perbaikan tanah dengan geosintetik (ivtitah anita)

24
MAKALAH PERBAIKAN TANAH DENGAN GEOSINTETIK Oleh : Ivtitah Anita Pratiwi 15 4110 4987 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2015

Upload: afifsalim12

Post on 11-Jan-2017

145 views

Category:

Engineering


25 download

TRANSCRIPT

Perbaikan Tanah Metode Geosintetik

MAKALAH PERBAIKAN TANAH DENGAN GEOSINTETIK

Oleh :Ivtitah Anita Pratiwi 15 4110 4987

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perbaikan Tanah dengan Geosintetik ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Afif Salim ST, MT selaku Dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perbaikan tanah dengan aplikasi geosintetik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang,20 Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah1BAB II2PEMBAHASAN22.1.Pengertian dan Gambaran Umum Geosintetik22.2.Klasifikasi dan Identifikasi Geosintetik22.3.Fungsi Geosintetik52.4.Aplikasi dan Dasar Perencanaan6a.Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak6b.Aplikasi pada perkuatan lereng6c.Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis6BAB III19KESIMPULAN193.1 Kesimpulan19DAFTAR PUSTAKA21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam ilmu rekayasa teknik sipil seperti geoteknik salah satu permasalahan yang terjadi adalah daya dukung tanah yang tidak sesuai dengan harapan. Dimana kondisi ini dapat membahayakan struktur yang ditopangnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan atau perkuatan tanah agar daya dukung tanah bisa meningkat. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melakukan hal tersebut. Seperti compaction, sand drain, geosintetik dan lain-lain. Salah satu yang sering digunakan adalah dengan geosintetik.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :a. Pengertian dan gambaran awal geosintetik.b. Klasifikasi dan identifikasi geosintetik.c. Fungsi Geosintetik.d. Aplikasi dan dasar perencanaan geosintetik.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Gambaran Umum GeosintetikGeosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439).

2.2. Klasifikasi dan Identifikasi GeosintetikKlasifikasi geosintetik diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami. Sebagian besar geosintetik terbuat dari polimer sintetik seperti polipropilena (PP), poliester (PET) atau polietilena (PE). Material polimer tersebut sangat tahan terhadap degradasi biologis dan kimiawi. Jenis lain yang jarang digunakan adalah poliamida (PA) atau nilon dan serat kaca. Bahan alami (seperti serat kapas, rami) juga dapat digunakan seperti geotekstil, terutama untuk aplikasi yang bersifat sementara. Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos air. Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan tekstil. Geomembran merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan sebagai penghalang zat cair.Dalam proses pembuatan geotekstil, elemen tekstil seperti serat-serat atau beberapa untaian serat (yarn) dikombinasikan menjadi struktur tekstil lembaran. Elemen tersebut dapat berupa filamen (serat menerus) berbentuk benang polimer tipis dan panjang atau serabut serat (staple fiber) berbentuk filamen pendek dengan panjang antara 20- 150 mm. Elemen tekstil tersebut juga dapat dibuat dengan memotong suatu lembaranplastik atau film untuk membentuk pita tipis datar. Pada filamen dan potongan film (slit film), proses pengeluaran atau penarikan akan memanjangkan polimer dalam arah penarikan sehingga meningkatkan kekuatan filamen.Jenis geotekstil kemudian dibagi berdasarkan metode yang digunakan untuk mengkombinasikan filamen atau pita menjadi struktur lembaran. Jenis geotekstil yang utama adalah tak-teranyam (non-woven) dan teranyam (woven). Geotekstil teranyam terbuat dari monofilamen, multifilamen, fibrillated yarns atau dari potongan film dan pita. Proses penganyaman untuk geosintetik teranyam sama dengan pembuatan tekstil biasa. Geotekstil tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih dimana serat polimer atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup atau ditempatkan pada suatu sabuk berjalan. Kemudian massa filamen atau serat tersebut. Disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau disatukan dengan panas dimana serat tersebut dilas oleh panas dan/atau tekanan pada titik kontak serat dengan massa teksil tak-teranyam.Geogrid merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web). Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya.Saat ini terdapat material yang secara teknis tidak dapat disebut tekstil, misalnya jaring, grid, net, jala (mesh) dan komposit. Geotekstil dan produk-produk tersebut, seperti net dan grid, dapat dikombinasikan dengan geomembran atau bahan sintetik lainnya untuk mendapatkan karakteristik terbaik dari setiap bahan. Produk tersebut dikenal sebagai geokomposit dan produk ini dapat berupa gabungan dari geotekstilgeonet, geotekstil-geogrid, geotekstil-geomembran, geomembran-geonet, dan bahkan struktur sel polimer tiga dimensi. Kombinasi bahan-bahan pembentuk geokomposit tersebut sangat banyak dan hampir tidak terbatas. Selain itu terdapat juga tipe-tipe geosintetik lain seperti geosynthetic clay liner maupun geopipa (Koerner, 2003).

