perbandingan karakteristik alelopati antara ekstrak …digilib.unila.ac.id/56514/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ii
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ALELOPATI ANTARA EKSTRAK
DAUN SEGAR DAN DAUN KERING JAMBU BIJI MERAH (Psidium
guajava L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
KECAMBAH CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.)
Skripsi
Oleh
Resti Amanda Putri H.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
iii
ABSTRAK
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ALELOPATI ANTARA EKSTRAK
DAUN SEGAR DAN DAUN KERING JAMBU BIJI MERAH (Psidium
guajava L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
KECAMBAH CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.)
Oleh
Resti Amanda Putri H.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan karakteristik alelopati antara
ekstrak daun segar dan daun kering jambu biji merah (Psidium guajava L.)
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah keriting
(Capsicum annuum L.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai
Desember 2018 di Laboraturium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung; Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor utama adalah ekstrak daun segar
dan daun kering jambu biji merah (Psidium guajava L.) yang terdiri dari beberapa
taraf konsentrasi yaitu: 0 % v/v (kontrol), 1% v/v, 3 % v/v (daun segar), dan 1 %
b/v, 3 % b/v (daun kering). Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan.
Homogenesis ragam ditentukan dengan uji Levene pada taraf nyata 5 %. Analisis
ragam dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dilakukan pada taraf nyata 5 %. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun segar dan daun kering berpengaruh
nyata terhadap panjang tunas kecambah, dan klorofil b. Namun tidak berpengaruh
iii
nyata terhadap berat segar (akar, tunas, kecambah), dan berat kering (akar, tunas,
kecambah), rasio tunas akar, kadar air relative, klorofil a, dan klorofil total.
Ekstrak daun kering lebih signifikan dalam menghambat pertumbuhan kecambah
cabai merah keriting pada konsentrasi tinggi yaitu 3% dibandingkan ekstrak daun
segar pada konsentrasi yang sama. Namun ekstrak daun segar pada konsentrasi
3% sedikit meningkatkan rasio klorofil b terhadap a dari kontrol sebanyak 3%.
Sedangkan ekstrak daun kering pada konsentrasi 3% sedikit berpengaruh dalam
penurunan daya perkecambahan namun signifikan dalam menghambat
pertumbuhan kecambah cabai merah keriting, sedikit mempengaruhi rasio tunas
akar, dan sedikit menurunkan kadar air relatif pada kecambah cabai merah
keriting.
Kata Kunci : Alelopati, Capsicum annuum L., Psidium guajava L.
4
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ALELOPATI ANTARA EKSTRAK
DAUN SEGAR DAN DAUN KERING JAMBU BIJI MERAH (Psidium
guajava L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
KECAMBAH CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.)
Oleh
Resti Amanda Putri H.
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Seputih Banyak pada tanggal
24 Mei 1997. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara, dari Bapak Abdul Hamid dan Ibu
Titin Eka Purwanti.
Penulis menempuh pendidikan pertama di Taman
Kanak- Kanak (TK) Kartika Chandra Kirana pada
tahun 2003. Pada tahun 2004, Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di
SD Negeri Mandah, Tegineneng, Lampung Selatan. Kemudian, melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak pada
tahun 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah
Mengengah Atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak pada tahun 2013.
Penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung pada tahun
2015 melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung,
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fitohormon, Ekofisiologi
Tumbuhan, dan Biologi Laut di Jurusan Biologi. Selama masa kuliah, penulis
ix
aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila sebagai
anggota Biro Dana dan Usaha pada periode 2016 – periode 2017. Penulis
melaksanakan Kerja Praktik di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
(BPTP) di Bandar Lampung dengan judul “Pengelolaan Budidaya dan
Identifikasi Morfologi Pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Kebun
Percobaan BPTP Lampung Kecamatan Natar”. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari - Februari 2018. Kemudian penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang,
Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Juli - Agustus 2018. Penulis
melaksanakan penelitian pada bulan November sampai Desember tahun 2018 di
Laboraturium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
10
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Segala puji bagi Allah SWT. atas rahmat dan
hidayahNya, karunia dan kemudahan yang Engkau
berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Karya
ini ku persembahkan untuk :
Bapak dan Ibuku tercinta, yang tiada pernah hentinya
memberi semangat, doa, nasehat, dan kasih sayang
serta pengorbanan yang tak tergantikan,
Keluarga besarku (Mbah Ibu, Tante iik, Tante
Maya,Tante Ica), dan adik-adikku
(Ria,rido,Rama,Thoriq) yang selalu memberi dorongan
untuk terus berjuang,
xi
Bapak/ibu guru dan dosen yang tanpa lelah
memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat
kepadaku,
Sahabat, teman-teman, kakak-kakak, serta adik-adik
yang selalu memberi semangat, dukungan, bantuan,
hiburan, kebersamaan yang tak terlupakan kepadaku,
serta Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung.
12
MOTTO
“Jadilah seperti tanaman padi yang semakin
berisi akan semakin menunduk”
“Ilmu tidak akan berarti tanpa diiringi dengan
budi pekerti yang baik”
“yakinkanlah pada diri sendiri bahwa jika
orang lain bisa kenapa aku tidak”
“Allah SWT. tidak akan membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al Baqarah ; 286)
13
SANWACANA
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT karena rahmat serta hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan strata satu atau sarjana dalam bidang sains yaitu Skripsi yang berjudul
: “Perbandingan Karakteristik Alelopati antara Ekstrak Daun Segar dan
Daun Kering Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Cabai Merah Keriting
(Capsicum annuum L.)”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada Skripsi ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan penulis untuk
penyempurnaan dan perbaikan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Keluarga tercinta, Bapak Abdul Hamid dan Ibu Titin Eka Purwanti, serta
adik, tante, nenek, yang selalu mendoakan, mengarahkan dan memberikan
motivasi selama menjalani dan mengerjakan skripsi ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
xiv
2. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P. selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan kepada penulis dengan
sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Ir. Zulkifli M.Sc. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan dengan sabar dari awal hingga akhir penelitian dan
senantiasa memberikan ilmu dan membimbing penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S. selaku pembahas yang selalu
memberikan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun dan
senantiasa memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis dengan setulus
hati sehingga penulis tidak ragu untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Rochmah Agustrina, Ph. D. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan selama menjani perkuliahan dari semester awal hingga
akhir.
6. Bapak M. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas MIPA,
Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Suratman, M. Sc. selaku Dekan Fakultas MIPA, Universitas
Lampung.
8. Semua Staff Dosen dan staff jurusan Biologi Fmipa Unila atas ilmu dan
semangat yang diberikan.
9. Keluarga besar Amiroji (Pakde dan Bude, Mbk mala, Revi D), yang selalu
memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
xv
10. Sahabat penulis: CGB (Trisna Ramadhanty, Nurul aniqotun mutmainah,
Sarah Amalia, Bella tamara, Retno kurnia putri, Resti safitri), Sundari ayu
oktalia, Marija putri B., Olla Apriana I., Gita puspita Sari, Aziatul fitria,
dan sahabat sma (Devi ayu liasari, Firda alfa mega, Fransiska yesi, Ni
made ariani), serta kawan kkn selama 40 hari dan kawan seangkatan yang
tidak bisa disebutkan semua, yang selalu memberikan arahan dan
semangat serta keceriaan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Rekan-rekan dalam penelitian (Mak Risma rasmani,Renti Melika P., dan
lainnya), yang telah memberikan dukungan dan memberikan arahan
selama penelitian hingga akhir.
Semoga Allah SWT. membalas atas jasa dan segala kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung,……………………
Penulis,
Resti Amanda Putri H.
