laporan pemodelan struktur

Upload: angga-pradhana

Post on 04-Jun-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    1/17

    ANALISIS STATIK PUSHOVER STRUKTUR RANGKA

    BRESING EKSENTRIK TIPE V-TERBALIK

    1. PendahuluanSistem Rangka Baja Berpengaku Eksentrik (SRBE) merupakan sistem struktur

    pemikul beban gempa yang memiliki kinerja yang baik dalam hal kekuatan,

    kekuatan, daktilitas, maupun disipasi energi. Elemen yang memegang peranan

    penting pada SRBE adalah elemen link yang berfungsi menyerap energi gempa

    melalui mekanisme leleh, yang dapat berupa leleh geser atau leleh lentur.

    Link merupakan elemen struktur yang direncanakan untuk berperilaku inelastis

    serta mampu untuk berdeformasi plastis yang besar, karena memikul momen lentur

    dan geser yang paling besar di antara komponen struktur lainnya. Deformasi inelastis

    yang dialami link dapat berupa deformasi lentur atau geser, dan ditunjukkan dengan

    besarnya sudut rotasi plastis yang terbentuk di antara sumbu balok dan sumbu link.

    Gambar 1.1. Rotasi link pada SRBE tipe

    Kajian yang dilakukan Moestopo, et al, (2009) menunjukkan bahwa untuk

    panjang ink yang sama, peningkatan kekuatan dan kekakuan SRBE akan diperoleh

    sejalan dengan peningkatan rasio L/H, artinya plastisifikasi atau kelelehan link akan

    terjadi pada tingkat pembebanan lateral yang lebih tinggi untuk struktur yang tidak

    langsing (L/H besar). Hal ini disebabkan karena kemiringan bresing yang lebih landai

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    2/17

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    3/17

    Gambar 2.1. Denah Bangunan

    2.2. Data StrukturParameter yang digunakan dalam pembebanan gempa mengacu pada kelas

    situs D. Pada penelitian ketinggian gedung yang ditinjau hanya satu yaitu gempa pada

    arah X baik untuk model SRPM, dan SRBE. Tinggi masing-masing kolom 4,00 m,

    panjang balok divariasikan m.

    Adapun mutu bahan yang digunakan pada perencanaan bangunan ini adalah

    sebagai berikut.

    a. Mutu baja:Tegangan leleh, = 250 MPa

    Tegangan putus, = 410 Mpa

    Modulus elastisitas, = 200.000 Mpa

    b. Mutu Beton ( digunakan dalam memodel Pelat )Kuat tekan Fc = 25 Mpa

    Modulus elastis, E = 23500 MPa

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    4/17

    Tebal Pelat Lantai = 12 cm

    Tebal Pelat Atap = 10 cm

    Adapun pembebanan struktur yang bekerja pada struktur ini sebagai berikut :

    Beban mati () = Berat sendiri struktur

    Beban mati tambahan ( ) = 121 kg/m2 (pelat atap),

    145 kg/m2 (pelat lantai)

    Beban hidup atap () = 100 kg/m2

    Beban hidup lantai () = 250 kg/m2

    Beban gempa () = Berdasarkan SNI 03-1726-2012

    Gambar 2.2. Inpu beban gempa menggunakan autoloadIBC 2006 pada SAP2000

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    5/17

    3. Metode PelaksanaanAdapun langkahlangkah dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk

    diagram alir ( flowchart ) sebagai berikut :

    Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

    Mulai

    Sruktur Rangka Bresing Eksentrik

    Pemodelan dan pembebanan

    rangka

    Kontrol

    rasio

    tegangan

    Analisi Pushover

    strukturSRBE

    Selesai

    Pemasukan data perencanaan

    dan dimensi struktur

    kinerja, berat struktur, simpangan dan

    pembahasan

    Tidak OK

    OK

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    6/17

    Uraian gambar diagram alir tersebut dijelaskan sebagai berikut :

    a. Pemasukkan data perencanaan dan dimensi struktur,Merupakan tahap persiapan dalam proses perencanaan struktur berupa

