4. pembahasan 4.1 karakteristik ekstrak cacing laut nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/bab 4...

24
4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis sp, Cacing Tanah Lumbricus rubellus, dan Cacing Tanah Eisenia foetida Proses pembuatan ekstrak cacing laut Nereis sp, cacing tanah Lumbriscus rubellus, dan cacing tanah Eisenia foetida diawali dengan melakukan proses maserasi. pelarut yang digunakan dalam proses maserasi adalah etil asetat. Hasil maserasi dari 50 gram tepung cacing laut Nereis sp ditambah dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL menghasilkan ekstrak kasar sebesar 4 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 89% dimana filtrat sebelum dievaporasi sebanyak 450 mL dan setelah dievaporasi diperoleh pelarut sebanyak 400 mL. Ekstrak kasar cacing laut Nereis sp yang diperoleh yakni berwarna coklat kehitaman, kental, dan bau menyengat. Hasil maserasi dari tepung cacing tanah Lumbriscus rubellus sebanyak 50 gram yang ditambahkan dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL, dapat diperoleh hasil ekstrak kasar sebesar 3,3 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 89% dimana filtrat sebelum dievaporasi sebanyak 450 mL dan setelah dievaporasi diperoleh pelarut sebanyak 400 mL. Ekstrak kasar cacing laut Lumbricus rubellus yang diperoleh yakni berwarna coklat kehitaman, kental, dan berbau. Hasil maserasi dari tepung cacing tanah Eisenia foetida sebanyak 50 gram dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL, diperoleh ekstrak kasar sebesar 4,7 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 85% dimana filtrat sebelum dievaporasi sebesar 450 mL dan setelah dievaporasi diperoleh sebanyak 383 mL. Kenampakan ekstrak yang diperoleh yakni berwarna coklat kehitaman, kental, dan berbau. Ekstrak yang didapat dimasukkan kedalam botol vial. Etil asetat merupakan pelarut yang mudah untuk menguap. Pelarut etil asetat yang digunakan untuk proses maserasi tidak akan mempengaruhi

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

35

4. PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis sp, Cacing Tanah Lumbricus rubellus, dan Cacing Tanah Eisenia foetida

Proses pembuatan ekstrak cacing laut Nereis sp, cacing tanah

Lumbriscus rubellus, dan cacing tanah Eisenia foetida diawali dengan melakukan

proses maserasi. pelarut yang digunakan dalam proses maserasi adalah etil

asetat. Hasil maserasi dari 50 gram tepung cacing laut Nereis sp ditambah

dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL menghasilkan ekstrak kasar sebesar

4 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 89% dimana filtrat sebelum dievaporasi

sebanyak 450 mL dan setelah dievaporasi diperoleh pelarut sebanyak 400 mL.

Ekstrak kasar cacing laut Nereis sp yang diperoleh yakni berwarna coklat

kehitaman, kental, dan bau menyengat.

Hasil maserasi dari tepung cacing tanah Lumbriscus rubellus sebanyak

50 gram yang ditambahkan dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL, dapat

diperoleh hasil ekstrak kasar sebesar 3,3 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 89%

dimana filtrat sebelum dievaporasi sebanyak 450 mL dan setelah dievaporasi

diperoleh pelarut sebanyak 400 mL. Ekstrak kasar cacing laut Lumbricus rubellus

yang diperoleh yakni berwarna coklat kehitaman, kental, dan berbau.

Hasil maserasi dari tepung cacing tanah Eisenia foetida sebanyak 50

gram dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL, diperoleh ekstrak kasar

sebesar 4,7 gram. Efisiensi evaporasi sebesar 85% dimana filtrat sebelum

dievaporasi sebesar 450 mL dan setelah dievaporasi diperoleh sebanyak 383

mL. Kenampakan ekstrak yang diperoleh yakni berwarna coklat kehitaman,

kental, dan berbau. Ekstrak yang didapat dimasukkan kedalam botol vial.