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ........................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ vii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... viii
PERSEMBAHAN ............................................................................ x
MOTTO .......................................................................................... xii
SANWACANA ................................................................................ xiii
DAFTAR ISI..................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR........................................................................ xxiii
I. PENDAHULUAN .................................................................. 1A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
C. Manfaat Penelitian .............................................................. 4
D. Kerangka Pikir .................................................................... 4
E. Hipotesis .............................................................................. 6
xvii
II. TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN ........................ 7
A. Tanaman Jambu Biji Merah ................................................ 7
1. Klasifikasi Tanaman Jambu Biji Merah ......................... 7
2. Deskripsi Tanaman Jambu Biji Merah ........................... 7
3. Morfologi dan Manfaat Daun Jambu Biji Merah ........... 9
4. Alelopati Daun Jambu Biji Merah .................................. 10
B. Tanaman Cabai Merah Keriting .......................................... 15
1. Klasifikasi Tanaman Cabai Merah .................................. 15
2. Deskripsi Cabai Merah Keriting ..................................... 15
3. Morfologi Cabai Merah Keriting ..................................... 18
4. Kandungan Gizi Cabai Merah Keriting ........................... 20
III. METODE PENELITIAN ...................................................... 21
A. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 21
B.Alat dan Bahan...................................................................... 21
1. Alat .................................................................................. 21
2. Bahan .............................................................................. ` 21
C. Variabel dan Parameter Penelitian ...................................... 22
D. Rancangan Percobaan ......................................................... 22
E. Cara Kerja ........................................................................... 23
1. Pembuatan Ekstrak Air Daun Segar Jambu Biji Merah... 23
2. Pembuatan Ekstrak Air Daun Kering Jambu Biji Merah. 24
3. Perkecambahan Benih Cabai Merah Keriting ................. 24
4. Studi Pertumbuhan Kecambah Cabai Merah Keriting .... 25
F. Pengamatan .......................................................................... 27
1. Daya Kecambah .............................................................. 27
2. Panjang Tunas Kecambah ............................................... 27
3. Berat Segar (Akar, Tunas, Kecambah) ........................... 28
xviii
4. Berat Kering (Akar, Tunas, Kecambah) ......................... 28
5. Rasio Tunas Akar ............................................................ 28
6. Kadar Air Relative .......................................................... 28
7. Kandungan Klorofil (a, b, dan total) ............................... 29
G. Analisis Data ....................................................................... 29
IV. HASIL DAN PENGAMATAN ............................................. 31
A. Hasil .................................................................................... 31
1. Daya Kecambah .............................................................. 31
2. Pertumbuhan Kecambah ................................................. 32
3. Berat Segar Kecambah .................................................... 33
4. Berat Kering Kecambah .................................................. 34
5. Rasio Tunas Akar ............................................................ 35
6. Kadar Air Relatif ............................................................. 35
7. Kadar Klorofil a .............................................................. 36
8. Kadar Klorofil b .............................................................. 37
9. Kadar Klorofil Total ....................................................... 38
B. Pembahasan ......................................................................... 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 47A. Kesimpulan ........................................................................ 47B. Saran .................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 48
LAMPIRAN .................................................................................... 54
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Notasi perlakuan dan ulangan ............................................. 22
Tabel 2. Pengenceran ektrak daun segar jambu biji merah ............... 23
Tabel 3. Pelarutan bubuk daun kering jambu biji merah .................. 24
Tabel 4. Uji BNJ rata-rata panjang kecambah cabai merah
keriting setelah pemberian ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah ............................................. 32
Tabel 5. Uji BNJ rata-rata berat segar kecambah cabai merah
keriting setelah pemberian ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah ............................................. 33
Tabel 6. Uji BNJ rata-rata berat kering kecambah cabai merah
keriting setelah pemberian ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah ............................................. 34
Tabel 7. Uji BNJ rata-rata rasio tunas akar kecambah cabai merah
keriting setelah pemberian ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah ............................................. 35
Tabel 8. Uji BNJ rata-rata kadar air relatif kecambah cabai merah
keriting setelah pemberian ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah ............................................. 36
Tabel 9. Uji BNJ rata-rata kadungan klorofil a setelah pemberian
ekstrak daun segar dan daun kering jambu biji merah......... 36
Tabel 10. Uji BNJ rata-rata kadungan klorofil b setelah pemberian
ekstrak daun segar dan daun kering jambu biji merah......... 37
xx
Tabel 11. Uji BNJ rata-rata kadungan klorofil a setelah pemberian
ekstrak daun segar dan daun kering jambu biji merah ...... 38
Tabel 12. Absolute residual value panjang kecambah cabaimerah keriting ................................................................... 54
Tabel 13. Hasil uji levene panjang kecambah cabai merah
keriting .............................................................................. 54
Tabel 14. Analisis ragam panjang kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 55
Tabel 15. Hasil uji BNJ panjang kecambah cabai merah
keriting .............................................................................. 55
Tabel 16. Absolute residual value berat segar tunas kecambah cabaimerah keriting ................................................................... 56
Tabel 17. Hasil uji levene berat segar tunas kecambah cabai merah
keriting .............................................................................. 56
Tabel 18. Analisis ragam berat segar tunas kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 57
Tabel 19. Absolute residual value berat segar akar kecambah cabaimerah keriting ................................................................... 57
Tabel 20. Hasil uji levene berat segar akar kecambah cabai merah
keriting .............................................................................. 58
Tabel 21. Analisis ragam berat segar akar kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 58
Tabel 22. Absolute residual value berat segar total kecambah cabaimerah keriting ................................................................... 59
Tabel 23. Hasil uji levene berat segar total kecambah cabai merah
keriting .............................................................................. 59
Tabel 24. Analisis ragam berat segar total kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 60
Tabel 25. Absolute residual value berat kering tunas kecambahcabai merah keriting ......................................................... 61
xxi
Tabel 26. Hasil uji levene berat kering tunas kecambah cabai
merah keriting ................................................................... 61
Tabel 27. Analisis ragam berat kering tunas kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 62
Tabel 28. Absolute residual value berat kering akar kecambahcabai merah keriting ......................................................... 62
Tabel 29. Hasil uji levene berat kering akar kecambah cabai
merah keriting ................................................................... 63
Tabel 30. Analisis ragam berat kering akar kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 63
Tabel 31. Absolute residual value berat kering total kecambahcabai merah keriting ......................................................... 64
Tabel 32. Hasil uji levene berat kering total kecambah cabai
merah keriting ................................................................... 64
Tabel 33. Analisis ragam berat kering total kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 65
Tabel 34. Absolute residual value rasio tunas akar kecambahcabai merah keriting ......................................................... 66
Tabel 35. Hasil uji levene rasio tunas akar kecambah cabai
merah keriting ................................................................... 66
Tabel 36. Analisis ragam rasio tunas akar kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 67
Tabel 37. Absolute residual value kadar air relatif kecambahcabai merah keriting ......................................................... 67
