laporan praktikum teknologi pengendalian gulma alelopati

Upload: fidyakuwningg

Post on 09-Oct-2015

504 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma - Alelopati

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    1/14

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNIK PENGENDALIAN GULMA (TPG)

    ALELOPATI

    Disusun Oleh:

    Fidya Asrini 115040100111111

    Kelas A Agribisnis

    Kelompok A1 (11.00-12.40)

    Asisten praktikum: Elvira Ambarasti Rahmiana

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Alelopati merupakan peristiwa dari adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat)

    yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain

    jenis yang tumbuh di sekitarnya (Jody Soemandinir, 1988). Senyawa-senyawa kimia yang

    mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan, antara lain

    terdapat di daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji, umbi, serta bagian-bagian tumbuhan

    yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah golongan fenol.

    Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata bermacam-macam, misalnya berduri,

    berbau yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat berakar dan berkanopi luas

    dan bertubuh tinggi besar, maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan

    pertumbuhan tetangganya. Kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa

    kimia. Senyawa kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh

    bersaing dengan tumbuhan tersebut. Peristiwa semacam ini disebut alelopati

    Persaingan diantara tumbuhan secara tak langsung terbawa oleh modifikasi

    lingkungan. Didalam tanah, sistem-sistem akar bersaing untuk air dan bahan makanan,

    karena mereka tidak bergerak, ruang menjadi suatu faktor yang penting, sekresi akar dan

    daun-daun yang jatuh menambah skretori tanah serta senyawa limbah yang dapat

    menghambat pertumbuhan tanaman lain dalam tempat sekitarnya

    1.2Tujuan

    Tujuan dari praktikum alelopati ini adalah

    1. Untuk mengetahui apa itu alelopati

    2.

    Untuk mengetahui bagaimana kerja alelopati pada tumbuhan disekitarnya

    3. Untuk mengetahui tumbuhan atau gulma apa saja yang mengeluarkan alelopati

    4.

    Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian ekstrak umbi teki terhadap

    perkecambahan biji kedelai.

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    3/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Alelopati

    Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang

    menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang

    tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut (Odum 1971).

    Menurut Mallik (2008), alelopati adalah fenomena biologi dimana organisme

    yang menghasilkan satu atau beberapa senyawa biokimia yang mempengaruhi

    pertumbuhan, survival dan reproduksi organisme lain.

    Sedangkan menurut Rice (1984), alelopati adalah pengaruh dari satu tanaman

    terhadap pertumbuhan tanaman dan mikroorganisme melalui pelepasan senyawa kimia ke

    lingkungan.

    Dan menurut Rohman (2001), alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa

    bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui

    senyawa kimia.

    2.2 Mekanisme Pengeluaran Alelopati

    Senyawa kimia (alelokimia) pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai

    organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi.

    Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ

    pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia

    (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme

    (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks

    (George, 1985: 113).

    Menurut Einhellig (1995) proses tersebut diawali di membran plasma dengan

    terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim

    ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang

    kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan

    berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon

    lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut

    kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya

    menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran. Senyawa-senyawatersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui

    penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    4/14

    a. Penguapan

    Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Senyawa kimianya

    termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di

    sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah

    yang akan diserap akar. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa

    alelopati melalui penguapan adalahArtemisia,Eucalyptusdan Salvia.

    b. Eksudat Akar

    Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan

    (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan

    fenolat.

    c.

    Pencucian

    Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang beradadi atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun

    tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain

    yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini (Moenandir, 1993:87).

    d.

    Pembusukan Organ Tumbuhan

    Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia

    yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang

    mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-

    senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat

    meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim

    berikutnya (Moenandir, 1993:87).

    Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat

    mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di

    bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa

    alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Sukman,

    1995: 64).

    2.3 Tumbuhan yang Mengeluarkan Senyawa Alelopat

    1. Kopi Arabika

    Berdasarkan hasil penelitian kopi arabika melepaskan senyawa 1,3,7-

    trimethylxanthin yang dapat menghambat perkecambahan bayam (Amaranthus

    spinosus L.) (Hasanuzzaman, 1995). Hasil penelitian lain, Anaya (2002) dan Schulz

    et al. (2008) melaporkan bahwa kopi arabika mengeluarkan senyawa alelopati kafein

    yang banyak ditemukan disekitar akar yang dapat menghambat mitosis akar tanaman

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    5/14

    lettuce(Friedman and Waller, 1983) dan pertumbuhan dirinya sendiri (autotoxicity).

