ade maiditasari f16112008 alelopati

24
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN Alelopati Oleh ADE MAIDITASARI (F16112008) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: ade-maiditasari

Post on 22-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

Alelopati

Oleh

ADE MAIDITASARI

(F16112008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015

Page 2: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan dapat mengeluarkan senyawa alelopati melalui organ

yang berada di atas tanah maupun yang berada di bawah tanah. Demikian

juga tumbuhan yang mati pun dapat melepaskan senyawa alelopati melalui

organ yang berada di atas tanah meupun yang di bawah tanah. Alang-alang

(Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup

mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah

mati beik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah

sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati (Moenandir, 1988).

Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain:

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, yaitu dengan

menurunkan kecepatan penyerapan ion oleh tumbuhan.

2. Beberapa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.

3. Beberapa alelopati dapat menghambat pertumbuhan, yaitu dengan

mempengaruhi perbesaran sel tumbuhan.

4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat

respirasi akar.

5. Senyawa alelopati memberika pengaruh menghambat sintesis protein.

6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas

membran pada sel tumbuhan.

7. Pengaruh alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

Pengaruh alelopati terhadap terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu

Keberadaan senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah

dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah

kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air, dan cahaya bukan merupaka

Page 3: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa

beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang

telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang telah dibenamkan ke dalam tanah

juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Semakin tinggi konsentrasi

ekstrak organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya

terhadap kecambah padi gogo (Hay, 1991)

Pada umumnya, terdapat 2 jenis alelopati yang ada di alam, yaitu:

Alelopati yang sebenarnya, adalah pelepasan senyawa-senyawa

beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitar dalam bentuk

senyawa aslinya yang dihasilkan.

Alelopati fungsional, adalah pelepasan senyawa kimia oleh

tumbuh-tumbuhan ke lingkungan sekitar yang bersifat sebagai

racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh mikroba

tanah (Palungkum, 1992) 

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh

alelopati terhadap perkecambahan kacang hijau.

C. Permasalahan

1. Ekstrak tumbuhan apakah yang mengandung zat alelopati?

2. Ekstrak tumbuhan manakah yang mengandung kadar alelopati paling

tinggi?

3. Apakah zat alelopati mempengaruhi perkecambahan kacang hijau?

Page 4: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Alelopati

Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang

merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang

kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah bahwa tanaman

mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa

percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan

memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit tanaman

lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah

material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak

tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali

telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki

hubungan ekologi (Febian, 2003).

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk

interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya

melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001).

Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan

Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu

individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat

pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan

tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang

diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi

terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis

lainnya.

2. Kandungan dalam zat Alelopati

Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti

daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara

Page 5: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai

ealelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu

reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio

cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang

berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain

gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana,

fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga

dapat mengeluarkan zat alelopati.

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy

dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain

melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh

kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan,

melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi

melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang

mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya

Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum,

Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui

perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang

mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus,

Aster, dan Agropyron repens (Setyowati, 1999).

Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat

ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar,

rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat

dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk

melalui :

a.    Penguapan

Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.

Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati

Page 6: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.

Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid.

Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam

bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam

tanah yang akan diserap akar.

b.   Eksudat akar

Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh

akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari

asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.

c.    Pencucian

Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian

tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan

atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan

Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis

tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan

ini.

d.   Pembusukan organ tumbuhan

Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,

senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan

cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan

kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah

senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan.

Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau

jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.

Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa

alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di

Page 7: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun

dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada

di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang

(Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih

hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah

tanah, jika sudah mati baik organ yang berada di atas tanah

maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan

senyawa alelopati (Heddy, suwarsono. 1986).

3. Fenomena Alelopati

Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar

tumbuhan,antar mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan

mikroorganisme .Interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan

secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk

oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap

pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang

berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia

bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu

namun tidak terhadap organisme lain (Hay, R.K. M dan Fitter. 1991).

4. Pengaruh Alelopati

Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara

lain :

1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu

dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh

tumbuhan.

2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar

tumbuhan.

Page 8: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu

dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.

4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh

menghambat respirasi akar.

5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis

protein.

6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya

permeabilitas membran pada sel tumbuhan.

7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim

(Sukmana, Y.& Yakub.1995).

