vital sign anita 2
DESCRIPTION
IIIITRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL
PEMERIKSAAN VITAL SIGN
Disusun oleh : KELOMPOK F1
No. Nama NPM
1. I Nyoman Gita Jaya 10700242
2. Ninis Fajeriyah 10700244
3. Felicia Anita Wijaya 10700246
4. Susi Indah Riyani 10700248
5. Dewa Nyoman Suryadi 10700250
6. Novilia Rini W 10700252
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODE KERJA
2.1 Sarana Praktikum
1. Meja periksa / tempat tidur
2. Stopwatch / arloji (jam)
3. Sphygmomanometer (Tensimeter), terdiri dari:
a. Manometer air raksa + klep pembuka penutup
b. Manchet udara
c. Selang karet
d. Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup
4. Stethoscope
5. Bangku latihan fisik
6. Metronom
7. Thermometer
2.2 Prosedur Praktikum
A. MEMERIKSA SUHU TUBUH
Dalam keadaan berbaring:
a. Pilih 2 mahasiswa coba (MC1-2) laki- laki dan perempuan.
b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit dimeja periksa.
c. Bersihkan thermometer dengan alkohol 70% dan keringkan.
d. Thermometer diletakkan ke dalam fossa aksiler dan biarkan selama ±5 menit.
e. Catat hasilnya ke dalam tabel E-1
Dalam keadaan setelah beraktifitas:
a. Suruh MC1-2 melakukan latihan “STEP TEST” selama 20 kali/menit selama
2 menit dengan dipandu oleh irama metronom yang diatur pada frekuensi 80
ketukan/menit.
b. Ukur suhu tubuh MC1-2 selama ±5 menit dengan interval 1 menit (5 menit ke
I...5 menit ke II...5 menit ke III...dst)
c. Catat hasilnya ke dalam tabel E-2.
B. MEMERIKSA PERNAFASAN
Dalam keadaan berbaring:
a. Mahasiswa coba (MC1-2) adalah orang coba yang sama.
b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit dimeja periksa.
c. Perhatikan dengan melihat gerakan pernafasan pada dada dan perut bagian
atas, saat inspirasi kemudian ekspirasi dihitung 1 kali.
d. Hitung frekwensi dan irama pernafasan tersebut selama ±1 menit.
e. Catat hasilnya ke dalam tabel E-3.
Dalam keadaan setelah beraktifitas:
a. Suruh MC1-2 melakukan latihan “STEP TEST” (praktikum ini dilakukan
bersama-sama dengan pemeriksaan suhu tubuh setelah beraktifitas).
b. Hitung frekwensi dan irama pernafasan tersebut selama ±1 menit dengan
interval 1 menit (1 menit ke 1...1 menit ke 2...1 menit ke 3).
c. Catat hasilnya ke dalam tabel E-4.
C. MEMERIKSA DENYUT NADI DAN MENGUKUR TEKANAN DARAH
Memeriksa denyut nadi secara palpasi
a. Mahasiswa coba (MC1-2) adalah orang coba yang sama.
b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit dimeja periksa.
c. Letakkan kedua lengan di sisi tubuh dengan kedudukan volar.
d. Periksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari ke 2-3-4
yang diletakkan sejajar satu terhadap yang lain diatas arteri radialis tersebut.
Tentukan:
Frekuensinya.....jumlah denyut/menit.
Iramanya...........teratur/tidak teratur.
e.Catat data sesuai format : Tabel E.5.
Mengukur tekanan darah secara palpasi
a. MC1-2 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa.
b. Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan) di sisi
tubuh dengan kedudukan volar.
c. Pasang manchet pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti.
d. Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra.
e. Pompakan udara ke dalam manchet sampai denyut arteri radialis dextra tak
teraba.
f. Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer
sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis dextra tak
teraba.
g. Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan. Catat
tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba kembali.
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi.
h. Catat data sesuai format.
