pedoman perizinan pengelolaan air

52
RANCANGAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAAN UMUM NO. … /PRT/M/200…. TENTANG: TATA LAKSANA PERIZINAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MENTERI PEKERJAAN UMUM Menimbang : a) Bahwa sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber daya air, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang SPAM, Peraturan Pemerintah tentang Irigasi, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah tentang Sungai, Danau dan Waduk, Peraturan Pemerintah tentang Rawa yang antara lain memuat ketentuan yang mengatur mengenai perizinan penggunaan, pemakaian dan pengusahaan sumber daya air. b) Bahwa tata laksana / tata cara perizinan penggunaan, pemakaian dan pengusahaan sumber daya air, berdasarkan ketentuan- ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tersebut konsiderans (a), ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh Menteri yang membidangi. c) Bahwa berdasarkan Keputusan Presiden No.102 tahun 2001 dan No.8/M tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Sususnan, organisasi dan Tata Kerja Departemen (Kabinet Pembangunan), beserta perubahannya, Menteri yang membidangi sumber daya air adalah Menteri Pekerjaan Umum. d) Bahwa untuk maksud tersebut konsiderans (b) perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 1

Upload: ganda-perdana

Post on 27-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

smua tentang perijinan pengelolaan air

TRANSCRIPT

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAAN UMUM

NO. … /PRT/M/200….

TENTANG:

TATA LAKSANA PERIZINAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

MENTERI PEKERJAAN UMUM

Menimbang : a) Bahwa sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 7 tahun 2004

tentang Sumber daya air, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah

tentang SPAM, Peraturan Pemerintah tentang Irigasi, Peraturan

Pemerintah tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, Peraturan

Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air, Peraturan

Pemerintah tentang Sungai, Danau dan Waduk, Peraturan

Pemerintah tentang Rawa yang antara lain memuat ketentuan

yang mengatur mengenai perizinan penggunaan, pemakaian dan

pengusahaan sumber daya air.

b) Bahwa tata laksana / tata cara perizinan penggunaan, pemakaian

dan pengusahaan sumber daya air, berdasarkan ketentuan-

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tersebut konsiderans (a),

ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh Menteri yang

membidangi.

c) Bahwa berdasarkan Keputusan Presiden No.102 tahun 2001 dan

No.8/M tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Sususnan, organisasi dan Tata Kerja Departemen

(Kabinet Pembangunan), beserta perubahannya, Menteri yang

membidangi sumber daya air adalah Menteri Pekerjaan Umum.

d) Bahwa untuk maksud tersebut konsiderans (b) perlu diatur dan

ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

1

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

2. Undang-Undang No. 42 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah.

3. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

4. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

5. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

6. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah (PBMN/D).

7. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

8. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah.

9. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

10. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

11. Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 tentang Pedoman

Organisasi Perangkat Daerah.

12. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata

Pengaturan Air.

13. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum.

14. Perturan Pemerintah No. Tahun tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air.

15. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Pengusahaan

Sumber Daya Air.

16. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Sungai.

17. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Rawa.

18. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Pencemaran Air.

19. Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Waduk dan

Bendungan.

2

20. Peraturan Menteri PU No.11A Tahun 2006 tentang Pembagian

Wilayah Sungai.

21. Peraturan Menteri PU No.12 Tahun 2006 tentang Balai Besar

Wilayah Sungai.

22. Peraturan Menteri PU No.13 Tahun 2006 tentang Balai

Wilayah Sungai.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Tata Laksana Perizinan

Penggunaan Sumber daya air.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu : Pengertian

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas permukaan tanah, termasuk dalam

pengertian ini air permukaan, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

3. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat

pada, di atas permukaan tanah.

4. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

5. Izin penggunaan sumber daya air adalah izin yang diberikan baik untuk pemakai

maupun mengusahakan sumber daya air guna berbagai keperluan, yang

diwujudkan dalam bentuk hak guna pakai air atau hak guna usaha air.

6. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air

untuk berbagai keperluan.

7. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.

3

8. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.

9. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu

atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang

dari atau sama dengan 2.000 km2.

10. Wilayah sungai strategis nasional adalah wilayah sungai yang mempunyai dampak

yang sangat besar terhadap pertahanan dan keamanan nasional, pertumbuhan

ekonomi nasional, sosial, lingkungan, daya rusak air, pembangunan dan

pemeliharaan prasarana sumber daya air yang membutuhkan pembiayaan yang

besar.

11. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,

melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air, serta yang

memuat: tujuan pengelolaan sumber daya air, dasar pertimbangan yang

dipergunakan dalam melakukan pengelolaan sumber daya air, beberapa skenario

pengelolaan sumber daya air, alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya

air untuk setiap skenario pengelolaan sumber daya air dan langkah operasional

untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air.

12. Rencana induk pengelolaan sumber daya air adalah rencana pengelolaan sumber

daya air yang telah memuat pokok-pokok program pengelolaan sumber daya air

masing-masing sektor dan wilayah administrasi serta pokok-pokok rencana

kegiatan pengelolaan sumber daya air masing-masing sektor dan wilayah

administrasi, berdasarkan strategi terpilih dari beberapa pilihan strategi yang

terdapat dalam pola pengelolaan sumber daya air.

13. Zona pemanfaatan sumber air adalah ruang pada sumber air yang dialokasikan,

baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi budidaya.

14. Rencana peruntukan sumber daya air adalah bagian dari proses penyusunan pola

pengelolaan sumber daya air, dimaksudkan untuk mengelompokkan penggunaan

air pada sumber air ke dalam beberapa golongan atau klasifikasi mutu air termasuk

baku mutu air, dengan memperhatikan daya dukung sumber air, jumlah dan

penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya, perhitungan dan proyeksi

kebutuhan sumber air, pemanfaatan air yang sudah ada, yang dikoordinasikan

4

melalui wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

bersangkutan.

15. Rencana penyediaan sumber daya air tahunan adalah rencana dari upaya

penyediaan sumber daya air sesuai urutan prioritas penyediaan sumber daya air

pada wilayah sungai yang bersangkutan dan ketersedian air pada musim hujan dan

musim kemarau dalam kurun waktu satu tahun, yang didasari oleh prinsip-prinsip:

mengutamakan penyediaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian

rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada, menjaga kelangsungan penyediaan air

untuk pemakai air lainnya yang sudah ada, memperhatikan penyediaan air untuk

kebutuhan pokok sehari-hari penduduk yang berdomisili dekat dengan sumber air

dan/ atau di sekitar jaringan pembawa air dan sesuai dengan urutan prioritas.

16. Rencana penyediaan sumber daya air rinci adalah merupakan rencana operasional

dari rencana penyediaan sumber daya air tahunan pada setiap sumber air yang

menggambarkan besaran volume, lokasi, dan waktu untuk memenuhi kebutuhan

air dalam periode yang ditetapkan sesuai kondisi setempat.

17. Rencana alokasi air adalah rencana penggolongan dan peruntukan air pada suatu

sumber air menurut jenis penggunaannya secara real time sebagai pedoman

operasional manajemen pengelola sumber daya air sehari-hari, yang disusun oleh

pengelola sumber daya air berdasarkan data dan informasi ketersediaan dan

penggunaan sumber daya air secara real time, dan disetujui oleh instansi diatasnya

berdasarkan rencana penyediaan sumber daya air rinci yang definitif.1

18. Urutan prioritas penyediaan sumber daya air adalah urutan prioritas penyediaan

sumber daya air yang disusun pada setiap wilayah sungai, berdasarkan hasil

penetapan zona pemanfaatan sumber air, peruntukan air, kebutuhan air dan

disesuaikan kondisi setempat, yang konsepnya disiapkan oleh instansi teknis yang

ditunjuk oleh pejabat yang berwenang atau pengelola sumber daya air, kemudian

disampaikan kepada wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air di wilayah

sungai yang bersangkutan sebagai bahan untuk perumusan urutan prioritas, dan

ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan

1 RPP Pengusahaan Sumber Daya Air ps 15 dan 18

5

kewenangannya, serta berlaku untuk kurun waktu lima tahun dan dapat ditinjau

ulang setiap tiga tahun sekali.2

19. Peruntukan air adalah penggolongan air pada suatu sumber air menurut jenis

penggunaannya.

20. Penyediaan sumber daya air adalah penentuan dan pemenuhan volume air

persatuan waktu untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi

berbagai keperluan sesuai dengan waktu, kualitas, dan kuantitas.

