pemanfaatan media video untuk pemahaman ......pertimbangan/kontrol diri (f) kurang konsentrasi (g)...

18
PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN KONSEP BERTEMAN PADA TUNAGRAHITA RINGAN (STUDI DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI SALATIGA) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Oleh: Supin Adiwijaya NIM: 702013028 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

Upload: others

Post on 20-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN

KONSEP BERTEMAN PADA TUNAGRAHITA RINGAN

(STUDI DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI SALATIGA)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh:

Supin Adiwijaya

NIM: 702013028

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 2: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

i

Page 3: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

ii

Page 4: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

iii

Page 5: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

iv

Page 6: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

1

1. Pendahuluan

Pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara [1].

Untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa, maka seluruh warga Negara

atau anggota masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk

penyandang disabilitas. Undang-undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa

penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki

kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak

dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada

pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh : (1)

pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (2) pekerjaan

dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan derajat kecacatan , pendidikan, dan

kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan

dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya; (5)

rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan (6)

hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan

sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat [2].

Penyandang disabilitas yang dimaksud, adalah termasuk anak tunagrahita.

Pendidikan bagi anak tunagrahita (Intellenctual Disabillity), bertujuan untuk

mengembangkan potensi yang masih dimiliki secara optimum. Mereka

diharapakan dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

dimana mereka berada, meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain

dan terlebih dapat mempunyai keterampilan khusus untuk mengatasi berbagai

keterbatasanya [3]. Salah satu kemampuan sosial yang mereka harus miliki

adalah kemampuan berteman dengan baik. Tunagrahita butuh dukungan sosial

seperti perhatian kepedulian, penghargaan, rasa nyaman, ketenangan dan

penerimaan dilingkungannya. Hal itu biasanya diterima dalam pergaulan dengan

teman sebaya [4]. Sehingga diharapkan dengan kemampuan memahami

bagaimana berteman yang baik, mereka dapat menyesusaikan diri dengan

lingkungan di sekitar mereka.

Di Sekolah Luar Biasa (SLB) negeri salatiga, kemampuan sosial ini juga

diajarkan. Hasil observasi menunjukan bahwa anak-anak tunagrahita ringan yang

telah mengikuti pembelajaran di sekolah khusus,belum menunjukkan

perkembangan yang diharapkan secara khusus dalam kemampuan untuk berteman

dengan baik, sebagai contoh anak tunagrahita ringan yang telah mengikuti

program pendidikan sampai kelas VI, ternyata belum menunjukkan kemampuan

itu. Masih terlihat cara berteman yang rendah dengan kerja sama dan bermain

bersama, teramati bahwa masih begitu sering ada yang mau menang sendiri.

Sering menganggu dan memakai kekerasan, serta belum berinisiatif untuk

bermain bersama padahal supaya anak tunagrahita punya kemampuan sosial yang

Page 7: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

2

baik mereka harus terus diajarkan secara khusus dan dilatih terus menerus, dan

tidak bisa mengharapkan mereka akan paham sendiri tentang kemampuan

berteman dan pergaulan, karena keterbatasan mereka.

Hasil wawacara dengan guru kelas mengatakan bahwa, untuk

pembelajaran dikelas dan mengajarkan kemampuan serta berbagai keterampilan

sosial tunagrahita guru belum banyak memakai media atau memanfaatkan

teknologi. Karena guru melihat lebih optimal pembelajaran yang dilakukan

dengan cara pendekatan percakapan sehari-hari atau intaksi langsung dengan

memberi contoh yang ada dilingkungan sekitar. Sehingga kelas pembelajaran

masih memakai metode ceramah dengan pemberian contoh dalam pembelajaran

dan melalui percakapan dan pedekatan pribadi, hal ini dapat dipahami sebagai

cara guru yang harus menyesuaikan kondisi belajar anak tunagrahita ringan yang

berbeda secara individu. Suhaeri dan purwanto, dalam Zaenal Alimin

mengatakan bahwa keadaan seperti ini terjadi karena adanya kesenjangan antara

program pendidikan yang disediakan dengan kebutuhan anak. Namun berakibat

pada adanya situasi belajar yang hanya mengedepankan aspek akademis Formal,

dan agak sulit untuk memberi waktu secara optimal untuk memperhatikan dan

memenuhi kondisi belajar individu anak tunagrahita yang berbeda [3].