Gambar 2.1 Klasifikasi Geosintetik

Pada umumnya geosintetik dapat diidentifikasi berdasarkan: Tipe polimer (definisi deskriptif, misalnya polimer berkepadatan tinggi, polimer berkepadatan rendah); Tipe elemen (misalnya filamen, tenunan, untaian, rangka, rangka yang dilapis); Proses pembuatan (misalnya teranyam, tak teranyam dan dilubangi dengan jarum, tak teranyam dan diikat dengan panas, diperlebar atau ditarik, dijahit, diperkeras, diperhalus); Tipe geosintetik primer (misalnya geotekstil, geogrid, geomembran); Massa per satuan luas (untuk geotekstil, geogrid, geosynthetic clay liner, dan geosintetik penahan erosi) dan atau ketebalan (untuk geomembran); Informasi tambahan atau sifat-sifat fisik lain yang dibutuhkan untuk menggambarkan material dalam aplikasi tertentu;

2.3. Fungsi GeosintetikGeosintetik memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder yang biasanya lebih dari satu fungsi. Kedua fungsi tersebut menjadikan geosintetik dapat berkontribusi secara total pada saat penerapannya. Dengan demikian, kedua fungsi ini perlu dipertimbangkan pada saat perhitungan dan pembuatan spesifikasi perencanaan.Geosintetik memiliki enam fungsi sebagai berikut:a. Filtrasi: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous. b. Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan tanah.c. Separator: bahan geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.d. Perkuatan: sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah.e. Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas. Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.f. Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya pada saat pemasangan.

2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaana. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunakTanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B (DPU, 2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR30 cu), maka nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1. Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak memiliki kecenderungan untuk menyebar secara lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja di dalam timbunan. Tekanan tanah ini menimbulkan tegangan geser horizontal pada dasar timbunan yang harus ditahan oleh tanah pondasi. Apabila tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan terjadi keruntuhan. Pemasangan geotekstil atau geogrid berkekuatan tinggi yang direncanakan dengan tepat akan berfungsi sebagai perkuatan untuk meningkatkan stabilitas serta mencegah keruntuhan. Geotekstil atau geogrid juga akan mengurangi pergeseran horizontal dan vertikal tanah di bawahnya, sehingga dapat mengurangi penurunan diferensial. Perlu diperhatikan bahwa perkuatan geosintetik tidak akan mengurangi besarnya konsolidasi jangka panjang atau penurunan sekunder timbunan. Oleh karena itu apabila kriteria kinerja utama dari suatu bangunan (timbunan) adalah penurunan, maka penanganan dengan geosintetik tidak sesuai untuk dipilih.Fungsi perkuatan pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut: Meningkatkan faktor keamanan rencana; Menambah tinggi timbunan; Mencegah pergeseran timbunan selama pelaksanaan; Memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang seragam.Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua kondisi, yaitu: Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam; Timbunan dibangun di atas zona lemah lokal.Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama adalah timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung atau gambut jenuh air yang sangat lunak. Pada kondisi ini, arah terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan. Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan. Aplikasi kedua adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan oleh lubang amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau gambut. Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan.Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung besarnya gaya geser yang akan ditahan.Gambar 2.2 Timbunan di atas Tanah Lunak

Gambar 2.3 Timbunan di Atas Zona Lemah Setempat dan Tanah Berongga

Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang diperkuat adalah perencanaan untuk mencegah keruntuhan. Gambar 2.4 menunjukkan mode keruntuhan yang dapat terjadi pada timbunan yang diperkuat. Ketiga kemungkinan keruntuhan tersebut memberikan indikasi jenis analisis stabilitas yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan timbunan dan potensi rangkak pada perkuatan juga harus dipertimbangkan.

Gambar 2.4 Mode Keruntuhan pada Timbunan yang diperkuatStabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya dihitung dengan menggunakan metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup konservatif karena pada analisis ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan kekuatan pada tanah dasar.Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan parameter efektif juga dapat dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan air pori lapangan yang akurat. Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial terkonsolidasi-tak terdrainse (CU) untuk mendapatkan parameter efektif untuk analisis. Karena estimasi tekanan air pori lapangan tidak mudah dilakukan, maka selama konstruksi harus dipasang pisometer untuk menghitung kecepatan penimbunan. Dengan demikian prosedur perencanaan yang digunakan pada pedoman ini menggunakan analisis tegangan total, karena dianggap lebih sesuai dan lebih sederhana untuk perencanaan perkuatan timbunan.