Mengukur tekanan darah secara auskultasi
a. MC1-2 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa dengan manchet
tetap terpasang di lengan atas kanan, posisi lengan tetap disisi tubuh dengan
kedudukan volar.
b. Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan
letakkan bell stethoscope diatas arteri brachialis dextra tersebut.
c. Pompakan udara ke dalam manchet, maka akan terdengar suara bising arteria
brachialis dextra melalui stetoschope.
d. Teruskan memompa udara ke dalam manchet, pada suatu saat suara bising
arteria brachialis dextra akan menghilang.
e. Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer
sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara bising arteria brachialis
dextra tadi menghilang.
f. Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan, maka
akan terdengar:
1. Suara Korotkoff I
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
2. Suara Korotkoff IVdan V
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
g. Catat data sesuai format : Tabel E.5.
D. MENGAMATI DAN MEMPELAJARI PENGARUH POSISI TUBUH
TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH.
1. a. Pilih 2 mahasiswa coba (MC1-2)
b. Pilih mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada
arteri radialis sinistra.
c. Pilih mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada
lengan kanan secara auskultasi selama praktikum.
d. Pilih 2 mahasiswa untuk mencatat data masing-masing pada MC1 dan
MC2.
2. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian
tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan
darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali
berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
3. Suruh MC1-2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan
frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada
lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-
turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
4. Suruh MC1-2 berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit,
kemudian tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra
serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing
diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
5. Catat data sesuai format : Tabel E.6.
E. MENGAMATI DAN MEMPELAJARI PENGARUH LATIHAN FISIK
TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH.
1. a. Pilih 2 mahasiswa coba (MC1-2)
b. Pilih mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada
arteri radialis sinistra.
c. Pilih mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada
lengan kanan secara auskultasi selama praktikum.
d. Pilih 2 mahasiswa untuk mencatat data.
2. Suruh MC1-2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian : periksa denyut
nadi arteri radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara
auskultasi, masing-masing diperiksa/diukur 3 kali berturut –turut. Catat
frekuensi , irama denyut nadi dan tekanan sistolik, diastolik serta hitung
nilai rata-rata nya. Bila waktu mendesak boleh diukur satu kali saja.
3. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC1-2 melakukan
latihan fisik dengan cara:
“STEP TEST” selama 20 kali/menit selama 2 menit dengan dipandu oleh
irama metronom yang diatur pada frekuensi 80 ketukan per menit.
4. Setelah step test berakhir, MC1-2 suruh segera duduk, ukurlah frekuensi
nadi serta tekanan darahnya masing satu kali saja. Data ini diharapkan
tercatat tepat 1 menit setelah step test berakhir.
5. Teruskan mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2
menit (menit ke3.....menit ke5.....menit ke7.....dst) sampai nilainya kembali
seperti keadaan sebelum latihan.
6. Catat data sesuai format : Tabel E.7.
BAB III
HASIL PRATIKUM
Tabel data dan grafik
Nama mahasiswa coba 1 : Dewa Nyoman
Umur : 19 tahun
Waktu : 09.00
Dosen Pembimbing : Dr. Wandai
