpaling darinya serta meremehkan dan tidak mau memelihara hukum-hukum-Nya. Penyebabnya ialah, meremehkan hak-hak kaum wanita dan mengabaikan mereka. (Nimatullaah) : rahmat Allah yang Ia ciptakan untuk pasangan suami isteri. (WamaaAnzala aalikum minal kitab): ayat-ayathukum delam masalah hubungan suami isteri yang dapatmenciptakan suasana ketenangan berumah tangga dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Al-Himah) : rahasia pentasyriah hokum-hukum dan penjelasan tentang manfaat dan masalah yang terkandung di dalamnya.3. Tafsir Surat Jika kalian mentalak isteri-isteri kalian, kemudian telah mendekati masa iddah mereka habis, maka kalian harus memilih satu dari dua kemungkinan, yaitu, kalian tetap menahan mereka dan rujukepada mereka, atau melepaskan mereka dengan cara yang baik dan diakui oleh syariat agama sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat At-Talaq merratani.

Janganlah kalian ruju kepada isteri-isteri kalian dengan niat menyakiti mereka atau membuat mereka sengsara seperti, menahan mereka agar tidak bisa kawin lagi dengan orang lain, atau sengaja mengulur waktu agar mereka mau membayar tebusan bagi diri mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang pada masa jahiliyyah. Barang siapa yang ruju kepada isterinya dengan maksud menganiaya dirinya, maka ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri. Sebab ia memilih jalan kejahatan dan membuat perasaan orang lain tidak tenang oleh tingkah permusuhan itu. Dengan demikian, ia akan dimusuhi pula oleh keluarga isterinya. Mereka enggan padanya dan bahkan semua orang akan lari darinya serta tidak ada orang yang sudi mengambilnya sebagai menantu. Sebagaimana ia telah menzalimi diri sendiri, maka di akhirat nanti ia akan mendapatkan murka Allah.

Janganlah kalian mengabaikan larangan-larangan Allah yang telah disyariatkan untuk kalian dalam agama-Nya, lalu kalian memilih jalan pada sunnah jahiliyyah. Sesungguhnya mengabaikan perintah-perintah Allah sesudah adanya penjelasan ini berarti hukum-hukum Allah.

Ingatlah terhadap nikmat-nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada kalian yaitu rasa kasih sayang yang telah diciptakan oleh Allah untuk suami isteri.

Takutlah kepada Allah, dengan mentaati perintah dan larangan-Nya dalam masalah wanita dan ikatan perkawinan yang suci ini, dan dengan meninggalkan kebiasaan orang-orang sebelum kita yang telah mengabaikan ikatan perkawinan dengan menganggap sebagai kontrak perbudakan dan persewaan barang rendahan. Bahan mereka telah menganggapnya sebagai lebih rendah dari itu. Sebab, dengan sesuka hati telah mentalak isteri-isteri merka hanya karena masalah yang kecil dan sepele saja. Dan setelah itu mereka kembali kepada isteri-isteri mereka. Demikian seterusnya, sehingga perbuatan merka tidak lain hanyalah ingin menganiaya dan menyiksa kaum wanita.

Tidak ada satupun yang lepas dari pengamatan Allah, baik apa yang disimpan dalam hati maupun apa yang dilahirkan, Ia tidak akan meridhai hamba-hamba-Nya kecuali jika ia menaati batasan-batasan-Nya dan mengamalkan hukum-hukum-Nya dengan niat yang baik dan ikhlas lahiriyah dan bathiniyah. Hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan sempurna melainkan jika ia menyadari bahwa semua gerak-gerik dan tingkah lakunya selalu berada dalam pengawasan Allah. Dan ia harus meyakini pula bahwa Allah Maha mengetahui. Tidak ada sesuatupun yang terlewatkan dari pengetahuan-Nya baik yang ada di langit maupun yang ada dibumi.

4. Kajian PendidikanKajian pendidikan yang tekandung dalam ayat ini Himbauan kepada kaum muslimin agar menghormati ikatan perkawinan dan tidak menjadikan ikatan perkawinan sebagai suatu permainan. Adanya ancaman dan peringatan yang keras dari Allah bagi siapa saja yang melanggar batasan-batasan dalam masalah ikatan perkawinan yang telah ditetapkan oleh Nya. Dan yakinlah bahwa Allah Maha Mengetahui, tidak ada sesuatupun yang terlewatkan dari pengetahuan-Nya baik yang ada dilangit maupun di bumi.

G. Al-Baqarah, ayat 232 (Larangan Bagi Para Wali untuk menghalangi Rujuknya Kedua Suami Isteri )1. Ayat dan Terjemah Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya[146], apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

[146] Kawin lagi dengan bekas suami atau dengan laki-laki yang lain.

2. Mufrodat (Al-buluq) artinya sampai (Al-ajal), yang dimaksud ialah saat-saat akhir menjelang habisnya iddah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ayat sebelumnya. (Al-Adl), menahan atau mempersulit (Al-Izah), nasehat dan peringatan kepada kebaikan dengan cara yang bijaksana dan dapat menmbangkitkan hasrat beramal. (Azkaa), asal kata nya Zaka artinya berkembang dan diberkahi

3. Tafsir Surat Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan percaya kepada Rasul-Nya, Jika kalian menjatuhkan talak kepada isteri-isteri kalian hingga habis iddah nya, dan bekas suami mereka atau orang lain hendak mengawini mereka dan mereka juga menghendaki demikian maka janganlah kalian (wali-wali mereka) mencegah mereka melakukan perkawinan jika kedua nya sudah suka sama suka. Yang dimaksud suka sama suka ialah jika diakui oleh syariat dan adat. Yang tidak ada didalam nya sesuatu yang diharamkan atau yang tidak mengandung kebaikan dan dapat menodai mereka (kaum wanita) sehingga kaum kerabat merekapun ikut ternoda karena nya.

