penokohan dalam cerita rakyat (perspektif linguistik

21
SYARIFA RAFIQA DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA: SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

SYARIFA RAFIQA

DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Page 2: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik
Page 3: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i un-tuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penja-ra paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana den-gan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana den-gan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana den-da pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pi-dana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

Syarifa Rafiqa

DITERBITKAN ATAS KERJA SAMA:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS & UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Page 5: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

Judul Buku: PENOKOHAN DALAM CERITA RAKYAT(PERSPEKTIF LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL)

Penulis:Syarifa Rafiqa

Editor:Afrillia Fahrina

Desain Sampul:Iqbal Ridha

Tata Letak:Yuda Ahmad Setiadi

ISBN: 978-623-264-302-4

ISBN: 978-623-264-303-1 (PDF)

Pracetak dan Produksi:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:Syiah Kuala University Press Jln. Tgk Chik Pante Kulu No.1, Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, AcehTelp: 0651 - 8012221Email: [email protected]: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Universitas Borneo TarakanJalan Amal Lama Nomor 1, TarakanTelp. 08115307023Fax. 08115307023Email: [email protected]

Cetakan Pertama, 2021viii + 52 (15,5 X 23)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

Page 6: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

v

daftar isi

DAFTAR ISI.................................... ...................................................................v

PRAKATA..................................... ................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN................. .............................................................. 1

BAB 2 CERITA RAKYAT............. ..................................................................52.1 FUNGSI DAN CIRI-CIRI CERITA RAKYAT ............................62.2 JENIS-JENIS CERITA RAKYAT .................................................7 2.2.1 Mite/Mitos ........................................................................8 2.2.2 Legenda........... ..................................................................8 2.2.3 Dongeng...........................................................................11

BAB 3 PENOKOHAN DALAM CERITA RAKYAT .................................... 133.1 TEKNIK PENOKOHAN ........................................................... 143.2 Metode Penokohan ...................................................................17

BAB 4 LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL ....................................... 194.1 TEKS DAN KONTEKS DALAM BAHASA

PADA CERITA RAKYAT .......................................................... 204.2 TRANSITIVITAS ......................................................................22

BAB 5 PENERAPAN TRANSITIVITAS DAN PENOKOHAN DALAM CERITA RAKYAT .............................................................. 275.1 PENDAHULUAN ...................................................................... 275.2 TINJAUAN TEORETIS .............................................................29 5.2.1 Jenis Proses ....................................................................30 5.2.2 Peran Partisipan .............................................................31

5.2.3 Suasana Kejadian (Keterangan) ................................... 325.3 METODE PENELITIAN ........................................................... 335.4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 34 5.4.1 Hasil Penelitian ............................................................. 34 5.4.2 Pembahasan ...................................................................405.5 KESIMPULAN 45

DAFTAR PUSTAKA........................ ................................................................ 47

Page 7: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

vi | Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional)

Page 8: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

vii

PRAKATA

KONSEP DAN APLIKASI

Membaca buku ini hendaknya dilakukan secara berurutan mulai dari bab awal hingga bab akhir, sehingga pemahaman lebih komprehensif tentang penokohan dalam cerita rakyat Perspektif linguistik sistemik fungsional, dimulai dari dasar teori sampai pada praktik penerapan transitivitas dan penokohan dalam cerita rakyat. Penulisan buku ini masih jauh dari sempurna, baik dari susunan kalimat maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang memiliki komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan Indonesia.

Kahadiran buku ini tidak terlepas dari dukungan dan inspirasi beberapa pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan buku ini. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada suamiku Ricky Valentino, S.Pt.,M.Ikom., yang telah menginspirasi penulisan buku ini, serta kedua anakku El Zafran Alidinejad dan Zafirah malala Althaf. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung sehingga terbitnya buku ini. Semoga amal kebaikannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Tarakan, 13 April 2020

Syarifa Rafiqa, M.Pd.

.