Tempat : Laboratorium Ilmu Faal
Nama mahasiswa coba 2 : Felicia Anita Wijaya
Umur : 19 tahun
Waktu : 10.00
Dosen Pembimbing : Dr. Wandai
Tempat : Laboratorium Ilmu Faal
Tabel E1: Data Pemeriksaan Suhu Tubuh Posisi Berbaring
Mahasiswa Coba 1 Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler (ºC)
Dewa Ninis 37,2
Mahasiswa Coba 2 Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler (ºC)
Felicia Anita Dewa 36,4
Tabel E2: Data Pemeriksaan Suhu Tubuh Setelah Aktifitas
Mahasiswa coba 1 Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler (ºC)
Dewa
a. 5 menit pertama 36,8
b. 5 menit kedua 36,8
c. 5 menit ketiga 37,1
Mahasiswa coba 2 Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler (ºC)
Felicia anita
a. 5 menit pertama 36,6
b. 5 menit kedua 37
c. 5 menit ketiga 37
Grafik 2: Grafik Pemeriksaan Suhu Tubuh Setelah Aktifitas
Tabel E3: Data Pemeriksaan Pernafasan Posisi Berbaring
Mahasiswa Coba 1 Pemeriksa RR (X/mnt) Irama
Dewa Felicia 14 Teratur
Mahasiswa Coba 2 Pemeriksa RR (X/mnt) Irama
Felicia
AnitaNinis 15 Teratur
Tabel E4: Data Pemeriksaan Pernafasan Setelah Aktifitas
Mahasiswa Coba 1 Pemeriksa RR (X/mnt) Irama
Dewaa. 1 mnt pertama
b. 2 mnt kedua
c. 3 mnt ketiga
25
19
15
Tidak teratur
Tidak teratur
Teratur
Mahasiswa Coba 2 Pemeriksa RR (X/mnt) Irama
Felicia
Anita
a. 1 mnt pertama
b. 2 mnt kedua
c. 3 mnt ketiga
28
21
16
Tidak teratur
Tidak Teratur
Teratur
Grafik 4: Grafik Pemeriksaan Pernafasan Setelah Aktifitas
Tabel E5.1: Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa Coba 1
MHS
COBAPemeriksa
Denyut
Nadi
(x/menit)
Tek. Sistol
(Palp)
Tek. Sistol
(ausk)
Tek. Diastol
(ausk)
MC1
Dewa
A (Vivin)
B (Susi)
C (Ninis)
D (Anita)
E (GIta)
70
73
72
80
82
112
108
110
108
116
112
110
110
110
112
74
74
70
72
72
Grafik 5.1.: Grafik Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa Coba 1
Tabel E5.2: Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa Coba 2
MHS
COBAPemeriksa
Denyut
Nadi
Tek. Sistol
(Palp)
Tek. Sistol
(ausk)
Tek. Diastol
(ausk)
MC2
Felicia
Anita
A (Susi)
B (Vivin)
C (Ninis)
D (Gita)
74
68
70
84
108
100
108
102
110
108
110
112
68
72
70
74
E (Dewa) 84 108 110 70
Grafik 5.2: Grafik Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa Coba 2
Tabel E6.1: Data Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah Mahasiswa Coba 1
Posisi Tubuh Denyut Nadi Tek. Sistol (ausk) Tek. Diastol (ausk)
BERBARING
TERLETANG
1. 70
2. 72
3. 73
Mean = 71,67
1. 110
2. 110
3. 112
Mean = 110,67
1. 70
2. 72
3. 74
Mean = 72,67
DUDUK
1. 77
2. 66
3. 68
Mean = 70,37
1. 110
2. 112
3. 116
Mean = 112,67
1. 72
2. 72
3. 74
Mean = 72,67
BERDIRI
1. 76
2. 72
3. 69
Mean = 72,33
1. 114
2. 114
3. 108
Mean = 112
1. 76
2. 78
3. 74
Mean = 76
Grafik 6.1: Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah Mahasiswa Coba 1
Tabel E6.2: Data Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa
Coba 2
Posisi Tubuh Denyut Nadi Tek. Sistol (ausk) Tek. Diastol (ausk)
BERBARING
TERLETANG
1. 68
2. 70
1. 108
2. 110
1. 72
2. 70
3. 74
Mean = 70,67
3. 110
Mean = 109,33
3. 68
Mean = 70
DUDUK
1. 92
2. 91
3. 90
Mean = 91
1. 108
2. 102
3.112
Mean = 107,33
1. 70
2. 76
3. 80
Mean = 75,33
BERDIRI
1. 92
2. 96
3. 94
Mean = 94
1. 110
2. 106
3. 110
Mean = 108,67
1. 78
2. 78
3. 78
Mean = 78
Grafik 6.2: Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah Mahasiswa Coba 2
Tabel E7.1: Data Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa
Coba 1
WAKTUDENYUT
NADI
TEK. SISTOL
(ausk)
TEK. DIASTOL
(ausk)
PRA LATIHAN
1. 70
2. 72
3. 73
Mean = 71,67
1. 110
2. 110
3. 112
Mean = 110,67
1. 70
2. 72
3. 74
Mean = 72,67
PASCA
LATIHAN
Menit ke-1 112 126 84
Menit ke-3 92 124 82
Menit ke-5 90 116 78
Menit ke-7 86 108 72
Grafik 7.1: Grafik Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah Mahasiswa Coba 1
