laporan penelitian tindakan kelas - digilib.uns.ac.id...pendekatan kontekstual pada siswa kelas iv...
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MELALUI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 BULAKAN KECAMATAN BELIK
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN PELAJARAN
2009 / 2010
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh
Suastri X.9707035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sasaran pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang paling sulit dikuasai siswa dibandingkan tiga keterampilan lain.
Masih banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik dan benar,
mengindikasikan bahwa pembelajaran menulis di sekolah belum berhasil, terutama
dalam menulis cerita. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Antara lain faktor dari guru dan faktor dari siswa. faktor dari guru ada
kecenderungan guru dalam mengajar hanya memberikan pembelajaran keterampilan
secara teoritis, kurang pada praktik, bila ada kesalahan jarang membahas.
Faktor dari siswa, motivasi rendah kemampuan yang hanya rata-rata dan
keengganan menulis (kemalasan) dan perasaan tidak mampu serta kurangnya latihan
menulis.
Untuk itu maka peneliti merasa prihatin dan mengangkat masalah ini ke dalam
judul proposal agar dapat memperbaiki faktor penyebab kurangnya minat dan
ketidakmampuan siswa dalam menulis cerita.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, penulis mencoba menggunakan
pendekatan kontekstual karena pendekatan kontekstual mencerminkan prinsip
Diferensiasi, yaitu menantang siswa menjadi kreatif, bekerja sama, menghasilkan
gagasan baru yang berbeda dan konsep belajarnya mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Dalam pendekatan kontekstual siswa akan terlihat aktif. Jadi pendekatan ini
mampu meningkatkan hasil belajar terutama dalam ketrampilan menulis cerita,
karena kontekstual sesuai dengan lingkungan siswa. Jadi siswa akan lebih terangsang
untuk dapat belajar giat karena lingkungan mendukung pembelajaran yang ia
lakukan.
1
3
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai
berikut : apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
keterampilan menulis cerita siswa kelas IV SD Negeri 01 Bulakan Kecamatan
Belik Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti mencoba menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Karena pendekatan ini
beranggapan bahwa proses pembelajaran ini berkaitan dengan pengalaman nyata
yang dapat dialami langsung oleh anak.
Dengan diterapkannya pendekaan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami
penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan apakah penggunaan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD N 01 Bulakan, Kecamatan Belik,
Kabupaten Pemalang pada Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya khasanah teori/keilmuan dalam proses pembelajaran
menulis cerita secara efektif akan membantu meningkatkan keterampilan siswa
dalam menuangkan ide/gagasan.
4
2. Manfaat Praktis
a. Guru
Membantu guru memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan
kemampuan guru menggunakan pendekatan kontekstual.
b. Siswa
Dapat meningkatkan keterampilan menulis prosa dan meningkatkan minat
dan motivasi belajarnya.
c. Sekolah
1) Membantu tercapainya tujuan pendidikan sekolah baik secara makro
maupun mikro.
2) Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru secara umum.
3) Meningkatkan kompetensi lulusan sehingga kredibilitas siswa
meningkat.
E. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan
hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut : Dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N 01 Bulakan, Kecamatan Belik,
Kabupaten Pemalang, Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat/media (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut HG. Tarigan
dalam Suriamiharja, dkk. (1983:!7) bahwa menulis merupakan menemukan atau
melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut dan
memahaminya
Berdasarkan dua pengertian tersebutm maka dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah menemukan lambang grafik dan kegiatan menyampaikan pesan untuk
dipahami orang lain.
2. Ketrampilan Menulis
Keterampilan menulis adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Kamus
Besar Bahasa Indonesia hal 1180 edisi III). Menurut Tarigan (1998 : 270),
keterampilan menulis adalah kesanggupan dan kecakapan seseorang dalam
menggunakan bahasa secara cermat, cepat dan tepat dalam bentuk ekspresi tulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai siswa
dibandingkan keterampilan membaca, berbicara dan menyimak.
Berdasarkan kedua pengertian diatas, jadi keterampilan menulis digunakan
untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan dan menginformasikan dan
mempengaruhi pembaca.
3. Pengertian Cerita
Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau
penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi
4
6
maupun yang hanya rekaan belaka (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga).
Menurut (Seamz-independent.com/pengertian-cerita), bahwa yang dimaksud dengan
cerita adalah penuturan tentang suatu kejadian.
