penyakit gizi

Upload: didit-agus

Post on 30-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ethan Frome

ANOREKSIA

1. Algoritme

1. Nilai apakah betul anoreksia

TRUE ANOREKSIA PSEUDO ANOREKSIA

- Status gizi baik

2. Tentukan derajat anoreksia - BB normal/agak turun

- Anak aktif

- Anamnesis

Ringan - Pemeriksaan Fisik Berat Th/ Konseling ibu

(Intake kalori > 50%) - tidak makan sama sekali

3.a.Tentukan Status gizi - Intake kalori< 50%

Status Gizi Cukup/KEP tak berat Status Gizi KEP berat MRS

Rawat Jalan : 4.a. 4.b.

- Penyuluhan / Pendidikan - cari faktor penyebab/predisposisi

- Kontrol 1 x / minggu - Identifikasi kelainan

- Analisa/ Monitor Diet - Pemeriksaan rutin & penunjang

Identifikasi kelainan organik ( Tatalaksana Sesuai S.P

( + ) ( - )

Terapi ( SP

Lanjutkan bimb.nutrisi 5.b. Evaluasi kemajuan anoreksia

( + )

( - )

T/ diteruskan

5.a.Evaluasi kemajuan anoreksia

5.b.1.Nilai kelainan organik

( + ) ( - )

Masih aktif

Teruskan bimbingan nutrisi Konsultasi Psikologi

Terkontrol

Evaluasi lebih lanjut

2. Batasan

Nafsu makan kurang atau sama sekali tidak mau makan.

3. Etiologi

Spektrum Penyebab: Penyakit organis, psikologis, pengaturan makanan/ pola makan yang kurang baik.

4. Patogenesis

Spektrum Penyebab

Anoreksia

Katabolisme

Deplesi

KEP

Atrofi Gangguan Absorbsi/ Digesti

( Diare )

Sistem imun (

( Infeksi )

5. Langkah Diagnosis

Langkah 1.

Nilai apakah anak betul-betul menderita anoreksia. Jika anak gizinya baik, aktif, dan riwayat makanan memadai, anak dianggap menderita Pseudo Anoreksia.

Langkah 2.

Untuk anak yang benar-benar menderita anoreksia tetapkan derajatnya. Dianggap ringan jika intake masih lebih dari separuh kebutuhan,

Langkah 3.

Anak yang menderita Anoreksia Ringan ditetapkan status gizinya. Jika ada KEP berat dirawat.

Langkah 4.

4a. Anak dengan Anoreksia Ringan yang berobat jalan diberikan bimbingan nutrisi, dan ditetapkan apakah menderita kelainan organik atau tidak. Jika ada kelainan organik ditanggulangi sesuai standar profesinya.

4b. Anak dengan anoreksia yang dirawat dicari penyakit/ kelainan yang menyertainya, ditanggulangi sesuai dengan standar profesi. Dilakukan rehabilitasi gizi.

Langkah 5.

Setelah bimbingan/ rehabilitasi nutrisi dan penanggulangan kelainan organik dinilai kemajuan anoreksia.

Anak yang tidak mengalami kemajuan dimintakan konsultasi psikologi. Anak dengan kelainan organik yang masih aktif dinilai dan ditanggulangi lebih lanjut.

Kelainan organik yang didentifikasi mencakup:

- Kelainan kongenital termasuk inborn error of metabolism.

- Penyakit infeksi

- Penyakit sistemik.

6. Penatalaksanaan

Pada pseudo anoreksia dilakukan konseling ibu.

Pada anoreksia ringan dengan status gizi cukup.

( rawat jalan dengan memberikan penyuluhan/ pendidikan diet, analisa dan monitor diet (pemberrian makanan secara aktif dan makanan disesuaikan selera)

( Cari faktor penyebab

Pada anoreksia ringan dengan KEP berat ( MRS

Pada anoreksia berat.

( MRS dengan tindakan sesuai S.P.

7. Tindak lanjut

Pengamatan : - Evaluasi 1x/minggu

- Berat badan , Tinggi badan 1x/bulan

- Pertumbuhan dan perkembangan.

Indikasi Pulang :

Nafsu makan baik.

BB/TB 90 %.

Penyakit penyerta/ yang mendasari sudah teratasi.