Tabel 38. Hasil uji levene kadar air relatif kecambah cabai
merah keriting ................................................................... 68
Tabel 39. Analisis ragam kadar air relatif kecambah dengan
vassarstats net .................................................................. 68
Tabel 40. Absolute residual value klorofil a ..................................... 69
xxii
Tabel 41. Hasil uji levene klorofil a .................................................. 69
Tabel 42. Analisis ragam klorofil a dengan vassarstats net ............. 70
Tabel 43. Absolute residual value klorofil b ...................................... 71
Tabel 44. Hasil uji levene klorofil b .................................................. 71
Tabel 45. Analisis ragam klorofil b dengan vassarstats net ............... 72
Tabel 46. Hasil uji BNJ klorofil total ................................................ 72
Tabel 47. Absolute residual value klorofil total ................................ 73
Tabel 48. Hasil uji levene klorofil total ............................................ 73
Tabel 49. Analisis ragam klorofil total dengan vassarstats net .......... 74
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi Psidium guajava L. di Situ Gede ................... 9
Gambar 2. Morfologi cabai merah keriting (Capsicum annuum L)... 19
Gambar 3. Tata letak benih cabai merah dalam nampan ................... 25
Gambar 4. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan ............ 26
Gambar 5. Daya kecambah benih cabai merah keriting ................... 31
Gambar 6. Panjang kecambah cabai merah keriting terhadap kontrol
setelah perlakuan ekstrak air daun segar dan kering jambu
biji merah ....................................................................... 40
Gambar 7. Berat segar kecambah cabai merah keriting terhadap kontrol
setelah perlakuan ekstrak air daun segar dan kering jambu
biji merah ....................................................................... 42
Gambar 8. Berat kering kecambah cabai merah keriting terhadap kontrol
setelah perlakuan ekstrak air daun segar dan kering jambu
biji merah ....................................................................... 42
Gambar 9. Proporsi tunas dan akar kecambah cabai merah keriting
terhadap kontrol setelah perlakuan ekstrak air daun segar dan
kering jambu biji merah ................................................ 43
Gambar 10. Kadar air relatif kecambah cabai merah keriting terhadap
kontrol setelah perlakuan ekstrak air daun segar dan kering
jambu biji merah ............................................................ 44
Gambar 11. Rasio Klorofil B Terhadap Klorofil A Setelah Perlakuan
xxiv
Ekstrak Daun Jambu Biji Merah................................... 45
Gambar 12. Pengayakan bubuk daun kering jambu biji merah sebelum
diekstraksi ................................................................... 74
Gambar 13. Pelarutan dan pengenceran ekstrak daun kering jambi biji
merah ........................................................................... 75
Gambar 14. Ekstrak daun segar jambu biji merah yang didiamkan
selama 24 jam dan penyaringan ekstrak daun segar jambu
biji merah ..................................................................... 75
Gambar 15. Pembuatan ekstrak air daun segar jambu biji merah ..... 75
Gambar 16. Seleksi benih cabai merah keriting dan perendaman benih
cabai merah keriting sesuai perlakuan selama 24 jam.. 76
Gambar 17. Penanaman benih cabai merah keriting pada
nampan ......................................................................... 76
Gambar 18. Pemindahan kecambah cabai merah keriting pada gelas
plastik yang sudah berumur 7 hari dan Pemberian ekstrak
pada kecambah cabai merah sesuai perlakuan ............. 76
Gambar 19. Pengukuran panjang tunas setelah berumur 14 hari dan
berat segar dan berat kering dengan neraca digital ....... 77
Gambar 20. Ekstrak daun cabai merah untuk analisis klorofil ......... 77
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merah keriting merupakan jenis tanaman dari famili terong-terongan
dengan nama ilmiah (Capsicum annuum L.) yang merupakan tanaman
perdu. Tanaman ini berasal dari daerah Peru yaitu benua Amerika yang
kemudian tersebar luas ke semua benua negara Amerika, Eropa dan Asia
terutama negara Indonesia (Nurfalach, 2010). Tanaman ini bernilai
ekonomis tinggi dan banyak ditanam serta dibudidayakan oleh masyarakat,
sehingga persebarannya sangat luas di seluruh Indonesia (Nursanti, 2008).
Kandungan yang terdapat pada tanaman cabai (Capsicum sp.) terdiri dari
vitamin C, B1, B2, Fosfor (P), Kalsium (Ca), dan senyawa alkali yaitu
capsaicin yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan sayuran lainnya
(Purwanto, 2012). Dalam penanaman tanaman cabai membutuhkan tanah
yang ideal seperti tanah yang gembur, mengandung cukup bahan organik,
unsur hara dan air, serta bebas dari gulma (Prabaningrum, 2016).
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika tropis dan termasuk family dari Myrtaceae seperti cengkeh,
allspice, dan eucalyptus. Tanaman ini banyak dibudidayakan di beberapa
2
negara baik dinegara tropis maupun subtropis dikarenakan buahnya yang
dapat dimakan dan rasanya enak (Perez et al., 2008). Menurut Chapla &
Campos (2010), daun Psidium guajava memiliki kandungan alelokimia
yang terdiri dari flavonoid, terpenoid, kumarin, asam sianogen. Senyawa
alelokimia yang terdapat pada suatu tanaman dapat menyebabkan tanaman
lain menderita (Khan et al., 2014). Hal ini disebabkan oleh pelepasan
bahan kimia ke dalam lingkungan (Zhao-hui et al., 2010).
Psidium guajava tercatat sebagai salah satu spesies invasif diantara spesies
invasif lainnya yang signifikan dalam menyerang spesies lain di hutan
Tropis Kakamega, Kenya Barat (Kifcon, 1994). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kawawa et al., (2016), tentang potensi
alelopati dari Psidium guajava dalam menghambat perkecambahan biji,
akar, dan tunas dari 4 spesies pohon asli di hutan Kakamega yaitu Cordia
africana, Diospyros mespiliformis, Croton megalocarpus, dan Markhamia
lutea. Namun tidak terlalu signifikan terhadap Diospyros mespiliformis,
dan Markhamia lutea. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
Psidium guajava berhasil menginvasi hutan Tropis Kakamega yang
disebabkan oleh adanya potensi kandungan senyawa alelokimia. Menurut
Chapla & Campos (2010), Psidium guajava dapat memodifikasi habitat
dengan merubah fungsi ekosistem dan mendesak keluar serta
menggantikan spesies asli. Kemampuan dalam menginvasi ekosistem
dikaitkan dengan kemampuannya untuk berkecambah dalam kondisi fisik,
3
dan penyebaran bijinya dapat dibantu oleh vektor burung dan mamalia
(Chollom et al., 2012).
Menurut Kawawa et al., (2016), efek penghambatan dapat meningkat
dengan semakin meningkatnya konsentrasi, dan efek penghambatan yang
signifikan terjadi pada pemberian ekstrak daun kering dibandingkan
ekstrak daun segar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yarnia et al,. (2009) dan Ghorbanli et al., (2011), di mana dampak
penghambatan berbagai ekstrak dari spesies invasif meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi. Ekstrak daun kering berwarna cokelat memiliki
efek penekanan yang signifikan pada spesies asli yaitu pada konsentrasi
20% dibandingkan dengan ekstrak daun hijau segar pada konsentrasi yang
sama.
Penelitian ini menggunakan tanaman jambu biji merah (Psidium guajava
L.) terutama pada bagian organ daunnya sebagai ekstrasi dengan perlakuan
yang berbeda-beda dan dilihat pengaruh serta perbedaan antara ekstrak
daun segar dan daun kering terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
kecambah cabai merah keriting (Capsicum annuum L.).
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik
alelopati antara ekstrak daun segar dan daun kering jambu biji merah
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah
keriting.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dari segi fisiologi tumbuhan adalah dapat
memberikan pemahaman mengenai karakteristik alelopati dari daun jambu
biji merah terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai
merah keriting. Sedangkan dari segi agronomi diharapkan dapat menjadi
landasan dalam pengembangan budidaya cabai merah keriting.
D. Kerangka Pikiran
Tanaman cabai merah keriting merupakan salah satu tanaman yang
memiliki nilai jual tinggi dan banyak digemari serta dibudidayakan oleh
masyarakat dikarenakan banyak mengandung vitamin dan juga citarasanya
yang khas. Citarasa pedas yang dimiliki oleh cabai merah ini
menyebabkan banyak kalangan ibu rumah tangga yang menggunakannya
sebagai bahan bumbu masakan di dapur.
Pohon jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman yang tercatat
sebagai salah satu spesies invasive dalam menyerang tanaman lain yang
ada di hutan tropis Kakamega, Kenya Barat. Tanaman ini telah
5
mendominasi hutan dibandingkan dengan spesies invasive lainnya karena
persebarannya yang cukup luas di hutan Kenya dan diketahui adanya
kandungan alelopati yang terdapat pada daun jambu biji. Kandungan
senyawa alelopati yang terdapat pada daun Psidium guajava ini terdiri dari
flavonoid, terpenoid, kumarin, asam sianogen. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2016 terhadap 4 spesies
tanaman di hutan Tropis Kakamega, Kenya Barat yaitu Cordia africana,
Diospyros mespiliformis, Croton megalocarpus, dan Markhamia lutea.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa adanya kandungan alelopati
yang terdapat pada daun jambu biji yang menyebabkan terhambatnya
perkecambahan, pertumbuhan tunas, dan akar pada pada 4 spesies tanaman
tersebut. Namun dampak alelopatinya tidak terlalu signifikan terhadap
tanaman Markhamia lutea dan Diospyros mespiliformis. Efek
penghambatan yang ditimbulkan semakin meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi, dan efek penghambatan yang lebih signifikan
terdapat pada pemberian ekstrak daun kering dibandingkan ekstrak daun
segar.