Tabel E7.2: Data Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa
Coba 2
WAKTU DENYUT NADITEK. SISTOL
(ausk)
TEK. DIASTOL
(ausk)
PRA LATIHAN
1. 60
2. 70
3. 74
Mean = 68
1. 108
2. 110
3. 110
Mean = 109,33
1. 72
2. 70
3. 68
Mean = 70
PASCA
LATIHAN
Menit ke-1 156 128 86
Menit ke-3 127 124 82
Menit ke-5 98 118 78
Menit ke-7 97 116 72
Grafik 7.2: Grafik Pengaruh Latihan Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah Mahasiswa Coba 2
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil Praktikum
Hasil dari praktikum berdasarkan tabel dan grafik pemeriksaan vital sign
sebagai berikut :
4.1.1 Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pada hasil pemeriksaan suhu tubuh dalam posisi berbaring, suhu tubuh
MC1-2 normal(antara 36 derajat C sampai 37 derajat C). Sedangkan suhu tubuh
MC1-2 setelah beraktivitas dengan melakukan ‘’STEP TEST’’ meningkat pada 5
menit pertama kemudian suhu tubuh kembali menurun ke posisi normal lagi
seperti sebelum beraktivitas setelah lebih dari 10 menit.
4.1.2 Pemeriksaan pernapasan
Pada hasil pemeriksaan pernapasan dalam posisi berbaring, frekuensi
pernapasan MC1-2 tidak normal(melebihi dari 18 x/menit) akan tetapi iramanya
masih teratur. Hal ini dapat dikarenakan MC 1-2 tegang sehingga frekuensi
pernapasan menjadi cepat. Sedangkan pernapasan MC1-2 setelah beraktivitas
dengan melakukan ‘’STEP TEST’’, frekuensi pernapasannya menjadi lebih
cepat(melebihi dari 18 x/menit) dan iramanya tidak teratur pada 1 menit pertama
kemudian frekuensi dan irama pernapasan kembali ke posisi sebelumnya setelah
lebih dari 2 menit.
4.1.3 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuraan Tekanan Darah
Pada hasil pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah MC1-2
hasilnya normal.
Pada hasil pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah dalam
posisi berbaring, duduk, dan berdiri terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan ada
efek gravitasi bumi.
Pada hasil pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah setelah
latihan fisik juga terdapat perbedaan karena adanya perubahan sistem sirkulasi
dan pernapasan.
4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah!
Jawab :
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap tiap
satuan luas dinding pembuluh darah
2. Pada pembuluh darah apa saja dapat memeriksa denyut nadi?
Jawab :
Arteri radialis
Arteri brachialis
Arteri carotis
Arteri femoralis
Arteri popliteal
Arteri dorsalis pedis
Arteri tibialis posterior
3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah secara palpasi atau
dengan auskultasi!(dari segi : konsep teori-sarana-prosedur-hasil)!
Jawab :
Cara palpasi
Konsep-teori : Saat tekanan manchet melebihi sistole,
aliran darah berhenti dan denyut arteri radialis sudah tidak
teraba. Sedangkan jika tekanan manchet diturunkan secara
pelan dan berkesinambungan, aliran darah mulai mengalir
lagi dan denyut arteri radialis teraba kembali.
Sarana : Tidak menggunakan stetoskop, tapi menggunakan
ujung jari telunjuk,tengah dan manis.
Prosedur : Memompa udara ke dalam
manchet(menggunakan pompa udara) sampai denyut arteri
radialis tidak teraba. Kemudian ditambahkan 20 mmHg
lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis tidak
teraba. Setelah itu keluarkan udara dalam manchet secara
pelan dan berkesinambungan(dengan memutar sekrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam). Catat mmHg
pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba
kembali.
Hasil : Tekanan sistolik.
Cara auskultasi
Konsep-teori : Saat tekanan manchet melebih sistole, aliran
darah berhenti dan tidak terdengar suara bising arteri
brachialis. Sedangkan jika tekanan manchet diturunkan
secara pelan dan berkesinambungan, aliran darah mulai
mengalir lagi dan terdengar suara korotkoff akibat adanya
hambatan turbulensi.