Jadi cerita adalah karangan yang menuturkan suatu kejadian yang sungguh-
sungguh atau hanya rekaan.
4. Menulis sebagai Proses
Menurut Proett dan Gill, (1986) dalam Suparno (2003 : 1.13), pendekatan yang
kerap muncul dalam pembelajaran menulis meliputi, :
a. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang,
sekalipun tidak dikoreksi, akan membantu meningkatkan ketrampilan menulis
seseorang.
b. Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur
bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis.
c. Pendekatan koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia
menerima banyak koreksi kata masukan yang diperoleh atas tulisannya.
d. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa ketrampilan menulis akan diperoleh
bila pengetahuan bahasa, pengalinean, pewacanaan, serta konvensi penulisan
dikuasai dengan baik.
Menulis sebagai proses merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan
melibatkan beberapa fase, yaitu :
a. Fase pra penulisan (persiapan)
Menurut Proett dan Gill (1986) dalam Suparno (2003 : 1.14) tahap ini
fase mencari, menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan dalam menulis
menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik.
Aktivitas yang dilakukan pada fase ini :
1) Memilih topik.
2) Menetapkan tujuan dan sasaran.
3) Mengumpulkan bahan dan informasi yang diperlukan.
4) Mengorganisasikan ide ke dalam bentuk karangan.
7
Sedangkan menurut Tarigan (2002, hal 8.6), penulisannya dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut, :
1) Mencari dan menentukan topik
2) Menghimpun butir-butir yang berhubungan dengan topik
3) Menyeleksi dan menyusun butir-butir penting
4) Mengembangkan cerita
5) Membaca ulang setelah masa penundaan sambil merevisi.
Jadi persiapan yang baik sangat memungkinkan bagi kita untuk
mengumpulkan bahan secara terarah, mengait padukan antar gagasan secara
runtut, serta membahasnya secara luas, kaya dan dalam.
b. Penulisan (pengembangan isi karangan)
Tahap ini adalah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan
informasi yang relevan serta membuat karangan. Dan penulisanpun siap,
kemudian mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka
karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah kita pilih dan
kita kumpulkan.
c. Pasca penulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)
Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan.
Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Kegiatan ini
mengacu pada kegiatan pemeriksaan membaca ulang serta memperbaiki unsur
mekanik dan unsur karangan. Dan kegiatan penambahan, penggantian,
kehilangan, pengubahan atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan.
Untuk dapat menulis dengan baik, harus mencoba dan berlatih berulang-
ulang dengan :
1) Memilih topik
2) Menentukan tujuan
3) Mengenali pembaca
4) Mencari informasi pendukung
5) Menyusun keragka karangan
6) Menuangkan ide secara runtut dan tuntas dalam racikan bahasa yang
terpaham.
8
5. Pengertian Pendekatan Konstekstual
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2002 : 5)
Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual (Zahorik, 1995 : 14-22) yaitu :
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
b. Pemerolehan pengetahuan baru
c. Pemahaman pengetahuan
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
e. Melakukan refleksi
Sedangkan menurut John Dewey (1916) dalam Ahmad Sudrajat.
wordpres,com/pembelajaran-konstektual, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
praktik pembelajaran kontekstual adalah, :
a. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa
b. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap
diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa
c. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah
berguna bagi hidupnya
d. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
6. Penerapan Pendekatan Konstekstual
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan
tujuh komponen pembelajaran kontekstual menurut Elaine B, Jonhson.PHD:
a. Konstruktivisme
b. Inkuiri
c. Bertanya
d. Masyarakat belajar
9
e. Permodalan
f. Refleksi
g. Penilaian yang sebenarnya
Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketermapilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin untuk semua topik.
c. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar.
e. Menghadirkan model.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Kelebihan Pendekatan Kontekstual menurut Elaine B. Jonhson, PHD adalah
sebagai berikut, :
a. Pembelajaran keterkaitan yang bermakna.
b. Melakukan pekerjaan yang berarti.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
d. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
e. Anak dapat berpikir kritis dan kreatif.
f. Standar tinggi dan penilaian autentik.