Peneliti tertarik dalam membandingkan kandungan alelokimia yang
terdapat pada daun jambu biji baik daun segar maupun daun kering
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah
keriting. Apabila kedua daun tersebut dapat menghambat perkecambahan
dan pertumbuhan cabai merah keriting, maka perlu dipertimbangkan untuk
berada di sekitar budidaya tanaman cabai merah keriting.
6
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Adanya perbedaan karakteristik alelopati antara ekstrak daun segar dan
daun kering jambu biji merah terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah cabai merah keriting.
Hipotesis statistik (Statstical hypothesis)
H0 : µ0 = µ1
H1 : µ0 ≠ µ1
Keterangan :
µo = variable pertumbuhan kontrol
µ1 = variable pertumbuhan perlakuan
Hipotesis diterima jika H0 ditolak atau H1 diterima.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Jambu Biji Merah( Psidium guajava L.)
1. Klasifikasi Tanaman Jambu Biji Merah
Klasifikasi tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) menurut Natural
Resources and Conservation Service, USDA (2018), adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
2. Deskripsi Tanaman Jambu Biji Merah
Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. adalah pohon kecil asli
Amerika Selatan yang berasal dari keluarga Myrtaceae. Pohon ini
dikenal sebagai pohon medis karena telah digunakan sebagai tanaman
obat tradisional di seluruh dunia untuk sejumlah penyakit. Ada dua
varietas yang paling umum dari jambu biji yaitu jambu biji merah
8
(Psidium guajava var. pomifera) dan jambu biji putih (Psidium
guajava var. pyrifera) (Kaneria M, 2011). Tanaman jambu biji ini
dapat tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, di tempat yang
terbuka, dan banyak mengandung air. Tanaman jambu biji (Psidium
guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari
permukaan laut. Tanaman ini dapat berbunga sepanjang tahun.
Tanaman jambi biji ini merupakan tanaman perdu atau pohon kecil,
dengan tinggi sekitar 2 m sampai 10 m, dengan percabangan yang
banyak. Batangnya keras dan berkayu, kulit batang licin dan berwarna
coklat kehijauan (Septia, 2010).
Jambu biji (Psidium Guajava L.) banyak tersebar di Asia Tenggara
salah satunya Indonesia, Asia Selatan, India dan Sri Lanka. Jumlah dan
jenis tanaman ini cukup banyak, diperkirakan sampai saat ini sekitar
150 spesies di dunia dan mudah dijumpai di seluruh daerah tropis dan
subtropis. Tanaman ini banyak di budidayakan di pekarangan rumah
juga termasuk tanaman yang sangat adaptif karena mampu tumbuh
tanpa ada pemeliharaan khusus. Salah satunya di daerah Jawa banyak
ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman buah, dan banyak tumbuh
alamiah di tepi dan padang rumput (Nety, 2008).
9
3. Morfologi dan Manfaat Daun Jambu Biji
Berikut adalah gambar morfologi jambu biji merah meliputi
bunga,buah,daun, dan pohon.
Keterangan :
A. Pohon
B. Bunga
C. Buah
D. Daun
Gambar 1. Morfologi Psidium guajava berlokasi di Situ Gede
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun
bertangkai (gambar 1). Apabila dilihat dari letak bagian daun
terlebarnya, daun yang terlebar berada ditengah-tengah dan memiliki
bagian jorong pada ujung daunnya dengan perbandingan panjang :
lebarnya adalah 1,5 – 2 cm : 1 cm. Daun jambu biji (Psidium guajava
L.) memiliki tulang daun yang menyirip dan memiliki 1 ibu tulang
daun yaitu dari pangkal daun ke ujung daun yang merupakan terusan
dari tangkai daun. Di samping ibu tulang daun terdapat cabang tulang-
tulang daun yang kecil sehingga susunannya sangat mirip dengan
susunan sirip ikan. Ujung daun jambu biji adalah daun yang tumpul
10
dan umumnya warna daun bagian atas tampak lebih hijau
dibandingkan bagian bawah daun (Renata, 2012).
Daun jambu biji juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional
dan sudah banyak pembuatan produk herbal dari sediaan jambu biji.
Hal ini disebebkan karena daun jambu biji mengandung flavonoid,
tanin (17,4 %), fenolat (575,3 mg/g) dan minyak atsiri. Daun jambu
biji juga memiliki efek farmakologis seperti antidiare, antiinflamasi,
analgesic, antidiabetes, antibakteri, anti pertensi dan penambah
trombosit. Adapun Kandungan dari daun Psidium guajava L. yang
memiliki efek farmakologi sebagai antidiare karena diketahui
mengandung beberapa bahan aktif antara lain seperti flavonoid, tanin,
minyak atsiri, alkaloid, guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam
malat, damar, dan asam oksalat (Biswas et al., 2013).
4. Alelopati Daun Jambu Biji Merah
Alelopati dapat didefinisikan sebagai suatu fenomena di mana satu
tanaman dapat mempengaruhi tanaman lain melalui pelepasan bahan
kimia ke dalam lingkungan (Zhao-hui et al., 2010). Sehingga alelopati
dapat menyebabkan tanaman lain menderita (Khan et al., 2014).
Prinsip utama alelopati adalah suatu tanaman dapat menghasilkan
senyawa kimia yang dikenal sebagai bahan kimia alel atau alelokimia
yang dapat mengubah pertumbuhan dan fungsi fisiologis dari tanaman
lain yang menerimanya (Kowthar et al., 2010).
11
Senyawa alelopati meliputi senyawa metabolit sekunder yang
dilaporkan memiliki aktivitas alelopati seperti fenolik, alkaloid,
terpenoid, poliasetilena, steroid, dan minyak esensial. Senyawa
alelopati termasuk ke dalam golongan metabolit sekunder. Namun ada
beberapa metabolit primer tertentu yang juga memiliki peranan dalam
alelopati, seperti asam palmitat dan stearat (Inderjit & Keating, 1999).
Pada bidang agroekosistem, sebagian besar senyawa alelopati
kemungkinan dihasilkan oleh gulma, tanaman berkayu, tanaman
pangan, dan hortikultura (semusim), serta mikroorganisme. Alelopati
yang dihasilkan dari tanaman gulma dapat dikeluarkan dalam bentuk
eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition),
senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, dan
melalui pencucian (leaching) dari organ bagian luar (Qasem & Foy,
2001).
Alelokimia bersifat ramah lingkungan karena dilepaskan secara singkat
ke lingkungan sehingga bebas dari masalah yang terkait dengan bahan
kimia sintetis atau herbisida kimia (Dawood et al., 2012). Sedangkan
didalam tanah, senyawa alelopati atau alelokimia dapat dalam keadaan
bebas atau berikatan dengan partikel tanah yang bersifat dapat balik
(reversible) maupun tidak dapat balik (Inderjit & Keating, 1999).
Beberapa ilmuwan telah memilih untuk mencari cara alternatif dalam
mengelola gulma dan meningkatkan produksi tanaman. Salah satunya
yaitu dengan alelopati. (Dawood et al., 2012). Senyawa alelopati dari
12
tumbuhan atau mikroorganisme yang berpengaruh sebagai herbisida
sangat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan dan
kelestarian lingkungan (Singh et al. 2003).