Etil asetat merupakan pelarut yang mudah untuk menguap. Pelarut etil

asetat yang digunakan untuk proses maserasi tidak akan mempengaruhi

Page 2: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

36

pembentukan zona hambat. Hal ini berdasarkan penelitian Sugara et al., (2016),

yang menyatakan bahwa pelarut etil asetat yang diuji aktivitas antibakteri tidak

terbentuk daerah zona hambatnya. Sehingga pelarut etil asetat tidak akan

mempengaruhi ekstrak kasar pada cacing laut Nereis sp , cacing tanah

Lumbricus rubellus dan cacing tanah Eisenia foetida dalam pembentukan zona

bening atau zona hambatnya. Tabel 5 menunjukkan kenampakan ekstrak cacing

tanah dan cacing laut. Sedangkan untuk perhitungan presentase pelarut yang

terevaporasi dan residu pelarut dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 1. Hasil Pembuatan Ekstrak Etil Asetat

No Ekstrak Etil

Asetat Foto Ekstrak Berat

Prosentase pelarut yang terevaporasi

1 Nereis sp.

4 gram 89 %

2 Lumbricus rubellus

3,3 gram 89 %

3 Eisenia foetida

4,7 gram 85%

Page 3: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

37

4.2 Kurva Standar Brown

Larutan brown yang dibuat untuk menentukan kepadatan bakteri adalah

dari larutan brown 1 sampai brown 10. Kepadatan yang diperoleh dari suspensi

bakteri Salmonella typhi dalam larutan NaCl 0,9 % setara dengan larutan brown

2. Hasil penentuan absorbansi optimum larutan Brown adalah pada panjang

gelombang 650 nm. Pemilihan panjang gelombang ini disebabkan hasil kurva

regresi yang sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Pada panjang gelombang 550

nm dan 750 nm terjadi penyimpangan hukum Lambert-Beer yang ditunjukkan

dengan ketika terjadi penambahan konsentrasi larutan absorbansi tidak

bertambah secara linear. Sehingga didapatkan panjang gelombang optimum

untuk larutan brown adalah panjang gelombang 650. Lampiran 16 menunjukkan

kurva standar yang diperoleh pada panjang gelombang 550 nm, 650 nm dan 750

nm pada larutan Brown. Tabel 6 menunjukkan kepadatan suspensi bakteri

Salmonella typhi yang digunakan dalam penelitian. Perhitungan regresi linier

dilakukan menggunakan aplikasi minitab 17 dan perhitungan diperkuat dengan

menggunakan MS Excell 2010. Rumus regresi linier untuk pengujian daya

hambat yang diperoleh adalah :

Dimana Y : absorbansi pada λ 650 nm X : kepadatan suspensi bakteri (CFU/mL)

Tabel 2. Kepadatan Suspensi Bakteri Salmonella typhi

Jenis Uji Absorbansi (Y) Kepadatan dalam 106 CFU/mL (X)

Uji Daya Hambat 0,198±0,005 661

Uji MIC 0,248 1.161

𝑌 = 1319 + 1𝑥1 −10𝑋

Page 4: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

38

4.3 Uji Daya Hambat Metode Kirby-Bouer

Aktivitas antibakteri pada uji daya hambat metode kirby-bouer dapat

dilihat dari adanya zona bening yang terbentuk. Zona bening atau zona hambat

bakteri dapat ditentukan dengan pengukuran menggunakan jangka sorong.

Pengukuran hasil dari zona bening dapat dihitung dengan menggunakan rumus

diameter zona bening dikurangi dengan diameter kertas blankdis oksoid steril

yang digunakan. Pengujian ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil rata

rata dari diameter zona bening sampel dapat dilihat pada Tabel 7.

Data zona hambat yang telah diperoleh dilakukan uji Rancangan Acak

lengkap Faktorial dengan taraf 5% menggunakan aplikasi SPSS 16. Jika hasil

analisis ANOVA dari berbagai konsentrasi dan sampel cacing menunjukkan hasil

yang berbeda nyata, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut BNJ (Beda Nyata

Jujur) atau Tukey untuk mengetahui perbedaan perlakuan antar sampel.

Lampiran 18 menunjukkan hasil perhitungan ANOVA dan uji lanjut Tukey.