The term allelopathy refers to any process involving

secondary metabolites (allelochemicals) produced by plants,

microorganisms, viruses and fungi that influence the growth and

development of agricultural and biological systems including

positive and negative effects. Allelochemicals from plants are

released into the environment by exudation from roots, leaching

from stems and leaves or decomposition of plant material (Nasrine,

dkk. 2013).

Page 9: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat

Gunting

Pisau

Mortar dan pastel

Blender

Beaker glass

Erlenmeyer

Corong

Batang pengaduk

Spatula

Gelas ukur

Petridish

Penggaris

ATK

Benang

Labu ukur

Pipet tetes

Keranjang

Kawat kassa

B. Bahan

Akar ilalang

Daun akasia

Umbi bawang putih

Biji kacang hijau

Kertas saring

Kertas buram

Air

C. Cara Kerja1. kacang hijau dipilih yang baik.

2. Disiapkan 4 cawan petridish yang telah diberi kertas buram.

3. ekstrak dari ilalang, akasia dan bawang putih dibuat sebagai berikut :

bagian tumbuhan dihaluskan di atas dengan blender, mortar

dan alu atau digunting halus.

ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dibuat

dengan akuades dengan perbandingan sebagai berikut :

i. Bagian tumbuhan dan air (1 : 7).

ii. Bagian tumbuhan dan air (1 : 14).

iii. Bagian tumbuhan dan air (1 : 21).

Page 10: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

Dibiarkan selama 24 jam, lalu saring dengan menggunakan alat

penyaring.

larutan ekstrak ini yang akan digunakan sebagai perlakuan.

4. masing-masing 10 biji kacang hijau diletakkan ke dalam petridish.

5. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut :

A. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades.

B. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang.

o Ekstrak perbandingan I (1 : 7).

o Ekstrak perbansingan II (1 : 14).

o Ekstrak perbandingan III (1 : 21)

Diulangi hal yang sama dengan menggunakan

ekstrak akasia dan bawang putih.

C. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia.

D. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih.

Buat ulangan 3 kali.

6. perkecambahan biji-biji tersebut diamati setiap hari selama 10 hari dan

diamati pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang

kecambah.

7. persen perkecambahan ditentukan.

8. hasil pengamatan dibandingkan dengan menggunakan RAL dan RAL

factorial.

Page 11: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

A. Hasil Pengamatan

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor BKonsentrasi

Total AKontrol (1 : 7) (1 : 14) (1 : 21)

Bawang 4,83 9,96 4,57 5,65 25,01Akasia 7,8 7,5 6,97 7,42 29,69Ilalang 5,9 4,37 4,97 5,03 20,27Total B 18,53 21,83 16,51 18,1 74,97

C 468,38SSY 102,26SAB -301,72SSA -341,10SSB -310,59

SSAB 349,97SSE -247,71

Source df SS MS F-testKonsentrasi 3 -310,59 -103,53 -10,03

Ekstrak 2 -341,10 -170,55 -16,52Kons*Ekst 12 349,97 29,16 2,82Eksp. Error 24 -247,71 10,32

Total 35 102,261) F test Konsentrasi = - 10,03

Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor B UlanganKonsentrasi

Total A

Kontrol (1:7)(1 : 14)

(1 : 21)

Bawang

1 1,44 2,23 1,4 1,64 6,712 2,34 3,56 1,59 1,87 9,363 1,05 4,17 1,58 2,14 8,94∑ 4,83 9,96 4,57 5,65  

Akasia

1 3,0 2,62 2,34 2,39 10,352 2,3 2,36 2,41 2,45 9,523 2,5 2,52 2,22 2,58 9,82∑ 7,8 7,5 6,97 7,42

Ilalang

1 3,73 0,91 0,89 2,2 7,732 1,05 1,21 1,78 1,12 5,163 1,12 2,25 2,3 1,71 7,38∑ 5,9 4,37 4,97 5,03

Total B   18,53 21,83 16,51 18,1

Page 12: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

F tabel 5%, (3,24) = 3,01.

F test < F tabel, maka tidak terdapat perbedaan

pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau pada

pemberian konsentrasi ekstrak alelopati yang berbeda.

2) F test Ekstrak = -16,52.

F tabel 5%, (2,24) = 3,40.

F test < F tabel, maka tidak terdapat perbedaan

pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau pada

pemberian ekstrak alelopati yang berbeda.

B. Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu Allelopati yang bertujuan untuk mempelajari

pengaruh allelopati terhadap pertumbuhan perkecambahan biji kacang hijau.

Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa

dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat

menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan

tumbuhan tersebut. Percobaan alelopati ini dilakukan selama 10 hari. Zat

allelopati yang digunakan yaitu ekstrak akar ilalang, daun akasia, dan bawang

putih. Pada setiap ekstrak dibuat 3 konsentrasi yang berbeda yaitu 1:7M,

1:14M, 1:21M dan kontrol untuk melihat perbedaan pengaruh konsentrasi

terhadap pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau.

Page 13: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan dan hasil

analisis menggunakan RAL faktorial didapat hasil F test konsentrasi (- 10,03

) < F tabel (3,01) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada

tinggi kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan konsentrasi ekstrak

allelopati yang berbeda. Kemudian pada hasil percobaan yang telah dilakukan

dan hasil analisis menggunakan RAL faktorial didapat hasil F test ekstrak (-

16,51) < F tabel (3,40) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pada tinggi kecambah kacang hijau yang diberi perlakuan ekstrak

allelopati yang berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan literature.

Zat allelopati yang paling berpengaruh adalah akar ilalang yang

memberikan pengaruh negative terhadap pertumbuhan tinggi kecambah

kacang hijau dibandingkan dengan ekstrak bawang putih dan daun akasia.

Sedangkan ekstrak umbi bawang putih berpengaruh negative paling sedikit

diantara ekstrak ilalang dan akasia. Konsentrasi yang paling tinggi juga

memberikan dampak negative pada pertumbuhan kecambah kacang hijau.

Semakin besar konsentrasi zat allelopati yang diberikan maka akan semakin

tinggi pula daya hambatnya terhadap pertumbuhan tanaman. Senyawa-

senyawa allelopati yang diekskresikan oleh beberapa tumbuhan mampu

menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berada disekitarnya, bahkan

dapat mematikan. Sehingga tanaman yang memiliki senyawa kimia allelopati

dapat mendominasi di suatu area yang luas. Seperti yang dapat dan sering kita

lihat pada tanaman ilalang dan akasia. Namun hasil dapat yang didapatkan

banyak terganggu akibat banyaknya kacang hijau yang hilang akibat dimakan

tikus.

Page 14: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu

tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat

pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan

tumbuhan tersebut..

2. F test konsentrasi (- 10,03 ) < F tabel (3,01) yang berarti tidak

ada perbedaan yang signifikan pada tinggi kecambah kacang

hijau yang diberi perlakuan konsentrasi ekstrak allelopati yang

berbeda.

3. F test ekstrak (-16,52 ) < F tabel (3,40) yang tidak ada

perbedaan yang signifikan pada tinggi kecambah kacang hijau

yang diberi perlakuan ekstrak allelopati yang berbeda.

4. Ekstrak akar ilalang, daun akasia, dan bawang putih

berpengaruh negative terhadap pertumbuhan tinggi kecambah

kacang hijau.

5. Ekstrak allelopati dari akar ilalang berpengaruh negative paling

besar dibandingan dengan ekstrak allelopati daun akasia dan

umbi bawang putih.

Page 15: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati

6. Semakin besar konsentrasi ekstrak allelopati yang diberikan

pada suatu tanaman, maka akan semakin besar pula daya

hambat allelopati tersebut terhadap pertumbuhan tanaman dan

sebaliknya.

B. Saran

Penyimpanan kacang hijau diletakkan jauh dari jangkauan

tikus.

DAFTAR PUSTAKA

Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap

Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung

(Zea mays). (http://[email protected] ,diakses tanggal 27

Desember 2014)

Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press .

Heddy, suwarsono. 1986. Pengantar Ekologi . Jakarta : CV. Rajawali.

Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Press.

Nasrine. 2013. Allelopathic Effect of Euphorbia guyoniana Aqueous Extract and

Their Potential Uses as Natural Herbicides. University of Kasdi Merbah :

Laboratory for Bioressources Saharan Preservation and Development.

Palungkum, Rony. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Bandung: Sinar Baru

Setyowati dan Yuniarti (1999). Efikasi Allelopati Teki Formulasi Cairan

Terhadap Gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. (online)

(http://[email protected] ,diakses tanggal 27 Desember

2014)

Sukman, Y dan Yakup. 1995. Allelopati Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Page 16: Ade Maiditasari F16112008 Alelopati