Hasil Penelitian dari Nadya putri, mengatakan bahwa pemanfaatan

teknologi seperti media elektronik video dalam pemebelajaran dapat

meningkatkan pengenalan konsep anak tunagrahita terhadap alat musik daerah

[5].Penelitian tentang pemanfaatan video ini untuk memperkenalkan pengetahuan

yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitar seperti alat musik. Seperti

yang dikatakan oleh Rusman, Kurniawan & Riyana, bahwa dunia pendidikan

harus terus berupaya menyesuaikan diri dengan tuntutan global dimana

perkembangan teknologi semakin pesat, dan meminta peningkatan mutu

pendidikan lewat penyesuaian ini yaitu Penggunaan Teknologi informasi dan

komunikasi juga dapat menjangkau pembelajaran bagi anak-anak tunagrahita

ringan [6]. Karena prinsip-prinsip pembelajaran Pastinya diberlakukan, seperti

adanya kurikulum, tujuan pembelajaran, metode media evaluasi. Anak

Tunagrahita Ringan membutuhkan strategi dan metode pembelajaran khusus juga,

dalam hal ini penggunaan teknlogi sepeerti video. Media video diharapkan dapat

membantu pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan karena video dapat diatur

keras lemahnya suara dapat diputar berulang-ulang. Jika guru melihat kondisi

mereka membutuhakan itu. Guru dapat memberhentikan video jika dibutuhkan

sehingga dapat menekan bagian pentig dari pembelajaran [5].

Tetapi apakah pemakaian video dalam pembelajaran dapat optimal untuk

membantu memhami konsep berteman dengan baik pada anak tunagrahita,

meningat keterbatasan kecerdasan untuk memahami dan kemampuan adaptasi

sosial mereka terhambat? Dengan Kondisi pembelajaran di SDLB N Salatiga

seperti yang dipaparkan sebelumnya, maka permasahan adalah, apakah

pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti video dapat

membantu anak tunagrahita ringan memahami konsep berteman? Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemanfaatan video dalam

pembelajaran dapat membantu anak tunagrahita ringan memahami konsep

berteman.

Page 8: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

3

2. Studi Pustaka

Penelitian terdahulu

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini yaitu dari Nadya

Putri. berjudul: “Efektifitas Penggunaan Media Video Untuk Meningkatkan

Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips Bagi Anak Tunagrahita

Ringan Di Sdlb 20 Kota Solok” Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

Pelaksanaan Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips Bagi Anak

Tunagrahita Ringan lebih mudah untuk mereka pahami [5].

Kemudian penelitian dari Gina E.P, Tentang pengembangan Media Video

Mata pelajaran Keterampilan Menyulam, Untuk Siswa Tunagrahita Ringan Kelas

XXI DI SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta [4]. Pada penelitian sebelumnya

pemakaian video dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah untuk

memperkenalkan benda yaitu alat musik daerah dan untuk tutorial keterampilan

tangan yaitu menyulam. Mengacu pada penelitian sebelumnya tentang

pemanfaatan video dalam pembelajaran, maka penelitian ini sekarang mau

mengembangkan suatu penelitian tentang pemanfaatan video dalam pembelajaran

khusus untuk melihat pemahaman anak tunagrahita, apakah video dapat

membantu tunagrahita ringan untuk mampu memahami sebuah kemampuan sosial

tentang berteman.

Tunagrahita ringan

Menurut AAMD (American Association on Mental Deficency) dalam

Wulandari. mendenfisikan anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki

tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 51-70, dalam penyesuaian sosial maupun

bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan

mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Anak tunagrahita ringan

adala anak yang memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara semua anak

tunagrahita. Dengan angka kecerdasan tersebut, maka kapasitas belajar mereka

terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka kurang mampu memusatkan

perhatian, mengikuti petunjuk, dan kurang mampu untuk menghindari diri dari

bahaya. Mereka cepat lupa, cenderung pemalu, kurang kreatif dan inisiatif,

perbendaharaan katanya terbatas, dan memerlukan tempo belajar yang relatif

lama. [7] Kecerdasan berpikir seorang tunagrahita ringan paling tinggi SMA anak

normal usia 12 tahun. Berdasarkan klasifikasi AAMD (American Association on

Mental Deficency) maka tunagrahita ini bisa digolongkan sebagai berikut:

Tunagrahita Ringan, Yaitu mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun

kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat namun mereka mempunyai

kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian

sosial, dan kemampuan berkerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 51-70.