    memasukkan data perencanaan seperti data material dan dimensi struktur pada

    program

    b. Pemodelan strukturMemodel 3D struktur baja terbuka dengan sistem rangka pemikul momen, dan

    sistem rangka bresing eksentris sesuai dengan denah bangunan pada model

    yang telah ditentukan, beserta dimensi yang telah dipersiapkan. Selanjutnya

    dilakukan pengerjaan beban pada struktur akibat beban mati, beban mati

    tambahan (akibat akibat plafond, penggantung, spesi, tegel, dan lain-lain),

    beban hidup, dan beban gempa. Beban mati akibat berat sendiri struktur

    dihitung sesuai dengan dimensi struktur pada program (self weight multiplier).

    Kemudian definisikan kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 03-1726

    2012.

    c. Kontrol Rasio Tegangan dan SimpanganKemudian model dilakukan analisis dan selanjutnya dilakukan desain

    berdasarkan AISC-LRFD99 yang sudah built in pada SAP2000 untuk

    mengetahui rasio tegangan hingga memenuhi batasan yang telah ditentukan

    yaitu 0,95.

    d. Analisis PushoverApabila sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka kedua struktur

    dapat dilakukan analisispushover.

    e. Kinerja dan Berat Struktur serta PembahasanSelanjutnya dapat diamati hasil kinerja yang didapat terhadap masing-masing

    struktur,

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    7/17

    4. Hasil Analisis dan Pembahasan4.1. Dimensi Profil

    Setelah struktur dimodelkan dan memenuhi kontrol stress ratio 0,95 maka

    dipilih profil masingmasing batang sebagai berikut :

    Gambar 4.1. Hasil desain (frame Section) berdasarkan AISC-LRFD93

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    8/17

    4.2. SimpanganSimpangan antar lantai tingkat desain () seperti yang ditentukan dalam SNI

    03-1726-2012 tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin (a) seperti

    yang didapatkan pada tabel 16 untuk semua tingkat dengan kategori resiko gempa IV

    yaitu simpangan yang dihitung tidak boleh melampaui 0,015 kali tinggi tingkat.

    Selanjutnya berdasarkan hasil analisis diperoleh total besar simpangan arah x dan y

    untuk masing-masing model.

    000.35total

    hs

    mmxa

    600000.40015,0

    Simpangan dilihat berdasarkan arah gempa x dan arah gempa y, dimana

    penyajian data masingmasing tingkat disajikan sebagai berikut :

    Tabel 4.1. Simpangan akibat beban gempa arah X

    Lantai U1 (mm) U2 (mm) U3 (mm)

    10 22,11613 5,52525 -0,00002

    9 19,59688 4,93914 -0,00002

    8 17,00106 4,33236 -0,00002

    7 14,29129 3,70395 -0,00002

    6 11,55598 3,07956 -0,00002

    5 8,90370 2,47732 -0,00001

    4 6,40359 1,91319 -0,00001

    3 4,26060 1,40958 -0,00001

    2 2,41184 0,85092 -0,00001

    1 0,96276 0,37261 0,00000

    0 0,00000 0,00000 0,00000

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    9/17

    Tabel 4.2. Simpangan akibat beban gempa arah Y

    Lantai U1 (mm) U2 (mm) U3 (mm)

    10 6,45767 19,51786 0,00002

    9 5,72280 17,49537 0,00001

    8 4,96406 15,39764 0,00001

    7 4,17221 13,22007 0,00001

    6 3,37293 11,04811 0,00001

    5 2,59790 8,94077 0,00001

    4 1,86761 6,95326 0,00001

    3 1,24285 5,15883 0,00001

    2 0,70247 3,13918 0,00000

    1 0,27968 1,38913 0,00000

    0 0,00000 0,00000 0,00000

    Dari kedua tabel diatas terlihat simpangan maksimal terjadi pada lantai 10

    yang merupakan bagian tertinggi dari gedung dengan simpangan sebesar 22,12 mm

    untuk beban gempa arah X dan 6,46 mm untuk beban gempa arah Y. Sehingga

    gedung tersebut memenuhi persyaratan simpangan ijin berdasarkan SNI 03-1726-

    2012 dimana simpangan yang terjadi lebih kecil dari 600 mm.