21. Penggunaan sumber daya air adalah pemanfaatan sumber daya air dan

prasarananya sebagai media dan/atau materi.

22. Pengembangan sumber daya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi

sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air, dan/atau sumber air, dan/atau

daya air, dengan memperhatikan: daya dukung sumber daya air yang ada di

wilayah sungai bersangkutan, kekhasan dan aspirasi daerah dan masyarakat

setempat, kemampuan pembiayaan dan kelestarian keanekaragaman hayati sumber

air bersangkutan serta bila mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup

dikenakan ketentuan-ketentuan tentang analisis mengenai dampak lingkungan

hidup (AMDAL) sesuai dengan peraturan yang berlaku.

23. Masyarakat adalah seluruh rakyat Indonesia, baik sebagai perseorangan, kelompok

orang, masyarakat adat, badan usaha, maupun yang berhimpun dalam suatu

lembaga atau organisasi kemasyarakatan.

24. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

25. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

26. Departemen adalah departemen yang membidangi sumber daya air.

27. Menteri adalah Menteri yang membidangi sumber daya air.

28. Dinas adalah organisasi pemerintahan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota

yang memiliki lingkup tugas dan tanggung jawab di bidang sumber daya air.

2 RPP Pengelolaan Sumber Daya Air ps 60

6

29. Pengelola sumber daya air adalah instansi yang diberi wewenang oleh Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah untuk melaksanakan sebagian atau seluruhnya

wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air.

30. Unit pelaksana teknis wilayah sungai (UPT-Wilayah Sungai) adalah Balai Besar

Wilayah Sungai, Balai Wilayah Sungai dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

(sesuai dengan dan Keppres 102 tahun 2001, PERMEN PU No.12/2006 dan

No.13/2006, KEPMENDAGRI No.179 tahun 1996)

31. Perusahaan Umum Jasa Tirta I atau PJT I adalah badan usaha milik negara

berbentuk perusahaan umum yang didirikan oleh Pemerintah Indonesia untuk

menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Kali Brantas

berdasar Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1990 tentang Perum Jasa Tirta, juncto

Peraturan Pemerintah No. 93 tahun 1999 tentang Perum Jasa Tirta I. Perum adalah

Perusahaan Umum (BUMN/BUMD) yang tidak terbagi dalam saham-saham

sehingga tidak dapat beralih kepemilikan dari pemerintah. Sifat usaha adalah

menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk

keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan.

32. Perusahaan Umum Jasa Tirta II atau PJT II adalah badan usaha milik negara

berbentuk perusahaan umum yang didirikan oleh Pemerintah Indonesia untuk

menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Citarum,

Jawa Barat berdasar Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1970 tentang Perum

Otorita Jatiluhur (POJ), kemudian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah No.

35 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No.42 tahun 1990 dan terakhir diubah

menjadi Perum Jasa Tirta II (PJT II) dengan Peraturan Pemerintah No.94 tahun

1999. Perum adalah Perusahaan Umum (BUMN/BUMD) yang tidak terbagi dalam

saham-saham sehingga tidak dapat beralih kepemilikan dari pemerintah. Sifat

usaha adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus

memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan

33. Balai Besar Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis di bidang koservasi

sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,

dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai yang berada dibawah dan

7

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air.3

34. Balai Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis di bidang koservasi sumber

daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air melalui Direktur

terkait.4

35. Balai Pengelolaan Sumber daya air adalah unit pelaksana teknis yang

melaksanakan sebagian fungsi Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan

Umum Pengairan Propinsi Daerah Tingkat I di bidang pengelolaan air pada

wilayah sungai, dibentuk dengan Peraturan Daerah Tingkat I (Perda) berdasar

kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri No.179 Tahun 1996 (Kepmendagri

No.179/1996) tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan

Sumber Daya Air.

36. Konsultasi publik adalah kegiatan untuk menampung aspirasi para pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan sumber daya air melalui dialog

dan musyawarah dalam upaya mencapai permufakatan dalam pengambilan

keputusan.

37. Wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air adalah institusi tempat segenap

pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air melakukan koordinasi dalam

rangka mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik

kepentingan dalam bidang sumber daya air.

38. Dewan Sumber Daya Air Nasional adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber

daya air tingkat nasional.

39. Institusi yang membidangi masalah perbatasan yang dimaksud adalah Joint Border

Committee c.q Joint River Management Sub-Committee, Direktorat Perjanjian

Politik Keamanan dan Kewilayahan, Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian

Internasional, Departemen Luar Negeri.

40. Pengusahaan sumber daya air adalah upaya peningkatan penggunaan dan

pemanfaatan sumber daya air dengan menerapkan prinsip-prinsip usaha dengan

memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup.

3 Peraturan Menteri PU No.12/PRT/M/2006 4 Peraturan Menteri PU No.13/PRT/M/2006

8

41. Pengusahaan sumber daya air pada satu wilayah sungai adalah pengusahaan

seluruh sistem sumber daya air yang ada dalam wilayah sungai mulai dari hulu

sampai hilir sungai atau sumber air untuk menyediakan pelayanan jasa

pengelolaan sumber daya air kepada pengguna air, pemanfaat wadah air, dan

pemanfaat daya air.

42. Pengusahaan sumber daya air pada lokasi selain pada satu atau lebih wilayah

sungai adalah pengusahaan pada titik dan/atau tempat tertentu dalam satu wilayah

sungai atau cekungan air tanah untuk penggunaan air, pemanfaatan wadah air, dan

pemanfaatan daya air.

43. Badan Usaha Milik Negara di bidang pengelolaan sumber daya air adalah badan

usaha milik negara yang khusus dibentuk oleh Pemerintah, yang seluruh modalnya

dimiliki oleh negara yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak

terbagi atas saham, dengan mengutamakan pelayanan umum dalam pengusahaan

sumber daya air guna meningkatkan fungsi sosial, kelestarian lingkungan hidup,

dan ekonomi.

44. Badan Usaha Milik Daerah di bidang pengelolaan sumber daya air adalah badan

usaha milik daerah yang khusus dibentuk oleh Pemerintah Daerah, yang seluruh

modalnya dimiliki oleh daerah yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan

dan tidak terbagi atas saham, dengan mengutamakan pelayanan umum dalam

pengusahaan sumber daya air guna meningkatkan fungsi sosial, kelestarian

lingkungan hidup, dan ekonomi.

45. Pengguna untuk kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan adalah

perseorangan yang menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

yang digunakan pada atau diambil dari sumber air (bukan dari saluran distribusi)

untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan

produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan,

peturasan

46. Pertanian rakyat pada sistem irigasi yang ada adalah budi daya pertanian yang

meliputi berbagai komoditi, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perikanan,

peternakan, perkebunan, dan kehutanan, yang dikelola oleh rakyat dengan luas

tertentu yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2 (dua) liter per detik per kepala

keluarga serta yang berada dalam sistem irigasi yang sudah dibangun seluruhnya

9

atau sebagian oleh pemerintah pada sistem irigasi yang rencananya sudah

ditetapkan oleh pemerintah pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

47. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau

daerah sempadan yang tidak dibebaskan.5

48. Daerah sempadan sungai adalah ruang sepanjang kiri kanan sungai termasuk

sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi sungai.6

49. Pajak daerah atas air adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan

pembangunan daerah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah

dan air permukaan.7

50. Biaya perizinan adalah retribusi daerah, yang dipungut oleh Pemerintah Daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan.8

51. Biaya jasa pengelolaan sumber daya air adalah biaya yang dibutuhkan untuk

melakukan pengelolaan sumber daya air agar sumber daya air dapat

didayagunakan secara berkelanjutan yang wajib dibayar oleh penerima manfaat

kepada Pengelola sumber daya air sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Biaya jasa pengelolaan air bukan merupakan pembayaran atas harga air,

tetapi mengganti sebagian biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sumber daya

air.

5 PERMEN PU No. : 63/PRT/1993 ttg Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas

Sungai 6 PERMEN PU No. : 63/PRT/1993 ttg Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai 7 UU. No. 34 tahun 2000 ttg Perubahan Atas UU. No.18 Tathun1997 ttg Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 8 PP No.66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

10

Bagian Kedua : Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud peraturan menteri ini adalah untuk menindak lanjuti pengaturan dari

pasal 14, 15 dan 16 dalam UU.No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang

menetapkan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah untuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan,

peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah

sungai sesuai dengan kewenangannya masing masing.

