pendekatan kontekstual untuk …... · belajar pecahan matematika siswa kelas iii sd negeri ... bab...
TRANSCRIPT
1
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR PECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI
KARANGASEM 1 LAWEYAN SURAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN 2010
Oleh :
ASTRI KUSUMA WARDANI
NIM K 7106010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR PECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI
KARANGASEM 1 LAWEYAN SURAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN 2010
Oleh :
ASTRI KUSUMA WARDANI
NIM K 7106010
SKRIPSI
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
3
iv
4
5
ABSTRAK
Astri Kusuma Wardani, NIM K7106010. PENDEKATAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
PECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI
KARANGASEM 1 LAWEYAN SURAKARTA SEMESTER GENAP
TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta , Juni 2010.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) meningkatkan motivasi
belajar pecahan matematika melalui pendekatan Kontekstual siswa kelas III SD
Negeri Karangasem 1 Kecamatan Laweyan Surakarta Semester Genap Tahun
2010 (2) meningkatkan prestasi belajar pecahan siswa melalui pendekatan
kontekstual kelas III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Semester
Genap Tahun 2010.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model
siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1
Laweyan Surakarta. Pengumpulan data digunakan dengan teknik dokumen
untuk mengetahui seberapa besar prestasi sebelum dan setelah tindakan,
observasi untuk mengetahui situasi kelas dan motivasi siswa, angket motivasi
untuk melihat pendapat siswa dan tes untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar. Teknik analisis data digunakan model deskriptif interaktif dengan
langkah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian siklus 1, 2 dan siklus 3 diperoleh nilai rata-
rata angket motivasi sebesar 72,75; 78,85 dan 81,10. Rata-rata nilai prestasi
matematika siswa pada siklus 1, 2, dan siklus 3 diperoleh nilai sebesar 72,25;
85,25 dan 85,25. Prosentase siswa yang memperoleh nilai prestasi belajar di
atas KKM pada siklus 1, 2 dan siklus 3 adalah sebesar 52,25%; 67,5% dan
82,5%. Dengan demikian dapat disarankan bahwa Pendekatan Kontekstual
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Kata kumci: motivasi, prestasi , pendekatan kontekstual, pecahan, matematika.
v
6
ABSTRACT
Astri Kusuma Wardani, K7106010. IMPROVING STUDENTS’
MOTIVATION IN LEARNING MATHEMATICS FRACTION THROUGH
CONTEXTUAL APPROACH ON SECOND SEMESTER OF THE THIRD
GRADE STUDENTS OF SDN KARANGASEM 1, LAWEYAN,
SURAKARTA, ACADEMIC YEAR 2009-2010. Thesis, Surakarta : Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta, June 2010.
The purposes of this classroom action research are: (1) to improve the
motivation of third grade students of SDN Karangasem 1 Laweyan Surakarta,
academic year 2010 in learning rational number throught contextual approach (2)
to improve the achievement of third grade students of SDN Karangasem 1
Laweyan Surakarta academic year 2010 in learning rational number through
cotextual approach.
This is a classroom action research through cycle model. The subject of
the research is third grade students of SD Negeri Karangasem 1, Laweyan,
Surakarta. The techniques of collecting data in this research are document,
observation, questionare, and test. Document technique is used to identify to what
extent students’ learning achievement. Observation is used to identify the class
situation and students’ motivation. Motivation questionare is used to see the
students’ opinion. And test is used to identify students’ learning achievement. The
technique of data analysis is interactive descriptive model by reducing data,
presenting data, and taking research conclusion or verification.
Based on the research result in cycle 1st, 2
nd, and 3
rd, there can be obtained
that the average scores of motivation questionare are 72,75; 78,85 and 81,10. And
the average of students’ mathematics scores in cycle 1, 2, and 3 are 72,25; 85,25
and 85,25. The precentage of the students who get study achievement above
minimum passing criteria are 52,25%; 67,5% and 82,5%. Therefore, it is
concluded that contextual approach can improve students’ motivation and learning
achievement.
Key words: motivation, learning achievement ,contextual approach, fraction,
mathematics
vi
7
MOTTO
“Bersabarlah...... semua hal itu sulit sebelum menjadi mudah”.
(Saadi Shiraz)
“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras
adalah kemenangan yang hakiki”.
(Terjemahan Mahatma Gandhi)
You have to endure caterpillars if you want to see butterflies
Anda harus tahan terhadap ulat jika ingin dapat melihat kupu-kupu
(Antoine De Saint)
vii
8
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini dengan hati yang tulus teruntuk :
Kedua orangtuaku (Alm. Bapak Sutarmanto - Ibu Yuliati) yang selalu aku
banggakan dan menjadi inspirasi terbesarku
Kedua kangmasku (Agung Yuniawan, SE - Briptu Anton Dewantoro, SE) yang
tiada lelah memberi motivasi kepada penulis, segala limpahan doa dan
penyemangat menjadi penguat yang begitu hangat
Keponakanku Faiz Alfatirafi Ananta..... rindu ini selalu memacu untuk
memelukmu.
Mas Allvian dan keluarga atas sebentuk kesabaran dan kebaikan tulus
Sahabatku tersayang, terima kasih atas perjalanan indah ini sampai kita bisa
seperti sekarang.
Teman-teman D’Fresh Zero’06 , Dosen dan Staf di PGSD, kakak-kakak dan adik-
adik tingkatku di PGSD, FKIP, UNS Bersamamu menjadi sebuah kenangan yang
tak pernah terlupakan dan memberi kerinduan yang indah.
Almamaterku tercinta yang senantiasa aku banggakan dalam meraih mimpi
menjadi seorang pendidik.
viii
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah karena atas limpahan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya skripsi ini dapat terseleseikan. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada
Progran Studi S1 PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta .
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, khususnya
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin serta
kesempatan belajar.
2. Drs. R. Indianto, M Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin untuk menyusun
skripsi.
3. Drs Kartono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membimbing dalam penulisan
skripsi ini.
4. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd. selaku Pembimbing 1 yang telah tulus
memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis untuk menyeleseikan
skripsi.
5. Drs. Djaelani, M. Pd. selaku Pembimbing II yang dengan sabar memberi
petunjuk dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Heru Prasetyo, S. Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1
Laweyan Surakarta yang telah mengijinkan melakukan penelitian dengan
segala kesabaran dan bimbingannya.