    Lebih lanjut ditambahkan pula bahwa kafein ditemukan banyak di dalam akar namun

    sedikit di dalam tanaman bagian atas. Selanjutnya dilaporkan pula bahwa penanaman

    tanaman aromatik seperti Menta (Mentha piperita), selasih (Ocimum bacillus), sage

    (Salvia officinalis) dan oregano (Origanum vulgare) dapat menyerap kafein di dalam

    tanah yang bersifat toksik bagi tanaman kopi itu sendiri (Schulz et al., 2008).

    2. Pinus

    Dari beberapa kajian ekologis pada daerah pertumbuhan pohon pinus

    menunjukkan tidak ada pertumbuhan tanaman herba, hal tersebut diduga karena

    serasah daun pinus yang terdapat pada tanah mengeluarkan zat alelopati yang

    menghambat pertumbuhan herba. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji efektivitas

    ektrak daun pinus menunjukkan bahwa senyawa alelopati yang terdapat dalamekstrak daun pinus dapat menghambat perkecambahan benihAmaranthus viridis.

    Lebih lanjut Noguchi et al. 2009 melaporkan pula bahwa ektrak metanol daun

    pinus merah dapat menghambat pertumbuha akar dan batang tanaman seledri

    (Lepidium sativum), selada (Lactuca sativa), alfalfa (Medicago sativa) dan gandum

    hitam (Lolium multiforum). Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan senyawa

    pada daun pinus merkusii mempunyai potensi sebagai bahan bioherbisida untuk

    mengkontrol pertumbuhan gulma yang dapat menganggu pertumbuhan produksi

    tanaman pangan antara lain tanaman padi. Salah satu gulma yang mengganggu

    pertumbuhan tanaman padi adalahEchinochloa colonumdanAmaranthus viridis.

    Pinus merkusii memiliki saluran resin yang dapat menghasilkan suatu metabolit

    sekunder bersifat alelopati. Alelokimia pada resin tersebut termasuk pada kelompok

    senyawa terpenoid, yaitu monoterpen -pinene dan -pinene dan senyawa tersebut

    diketahui bersifat toksik baik terhadap serangga maupun tumbuhan (Taiz dan Zeiger,

    1991). Selain itu, senyawa tersebut merupakan bahan utama pada pembuatan

    terpentin. Monoterpen (C10) merupakan minyak tumbuh-tumbuhan yang terpenting

    yang juga bersifat racun (Sastroutomo 1990).

    3. Akasia

    Telah dilaporkan bahwa dari hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak

    alelopati dari daun, kulit batang dan akar dari akasia (Acacia mangium Wild)

    berpengaruh negatif terhadap perkecambahan benih kacang hijau (Phaseolus

    radiatus L) dan benih jagung (Zea mays). Selanjutnya ditambahkan pula bahwa daya

    hambat senyawa alelopati yang ada diAcacia mangium Wildpada benih jagung lebih

    tinggi dibanding pada benih kacang hijau (Febian Tetelay, 2003).

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    6/14

    Selanjutnya dilaporkan pula bahwa allelokimia yang berasal dari ekstrak

    Imperata cylindrica dan A. mangium mungkin bekerja mengganggu proses

    fotosintesis atau proses pembelahan sel. Penekanan pertumbuhan dan perkembangan

    karena ekstrak alang-alang dan akasia ditandai dengan penurunan tinggi tanaman,

    penurunan panjang akar, perubahan warna daun (Dari hijau normal menjadi

    kekuning-kuningan) serta bengkaknya akar.