Dalam jurnal asing pendidikan oleh Dever Knapczyk (1997:25)

menyebutkan bahwa secara keseluruhan anak dengan kemampuan mental rendah

adalah seseorang yang membutuhkan pelatihan dan keterampilan dan tidak dapat

hidup secara terpisah dari kebanyakan orang, selalu membutuhkan bantuan dari

orang sekitarnya. Klasifikasi anak tuna grahita mampu didik dan mampu dilatih.

Page 9: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

4

Dapat dikatakan bahwa tunagrahita ringan yaitu mereka termasuk dalam

kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat namun

mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran

akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan berkerja. Dalam akademik mereka

pada umumnya mampu mengikuti mata pelajaran tingkat sekolah SD, SLTPLB,

dan SMALB maupun sekolah biasa dengan program khusus dengan sesuai dengan

berat ringannya ketunagrahitaan yang disandangnya. Anak tunagrahita ringan

merupakan individu yang utuh dan unik serta memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Agar potensi anak tunagrahita dapat dikembangkan secara

optimal, mereka memerlukan layanan khsuss. Anak tunagrahita memiliki

intelegensi antara 70-50. Dampak dari ketunagrahitaan menyebabkan mereka

megalami gangguan dalam bidang akademik, menyesuaikan diri dengan

lingkungan mengalami gangguan bicara, bahasa serta emosi. Disamping itu anak

tunagrahita ringan juga kurang terampil dalam memikirkan hal-hal yang abstrak,

sehingga mereka memerlukan pembelajaran dengan hal-hal kongrit. Anak

tunagrahita ringan banyak yang lancar tetapi kurang perbendaharaan kata-

katanya. Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak, tetapi mereka masih dpat

mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus, pada

umur 16 tahun baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun

[5].

Karakteristik anak tunagrahita meliputi hal-hal berikut: 1) Mempunyai

dasar fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak

menyandang tunagrahita, 2) suka meniru perlakuan yang benar dari orang lain

dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan, 3)

Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri, 4) Mempunyai

permaslahan berkaitan dengan perilaku sosial, 5) Mempunyai masalah berkaitan

dengan karakteristik belajar, 6) Mempunyai masalah dalam bahasa dan

pengucapan, 7) Mempunyai masalah dalam kesahatan fisik, 8) kurang mampu

untuk berkomunikasi, 9) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya

tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran

51 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bias

dididik (diajarkan)membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan

biasannya bias menyelesaikan pendidiknya setingkat kelas IV SD Umum.

Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan, Menurut direktorat PSLB (Heri

Purwanto, 2006:10) karakteristik atau ciri anak tuna grahita dapat dilihat dari segi:

Fisik (Penampilan) (a) Hampir sama dengan anak normal (b) Kematangan

motoric lambat (c) Koordinasi gerak kurang (d) Anak tunagrhita berat dapat

dilihat Intelektual (a) Sulit mempelajari hal-hal akademik (b) Anak tunagrahita

ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun

dengan IQ antara 50-70. Sosial dan Emosi (a) Bergaul dengan anak lebih muda

(b) Suka mandiri (c) Mudah dipengaruhi (d) Kurang dinamis (e) Kurang

pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin

dirinya maupun orang lain.

Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007: 9) ciri-ciri dan penampilan

anak tunagrahita ringan adalah : (1) Penampilan fisi seimbang, misalnya kepala

Page 10: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

5

terlalu kecil/besar (2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia (3)

Tidak/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (4) Koordinasi gerak

kurang (gerakan sering tidak terkendali).