Tabel 3. Diameter zona hambat

No Eksperimen

Jenis Ekstrak Konsentrasi Zona bening

1

Ekstrak etil asetat Neris sp (A)

Kloramfenikol 30ppm (a) 18,39 ± 0,0173f 0 ppm (b) 0 ± 0a 10 ppm (c) 0 ± 0a 100 ppm (d) 0 ± 0a 1.000 ppm (e) 0 ± 0a 10.000 ppm (f) 0 ± 0a 100.000 ppm (g) 2,29 ± 0,065b

2

Ekstrak etil asetat Lumbricus rubellus (B)

Kloramfenikol 30ppm (a) 18,47 ± 0,087f 0 ppm (b) 0 ± 0a 10 ppm (c) 0 ± 0a 100 ppm (d) 0 ± 0a 1.000 ppm (e) 0 ± 0a 10.000 ppm (f) 2,39 ± 0,011c 100.000 ppm (g) 3,07 ± 0,035e

3

Ekstrak etil asetat Eisenia foetida (C)

Kloramfenikol 30ppm (a) 18,41 ± 0,065f 0 ppm (b) 0 ± 0a 10 ppm (c) 0 ± 0a 100 ppm (d) 0 ± 0a 1.000 ppm (e) 0 ± 0a 10.000 ppm (f) 2,31 ± 0,028bc 100.000 ppm (g) 2,44 ± 0,036d

Page 5: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

39

Penggunaan kontrol positif pada pengujian daya hambat ini

menggunakan kloramfenikol. Kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik yang

kuat terhadap sintesis protein pada bakteri. Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu

dengan cara menghambat sintesis protein, melekat pada subunit 50S dari

ribosom. Obat ini menganggu pengikatan asam amino baru pada rantai peptida

yang sedang dibentuk, sebagian besar karena kloramfenikol menghambat

peptidil transferase (Jawetz et al., 1996). Ditambahkan oleh Taufiq et al., (2015),

melaporkan bahwa mekanisme kerja kloramfenikol adalah menghambat peptidil

transferase pada fase pemanjangan sehingga mengganggu sintesis protein

dengan waktu paruh 3-5 jam setelah pemakaian oral.

Kloramfenikol menurut Cita (2011), masih merupakan jenis antibiotika

yang digunakan dalam pengobatan demam tifoid (53,55%) dan merupakan

antibiotika pilihanutama yang diberikan untuk demam tifoid. Berdasarkan

efektivitasnya terhadap Salmonella typhi, disamping obat tersebut relatif murah

namun pada penelitian yang lain menunjukkan bahwa angka relaps pada

pengobatan demam tifoid dengan menggunakan kloramfenikol lebih tinggi bila

dibandingkan dengan penggunaan kotrimoksazol.

Tingkat resistensi strain bakteri Salmonella spp menurut Bouchrif et al.,

(2009), terhadap antibiotik juga telah berkembang dalam beberapa tahun

terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines, tetrasiklin,

sulfonamida dan kloramfenikol. Menurut Sirinavin & Garner (2009) antibiotik yang

memiliki daya serap yang baik terhadap sel bakteri seperti amoxycilin,

chloramphenicol, tetracycline, ampicillin, golongan floroquinolone (ciprofloxacin)

juga biasa digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh

Salmonella spp.

Bakteri gram negatif termasuk Salmonella typhi mempunyai kemampuan

multi drug effluks jika didapati senyawa antibiotik masuk ke dalam sel, selain itu

Page 6: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

40

bakteri gram negatif memiliki barrier pada membran luar sehingga senyawa

antibiotik tidak dapat dengan mudah masuk ke dalam sel. Mekanisme kerusakan

sel pada bakteri Salmonella typhi menurut Asriani et al, (2007) adalah ion K+

merupakan kation utama yang terkandung dalam sitoplasma pada sel yang

sedang tumbuh. Sedangkan ion Ca2+ dan Mg2+ terdapat di bagian sitosol yaitu

cairan sitoplasma. Kedua jenis ion ini ditemukan dalam dinding sel bakteri yang

turut berperan dalam aktivitas enzim. Ion Ca2+ dan Mg2+ berfungsi

menghubungkan lipopolisakarida pada dinding sel bakteri gram negatif.

Beberapa senyawa antibakteri dapat merusak membran sel bakteri dengan cara

merusak ikatan kation divalen Ca2+ dan Mg2+. Sehingga senyawa antibakteri

dapat masuk kedalam sel dan merusak membran sel.