b. Aplikasi pada perkuatan lerengLereng tanah yang diperkuat merupakan suatu bentuk stabilisasi tanah secara mekanis dengan menggunakan elemen perkuatan sebidang dalam suatu struktur lereng yang mempunyai kemiringan muka kurang dari 70. Sedangkan struktur tanah yang distabilisasi secara mekanis dengan kemiringan muka 70 sampai dengan 90 diklasifikasikan sebagai dinding penahan.Fungsi utama dari lereng tanah yang diperkuat adalah:a. Meningkatkan stabilitas lereng, terutama jika diinginkan sudut kemiringan lereng lebih besar tetapi tetap aman dibandingkan dengan lereng yang tidak diperkuat, atau setelah terjadinya keruntuhan (lihat Gambar 2.5). Jenis drainase yang dipakai adalah pipa berlubang (perforated pipes) yang dibungkus dengan material granular dan dihubungkan dengan saluran drainase dari agregat kasar dan dilapisi dengan geotekstil filter. Dapat pula digunakan sistem geokomposit untuk saluran. Kriteria drainase ini tidak dibahas rinci dalam pedoman ini. Detail drainase diperlihatkan pada Gambar 4.2;b. Fungsi dari geosintetik yang ditempatkan di tepi lereng timbunan yang dipadatkan adalah untuk memberikan tahanan lateral selama pemadatan timbunan (lihat Gambar 2.6). Meningkatnya tahanan lateral memungkinkan terjadinya peningkatan kepadatan tanah dan meningkatkan pengurungan (confinement) lateral untuk tanah di muka lereng. Perkuatan tepi tersebut juga memungkinkan beroperasinya alat berat secara aman di tepi lereng. Untuk timbunan dengan tanah kohesif, dapat digunakan geosintetik tak-teranyam yang sebidang dengan perkuatan sehingga dapat mendisipasi tekanan pori di dalam timbunan yang dipadatkan.

Gambar 2.5 Perkuatan untuk meningkatkan stabilitas lereng

Gambar 2.6 Perkuatan untuk meningkatkan kepadatan di kaki lereng dan stabilitas permukaan lereng

Gambar 2.7 Detail Drainase Bawah Permukaan

Keuntungan ekonomis dari perkuatan lereng ini diantaranya: Mengurangi pemakaian lahan karena lereng dengan perkuatan dapat lebih tegak; Mengurangi volume bahan timbunan; Memungkinkan digunakannnya timbunan dengan kualitas yang lebih rendah; Mengurangi biaya untuk elemen-elemen penutup (facing) seperti yang diperlukan dalam dinding yang distabilisasi secara mekanis.

Lereng yang diperkuat diantaranya diaplikasikan pada pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut (lihat Gambar 2.8):a. Konstruksi timbunan jalan baru;b. Pelebaran timbunan jalan lama;c. Perbaikan keruntuhan lereng.

Gambar 2.8 Aplikasi Lereng Tanah yang Diperkuat

Lereng tanah yang diperkuat dapat pula diaplikasikan dalam konstruksi berikut ini:a. Stabilitas permukaan di hulu/hilir dan peningkatan tinggi bendung;b. Konstruksi tanggul permanen dan struktur pemantau banjir sementara;c. Semakin tegaknya timbunan abutmen dan pengurangan bentang jembatan;d. Pelebaran jalan sementara untuk pembuatan jalan memutar;e. Konstruksi timbunan menggunakan tanah berbutir halus yang jenuh air.

Pemilihan sifat-sifat teknis tanah dasar harus difokuskan untuk penentuan daya dukung, potensi penurunan, dan posisi muka air tanah. Penentuan kapasitas daya dukung membutuhkan parameter kohesi (c), sudut geser () dan berat isi () serta posisi muka air tanah. Untuk penentuan penurunan tanah dasar diperlukan parameter koefisien konsolidasi (cv), indeks kompresibilitas (Cc) dan angka pori (e).Pemilihan kriteria tanah timbunan yang diperkuat harus mempertimbangkan kinerja jangka panjang struktur, stabilitas masa konstruksi dan faktor degradasi lingkungan yang terjadi terhadap perkuatan. Pengetahuan dan pengalaman dengan lereng tahan yang diperkuat dan dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis selama ini hanyalah dengan menggunakan tanah timbunan berbutir (non-kohesif). Oleh karena itu pengetahuan tentang distribusi tegangan internal, tahanan cabut, dan bentuk bidang keruntuhan terbatas pada sifat-sifat teknis unik dari jenis tanah tersebut.Setiap tanah yang memenuhi syarat sebagai timbunan dapat digunakan dalam system perkuatan lereng. Akan tetapi material dengan kualitas tinggi akan memudahkan pemadatan dan meminimalkan kebutuhan perkuatan.Persyaratan perencanaan untuk lereng yang diperkuat pada intinya sama dengan perencanaan lereng tanpa perkuatan: faktor keamanan harus memenuhi untuk jangka panjang dan jangka pendek terhadap mode-mode keruntuhan yang dapat terjadi. Tiga mode keruntuhan yang dapat terjadi adalah (lihat Gambar 4.4):a. Keruntuhan internal, dimana bidang keruntuhan memotong elemen perkuatan;b. Keruntuhan eksternal, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan di bawah massa tanah yang diperkuat;c. Keruntuhan gabungan, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan juga memotong massa tanah yang diperkuat.