KURANG ENERGI DAN PROTEIN BERAT (KEP)

1. Batasan

Kekurangan berat badan yang besar (BB/U < 80% P50 dari standar NCHS) dengan manifestasi klinis KEP berat.

2. Etiologi

Spektrum Penyebab :

Intake kurang, penyakit sistemik ( kebutuhan meningkat/ kehilangan nutrien, gangguan absorbsi/ digesti. Intake kurang: kemiskinan, kebodohan, penyakit.

3. Patogenesis

Siklus infeksi, diare dan kurang gizi yang diperberat oleh adanya immuno- defisiensi, atropi dan malabsorpsi/ disfungsi organ.( KEP

Disfungsi hormonal/ defisiensi hormon ( kehilangan nutrien meningkat, katabolisme meningkat, gangguan pertumbuhan ( KEP

4. Bentuk Klinik

Modifikasi wellcome trust:

- Marasmus, BB/U < 60% tanpa edema

Marasmik Kwasiorkor, BB/U < 60% dengan edema

Kwasiorkor, BB/U > 60% dengan edema

5. Komplikasi

Hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan fungsi vital dan gangguan keseimbangan elektrolit asam basa, infeksi berat, hambatan penyembuhan penyakit penyerta.

Jangka panjang: stunting, berkurangnya potensi tumbuh kembang.

6. Prognosis

KEP yang dirawat: kematian 20 30 %, meningkat bila albumin < 1,5 g%, glukosa darah < 50 mg%, suhu rektal < 35,5 (C dan infeksi berat.

Gejala sisa: pencapaian tumbuh kembang terhambat termasuk penurunan intelegensi, terutama jika KEP terjadi pada usia dibawah 2 tahun..

7. Diagnosis

Dasar diagnosis:

Modifikasi criteria Wellcome trust + manifestasi klinik.

Langkah diagnosis:

Tetapkan klasifikasi KEP.

Pastikan apakah ada gangguan fungsi vital (penurunan kesadaran, tanda presyok, gangguan kardiovaskuler dan pernapasan) / tanda bahaya yang mengancam kehidupan: dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit/ asam-basa, hipoglikemia, hipotermia, hipo-albuminemia, sepsis.

Tetapkan penyakit yang menyertai (mendasari dan penyerta), secara rutin :

- TBC ( standar profesi TBC.

ISK ( standar profesi ISK.

Infeksi telinga kronis/mastoid ( Standar profesi THT.

Nilai keadaan diare. Perkirakan kemampuan makan, pencernaan dan absorpsi berdasarkan riwayat makanan, diare dan gangguan gastro intestinal.

Cari penyebab lain (metabolik/ endokrin)

Indikasi rawat:

Semua dirawat.

8. Penatalaksanaan

Pemberian cairan/makanan :

. I. Tahap stabilisasi ( tahap penyelamatan ) Dilaksanakan bila ada gangguan fungsi vital dan tanda bahaya.

Mengobati / mencegah hipoglikemia. Dekstrostik < 50mg/dl ( 7kg diberikan makanan semisolid-solid.

Kalori yang diberikan 50 100 kalori/kgbb/hari dengan protein 2 g/kgbbb/hari.

1. Pada anak yang dirumah minum susu formula diberi susu formula rendah laktose

(LLM). Dievaluasi kemungkinan muncul diare atau diare bertambah, muntah

atau meteorismus. Bila ini terjadi kemungkinan intoleran laktosa, diatasi dengan:

a. Mengurangi jumlah formula sampai kalori yang diberikan minimal 50

kalori/kgbb/hari sehingga kandungan laktosa menjadi kurang dari 0,9

gr/kgbb/hari. Setiap 100 kcal LLM mengandung 1,46 g glukosa.

b. Bila dengan cara diatas masih diare, kemungkinan anak menderita intoleran

laktosa berat atau CMPSE. Diatasi dengan mengganti susu formula yang

bebas laktosa dan masih mengandung protein susu sapi.

c. Bila dengan cara tersebut diatas masih juga diare, diperkirakan anak menderita

CMPSE. Diatasi dengan memberikan susu formula bebas protein susu sapi

(susu formula yang berasal dari kacang kedelai). Untuk kepastian diagnosa

secara klinis, uji coba formula sebaiknya dilakukan 2 kali terhadap formula

sebelumnya. Susu formula kacang kedelai ini dapat diberikan selama 3 6

bulan, dan selanjutnya dikembalikan dengan susu formula sebelumnya secara

bertahap. Apabila selama observasi anak menderita diare kembali, mungkin

anak menderita alergi terhadap protein yang berasal dari kacang kedelai.