(2) Tujuan peraturan menteri ini adalah :

i. Untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang berasaskan kelestarian,

keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,

kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

ii. Sebagai salah satu intrumen pemerataan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat

Indonesia;

iii. Sebagai salah satu instrument menejemen pemerintahan untuk menjaga

ketertiban dalam pengelolaan sumber daya air;

iv. Sebagai instrumen pengendalian sisi “demand” agar tidak terjadi

pemborosan;

v. Sebagai instrumen menejemen ”ekonomi” dalam menggali nilai tambah dari

asset negara yang berada di daerah baik untuk kepentingan daerah itu

sendiri maupun untuk kepentingan nasional yang lebih luas;

vi. Sebagai instrumen menejemen pemerintahan untuk melindungi hak

masyarakat untuk memperoleh akses atas air bagi pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;

vii. Sebagai instrumen menejemen pemerintahan untuk menjamin hak ulayat

masyarakat hukum adat setempat;

Bagian Ketiga : Ruang Lingkup

Pasal 3

(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini adalah :

a. mencangkup pengaturan dan berisi sistem dan metode pemberian ijin semua

penggunaan sumber daya air baik yang akan dipakai dan atau yang

11

diusahakan sesuai dengan keperluannya serta semua jenis penggunaan

sumber daya air baik pemanfaatan daya air dan ruang pada sumber air,

maupun penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu, berlandaskan

asas-asas kelestarian, keseimbangan, kesetaraan, keadilan, transparansi,

akuntabilitas, keterpaduan dan optimalisasi pendayagunaan bagi suatu

pengelolaan sumber daya air yang berkesinambungan.

b. tidak mencakup air laut dan kegiatan modifikasi cuaca karena mempunyai

karakteristik yang berbeda dan memerlukan adanya penanganan serta

pengaturan tersendiri

c. mencakup air laut yang berada di darat.

BAB II

IZIN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

Bagian Kesatu : Asas Penggunaan Sumber Daya Air

Pasal 4

(1) Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok

minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan

produktif.

(2) Hak atas air diwujudkan melalui hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh dan

memakai atau mengusahakan air untuk tujuan tertentu.

(3) Izin penggunaan sumber daya air merupakan salah satu instrumen dalam

menjalankan pengelolaan sumber daya air yang berasaskan kelestarian,

keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,

kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

Pasal 5

(1) Setiap penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu menurut ketentuan pada

pasal-pasal dalam peraturan ini, wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari

pihak yang berwenang.

(2) Penggunaan sumber air untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi penggunaan sumber daya air untuk :

12

a. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat yang dilakukan

dengan cara mengubah kondisi alami sumber air.

b. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang dilaksanakan oleh kelompok

orang dan badan sosial.

c. Pemenuhan keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang

sudah ada.

d. Pemenuhan untuk usaha pertanian, usaha ketenagaan, usaha pertambangan,

usaha pengapungan, usaha transportasi.

e. Pemenuhan kebutuhan usaha lainnya.

Pasal 6

Perseorangan, Kelompok Masyarakat, Badan Sosial atau Badan Usaha yang

menggunakan air dengan izin berhak memperoleh hak guna air.

Pasal 7

(1) Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya air dan

prasarananya sebagai media dan atau materi.

(2) Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

penggunaan air, sumber air dan atau daya air.

(3) Penggunaan air, sumber air dan atau daya air sebagai media, seperti dalam

pemanfaatan sungai untuk transportasi dan arung jeram.

(4) Penggunaan air dan daya air sebagai materi, seperti dalam pemanfaatan untuk

minum, rumah tangga dan industri.

(5) Penggunaan air, sumber air dan atau daya air sebagai media dan materi, seperti

dalam pemanfaatan untuk agro industri dan perikanan.

(6) Penggunaan sumber air sebagai media, seperti dalam pemanfaatan ruang pada

sumber air untuk iklan bilboard, tempat rekreasi, tempat parkir.

(7) Penggunaan/pemanfaatan tanah sebagai barang milik negara/daerah yang

berkaitan dengan pemanfaatan ruang pada sumber air sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) di daerah sempadan sungai, wajib memperoleh izin sesuai dengan

13

peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku bendahara umum

negara/pengelola barang milik negara/daerah.9

Bagian Kedua : Hak Guna Air

Pasal 8

Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal 4 berupa hak guna pakai air

dan hak guna usaha air.

Pasal 9

(1) Hak guna air dapat diperoleh dengan izin atau tanpa izin penggunaan air.

(2) Hak guna pakai air dapat diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di sistem

irigasi yang sudah ada.

(3) Hak guna pakai air dapat diperoleh melalui izin penggunaan air untuk :

a. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat yang dilakukan

dengan cara mengubah kondisi alami sumber air;

b. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang dilaksanakan oleh kelompok

orang dan badan sosial;

c. pemenuhan keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah

ada.

Pasal 10

(1) Pemerintah menyelenggarakan pencatatan/registrasi terhadap hak guna pakai

sumber daya air.

(2) Pelaksanaan pencatatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh

a. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk wewenang dan tanggung jawab

Menteri.

b. Dinas yang membidangi pengelolaan sumber daya air Provinsi untuk

wewenang dan tanggung jawab Gubernur.

c. Dinas yang membidangi pengelolaan sumber daya air Kabupaten/Kota untuk

wewenang dan tanggung jawab Bupati/Walikota. 9 Peraturan Pemerintah No.6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

14

d. Pengelola sumber daya air.

Pasal 11

Hak guna usaha air dapat diperoleh melalui izin penggunaan sumber daya air untuk

tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2) d dan e.

Pasal 12

Hak guna air tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya

kepada pihak lain.

Bagian Ketiga : Dasar Pemberian Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Pasal 13

Pemberian izin penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada pasal 7, harus

didasarkan pada rencana peruntukan dan penyediaan sumber daya air di dalam rencana

induk pengelolaan sumber daya air dan rencana penyediaan sumber daya air tahunan

yang telah ditetapkan oleh Menteri/ Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya pada wilayah sungai yang bersangkutan.

Pasal 14

Apabila belum ada rencana pengelolaan sumber daya air dan atau rencana penyediaan

sumber daya air tahunan yang telah ditetapkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

di wilayah sungai yang bersangkutan, pemberian izin sementara penggunaan sumber

daya air didasarkan pada alokasi air sementara berdasarkan perkiraan ketersediaan air

dengan memperhitungkan kebutuhan penggunaan air yang sudah ada.

Pasal 15

Rencana induk pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai sebagaimana

dimaksud pada Pasal 13, disusun oleh Tim yang dibentuk oleh Menteri / Gubernur /

Bupati, sesuai dengan kewenangannya.

15

Bagian Keempat : Prioritas Penyediaan Sumber Daya Air

Pasal 16

(1) Penyediaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada pasal 10 dilakukan

berdasarkan prinsip-prinsip :

a. mengutamakan penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari

dan pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada.

b. menjaga kelangsungan penyediaan air untuk pemakai air lainnya yang sudah

ada.

(2) Urutan prioritas penyediaan sumber daya air ditetapkan pada setiap wilayah

sungai.

(3) Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok seharí-hari dan irigasi bagi

pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama

penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan.

(4) Dalam hal terjadi situasi kekeringan yang ekstrim sehingga timbul konflik

kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pemenuhan

kebutuhan air irigasi untuk pertanian rakyat, prioritas penyediaan air ditempatkan

pada pemenuhan kebutuhan pokok seharí-hari.

(5) Prioritas penyediaan sumber daya air untuk kebutuhan lainnya ditetapkan

berdasarkan hasil penetapan zona pemanfaatan sumber air, peruntukan air,

kebutuhan air pada wilayah sungai bersangkutan dan disesuaikan kondisi

setempat.

(6) Dalam hal penyediaan sumber daya air tahunan tidak dapat dilaksanakan sesuai

dengan yang ditetapkan karena peristiwa alam yang mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan air dan/atau kerusakan jaringan sumber air, pihak yang berwenang

dapat melakukan penyesuaian rencana penyediaan air tahunan dengan mem-

pertimbangkan masukan dari dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber

daya air wilayah sungai.

(7) Dalam hal penyediaan sumber daya air tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang ditetapkan sebagai akibat selain sebagaimana dimaksud pada ayat

(6), Pemerintah atau pemerintah daerah mengatur kompensasi dalam batas-batas

tertentu kepada pihak pemegang hak yang dirugikan.