Page 9: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

viii | Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional)

Page 10: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Keberagaman budaya adalah bentuk kekayaan bangsa diseluruh dunia. Keragaman budaya yang dimiliki setiap bangsa dapat dilihat dari kekayaan sastra yang dimiliki, termasuk cerita rakyat.

Jika dijumlahkan, ada puluhan ribu bahkan ratusan ribu cerita rakyat dari seluruh dunia.

Cerita rakyat adalah cerita mengenai masa lampau yang mengandung kultur budaya dan menjadi ciri khas suatu bangsa termasuk kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa. Cerita rakyat merupakan cerita tradisional yang mencoba menjelaskan atau memahami perihal dunia. Cerita ini diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan maupun tulisan. Cerita rakyat juga bentuk interaksi budaya suatu masyarakat yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti agama dan kepercayaan, hukum, mata pencaharian, sistem kekeluargaan, serta norma-norma masyarakat di daerah tersebut.

Cerita rakyat dapat berperan strategis dalam pembelajaran sastra di sekolah. Namun, dewasa ini, banyak kajian tentang genre yang paling sering dikaji, yaitu genre yang berfokus pada bentuk fungsi retoris wacana ilmiah daripada wacana sastra. Hal ini peneliti kaji dalam beberapa tesis, disertasi serta artikel yang diterbitkan oleh beberapa jurnal. Padahal, dalam kenyataannya, sekolah juga memasukan kurikulum sastra di dalam pelajaran, siswa baik itu pada tingkat sekolah dasar, menengah, maupun atas. Seperti pada buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan (2013:63) dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas pada bab pengenalan, pencermatan, dan pemahaman berbagai jenis teks, teks cerita rakyat masuk dengan tujuan untuk mengetahui struktur teks yang meliputi cerita rakyat tersebut.

Menurut Eggins (2004:75), genre sastra sebagai genre fiksi, sangat efektif sebagai alat pedagogis dalam dunia pendidikan sebab memuat nilai-nilai didaktis. Model teks seperti ini, juga dapat membantu para

Page 11: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

5

BAB 2 CERITA RAKYAT

Echols dan Shadily (2003:250-366), secara etimologi mendefinisikan folklore terdiri atas dua kata, yaitu folk dan lore. Folk berarti rakyat, bangsa, sedangkan lore berarti rakyat adat, pengetahuan. Cerita

rakyat memiliki makna yang sama dengan folklore meskipun memiliki susunan kata yang bebeda. Kata folklor merupakan kata dari Bahasa Inggris folklore yang berasal “folk” dan “lore”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “folklor”. Menurut Alan Dundes dalam Danandjana (1986:5), “Folk” dapat diartikan sebagai sekelompok orang atau beberapa kelompok orang yang dibedakan dari ciri fisik, sosial, dan kebudayaan. Sedang kata “lore” berarti kebudayaan. Lebih jauh lagi lore yaitu sebagian kebudayaan itu diwariskan secara dari generasi ke generasi secara lisan atau melalui suatu contoh sebagai warisan untuk keturunan selanjutnya.

Cerita rakyat adalah bagian dari folklore yang memiliki pengertian lebih luas. Folklore adalah istilah diasosiasikan dengan cerita rakyat. Dalam bahasa Indonesia disebut Folklor yang menurut Brunvand (1988:5) cerita rakyat dapat didefinisikan sebagai jenis budaya tradisional yang tersebar keseluruh anggota dan beberapa kelompok secara lisan atau melalui contoh budaya serta memiliki banyak versi. Berdasarkan pendapat itu, Danandjaja (1986:2) mengembangkan pengertian foklor yang berarti sebagian kebudayaan kolektif, yang tersebar dan diwariskan dari generasi ke generasi secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

Cerita rakyat adalah pengetahuan tradisional dari suatu budaya dan kata “tradisional” disertai dengan gagasan tentang hal-hal yang ditetapkan, dan dihormati. Cerita rakyat merupakan hal-hal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Cerita rakyat memberikan pandangan unik tentang peristiwa, kepercayaan, adat-istiadat, upacara, bahan dan keterampilan kelompok tertentu (Untiedt, 2006: VII). Dahulu, cerita rakyat diturunkan kepada keturunan dalam suatu masyarakat,