Untuk itu diatasi dengan memberikan susus formula yang proteinnya sudah

dihidrolisa (pregestimil).

2. Pada anak yang dirumah tidak minum susu formula diberi makanan tak

mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa (breda, formula bubur tempe).

Jika dengan cara yang demikian diare tidak berhenti diperkirakan anak menderita

malabsorbsi berat, makanan tidak dapat lagi diberikan secara oral. Diberikan

makanan parenteral gabungan dari lipid, asam amino kristaloid dan glukosa.

III. Tahap rehabilitasi ( tahap Penyembuhan ):

Intake kalori 100-175 kalori/kgbb/hari, protein 3-5 g/kgbb/hari. Bentuk, jenis dan cara

pemberian disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.

Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin diberikan/

disediakan dirumah.

IV. Tahap Pembinaan:

Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan

dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumah. Tujuan tahap ini agar ibu mei merawat anak KEP dan agar dapat menghindari berulangnya KEP. Sesuai dengan pencapaian tumbuh kembang (BB/TB >90%) secara bertahap intake yang direkomendasi akan turun menjadi 100 120 kcal/kgbb/hari, protein 2-3 g/kgbb/hari.

Medikamentosa

Vitamin A

Klinis tidak ada gejala defisiensi : 200.000 IU oral, 1 kali. Defisiensi : 200.000 IU oral (100.000 IU i.m) 1 kali sehari untuk 2 hari, dilanjutkan 200.000 IU oral pada hari ke 14.

Zinc Sulfat.

Kelainan kulit tidak ada : 5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Dengan kelainan kulit : 10 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.

Vitamin B komplek/ C disesuaikan dengan umur.

Antibiotika sesuai indikasi.

Tindakan khusus :

Transfusi dengan whole blood diberikan jika albumin kurang dari 1,5 g/dl atau Hb kurang 5 g%.

Mendidik ibu dalam : merawat anaknya, memilih, menyediakan dan memberikan makanan yang sesuai, serta mengatasi penyakit yang mempermudah KEP (diare, ISPA dsb).

Membina ikatan ibu anak melalui : peningkatan kepedulian dan perawatan penuh kasih sayang.

Membimbing ibu menuntaskan pengelolaan penyakit yang menyertai.

Anjuran imunisasi campak usia >9bl bila belum imunisasi

9. Tindak lanjut

Pada fase penyelamatan awasi : Hipoglikemia, hipotermia, gangguan keseimbangan elektrolit/ asam-basa. Nilai toleransi meteorismus terhadap makanan berdasarkan gejala : diare, muntah dan meteorismus. Dalam memperhitungkan volume dan frekuensi pemberian makanan perhitungkan kemampuan pengosongan lambung, dengan melakukan aspirasi sebelum pemberian porsi makanan berikutnya. Setelah pemberian makanan, kalau timbul muntah segera dilakukan pengisapan dan tindakan pencegahan aspirasi lainnya.

Evaluasi berat badan, tinggi badan, kemajuan gejala klinis serta kemampuan makan anak.

Indikasi pulang:

Anoreksia teratasi/ intake adekuat.

Infeksi teratasi, pengobatan lanjutan dapat dilakukan di pelayanan Kesehatan terdekat.

Ibu/ keluarga dapat merawat penderita.

DEFISIENSI VITAMIN A

1. Batasan

Kekurangan vitamin A dengan retinol plasma 1/3 permukaan kornea: X3B

Cornea scar

: XS

Fundus xeroftalmik

: XF

Kulit: Hiperkeratosis perifollikularis

5. Komplikasi

Phthisis bulbi, kebutaan. Rentan infeksi.

6. Prognosa

20-40% sebagai penyebab seluruh kebutaan. Risiko kebutaan meningkat bila disertai KEP berat atau Morbilli.

7. Diagnosis

Dasar diagnosis:

Berdasarkan temuan klinik. Didukung penurunan kadar retinal plasma (