16

(8) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat berupa :

a. memperoleh penyediaan air di tempat lain;

b. memperoleh perpanjangan masa izin;

c. keringanan biaya jasa pengelolaan sumber daya air;

d. ganti rugi; atau

e. membuat prasarana baru dalam program pembangunan pemerintah.

Bagian Kelima : Pengunaan Sumber Daya Air untuk Negara Lain

Pasal 17

(1) Penggunaan sumber daya air untuk negara lain dapat dilakukan dengan ketentuan :

a. Berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai.

b. Kebutuhan air di sekitar wilayah sungai yang bersangkutan telah terpenuhi.

c. Memperhatikan kepentingan nasional dan daerah.

d. Melakukan konsultasi publik.

e. Melakukan kegiatan penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu

sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2) setelah memperoleh izin dari

Pemerintah maupun Pemerintah Daerah.

(2) Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud ayat 1, harus memperhatikan

prinsip-prinsip sosial, ekonomi, terjaminnya keselamatan kekayaan negara dan

kelestarian lingkungan.

Bagian Keenam : Biaya Jasa Pengelolaan

Pasal 18

(1) Terhadap penggunaan sumber daya air dikenakan biaya jasa pengelolaan sumber

daya air dan pembebanan kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(2) Tarif jasa pengelolaan sumber daya air ditetapkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/

Walikota sesuai dengan kewenangannya.

17

BAB III

KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

Bagian Kesatu : Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah

Pasal 19

1. Pemberian izin penggunaan sumber daya air untuk memperoleh hak guna air

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, 9 dan 10 peraturan ini menjadi wewenang

dan tanggung jawab:

a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada Wilayah Sungai Lintas

Provinsi, Wilayah Sungai Strategis Nasional dan Wilayah Sungai Lintas

Negara.

b. Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada Wilayah Sungai Lintas

Kabupaten/Kota.

c. Bupati/Walikota untuk penggunaan sumber daya air pada Wilayah Sungai

Kabupaten/Kota.

2. Pelimpahan kewenangan (Untuk kewenangan yag ada di Menteri, perlu klausul

pelimpahan kewenangan perizinan yang bukan ada di lintas negara, dan lintas

propinsi perlu dicantumkan, menunggu dalam RPP Pengelolaan yang sedang

dalam proses. Demikian juga dengan kewenangan yang ada di

Gubernur/Bupati/Walikota.)

Bagian Kedua : Standar Pelayanan Minimal

Pasal 20

(1). Standar Pelayanan Minimal adalah salah satu kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah dalam penetapan norma, standar, kriteria dan pedoman pengelolaan Sumber Daya Air.

(2). Standar Pelayanan Minimal diterapkan pada kewenangan wajib yang terlekat pada pemerintah.

(3). Kewenangan wajib berikut Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pengelolaan sumber daya air meliputi: a. Konservasi Sumber daya air; b. Pendaya gunaan sumber daya air; c. Pengendalian daya rusak air;

18

d. Pengumpulan dan pengelompokkan data Hidrologi; e. Pemberdayaan dan Pengawasan; f. Perijinan di bidang sumber daya air.

(4). Standar Pelayanan Minimal untuk pelaksanaan perizinan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya air.

BAB IV

INSTITUSI PELAKSANA

Pasal 21

Wewenang dan tanggung jawab pemberian izin penggunaan sumber daya air

sebagaimana dimaksud pada pasal 19 Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh :

a. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk wewenang dan tanggung jawab

Menteri.

b. Dinas yang membidangi pengelolaan sumber daya air Provinsi untuk wewenang

dan tanggung jawab Gubernur.

c. Dinas yang membidangi pengelolaan sumber daya air Kabupaten/Kota untuk

wewenang dan tanggung jawab Bupati/Walikota.

Pasal 22

Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana tersebut pada pasal

21 Peraturan Menteri ini:

a. Direktorat Jenderal Sumber daya air dalam mempertimbangkan dan mengambil

keputusannya memperoleh rekomendasi teknis dari UPT Pusat.

b. Dinas yang membidangi pengelolaan sumber daya air Provinsi memperoleh

rekomendasi teknis dari UPT Provinsi atau Badan Pengelola Sumber Daya Air.

c. Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber daya air Kabupaten/Kota memperoleh

rekomendasi teknis dari UPT Kabupaten/Kota dan atau Komisi Irigasi

Kabupaten/Kota.

19

BAB V

TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN IZIN PENGGUNAAN

SUMBER DAYA AIR

Bagian Kesatu : Pemohon Izin

Pasal 23

Permohonan izin penggunaan sumber daya air dapat dilakukan oleh Instansi

Pemerintah, Badan Usaha, Badan Sosial dan atau Perseorangan.

Bagian Kedua : Permohonan Izin

Pasal 24

(1) Permohonan izin penggunaan sumber daya air dilakukan / diajukan secara tertulis

dan harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.

(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah

sebagai berikut :

a. Surat permohonan harus memuat nama, alamat, maksud dan tujuan serta

dibubuhi materai secukupnya dan ditandatangani serta di cap perusahaan.

b. Fotokopi KTP.

c. NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ).

d. Fotokopi Surat Izin Usaha dan Izin Lokasi dari instansi berwenang.

e. Dokumen Lingkungan.

f. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa masyarakat yang memerlukan dapat

memanfaatkan sebagian airnya.

g. Fotokopi bukti pembayaran pajak terakhir.

(3) Persyaratan teknis pengambilan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini

adalah sebagai berikut :

a. Gambar peta situasi berikut bangunan pengambilan skala 1 : 10.000.

b. Gambar peta lokasi berikut bangunan pengambilan skala 1 : 1.000.

c. Jumlah titik pengambilan.

d. Maksud/tujuan penggunaan/pengambilan air.

e. Foto lokasi pengambilan.

20

f. Debit pemakaian air.

g. Proposal teknik.

h. Gambar konstruksi bangunan pengambilan air.

(4) Persyaratan teknis penggunaan/pemanfaatan ruang sumber air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :

a. Tempat / lokasi konstruksi yang akan dibangun;

b. Maksud/tujuan pembangunan;

c. Jenis/tipe prasarana yang akan dibangun;

d. Gambar peta situasi berikut bangunan skala 1 : 10.000.

e. Gambar peta lokasi berikut bangunan skala 1 : 1.000.

f. Spesifikasi teknis bangunan;

g. Jadwal pelaksanaan pembangunan;

h. Metode pelaksanaan pembangunan;

(5) Surat permohonan ditujukan dan disampaikan kepada Menteri / Gubernur /

Bupati/Walikota melalui Direktorat Jenderal Sumber daya air / Dinas yang

membidangi pengelolaan Sumber daya air Provinsi / Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber daya air Kabupaten/Kota.

(6) Tembusan surat disampaikan kepada UPT atau Badan Pengelola Sumber Daya Air

terkait.

Bagian Ketiga : Pemberian Izin Penggunaan Sumber daya air

Pasal 25

(1) Dalam waktu selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari, pihak yang

berwenang memberikan jawaban persetujuan atau penolakan permohonan.

(2) Apabila permohonan ditolak, penolakannya disertai alasannya.

(3) Izin dapat diberikan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Memenuhi syarat teknis dan syarat administrasi sebagaimana dimaksud pada

Pasal 24 peraturan ini.

b. Sesuai dengan rencana induk pengelolaan sumber daya air atau rencana alokasi

air sementara di Wilayah Sungai yang bersangkutan.

21

c. Tidak mengganggu atau merugikan kepentingan umum.

d. Rencana teknis penggunaan sumber daya air yang bersangkutan disetujui oleh

masyarakat sekitar lokasi pengambilan / penggunaan air.

e. Izin untuk volume tertentu diberikan oleh pejabat yang berwenang setelah

diajukan / dikonsultasikan kepada Dewan Sumber Daya Air yang

bersangkutan untuk memperoleh kesepakatan (khusus untuk Irigasi adalah

Komisi Irigasi).

f. Volume pengambilan air berdasarkan perhitungan persatuan waktu dalam

ukuran m3/tahun.

g. Keamanan lingkungan.

h. Aspek kualitas air memenuhi baku mutu air yang dipersyaratkan untuk masing

masing jenis penggunaan.