Dalam ayat ini terkandung isyarat yang menunjukan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang mau mengambil nasehat ini. Adapun orang yang mengabaikan nasehat ini dan bahkan tidak mau tahu, mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman hanya dimulut saja. Sebab mereka tidak bisa menerima prinsipprinsip keimanan melalui dalil. Hati mereka telah membeku dan tidak bisa menerima nasehat. Oleh karena itu, tidak ada guna nya sama sekali memberikan nasehat kepada mereka yang gemar mengikuti kemauan hawa nafsu dan apa-apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Larangan melakukan Adl (mempersulit/menahan) dengan persyaratan yang telah disebutkan tadi, mengandung berkah dan kebaikan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk nya. Dan dengan mentaati larangan ini. Kehormatan mereka terjaga, dan demikian pula keturunan mereka. Beberapa banyak masalah Adl ini menyebabkan timbulnya kefasikan dan kemerosotan akhlak serta kegoncangan rumah tangga dan kesengsaraan anak cucu. Allah mengetahui apa-apa yang mendatangkan manfaat dan maslahat bagi kalian. Sebab, Dia mengetahui segi-segi faedah yang terdapat dalam hukum-hukum ini serta rahasia-rahasia yang terkandung didalamya. Oleh karena itu, Allah melarang kalian melakukan Adl sedangkan kalian tidak mengetahui dengan sebenar-benar nya bahwa hal ini sangat berbahaya, oleh sebab jiwa kalian telah diliputi hawa nafsu dan angan-angan.

4. Kajian PendidikanKajian pendidikan yang terdapat dalam ayat ini adalah, Seorang wali tidak berhak memaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Sebab hal ini sering membawa malapetaka dan kerusakan pada rumah tangga.

H. An-Nuur ayat 32 (Perintah Menikah)1. Ayat dan Terjemah

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

[1035] Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

2. Mufrodat ) Al-ayama( : bentuk tunggal nya ialah ayyimun. Menurut Nadhar bin Syumail, artinya ialah setiap laki-laki yang tidak beristeri dan setiap wanita yang tidak bersuami, baik gadis maupun janda. ) Ash-Shalihin( : orang-orang yang pantas untuk menikah dan melakukan hak-haknya. ) Al-Ima( : bentuk jamak dari amah, yaitu budak wanita. ) Wasiun( : Maha Kaya.

3. Tafsir Surat Kawinilah lelaki merdeka yang tidak beristeri dan wanita merdeka yang tidak bersuami. Maksud nya ialah, ulurkanlah bantuan kepada mereka dengan berbagai jalan agar mereka mudah menikah, seperti membantu dengan harta dan memudahkan jalan yang dengan itu perkawinan serta kekeluargaan dapat tercapai.

Dan para lelaki dan wanita yang mampu untuk menikah dan menjalankan hak-hak suami-istri, seperti berbadan sehat, mempunyai harta dan sebagainya.Allah menganjurkan agar kawin dengan laki-laki dan wanita yang fakir, dan hendaklah tidak adanya harta jangan menjadi penghalang bagi dilangsungkannya perkawinan itu.

Janganlah kalian melihat kefakiran orang yang melamar kepada kalian atau wanita yang hendak kalian kawini, karena karunia Allah akan mencakupi kalian, sedangkan harta selalu datang dan pergi.

Sesungguhya Allah Maha Kaya, karunia-Nya tidak akan pernah habis dan kekuasaan-Nya tidak mempunyai batas, maka Dia akan melapangkan pasangan suami isteri ini dan selain mereka. Allah maha Mengetahui, Dia akan melapangkan dan mempersempit rezeki kepada siapa pun yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan kebijaksanaan dan kemaslahatan.

4. Kajian Pendidikan

Kajian pendidikan dari Q.S An-Nuur ayat 32 adalah : Jangan menjadikan harta (kondisi ekonomi) sebagai penghalang pernikahan karena niat pernikahan tersebut adalah menjaga kehormatan. Menikah adalah salah satu cara membuka pintu rezeki.

BAB II PENUTUP

A. KESIMPULANPerkawinan adalah suatu akad yang menyebabkan diperbolehkan nya bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam satu ikatan lahir bathin sebagai suami isteri disertai batas hak dan kewajiban diantara keduanya.Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga sakinan, mawadah dan warohmah.tujuan tersebut dapat terwujud dengan mematuhi hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, yang sudah jelas tertuang dalam firman nya dalam Quran surat An-Nisa: 3-4, Al-Baqarah: 221, 227-232 dan An-Nuur:32, yang telah dibahas.

B. SARANSemoga pembahasan tafsir bab perkawinan yang telah dijelaskan pada makalah ini sesuai dengan tugas yang diberikan, adapun kritik dan saran yang diberikan akan dijadikan masukan untuk perbaikan makalah-makalah berikutnya.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1986. Tafsir Al Maraghi 4. Semarang : CV. Toha Putra._______________________. 1989. Tafsir Al Maraghi 18. Semarang : CV. Toha Putra._______________________.1993. Tafsir Al Maraghi 2. Semarang : PT. karya |Toha Putra

44