10
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relavan
Tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah untuk
mengetahui apakah dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan rumusan hipotesa bahwa dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Dermikian juga apa yang diutarakan oleh Tatang, dkk (2004:100-101) dalam
penelitiannya, bahwa tindakan yang digunakan untuk meminimalkan kesulitan siswa
dalam memahami Bangun Ruang Sisi Tegak adalah dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dapat meminimalkan kesulitan
siswa dalam belajar materi Bangun Ruang Sisi egak di kelas I SLTP Negeri 6
Sidoarjo. Aktifitas siswa cenderung aktif dan senang terhadap proses pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Prestasi belajar kelas IV SD Negeri 01 Bulakan Tahun Pelajaran 2009 / 2010
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Hal ini terjadi karena pada awal pembelajaran guru tidak melakukan
apersepsi, guru kurang membangkikan motivasi terhadap pembelajaran, siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, dalam menyampaikan materi kurang menarik
sehingga pembelajaran terasa membosankan.
Untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan tindakan yang dapat
menambah kegairahan siswa dengan pendekatan kontekstual yang ada di lingkungan
sekitar.
Pada pembelajaran pendekatan kontekstual, siswa diharapkan adanya
peningkatan, memperhatikan penjelasan guru, pembelajaran jadi menarik sehingga
siswa tidak merasa bosan, menantang siswa menjadi aktif.
Pembelajaran kontekstual guru memancing dengan pertanyaan yang
menjadikan guru menjadi lebih produktif,yaitu berguna untuk :menggali informasi
11
tentang kemanpuan siswa dalam penguasaan pembelajaran, membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar, merangsang keinginan siswa terhadap sesuatu dan mermbimbing
siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu dan mermbimbing siswa untuk
menemukan atau menyimpulkan sesuatu siswa
Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia guru belum
menggunakan pendekatan
kontekstual.
a. Hasil belajar siswa rendah
b. Pembelajaran tidak
menyenangkan
c. Siswa cepat bosan
Dalam pembelajaran guru
menggunakan pendekatan
kontekstual dengan cara memberi
motivasi dan belajar dengan
lingkungannya.
Dalam pembelajaran guru
menggunakan pendekatan
kontekstual.
a. Hasil belajar meningkat.
b. Pembelajaran menjadi
menyenangkan.
Kondisi Akhir
Tindakan
Kondisi Awal
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 01 Bulakan, Kecamatan Belik,
Kabupaten Pemalang, dengan alasan, :
a. Peneliti mengajar di SD Negeri 01 Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten
Pemalang, sehingga memudahkan penelitian baik dari segi waktu dan biaya.
b. Peneliti merupakan tenaga edukatif sehingga hasil penelitian nanti diharapkan
dapat memberikan masukan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian secara keseluruhan 6 bulan, yaitu mulai bulan
Januari sampai dengan Juni 2010. jatuh pada semester genap dengan tidak
mengganggu jadwal pembelajaran yang ada.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas IV SD Negeri 01 Bulakan,
Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Di kelas IV secara umum penguasaan
menulis masih sangat kurang, khususnya dalam menulis cerita, padahal di kelas yang
selanjutnya masih ada pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek menulis.
Kelas IV SD Negeri 01 Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang
terdiri dari 21 siswa putra 10 dan putri 11 dengan latar belakang siswa yang berbeda-
beda, dan mayoritas penduduknya dari kalangan keluarga menengah ke bawah.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus.
Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah
didesain dalam factor-faktor yang diselidiki.
11
13
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Siklus I
1). Perencanaan
a). Guru membuat RPP yang menggunakan pendekatan kontekstual.
b). Menyediakan alat dan media pembelajaran.
c). Menyiapkan lembar kerja.
d). Menyiapkan lembar observasi.
e). Menyiapkan lembar evaluasi.
2). Pelaksanaan tindakan
a). Guru menyiapkan materi.
b). Guru menjelaskan cara membuat karangan dan bentuk-bentuk cerita.
c). Guru membagi lembar kerja tiap kelompok terdiri dari 4 orang.
d). Siswa mengerjakan LKS dengan melakukan pengamatan dalam kelas.
e). Laporan hasil kerja kelompok.
3). Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran pada tiap siklus. Kegiatan observasi meliputi
langkah-langkah sebagai berikut, :
a). Menyiapkan lembar observasi.
b). Menyerahkan lambar observasi kepada teman sejawat.