ix
10
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah
SWT. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan, namun diharapkan skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
x
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 7
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 7
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika ................................... 7
2. Motivasi Belajar ..................................................................... 15
3. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual .................................. 21
4. Bilangan Pecahan ................................................................... 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 33
C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 39
1. Tempat Penelitian ................................................................... 39
xi
12
2. Waktu Penelitian .................................................................... 39
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 40
C. Subjek Penelitian .......................................................................... 40
D. Subjek Data .................................................................................. 40
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 41
F. Indikator Kinerja .......................................................................... 42
G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 42
H. Validitas Data ............................................................................... 48
I. Teknik Analisis Data .................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 51
A. Hasil Penelitian............................................................................. 51
1. Kondisi Awal Sebelum PTK .................................................. 51
2. Pelaksanaan PTK Siklus I ...................................................... 54
3. Pelaksanaan PTK Siklus II ..................................................... 66
4. Pelaksanaan PTK Siklus III .................................................... 77
B. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 88
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 92
A. Simpulan ....................................................................................... 92
B. Implikasi Hasil Penelitian ............................................................ 92
C. Saran ............................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 94
LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori motivasi siswa (untuk 20 butir pernyataan/ pertanyaan
dengan rentang skor 20 – 100) ............................................................. 17
Tabel 2 Jadwal penyusunan penelitian .............................................................. 39
Tabel 3 Frekuensi Data Nilai Angket Nilai Motivasi Sebelum PTK ............... 52
Tabel 4 Frekuensi Data Nilai Matematika Siswa Sebelum PTK ...................... 53
Tabel 5 Hasil pengamatan pada pembelajaran matematika dengan pendekatan
Kontekstual Pada Siklus I .................................................................... 60
Tabel 6 Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Belajar Setelah Siklus I .......... 62
Tabel 7 Frekuensi Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus I .................... 63
Tabel 8 Perbandingan hasil antara sebelum PTK dan setelah Siklus I ............. 64
Tabel 9 Hasil Pengamatan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual pada Siklus 2 .................................................................... 70
Tabel 10 Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Setelah Siklus 2 ...................... 74
Tabel 11 Frekuensi Data Nilai Matematika Setelah Siklus 2.............................. 74
Tabel 12 Perbandingan Hasil Antara Siklus 1 dengan Siklus 2 .......................... 75
Tabel 13 Hasil Pengamatan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual pada Siklus 3 .................................................................... 81
Tabel 14 Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Setelah Siklus 3 ................... 84
Tabel 15 Frekuensi Data Nilai Matematika Setelah Siklus 3.............................. 85
Tabel 16 Perbandingan Hasil Antara Siklus 2 dengan Siklus 3 .......................... 86
Tabel 17 Klasifikasi Keberhasilan Nilai Angket Motivasi dan Nilai
Matematika ........................................................................................... 89
Tabel 18 Rekapitulasi Nilai Angket dan Nilai Matematika Siswa...................... 90
xiii
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rentang Nilai Untuk Kategori Angket Motivasi............................... 18
Gambar 2 Sebuah lingkaran dibagi menjadi 2 bagian ....................................... 30
Gambar 3 Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang sama luasnya . 30
Gambar 4 Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang 2 bagian diberi
bayang-bayang .................................................................................. 30
Gambar 5 Alur kerangka berfikir ....................................................................... 37
Gambar 6 Mengenai kondisi awal sebelum PTK, tindakan perbaikan motivasi
Kondisi akhir setelah PTK ................................................................ 38
Gambar 7 Model Penelitian Tindakan Kelas ..................................................... 47
Gambar 8 Komponen-komponen Analisis Data ................................................ 49
Gambar 9 Grafik Data Nilai Angket Motivasi Sebelum Tindakan .................... 52
Gambar 10 Grafik Data Nilai Matematika Sebelum Tindakan ............................ 53
Gambar 11 Grafik Data Nilai Angket Motivasi Setelah Siklus I ......................... 63
Gambar 12 Grafik Data Nilai Matematika Setelah Siklus I ................................. 64
Gambar 13 Grafik Data Nilai Angket Motivasi Belajar Setelah Siklus 2............ 74
Gambar 14 Grafik Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus 2 ..................... 75
Gambar 15 Grafik Data Nilai Angket Motivasi Belajar Setelah Siklus 3............ 85
Gambar 16 Grafik Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus 3 ..................... 86
xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas III
SDN Karangasem I Laweyan Surakarta ...................................... 97
Lampiran 2 Angket motivasi Belajar Matematika .......................................... 98
Lampiran 3 Lembar Jawab Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ...... 103
Lampiran 4 Materi Ajar Matematika Kelas III dalam Silabus. ....................... 104
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus 1). .......................... 106
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus 2) ........................... 117
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus 3) ........................... 124
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Konstekstual pada Siklus1 ....... 129
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Konstekstual padaSiklus 2...... 132
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Konstekstual pada Siklus 3 ...... 135
Lampiran 11 Perhitungan Nilai Tiap Akhir Siklus ........................................... 139
Lampiran 12 Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ........................................ 141
Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi. ........................................... 142
Lampiran 14 Rekapitulasi Nilai Matematika. ................................................... 144
Lampiran 15 Cara Perhitungan Pembuatan Tabel ............................................ 146
Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 147
Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ................................... 152
Lampiran 18 Ijin Penelitian............................................................................... 153
xv
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan
dapat terjadi di dalam tiga lingkungan pendidikan yaitu pendidikan keluarga
(pendidikan informal), pendidikan sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan
masyarakat ( pendidikan non formal).
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal mencerminkan masyarakat yang
maju, karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Pendidikan di sekolah seharusnya secara seimbang dan serasi mencakup aspek
pembudayaan, penguasaan, pengetahuan, dan pemilikan keterampilan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman
pendidikan yang bermakna. Dengan demikian, dapat mendorong pertumbuhan
dan perkembangan siswa ke arah suatu tujuan yang dicita-citakan.
Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) merupakan mata
pelajaran yang mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari
pembelajaran matematika dalam Kurikulum KTSP SD/ MI 2007 adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan : (1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau
logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah ; (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika ; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh ; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperoleh keadaan atau masalah ; (5) Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki rasa ingin
17
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan, akan lebih efektif
apabila siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Untuk dapat terlaksananya
pembelajaran matematika dengan baik pada jenjang pendidikan SD diperlukan
guru yang terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran seperti yang
tercermin dalam rambu- rambu pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
( KTSP ) 2006. Rambu- rambu tersebut antara lain guru hendaknya dapat memilih
dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. Aktivitas dalam kelompok sosial dikatakan maksimal
bila interaksi itu terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan antara
siswa dengan siswa (Syaiful Djamarah, 2000:128). Dari pernyataan di atas dapat
dikatakan bahwa guru diharapkan dapat merancang dan mengelola proses
pembelajaran, agar dapat mengajarkan matematika dengan lancar dan berbagai
arah, sehingga mampu merangsang semangat siswa untuk belajar dengan
melibatkan berbagai komponen pengajaran dan tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan
memberikan dorongan kepada siswa. Pemberian dorongan dan semangat yang
diberikan oleh guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan dalam diri
siswa untuk mengetahui segala sesuatu mengenai apa yang dipelajarinya tanpa
ada beban dalam diri siswa tersebut karena motivasi merupakan dorongan dan
kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Hal ini dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan tujuan adalah
sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah
karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu (
Hamzah. B. Uno, 2007: 8 ).
Pemberian dorongan semangat dalam diri siswa merupakan hal penting
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa bukan hanya sekedar perintah untuk menghafal dan mendengarkan,
akan tetapi mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman yang dialami.
Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi
hasil dari proses mengkontruksi yang dilakukan setiap individu. Pembelajaran
18
interaktif memiliki dua karakteristik yaitu yang pertama proses pembelajaran yang
melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa
sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menhendaki aktivitas siswa dalam
berpikir dengan tingkat motivasi yang tinggi. Kedua, dalam proses pembelajaran
membangun suasana yang membangkitkan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, pada gilirannya kemampuan berpikir diharapkan membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang dapat mereka konstruksi sendiri.
Pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar
siswa, strategi pembelajaran yang keliru, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat merupakan penyebab utama problema belajar
(learning problems). Hal demikian juga dialami oleh siswa-siswi di SD Negeri
Karangasem I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Berdasarkan hasil
pengamatan, peneliti melihat bahwa kegiatan belajar kurang aktif karena siswa
terlihat malas menjalani kegiatan pembelajaran. Di SD Negeri Karangasem I juga
merupakan SD komplek yang terdiri dari tiga SD, di SD Negeri Karangasem I
bangunan yang ada di kelas III berdekatan dengan ruang kelas V, ruang kelas IV,
ruang kelas VI, Ruang Kesenian dan kantor kepala sekolah, menurut peneliti hal
ini mempengaruhi proses pembelajaran karena bangunan ruang kelas antara yang
satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga konsentrasi siswa kurang
optimal. Ketika guru menyampaikan materi, siswa cenderung tidak tertarik
mengenai materi yang disampaikan karena hanya diam mendengarkan, terkesan
kurang peduli dan lebih memperhatikan keadaan luar kelas. Saat guru mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai materi matematika yang sudah disampaikan, hanya
ada beberapa siswa yang mau menjawab pertanyaan dan lebih didominasi oleh
siswa tertentu. Interaksi positif terhadap siswa, seperti memahami kebiasaan anak
sehari-hari yang dikaitkan dengan materi yang ada di sekolah, penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif, dan pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan masih belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, mereka merasa proses
pembelajaran matematika sulit dipahami karena suasana terlihat tegang, kurang
19
menyenangkan dan cara mengajar yang relatif sama, sehingga motivasi belajar
siswa cenderung rendah. Berdasarkan hasil wawancara dari pihak guru, mereka
mengatakan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang
sulit dimengerti siswa terutama pada pokok bahasan pecahan karena pada pokok
bahasan tersebut siswa menjadi bingung karena bilangan yang digunakan
merupakan pecahan dari suatu keseluruhan. Ketika pengenalan bilangan pecahan
di kelas rendah, diperlukan alat-alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi
anak yang disertai dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang tepat dan
inovatif. Dengan adanya hal tersebut, pengenalan bilangan pecahan dapat mudah
dimengerti oleh siswa sehingga siswa menjadi termotivasi dan diharapkan di kelas
selanjutnya anak lebih mudah mengembangkan materi pecahan karena sudah
termotivasi saat pengenalan materi pecahan sederhana di kelas III.