Selain tercatat sebagai salah satu spesies invasive karena telah
mendominasi tanaman di hutan Tropis Kakamega, Kenya Barat
(Kifcon, 1994). Daun Psidium guajava ini juga dapat menghambat
tanaman gulma yaitu Cassia occidentalis. Cassia occidantalis adalah
tanaman gulma yang tersebar diseluruh dunia dengan nama yang
berbeda-beda tergantung tempat tumbuhnya. Penelitian ini dilakukan
oleh Kawawa et al., (2016), yang berhasil membuktikan bahwa adanya
efek alelopati dari ekstrak daun kering dan daun segar Psidium
guajava yang dapat menekan dan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan dari gulma Cassia occidentalis. Sebuah perbandingan
antara kedua ekstrak daun mengungkapkan bahwa ekstrak daun kering
memiliki efek penghambatan yang signifikan terhadap Cassia
occidantalis dibandingkan dengan ekstrak daun segar pada konsentrasi
tinggi yaitu 20%.Oleh karena itu, daun Psidium guajava memiliki efek
phytotoxic kuat terhadap Cassia occidentalis. Alelokimia yang
terdapat pada daun Psidium guajava dapat digunakan sebagai molekul
utama mensintesis bioherbisida. Sehingga dapat digunakan petani
dalam pengendalian gulma dalam meningkatkan produksi tanaman.
13
Alelokimia yang melekat pada Psidium guajava terdiri dari terpenoid,
flavonoid, kumarin, asam sianogen (Chapla & Campos, 2010).
Senyawa alelokimia ini memiliki aktual atau potensial phytotoxicity
(Bhadoria, 2011). Senyawa alelokimia ini dapat menghambat
perkecambahan biji dan pertumbuhannya dengan memblokir hidrolisis
nutrisi cadangan dan pembelahan sel sehingga menyebabkan
penurunan yang signifikan dalam persentase perkecambahan dan
pertumbuhan bulu kecil dan radikal pada berbagai spesies tanaman
(Khan et al., 2014). Dalam beberapa kasus, alelokimia juga mengubah
permeabilitas membran, mengganggu pembentukan klorofil,
menghambat sintesis protein dan menonaktifkan aktivitas dan fungsi
hormon dan enzim tertentu (Namkeleja et al., 2014).
Efek penghambatan terhadap respon spesies tergantung terhadap
konsentrasi yang berbeda-beda . Fenomena ini telah dilakukan oleh
Yarnia et al,. (2009) dan Ghorbanli et al., (2011), di mana dampak
penghambatan berbagai ekstrak dari spesies invasif meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi. Diantaranya ekstrak daun kering dan daun
segar. Ekstrak daun kering berwarna cokelat memiliki efek penekanan
yang signifikan pada spesies asli yaitu pada konsentrasi 20%
dibandingkan dengan ekstrak daun hijau segar pada konsentrasi yang
sama. Berdasarkan penelitian Ashafa et al., ( 2012), menjelaskan
bahwa ekstrak daun kering dapat menurunkan presentase
perkecambahan Cassia occidentalis. Hal ini mungkin disebabkan
14
karena saat proses pengeringan daun terjadi pengumpulan senyawa
alelokimia yang menyebabkan daun kering memiliki efek
penghambatan penyerapan air oleh biji Cassia occidentalis.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa ekstrak daun kering Eugenia
dysenterica lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan tunas dan
akar pada tanaman wijen dan lobak dibandingkan dengan ekstrak air
daun segar . Ekstrak daun Eugenia dysenterica mengakibatkan
pertumbuhan abnormal bibit yaitu, akar pendek, akar jaringan gelap,
awal perkembangan akar lateral, jumlah kurang dari akar rambut dan
akar lateral dan diubah respon gravitropic. Namun pada penelitian ini
ekstrak tidak mempengaruhi perkecambahan tetapi secara drastis
mempengaruhi pertumbuhan bibit. Tanaman Eugenia dysenterica
merupakan salah satu tanaman yang berasal dari brasil dan merupakan
tanaman yang satu family dengan Psidium guajava yaitu Myrtaceae
(Pina et al., 2009).
15
B. Tanaman Cabai Merah Keriting
1. Klasifikasi Tanaman Cabai Merah
Klasifikasi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) menurut
Natural Resources and Conservation Service, USDA (2018), adalah
sebagai berikut
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Capsicum
Jenis : Capsicum annuum L.
2. Deskripsi Cabai Merah Keriting
Tanaman cabai merah keriting (Capsicum annuum L.) berasal dari
Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan termasuk ke dalam family
Solanaceae. Beratus tahun sebelum Colombus mendarat di Benua
Amerika, sudah banyak species cabai yang dibudidayakan oleh
masyarakat setempat. Penyebaran tanaman ini ke Benua Eropa dan
asia dimulai pada tahun 1500. (Wahyudi, 2011). Walaupun pada
awalnya dikembangkan oleh Negara-negara di Eropa, tetapi produksi
cabai dunia saat ini justru tidak terpusat di Eropa, melainkan di daerah-
daerah tropis yang jauh dari benua dingin tersebut (Setiadi, 2012).
Seiring dengan perkembangannya di berbagai belahan dunia, telah
16
ditemukan ratusan varietas cabai. Pengelompokan varietas cabai
biasanya didasarkan pada ciri-ciri bentuk dan ukuran buah, warna
buah, rasa, bentuk dan ukuran daun, bentuk dan ukuran tanaman, serta
beberapa ciri lain yang dapat membedakan antara satu kultivar dengan
kultivar yang lain (Wahyudi, 2011).
Ada beberapa jenis cabai yang umumnya dibudidayakan, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Cabai merah
Cabai merah yang memiliki nama latin Capsicum annuum
merupakan tanaman primadona dari cabai lainnya. Cabai ini dapat
tumbuh subur tanpa memperhatikan ketinggian tempat tumbuhnya,
yaitu dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai
merah di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai
merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai
merah besar halus dengan panjang 10 cm serta diameter 0.5 sampai
1 cm. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping
dengan panjang 8 sampai 12 cm dengan diameter 1 sampai 1.5 cm
(Nurfalach, 2010).
2. Cabai rawit
Cabai rawit memiliki nama latin Capsicum frutescens L.
merupakan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek yang
tumbuh sebagai perdu atau semak. Tanaman ini memiliki batang
17
dengan struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap,
berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Tanaman ini
memiliki bunga yang tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan
mahkota berwarna putih (Palar, 2016). Cabai rawit ini mmiliki rasa
yang pedas dibandingkan dengan tanaman cabai lainnya. Cabai ini
mengandung kadar minyak atrisi yang tinggi. Bentuk buah cabai
rawit pada umumnya memiliki panjang 1 sampai 2 cm dengan
diameter 0.5 sampai 1 cm (Setiadi, 2008).
3. Cabai hibrida
Cabai ini didapatka dari hasil persilangan benih atau bibit yang
telah diseleksi dengan metode pemuliaan yang modern. Salah satu
jenis cabai hibrida yang cukup dikenal adalah paprika. Paprika
(Capsicum annuum kultivar-grossum) merupakan salah satu
komoditi sayuran yang dimanfaatkan buahnya. Buah cabai ini
terlihat seperti buah apel merah yang kecil atau menyerupai buah
tomat yang lonjong. Panjang buahnya berkisar antara 2 sampai 5
cm. Rasanya tidak pedas dan cenderung manis. Kulit dan daging
buahnya tebal, bijinya sangat sedikit. Kulit buahnya berwarna hijau
saat masih muda, setelah tua akan menjadi merah muda dan ketika
buahnya masak akan berwarna merah tua (Demmassabu, 2011).
18
4. Cabai hias
Jenis cabai ini sering ditanam dan dimanfaatkan sebagai tanaman
hias dalam pot. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai tanaman
penghias halaman atau ruang depan. Cabai hias ini memiliki
berbagai jenis antara lain cabai kapur, cabai polong, cabai jepang,
dan cabai payung. Bentuk cabai hias bervariasi yaitu menyerupai
cabai rawit, bulat seperti kelereng dan ada yang memiliki bentuk
pipih (Dermawan, 2010).