Pasal 26

Izin penggunaan sumber daya air sekurang-kurangnya memuat tentang :

a. Nama, pekerjaan, usaha dan alamat pemegang izin / hak.

b. Maksud dan tujuan.

c. Jenis hak guna air yang diberikan.

d. Tempat penggunaan / pengambilan yang diizinkan.

e. Cara / teknik pengambilan.

f. Spesifikasi teknis dari pembangunan atau sarana yang digunakan.

g. Jumlah air (volume pengambilan per satuan waktu) atau dimensi ruang pada

sumber daya air.

h. Jangka waktu pengambilan / jadwal penggunaan dan kewajiban untuk

melaporkannya.

i. Jangka waktu berlakunya izin.

j. Syarat-syarat perubahan, pembaharuan, pembekuan sementara, pencabutan dan

pembatalan izin.

k. Ketentuan hak dan kewajiban serta larangan bagi pemegang izin / hak.

22

Bagian Keempat : Hak dan Kewajiban

Pasal 27

(1) Pemegang izin penggunaan sumber daya air berkewajiban untuk :

a. Mematuhi ketentuan-ketentuan dalam izin.

b. Telah memiliki izin dari Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara/

pengelola barang milik negara/daerah10 apabila menyangkut penggunaan/

pemanfaatan tanah sebagai barang milik negara/daerah yang berkaitan dengan

pemanfaatan ruang pada sumber air sebelum memulai penggunaan/

pemanfaatan ruang di daerah sempadan sungai.

c. Membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air yang dikenakan atas

penggunaan izin sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin dan

membayar kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

d. Ikut serta melakukan kegiatan konservasi sumber daya air dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di sekitarnya melalui bentuk kerjasama dengan

masyarakat setempat dan atau pola “role sharing” yang akan ditetapkan lebih

lanjut oleh Menteri yang membidangi sumber daya air.

e. Memasang meteran air (water meter) atau alat pengukur debit air pada setiap

bangunan pengambilan air.

f. Mencatat volume air yang digunakan setiap periode yang telah ditetapkan.

g. Melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air.

h. Melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air.

i. Melakukan usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya pencemaran air.

j. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh

kegiatannya.

k. Memberi akses untuk pengguna air dari sumber air yang sama bagi kebutuhan

pokok sehari-hari masyarakat disekitar lokasi kegiatannya.

l. Memberikan akses kepada pihak yang berwenang untuk melakukan

pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pemeriksaan.

m. Memberikan laporan kegiatan penggunaan air secara berkala.

10 Peraturan Pemerintah No.6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

23

(2) Pemegang izin penggunaan air berhak untuk :

a. Menggunakan air, sumber air dan atau daya air sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam izin.

b. Membangun prasarana air dan bangunan lainnya sesuai rencana teknis yang

telah disetujui oleh pengelola sumber daya air.

Pasal 28

(1) Pengelola sumber daya air pada wilayah sungai berkewajiban untuk :

a. Menjamin ketersediaan sumber daya air bagi pengguna sumber daya air yang

mempunyai izin penggunaan sumber daya air (hak guna air) di wilayah sungai

yang bersangkutan, sesuai dengan izin yang diberikan. Menyusun neraca

sumber daya air secara “real time” dan menggunakannya sebagai salah satu

dasar pemberian izin.

b. Memelihara sumber daya air dan perasaannya agar terpelihara fungsinya.

c. Melaksanakan pemberdayaan kepada para pengguna sumber daya air.

d. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan sumber daya air.

(2) Pengelola sumber daya air pada wilayah sungai berhak untuk menerima biaya jasa

pengelolaan sumber daya air yang dipungut dari para pemegang izin penggunaan

sumber daya air.

(3) Melakukan koordinasi dengan Instansi di Daerah agar dalam melakukan pungutan

biaya jasa pengelolaan sumber daya air tidak terjadi pungutan ganda terhadap

pungutan wajib daerah lainnya (pajak daerah dan retribusi daerah) di wilayah

sungai masing masing.

Bagian Kelima : Proses Permohonan Izin

Pasal 29

(1) Tata cara permohonan izin penggunaan sumber daya air pada Wilayah Sungai

Lintas Provinsi, Lintas Negara dan Wilayah Sungai Strategis Nasional yang

menjadi wewenang Direktur Jenderal atas nama Menteri sebagai berikut :

a. Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data administrasi, data

teknis termasuk dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),

disampaikan oleh pemohon izin kepada Direktur Jenderal dengan tembusan

24

kepada Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat, dengan menggunakan Formulir

Model 1.1 dalam rangkap 5 (lima) sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1

Peraturan Menteri ini.

b. Direktur Jenderal dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat

permohonan segera memberikan instruksi kepada Kepala UPT Wilayah Sungai

Pusat yang bersangkutan untuk memeriksa, meneliti dan memberikan

rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir Model 1.2 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

c. Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat memeriksa kelengkapan berkas

permohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya

instruksi Direktur Jenderal. Dalam hal berkas permohonan tidak lengkap

Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat mengembalikan kepada pemohon izin

untuk dilengkapi, dengan menggunakan Formulir Model 1.3 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

d. Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat segera mulai melakukan

penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir

Model 1.4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Penyiapan rekomendasi teknis tersebut diselesaikan dalam jangka waktu 30

(tiga puluh) hari sejak diterimanya instruksi, dan disampaikan kepada

Direktur Jenderal.

e. Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf (d), Direktur

Jenderal menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau surat penolakan

dengan menggunakan Formulir Model 1.5 atau 1.6 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran V dan VI Peraturan Menteri ini, dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari sejak diterimanya rekomendasi teknis dari Kepala UPT Wilayah

Sungai Pusat.

f. Izin penggunaan/penolakan permohonan yang telah ditandatangani Direktur

Jenderal atas nama Menteri disampaikan kepada pemohon izin melalui Kepala

UPT Wilayah Sungai Pusat dengan tembusan kepada Gubernur Kepala Daerah

Provinsi yang bersangkutan dan instansi yang terkait, dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari sejak Direktur Jenderal menerbitkan izin penggunaan sumber

daya air atau surat penolakan permohonan.

25

(2) Direktur Jenderal mengatur lebih lanjut pelaksanaan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf (e), (f).

Pasal 30

(1) Tata cara permohonan izin penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai

khusus lintas negara, tepat pada perbatasan negara dan atau sumber daya airnya

digunakan oleh negara lain, yang menjadi wewenang Direktur Jenderal atas nama

Menteri sebagai berikut :

a. Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data administrasi, data

teknis termasuk dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),

disampaikan oleh pemohon izin kepada Direktur Jenderal dengan tembusan

kepada :

(a) Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat.

(b) Institusi yang membidangi masalah perbatasan dengan menggunakan

Formulir Model 1.1A dalam rangkap 5 (lima) sebagaimana tercantum

dalam Lampiran 1A Peraturan Menteri ini.

b. Direktur Jenderal dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat

permohonan segera memberikan instruksi kepada Kepala UPT Wilayah Sungai

Pusat setempat yang bersangkutan dan meminta kepada Institusi yang

membidangi masalah perbatasan dan membidangi perdagangan untuk

memeriksa, meneliti dan memberikan rekomendasi teknis dengan

menggunakan Formulir Model 1.2 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

Peraturan Menteri ini.

c. Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat memeriksa kelengkapan berkas

permohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya

instruksi Direktur Jenderal. Dalam hal berkas permohonan tidak lengkap,

Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat mengembalikan kepada pemohon izin

untuk dilengkapi, dengan menggunakan Formulir Model 1.3 sebagaimana

tercantum dalam lampiran III Peraturan Menteri ini.

d. Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat segera mulai melakukan

penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir

Model 1.4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

26

Penyiapan rekomendasi tersebut diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak diterimanya instruksi, dan disampaikan kepada Direktur

Jenderal.

e. Institusi yang membidangi masalah perbatasan dan membidangi perdagangan

berdasarkan permintaan dari Direktur Jenderal melakukan penelitian dan

pemberian rekomendasi teknis hubungan bilateral yang diselesaikan dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permintaan tersebut.

f. Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf (d) dan (e),

Direktur Jenderal menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau surat

penolakan dengan menggunakan Formulir Model 1.5 atau 1.6 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran V dan VI Peraturan Menteri ini, dalam jangka

waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya rekomendasi teknis dari Kepala UPT

Wilayah Sungai Pusat.

g. Izin penggunaan yang telah ditandatangani Direktur Jenderal atas nama

Menteri disampaikan kepada pemohon izin melalui Kepala UPT Wilayah

Sungai Pusat setempat dengan tembusan kepada Gubernur Kepala Daerah

Provinsi yang bersangkutan dan instansi yang terkait, dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari sejak Direktur Jenderal menerbitkan izin penggunaan sumber

daya air atau surat penolakan permohonan.