Dari hasil uji lanjut yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ekstrak etil

asetat Lumbriscus rubellus konsentrasi 100.000 ppm memiliki hambatan paling

kuat terhadap bakteri Salmonella typhi dibandingkan dengan jenis ekstrak cacing

lainnya. Sedangkan pada konsentrasi 10.000 ppm ekstrak Lumbriscus rubellus

juga memiliki daya hambat lebih kuat yang jelas berbeda nyata dengan ekstrak

Nereis sp. pada konsentrasi 100.000 ppm. Namun hal ini jika dibandingkan

dengan ekstrak Eisenia foetida 100.000 ppm lebih kuat menghambat

pertumbuhan Salmonella typhi. Gambar 6 menunjukkan zona hambat ekstrak

Nereis sp yang didapatkan dalam penelitian ini. Gambar 7 menunjukkan zona

hambat ekstrak Lumbricus rubellus yang didapatkan dalam penelitian ini. Dan

Gambar 8 menunjukkan zona hambat ekstrak Eisenia foetida yang didapatkan

dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil zona bening pada Gambar 6., Gambar 7., dan Gambar

8, dapat diketahui bahwa sifat dari bakteri Salmonella typhi menunjukkan

resistensi terhadap antibakteri yang diperoleh dari ekstrak etil asetat Nereis sp

dan kepekaan terhadap kontrol positif kloramfenikol 30 ppm dengan diameter

Page 7: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

41

zona bening lebih dari 18 mm. Zona hambat yang tidak muncul pada beberapa

konsentrasi ekstrak cacing laut Nereis sp. menunjukkan bahwa cacing laut tidak

efektif untuk digunakan sebagai antibakteri untuk bakteri Salmonella typhi.

(A)

(A1) (A2)

Keterangan tanda panah : konsentrasi ekstrak 0 ppm : konsentrasi ekstrak 10 ppm : konsentrasi ekstrak 100 ppm : konsentrasi ekstrak 1000 ppm : konsentrasi ekstrak 10000 ppm : konsentrasi ekstrak 100000 ppm : kontrol positif kloramfenikol 30 ppm

A

Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Nereis sp (A), Nereis sp kontrol positif (A1), dan Nereis sp konsentrasi 100.000 ppm (A2)

Page 8: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

42

(B)

(B1) (B2)

(B1) (B3)

Keterangan tanda panah : konsentrasi ekstrak 0 ppm : konsentrasi ekstrak 10 ppm : konsentrasi ekstrak 100 ppm : konsentrasi ekstrak 1000 ppm : konsentrasi ekstrak 10000 ppm : konsentrasi ekstrak 100000 ppm : kontrol positif kloramfenikol 30 ppm

B

Gambar 2. Zona Hambat Ekstrak Lumbricus rubellus (B), Lumbricus rubellus kontrol positif (B1), Lumbricus rubellus konsentrasi 100.000 ppm (B2), dan Lumbricus rubellus konsentrasi 10.000 ppm (B3) (B3)

Page 9: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

43

(C)

(C1) (C2) (C1) (C3) Keterangan tanda panah : konsentrasi ekstrak 0 ppm : konsentrasi ekstrak 10 ppm : konsentrasi ekstrak 100 ppm : konsentrasi ekstrak 1000 ppm : konsentrasi ekstrak 10000 ppm : konsentrasi ekstrak 100000 ppm : kontrol positif kloramfenikol 30 ppm

C

Gambar 3. Zona Hambat Ekstrak Eisenia foetida (B) Eisenia foetida kontrol positif (B1), Eisenia foetida konsentrasi 100.000 ppm (B2), dan Eisenia foetida konsentrasi 10.000 ppm (B3)

Page 10: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

44

Cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung senyawa lumbricin.

Lumbricin merupakan senyawa cacing tanah termasuk dalam golongan peptida

antimikroba yang umumnya dimiliki hewan sebagai bentuk pertahanan alamiah

terhadap kehadiran mikroba patogen di lingkungannya (Tasiemski, 2006).

Peptida antimikroba memiliki kemampuan untuk merusak membran plasma

bakteri patogen dengan cara interaksi elektrostatik dengan dinding sel bakteri

sehingga terbentuk lubang ionik atau celah yang menyebabkan terjadinya

perubahan pada permeabilitas membran sel (Willey et al., 2009). Berdasarkan

penelitian Istiqomah et al.,(2014) bakteri gram negatif Escherichia coli,

Salmonella pullorum, dan Pseudomonas aeruginosa pertumbuhannya dapat

terhambat akibat dari aktivitas antibakteri ekstrak kering cacing tanah Lumbricus

rubellus. Ditambahkan oleh Widiyatmi et al., (2010) melaporkan bahwa ekstrak

bubuk cacing tanah mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif

antara lain Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa cacing tanah Eisenia foetida

memiliki manfaat sebagai antibakteri. Cacing tanah Eisenia foetida menurut

Popovix et al., (2005), melaporkan bahwa cacing ini menghasilkan

glikolipoprotein G-90 yang berguna sebagai antibakteri. Selain itu cacing

berjenis Eisenia foetida ini dapat menghambat ertumbuhan bakteri patogen.