    4. Tumbuhan Teki (Cyperus rotundus L.)

    Rumput teki (Cyperus rotundus L.) yang masih hidup dan yang sudah mati dapat

    mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang

    di bawah tanah. Rumput teki mengganggu tanaman lain dengan mengeluarkan

    senyawa beracun dari umbi akarnya dan dari pembusukan bagian vegetatif

    (Sastroutomo, 1990).Alelokimia pada rumput teki menurut Rahayu (2003) dibentuk di berbagai

    organ, di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Alelokimia pada rumput teki

    (Cyperus rotundus L.) dilepaskan ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran

    melalui eksudasi akar. Umbi teki (Cyperus rotundus) mengandung cyperene,

    flavonoid, sitosterol dan ascorbic acidyang mampu memacu proses penyembuhan

    luka dan sudah dipakai pada pengobatan tradisional (Nuryana, 2007).

    Akar teki mengandung alkaloid, glikosida jantung, flavonoid dan minyak

    sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar

    yang berasal dari jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone,

    cyperotundone dan cyperolone, sedangkan yang berasal dari China berisi

    patchoulenonedan cyperence (Swari, 2007).

    5. Jagung (Zea mays)

    Informasi mengenai daya hambat pertumbuhan yang disebabkan oleh senyawa

    alelopati yang ada di jagung masih sangat terbatas. Dalam sebuah laporan dinyatakan

    bahwa ekstrak akar jagung dapat digunakan untuk menghambat gulma melalui

    peningkatan aktivitas enzim katalase dan peroksidase. Dilaporkan pula bahwa sisa

    tanaman jagung mengandung lima jenis senyawa asam fenolat penyebab alelopati

    yaitu asam verulat, as p-koumarat, asam siringat, asam vanilat, dan asam

    hidroksibenzoat potensial untuk menekan gulma (Guenzi dan Mc Calla 1966).

    2.4 Alelopat Sebagai Bioherbisida

    Saat ini kebutuhan dan penggunaan herbisida kimia sintetis untuk tanaman

    perkebunan sangat tinggi. Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    7/14

    Indonesia, diperlukan herbisida organik yang efektif berskala komersial yang dapat

    menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman perkebunan lada.

    Ada tiga jenis rumput yaitu masing-masing Dicanthium annulatum Stapf.,

    Cenchruspennisetiformis hochestand Sorghum halepense Pers., yang bersifat alelopatik

    dan mampu berperan dan potensial sebagai bioherbisida (Javaid dan Anjum 2006).

    Dilaporkan pula bahwa ekstrak terna dan akar dengan air dari ketiga jenis rumput tadi

    mampu menekan perkecambahan gulma Parthenium hysterophorus L. Selanjutnya

    ditambahkan pula bahwa ekstrak terna dari rumput D. annulatum Stapf., dan C.

    pennisetiformis hochest mempunyai daya bunuh yang lebih kuat terhadap gulma P.

    hysteriporusdibandingkan dengan S. halepense.

    Beberapa jenis senyawa alelopati yang cukup potensial antara lain berasal dari

    ekstrak tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica), akasia (Acacia mangium), jagung(Zea mays) dan pinus (Pinus merkussi). Penggunaan senyawa alelopati dari keempat

    tumbuhan cukup prospektif karena relatif mudah didapat, murah dan dengan jumlah

    biomas yang cukup memadai. Ekstrak ini bisa didapat dari semua bagian alang-alang

    mulai dari akar, batang dan bagian lainnya. Namun menurut penelitian, allelopathy paling

    banyak ditemukan pada bagian akarnya dan ekstrak tersebut akan banyak jumlahnya jika

    akar yang digunakan banyak pula (Balitro,2013).

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    8/14

    BAB III

    BAHAN DAN METODE

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat

    Petridish

    Gelas Ukur

    Pisau atau silet

    Mortal

    pengaduk

    Alat tulis

    Kamera

    Bahan

    Biji kedelai

    Umbi teki

    Kertas merang

    air

    3.2 Alur Kerja

    1. Siapkan alat dan bahan

    2.

    Potong umbi teki dengan silet atau pisau

    3. Tumbuk umbi teki sampai halus dengan mortal

    4. Campur tumbukan umbi teki dengan air dalam gelas ukur

    5.