Page 12: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

13

BAB 3 PENOKOHAN DALAM CERITA RAKYAT

Istilah tokoh dan penokohan merunuk pada pengertian yang berbeda. Terminologi tokoh merujuk pada orangnya, pelaku cerita. Sedangkan penokohan dan karakteristik merujuk pada tokoh-tokoh dengan watak

tertentu dalam suatu cerita. Jones mengatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Nurgiantoro (2007:165) menjelaskan tokoh cerita adalah orang yang muncul dalam suatu karya naratif ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu dalam ucapan dan tindakan. Sejalan dengan ini William H. Gass dalam Hoffman dan Murphy memberikan definisi:

“Characters are those primary substances to which everything else is attached. Here Gass break through the stereotype that ‘character’ means person, by

suggesting that it cana also refer to natural objects symbols, and even ideas.”(Tokoh adalah hal pokok yang mengikat erat semua hal lainnya. Disini

Gass memecahkan stereotip yang mengatakan bahwa ‘tokoh’ berarti manusia, dengan menyarankan bahwa hal tersebut dapat juga dimaknai

objek natural, simbol, dan bahkan ide-ide).

Dengan demikian istilah “penokohan” menurut Nurgiyantoro (2007:166) memiliki arti yang lebih luas dibandingkan “tokoh” karena ia tak hanya masalah siapa tokoh cerita, tetapi juga bagaimana watak, penempatan dan visualisasinya dalam sebuah cerita sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan penggembangan tokoh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan itu dapat disimpulkan tokoh dan penokohan dalam cerita rakyat yaitu, penokohan adalah penempatan tokoh dengan watak tertentu dalam sebuah cerita rakyat. Sedangkan tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam teks cerita rakyat.

Dalam tokoh terdapat tokoh utama menjadi pusat terjadinya segala sesuatu yang ada pada cerita. Pada umumnya tokoh utama dalam cerita

Page 13: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

19

BAB 4 LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL

Linguistik sistemik fungsional (LSF) memiliki alat untuk menganalisis fungsi bahasa sebagai perwujudan pengalaman (experience function) yang dibutuhkan diatas.

Halliday (1994: XIII-XIV), mengemukakan konsep fungsional dalam linguistik dengan tiga hal yang saling berkaitan yakni (1) teks, (2) sistem, dan (3) struktur linguistik. Pertama LFS memaparkan bagaimana bahasa digunakan, bahasa terbentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Teks terbentuk dalam konteks penggunaan bahasa. Selanjutnya dalam kehidupannya, manusia membutuhkan bahasa untuk bersosialisasi. Oleh karena itu, bahasa fungsional dalam konteks sosial. Adisaputra (2008:14) menyatakan ada tiga pengertian yang terkombinasi dalam konsep ini. Pertama, bahasa terstruktur berdasarkan fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Kedua, dalam kehidupan, fungsi bahasa mencakup tiga hal, yaitu ideasional (memaparkan, menggambarkan), interpersonal (mempertukarkan), dan tekstual (merangkai). Menurut Halliday, ketiga fungsi ini disebut sebagai metafungsi bahasa yang akan menentukan struktur bahasa. Ketiga, setiap unit bahasa adalah fungsional terhadap unit itu menjadi unsur. Dengan demikian sebuah kelompok, preposisi atau klausa sisipan, berfungsi dalam klausa kompleks untuk membangun kompleksitas tersebut dalam sebuah teks.

Linguistik fungsional sistemik sebagai suatu pendekatan untuk melihat makna teks, alasan teoritis teori ini digunakan sebagaimana diungkapkan oleh Eggins (2004:206), yang menyatakan bahwa bahasa adalah (1) fungsional yaitu bahasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan bahasa yang disusun adalah fungsional untuk memenuhi tujuan. (2) semantik yaitu bahasa merupakan sebuah system untuk menghasilkan makna. (3) kontekstual yaitu bahasa menyatakan dan dinyatakan oleh konteks diluar lingkungan dimana bahasa digunakan, dan (4) semiotik yaitu proses penggunaan bahasa untuk membentuk makna dan menyatakan makna.