Cacing laut Nereis sp dapat digunakan sebagai antibakteri. Hal ini juga telah di

butikan pada uji ekstrak nyale jantan atau cacing laut pada bakteri bentos

bahwa hampir semua fraksi mampu menghambat bakteri. Adanya zat

antibakteri pada tubuh nyale jelas sangat berarti untuk mempertahankan

hidupnya dari lungkungan. Protein hemerythrin berfungsi sebagai “cadmium

scavenger” atau pemakan cadmium dan “iron scavenger” atau pemakan zat

besi yang digunakan cacing dalam mempertahankan diri dari serangan bakteri.

Protein tersebut diproduksi dan diekspresikan dalam pusat haematopoitik yang

Page 11: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

45

melayang bebas dalam cairan lambung sebelum disimpan dalam granulosit.

Cacing laut Nereis sp. juga dilaporkan memiliki senyawa aktif antibakteri yaitu

hedistin (Jekti, 2008).

.

4.4 Uji Minimum Inhibition Concentration (MIC)

Uji Minimum Inhibition Concentration (MIC) adalah uji yang digunakan

untuk mengetahui konsentrasi terendah dari ekstrak yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Kontrol positif yang digunakan dalam pengujian MIC

adalah ampicilin. Ampicilin merupakan antibiotik yang termasuk dalam golongan

penicilin. Karena dalam suatu golongan maka obat tersebut memilliki mekanisme

kerja yang sama. Ampicilin tidak memunuh bakteri secara langsung tetapi

dengan cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan kapsul yang

melekat disekujur tubuhnya. Lapisan kapsul bagi bakteri berfungsi sangat vital

yaitu melindungi bakteri dan perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh

bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup tanpa

adanya lapisan kapsul ini (Wirawan, 2007).

Media yang digunakan untuk uji MIC adalah media cair Trypticase Soy

Broth (TSB). Pertumbuhan bakteri pada media TSB ditandai dengan warna

kekeruhan pada media, sedangkan media yang jernih menandakan tidak adanya

pertumbuhan bakteri. Penghambatan bakteri ditentukan berdasarkan perubahan

kekeruhan media pada absorbansi dengan panjang gelombang 686 nm sebelum

diinkubasi dengan setelah diinkubasi. Perubahan kekeruhan sebelum dan

sesudah inkubasi dianggap terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri. Nilai

MIC diambil dari konsentrasi terendah yang menunjukkan penurunan absorbansi.

Mekanisme ampicillin sebagai kontrol positif memiliki sifat penghambatan

bakteri dengan cara penghancuran terhadap dinding peptidoglikan pada sel

bakteri. Hal ini disebabkan karena gugus amino pada ampicillin mampu

Page 12: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

46

menembus membran terluar pada bakteri gram positif ataupun bakteri gram

negatif (Yanti, 2014). Ditambahkan oleh Cita (2011), melaporkan bahwa

mekanisme resistensi terhadap ampisilin sebagai kontrol positif, dapat terjadi

karena bakteri menghasilkan inaktivator berupa enzim laktamase, perubahan

target antibiotika sehingga kekurangan Penicillins Binding Protein (PBP),

kegagalan dalam mengaktifkan enzim autolisis dan bakteri tidak memiliki

peptidoglikan. Resistensi terhadap kloramfenikol, dapat terjadi melalui perubahan

target (ribosom) dari antibiotika, dihasilkannya inaktivator berupa enzim

kloramfenikol asetil transferase dan mekanisme yang membatasi antibiotika

masuk secara terus menerus melalui membran luar serta akan memompa keluar

antibiotika dari sitoplasma. Menurut Krisnata et al., (2014), senyawa-senyawa

yang mempunyai aktivitas bakteristatik itu dapat meningkat menjadi bakterisid,

jika kadar senyawa antibakteri itu ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal.