Kurangnya motivasi belajar siswa di SD Negeri Karangasem I Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta, merupakan suatu hambatan dalam proses pembelajaran.
Kita sebagai pendidik harus cepat tanggap terhadap masalah seperti ini dan segera
memperbaiki keadaan agar proses pembelajaran berjalan kondusif sehingga
diharapkan prestasi belajarnyapun juga meningkat.
Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar
sehingga siswa terdorong untuk melakukan aktifitas belajar dengan senang hati
karena didorong adanya motivasi yang tinggi pada diri siswa tersebut, maka akan
menumbuhkan keikhlasan dalam belajar dan kesadaran bahwa belajar adalah hal
yang sangat penting bagi mereka dan untuk masa depan mereka sendiri di masa
yang akan datang. Motivasi yang tinggi akan menjadikan mereka mempunyai
tekad yang kuat untuk belajar dan bersedia menghadapi segala kesulitan-kesulitan
yang datang dalam kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu motivasi siswa untuk
belajar sangat penting terhadap proses pembelajaran karena mempengaruhi
pendidikan di Indonesia.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dituntut untuk mencari
pemecahannya. Guru dapat menggunakan cara mengajar yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa secara maksimal. Maka, dalam
meningkatkan motivasi belajar matematika pokok bahasan pecahan diperlukan
20
pengalaman melalui pendekatan yang membawa anak berfikir konkret ke abstrak,
yaitu melalui pendekatan kontekstual. Penggunaan pendekatan pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and learning (CTL) merupakan alternatif
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang
rendah pada pokok bahasan pecahan sederhana. CTL adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Melalui penggunaan model pembelajaran yang inovatif seperti
CTL diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat terutama pada pokok
bahasa pecahan dengan bantuan media diantaranya yaitu roti, pita, sedotan,
timbangan ataupun alat peraga lainnya.
Berpijak dari uraian tersebut di atas mengenai permasalahan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan pecahan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka penulis tertarik untuk menyusun
skripsi dengan judul “ Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Pecahan Matematika Siswa Kelas III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan
Surakarta Semester Genap Tahun 2010”.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, dapat diidentifikasikan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi
belajar pecahan matematika siswa kelas III di SD Negeri Karangasem I
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester genap Tahun 2010?
2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pokok bahasan pecahan sederhana kelas III di SD Negeri
Karangasem I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester genap Tahun
2010?
21
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan :
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar pecahan matematika melalui
pendekatan kontekstual siswa kelas III SD Negeri Karangasem I Kecamatan
Laweyan Surakarta semester genap Tahun 2010.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pokok bahasan pecahan sederhana
kelas III di SD Negeri Karangasem I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
semester genap Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis dalam penelitian ini yaitu dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut :
a. Siswa
Meningkatnya motivasi belajar pecahan matematika siswa sehingga dapat
memperbaiki prestasi belajar siswa.
b. Guru
Dapat digunakan sebagai alternatif dalam usaha penyeleseian masalah
pembelajaran mengenai motivasi belajar siswa.
c. Sekolah
Hasil dari penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran.
d. Penulis
Sebagai pengalaman menerapkan pendekatan kontekstual dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika
a. Hakekat Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk
dimodifikasi dan berkembang karena adanya belajar. Belajar ditandai dengan
adanya suatu perubahan dalam diri seseorang yang belajar. Perubahan tersebut
dapat terwujud dari beberapa bentuk misalnya, berubahnya suatu pengetahuan
seseorang, pemahaman, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan data penerimaannya.
Belajar merupakan proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu.
Beberapa teori yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempelajari pengertian belajar.
1) Hukum Latihan dari Teori S-R Thorndik
Peristiwa belajar merupakan hubungan antara stimulus (faktor- faktor
dari luar) dan respon (tingkah laku adanya stimulus). Prinsip utama belajar
adalah pengulangan. Jika matematika di ulang-ulang, makin dikuasai
konsep matematika itu oleh siswa. Pengaturan waktu pengulangan
menentukan keberhasilan siswa. Banyaknya pengulangan ini berbentuk
latihan-latihan soal (Herman Hudoyo, 1998: 15).
2) Teori Belajar Dari R. Gagne
Gagne memberikan dua definisi tentang belajar, yaitu :
a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
23
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi ( Slameto, 2003: 13).
3) Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian besar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31hakikat-belajar/, diakses
10 Januari 2010).
b. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis,
menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut
instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat.
Walaupun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya
kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita,
hambatan sosial dan emosional) atau bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan
misalnya adanya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-
faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukanlah penyebab atau
pengaruh langsung dalam proses belajar ( Hammil Et Al dalam Mulyono,
2003:8).
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, faktor tersebut adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Seperti yang telah dikatakan dalam latar
belakang masalah bahwa penyebab utama problema belajar (learning
problems) adalah faktor eksternal antara lain berupa strategi pembelajaran
yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak
tepat, sedangkan penyebab utama kesulitan belajar (learning disability)
adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis.
24
c. Prinsip Belajar
Belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila dia tidak belajar maka responnya
menurun.
Dalam belajar menurut Skinner ditemukan adanya prinsip berikut: (1)
Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat; (2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul; (3)Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman,
untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman; (4)Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakan jadwal variabel ratio reinforcer ; (5) Dalam pembelajaran
digunakan shapping (http://syuhada09.multiply.com/reviews/item6, diakses 12
Desember 2009).
Prinsip belajar menurut Skinner telah dikemukakan bahwa belajar
tidak hanya sebagai penanda suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Prinsip
belajar yang disampaikan Skinner lebih menekankan pada aktivitas siswa
untuk membentuk perilaku. Pemberian penghargaan dalam kegiatan belajar
yang dilakukan siswa merupakan hal yang mendukung kegiatan pembelajarn
Prinsip-prinsip umum dalam belajar adalah : (1) memusatkan Perhatian
dan memacu motivasi; (2) membangkitkan Keaktifan siswa ; (3) Ketertiban
langsung atau pengalaman dalam kegiatan belajar ; (4) Pengulangan materi ;
(5) Tantangan dalam proses belajar; (6) Balikan dan penguatan kepada siswa ;
(7) Perbedaan individu yang beragam ( Dimyati Mudjiono, 2002:42).
Dari berbagai teori tentang belajar yang di kemukakan di atas maka
dapat disimpulkan pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku dengan disertai usaha orang tersebut. Perubahan itu tidak hanya berkaitan
dengan perubahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan
ketrampilan, sikap pengertian dan menyangkut segala aspek tingkah laku
pribadi seseorang, dengan demikian belajar menyangkut mengenai unsur
cipta, rasa dan karsa, dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
25
d. Hakekat Matematika
Matematika adalah ilmu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sebagai berikut: “matematika adalah ratunya ilmu”. Maksudnya
adalah bahwa matematika itu tidak tergantung kepada bidang studi lain, tetapi
agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbol dan
istilah yang cermat yang disepakati secara bersama ( Russefendi, 1980 : 148).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa matematika merupakan ilmu yang
berdiri sendiri dan tidak tergantung pada ilmu yang lain.