    Siapkan cawan petri yang diberi alas kertas merang (sebagai media tanam)

    6. Letakkan biji kedelai diatas kertas merang

    7. Tuangkan larutan (ekstrak) umbi teki diatas biji kedelai

    8. Dokumentasikan setiap kegiatan

    9. Amati setiap 2 hari sekali serta hitung setiap presentase perkecambahannya

    10.Catat hasil pengamatan

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    9/14

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1Hasil Pengamatan

    Hari pertama (Selasa, 26 November 2013)

    Hari kedua (Rabu, 27 November 2013)

    No Perlakuan Gambar Keterangan

    1 Ko (4 ml air) Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah, tidak ada perubahan

    warna pada biji kedelai, dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    2 K1 (10 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah, tidak ada perubahan

    warna pada biji kedelai, dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    10/14

    3 K2 (15 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah, tidak ada perubahan

    warna pada biji kedelai, dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    4 K3 (20 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah, namun kulitnya

    mulai pecah dan ada perubahan

    warna agak coklat pada kulit biji

    kedelai

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    Hari keempat (Jumat, 29 November 2013)

    No Perlakuan Gambar Keterangan

    1 Ko (4 ml air) Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    2 K1 (10 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    3 K2 (15 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai yang berkecambah

    hanya 1biji dan yang lain mulai

    pecah kulit bijinya dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 20 %

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    11/14

    4 K3 (20 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai yang berkecambah

    sudah 4 biji, yang satunya belum

    berkecambah namun mulai pecah

    kulit bijinya

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 80 %

    Hari ketujuh (Senin, 2 Desember 2013)

    No Perlakuan Gambar Keterangan

    1 Ko (4 ml air) Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah, kulit biji kedelai

    berubah agak kecoklatan dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    2 K1 (10 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai belum ada yang

    berkecambah dan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 0 %

    3 K2 (15 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai yang berkecambah

    hanya 1 dan yang lain mulai pecah

    kulit bijinya, warna kulit biji

    kedelai berubah agak kecoklatan

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 20 %

    4 K3 (20 ml

    ekstrak umbi

    teki)

    Biji kedelai yang berkecambah

    sudah 4, biji satunya belum

    berkecambah namun mulai pecah

    kulit bijinya, ada perubahan warna

    agak kecoklatan pada biji kedelai.

    % Perkecambahan =

    x 100 %

    = 80 %

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    12/14

    4.2 Pembahasan

    Dari praktikum ini, dapat kita ketahui bahwa alelopati merupakan keluarnya senyawa

    kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak

    pertumbuhannya. Senyawa alelopat merupakan bahan organik yang dihasilkan oleh

    tumbuhan, yang dapat menyebabkan perubahan terhadap tumbuhan lain di sekitarnya.

    Pada umumnya senyawa ini bersifat menghambat perkecambahan dan terkadang dapat

    mengurangi pertumbuhan tumbuhan lain yang berasosiasi dengan tumbuhan penghasil

    senyawa alelopat.

    Dari percobaan yang telah dilakukan kemarin, diketahui bahwa dosis ekstrak umbi

    teki yang diberikan terhadap biji kedelai yang dijadikan sebagai objek percobaan sangat

    berpengaruh trhadap pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada saat perkecambahan .

    Biji kedelai yang diberi perlakuan ekstrak umbi teki dengan dosis tinggi memilikipersentase perkecambahan lebih besar yaitu 80 % daripada pada biji kedelai yang diberi

    ekstrak umbi teki dengan dosis dibawahnya (10 ml dan 15 ml). Namun biji kedelai

    tersebut berkecambah tidak baik, biji kedelai tersebut terlihat kering dan berwarna agak

    coklat yang menandakan bahwa biji kedelai tersebut lama-kelamaan akan mati. Biji

    kedelai tersebut bisa berkecambah mungkin karena ekstrak umbi teki banyak diserap oleh

    media tanamnya (kertas merangnya), sehingga bijinya tidak terkena dengan ekstrak

    tersebut.

    Sebagian besar biji kedelai yang diberi ekstrak umbi teki ini tidak berkecambah,

    kering, rusak dan kebanyakan mati. Hal ini menandakan bahwa ekstrak dari umbi teki ini

    sangat mempengaruhi perkecambahan dari biji kedelai tersebut, karena senyawa kimia

    yang terdapat pada teki ini bersifat merusak, menghambat dan merugikan. Dimana

    pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun pada saat metabolisme

    tanaman kedelai.