Video

Cheppy Riyana dalam Prihantoro, menyatakan bahwa media video

pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual

yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur,

teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi

pembelajaran [8].

Karakteristek Media Video Pembelajaran

Untuk menghasilkan media pembelajaran video yang mampu

meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya media video perlu

memperhatikan karakterisitik sebagai berikut: Video mampu memperbesar objek

yang kecil / terlalu kecil yang tidak dapat /kurang dapat dilihat oleh mata

telanjangVideo mampu memanipulasi tampilan gambar sesuai dengan tuntutan

pesan yang ingin disampaikan.Video mampu membuat objek menjadi still picture

artinya objek dapat disimpan dalam durasi tertentu, dalam keadaan diam[8].

Daya Tarik video mampu mempertahankan perhatian siswa lebih lama 1-2

jam untuk menyimak video dibandingkan hanya mendengarkan saja hanya

mampu bertahan 25-30 menit. Video mampu menampilkan objek gambar dan

informasi yang paling baru, hangat aktual, atau kekinian [8].

Pertemanan

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau

lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan

antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan

untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati,

kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010). Dengan

berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung

seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan

temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya

hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan

ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Karakteristik Berteman

Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah

sebagai berikut: (1). Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman

(2). Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka (3).

Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan

kesenangan individu (4). Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat

keputusan yang baik. (5). Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung

teman dan mereka juga melakukan hal yang demikian (6). Menceritakan rahasia,

yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman (7).

Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan baik seperti

apa adanya individu (8). Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri

ketika berada di dekat teman Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri berteman terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman.

Page 11: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

6

Dalam pertemanan harus dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan,

percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta

spontanitas.

Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa

ada enam fungsi perteman yaitu ; (1) Berteman (Companionship), Berteman akan

memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai

teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas (2)

Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition) Pada dasarnya, berteman akan

memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena

memperoleh kesempatan dalamsituasi sosial. Artinya melalui teman seseorang

memperoleh informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun

minat agar berkembang dengan baik.(3).Dukungan Fisik (Physicial

Support)Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan

menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang

menghadapi suatu masalah.(4). Dukungan Ego Dengan berteman akan

menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi

seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain

(temannya).(5). Perbandingan Sosial (Social Comparison) Berteman akan

menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi,

kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang.(6). Intimasi/Afeksi

(Intimacy/Affection) Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan

keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat

untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan

menghormati keberadaan orang lain .

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pedekatan

kualitatif. Metode penelitian deskriptif dilaksanakan dengan mendeskripsikan dan

menganalisis aspek-aspek karakteristik berteman yang dipahami dan dipraktekkan

oleh anak tunagrahita ringan setelah mengikuti pembelajaran dengan memakai

video. Aspek Karakteristik berteman yang dilihat adalah sebagai berikut: (1)

senang menghabiskan waktu bersama teman; (perasaan senang dalam berteman)

(2) (kemampuan penerimaan terhadap lingkungan); (3) (kemampuan

mempercayai bantuan siapa yang membutuhkan); (4) (perasan dan kemampuan

respek); (5) (kemampuan untuk melihat dan memberikan); (6) perasaan nyaman

mnceritakan rahasia); (7) (kemampuan memahami dan mengerti keadaan orang

lain); (8) Spontanitas (kemampuan untuk berupaya melakukan tindakan tanpa

perintah dari siapapun). Hasil dari analisis empiris tersebut, kemudian dibahas

dengan melihat teori tentang anak tunagrahita ringan dan manfaat video.

Alat pengumpul data, Alat pengumpul data yang digunakan penelitian ini

bertujuan untuk membantu mengungkap data-data yang diharapkan oleh peneliti.

Moloeng (1994:112), dalam Tarsono, (2012) mengatakan bahwa jenis data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,.