Pendapat lain menurut Johnson dalam Mulyono mengenai matematika
adalah matematika merupakan bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir (Johnson dalam
Mulyono Abdurahman, 2003: 252).
Lerner dalam Mulyono mengemukakan bahwa matematika disamping
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa yang universal yang
memungkinkan manusia untuk memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas (Lerner dalam
Mulyono Abdurahman, 2003:252).
Sedangkan menurut Paling dalam Mulyono matematika adalah suatu
cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia;
suatu cara menggunakan informasi, menggunakan ilmu pengetahuan tentang
bentuk dan ukuran, menggunakan ilmu pengetahuan tentang menghitung, dan
yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam
melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (Paling dalam Mulyono
Abdurahman, 2003: 252).
Soedjadi (2000:1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau
pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr
secara sistematik
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
26
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
(http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2008/12/1-hakikatmatematika.html,
diakses 20 Januari 2010).
Dari berbagai definisi dari para ahli mengenai matematika maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa matematika merupakan ilmu berfikir
deduktif tentang logika, bentuk, susunan, besaran, aritmatika, konsep-konsep
aljabar, analisis geometri, konsep berhitung, kalkulasi penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan yang memiliki aturan – aturan yang ketat dan
berdiri sendiri tanpa bergantung pada bidang studi lain.
e. Hakekat Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dengan disertai
usaha orang tersebut. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan ketrampilan, sikap
pengertian dan menyangkut segala aspek tingkah laku pribadi seseorang.
Dengan demikian belajar menyangkut mengenai unsur cipta, rasa dan karsa,
dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Matematika sendiri
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang logika , bentuk, susunan,
besaran, konsep-konsep aljabar, analisis geometri, kalkulasi penalaran logik
dan berhubungan dengan bilangan yang memiliki aturan -aturan yang ketat
dan berdiri sendiri tanpa bergantung pada bidang studi lain.
Ada beberapa pendapat mengenai hakekat belajar matematika :
1) Robert Gagne
Belajar matematika harus didasarkan kepada pandangan bahwa tahap
belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah.
27
2) J. Bruner
Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur
matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.
3) Z. P Dienes
Setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna
hanya jika pertama tama disajikan kepada siswa dalam bentuk konkret.
(Herman Hudoyo , 1990: 25).
Dari berbagai pendapat ahli mengenai hakekat belajar matematika maka
penulis dapat mengambil simpulan bahwa belajar matematika merupakan
suatu rangkaian kegiatan untuk memperoleh pengetahuan mengenai
matematika yang dilakukan oleh siswa melalui transformasi pengalaman
dalam bentuk konkret yang dialami oleh siswa tersebut dalam mencari
hubungan antara konsep dan struktur matematika.
f. Hakekat Pembelajaran Matematika
Kemampuan setiap siswa dalam memahami matematika berbeda-beda,
serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Hal ini
merupakan tantangan bagi guru agar dapat memperbaiki proses pembelajaran
khususnya mata pelajaran matematika.
Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui
tentang objek yang akan diajarkan sehingga dapat mengajarkan materi
tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya orang yang tujuannya untuk membantu
orang belajar mengenai suatu hal (Nyimas Aisyah dkk , 2007:1). Pendapat lain
mengenai pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
(Mulyasa , 2007: 100).
Tujuan akhir dari pembelajaran matematika adalah agar siswa terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-
28
langkah benar yang sesuai dengan kemampuan siswa dan lingkungan siswa.
Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-
konsep matematika.
1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu pembelajaran suatu
konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep
tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang
dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan
kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga
diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemapuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep,
yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep dari matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.
Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada
pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman
konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas
sebelumnya.
3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep
matematika (Heruman , 2007: 2).
Dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD),
diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali
adalah suatu cara penyeleseian secara informal dalam pembelajaran di kelas.
Walau penemuan tersebut bukan merupakan hal baru bagi orang yang telah
mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan
sesuatu hal yang baru.
29
Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran matematika. Prinsip tersebut
mencakup :
1) Perlunya menyiapkan anak untuk belajar matematika
2) Belajar mulai dari yang konkret ke yang abstrak
3) Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang
4) Generalisasi ke dalam situasi baru
5) Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa
6) Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan keterampilan
matematika
7) Penyediaan program matematika yang seimbang, dan
8) Penggunaan kalkulator (Mulyono Abdurrahman, 2003 : 272).
Seperti yang tercantum dalam kurikulum Sekolah Dasar Depdikbub
(2004) dituliskan bahwa tujuan diberikannya pelajaran matematika pada
jenjang pendidikan dasar adalah mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan (Depdikbud, 2004: 35).
Dari keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa pembelajaran
matematika memiliki ciri bukan hanya menunjukkan pada konsep- konsep
atau rumus-rumus matematika saja, melainkan juga menunjukkan tentang
aplikasi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, yang tentunya dalam
menginformasikannya disesuaikan dengan tingkatan atau jenjang sekolah
siswa, sehingga para siswa diharapkan akan menjadi tertarik dan tertantang
untuk berusaha memahami matematika lebih dalam.
g. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan pencerminan dari pencapaian tujuan
pembelajaran yang berupa tingkah laku tertentu dari siswa. Prestasi
merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
30
secara individual maupun kelompok tertentu (Syaiful Djamarah, 1994: 19).
Sedangkan prestasi dalam arti lain adalah hasil yang dicapai anak sebagai
hasil belajar yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang
dicapai ( M. Buchori, 1997: 85). Berdasarkan pengertian tentang belajar dan
prestasi yang telah dikemukakan, maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai
hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa dari tujuan-tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Prestasi belajar berupa
kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyeleseikan suatu
hal (Zainal Arifin, 1990 : 3). Sikap seseorang dalam menyeleseikan suatu hal
juga dapat diartikan sebagi kegiatan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, seperi : motivasi belajar yang tinggi, aktif dalam menjawab
pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan antusias mengerjakan
tugas yang diberikan guru.
Tujuan dari pembelajaran adalah keterampilan atau kualitas tertentu
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara menyeluruh. Makin tinggi
kualitas tujuan yang harus dikuasai oleh siswa, makin sukarlah dalam
pencapainnya. Sebaliknya jika tujuan yang tingkatannya rendah lebih mudah
pencapainnya.
Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan para ahli di atas,
maka dapat diambil simpulan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan siswa untuk diukur atau
dinilai yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa.
2. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,
mengarahkan dalam suatu perbuatan belajar (Abu Ahmadi, 2004: 83). Motivasi
dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
memotivasinya maka akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
31
Kata motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dari
dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kondisi intern atau disposisi
(kesiapsiagaan), sedangkan motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan atau dihayati.
Dari kata motif dan motivasi dijelaskan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.
Dikatakan “keseluruhan”, karena biasanya ada beberapa motif yang bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor dari dalam
diri individu, yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal
gairah atau semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1984: 27).
Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kubutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif (Hamzah B. Uno , 2007:23).