Page 14: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

27

BAB 5 PENERAPAN TRANSITIVITAS DAN PENOKOHAN DALAM CERITA RAKYAT

Pada bagian ini dipaparkan tentang penerapan transitivitas dan penokohan dalam cerita rakyat. Setelah mempelajari bab ini, maka diharapkan memiliki wawasan tentang bagaimana menerapkan

transitivitas dalam teks pada umumnya dan teks cerita rakyat pada khususnya melalui penelitian deskriptif kualitatif dan bagaimana tujuan teks cerita rakyat tercapai melalui pengalaman tokoh dalam cerita rakyat tersebut.

5.1 PENDAHULUAN

Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS), Saragih (2002:1) menyatakan bahasa adalah sistem yang memiliki arti dan sistem lain (sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Yang membedakan LFS dengan aliran lain berdasarkan pada dua konsep yaitu (1) bahasa merupakan fenomena sosial yang wujud sebagai semiotik sosial dan (2) bahasa merupakan teks yang berkonstrual (saling menentukan dan merujuk) dengan konteks kehidupan di masyarakat.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori linguistik Halliday. Linguistik fungsional sistemik menitikberatkan tujuannya pada penggunaan bahasa sesuai dengan konteks dimana bahasa itu digunakan. Penggunaan bahasa yang dimaksudkan adalah pada konteks cerita rakyat sebagai realisasi perbedaan nilai atau perspektif yang mendasarinya yang kemudian dikemas dalam penafsiran dan pemahaman di dalam kehidupan dunia nyata.

Selanjutnya Halliday menegaskan bahwa melalui gramatika seseorang dapat memindahkan pengalamannya menjadi makna. Gramatika menjelaskan keuniversalan sesuatu dan hubungan kategori dan persepsi

Page 15: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

47

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, Abdurahman. Linguistik Fungsional Sistemik: Analisi Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra: Volume IV No. 1. 2008.

Adnan, Ferry. Makna dalam Bahasa. Humaniora Volume XII, No. 3. 2000.

Bloor, T. dan M. Bloor, The Functional Analysis of English: A Hallidayan Approach London: Arnold, 1995.

Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.

Bruvand, Jan Harold. The Study of American Folklore An Introduction: New York: w.w Norton &Company Ine.1988.

Collerson, J. English Grammar A Fungtional Approach. Sydney: Prrimary English Teaching Association, 1994.

Danandjaja, James. Folklor Indonesia ilmu gossip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka grafitipers. 1986.

_______________. Folklor Amerika Cermin Multikultural yang Manunggal. Jakarta: Pustaka Utama grafiti. 2003.

Deborah Schriffrin, Approaches to Discourse Oxford: Blacwell, 1994.

De Beaugrande, R.A. dan W.u. Dressel, introduction to text linguistics London: longman. 1981

Djojosuroto, Kinayati. Pembelajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009.

Eggin, S. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Continuum, 2004.

Endraswara, Suwardi. Tradisi Lisan Jawa. Yogyakarta: Narasi. 2005.

Page 16: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

48 | Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional)

Gurning, Busmin, Penggunaan Bahasa Inggris dalam teks ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social: perbandingan berdasarkan analisis LFS. Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2005.

Halliday, M.A.K. dan J.R. Martin, Writing Science: Literacy and Discursive Power. London: The Palmer Press, 1993.

Halliday, M.A.K. & Hasan, R. Bahasa, Konteks, dun Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial.Terjemahan oleh Barori Tou. Yogyakarta: Gajah Mada university Press, 1992.

. Cohesion in English. London: Longman House, 1980.

Halliday, M.A.K. An Introduction to Functional Grammar. London: Arnold, 1994.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2002.