(2) Direktur Jenderal mengatur lebih lanjut pelaksanaan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf e, f.

Pasal 31

(1) Tata cara permohonan izin penggunaan sumber daya air pada Wilayah Sungai

Lintas Kabupaten/Kota yang menjadi wewenang Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi atas nama Gubernur sebagai berikut :

a. Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data administrasi, data

teknis termasuk dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),

disampaikan oleh pemohon izin kepada Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dengan tembusan Kepala Balai

Pengelolaan Sumber Daya Air setempat, dengan menggunakan Formulir

27

Model 1.1 dalam rangkap 5 (lima) sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1

Peraturan Menteri ini.

b. Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dalam

waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat permohonan segera memberikan

instruksi kepada Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air yang

bersangkutan untuk memeriksa, meneliti dan memberikan rekomendasi teknis

dengan menggunakan Formulir Model 1.2 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II Peraturan Menteri ini.

c. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air setempat memeriksa kelengkapan

berkas permohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak instruksi.

Dalam hal berkas permohonan tidak lengkap Kepala Balai Pengelolaan

Sumber Daya Air setempat mengembalikan kepada pemohon izin untuk

dilengkapi, dengan menggunakan Formulir Model 1.3 sebagaimana tercantum

dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

d. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air setempat segera mulai melakukan

penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir

Model 1.4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Penyiapan rekomendasi tersebut diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak diterimanya instruksi, dan disampaikan kepada Kepala Dinas

yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi.

e. Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf (d), Kepala

Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi menerbitkan

izin penggunaan sumber daya air atau surat penolakan dengan menggunakan

Formulir 1.5 atau 1.6 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan VI

Peraturan Menteri ini, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya

rekomendasi teknis dari Kepala UPT Wilayah Sungai setempat.

f. Izin penggunaan yang telah ditandatangani Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi atas nama Gubernur disampaikan

kepada pemohon izin melalui Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

dengan tembusan kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan

dan instansi yang terkait, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak Kepala

28

Dinas menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau surat penolakan

permohonan.

(2) Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi mengatur

lebih lanjut pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

(e), (f).

Pasal 32

(1) Tata cara permohonan izin penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai satu

kabupaten yang menjadi wewenang Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan

Sumber Daya Air Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota sebagai berikut :

a. Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data administrasi, data

teknis termasuk dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),

disampaikan oleh pemohon izin kepada Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai

Pengelolaan Sumber Daya setempat, dengan menggunakan Formulir Model

1.1 dalam rangkap 5 (lima) sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1

Peraturan Menteri ini.

b. Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air

Kabupaten/Kota dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima surat

permohonan segera memberikan instruksi kepada Kepala Balai Pengelolaan

Sumber Daya Air yang bersangkutan untuk memeriksa, meneliti dan

memberikan rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir Model 1.2

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

c. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air setempat memeriksa kelengkapan

berkas permohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya

instruksi. Dalam hal berkas permohonan tidak lengkap Kepala Balai

Pengelolaan Sumber Daya Air setempat mengembalikan kepada pemohon izin

untuk dilengkapi, dengan menggunakan Formulir Model 1.3 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

d. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air setempat segera mulai melakukan

penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan menggunakan Formulir

Model 1.4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

29

Penyiapan rekomendasi tersebut diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak diterimanya instruksi, dan disampaikan kepada Kepala

Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota.

e. Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf (d) Kepala

Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota

menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau surat penolakan dengan

menggunakan Formulir 1.5 atau 1.6 sebagaimana tercantum dalam Lampiran

V dan VI Peraturan Menteri ini, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak

diterimanya rekomendasi teknis dari Kepala UPT Wilayah Sungai setempat.

f. Izin penggunaan yang telah ditandatangani Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota

disampaikan kepada pemohon izin melalui Kepala Balai Pengelolaan Sumber

Daya Air dengan tembusan kepada Bupati/Walikota yang bersangkutan dan

instansi terkait, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak Kepala Dinas

menerbitkan izin penggunaan sumber daya air atau surat penolakan

permohonan.

(2) Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota

mengatur lebih lanjut pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf (e), (f).

Pasal 33

(1) Tata cara permohonan dan pemberian izin penggunaan sumber daya air yang

menjadi wewenang Gubernur dan Bupati/Walikota diatur tersendiri dalam

Peraturan Daerah oleh Gubernur dan Bupati/Walikota bersangkutan dengan

memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan 32.

(2) Penggunaan formulir sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 diberlakukan

terhadap permohonan dan pemberian izin yang menjadi wewenang Gubernur dan

Bupati/Walikota dengan diadakan penyesuaian seperlunya.

30

Pasal 34

Tata cara permohonan dan pemberian izin penggunaan sumber daya air untuk negara

lain di Wilayah Sungai yang bersangkutan dilakukan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 dan 30 dengan rekomendasi dari

Menteri Luar Negeri dan Menteri yang membidangi perdagangan.

Bagian Keenam : Tempat Pengambilan Air

Pasal 35

Tata cara permohonan dan pemberian izin penggunaan sumber daya air dalam

Peraturan Menteri ini berlaku untuk penggunaan sumber daya air pada sungai, danau,

rawa, waduk dan bendungan serta jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder.

Bagian Ketujuh : Pembuangan Limbah ke Sumber Air/

Prasarana Sumber Daya Air

Pasal 36

(1) Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan

upaya pencegahan terjadinya pencemaran air.

(2) Pengendalian pencemaran air dilakukan melalui upaya pencegahan terjadinya

pencemaran air, dan pengolahan air limbah sebelum masuk ke sumber air dan

prasarana sumber daya air.

(3) Untuk mencegah terjadinya pencemaran air pada sumber air setiap orang

perorangan dan badan usaha dilarang:

a. membuang limbah padat, limbah cair, dan/atau gas ke dalam sumber air;

b. membuang air limbah yang melampaui baku mutu yang ditetapkan pada

sumber air;

(4) Pembuangan air limbah ke suatu sumber air atau prasarana sumber daya air

dilakukan dengan izin dari pejabat yang berwenang setelah mendapat

rekomendasi teknis dari instansi pengelola sumber daya air yang terkait

31

berdasarkan ambang batas baku mutu yang diatur dalam peraturan perundangan

yang berlaku.

(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian air

limbah ke sumber air dan parasarana sumber daya air diatur dalam peraturan

tersendiri oleh instansi yang bertanggung jawab dalam bidang lingkungan hidup.

Bagian Kedelapan : Sertifikasi Hak Guna Air

Pasal 37

(1) Pemberian izin penggunaan sumber daya air kepada pemohon dimanifestasikan /

diwujudkan melalui pemberian sertifikat hak guna air dengan menggunakan

Formulir Model 1.7 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan

Menteri ini, yang sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya sebagaimana

dimaksud pada Pasal 5 Peraturan Menteri ini.

(2) Sertifikat hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini sesuai

dengan hak guna air yaitu:

a. Sertifikat hak guna pakai air.

b. Sertifikat hak guna usaha air, yang sesuai dengan kebutuhannya.

Bagian Kesembilan : Pembatalan, Perubahan dan Pencabutan Izin

Penggunaan Air

Pasal 38

(1) Izin penggunaan sumber daya air batal dengan sendirinya atau dapat dibatalkan

dalam hal :

a. Musnahnya sumber daya air.

b. Pemegang izin melepaskan haknya secara sukarela.

c. Pemegang izin selama jangka waktu yang ditetapkan dalam keputusan

pemberian izinnya, tidak menggunakan hak sebagaimana mestinya.

d. Jangka waktu izin telah berakhir.

e. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat diberikannya izin.

32

f. Pemegang izin menyalahgunakan haknya untuk tujuan yang menyimpang dari

tujuan semula atau tidak melaksanakan kewajiban konservasi sumber daya air.

g. Badan hukum atau badan usaha pemegang izin dibubarkan atau dinyatakan

pailit.

(2) Izin penggunaan air dapat diubah ketentuannya apabila keadaan yang dipakai

sebagai dasar pertimbangan pemberian izin telah mengalami perubahan.