Dari indikator motivasi belajar diatas dapat digunakan sebagai acuan dalam
membuat indikator angket motivasi, sedangkan untuk indikator nilai angket
motivasi di sini bisa dihitung dengan menggunakan pedoman Skala Likert dalam
Anita Larasati (2007) dengan kriteria penghitungan sebagai berikut :
32
a. Untuk pernyataan/ pertanyaan yang sifatnya positif
1) SS Skor +5 (Sangat Setuju)
2) S Skor +4 (Setuju)
3) RR Skor +3 (Ragu-Ragu)
4) TS Skor +2 (Tidak Setuju)
5) STS Skor +1 (Sangat Tidak Setuju)
b. Untuk pernyatan/ pertanyaan yang sifatnya negatif
1) SS Skor 1 (sangat setuju)
2) S Skor 2 (Setuju)
3) RR Skor 3 (Ragu-Ragu)
4) TS Skor 4 (Tidak Setuju)
5) STS Skor 5 (Sangat Tidak Setuju)
c. Tabel 1 : kategori motivasi siswa (untuk 20 butir pernyataan/
pertanyaan, dengan rentang skor 20-100)
No Skor Siswa Kategori Motivasi
1. 88 – 100 Sangat tinggi/ sangat baik
2. 75 – 87 Tinggi/ Baik
3. 62 – 74 Sedang
4. 49 – 61 Rendah/ Kurang
5. 36 – 48 Sangat Rendah
Cara Penghitungan Kategori Motivasi
1. Motivasi Sangat Baik/ Tinggi = 1,0 x jumlah skor kriterium
= 1,0 x 100
= 100
2. Motivasi Tinggi/ Baik = 0,75 x jumlah skor kriterium
= 0,75 x 100
= 75
3. Motivasi Sedang = 0,62 x jumlah skor kriterium
= 0,62 x 100
= 62
33
4. Motivasi Rendah/ Kurang = 0,49 x jumlah skor kriterium
= 0,49 x 100
= 49
5. Motivasi Sangat Rendah = 0,36 x jumlah skor kriterium
= 0,36 x 100
= 36
Skor kriterium merupakan jumlah maksimal nilai angket. Pada penelitian ini
jumlah angket adalah 20 soal dengan 5 pilihan jawaban, jadi nilai
kriteriumnya adalah :
= jumlah soal x nilai maksimum tiap soal
= 20 x 5
= 100
(http://www.dikmenum.go.id/dataapp/kurikulum/5.../3.../ , diakses 20 Januari
2010)
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1 .
Gambar 1 : Rentang Nilai Untuk Kategori Angket Motivasi
Beberapa hal yang berkaitan dengan motivasi belajar:
a. Motivasi belajar terbagi atas dua bentuk, yaitu :
1) Motivasi ekstrinsik: bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalkan, anak rajin belajar
untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya oleh orang
tua.
2) Motivasi intrinsik: bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak ingin belajar karena
ingin mengetahui seluk-beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya.
(Winkel, 1984: 28).
Motivasi
Sangat Rendah
Motivasi
Rendah/ Kurang
Motivasi
Tinggi
Motivasi
Sangat Tinggi
Motivasi
Sedang
49-61 62-74 75-87 88-100 36-48
34
b. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
1) Cita-cita atau aspirasi siswa
2) Kemampuan siswa
3) Kondisi siswa
4) Kondisi lingkungan siswa
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa (Dimyati dan Mudjiono,
2006:97).
c. Upaya meningkatkan motivasi belajar
1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa.
4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2006:101).
Penjelasan Dimyati dan Mudjiono di atas menyatakan bahwa unsur-unsur
yang mempengaruhi belajar dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek diri
pribadi siswa semdiri, aspek lingkungan dan aspek guru yang juga berperan
penting. Sedangkan mengenai upaya meningkatkan motivasi belajar menurut
Dimyati dan Mudjiono adalah upaya yang mementingkan unsur optimalisasi
dalam setiap kegiatan.
Sarjono (2005) menyatakan bahwa ada beberapa aspek yang dapat dijadikan
acuan dalam menilai tingkat motivasi siswa saat melakukan kegiatan belajar
sehari-hari. Aspek kegiatan belajar di lihat dari motivsi siswa tersebut yaitu
tingkat kesiapan, kemauan, perhatian, daya serap, partisipasi, keaktifan,
keantusiasan siswa, kerjasama antar siswa, keingintahuan, nilai angket motivasi
dan hasil belajar siswa. (http://muhammadwinafgani.blogspot.com.2008/04
/lembarobservasi-sikap-siswa.html,diakses 10 Maret 2010).
Dalam sebuah artikel pada jurnal internasional yang ditulis oleh Baumeister
(2009) dikatakan :
35
“Motivation is the set of reasons that determines one to engange in a
particular behavior. The term is generally used for human motivation.
Motivation – in psychologi, the intention of achieving a goal, leading to goal-
directed behavior. American psychologist Abraham Maslow has classified
motives into five developmental levels, with the satisfaction of physiological
needs most important and esteem and self-actualization needs important.
Motivation may be rooted in the basic need to minimize physical pain and
maximize pleasure, or it may include specific needs such as eating and resting,
or a desired object, hobby, goal, state of being, ideal, or it may be attributed to
less- apparent reasons such as altruims, morality, or avoiding mortality. The
incentive theory of Motivation – Motivation comes from two things: you , and
other people. There is extrinsic motivation, which comes from others, and
intrinsic motivation, which comes from within
you.”(http:/en.wikipedia.org./wiki/Motivation#the_incentive_theory_of_Moti
vation, diakses 10 Maret 2010) .
“Motivasi adalah rangkaian alasan yang menentukan seseorang dalam
melakukan tingkah laku atau tindakan. Pada umumnya istilah ini digunakan untuk
menyebut motivasi pada manusia. Motivasi dalam ilmu psikologi merupakan
maksud yang melatarbelakangi dalam mencapai tujuan yang membawa seseorang
bertingkah laku secara langsung untuk mencapai tujuan. Ahli psikologi Amerika
Abraham Maslow mengklasifikasikan motif-motif ke dalam lima tahapan
perkembangan, meliputi dari hal yang tepenting yakni : kepuasan terhadap
kebutuhan psikologi hingga hal yang bersifat tambahan yakni kebutuhan terhadap
aktualisasi diri. Motivasi kemungkinan berakar dari kebutuhan dasar manusia
untuk meminimalkan rasa sakit fisik, dan memaksimalkan kesenangan, atau
motivasi juga termasuk dalam kebutuhan khusus seperti makan, dan istirahat,
atau sesuatu yang sangat dinginkan, hobi, tujuan, keingian untuk mendapatkan
hal yang ideal, dan mungkin motivasi juga disertai alasan yang tak nampak seperti
altruisme, alasan moralitas, atau melindungi diri. Dalam teori insentif tentang
motivasi, motivasi berasal dari dua hal, yakni kamu dan orang lain. Terdapat
motivasi yang bersifat ekstrinsik yang datangnya dari orang lain, dan motivasi
yang bersifat instrinsik yang berasal dari dalam diri seseorang”.
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah mengartikan tentang motivasi
belajar maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan
atau kehendak dalam diri seseorang untuk untuk mencapai suatu tujuan yang
36
diinginkan. Motivasi belajar bagi siswa sangat penting karena (1) menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir ; (2) menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar ; (3) mengarahkan kegiatan belajar yang memiliki
tujuan ; (4) membesarkan semangat belajar ; (5) menyadarkan tentang adanya
perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.
3. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
a. Hakekat Pendekatan Kontekstual
Pendekatan dalam sebuah pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran (Syaiful Sagala, 2009: 68). Pendekatan
pembelajaran yang dimaksudkan adalah, apakah seorang guru akan
menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun
dalam urutan tertentu? ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu
dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan
merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Jadi pendekatan pembelajaran merupakan penjelas untuk mempermudah guru
memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk
memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL)
menurut Johnson merupakan suatu proses pendidikan yang membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari hari, yaitu
dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, budayanya (Johnson dalam
Nurhadi 2003: 12). Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan
menuntut siswa melalui delapan komponen utama CTL yaitu : melakukan
hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara
belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau
merawat pribadi siswa, mencapai standart yang tinggi, dan menggunakan
assesmen autentik.
37
Contextual Teaching and Lerning (CTL) merupakan pembelajaran yang
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata, selain itu
terdapat ciri penanda bahwa CTL dapat mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan dunia nyata (Andayani, 2004: 4).
Pendapat lain mengenai Contextual Teaching and Lerning (CTL) adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya ,
2007: 253 ).
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2003 : 4).
Pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL)
menurut Sears (2003) mengemukakan bahwa :
“Contextual teaching and learning (CTL) is a concept that helps
teachers relate subject matter to real-world situations. CTL motivates
learners to take charge of their own learning and to make connections
between knowledge and its application to its various contexts of their
lives as family members, as citizens, and as workers. It provides a
conceptual framework for unifying a constellation of education theories
and practices and represents one approach to improving teacher
education”.
(http://books.google.co.id/books?id=AOn4aQdNL9MC&pg=PP1&dq=c
ontextual+teaching+and+learning&cd=2#v=onepage&q&f=false,
diakses20 Februari 2010).
“Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah sebuah konsep yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi-situasi dunia
nyata. CTL memotivasi siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar
mereka sendiri dan menghubungkan antara pengetahuan dan
pengaplikasiannya dalam berbagai macam konteks dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluaraga, sebagai warga negara, dan sebagai pekerja. CTL
menyediakan sebuah kerangka konsep untuk menyatukan beberapa teori-teori
38
pendidikan dengan penerapan-penerapannya dan mewakili sebuah pendekatan
tehadap pendidikan yang dilakukan oleh guru”.
(http://books.google.co.id/books?id=AOn4aQdNL9MC&pg=PP1&dq=context
ual+teaching+and+learning&cd=2#v=onepage&q&f=false,diakses20Februari
2010).
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan
kotekstual ( Contextual Teaching and Learning- CTL) merupakan konsepsi
belajar yang membantu guru dalam mengaitkan bahan ajarnya dengan situasi
dunia nyata siswa termasuk lingkungan sekitar dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Prinsip penerapan pembelajaran kontekstual meliputi : (1) merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
(developmentally appropriate) siswa ; (2) membentuk kelompok belajar yang
saling tergantung (independent learning group) ; (3) menyediakan lingkungan
yang mendukung pembelajaran yang bersifat mandiri (self-regulated
learning); (4) mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of students) ;
(5) memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) siswa ; (6)
menggunakan teknik-teknik bertanya (questioning) untuk meningkatkan
pembelajaran siswa, dan keterampilan berpikir tinggi ; (7) menerapkan
penilaian autentik (authentic assesment) (Nurhadi, 2003:20).
Dari Prinsip pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi dapat
diklasifikasikan lebih rinci menjadi beberapa aspek, yang pertama
menekankan aspek pada siswa terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, dan yang
menekankan mengenai aspek lingkungan kegiatan belajar adalah pada nomor
3. Mengenai aspek kesiapan materi pembelajaran dalam prinsip pembelajaran
kontekstual terdapat pada nomor 6 sedangkan mengenai penilaian terdapat
pada nomor 7. semua itu merupakan kesatuan yang saling mendukung dan
melengkapi satu sama lain.
39
c. Ciri-ciri Pendekatan Kontekstual dalam Pelajaran Matematika
Menurut Blanchard ciri-ciri pendekatan kontekstual meliputi: (1)
menekankan pentingnya pemecahan masalah; (2) kegiatan belajar dilakukan
dalam berbagai konteks; (3) kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar
siswa dapat belajar mandiri; (4) mendorong siswa untuk belajar dengan
temannya dalam kelompok atau secara mandiri; (5) pembelajaran menekankan
pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda; (6) menggunakan penilaian
autentik (http:ipotes.Wordpress.Com/2010/01/13/pendekatankontekstual,
diakses 10 Maret 2010).
Pendekatan kontekstual dalam pelajaran matematika memiliki ciri-ciri
khusus antara lain : (1) Menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal
proses pembelajaran untuk dipecahkan / diseleseikan oleh siswa ; (2)
Menggunakan alat / model matematika, seperti grafik, tabel, gambar, dan lain-
lain; (3) siswa mengkontruksi sendiri pengetahuannya ; (4) Ada keseimbangan
antara matematisasi horisontal dan vertikal (bergerak ke abstrak) ; (4) tidak
hanya menekankan komputasi dan drill, namun juga pemahaman dan
pemecahan masalah matematika (Sumiarsih, 2007: 14).
Ciri pembelajaran kontekstual menurut penulis adalah: (1) pembelajaran
dengan siswa yang berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran ; (2)
adanya kegiatan diskusi tukar pendapat mengenai pengalaman ; (3) materi
yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan nyata.
d. Komponen Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran berbasis kontekstual (CTL) menurut Sanjaya melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu :
1) Kontruktivisme (constructivism)
Adanya proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan memang
berasal dari luar tetapi dikontruksi oleh dalam diri seseorang.
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa
40
mengkontruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan
pengalaman nyata yang dibangun oleh individu si pembelajar.
2) Menemukan (Inquiri)
Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri
dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: (a) merumuskan masalah;
(b) mengajukan hipotesa; (c) mengumpulkan data; (d) menguji hipotesis;
(e) membuat kesimpulan.
Penerapan asas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah
yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk
menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Asas menemukan
dan berpikir sistematis akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, rasional,
sebagai dasar pembentukan kreativitas.
3) Bertanya (Questioning)
Merupakan bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan
adanya rasa ingin tahu dari pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam
pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja
tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan
jawabannya sendiri.
Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya
sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan
pembelajaran menjadu lebih produktif yaitu: berguna untuk (a) menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran; (b)
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (c) merangsang rasa ingin
tahu siswa terhadap sesuatu; (d) memfokuskan siswa pada sesuatu yang
diinginkan; (e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
4) Masyarakat belajar ( Learning Community)
Didasarkan pada pendapat Vy Gotsky dalam Sugiyanto bahwa
pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi
dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri , tetapi
41
membutuhkan bantuan orang lain. Dalam model CTL hasil belajar dapat
diperoleh dari hasil belajar, hasil sharing dengan orang lain, teman, antar
kelompok, dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat
belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok dan sumber-sumber lain
dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus
pembelajaran.
5) Pemodelan (Modelling)
Merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan suatu
contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Dengan demikian modelling
merupakan asas penting dalam pembelajaran CTL karena melalui CTL
siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat
teoritis-abstrak.
6) Refleksi (Reflection)
Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah di pelajari
dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan
pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif atau negatif. Melalui
refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan yang telah
dibentuknya.
7) Penilaian nyata (Authentic Assesment)
Merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian
ini diperlukan untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai
pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental
maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses
belajar daripada hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus
menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan dilakukan secara
terintegrasi (Sanjaya dalam Sugiyanto, 2007:3).
Komponen pendekatan kontekstual yang disampaikan Sanjaya
merupakan 7 komponen yang berurutan dari kegiatan membangun dan
menyusun pengetahuan sampai kepada akhir dari kegiatan kontekstual
42
yaitu penilaian yang nyata. Komponen tersebut dapat di ambil
simpulannya bahwa pendekatan kontekstual tidak pernah lepas dari
kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan jawaban
dari apa yang dipelajari melalui dunia nyata siswa sendiri dan
membangunnya menjadi ilmu baru bagi siswa.
e. Langkah- langkah Pembelajaran Kontekstual
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah: (1) mengembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik; (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model
sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir penemuan; (7)
melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Sugiyanto ,
2007: 7).
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang telah disampaikan
Sugiyanto dapat dijelaskan bahwa langkah pembelajaran kontekstual mengacu
dari komponen pendekatan kontekstual yang telah di jelaskan di atas. Langkah
tersebut merupakan pengembangan dari kegiatan active learning agar siswa
menjadi lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari sehingga
prestasi belajar siswa juga ikut meningkat.
f. Pendekatan Kontekstual yang digunakan dalam Penelitian
Model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pemodelan (modelling). Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa supaya tujuan dalam
pembelajaran tersebut dapat diterima siswa dengan jelas.
Peneliti juga menggunakan metode bermain peran, dimana siswa di
arahkan seperti halnya kenyataan. Skenario singkat kegiatan dalam penelitian
adalah menggunakan benda konkret dan kegiatan jual beli yang diperankan
oleh siswa sendiri atas bimbingan peneliti.
43
g. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di SD perlu terus ditingkatkan kualitasnya.