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    10/17

    4.3. Kurva statik Push OverSetelah melakukan analisis pushover dengan SAP 2000, maka akan

    didapatkan kurvapushoveryang menunjukkan hubungan perpindahan dan gaya geser

    dasar suatu struktur.

    4.4. Target PerpindahanKriteria evaluasi kinerja kondisi bangunan didasarkan pada gaya dan

    deformasi yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan target

    perpindahan t. Dua metode yang digunakan untuk menentukan target perpindahan

    yaitu metode kinerja batas ultimit (SNI 1726-2002) dan metode koefisien

    perpindahan (FEMA 356).

    Berikut adalah idealisasi kurvapushoverberdasarkan FEMA 356 :

    Gambar 4.2. Kurva idealisasi Push over

    Berdasarkan metode kinerja batas ultimit (SNI 1726-2002), maka mengacu

    pada beban gempa nominal yang diperoleh dari analisa struktur dengan cara auto

    load diperoleh simpangan ultimate yang dapat terjadi pada bagian atap yaitu :

    t = . R . x

    dimana :

    t = Simpangan ultimate berdasarkan SNI 03-1726-200

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25

    GayaGeserDasar(KN)

    Perpindahan Atap (m)

    Kurva idealisasi push over

    Target Perpindahan

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    11/17

    = Faktor pengali dari simpangan struktur gedung akibat pengaruh gempa

    rencana ( = 0,7)

    R = Faktor reduksi gempa (SRBE = 8)

    X = Simpangan maksumim yang terjadi pada suatu sistem

    Sehingga didapatkan :

    t = 0,7 . 8 . 22,12 = 123,872 mm

    Dari kedua metode diatas digunakan nilai target perpindahan yang paling besar

    (menentukan) untuk arah x adalah berdasarkan FEMA 356 yaitu sebesar 0,236 m.

    4.5.

    Evaluasi Kinerja StrukturSelanjutnya komponen struktur dievaluasi pada kondisi dimana target

    perpindahan tercapai. Kriteria evaluasi kinerja kondisi bangunan didasarkan pada

    gaya dan deformasi yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan target

    perpindahan t.

    Tabel 4.3 Tabel Kinerja Struktur

    Step

    Displacement BaseForceAtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE BeyondE Tota

    m KN

    0 -0,000261 0 1180 0 0 0 0 0 0 0 1180

    1 0,064199 372,213 1179 1 0 0 0 0 0 0 1180

    2 0,081928 471,196 1174 2 2 1 0 1 0 0 1180

    3 0,081978 220,143 1174 1 2 1 0 1 0 1 1180

    4 0,088256 195,118 1174 1 2 1 0 0 1 1 1180

    5 0,088256 195,118 1174 1 2 1 0 0 0 2 1180

    6 0,094639 169,675 1174 1 2 1 0 0 0 2 1180

    7 0,145554 271,212 1172 3 0 2 0 1 0 2 1180

    8 0,145604 155,52 1172 2 0 2 0 1 0 3 1180

    9 0,162222 109,345 1172 2 0 2 0 0 1 3 1180

    10 0,162222 109,345 1172 2 0 2 0 0 0 4 1180

    11 0,168317 92,41 1172 2 0 2 0 0 0 4 1180

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    12/17

    12 0,32985 205,689 1167 3 2 3 0 1 0 4 1180

    13 0,3299 73,919 1167 3 1 3 0 0 0 6 1180

    14 0,652604 164,894 1158 6 2 6 1 1 0 6 1180

    15 0,652654 66,108 1157 6 3 5 1 0 0 8 1180

    16 0,862295 98,011 1155 6 4 5 1 1 0 8 1180

    17 0,862345 76,298 1154 6 5 5 1 0 0 9 1180

    18 0,926571 85,647 1150 10 5 5 1 0 0 9 1180

    19 1,020087 92,308 1147 8 6 7 2 1 0 9 1180

    20 1,020137 53,329 1146 9 6 7 2 0 0 10 1180

    21 1,156715 64,728 1146 8 7 7 2 0 0 10 1180

    22 1,185516 66,26 1146 8 5 8 2 1 0 10 1180

    23 1,185566 53,851 1146 8 5 8 2 0 0 11 1180

    24 1,257997 58,002 1146 8 5 8 1 1 0 11 1180

    25 0,905517 23,182 1146 8 5 8 1 0 0 12 1180

    Catatan: A: Origin Point (titik awal), B: Yield Point ( titik leleh), IO: Immediate Occupancy