Sarana : Menggunakan stetoskop
Prosedur : Meletakkan stetoskop di atas arteri
brachialis(yang terletak pada fossa cubiti). Kemudian
pompa udara ke dalam manchet(menggunakan pompa
udara) sampai suara bising arteri brachialis hilang.
Tambahkan 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara
bising arteri brachialis menghilang. Setelah itu keluarkan
udara dalam manchet secara pelan dan
berkesinambungan(dengan memutar sekrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam), maka akan terdengar
suara korotkoff. Catatlah hasilnya.
Hasil : Tekanan sistolik dan tekanan diastolic
4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan kanan atas?
Jawab :
Karena secara umum dan yang paling lazim digunakan adalah pada lengan
atas kanan. Akan tetapi jika lengan atas kanan tidak memungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dapat digantikan pada daerah arteri
femoralis, arteri popliteal dan lainnya.
5. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah? Jelaskan!
Jawab :
Iya karena jika terlalu longgar, bunyi yang terdengar lemah dan cenderung
menghasilkan tekanan darah yang tinggi. Sedangkan jika terlalu ketat,
tekanan yang didapatkan sangat besar sehingga suara korotkoff tidak
terdengar dan cenderung menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah.
6. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari suara-suara korotkoff
(korotkoff I,II,III,IV,V)!
Korotkoff I :
Kontraksi ventrikel mula-mula menyebabkan aliran balik
darah secara tiba-tiba mengenai katup A-V
Katup menutup dan mencembung ke arah atrium sampai
korda tendinea secara kemudian secara tiba-tiba
menghentikan pencembungan ini.
Elistisitas korda tendinea dan katup yang tegang kemudian
akan mendorong darah bergerak kembali ke ventrikel-
ventrikel.
Peristiwa ini menyebabkan darah, dinding ventrikel, serta
katup yang tegang bergetar dan menimbulkan turbulensi
getaran dalam darah.
Getaran kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya
ke dinding dada sehingga terdengar sebagai bunyi
korotkoff I.
Korotkoff II :
Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol ke
arah ventrikel dan regangan elastisitas katup akan
melentingkan darah kembali ke arteri.
Menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah
antara dinding arteri dan katup semilunaris, dan juga antara
katup dan dinding ventrikel dalam waktu singkat.
Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian
dihantarkan terutama sepanjang arteri
Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai
dinding suara(misalnya : dinding dada), getaran ini
menimbulkan suara yang dapat didengar.
Korotkoff III :
Terjadi karena osilasi darah yang bolak-balik antara
dinding-dinding ventrikel yang dicetuskan oleh
masuknya darah dari atrium.
Bunyi ini baru terdengar saat sepertiga bagian tengah
diastole karena pada permulaan diastole, ventrikel
belum cukup terisi sehingga belum ada tegangan elastik
yang cukup dalam ventrikel untuk menimbulkan
lentingan.
Frekuensi bunyinya sangat lemah dan bergemuruh
sehingga telinga tidak dapat mendengarkannya namun
bunyi ini dapat direkam pada fonokardiogram.
Korotkoff IV :
Bunyi ini timbul saat atrium berkontraksi yang disebabkan
oleh meluncurnya darah ke dalam ventrikel sehingga
menimbulkan getaran seperti yang terjadi pada bunyi
jantung ketiga.
Korotkoff V :
Bunyi ini timbul pada suara bising hilang aliran darah
menjadi strean line.
Digunakan untuk mengukur tekanan darah diastolik yang
suaranya terdengar semakin lemah karena tekanan manchet
telah jauh berkurang.
7. Suara korotkoff IV dan V dapat digunakan untuk menentukan tekanan
diastolik Mana yang lebih baik? Jelaskan !
Jawab :
Suara korotkoff V lebih baik karena suara ini merupakan suara terakhir yang
didapatkan dari pemompaan tekanan darah.
8. Apa perbedaan antara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi
dan tekanan post-exercise (setelah latihan)?Jelaskan !