[9]. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai,

merupakan jenis data utama. Untuk dapat mengungkap data tersebut,penelitian ini

mengggunakan teknik pengumpul data yaitu observasi dan wawancara. Observasi

Page 12: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

7

digunakan secara langsung terhadap kegiatan pergaulan anak tunagrahita ringan

dan praktek pertemanan dengan memakai panduan observasi yaitu indikator

karakteristik berteman. Setiap anak di amati pada saat bergaul di luar kelas. Pada

kolom karakteristik berteman diberi pembagian apakah karakteristik ini pada tiap

anak terlihat lemah, sedang, atau menonjol. Teknik wawancara digunakan untuk

mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang pemahaman dan perasaan anak

tunagrahita ringan dalam berteman dan memilih teman, dengan panduan

wawancara indikator karakterisktik berteman

Subjek penelitian Adapun yang dijadikan subjek penelitian siswa/anak

tunagrahita ringan kelas VI C berjumlah 7 orang yang bersekolah di SLB-C

Salatiga.

Pelaksanaan Penelitian Keseluruhan kegiatan penelitian ini dilaksanakan

dalam beberapa tahap kegiatan, yakni tahap orientasi, tahap ekplorasi, tahap

wawancara, tahap triangulas.

Tahap orientasi sebagai pendahuluan penelitian dilakukan sebelum desain

penelitian disusun. Pada tahap ini penulis Mengamati kemampuan berteman anak

tunagrhita dilingkungannya mau disekolah, dan peneliti mendapat informasi data

dari siswa yang bersanagkutan,Wawancara dengan orang tua siswa, wali kelas dan

kepala sekolah.

Tahap eksplorasi dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2017 pada tahap

ini dilakukan penggalian informasi secara bertahap yang melinputi kegiatan

berikut :

(a) Penyusunan instrumen, dengan mepersiapkan kisi-kisi guna meneyusun

pedoman wawacara san observasi yang dapat dikembangkan pada waktu turun

lapangan.

(b) Menentukan data yakni anak tunagrahita ringan yang menjadi responden,

orang tua siswa, dan guru kelas.

(c) Melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan video.

(d) Melakukan observasi.

(e) Melaksanakan wawancara kepada anak.

Tahap triangulasi “Merupakan tahap pemeriksaan keabsahan data yang

diperoleh dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data” Teknik Analisis Data merupakan proses

mencari dan mengatur secara sistemtis transkip wawacara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain yang dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai bahan-

bahan itu[9].

4. Hasil dan Pembahasan

Kelas Tunagrahita VI C yang ada di SDLB Negeri salatiga masuk dalam

kategori tunagrahita ringan, ada 3 orang yang bisa cukup baik dalam pembelajaran

dan ada 4 orang yang masih perlu untuk didampingi dalam mengeja perhuruf

dikelas. Dari latar belakang orang tua menengah kebawah (petani, buruh). Dari

tujuh anak kelas VI C ada satu siswa perempuan dan enam lak-laki. Usia anak

pada saat mendaftar masuk kesekolah tersebut rata-rata 14 tahun. Sebagian besar

dari mereka berbakat di bidang olahraga. Ada tiga anak kecenderungan emosinya

tidak terkentrol.

Page 13: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

8

Pembelajaran memakai kurikulum 2013 terutama yang mata pelajaran

Olahraga, Agama dan Bahasa Jawa. Mulok yang diserahkan ke guru mata

pelajaran. Untuk pelajaran tematik lainnya diserahkan ke guru masing-masing.

Karena pada pelaksanaan kurikulum 2013 banyak pembelajaran tematik.

Pembelajaran yang dilangsungkan dengan langkah berikut : Guru

memberikan salam dan doa sebelum pembelajaran dimulai. Memberitahukan

tujuan pembelajaran. Melakukan refleksi bersama terhadap materi yang telah

dibahas dan memberikan motivasi, melakukan pembelajaran dengan memakai

video, menanyai respon anak terhadap tayangan video. Video yang ditayangkan

adalah video animasi, respon anak terhadap video mereka cukup merasa senang,

melihat tayangan video[17,18].

Gambar 1. Tampilan video 1

Gambar di atas adalah bagian dari tampilan video Cerita Anak Mandiri -

Menolong Teman

Page 14: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

9

Gambar 2 Tampilan video 2

Gambar di atas adalah tentang indahnya persahabatan (Menghitung Waktu).