Cabai merah keriting kultivar Ferosa merupakan cabai keriting tipe
sumatera yang dikembangkan oleh PT. Benih Citra Asia. Kultivar ini
toleran terhadap penyakit antranoksa. Buah berwarna merah
mengkilap, lentur dan tidak patah. Buah lebat dan tidak mudah rontok.
Umur panen 90-100 hasil sebelum tanam dan menghasilkan produksi
1 kg/tanaman. Kultivar ini mempunyai vigor yang baik dan cocok di
semua ketinggian tempat (Keputusan Menteri Pertanian, 2011).
3. Morfologi Cabai Merah Keriting
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan subur di berbagai tempat tanpa
memperhatikan ketinggiannya. Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung varietasnya. Sebagian
besar sentra produsen cabai merah berada didataran tinggi dengan
ketinggian antara 1.000 sampai 1.250 meter dari permukaan laut.
Walaupun di dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga
19
diperoleh hasil yang memuaskan, namun di daerah pegunungan
buahnya dapat lebih besar dan manis. Rata-rata suhu yang baik adalah
antara 210 sampai 280 0C. Suhu udara yang lebih tinggi menyebabkan
buahnya sedikit (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Adapun buah cabai merah keriting dapat dilihat pada gambar 2. yang
dicirikan dengan bentuk buah yang panjang dan ramping serta ujung
buah lancip dengan permukaan kulit buah yang berkerut dan
cenderung mengeriting, dan berwarna merah ketika buah masak.
Daging buah tipis dengan rasa pedas dan aroma yang menyengat. Daun
berukuran lebih kecil daripada cabai besar, dengan warna hijau sampai
hijau tua. Pertumbuhan tanaman mampu mencapai ketinggian 1.5
meter pada penanaman di tanah (Wahyudi, 2011).
Gambar 2. Buah Cabai Merah Keriting (Capsicum annuum L.) (Regita, 2013).
20
4. Kandungan Gizi Cabai Merah Keriting
Adapun kandungan dari Cabai merah keriting (Capsicum annuum L.)
terdiri dari berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan
manusia. Di dalam 100 gram cabai segar terkandung energy 40 Kcal,
karbohidrat 8,81 gram, protein 1,87 gram, lemak 0,44 gram, viamin A,
thiamin 0,72 mg, riboflavin 0.086 mg, pyridoxine 0,506 mg, vitamin E
0,69 mg. Selain itu cabai merah juga mengandung lasparaginase dan
capsaicin yang berperan sebagai senyawa antikanker. Selain itu cabai
juga mengandung mineral penting seperti kalium, mangan, zat besi dan
magnesium (Syukur et al., 2013).
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2018, di
Laboraturium Botani I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah beaker glass,
erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, corong, tabung reaksi dan
raknya, mortal dan penggerus, blender, centrifuge, oven, neraca digital,
spektrofotometer UV, gunting, mistar, gelas plastik, pisau, dan
saringan.
2. Bahan
Bahan –bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai
keriting tipe sumatra varietas ferosa, daun jambu biji merah, alcohol
96%, tissue, aquadest, kertas saring Whatman no.1.
22
C. Variabel dan Parameter Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah daya kecambah, panjang tunas, berat
segar akar, berat kering akar, berat segar tunas, berat kering tunas, berat
segar kecambah, berat kering kecambah, rasio tunas akar, kadar air
relative, kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total. Parameter
penelitian ini adalah nilai tengah (µ) semua variable pertumbuhan
kecambah.
D. Rancangan Percobaan
Percobaan dilaksanakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Pina et al., (2009) yaitu menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan eksrak daun segar dan daun kering jambu biji merah sebagai faktor
utama. Ada 5 taraf konsentrasi yang digunakan yaitu 0 % v/v (kontrol),
1% v/v, 3 % v/v (daun segar), dan 1 % b/v, 3 % b/v (daun kering).
Masing- masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan.
Notasi perlakuan dan ulangan ditunjukkan pada Tabel 1.Tabel 1. Notasi perlakuan dan ulanganUlangan Konsentrasi ekstrak daun jambu biji
Kontrol Daun segar Daun kering
0 % 1 % 3 % 1 % 3 %
1 K0U1 K1U1 K2U1 K3U1 K4U1
2 K0U2 K1U2 K2U2 K3U2 K4U2
3 K0U3 K1U3 K2U3 K3U3 K4U3
4 K0U4 K1U4 K2U4 K3U4 K4U4
5 K0U5 K1U5 K2U5 K3U5 K4U5
23
Keterangan :
K0 = Kontrol
K1-K2 = Konsentrasi Ekstrak daun segar jambu biji merah
K3-K4 = Konsentrasi Ekstrak daun kering jambu biji merah
U1-U5 = Ulangan
E. Cara Keja
1. Pembuatan Ekstrak Daun Segar Jambu Biji Merah
Pembuatan ekstrak daun segar sesuai dengan penetian Pina et al.,
(2009), yaitu dengan mengumpulkan daun jambu biji merah dari
lapangan secukupnya, kemudian sebanyak 50 gram daun jambu biji
merah diblender dan dicampur dengan 1000 ml aquadest. Lalu
didiamkan selama 24 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring
Whatman no.1. lalu diencerkan sesuai dengan konsentrasi yang telah
ditentukan yaitu 1% v/v dan 3% v/v.
Tabel 2. Pengenceran Ekstrak Daun Segar Jambu Biji Merah
Konsentrasi (v/v) Jumlah Ekstrak(ml)
Volume Aquadest(ml)
0 % 0 0
1 % 1 99
3 % 3 97
24
2. Pembuatan Ekstrak Daun Kering Jambu Biji Merah
Pembuatan ekstrak daun kering sesuai dengan penetian Pina et al.,
(2009) dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan mengumpulkan daun
jambu biji merah dari lapangan secukupnya, kemudian dikering-
anginkan 1 minggu dan dioven pada suhu 70o C hingga 80o C selama
2 jam, lalu diblender sampai halus lalu diayak hingga mendapatkan
bubuknya. Masing – masing bubuk daun kering jambu biji merah yang
telah didapatkan sebanyak 1 gram dan 3 gram dilarutkan ke dalam 100
ml air dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian
larutan disaring dengan kertas Whatman no.1 lalu didapatkan ekstrak
air daun kering jambu biji merah dengan konsentrasi 1% dan 3%.
Tabel 3. Pelarutan Bubuk Daun Kering Jambu Biji Merah
Konsentrasi (b/v) Jumlah Bubuk (gr) Jumlah aquadest(ml)
1 % 1 100
3 % 3 100
3. Perkecambahan Benih Cabai Merah Keriting
Seleksi benih dilakukan dengan cara merendam benih dalam aquades
selama 10 menit. Benih yang mengapung dibuang, sedangkan benih
yang tenggelam diambil untuk dikecambahkan. Benih yang telah
diseleksi kemudian di rendam dalam masing-masing konsentrasi
ekstrak air daun jambu biji yaitu 0 % (kontrol), 1 %, dan 3 % selama
24 jam. Selanjutnya benih cabai merah yang telah diseleksi dan
25
direndam diletakkan menyebar kedalam 5 nampan plastik yang telah
dilapisi oleh tissue dan sudah dibasahi dengan aquadest untuk
dikecambahkan. Jumlah benih cabai yang digunakan dalam masing-
masing nampan plastik adalah 100 butir benih cabai merah, sehingga
total benih yang digunakan adalah 500 butir benih cabai merah
keriting. Kemudian pengamatan jumlah benih yang berkecambah
dilakukan selama 7 hari setelah penaburan benih pada masing-masing
nampan plastik yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
terhadap presentase benih yang berkecambah.