4). Refleksi
Sumber data yang dikumpulkan observer dianalisis bersama oleh
peneliti dan teman sejawat. Data yang diperoleh selanjutnya disimpulkan
bagaimana hasil belajar siswa apabila dari siklus I belum terlihat adanya
peningkatan hasil berlajar yang signifikan maka dilanjutkan pada siklus II.
b. Siklus II
1). Perencanaan
a). Guru membuat RPP yang menggunakan pendekatan kontekstual.
b). Menyediakan alat dan media pembelajaran.
c). Menyiapkan lembar kerja.
14
d). Menyiapkan lembar observasi.
e). Menyiapkan lembar evaluasi.
Berdasarkan refleksi pada kegiatan I, guru mengadakan rencana
perbaikan rencana pembelajaran terutama pada peran guru pada kegiatan
pembelajaran.
2). Pelaksanaan tindakan
a). Guru menjelaskan secara singkat tentang penulisan cerita dengan
menggunakan EYD yang benar melalui pengamatan diluar kelas.
b). Guru membagi lembar kerja dan menyuruh siswa keluar kelas.
c). Siswa mengerjakan lembar kerja.
d). Laporan hasil kerja kelompok.
3). Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
4). Refleksi
Jika refleksi sudah memenuhi indikator kerja yaitu KKM diatas 75%,
maka kegiatan siklus II berakhir. Berdasarkan prosedur penelitian di atas,
Penelitian Tindakan Kelas diatas digambarkan seperti bagan di bawah ini :
Perencanaan I Perencanaan II Refleksi Siklus I Tindakan Refleksi SiklusII Tindakan Observasi Observasi
Gambar 2. Model Siklus
15
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Diskripsi Hasil Penelitian
a. Keadaan siswa SD Negeri 01 Bulakan
Tahun pelajaran 2009/2010 SD Negeri 01 Bulakan, Kecamata Belik,
Kabupaten Pemalang dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan memiliki 9 orang
guru yang terdiri dari 6 guru kelas dan 3 guru mata pelajaran (mapel), satu orang
penjaga. Jadi jumlah seluruh pegawai di lingkungan SD Negeri 01 Bulakan ada
11 orang.
Jumlah siswa kelas IV SD Negeri 01 Bulakan yang merupakan obyek
penelitian ada 21 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki 10 orang dan siswa
perempuan 11 orang.
b. Sarana dan Prasarana
SD Negeri 01 Bulakan, Kecamata Belik, Kabupaten Pemalang berdiri di
atas tanah sluas 3150 m2 yang terdiri dari 6 ruangan kelas, satu kantor, satu
ruangan perpustakaan, satu ruang UKS, MCK, dan tempat parkir sepeda. Selain
bangunan tersebut juga terdapat rumah dinas yang ditempati oleh salah seorang
guru.
2. Diskripsi Permasalahan Penelitian
a. Tindakan siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2010. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri
dari 2 siklus dan tiap-tiap siklus terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut, :
1). Perencanaan.
Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas mempersiapkan program
tahunan dan program semester. Perencanaan pembelajaran dengan alat
peraga, lembar evaluasi dan lembar observasi.
14
16
Dari hasil tes evaluasi terhadap proses pembelajaran dan proses
sebelum tindakan, diperoleh data bahwa 10 siswa sudah bagus dalam
menyusun kalimat dan penggunaan EYD. Sedangkan 11 siswa belum
menguasai.
Dari kenyataan di atas peneliti berkonsultasi dengan kepala sekolah
untuk mencari solusi permasalahan di atas, yaitu dengan melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Peneliti melakukan langlah-langkah pembelajaran pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan pendekatan kontekstual. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut, :
a). Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai. Alasan memilih
pokok bahasan tersebut adalah, :
§ Pokok bahasan tersebut harus benar-benar dikuasai siswa, karena
untuk menambah kelancaran dalam menulis cerita.
§ Pokok bahasan menulis cerita dapat digunakan sebagai penulisan hobi
yang dapat mendatangkan keuntungan.
§ Penilaian pokok bahasan menyusun karangan dengan berbagai topik
dengan memperhatikan ejaan didasarkan pada kurikulum yang
berlaku dan harapan masyarakat.
b). Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.
c). Menyiapka media pembelajaran.
2). Pelaksanaan Tindakan.
Dalam pembelajaran ini guru menerapkan pembelajaran dengan
menggunkan pendekatan kontekstual dan lingkungan kelas sebagai medianya.