Informasi yang harus diketahui oleh manusia setiap hari begitu beraneka dari
berbagai aspek. Guru merupakan salah satu sumber informasi dan inspirasi
bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran selain sumber informais yang lain,
maka seorang guru selayaknya terus belajar mencari informasi dan
menyampaikannya kepada siswa untuk memajukan kualitas siswa secara
bertahap dari segala aspek.
Belajar matematika merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan mengenai matematika yang dilakukan oleh siswa
melalui transformasi pengalaman dalam bentuk konkret yang dialami oleh
siswa tersebut dalam mencari hubungan antara konsep dan struktur
matematika. Guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar matematika tersebut.
Definisi mengenai pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang
dikemukakan oleh ahli sangatlah beragam, namun pada dasarnya memuat inti
sari yang sama. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Contextual
Teaching and Lerning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan mengambil konsepsi belajar yang membantu guru dalam
mengaitkan bahan ajarnya dengan situasi dunia nyata siswa termasuk
lingkungan sekitar dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Melaui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang
didalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan
akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas,
untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara
mandiri maupun berkelompok.
Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran, yakni: konstruktivism, bertanya, menemukan, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pendekatan
44
kontekstual dalam pembelajaran matematika, berusaha untuk mengubah
kegiatan pembelajaran dengan membuat skenario pembelajaran yang dimulai
dari konteks kehidupan nyata siswa, selanjutnya guru memfasilitasi siswa
untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep
matematika.
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran
matematika melalui pendekatan kontekstual memberikan peluang pada siswa
untuk aktif mengkonstruksikan pengetahuan matematika berdasarkan
pengalaman, sehingga di dalam menyeleseikan suatu masalah matematika
dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan siswa, kemudian siswa
diberi kebebasan untuk menemukan pemecahan masalah tersebut melalui
bimbingan guru.
4. Bilangan Pecahan.
a. Konsep Bilangan Pecahan
Pecahan menurut James W.Hedden adalah lambang bilangan dengan
bentuk a/b dimana b ≠ 0, tipe-tipe tertentu dari pecahan dinamakan bilangan
pecahan adalah bilangan yang diberi nama oleh pecahan a/b dimana a
mewakili bilangan cacah dan b mewakili bilangan asli. (james W.Hedden
dalam Ruseffendi, 1980:33).
Jadi menurut pengertian tersebut pecahan adalah bukan bilangan
melainkan lambang bilangan yang antara lain digunakan untuk memberi nama
bilangan pecah (an) yaitu bilangan-bilangan yang lambangnya a/b (a untuk
bilangan cacah dan b untuk bilangan asli).
Mengingat pada Sekolah Dasar telah disepakati bahwa pecahan itu
merupakan suatu bilangan (bilangan rasional) maka definisi yang digunakan
adalah definisi yang mengacu pada pengertian bahwa pecahan merupakan
bilangan bukan lambang bilangan.
Pengertian lain mengenai bilangan pecahan adalah suatu bilangan yang
menyatakan sebagai bilangan pecahan dari suatu keseluruhan (Siti Kamsiyati,
2006: 1).
45
Contoh :
Sebuah lingkaran dibagi menjadi 2 bagian yang
sama luasnya, maka daerah yang diberi bayang-
bayang menyatakan 1 bagian dari 2 bagian atau
“setengah” yang diberi lambang “2
1” dan dibaca
“satu per dua” atau “seperdua” atau “setengah”.
Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang
sama luasnya, maka daerah yang diberi bayang-
bayang menyatakan 1 bagian dari 4 bagian atau
“seperempat” yang diberi lambang “4
1” dan dibaca
“satu per empat” atau “seperempat”.
Gambar 3
Pada gambar disamping daerah yang diberi bayang-
bayang menyatakan 2 bagian dari 4 bagian atau
“dua per empat” yang diberi lambang “4
2”. Terlihat
bahwa nilai bilangan 4
2 sama dengan setengah.
Maka 4
2 dan
2
1merupakan dua bilangan yang
ekuivalen atau seharga.
Jadi dua pecahan yang ekuivalen adalah dua pecahan yang lambangnya
berbeda tetapi mempunyai nilai pecahan yang sama.
Pusat pengembangan kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan menyatakan bahwa pecahan merupakan salah
satu topik yang sulit untuk diajarkan, kesulitan itu terlihat dari kurang
bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sulitnya
pengadaan media pembelajaran serta pemberian penguatan secara menerus
(Depdikbud dalam Heruman, 2007: 43).
Gambar 2
Gambar 4
46
b. Macam-macam Pecahan
a. Pecahan Sederhana, yaitu pecahan yang pembilang dan penyebut
merupakan bilangan-bilangan bulat yang koprim. PB dari pembilang dan
penyebut adalah 1).
Contoh :
3
2,
9
4,
15
11 dst
b. Pecahan murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari
penyebut.
Contoh :
2
1,
3
1,
4
3,10
9 dst
c. Pecahan tidak murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih besar dari
penyebut.
Contoh :
5
7,
10
12,
3
4,7
8 dst
d. Pecahan mesir, yang pecahan dengan pembilang 1
Contoh :
2
1,
3
1,
4
1,5
1 dst
c. Konsep Pecahan di Sekolah Dasar
Dalam bukunya Bell (1983) “A Riview of Research in Mathematical
Educational Part A” dikemukakan bahwa konsep pecahan di Sekolah Dasar
terdiri atas 7 subkonsep yang diurutkan menurut tingkat kesulitan tertentu
yaitu :
1) Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya konkruen (Part group congruent
part). Siswa mengasosiasikan pecahan dengan memperhatikan “a” objek
himpunan tersebut.
Contoh :
47
¾ objek yang diberi bayangan atau yang diarsir
2) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya kongruen (Parts whole congruent
part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah geometris yang
dibagi ke dalam b bagian yang kongruen dan memperhatikan a bagian.
Contoh :
¾ gambar yang diberi bayangan/diarsir
3) Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongruen (part group non
congruen part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu
himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan
memperhatikan a obyek dalam himpunan tersebut.
Contoh :
¾ objek yang diberi bayangan/diarsir
4) Bagian suatu himpunan, perbandingan (Parts group comparison). Siswa
mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relatif dua himpunan
A dan B. dalam hal ini banyaknya objeknya objek pada himpunan A
adalah a dan himpunan B adalah b semua objek kongruen.
Contoh :
Himpunan A Himpunan B
Himpunan a adalah ¾ himpunan b
5) Garis bilangan
Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu titik pada garis bilangan
setiap satuan Segmen garis itu sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama,
dan titik a pada garis bilangan mengatakan relasi ini.
Contoh :
Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan ¾
48
6) Bagian suatu daerah perbandingan (Parts whole comparison). Siswa
mengasosiasikan pecahan a/b dengan perban dengan relatif dua geometri
A dan B. jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A adalah a, sedang
dalam gambar B adalah b semua gambar A dan B kongruen.
Contoh :
Gambar A adalah ¾ gambar B
7) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongruen (parts whole non
conkruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah
geometri yang sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama dalam luas,
tetapi tidak kongruen dan memperhatikan a bagian.
Contoh :
¾ gambar yang diberi bayangan/diarsir
Dengan demikian tujuh subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi
tiga model, yaitu :
a) Model bagian suatu himpunan (Parts group model), terdiri dari subkonsep
1, 3 dan 4
b) Model bagian suatu daerah luasan atau geometri (Parts whole model
terdiri atas subkonsep 2, 6 dan 7)
c) Model garis bilangan (Number line model) terdiri atas subkonsep
Dengan demikian konsep pecahan yang harus dikuasai oleh guru yang
akan mengajar pecahan di Sekolah Dasar (Bell dalam Siti Kamsiyati. 2006: 3).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan, antara lain :
1. Erna Nurmaningsih 2009 dengan Judul Penelitian Peningkatan Kemampuan
Menghitung Perkalian Dan Pembagian Melalui Pendekatan Kontekstual Pada
Siswa Kelas III (PTK Pada Siswa Kelas III SD Negeri I Bendo Kecamatan
49
Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010). Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menghitung perkalian dan
pembagian pada siswa kelas III dapat meningkatkan kemampuan
menghitung perkalian dan pembagian terlihat dari adanya peningkatan rata-
rata kelas yang pada tes awal sebesar 42,72, siklus pertama 70,45, sedangkan
pada siklus II menjadi 82, 72.