Hasil pengujian dari MIC didapatkan nilai Minimum Inhibition

Concentration (MIC) ekstrak cacing laut Nereis sp pada konsentrasi 50.000 ppm;

100.000 ppm; dan kontrol positif ampicilin 10.000 ppm. nilai Minimum Inhibition

Concentration (MIC) ekstrak cacing Lumbricus rubellus pada konsentrasi 12.500

ppm; 25.000 ppm; 50.000 ppm; 100.000 ppm dan kontrol positif ampicilin 10.000

ppm. Sedangkan nilai Minimum Inhibition Concentration (MIC) ekstrak cacing

Eisenia foetida pada konsentrasi 12.500 ppm; 25.000 ppm; 50.000 ppm; 100.000

ppm; dan kontrol positif ampicilin 10.000 ppm. Tabel 8 menunjukkan hasil dari

absorbansi MIC pada λ 686 nm. Hasil dari MIC di hitung menggunakan MS

Excell untuk mengetahui rata rata dan standar deviasinya.

Page 13: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

47

Tabel 4. Hasil Absorbansi MIC (λ 686 nm)

No Sampel Konsentrasi

Optical Density Salmonella

typhi sebelum inkubasi

Optical Density

Salmonella typhi setelah

inkubasi

1

Ekstrak Etil asetat Nereis sp (A)

Ampicillin 10.000 ppm (a) 0.609±0,010 0,029±0,002 0 ppm (b) 0,232±0,016 0,234±0,026 12.500 ppm (c) 1,231±0,002 1,115±0,003 25.000 ppm (d) 1,235±0,005 0,989±0,002 50.000 ppm (e) 1,333±0,005 1,302±0,005 100.000 ppm (f) 1,862±0,003 1,749±0,007

2

Ekstrak Etil asetat Lumbricus rubellus (B)

Ampicillin 10.000 ppm (a) 0,728±0,004 0,003±0002 0 ppm (b) 0,006±0,004 0,740±0,040 12.500 ppm (c) 0,687±0,003 0,651±0,004 25.000 ppm (d) 1,184±0,003 1,157±0,004 50.000 ppm (e) 1,473±0,003 1,391±0,004 100.000 ppm (f) 2,056±0,002 1.888±0,146

3

Ekstrak Etil asetat Eisenia foetida (C)

Ampicillin 10.000 ppm (a) 0,025±0,004 0,023±0,002 0 ppm (b) 0,129±0,009 0,023±0,002 12.500 ppm (c) 0,153±0,004 0,194±0,004 25.000 ppm (d) 0,319±0,003 0,213±0,005 50.000 ppm (e) 0,504±0,004 0,383±0,004 100.000 ppm (f) 0,633±0004 0,624±0,003

4.5 Uji Minimum Bactericidal Concentration (MBC)

Uji Minimum Bactericidal Concentration (MBC) bertujuan untuk

mengetahui sifat bakterisidal dari suatu antibakteri yang telah diekstrak.

Pengujian dilakukan dengan penanaman pada konsentrasi nilai MIC yang

mengalami penurunan absorbansi. Bakteri yang telah dipaparkan dengan ekstrak

pada uji MIC dipindahkan pada media Trypticase Soy Broth (TSB) steril baru

untuk mengetahui sifat dari senyawa antibakteri yang diekstraksi. Hasil penelitian

ditandai dengan adanya kekeruhan pada tabung reaksi yang menandakan

adanya pertumbuhan koloni bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam. Tabel 9

menunjukkan hasil penelitian uji MBC. Hasil uji MBC menunjukkan bahwa

ekstrak etil asetat cacing tanah Lumbricus rubellus, Eisenia foetida dan cacing

laut Nereis sp., menunjukkan adanya kekeruhan pada tabung uji yang

menandakan pertumbuhan koloni dan bersifat bakteristatik terhadap bakteri

Page 14: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

48

Salmonella typhi. Kontrol positif ampicillin yang digunakan bersifat bakteristatik

pada konsentrasi 10.000 ppm.