(3) Izin penggunaan air yang telah diterbitkan dapat dicabut apabila :

a. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah

dikeluarkannya izin, pemegang izin / hak tidak memulai kegiatannya.

b. Tidak melaksanakan persyaratan yang ditetapkan dalam izin.

c. Pemegang izin / hak menggunakan air tidak sesuai dengan peruntukannya dan

menyimpang dari tujuan semula yang telah ditetapkan dalam izin.

d. Tidak melakukan perlindungan dan pemeliharaan sehingga air dan sumber air

menjadi rusak tanpa upaya untuk melakukan pencegahan atau

penanggulangan.

Bagian Kesepuluh : Masa Berlaku dan Perpanjangan Izin

Pasal 39

(1) Izin penggunaan air diberikan untuk jangka waktu sesuai dengan pertimbangan

keperluannya.

(2) Pemegang izin penggunaan air yang telah berakhir masa berlakunya dapat

mengajukan permohonan perpanjangan izin.

(3) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini

harus diajukan kepada pihak yang berwenang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan

sebelum jangka waktu surat izin tersebut berakhir.

BAB VI

SISTEM INFORMASI

Pasal 40

Prosedur dan proses permohonan dan pemberian izin penggunaan Sumber Daya Air

wajib diumumkan secara terbuka di papan pengumuman atau media cetak dan atau

33

dicantumkan ke dalam website instansi yang berwenang sehingga dapat diketahui

secara terbuka oleh publik secara terus-menerus.

BAB VII

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 41

(1) Penyelesaian sengketa pada tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip

musyawarah mufakat.

(2) Sengketa dapat berupa sengketa pengelolaan Sumber Daya Air dan atau sengketa

hak guna pakai air atau hak guna usaha air yang merupakan sengketa antar

pengguna, antar pengusaha, antar pengguna dan pengusaha, antar wilayah, serta

antara hulu dan hilir.

(3) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian di luar

pengadilan atau melalui pengadilan.

(4) Upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan arbritase atau

alternatif penyelesaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Sengketa mengenai kewenangan pengelolaan Sumber Daya Air antara Pemerintah

dan Pemerintah Daerah diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 42

Masyarakat yang dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan sumber daya air berhak mengajukan gugatan perwakilan ke Pengadilan.

Pasal 43

Instansi pemerintah yang membidangi sumber daya air bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran air dan /atau kerusakan sumber air yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Pasal 44

Organisasi yang bergerak pada bidang sumber daya air berhak mengajukan gugatan

terhadap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan yang menyebabkan

34

kerusakan sumber daya air dan/atau prasarananya, untuk kepentingan berkelanjutan

fungsi sumber daya air sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 45

(1) Pelaksanaan pengawasan terhadap izin penggunaan air berdasarkan Peraturan

Menteri ini dilakukan oleh :

a. Direktur Jenderal Sumber Daya Air c.q. Balai Besar Wilayah Sungai / Balai

Wilayah Sungai sepanjang yang menyangkut izin penggunaan air yang

menjadi wewenang Menteri.

b. Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi cq

Balai Pengelolaan Sumber Daya Air sepanjang menyangkut izin yang menjadi

wewenang Gubernur.

c. Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/

Kota sepanjang menyangkut izin penggunaan air yang menjadi wewenang

Bupati / Walikota.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi kegiatan :

a. Pemantauan dan evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan-persyaratan yang

tercantum dalam surat izin penggunaan air.

b. Pemberian rekomendasi.

c. Penertiban penggunaan air yang belum memperoleh izin.

d. Penyidikan apabila diduga atau dapat diduga adanya tindak pidana sumber

daya air oleh pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan atau

pejabat penyidik pegawai negeri sipil yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya dalam bidang sumber daya air sesuai dengan kewenangan

pengawasannya masing masing.

e. Pelaporan.

(3) Pelaporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini

diatur sebagai berikut:

35

a. Balai Besar Wilayah Sungai / Balai Wilayah Sungai melaporkan hasil

pengawasannya kepada Menteri dan kepada Direktur Jenderal Sumber Daya

Air dan tembusannya kepada Gubernur dan Kepala Dinas yang membidangi

pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi.

b. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi melaporkan

pengawasannya kepada Gubernur tembusannya kepada Kepala Dinas yang

membidangi pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi.

c. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota (UPT

Kabupaten) melaporkan hasil pengawasannya kepada Bupati/Walikota dan

tembusannya kepada Kepala Dinas yang membidangi pengelolaan sumber

daya air Kabupaten/Kota.

(4) Apabila laporan hasil pengawasan terdapat hal-hal yang menyimpang dari

persyaratan yang tercantum dalam surat izin penggunaan air maka pihak yang

berwenang dapat mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan kewenangan

masing-masing.

(5) Barangsiapa dengan sengaja dan atau oleh karena kelalaiannya, orang perorangan

atau badan usaha melakukan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya air tanpa

izin/pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini, maka akan dikenakan

sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 46

(1) Para stake holder sumber daya air yang tanpa izin telah melaksanakan penggunaan

air untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) dan pasal 5

Peraturan Menteri ini, selambat-lambatnya 9 (sembilan) bulan sejak peraturan ini

berlaku, harus mengajukan permohonan izin kepada pihak yang berwenang.

(2) Para pemegang izin penggunaan air dalam waktu selambat-lambatnya 9

(sembilan) bulan sejak peraturan ini berlaku harus mendaftarkan kembali izinnya

untuk diperbarui dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum

dalam peraturan ini.

36

(3) Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah yang mengatur hal-hal yang berhubungan

dengan tata cara dan persyaratan pemberian izin penggunaan air dinyatakan tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini.

(4) Jangka waktu yang diberikan dalam tahapan setiap proses tata cara permohonan

dan pemberian izin penggunaan sumber daya air, sebagaimana dimaksud pada

pasal 29, 30, 31, dan 32 diberi tenggang waktu penundaan untuk berlakunya

selama 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri.

BAB X

PENUTUP

Pasal 47

(1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh

pihak yang berwenang.

(3) Lampiran Peraturan Menteri ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

(4) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk

diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal

Menteri Pekerjaan Umum

37

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Model 1.1

Nomor :

Lampiran :

Kepada Yth,

Bapak Direktur Jenderal Sumber Daya Air

di

…………

Perihal : Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :..........................

Alamat :..........................

Guna memenuhi kebutuhan Instansi/masyarakat/Swasta/Yayasan...........

Sudilah kiranya Bapak/ibu memberikan izin kepada kami untuk : Penggunaan Sumber

Daya Air :

1. Lokasi :

2. Untuk Keperluan :

3. Jenis Izin yang diminta : Pemanfaatan

4. Volume yang akan digunakan :

5. Cara Pengambilan :

6. Waktu mulai : s/d

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan persyaratan administratif dan

data teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu :

1. Copy KTP Pimpinan Perusahaan/Kelompok/Perorangan.

2. Copy Akte pendirian perusahaan/instansi .......................

3. Copy Izin Usaha dan izin tempat usaha bagi perusahaan .........

38

4. Peta lokasi kegiatan

5. Gambar detail bangunan pengambilan

6. Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

7. Izin trayek dari instansi .............(bagi lalu lintas air)

Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Pemohon

Materai Rp 6000

LAMPIRAN I - A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

39

Model 1.1A

Nomor :

Lampiran :

Kepada Yth,

Bapak Direktur Jenderal Sumber Daya Air

di

Jakarta

Perihal : Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Dengan hormat,

yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :..........................

Alamat :..........................

Guna memenuhi kebutuhan Instansi/Masyarakat/Swasta/Yayasan...........

Sudilah kiranya Bapak/Ibu memberikan izin kepada kami untuk : Penggunaan Sumber

Daya Air :

1. Lokasi :

2. Tujuan Penggunaan/Pemanfaatan :

3. Jenis Izin Yang diminta : Penggunaan/Pemanfaatan Air/Ruang Wadah

Air

4. Volume yang akan digunakan :

5. Cara Pengambilan :

6. Waktu mulai : s/d

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan persyaratan administratif dan

data teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu :

1. Copy KTP Pimpinan Perusahaan/Kelompok/Perorangan.

2. Copy Akte pendirian Perusahaan/Instansi .......................

40

3. Copy Izin Usaha dan Izin Tempat Usaha bagi Perusahaan .........

4. Peta lokasi kegiatan

5. Gambar detail bangunan prasarna

6. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

7. Izin trayek dari Instansi .............(bagi lalu lintas air)

Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Pemohon

Materai Rp 6.000

Tembusan Kepada Yth. :

1. Kepala UPT Wilayah Sungai Pusat setempat

2. Joint Border Committee c.q Joint River Management Sub-Committee, Direktorat

Perjanjian Politik Keamanan dan Kewilayahan, Direktorat Jenderal Hukum dan

Perjanjian Internasional, Departemen Luar Negeri

41

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Model 1.2

…………………………200…

Nomor : Lampiran : Kepada Yth. Kepala Kantor UPT Wilayah Sungai …………………………………. Di Tempat Perihal : Instruksi untuk memeriksa, meneliti dan memberikan rekomendasi teknis

atas permohonan izin penggunaan Sumber Daya Air. Memperhatikan surat permohonan izin penggunaan sumber daya air. Atas nama ………………………….Nomor:………tanggal……… , dengan ini kami intruskikan untuk diproses lebih lanjut. Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Departemen Pekerjaan Umum Direktur Jenderal Sumber Daya Air ………………………… NIP………………

Tembusan Kepada Yth. 1. Menteri Pekerjaaan Umum; 2. Arsip.