Hasil wawancara dengan memakai panduan wawancara tentang

karakteristik berteman dengan contoh-contoh yang diberikan, hasilnya adalah,

untuk karakteristik (1)Senang secara keseluruhan anak tunagrahita kelas VI C

senang untuk berteman, pada karakteristik (2)Peneriman,ada 4 orang yang

menyembutkan langsung nama teman-teman secara langsung pada saat ditanya

pada wawancara tersebut, dan ada 3 orang anak tidak menyembutkan nama

temannya sama sekali.Dapat dikatakan bahwa dalam karakteristik ini sebagian

besar yang mampu melakukan saling menerima keadaan teman. Pada karakteristik

(3)Percaya ada 5 anak yang menyebutkan bisa percaya pada teman 1 anak tidak

mempercayai teman siapapun untuk diajak berteman dan satu anak tidak mampu

menyebutkan. Pada karakteristik (4)Respek,hanya 1 anak yaitu yang mengatakan

bahwa jika mendapat perlakuan buruk dari teman dia akan membalas hal yang

sama sedangkan 6 anak mengatakan tidak membalas meskipun diejek atau

mendapat perlakuan buruk. Pada karakteristik (5)Saling membantu, dari 7 anak

tersebut mereka semua memiliki jiwa sosialnya kuat rata-rata mereka mau

membantu teman yang mengalami kesulitan Pada karakteristik (6)Menceritakan

rahasia ada 4 anak lebih suka bercerita pada keluarga atau orang tua saja. Ada 1

anak suka menceritakan pada teman, sedangkan 1 anak lebih senang bercerita

dengan ibu lestari guru kelas. Jadi ada 3 anak yang memilih untuk cerita keteman

dekatnya daripada orang tua. Pada karakteristik (7)Pengertian, dari 7 anak ini

mereka mengatakan senang untuk menerima dan mengerti teman lain. Dan Pada

karakteristik (8)Spontanitas, dari 7 anak ini mereka mengatakan bisa membantu,

bisa bermain sendiri, tidak mau diganggu. Dari keseluruhan hasil wawancara

Page 15: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

10

dapat dikatakan bahwa besar dari karakteristik berteman mereka paham apa

maksud dan arti berteman yang baik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi yang dilakukan

berulangkali dapat dipaparkan hasil penelitian sebagai berikut : ada 3 anak

merupakan orang yang suka berteman dengan teman sekelasnya dengan indikator

yang menunjukkan sebagian besar berada di kategori sedang, namun hanya

terbatas pada teman atau kelompok tertentu yang sama setiap hari. Sementara ada

2 anak memperlihatkan senang berteman, tapi dia kurang trampil mempraktikkan

cara berteman dengan bekerja sama, lebih senang mencari kesenangan dan

permainan sendiri jika ada dengan teman lain. Dan ada dua anak yang tidak

senang berteman dalam berkelompok ataupun dikelas, dan lebih suka bermain

atau beraktivitas sendiri. Ada yang mengatakan pernah mendapat perlakuan

kurang baik dari teman lain sehingga lebih memilih bermain sendiri.

5. Pembahasan

Dari hasil pembelajaran dengan Video, dan mendengar respon anak tuna

grahita tentang tayangan video, serta mengamati hasil penelitian melalui

wawancara dan observasi yang beberapa kali dilakukan dapat dikatakan bahwa

penayangan video dalam pembelajaran cukup disenangi sebagai alat hiburan

bagi anak tuna grahita. Tetapi mereka sulit mengambil kesimpulan atau

memahami jalan cerita di video sebagai sebuah konsep atau sebuah makna

bagaimana berteman yang baik. Mereka hanya mampu menyebutkan beberapa

benda dan mengingat sedikit hal yang ditayangkan di video. Hal ini sejalan

dengan teori dari AAMD Anak tuna grahita sering lupa dan kurang mampu dalam

memusatkan perhatian.

Pemahaman berteman pada mereka sudah terbentuk dari pembelajaran

sebelum yang dikatakan oleh guru kelas lewat pendekatan percakapan setiap hari

dan contoh langsung dari lingkungan sekitar. Bagaimana berteman lebih mereka

pahami lewat pengalaman setiap hari, dan bahkan ada kesan mereka lebih percaya

pada kehidupan berteman setiap hari. Hal ini dapat dipahami karena menurut teori

tentang anak tuna grahita ringan bahwa mereka dengan kecerdasan terhambat

sulit berpikir abstrak. Sehingga tayangan video hanya ditonton, namun mereka

sulit mengambil makna dan memberi kesimpulan.