Tabel 5. Hasil Uji MBC

No Sampel Konsentrasi Kekeruhan

1 Ekstrak etil asetat Nereis sp

(A)

0 ppm (a) Keruh

12.500 ppm (b) Keruh

25.000 ppm (c) Keruh

50.000 ppm (d) Keruh

100.000 ppm (e) Keruh

2 Ekstrak etil asetat

Lumbricus rubellus (B)

0 ppm (a) Keruh

12.500 ppm (b) Keruh

25.000 ppm (c) Keruh

50.000 ppm (d) Keruh

100.000 ppm (e) Keruh

3 Ekstrak etil asetat Eisenia foetida (C)

0 ppm (a) Keruh

12.500 ppm (b) Keruh

25.000 ppm (c) Keruh

50.000 ppm (d) Keruh

100.000 ppm (e) Keruh

4 Kontrol Ampicillin 10.000 ppm Bening

4.6 Pengamatan Morfologi

4.6.1 Pengamatan Morfologi dengan Mikroskop Cahaya

Hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 kali

tidak bisa diketahui adanya perubahan morfologi dari bakteri uji Salmonella typhi.

Pengamatan dengan mikroskop cahaya dilakukan pada konsentrasi ekstrak yang

menjadi nilai MIC, yaitu konsentrasi dari MIC yang memiliki nilai penurunan pada

absorbansi sebelum dan sesudah diinkubasi. Pengamatan dengan mikroskop

cahaya ini menggunakan zat warna safranin karena bakteri Salmonella typhi

merupakan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif dapat menyerap zat warna

kedua yaitu safranin dan menyebabkan warna merah.

Bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid

yang tinggi. Penambahan safranin pada pengujian pengamatan morfologi bakteri

Page 15: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

49

ini menyebabkan sel bakteri berwarna merah karena persenyawaan kompleks

kristal violet-yodium larut dan dinding sel kemudian mengikat zat warna kedua

yang berwarna merah (Lay,1994). Hasil pengamatan morfologi bakteri

Salmonella typhi dengan pewarnaan yang terpapar ekstrak kasar cacing laut

Nereis sp tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi bakteri. Seiring

dengan bertambahnya konsentrasi maka jumlah koloni bakteri semakin

berkurang. Gambar 9 menunjukkan hasil Salmonella typhi yang terpapar ekstrak

cacing laut Nereis sp menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 100 kali.

Foto Pengamatan

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp. 0 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp. 12.500 ppm dengan pelarut etil asetat Gambar 4. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak Cacing Laut

Nereis sp dengan pelarut etil asetat (dilanjutkan)

10 µM

10 µM

Page 16: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

50

(lanjutan)

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp 25.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp. 50.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp. 100.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Gambar 9. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak Cacing Laut

Nereis sp dengan pelarut etil asetat (dilanjutkan)

10 µM

10 µM

10 µM

Page 17: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

51

(lanjutan)

Ekstrak Cacing Laut Nereis sp kontrol positif ampicillin 10.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Hasil pengamatan morfologi bakteri Salmonella typhi dengan pewarnaan

yang terpapar ekstrak kasar cacing tanah Lumbriscus rubellus dengan pelarut etil

asetat tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi bakteri namun

menunjukkan adanya pemisahan koloni akibat paparan ekstrak. Seiring dengan

bertambahnya konsentrasi maka jumlah koloni bakteri semakin berkurang.

Gambar 10 menunjukkan hasil Salmonella typhi yang terpapar ekstrak etil asetat

Lumbriscus rubellus mikroskop cahaya pada perbesaran 100 kali.

Foto Pengamatan

Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus 0 ppm dengan pelarut etil asetat Gambar 10. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak cacing tanah

Lumbriscus rubellus dengan pelarut etil asetat (dilanjutkan)

Gambar 9. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak etil asetat

Nereis sp

10 µM

10 µM

Page 18: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

52

(lanjutan)

Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus 12.500 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus 25.000 ppm dengan pelarut etil asetat Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus 50.000 ppm dengan pelarut etil asetat Gambar 10. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak cacing tanah

Lumbriscus rubellus dengan pelarut etil asetat (dilanjutkan)

10 µM

10 µM

10 µM

Page 19: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

53

(lanjutan)

Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus 100.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus kontrol positif ampicillin 10.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Hasil pengamatan dari morfologi bakteri Salmonella typhi dengan

pewarnaan sederhana yang terpapar ekstrak kasar cacing tanah Eisenia foetida

dengan pelarut etil asetat menunjukkan tidak adanya perubahan morfologi

namun terdapat pemisahan koloni bakteri. Koloni bakteri pada konsentrasi

12.500 ppm mengalami penurunan dikarenakan ekstrak memiliki penghambatan

bakteri atau nilai MIC pada konsentrasi 12.500 ppm . Gambar 11 menunjukkan

hasil Salmonella typhi yang terpapar ekstrak etil asetat Eisenia foetida mikroskop

cahaya pada perbesaran 100 kali.