Pada rencana pembelajaran siklus I materi yang diajarkan adalah tentang
pengertian cerita dan jenis-jenisnya. Cerita adalah bentuk karangan yang
menuturkan perbuatan, kejadian baik yang sunguh-sungguh maupun rkaan
belaka.
Guru menjelaskan juga tentang jenis-jenis cerita seperti cerita pendek,
cerita bergambar, cerita bversambung dan lain sebagainya.
17
3). Observasi.
Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti berkolaborasi dengan teman
sejawat (guru) untuk mengamati jalannya proses pembelajaran pada siklus I
(untuk panduan observasi lampiran). Adapun sebagai observer yaitu Bapak
Abu Maskur, S.Pd dan Kepala Sekolah, yaitu Bapak Mugi Widodo, S.Pd.
4). Refleksi.
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dianalisis
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran pada
siklus I.
Daftar nilai evaluasi pada siklus I
Table 1. Tabel nilai evaluasi siswa pada siklus I
No. Nama Siswa Nilai
1. M. Efendi S 63 2. Agni Pulung T 76 3. Ais hab P. 60 4. Ari Yaldi 56 5. Aulia Rahma 70 6. Dimas Nanda 53 7. Elsa Y 53 8. Eli Nurul F 80 9. E Arifudin 66 10. Entuk M 63 11. Kharisma 60 12. M. Izza 80 13. Nur Listia 60 14. Rahayu 60 15. Rama P 80 16. Restu Wisnu 66 17. Rudiyanto 78 18. Sarah F 63 19. Selvy Maya 80 20. Sugiyanto 55 21. Ulfiyatun 73
18
Gambar 3. Grafik perolehan nilai siswa pada siklus I
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
< 60 61 - 79 > 80
Nilai
Jum
lah
An
ak
Gambar 3. Grafik perolehan nilai siswa pada siklus I
Karena pembelajaran pada siklus I belum mencapai seperti yang
diharapkan yaitu nilai yang berada di bawah KKM lebih dari 25%, yaitu 8
siswa (38,09%) maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.
Berdasarkan data hasil evaluasi pada siklus I, masih terdapat beberapa
siswa yang belum menguasai materi, sehingga akan dilanjutkan pada siklus
II.
b. Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 April 2010. Adapun tahapan-
tahapannya adalah sebagai berikut, :
1). Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah atau penyusunan rencana pembelajaran seperti pada
siklus I, yaitu :
a). Memilih atau menentuka kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
yang hendak dicapai.
b). Mempersiapkan alat-alat atau media yang digunakan.
c). Menyusun rencana persiapan pembelajaran siklus II.
19
2). Pelaksanaan Tindakan.
Pembelajarn pada siklus II dengan menggunakan media yang sama pada
siklus I, yaitu lingkungan. Bedanya pada siklus I lingkungan di dalam klas,
sedangkan pada siklus II lingkungan di luar kelas.
Untuk mengawali pembelajaran dengan berdoa dan dilanjutkan dengan
materi. Guru menjelaskan tentang penggunaan kata yang tepat dalam
penulisan karangan, serta EYD dan penggunaan huruf besar dalam kalimat.
Contoh, :
§ Kata depan
dikelas ditulis ……… di kelas
§ Pemenggalan akhir baris
membuat …………… membu – at
yang betul ………… me-
buat.
§ sore itu ketika hujan reda.
Sore itu ketika hujan reda
3). Observasi.
Peneliti berkolaborasi dengan guru lain untuk mengobservasi
pembelajaran pada siklus II. Sebagai berkolaborasi adalah guru kelas II,
yaitu Bapak Abu Maskur, S.Pd dan Kepala Sekolah, yaitu Bapak Mugi
Widodo, S.Pd. Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran.
4). Refleksi.
Hasil pada siklus II menunjukan hasil kemajuan dari siklus I. Adapun
hasil pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut, :
20
Table 2. Tabel nilai evaluasi siswa pada siklus II.
No. Nama Siswa Nilai 1. M. Efendi S 66 2. Agni Pulung T 80 3. Ais hab P. 63 4. Ari Yaldi 60 5. Aulia Rahma 71 6. Dimas Nanda 60 7. Elsa Y 61 8. Eli Nurul F 80 9. E Arifudin 68 10. Entuk M 65 11. Kharisma 60 12. M. Izza 80 13. Nur Listia 61 14. Rahayu 63 15. Rama P 80 16. Restu Wisnu 71 17. Rudiyanto 78 18. Sarah F 65 19. Selvy Maya 80 20. Sugiyanto 61 21. Ulfiyatun 73
Jumlah 1242 Rata-rata 66,85
Gambar 4. Grafik perolehan nilai siswa pada siklus II.