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    13/14

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil pengamatan percobaan yang telah dilakukan tersebut, dapat kita

    simpulkan bahwa proses pembentukkan senyawa alelopati merupakan proses interaksi

    antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme

    untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme

    lainnya, baik dalam hal makanan, habitat atau dalam hal lainnya.

    Karena dalam percobaan diatas, sebagian besar biji kedelai yang diberi ekstrak

    umbi teki ini tidak berkecambah, kering, rusak dan kebanyakan mati. Hal ini menandakan

    bahwa ekstrak dari umbi teki ini sangat mempengaruhi perkecambahan dari biji kedelai

    tersebut, karena senyawa kimia yang terdapat pada teki ini bersifat merusak, menghambat

    dan merugikan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun

    pada saat metabolisme tanaman kedelai.

    Dan dari hasil pengamatan ini, pemberian ekstrak umbi teki sangat mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkecambahan kedelai. Biji kedelai yang diberi ekstrak umbi teki

    dosis tinggi berkecambah tidak baik, hal ini dibuktikan dari kondisi fisik biji kedelai yang

    mana biji tersebut kering, rusak, berwarna agak coklat dan sebagian besar biji kedelai

    yang diberi ekstrak umbi teki kebanyakan mati. Sedangkan perlakuan Ko, biji kedelai

    tidak berkecambah karena kurangnya faktor-faktor pendorong perkecambahan seperti air,

    cahaya, suhu dan nutrisi. Bisa juga karena terkena aroma ekstrak umbi teki disekitarnya.

    5.2 Kritik dan Saran

    Kritik sekaligus saran dari saya hanyalah, kalau bisa dikedepannya jangan

    memberi tugas laporan secara sekaligus di akhir kepada praktikan. Sebaiknya format atau

    penugasan diberikan secara berkala atau bertahap di akhir pertemuan agar minggu depan

    dapat dikumpulkan juga secara berkala.agar tidak terkesan menumpuk di akhir.

    Terimakasih banyak atas pemberian materi nya selama ini. Mohon maaf juga bila

    kami (terutama saya) banyak kesalahan pada mbak Ajeng dan mbak Vira.

  • 5/19/2018 Laporan Praktikum Teknologi Pengendalian Gulma Alelopati

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Anaya,A.L., G.R. Waller, P.O.Owour, J. Friedman, C.H.Chou, T Suzuki, J.F. Arroyo-

    Estrada, and r.Cruz-Ortega. 2002. The role of caffeine in the produkcton decline due to

    autotoxicity in coffee and tea plantation. In Reigosa and N. Pedrol (eds) Allelopathy from

    molecules to ecosystem. Science Publisher, Inc.Einfield USA. pp 71-91

    Balitro.2013.Alelopat Sebagai Bioherbisida.(online).

    http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/publikasi/prosiding/pesnabiv/15.Djazuli%2

    0herbnab%20alelopati%20177-186p.pdf. Diakses 7 Desember 2013

    Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini

    KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications.

    Washington DC: American Chemical Society. Hal. 124

    Febian Tetelay, 2003. Pengaruh allelopathy Acacia mangium Wild terhadap perkecambahanbenih kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan jagung (Zea mays).

    http://www.irwantoshut.com . 21 September 2011

    Friedman, J. and G.R. Waller. 1983. Caffeine hazards and their prevention in germinaating

    seeds of coffee (Coffea arabica L). J. Chem.Ecol. 9:1099-1106

    Guenzi, W.D., and T.M. Mc. Calla. 1966. Phenolic acids in oat, wheat, sorghum, and corn

    residues and their phytotoxicity. Agronomy Journal, Madison, v. 58: 303-304 p

    Moenandir, J.H. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada

    Rice EL. 1984. Allelopathy. Second Edition. Orlando FL: Academic Press.

    Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri

    Malang.

    Sastroutomo, S. 1990. Ekologi gulma. Gramedia.Pustaka Utama. Jakarta.

    Schulz, M., M. Knop., M. Kunert, and C. Mullenborn. 2008. Root associated microorganism

    perform degradation of caffein M absorbed by Salvia officinalis. Fifth World Congress

    on Allelopathy. Growing Awarness of the Role of Allelopathy In Ecological,Agricultural, and Environmental Process. Sept 21-25, 2008. New York. USA

    Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada.

    Taiz, L. dan E.Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings Publishing

    Company. Inc. California