Gambar 10. Pengamatan Salmonella typhi yang terpapar ekstrak cacing tanah Lumbriscus rubellus dengan pelarut etil asetat

Page 20: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

54

Foto Pengamatan

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida 0 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida 12.500 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida 25.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Gambar 11. Pengamatan Salmonella typhi terpapar ekstrak Eisenia foetida (dilanjutkan)

10 µM

10 µM

10 µM

Page 21: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

55

(lanjutan)

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida 50.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida 100.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Ekstrak cacing tanah Eisenia foetida kontrol positif ampicillin 10.000 ppm dengan pelarut etil asetat

Gambar 11. Pengamatan Salmonella typhi terpapar ekstrak cacing tanah Eisenia foetida dengan pelarut etil asetat

10 µM

10 µM

Page 22: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

56

4.6.2 Pengamatan Menggunakan Scaning Electron Microscop (SEM)

Dari hasil pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscope

perbesaran 15.000X tidak ditemukan kerusakan struktur morfologi secara

keseluruhan pada bakteri Salmonella typhi yang terpapar ketiga jenis ekstrak.

Bakteri yang terpapar ekstrak cacing laut Nereis sp, cacing tanah Lumbricus

rubellus dan cacing tanah Eisenia foetida hanya mengalami sedikit kerusakan

pada dinding sel seperti pengkerutan. Hal ini disebabkan karena ekstrak yang

bersifat bakteristatik yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri. Koloni

bakteri juga mengalami pemisahan yang disebabkan terpaparnya ekstrak cacing

laut Nereis sp, cacing tanah Lumbricus rubellus, dan cacing tanah Eisenia

foetida. Gambar 12 menunjukkan pengamatan morfologi bakteri Salmonella typhi

terpapar ekstrak cacing laut Nereis sp dengan Scanning Electron Microscop.

Gambar 13 menunjukkan pengamatan morfologi bakteri Salmonella typhi

terpapar ekstrak cacing tanah Lumbricus rubellus dengan Scanning Electron

Microscop. Gambar 14 menunjukkan pengamatan morfologi bakteri Salmonella

typhi terpapar ekstrak cacing tanah Eisenia foetida dengan Scanning Electron

Microscop.

Mekanisme kerja antibiotik menurut Effonora (1990), dibagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu menghambat metabolisme sel mikroba sehingga

diperoleh efek bakteriostatik, menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga

terjadi kerusakan dinding sel mikroba akan menyebabkan terjadinya lisis.

Ditambahkan oleh Brock and Madigan (1994), mengemukakan bahwa

mekanisme kerja bakteriostatik adalah menghambat sintesis protein dengan

mengikat ribosom, sedangkan bakterisidal mencegah pertumbuhan dan

menyebabkan kematian, namun tidak menyebabkan sel bakteri menjadi lisis.

Berbeda dengan bakterisidal, bakterilitik bekerja dengan cara membuat lisis sel-

sel bakteri.

Page 23: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

57

Keterangan tanda panah : morfologi bakteri yang mangalami pengkerutan

Keterangan tanda panah : morfologi bakteri yang mangalasmi pengkerutan

Gambar 12. Pengamatan Bakteri Salmonella typhi Terpapar Ekstrak Cacing Laut Nereis sp dengan pelarut etil asetat menggunakan Scanning

Electron Microscop (perbesaran 15.000X)

Gambar 13. Pengamatan Bakteri Salmonella typhi Terpapar Ekstrak Cacing Tanah Lumbricus rubellus dengan pelarut etil asetat menggunakan Scanning Electron Microscop (perbesaran15.000X)

Page 24: 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Ekstrak Cacing Laut Nereis ...repository.ub.ac.id/6463/5/BAB 4 SKRIPSI- SARASTRIA...terakhir, terutama terhadap antibiotik jenis aminopenicillines,

58

Keterangan tanda panah : morfologi bakteri yang mangalami pengkerutan

Gambar 14. Pengamatan Bakteri Salmonella typhi Terpapar Ekstrak Cacing Tanah Eisenia foetida dengan pelarut etil asetat menggunakan Scanning Electron Microscop (perbesaran 15.000X)