0
2
4
6
8
10
12
< 60 61 - 70 > 71
Nilai
Jum
lah
An
ak
Gambar 4. Grafik perolehan nilai siswa pada siklus II.
21
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran pada
siklus II mengalami kemajuan. Nilai hasil pembelajaran dari 21 siswa pada
siklus II, yang mendapat nilai di bawah KKM menurun dari 8 siswa
(38,09%) menjadi 3 siswa (14,28%).
B. Pembahasan
Dengan melihat hasil di atas dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai ketuntasan
belajar yang diperoleh siswa setelah mendapat pengajaran dengan pendekatan
kontektual sangat berpengaruh terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia baik pada
siklus I maupun pada siklus II menunjukan adanya peningkatan yang sangat baik.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual
terlihat motivasi yang meningkat.Hal tersebut dapat terlihat dalam kegiatan dengan
bimbingan guru.Penggunaan Pendekatan kontektual dapat membuat siswa aktif
dalam belajar sehingga mampu meningkatkan keterampilan menulis cerita
1. Pembahasan Siklus 1
Dari penelitian pada siklus 1 (pertama),teryata hasil yang didapat
kurang memuaskan . Dari hasil pembelajaran siswa pada table 1 dapat dilihat
bahwa masih ada siswa yang belum menguasai materi. nilai rata-rata kelas
66,52 ini dirasa masih belum maksimal , karena masih ada perbedaan nilai
yang mencolok antara siswa.
Untuk hasil observasi implementasi RPP oleh teman sejawat dapat,
dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran laporan ini.Adapun
kekurangan yang jelas terlihat pada Pendekatan Kontekstual ini adalah dalam
pelaksanaan Pendekatan Kontekstual
a. Tugas ini dikerjakan secara kelompok jadi agak susah menyatukan
inspirasi/ide cerita untuk mendapatkan cerita yang baik.
b. Tidak semua siswa dapat menguraikan/mengutarakan gagasan dalam
bentuk cerita.
c. Kurangnya siswa mendalami penguasaan EYD dalam menulis cerita.
22
d. Kurangnya ketelitian terhadap objek yang dijadikan pengamatan untuk
dituangkan dalam bentuk tulisan.
e. Motivasi rendah (kemalasan) dalam menulis.
Dari hasil pembelajaran siklus 1 kurang berhasil , maka perlu
adanya langkah – langkah perbaikan yang harus dilakukan . langkah
perbaikan yang harus dilakukan :
a. Memberi pengarahan terhadap siswa secara kelompok untuk menyatukan
ide.
b. Melatih siswa untuk dapat menguraikan atau mengutarakan gagasan
dalam bentuk cerita secara kelompok.
c. Guru menjelaskan tentang pentingnya penulisan EYD dan siswa
memperhatikannya.
d. Guru menjelaskan tentang pentingnya objek pengamatan yang dijadikan
cerita yang lebih menarik.
e. Guru memotivasi siswa agar sering berlatih menulis cerita karena
menulis cerita dapat menjadikan hobi yang menyenangkan.
dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru harus tetap memberi
bimbingan. Serta perlu adanya perbaikan terhadap pembelajaran siklus
berikut.
2. Pembahasan siklus II(kedua).
Pada siklus II,pembelajarannya sudah berhasil dengan memuaskan. Meskipun
masih ada 3 siswa yang belum mampu terampil menulis cerita hal tersebut terlihat
dari nilai rata-rata siswa yang naik dari 66,52 menjadi 68,85 Semua aspek
yang dijadikan observasi tiruan sejawatpun hasilnya lebih baik. Ini tidak terlepas dari
perbaikan yang dilakukan pada siklus II. Adapun yang diperbaiki yaitu penulisan
EYD,mengaktifkan siswa dengan pembelajaran di luar kelas. Guru juga memberi
penekanan khusus pada materi yang sulit dipahami juga memberi kesempatan kepada
siswa bertanya. Pelaksanaan pembelajaran juga sudah berhasil.