Dari Hasil penelitian ada kesenjangan antara hasil wawancara dan

observasi atau pengamatan. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak

tuna grahita ringan di klas VIc bisa memahami apa itu berteman, tahu siapa yang

disebut teman,. Tetapi pada praktek pergaulan setiap hari, mereka tidak dapat

mempraktekkan bagaimana berteman dengan baik sesuai karakteristik dan arti

serta fungsi berteman. Mereka lebih suka memilih untuk tidak berinsiatif

terlebih dahulu mengajak bergaul atau berteman, dan lebih memilih kelompok

yang sudah lama terbentuk dalam berteman, atau lebih baik bermain sendiri dan

menyendiri untuk mengalami kenyamanan dan menghindari keburukan dalam

berteman. Kondisi dimana mereka tidak mau berinsiatif sejalan dengan teori anak

tuna grahita oleh AAMD [4]. Bahwa mereka kurang kreatif dan insiatif . Hasil

penelitian ini juga membuktikan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami arti

berteman sesuai fungsinya yaitu dengan berteman ada kerja sama, ada dukungan

untuk mengembangkan diri, ada dukungan merasa berarti dan diperhatikan, ada

Page 16: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

11

dukungan terhadap permasalahan, atau untuk mengungkapkan ekspresi, minat dan

bakat. Sebab fungsi berteman sesuai dengan teori fungsi pertemanan Menurut

Gottman dan Parker dalam Santrock (2003) tidak dialami sepenuhnya dalam

pergaulan setiap hari.

Kondisi yang berbeda antara hasil wawancara dan observasi seperti diatas

dapat dipahami karena kondisi anak tunagrahita adalah memiliki keterbatasan

dalam perilaku sosial. Karakteristik media video yang sanggup mempertahankan

perhatian siswa selama 1 – 2 jam, tidak dapat diberlakukan sepenuhnya pada anak

tuna grahita ringan. Dari dua video yang ditayangkan dengan durasi yang sangat

singkat, masing- maisng, 4 dan 9 menit tidak sepenuhnya membuat anak tuna

grahita dapat memahami inti dan kesimpulan cerita.

6. Kesimpulan dan saran

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pemkaian Video dalam

pembelajaran untuk memperkenalkan suatu pemahaman atau untuk membantu

memahami kemampuan berteman yang baik tidak cukup membantu bagi anak

tuna grahita ringan di SDLB Salatiga. Hasil Penelitian yang mengatakan bahwa

pemanfaatan video efektif dalam pembelajaran anak tuna grahita ringan, hanya

cocok bagi pengenalan benda secara konkrit dan atau memperkenalkan

ketrampilan tangan (video tutorial). Pemahaman berteman yang baik harus di beri

teladan atau contoh setiap hari, hal itu bukanlah sebuah ketrampilan yang

menggunakan anggota tubuh tertentu secara berulang. Kondisi cara berteman anak

tuna grahita ringan di SLNB Salatiga sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

video, cenderung tetap dan tidak berubah. Adapun saran untuk penelitian

selanjutnya adalah bagaimana mencari metode dan media yang tepat untuk

pengembangan pemahaman bagi anak tuna grahita ringan dengan tema

kemampuan social lainnya.

Page 17: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

12

Daftar Pustaka [1] Pendidikan Menurut UU Sisdiknas dan Peran Masyarakat dalam

Menyukseskan Pendidikan di Indonesia. Diakses dari :

http://www.kompasiana.com/akhmad_muhaimin_azzet/pendidikan-

menurut-uu-sisdiknas-dan-peran-masyarakat-dalam-menyukseskan-

pendidikan-di-indonesia_550d72d2813311e078b1e901. pada 24

November 2016.

[2] Kementrian Kesehatan RI, 2014, Situasi Penyandang Disabilitas.

