penyelesaian analitik dan pemodelan fungsi bessel

8
Saintek Vol 5. No 3 Tahun 2010 Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel Lailany Yahya Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo abstrak Dalam makalah ini akan dilakukan penyelesaian analitik dan pemodelan persamaan diferensial Bessel serta menunjukkan sifat simetri pada ruang Hilbert dan ortogonalitas untuk memperoleh grafik Fungsi Bessel J n (x) dan fungsi Neuman N n (x). 1. Pendahuluan Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel x 2 y + xy + (x 2 v 2 ) y = 0, di mana parameter v merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder. Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi Persamaan mempunyai penyelesaian yang berbentuk y(x) = 0 m m m r x a x = 0 m r m m x a dengan a 0 0 turunan-turunannya adalah y(x) = 0 1 1 1 ) 1 ( ) ( m r m m m r m m x a r m x a r m y(x) = 0 1 2 2 ) 2 )( 1 ( ) )( 1 ( m r m m m r m m x a r m r m x a r m r m

Upload: truongkien

Post on 15-Dec-2016

229 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

Saintek Vol 5. No 3 Tahun 2010

Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

Lailany Yahya

Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

abstrak

Dalam makalah ini akan dilakukan penyelesaian analitik dan pemodelan persamaan diferensial

Bessel serta menunjukkan sifat simetri pada ruang Hilbert dan ortogonalitas untuk memperoleh

grafik Fungsi Bessel Jn(x) dan fungsi Neuman Nn(x).

1. Pendahuluan

Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan

matematika adalah persamaan diferensial Bessel x2y + xy + (x2 – v2) y = 0, di mana parameter v

merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran

(vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian

besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder. Kita asumsikan bahwa

parameter v di dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif.

Perhatikan bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi

Persamaan mempunyai penyelesaian yang berbentuk

y(x) =

0m

m

m

r xax

=

0m

rm

m xa dengan a0 0 turunan-turunannya adalah

y(x) =

0

1

1

1 )1()(m

rm

m

m

rm

m xarmxarm

y(x) =

0

1

2

2 )2)(1())(1(m

rm

m

m

rm

m xarmrmxarmrm

Page 2: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

substitusikan y, y dan y ke persamaan diferensial di atas, diperoleh

0

22 0)]()()1)([(m

rm

m xavxmrmrmr

Bagi persamaan ini dengan xr dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat

(r2 – v2)a0 + [(r + 1)2 – v2] a1x +

2

2

22 ]))[((m

m

mm xaavmr = 0

(r2 – v2)a0 = 0

[(r + 1)2 – v2] a1 = 0

2

2

22 ]))[((m

mm aavmr = 0

karena a0 0, dari (r2 – v2)a0 = 0 diperoleh persamaan penunjuk

r2 – v2 = 0 r = ± v

begitu pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1 = 0.

Sedangkan dari persamaan

2

2

22 ]))[((m

mm aavmr = 0 didapat rumus rekursi

(r + m – v)(r + m + v) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … (1)

selanjutnya kita tinjau kasus r = v.

Penyelesaian Terhadap Akar r1 = v

Untuk r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi m(2v + m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … karena a1 = 0,

maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1 = 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m 0 untuk m = 2, 3,

….

Gantikan m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan

a2m = 222 )(2

1

ma

mvm , untuk m = 1, 2, 3, … (2)

dengan syarat v - m. Dari (2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara berurutan. ganti m

dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh

a2m-2 = 422 )1)(1(2

1

ma

mvm

Page 3: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

dengan demikian

a2m = 424

2

)1)()(1(2

)1(

ma

mvmvmm

apabila proses ini dilanjutkan, maka didapat

a2m = )1)...(1)((!2

)1(2

0

vmvmvm

am

m

, untuk m = 1, 2, 3, …. (3)

a0 masih sembarang, biasanya diambil

a0 = )1(2

1

vv

dimana adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa () didefinisikan

oleh integral

0

1)( dtte t ( > 0)

dengan integrasi parsial diperoleh

0

1

0

0

)1( dttetedtte ttt

pernyataan pertama di ruas kanan adalah nol dan integral di ruas kanan adalah (). Ini

menghasilkan hubungan dasar

(+1) = () (4)

karena

(1) =

0

1dte t

kita simpulkan dari (4) bahwa

(2) = (1) = 1 !, (3) = 2(2) = 2!, dan umumnya (k+1) = k! untuk k = 0, 1, 2, ….

Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial

yang diketahui dari kalkulus elementer. Kita kembali pada masalah yang kita tinjau, (v+m)(v+m-1) …

(v+1) (v+1) = (v+m+1) jadi rumus untuk a2m pada (3) menjadi

vm

m

mvvmvmvm

a2).1()1)...(1)((!2

)1(22

Page 4: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

)1(!2

)1(22

mvma

mv

m

m , m = 0, 1, 2, …. (5)

Dengan menentukan r = v dan substitusikan (5) ke y(x) =

0m

m

m

r xax dan mengingat a2m-1 = 0, untuk

m = 1, 2, …, maka didapat

y(x) =

0

2

2

m

m

m

v xax =

0

2

2 )1(!2

)1(

m

m

mv

mv x

mvmx

fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan ditulis dengan notasi Jv(x). Jadi

Jv(x) =

0

2

2 )1(!2

)1(

m

m

mv

mv x

mvmx (6)

atau

Jv(x) =

...

)42)(22(4.2)22(21

)1(2

42

vv

x

v

x

v

xv

v

dan berlaku untuk v yang bukan bilangan bulat negatif, atau

Jn(x) =

0

2

2 )!(!2

)1(

m

m

mn

mn x

mnmx

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini

merupakan solusi persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif. Khususnya untuk v

= 0, dari (6) diperoleh

J0(x) = ...,6424.22

1222

6

22

4

2

2

xxx

yaitu fungsi Bessel orde nol.

2. Pembahasan

Pada pembahasan ini kita tinjau kasus r = - v, dengan mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh

J-v(x) =

0

2

2 )1(!2

)1(

m

m

vm

mv x

vmmx (7)

Karena persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v merupakan penyelesaian-

penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama. Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v

Page 5: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

adalah bebas linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah

kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini memberikan hasil berikut.

Teorema 1. (Penyelesaian umum persamaan Bessel)

Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan Bessel untuk setiap x 0 adalah

y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x). Tetapi jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x) bukan

penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.

Teorema 2. (Kebergantungan linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)

Untuk bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x) adalah bergantung linear karena

J-n(x) = (-1) n Jn(x) untuk n = 1, 2, 3, ….

Fungsi eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x). kita tahu bahwa

0

2)2

(!

1

n

nxt

ext

n

0

2)2

(!

1

n

nxt

ext

n

bila kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh

n

n

n

ttxJe t

x

)()( 1

2

= J0(x) + J1(x) t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x) t-2 + ….

berlaku untuk setiap x dan t 0. Jadi Jn merupakan koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.

Untuk memenuhi penyelesaian dan pemodelan fungsi Bessel dengan nilai limit dapat ditunjukkan

dengan gambar di bawah ini

Page 6: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

Gambar 1. Grafik fungsi-fungsi Bessel

Gambar 2. Ruang Hilbert dengan deret Fourier Bessel

10 20 30 40 50

0.4

0.2

0.2

0.4

2 4 6 8 10 12 14

0.8

0.6

0.4

0.2

0.2

0.4

Page 7: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

Gambar 3. Fungsi Bessel dengan Orde n

Gambar 4. Fungsi Bessel ortogonalitas

3 2 1 1 2 3

10

5

5

10

1.0 1.5 2.0 2.5 3.0

0.2

0.4

0.6

0.8

Page 8: Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

Gambar 5. Fungsi Bessel Neuman Sferis

3. Kesimpulan

Dari pemodelan persamaan diferensial Bessel yang disebut fungsi Hankel atau disebut fungsi

Bessel jenis ketiga dan penyelesaian persamaan Helmholtz dalam sistem koordinat sferis dan

duplikasi Legendre untuk menyelidiki ortogonalitas fungsi-fungsi harmonik diperoleh grafik fungsi

Bessel Jn(x) dan fungsi Neuman Nn(x).

DAFTAR PUSTAKA

Abell, M. L. & J. P. Braselton, Diferential Equations with Mathematica, Third Edition,

ELSEVIER Academic Press (2004).

Kreyszig, E, Advanced Engineering Mathematics, 5th Edition, John Wiley and Sons, New York (1983).

10 8 6 4 2 2

0.5

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5