42

3. LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Model 1.3

…………………………200…

Nomor : Lampiran : Kepada Yth. …………………………………. di Perihal : Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air Memperhatikan surat permohonan Saudara Nomor:………tanggal……… perihal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan kembali surat permohonan Saudara beserta lampiran-lampirannya agar dapat dilengkapi dengan : 1. ……………………………………………………………………………………… 2. ……………………………………………………………………………………… 3. ……………………………………………………………………………………… Setelah Saudara lengkapi, agar segera dapat disampaikan kembali kepada kami.

Demikianlah harap menjadi maklum.

Departemen Pekerjaan Umum Kepala Kantor Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai …………. Provinsi………………… ………………………… NIP………………

Tembusan Kepada Yth. ………………………………… 4. …………… 5. Arsip

43

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Model 1.4

…………………………200 …

Nomor :

Lampiran :

Kepada Yth,

Bapak Direktur Jenderal Sumber Daya Air

di-

JAKARTA

Perihal : Rekomendasi Teknis untuk Pemberian Izin Penggunaan Sumber Daya Air Kepada...........................................................

Memperhatikan surat permohonan dari ....... Nomor......... Tanggal .... perihal Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air, dan Instruksi Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor ...... Tanggal ......., maka kami telah melakukan penilaian atas permohonan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai hasilnya, kami menyatakan bahwa dari segi teknis tidak berkeberatan terhadap permohonan tersebut di atas untuk diberi Surat Izin Penggunaan Sumber Daya Air. Persyaratan teknis ini harus dipenuhi oleh pemohon dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Surat Izin dimaksud. Demikianlah rekomendasi kami untuk menjadi bahan pertimbangan dalam proses selanjutnya.

Departemen Pekerjaan Umum Kepala Kantor UPT Wilayah Sungai ………….................................................... Provinsi…………………...........................

NIP :.................

Tembusan kepada Yth : 1. ....................................... 2. ....................................... 3. .......................................

44

LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Model 1.5

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : ...............................................

TENTANG

PEMBERIAN IZIN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

KEPADA : ....................................................

MENTERI PEKERJAAN UMUM

Memperhatikan : Surat permohonan dari ......... Nomor .......... Tanggal ........perihal

permohonan izin penggunaan Sumber Daya Air

Menimbang : a. bahwa permohonan izin dari ..........adalah untuk keperluan

.........................

b. bahwa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku permohonan tersebut dapat

dikabulkan, dan perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah;

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air;

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;

5. Peraturan Pemerintah Nomor ... Tahun ...... tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air;

6. Keputusahan Presiden RI Nomor .../M Tahun........ tentang

Pengangkatan Pejabat Eselon I;

45

7. Peraturan Menteri PU Nomor ........................ tentang tata

cara persyaratan Izin Penggunaan Sumber Daya Air.

8. Keputusan Menteri PU Nomor …/PRT/19.. tentang Biaya

administrasi penggunaan Sumber Daya Air

Mengingat pula : Rekomendasi teknis dari ………………………………………,

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Nomor ……………….

tanggal ..................................................................

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : memberikan izin Penggunaan/Pemanfaatan Air/Ruang Wadah

Air kepada.................................................................

alamat ....................................................................................

untuk menggunakan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai

...........................

di..........................................Provinsi....................................... dan

di..........................................Provinsi..............................................

dengan hak guna pakai/usaha air untuk keperluan

..............................................................................

dengan ketentuan sebagai berikut

1. Tempat pengambilan seluas ....................Ha.................. dengan

batas-batas :

Utara :.....................

Selatan :..................

Barat :.....................

Timur :....................

2. Membayar biaya administrasi dan bea materai yang besarnya

berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Keterlambatan pembayaran dikenakan denda sebesar 5% (lima

persen) setiap bulan keterlambatan.

46

4. Memenuhi semua persyaratan yang tercantum di dalam

rekomendasi teknis.

5. Menjaga kelestarian lingkungan.

6. Izin berlaku untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, terhitung

mulai tanggal ditetapkannya keputusan ini.

7. Dalam hal memerlukan perpanjangan izin, maka permohonan

perpanjangan izin harus diajukan 2 (dua) bulan sebelum masa

izin berakhir.

8. Menyampaikan laporan mengenai perkembangan pelaksanaan

penggunaan Sumber Daya Air berkala kepada Direktur Jenderal

Sumber Daya Air cq Direktur (terkait) dengan tembusan kepada

Gubernur Daerah Provinsi yang bersangkutan.

9. Mentaati dan mengindahkan semua peraturan perundang-

undangan terkait yang berlaku.

KEDUA : Hak guna pakai/usaha air sebagaimana dimaksud pada diktum

pertama diwujudkan dalam bentuk sertifikat terlampir (Model

1.7 sebagaimana tersebut pada Lampiran VII Peraturan ini.)

KETIGA : Izin ini tidak berlaku, apabila terjadi penyimpangan dari

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.

1. Gubernur Kepala Daerah Provinsi ...............................................................................

2. Direktur ............................(Terkait);

3. UPT Wilayah Sungai ........................................

47

LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Model 1.6

…………………………200…

Nomor :

Lampiran :

Kepada Yth.

..........................

di

............................

Perihal : Penolakan Atas Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Menunjukan Surat Permohonan Saudara No. ………… tanggal tersebut tidak dapat

kami luluskan mengingat :

1. …………………………..……………………………………………………….…

2. ………………………………………………………………………………………

Oleh sebab itu kami kembalikan permohonan Saudara lengkap dengan lampiran-

lampirannya.

Demikianlah harap menjadikan maklum, dan atas perhatian Saudara, kami ucapkan

tarima kasih.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ………………………………NIP …………………

Tembusan : 1. 2. 3. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai …………… 4. Arsip.

48

Lampiran VII Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Model 1.7

1) Coret yang tidak perlu

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 1)

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR 1)

S E R T I F I K A T

( TANDA BUKTI HAK GUNA USAHA AIR / HAK GUNA PAKAI 1)

KABUPATEN / KOTA 1 )

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . PROPINSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Lambang Negara

49

PEMEGANG HAK

JENIS HAK : Hak Guna Usaha Air / Hak Guna Pakai Air 2 )

Tanggal : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . a) Hak . . . . . . . . . . . . . . . Nomor Hak : . . . . . . .

Nama Pemegang Hak : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

b) Lokasi Pengambilan Air / Penggunaan / Pemanfaatan Ruang Wadah Air 2)

Wilayah Sungai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kelurahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kecamatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kabupaten . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Propinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

c) Surat Keputusan Pemberian Hak

SK. Menteri SK. Gubernur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . SK. Bupati / Walikota 2 ) . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .

d) Jenis Usaha e) Skala Usaha

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . Besar / Sedang – Kecil 2 )

f) Volume Pemanfaatan g) Kondisi ketersediaan Air setempat

. . . . . . . . . . . M3 / 24 jam cukup / sedang / kurang 2 )

h) Jenis Izin i) Validasi Sertifikat

Pengambilan Air Permukaan / Penggunaan / Pemanfaatan Ruang Wadah Air 2) 30 Tahun / 10 Tahun 2 )

1) Pilih dan sesuaikan dengan yang akan diberikan. 2) Coret yang tidak perlu.

50

CATATAN PERPANJANGAN HAK

Sebab Terjadinya

Perpanjangan/Perubahan Hak

Tanggal Pencatatan

Perpanjangan/Perubahan Hak

Catatan

Lain-lain

Tanda tangan Kepala

Dinas dan Stempel Dinas

51

PETA SITUASI LOKASI PENGAMBILAN / LOKASI KEGIATAN USAHA

52