Tata letak nampan adalah sebagai berikut
Gambar 3. Tata Letak Benih Cabai Merah Keriting yangdikecambahkan didalam nampan
4. Studi Pertumbuhan Kecambah
Wadah yang digunakan untuk pertumbuhan perkecambahan adalah
gelas plastik yang sudah dicuci bersih dan dilap kering. Gelas plastik
yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah ini sebayak 25 buah.
Konsentrasi
0% v/v
Konsentrasi 1%
v/v (ekstrak daun
segar jambu biji
merah
Konsentrasi 3%
v/v (ekstrak daun
segar jambu biji
merah
Konsentrasi 1%
b/v (ekstrak daun
kering jambu biji
merah
Konsentrasi 3%
b/v (ekstrak daun
kering jambu biji
merah
26
Benih yang sudah berkecambah dipindahkan kedalam gelas plastik
yang telah dilapisi dengan tissue dan dibasahi dengan aquadest.
Masing-masing gelas plastik diisi dengan 1 kecambah kemudian di
beri label dengan notasi perlakuan dan ulangan. Setiap gelas diberi
ekstrak air daun jambu sebanyak 10 ml. Kemudian dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman selama 7 hari.
Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan
Keterangan :
= Konsentrasi 0% (Kontrol)
= Konsentrasi 1% ekstrak daun segar jambu biji
K1U1 K0U3 K1U2 K4U4 K2U4
K0U1 K1U5 K2U3U3
K1U4 K3U3
K2U4 K3U1 K0U2 K2U5 K0U5
K4U3 K2U1 K4U1 K3U5 K4U5
K3U4 K4U2 K3U2 K1U3 K0U4
27
= Konsentrasi 3% ekstrak daun segar jambu biji
= Konsentrasi 1% ekstrak daun kering jambu biji
= Konsentrasi 3% ekstrak daun kering jambu biji
F. Pengamatan
1. Daya kecambah
Menurut ISTA (2006), daya kecambah dirumuskan sebagai berikut:
Daya Kecambah = × 100 %
Keterangan:
A = jumlah benih yang berkecambah
B = jumlah benih yang ditanam
2. Panjang Tunas Kecambah
Panjang tunas diukur dari pangkal batang sampai ujung tanaman
dengan menggunakan mistar atau penggaris dalam satuan cm.
pengukuran dilakukan selama 7 hari.
28
3. Berat Segar (Akar, Tunas, Dan Kecambah)
Pengukuran berat segar dilakukan dengan menimbang akar, tunas
menggunakan neraca digital. Sedangkan pengukuran berat segar
kecambah dilakukan dengan menambahkan berat segar akar dan tunas.
Berat segar dinyatakan dalam satuan milligram.
4. Berat Kering (Akar, Tunas, Dan Kecambah)
Setelah mengukur berat segar tanaman cabai, kemudian dikeringkan
menggunakan oven selama 2 jam pada suhu 130 ºC untuk
menghilangkan kadar air. Kemudian ditimbang kembali menggunakan
timbangan digital sebagai berat kering dan dinyatakan dalam satuan
milligram.
5. Rasio Tunas Akar
Rasio tunas akar dinyatakan sebagai perbandingan berat kering tunas
dan akar (Yuliana et al., 2013) :
Rasio tunas akar =
6. Kadar air relatif
Kadar air relative kecambah di tentukan Menurut Yamasaki dan
Dillenburg (1999) dengan rumus :
Kadar Air Relatif = × 100%
29
Keterangan :
M1 = Berat Segar
M2 = Berat Kering
7. Kandungan Klorofil (klorofil a,b, dan total)
Kandungan klorofil ditentukan menurut Miazek (2002), 0.1 gram daun
kecambah cabai merah digerus sampai halus di dalam mortar, dan
ditambahkan 10 ml etanol 95% . Ekstrak disaring kedalam tabung
reaksi. Ekstrak diukur absorbansinya pada panjang gelombang 648 dan
664 nm. Kandungan klorofil dinyatakan dalam miligram per gram
jaringan dan dihitung dalam persamaan berikut :
Chla = 13.36.A664 – 5.19.A648 (v/w×1000)
Chlb = 27.43A648 – 8.12.A664 (v/w×1000)
Chl total = 22.24 A648 – 5.24 A664 (v/w×1000)
Keterangan :
Clha = klorofil a
Clhb = klorofil b
A664 = absorbansi pada panjang gelombang 664 nm
A648 = absorbansi pada panjang gelomabang 648 nm
G. Analisis data
Data perkecambahan benih ditentukan berdasarkan jumlah persentasi
benih yang berkecambah. Data hasil pengukuran (variabel) pertumbuhan
kecambah benih diuji homogeneitasnya dengan uji Levene pada taraf
30
nyata 5%. Jika terdapat perbedaan pada perlakuan maka dilanjutkan uji
lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dilakukan pada taraf
nyata 5%. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun kering lebih signifikan dalam menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabai merah keriting pada
konsentrasi tinggi yaitu 3% dibandingkan ekstrak daun segar pada
konsentrasi yang sama.
2. Daun kering lebih banyak mengandung senyawa alelokimia. Hal ini
disebabkan pada saat daun mengering atau proses pengeringan daun
terjadi pengumpulan senyawa alelokimia. Sedangkan pada daun segar
terdapat kandungan senyawa lain selain dari senyawa alelokimia
seperti air.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian efek ekstrak daun segar jambu biji merah
dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan pada tanaman
cabai merah keriting atau tanaman lainnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 1999. Potensi alelopati akar rimpang alang-alang (Imperata cylindrical (L.)Beauv.) terhadap Mimosa pudica L. Stigma. Vol.7. no.1. hal 66-68.
Ashafa, A. O. T., Ogbe, A. A., & Osinaike, T. 2012. Inhibitory effect of mango(Mangifera indica L .) leaf extracts on the germination of Cassiaoccidentalis seeds. African Journal of Agricultural Research. Vol. 7(3).
Biswas B, Rogers K, McLaughlin F, Daniels D, Yadav A. 2013. Antimicrobialactivities of leaf extracts of guava (Psidium guajava L.) on two gramnegative and gram positive bacteria. International Jurnal ofMicrobiology.
Bhadora, P.B.S. 2011. Allelopathy A Natural Way towards Weed Management.American Journal of Experimental Agriculture. Vol.1(1).
Chapla, T. E., & Campos, J. B. 2010. Allelopathic Evidence in Exotic Guava(Psidium guajava L.). Brazilian Archives of Biology and Technology.Vol. 53(6).
Chollom, S. C., Agada, G. O. A., Bot, D. Y., Okolo, M. O., Dantong, D. D.,Choji, T. P., Bigwan, E. I. (2012). Phytochemica l Analysis andAntiviral Potential of Aqueous Leaf Extract of Psidium guajavaAgainst Newcastle Disease Virus in ovo. Journal of AppliedPharmaceautical Science. Vol. 2(10).
Dawood, M.G., El-wadi M.E & El-rokiek, K. 2012.Physiological Impact ofFenugreek, Guava and Lantana on the Growth and Some ChemicalParameters of Sunflower Plants and Associated Weeds. Journal ofAmerican Science. Vol. 8(6).
Ghorbanli, M., Gran A. dan Zolfaghary A. 2011. Studi tentang allelopati potensialdi tiga spesies Glaucium Mill. pada Sinapis arvensis L. Iranian Journalof Plant Physiology. Vol. 2(1).
Harpenas, Asep & R. Darmawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. PenebarSwadaya. Jakarta.
49
Hidayati, N., Rina, L. H., Arie T., dan Sudjino. 2017. Pengaruh KekeringanTerhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Nyamplung(Callophylum inophyllum L.) dan Johar (Cassia florida Vahl.) dariPovenan yang berbeda. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol 11. No2. Hal 7.
Inderjit, Keating KI. 1999. Allelopathy: principles, procedures, processes, andpromises for biological control. Advances in Agronomy. Vol 67. SanDiego.