Jakarta. Diakses dari :

https://media.neliti.com/media/publications/63430-ID-none.pdf. pada 24

November 2016. (12)

[3] Model Pembelajaran Anak Tunagrahita (Intellectual Disability) Melalui

Pendekatan Konseling. Diakses dari :

http://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/viewFile/3988/2859. pada

22 Agustus 2017. (19)

[4] Gina E.P, 2015, Pengembangan Media Video Mata Pelajaran

Keterampilan Menyulam Untuk Siswa Tunagrahita Ringan Kelas XXI DI

SMA Luar Biasa Negri 1 Yogyakarta.

http://eprints.uny.ac.id/20337/1/Gina%20Eka%20Putri%2010513241018

.pdf Diakses pada 28 November 2016.

[5] Nadya Putri, 2012. Efektifitas Penggunaan Media Video Untuk

Meningkatkan Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips

Bagi Anak Tunagrahita Ringan Di Sdlb 20 Kota Solok. diakses dari:

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/858/715.

pada 22 Agustus 2017.

[6] Rusman, Kurniawan, & Riyana, 2011, Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi, Jakarta.

[7] Wulandari A, 2011, Penggunaan Game Petualangan Bola Dibumi

Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA

Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV Di SDLB Cangakan Filalial

Karangpandan, https://core.ac.uk/download/pdf/12352150.pdf. Diakses

pada 25 November 2016.

[8] Dwi Prasetyo Prihantoro, 2014. Pengembangan Video Pembelajaran

Ipsdengan Tema Hiruk Pikuk Malioboro Untuk Siswasmp N 3 Karanganyar

Kelas VII. diakses dari:

http://eprints.uny.ac.id/23855/9/9.%20Ringkasan%20Skripsi.pdf. pada 22

Agustus 2017 [9] Tarsono, Bab III Metode Penelitian,

http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/ Diakses pada 7 Juli 2017.

[10] Aini. K. 2013. Bentuk Dukungan Sosial Untuk Anak Autis Studi Kasus di

SMP Bhakti Terpadu Malang : Universitas Islam Negri Maulana Malik

Ibrahim, http://etheses.uin-malang.ac.id/1821/7/09410052_Bab_4.pdf.

Diakses pada 2 Juni 2017

[11] Ammar A. Muhamamd. http://eprints.uny.ac.id/13843/1/Skripsi%

20Arif%20Muhammad%20Ammar%20-%2009108241047.pdf. Diakses

pada 18 Mei 2017.

Page 18: PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN ......pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain. Sedangkan menurut Munawir Yusuf (2007:

13

[12] Amrih G. Agung. http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JMSG/article/

download/484/463. Diakses pada 23 Mei 2016.

[13] Anak, A.K. 1995, Psikologi Perkembangan, Bandung : Mandar Maju,

http://www.academia.edu/download/37346159/PSIKOLOGI_PERKEM

BANGAN.pdf. Diakses pada 2 Juni 2016

[14] Andarini, T., Masykuri, M., & Sudarisman,S. 2013, Pembelajaran

Biologi Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) Melalui Media Flipchart dan Video Ditinjau Dari

Kemampuan Verbal dan GayaBelajar.BIOEDUKASI,6(2),

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/biologi/article/viewFile/5534/

387\Diakses pada 2 Juni 2017

[15] Annisa, W. 2016, Penggunaan Media Film Animasi Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Autis Kelas III SD di SLB

Reka Bhakti 1 Gamping:UniversitasNegeriYogyakarta, http://

eprints.uny.ac.id/40716/1/ANNISA%20WULANDARI_12103241019.p

df. Diakses Pada 13 Juni 2017

[16] Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Bakat Anak

Tunagrahita SLB C Negri 1 Yogyakarta, http://digilib.uinsby.ac.id/

4085/5/Bab%202.pdf. Diakses pada 23 Mei 2017.

[17] Cerita Anak Mandiri - Menolong Teman

Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v=pOCK4DI-1VU pada

2 juni 2017

[18] Film Pendek Animasi - Indahnya Persahabatan ( Menghitung Waktu ) Diakses

dari : https://www.youtube.com/watch?v=xgxp88UIj0I pada 2 Juni 2017