Jawab :
Pada atlet, pemulihan denyut nadi dan tekanan post-exercise jauh lebih cepat
dibandingkan non- atlet. Hal ini dikarenakan jantung atlet lebih tebal dan kuat
sehingga denyutnya lebih stabil sedangkan jantung non-atlet lebih tipis dan
tidak terlalu kuat sehingga terjadi perubahan drastis.
9. a. Secara teoritis bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah?
Jawab :
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal
ini dikarenakan adanya gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi
pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredarah darahnya horisontal
sehingga tidak terlalu melawan gravitasi. Sedangkan pada saat duduk dan
berdiri, kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena
melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat.
b. Apakah hasil praktikum saudara sesuai teori?
Jawab :
Tidak
c. Apakah hasil praktikum saudara tidak sesuai teori?Jelaskan.
Jawab :
Iya karena pada hasil percobaan denyut nadi dan tekanan darah pada posisi
berbaring lebih tinggi daripada saat duduk dan berdiri. Seharusnya tekanan
darah pada posisi berbaring lebih kecil dari pada posisi duduk dan berdiri
karena arah peredaran darah tidak terlalu melawan gravitasi. Oleh karena itu,
mungkin pada percobaan ini terjadi kesalahan dalam pengukuran.
10. a. Secara teoritis bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah?
Jawab :
Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal
ini dikarenakan adanya perubahan besar dalam sistem sirkulasi dan
pernapasan. Biasanya pada menit pertama terjadi kenaikan denyut nadi dan
tekanan darah kemudian lama kelamaan denyut nadi dan tekanan darah akan
menurun kembali karena kerja jantung sudah kembali normal.
b. Apakah hasil praktikum saudara sesuai teori?
Jawab :
Iya.
c. Apakah hasil praktikum saudara tidak sesuai teori?Jelaskan
Jawab :
Tidak.
11. Suhu tubuh dihasilkan oleh apa?
Jawab :
Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di
dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
12. Ada berapa macam jenis febris? Jelaskan.
Jawab :
Fever/demam: suhu tubuh naik disebabkan oleh adanya infeksi
sehingga tubuh membuat mekanisme untuk mempertahankan
kekebalannya.
Heat stroke: suhu tubuh naik melebihi suhu kritis yang terjadi
kaibat paparan udara panas
Forstbite: kebekuan permukaan tubuh karena paparan suhu yang
terlalu dingin.
13. Apakah ada pengaruh aktifitas dengan suhu tubuh? Jelaskan.
Jawab :
Ada, karena aktivitas merangsang peningkatan laju metabolisme yang
mengakibatkan suhu bisa naik karena adanya gesekan komponen otot yang
menghasilkan energi termal dan suhu turun atau normal kembali setelah tidak
melakukan aktivitas.
14. Sebutkan macam pernapasan dan jelaskan.
Jawab :
Inspirasi: menghirup udara dalam-dalam untuk mengambil oksigen di
udara masuk ke dalam paru.
Ekspirasi: menghembuskan CO2 dari dalam ke luar tubuh.
15. Apakah ada pengaruh aktifitas dengan ritme pernafasan?
Jawab :
Ada, karena setelah melakukan aktivitas terjadi perubahan keadaan dimana
oksigen sangat dibutuhkan sehingga terjadi perubahan ritme pernafasan yang
lebih cepat karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.
16. Bilamana dikatakan hypothermia? Apa penyebabnya?
Jawab :
Dikatakan hypothermia jika :
Diawali dengan gejala kedinginan seperti biasa, dari badan gemetaran
menahan dingin sampai gigi berkerotakan karena tidak kuat menahan
dingin.
Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa
kedinginan, tapi merasa kepanasan.
Keadaan dimana suhu inti tubuh<350C
Penyebab :
Terjadi saat terdapat ketidakseimbangan pertukaran panas tubuh dan saat
pengeluaran panas tubuh (melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi)
tidak dapat diimbangi oleh produksi panas tubuh.
KEPUSTAKAAN
Guyton, Arthur C., 5.,ed. 1982. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC
(http://www.topendsports.com/testing/tests/step-harvard.htm, Kamis 14 April 2011,
20:24)