23
Guru juga mengemas cara kerja kelompok dengan cara diskusi LKS
membuat cerita karangan. Hal ini membuat anak merasa dapat berpartisipasi
aktif,sehingga anak yang biasanya malas dengan senang menulis cerita.
Dengan demikian siklus II sudah memuaskan dan terlaksana pembelajaran
yang disukai oleh siswa,maka pembelajaran tersebut membekas dibenak siswa dan
akan teringat lama dipikiran mereka
3. Pembahasan antar siklus.
Pada siklus 1 hasil belajar yang dicapai siswa belum memuaskan. Tindakan-
tindakan yang dilakukan secara optimal. Tindakan-tindakan yang belum berhasil
tersebut,antara lain:
1. Kurangya Pemahaman EYD membuat terhambatnya siswa memahami
keterampilan menulis cerita
2. Pendekatan Kontekstual belum efektif, siswa masih malu dan banyak bercanda
dalam Kerja kelompok.
3. Siswa kurang aktif dalam kerja kelompok
lebih jelasnya dapat kita lihat perbandingannya antara siklus I dan II sebagai
berikut:
Tabel 3
Pengelompokan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan II
Jumlah siswa Persentase kelompok nilai
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
A >80 4 8 19% 38%
B 61-79 9 10 43% 48%
C <60 8 3 38% 14%
Jumlah 21 21 100 % 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada peningkatan pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Menulis karangan. Hal ini dapat
kita lihat pada siklus 1 nilai rata rata siswa yang lebih dari 80 berjumlah 4 anak yang
memperoleh nilai rata-rata antara 61-79 ada 9,yang mendapat nilai rata-rata <60 ada
24
8 anak. Ini menunjukkan siswa masih kurang memahami materi. Sedangkan pada
siklus 2 nilai rata-rata >8 ada 8 anak,nilai rata-rata 61-79 ada 10 anak, rata-rata
kurang, 6 ada 3.Nilai rata-rata kelas siklus 1 (66,52) sedang siklus 2 (68,84) .dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan
berhasil dengan baik.
25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut, :
1. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, dapat meningkatkan pemahaman
siswa dalam penulisan cerita.hasilnya meningkat dengan bukti perolehan nilai
makin baik dari nilai rata-rata siklus 1 66,52 menjadi 68,85.
2. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual anak lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran.tidak membosankan.
3. Guru sebagai pelaksana dan pengamat memberi respon positif terhadap
penerapan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan pembelajaran inovatif
yang menyenangkan.sehingga siswa terlihat aktif
B. Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini ada beberapa saran yang dapat
digunakan sebagi bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini,
antara lain :
1. Bagi guru
Guru hendaknya mempersiapkan perangkat pendukung pembelajaran dan
fasilitas belajar yang diperlukan karena akan mempengaruhi efektifitas pada
pembelajaran yang akhirnya berpengaruh pada proses pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar
sehingga dapat memperoleh prestasi belajar Bahasa Indonesia yang diharapkan.
3. Bagi sekolah
Hendaknya mengupayakan pembenahan-pembenahan di sekolah baik di dalam
kelas maupun di ruang lainnya agar siswa lebih mudah dalam mengikuti proses
pembelajaran.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sudrajat (2010). Pembelajaran Kontekstual. wordpres,com/pembelajaran konstktual
Depdikbud, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka. Depdiknas. 2005. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Materi Pelatihan Terintegrasi.
Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Murtiyaningsih, dkk. (2007). Buku Bahasa Indonesia Kelas IV. Penerbit Bumi
Aksara, Nur Hadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta, Depdiknas. Proet, J dan Gill, K. 1986. The Writing Process in Action: A Handbook for
Teachers. Urbana, II : NCTE. Suparno, dan Muhamad Yunus, 2003. Ketrampilan Dasar Menulis. Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta. Tarigan, Djago. 2002. Pendidikan Ketrampilan Berbahasa. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. Jakarta. Tarigan, Hendry, Guntur (1989). Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung, Angkas Tatag Y.E. Siswono, Janet T Manoy1, Netti Lastiningsih Penerapan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Tegak di Kelas I SLTP NEGERI 6 Sidosrjo. Universitas Udayana. Denpasar, Bali. 2004
Wardhani, IGAK, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas
Terbuka. Zahroik, John A. (1995). Contruktivis Teaching, Blooming Phi–Delta Kappa
Educational fondational
27