    (pengguanaan sedang), LS: Life Safety (Aman untuk dihuni), CP: Collapse Prevention (Pecegahan

    Keruntuhan), C: Ultimate Point (titik batas), D:Residual Point (titik sisa), E: Failure Point (titik

    keruntuhan).

    Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka terlihat kelelehan pertama terjadi pada step ke-

    3 dimana kelelehan tersebut terjadi pada bagian link yang memang direncanakan

    untuk leleh pertama kali.

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    13/17

    Gambar 4.3. Kinerja bangunan pada step ke-3 analisisPushover

    Dari tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa target perpindahan struktur terjadi pada

    saat step ke-12 dimana perpindahan struktur sudah melewati simpangan ultimate

    sebesar 236 mm. kinerja bangunan pada step ke-12 ditunjukkan pada gambar 4.4.

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    14/17

    Gambar 4.4. Kinerja bangunan pada step ke-12 analisisPushover

    Pada gambar 4.4. terlihat dua buah link pada bagian bawah bangunan sudah

    mengalami leleh sedangkan bresing pada dua lantai terbawah sudah mengalami

    kondisiyieldpoint atau segera dapat dihuni. Sehingga struktur sesuai dengan konsep

    desain yang diharapkan yaitu balok lemah kolom kuat. Dengan target perpindahan

    sebesar t 236 mm dan gaya geser dasar sebesar 139,650 ton.

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    15/17

    Kinerja bangunan pada step ke-25 sebagai step terakhir dari analisis push over

    ditampilkan pada gambar 4.5 dimana keruntuhan pada link sudah terjadi di setengah

    tinggi bangunan.

    Gambar 4.5. Kinerja bangunan pada step ke-25 analisisPushover

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    16/17

    4.6. Kurva Push OverSetelah melakukan analisis pushover dengan SAP 2000, maka akan

    didapatkan kurvapushoveryang menunjukkan hubungan perpindahan dan gaya geser

    dasar suatu struktur. Berikut adalah kurvapushoverpada model struktur.

    Gambar 4.6 Kurva pushover model struktur

    Berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa gaya geser dasar maksimum

    yang dapat terserap oleh struktur sebesar 471,196 KN pada saat perpindahan sebesar

    81mm. setelah menapai gaya geser dasar maksimum struktur mengalami penurunan

    yang drastis pada gaya geser dasar yag dapat terserap dampai dengan perpindahan

    maksimal yang terjadi yaitu 1258 mm. sedangkan pada bagian akhir kurva terlihat

    penurunan perpindahan menjadi sebesar 905 mm dengan gaya heser dasar sebesar

    23,182KN.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    500

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

    Gayageserdasar(KN)

    Perpindahan (m)

    Kurva Pushov

  • 8/13/2019 laporan pemodelan struktur

    17/17

    5. KesimpulanDari hasil analisis yang dilakukan didapat kan beberapa kesimpulan yang dapat

    disampaikan yaitu :

    i. Simpangan maksimal yang terjadi pada struktur diakibatkan oleh beban gempapada arah x dengan simpangan sebesar 22,12 mm, jauh lebih kecil dibandingkan

    dengan simpangan ijin menurut SNI 03-1726-2002 sebesar 600 mm

    ii. Pada analisis pushover, kelelehan pertama terjadi pada bagian link pada step ke-3 pada analisis pushover

    iii. Nilai target perpindahan berdasarkan FEMA 356 yaitu sebesar 0,236 m dicapaipada step ke 12

    iv. Gaya geser dasar maksimum yang dapat terserap oleh struktur sebesar 471,196KN pada saat perpindahan sebesar 81mm (step ke-3)