Mulyana, Kajian Wacana, Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yokyakarta: Gajah Mada University Press. 2007.

Pri Andini, Novita. Perwatakan Tokoh-Tokoh Dalam Novel The Red Badge of Courage Karya Stephen Crane. Tesis, Universitas Negeri Jakarta, 2010.

Santoso, Anang. Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis. Bahasa dan Seni, Tahun 36, Nomor I, Februari 2008.

Shadily, Hasan dan Echols. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Siregar K, Rumnasari, genre fiksi dalam linguistik fungsional sistemik: Perbandingan Teks “Lau Kawar” dan “Putri Tikus”. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Volume 5 No. 1 April tahun 2009.

Sukatman, Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia. Yogyakarta: LaksBang Pressindo. 2009.

Tamrin, Teks bacaan bahasa inggris kajian linguistik fungsional sistemik. Tesis, Universitas Negeri Jakarta, 2007.

Page 17: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

Daftar Pustaka | 49

Titscher et al. Method of Text and Discourse Analysis, Terjemahan (London: Sage Publication, 2000.

Verhaar, J.W.M. Asas-Asas Linguistik umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2010.

Wachidah, S. Tipe Proses Berbagai Teks dalam Koran serta Pengungkapannya dengan Kelas Kata Verba Bahasa Indonesia. Linguistik Indonesia. dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No.2, 2010.

_____________. Kontruksi Makna Eksperiensial dalam Partisipasi Lisan Siswa Sekolah Dasar dalam Kelas Tematik. dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No.2, 2010.

Page 18: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

50 | Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional)

Page 19: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

RIWAYAT HIDUP

SYARIFA RAFIQA

Syarifa Rafiqa lahir di Tarakan Kalimantan Utara, pada tanggal 15 Oktober 1987. Lulus S1 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Borneo Tarakan tahun 2010, lulus S2 Program Magister Pendidikan Bahasa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tahun 2014. Saat ini sedang menempuh program doktoral di program studi Pendidikan Bahasa Pascasarjana UNJ. Mengajar sebagai dosen tetap di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UBT.

Aktif menulis artikel ilmiah yang terbit di jurnal nasional yang terindeks SINTA, maupun jurnal Internasional terindeks Scopus. Artikel yang baru saja terbit tahun 2020 di jurnal Internasional terindeks Scopus Q2 dengan judul “Multimedia-Based English Language Learning Interventions Programs For Elementary Grades”. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UBT tahun 2016. Penulis juga aktif dalam mengikuti pertemuan ilmiah baik nasional maupun internasional. Penulis juga beberapa kali menulis artikel opini di Surat Kabar Harian Radar Tarakan dan Rakyat Kaltara.

Page 20: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik
Page 21: Penokohan Dalam Cerita Rakyat (Perspektif Linguistik

ISBN 978-623-264-303-1 (PDF)

UNIVERSITAS BORNEO TARAKANJalan Amal Lama Nomor 1, TarakanTelp. 08115307023Fax. 08115307023Email: [email protected]

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1,Kopelma DarussalamTelp. 0651-812221Email: [email protected]

[email protected]

ISBN 978-623-264-302-4

Buku ini membahas secara komprehensif tentang penokohan dalam cerita rakyat perspektif linguistik sistemik fungsional, dimulai dari dasar teori sampai pada praktik penerapan transitivitas dan penokohan dalam cerita rakyat. Penulisan buku ini didorong oleh keinginan untuk mengetahui dan menemukan jenis penokohan pada karya sastra dengan menggunakan pendekatan linguistik sistemik fungsional, teks akan disandingkan dengan mengungkap sistem ketransitivitas pada teknik penokohan yang membangun teks tersebut dalam memperkenalkan tokoh utama. Selama ini penelitian untuk mengetahui penokohan pada karya sastra menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik sudah umum ada, namun dalam buku ini digunakan pendekatan linguistik sistemik fungsional secara sederhana dengan mudah dimengerti oleh orang awam dan berbagai pihak untuk tujuan-tujuan praktis.