Gambar 2.9 Moda Keruntuhan Tanah Lereng yang Diperkuat

Gambar 2.10 Tahapan Perencanaan Lereng yang Diperkuat

c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara MekanisKonstruksi dinding penahan tanah dipilih jika konstruksi lereng dinilai sudah tidak ekonomis dan tidak layak secara teknis. Salah satu jenis dinding penahan tanah adalah dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis (mechanically stabilized earth wall, MSEW), selanjutnya disingkat menjadi dinding MSE.Dinding MSE pada dasarnya terdiri dari perkuatan di dalam timbunan tanah yang membantu menahan tekanan tanah lateral. Jika dibandingkan dengan dinding penahan tanah konvensional, dinding MSE biasanya mempunyai beberapa keunggulan. Dinding MSE lebih fleksibel dibandingkan dinding penahan tanah biasa seperti dinding kantilever beton atau dinding penahan tanah tipe gravitasi. Oleh karena itu, dinding MSE lebih sesuai untuk daerah dengan tanah pondasi yang buruk dan daerah seismik aktif.Dinding MSE menggunakan beberapa jenis bahan perkuatan diantaranya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi dan geosintetik. Akan tetapi, yang tercakup dalam pedoman ini hanyalah dinding MSE yang diperkuat dengan perkuatan geosintetik (geotekstil dan geogrid).Struktur dinding MSE, termasuk yang diperkuat dengan geosintetik, dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang efektif untuk menggantikan dinding gravitasi konvensional, kantilever beton, atau dinding penahan yang diperkuat dengan pita metalik (metallic strips).Penggunaan geosintetik memberikan solusi yang sangat variabel dan ekonomis dibandingkan dengan pita metalik, terutama pada kondisi lingkungan yang berbeda beda. Tinggi maksimum dinding yang diperkuat dengan geosintetik hanya mencapai kurang lebih 15 m 22 m, sedangkan dengan pita metalik dapat melebihi 30 m.

Sistem dinding MSE dapat digambarkan melalui geometri perkuatan, mekanisme transfer tegangan, bahan perkuatan, kemampuan memanjang perkuatan, dan jenis penutup muka serta sambungan.A. Geometri perkuatanGeometri perkuatan terdiri dari tiga jenis, yaitu: Linier satu arah: pita (strip), termasuk pita-pita baja beralur atau baja mulus atau pita-pita geosintetik yang dilapis; Komposit satu arah: grid atau tikar batangan (bar mat) yang dicirikan oleh spasi antar grid yang lebih besar dari 150 mm; Bidang datar (planar) dua arah: geosintetik lembaran menerus, anyaman kawat (wire mesh) yang dilas, dan wire mesh teranyam.

B. Bahan perkuatanDari jenis bahan, dinding MSE dapat dibagi menjadi perkuatan metalik dan perkuatan non-metalik: Perkuatan metalik: biasanya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi. Perkuatan non-metalik: umunya bahan polimer yang terdiri dari polipropilen, polietilen atau poliester.

C. Kemampuan memanjang perkuatan Perkuatan yang tidak dapat memanjang (inextensible): deformasi timbunan pada saat runtuh jauh lebih kecil dari deformasi pada tanah. Perkuatan yang dapat memanjang (extensible): deformasi timbunan pada saat runtuh hampir sama atau bahkan lebih besar daripada deformasi pada tanah.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 KesimpulanGeosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439).Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami. Geosintetik memiliki enam fungsi sebagai berikut:a. Filtrasi: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous. b. Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan tanah.c. Separator: bahan geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.d. Perkuatan: sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah.e. Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas. Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.f. Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya pada saat pemasangan.

DAFTAR PUSTAKA

DPU. 2002b. Pt T-10-2002-B. Panduan Geoteknik 4: Desain dan Konstruksi. Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Indonesia.DPU. 2009. Perencanaan dan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik. Departemen Pekerjaan Umum (DPU). IndonesiaMekanika Tanah. (2016, 27 Juli). Perbaikan tanah dengan geosintetik. Diperoleh 19 Desember 2016 dari https://aboutsoil.wordpress.com/2012/07/27/perbaikan-tanah-dengan-geosintetik/.

21