ISTA. 2006. International Rules For Seed Testing: Edition 2006. TheInternational Seed Testing Association. Bassersdorf. Switerland.
Kaneria M, Chanda S. 2011. Phytochemical and Pharmacognostic Evaluation ofLeaves of Psidium guajava L. (Myrtaceae). Pharmacog Juournal. Vol.3.
Kawawa, R.C.A., Muyekho F. N., Obiri, J.F., Agevi, H., and Obiet, L . 2016. TheAllelopathic Impact of Psidium guajava L. Leaf Extracts on theGermination and Growth of Cassia occidentalis L. Seeds . Journal ofAgriculture and Veterinary Science. Vol. 9.
Kawawa, R. C. A., Obiri, J. F., & Muyekho, F. N. 2016. The role of Psidiumguajava L., seed bank asa strategy for its successful invasion ofKakamega Rainforest, Western Kenya. Asian Journal of Basic andApplied Sciences. Vol. 3(2), 1–6.
Keputusan Menteri Pertanian. 2011. Pelepasan Cabai Keriting Ferosa SebagaiVarietas unggul. Departemen Pertanian. Hal.4.
Khan, R. A., Iqbal, K., Hussain, A., & Azeem, S. 2014. International journal ofenvironment. International Journal of Enviroment. Vol.1(3).
KIFCON - Kenya Indigenous Forest Conservation Programme. 1994. KakamegaForest: The Official Guide. Forest Dept., Nairobi. Kenya.
Kitajima K, Hogan KP (2003). Increases of chlorophyll a/b ratios duringacclimation of tropical woody seedlings to nitrogen limitation and highlight. Plant Cell and Environment. Vol. 26(6):857- 865.
Kowthar, G., El-masry, R. R., Messiha, N. K., & Ahmed, S. A. 2010. TheAllelopathic Effect of Mango Leaves on the Growth and PropagativeCapacity of Purple Nutsedge ( Cyperus rotundus L .). Journal ofAmerican Science. Vol. 6(9).
50
Marpaung, Y. A. Br., dan A. Hartana. 2014. Status Taksonomi Psidium cujavillusBurm.f. Floribunda. Vol. 5 (1). Bogor.
Miazek, K. 2002. Chlorophyll Extraction From Harvested Plant MaterialSupervisor. Prof. Dr. Ha. Inz. Stainslaw Lekadowicz.
Namkeleja, HS, Tarimo, MTC, & Ndakidemi, PA. 2014. Alelopati EfekArgemone mexicana untuk Pertumbuhan asli Spesies Tumbuhan.American Journal of Ilmu Tanaman. Vol. 5.
Nety Nurazizah. 2008. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Daun JambuBiji (Psidium guajava L.) sebagai Anti bakteri Dari Bakteri E.Coli danStaphylococus Aureus. UIN Malang. Malang.
Nurfalach, D.R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) DiUPTD Perbibitan Tanaman Hortikultura Desa Pakopen KecamatanBandungan Kabupaten Semarang. Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Nursanti. 2008. Pemanfaatan Pupuk Bio-organik terhadap Beberapa Sifat KimiaUltisol dan Populasi Mikroba Rhizosfer serta Hasil Cabai (Capsicumannuum L.). Jurnal Agronomi. Vol. 12 (2). Jambi.
Palar, N., Paulus, A. P., dan Ellen, G. T. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhiharga cabai rawit di kota Manado. Universitas Sam Ratulangi.Manado.
Pane, S. I., L. Mawarni, T. Irmansyah. 2013. Respon Pertumbuhan KedelaiTerhadap Pemangkasan Dan Pemberian Kompos TKKS Pada LahanTernaungi. Jurnal Online Agroeteknologi. Vol. 2 (1).
Pebriani, Riza L., Mukarlina. 2013. Potensi Ekstrak Daun Sembung Rambat(Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida Terhadap GulmaMaman Ungu (Cleome rutidosperma D.C) dan Rumput Bahia(Pashpalum notatum Flugge). Protobiont. Vol. 2 (2). Hal 32-38.
Perez Gutierrez RM, Mitchell S, Solis RV. 2008. Psidium guajava L.: Sebuahreview penggunaan tradisional, fitokimia dan farmakologi. JournalEthnopharmacol. Vol. 117.
Pina, G. O., F. Borghetti, C. E. S. Silveira, L. A. R. Pereira. 2009. Effects OfEugenia dysenterica Leaf Extracts On The Growth OfSesame And Radish. Allelopathy Journal. Vol. 23 (2).
Prabaningrum, L., T. K. Moekasan, W. Setiawati, M. Prathama, A. Rahayu. 2016.Modul Pendampingan Pengembangan Kawasan Pengelolaan TanamanTerpadu Cabai. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura
51
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. KementerianPertanian.
Purwanto, J. dan Aminah, A. Titik,S. 2012. Pengaruh media tanam arang sekamdan batang pakis terhadap pertumbuhan cabai merah keriting(Capsicum annum L.) Ditinjau dari intensitas penyiraman air kelapa.:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS. Surakarta.
Qasem JR, Foy CL. 2001. Weed allelopathy, its ecological impacts and futureprospects. Journal of Crop Production. Vol. 4.
Renata Ayuni. 2012. Khasiat Selangit Daun-Daun Ajaib Tumpas BeragamPenyakit, Alaska. Yogyakarta. Hlm. 130.
Regita, Arie. 2013 Ketahanan Kultivar Cabai Merah (Capsicum annuum L.)Terhadap Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & bisby PenyebabPenyakit Antraknosa. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Skrzypek, E., Repka, P., Swakon,A,S., Krasny, B,B., Mozdzen, K. 2015.Allelopathic Effect of Aqueous Extracts from the Leaves ofPeppermint (Mentha × piperita L.) on Selected PhysiologicalProcesses of Common Sunflower (Helianthus annuus L.). Academic
Press. Vol. 43(2):335-342.
Septia Anggraini. 2010. Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet EkstrakDaun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan PenghancurSodium Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Setiadi.2008. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. hal. 183
Setiadi. 2012. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.
Singh HP, Batish DR, Kohli RK. 2003. Allelopathic interaction andallelochemicals: new possibilities for sustainable weed management.Journal Critical Reviews in Plant Science. Vol. 22.
Syukur, M., Yunianti, dan Dermawan. 2013. Sukses Panen Cabai Tiap Hari.Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Bina Karya Tani.2009. Pedoman Bertanam Cabai. Cetakan I. Yrama Widya.Bandung.
Tulung, S. M. T., dan S. Demassabu. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Paprika(Capsicum annum var. grossum) Pada Berbagai Jenis Naungan. JournalEugnia. Vol. 17 nomor. 2.
52
USDA. 2018. Klasifikasi Tananaman Jambu Biji. Natural Resources ConservationService. USA
USDA. 2018. Klasifikasi Tananaman Cabai Merah. Natural ResourcesConservation Service. USA.
Wahyudi.2011. Panen Cabai Sepanjang Tahun. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yamasaki, S. dan Dillenburg, L. R. 1999. Meansurement Of Leaf Relative ContentIn Araucaria Angusitifolia Revista Brarileira De Fisiologis Fegetal.Vol. 11 No. 2
Yarnia, M., Khorshidi B., and Farajzadeh, M. T. E. 2009. Allelopathic effects ofsorghum extracts on Amaranthus retroflexus seed germination andgrowth. Journal of Food, Agriculture & Environment. Vol. 7.
Yuliana, N., Ermavitalini. D., dan Agisimanto, D. 2013. Efektivitas metapolin(Mt) dan NAA terhadap pertumbuhan in vitro stroberi (Fragarlaananassa Var. Dorit) pada media Ms cair dan ketahanannya di mediaaklimitasi. Jurnal Sains dan Seni Pornits. Vol.2.
Zhao-hui, L., Qiang, W., Xiao, R., Cun-De, P., & De-An, J. 2010. Fenolat danTanaman allelopathy. Molekul. Vol.15.