2. Choirul Annawiyah 2009 dengan Judul Penelitian Peningkatan Motivasi
Belajar Matematika Dengan Pemberian Hadiah Pada Siswa Kelas Iv Sdn
Gerih 2 Ngawi Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Pemberian hadiah yang
ditetapkan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran. Presentase motivasi sebelum PTK sebesar
60,00 (tergolong kategori motivasi rendah) meningkat sebesar 19,36 %
menjadi 79,36 % (tergolong kategori motivasi tinggi) setelah PTK
dilaksanakan.
C. Kerangka Berfikir
Seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor,
kebutuhan biologis, instink, dan mungkin unsur-unsur dari kejiwaan yang lain
serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Dalam hubungannya
mengenai kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau
suatu proses yang mengarahkan siswa itu untuk melakukan aktivitas belajar.
Dalam hal ini peran guru sangat penting, bagaimana guru melakukan usaha-usaha
untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik,
diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Seperti contoh, apabila motif yang
timbul untuk suatu perbuatan belajar, karena rasa takut akan hukuman, maka
faktor takut tersebut dilibatkan dalam situasi belajar maka akan menyebabkan
situasi belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang memuaskan.
Bila kegiatan belajar yang di dukung proses pembelajaran yang menyenangkan,
50
maka dalam kegiatan belajar akan terdapat perasaan yang menyenangkan juga
ketika proses belajar dialami siswa tersebut sehingga motivasi belajar siswa juga
tinggi.
Jadi dalam hal ini antara belajar dan motivasi memiliki hubungan yang
berarti. Terlihat dari penjelasan di atas bahwa motivasi dibutuhkan dalam kegiatan
belajar untuk meningkatkan prestasi belajar.
Pembelajaran yang menyenangkan dalam artian dapat memotivasi siswa
adalah pembelajaran yang seolah-olah siswa merasa kegiatan belajar merupakan
suatu keadaan yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari, jadi mereka
tidak merasa berat untuk belajar, karena apa yang mereka pelajari ada di
lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendekatan kontekstual yang
merupakan suatu konsepsi belajar yang membantu siswa melihat makna dalam
bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari. Siswa akan merasa senang karena dalam
kontekstual siswa diajak untuk membangun apa yang telah mereka ketahui di
lingkungan mereka untuk dikembangkan dalam suatu susunan bermakna yang
mereka telah alami.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar yang bermakna
perlu adanya motivasi yang mendasari siswa ketika dia mengalami proses belajar,
karena motivasi yang tinggi maka siswa melakukan proses pembelajaran dengan
senang hati. Berbeda dengan siswa yang menjalankan proses pembelajaran tanpa
adanya motivasi yang mendasari. Siswa tersebut akan merasa bahwa proses
pembelajaran tidak meyenangkan sehingga prestasi belajarpun juga kurang
maksimal. Motivasi belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui
pendekatan kontekstual ketika proses pembelajaran belangsung. Siswa di ajak
untuk menemukan apa yang ada di sekitar mereka dan mengaitkan dengan apa
yang dipelajari. Hal ini dapat mempermudah penanaman konsep karena siswa
51
sudah memiliki pengalaman sehingga dengan kemudahan inilah motivasi belajar
siswa juga akan meningkat. Secara singkat dapat kita lihat alur kerangka berfikir
seperti di bawah ini :
Instrinsik P. kontekstual Motivasi baik
Belajar Motivasi
Ekstrinsik P. konvensional Motivasi kurang
Gambar 5 Alur Kerangka Berfikir
Kondisi awal siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1 Surakarta sebelum
pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kontekstual, siswa terlihat sangat
malas, kurang peduli terhadap kegiatan pembelajaran, enggan berpendapat,
terkesan tidak peduli ketika guru menyampaikan materi dan tidak mengajukan
pertanyaan ketika pembelajaran matematika, hal ini disebabkan karena siswa di
kelas merasa kurang bersemangat dan motivasi belajarnya rendah, tetapi setelah
pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kontekstual, siswa terlihat lebih
termotivasi dan mereka ingin segera menyeleseikan tugas dari guru dan menjawab
pertanyaan guru secara berebut.
52
Gambar 6. Mengenai kondisi awal sebelum PTK, tindakan
perbaikan motivasi, kondisi akhir setelah PTK.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum menggunakan
pendekatan kontekstual
dalam proses belajar
mengajar, guru masih
menggunakan cara
konvensional
Pembelajaran dengan
penerapan pendekatan
kontekstual
Siklus I
Dalam pembelajaran
matematika (KD) :
mengenal pecahan
sederhana melalui
pendekatan kontekstual
Melalui pendekatan
kontekstual motivasi
dan prestasi belajar
pecahan sederhana
siswa meningkat
Siklus II
Dalam pembelajaran
matematika (KD) :
membandingkan pecahan
sederhana melalui
pendekatan kontekstual
Motivasi belajar pecahan
matematika masih rendah
terlihat dari siswa malas
mengikuti pelajaran
Siklus III
Dalam pembelajaran
matematika (KD) :
Memecahkan masalah
yang berkaitan dengan
pecahan sederhana melalui
pendekatan kontekstual
53
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berfikir di
atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Dengan penggunaan pendekatan kontekstual maka motivasi belajar
pecahan matematika siswa kelas III SD Negeri Karangasem I Surakarta semester
genap tahun 2010 dapat meningkat”.
36-48
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Karangasem I Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta, yang bertitik tolak pada motivasi belajar siswa
yang rendah terutama pada pokok bahasan pecahan sederhana berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara. Dari hasil pengamatan dan wawancara,
siswa terlihat malas saat pelajaran matematika berlangsung, siswa terlihat
kurang peduli, kebanyakan siswa enggan dalam menjawab pertanyaan dan
tugas yang guru berikan serta kondisi lingkungan kelas yang kurang
kondusif.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
Dasar pertimbangan pada rendahnya motivasi belajar siswa mata pelajaran
matematika yang terlihat pada saat pelajaran di kelas sedang berlangsung.
Tabel 2. Jadwal Penyusunan Penelitian
No Jenis kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 Penyusunan dan
pengajuan
proposal
x x x x
2 Mengurus ijin
penelitian x x
3 Persiapan x x
4 Pelaksanaan
penelitian
x x x x x
5 Analisis data x x x x
6 Penyusunan
laporan
x x x x x
39
55
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang ditekankan pada proses dan makna dalam
penelitian ini maka jenis penelitian dengan strategi yang dianggap terbaik untuk
diterapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan
terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan (Sarwiji Suwandi, 2008 : 15 ).
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model siklus
menggunakan langkah-langkah menyusun perencanaan, mengadakan tindakan,
melakukan pengamatan, refleksi, mengadakan perencanaan kembali yang akan
dipergunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.
C. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri
Karangasem I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang mengalami penurunan
motivasi untuk belajar matematika terutama pada pokok bahasan pecahan. Siswa
kelas III ini terdiri dari 21 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Pada
dasarnya mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tetapi sebagian
besar dari mereka adalah dari golongan ekonomi menengah ke atas. Dari 40 siswa
kelas III ini kesemuanya adalah anak yang normal dalam artian tidak ada anak
yang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
D. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka
(Arikunto, 1993 : 91) . Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang
kemampuan dalam belajar pecahan, motivasi siswa, serta kemampuan guru dalam
menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk
penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.
56
Data atau informasi penting yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini adalah data kualitatif yaitu informasi akan digali sebagai sumber data dan jenis
data yang dapat dimanfaatkan secara kualitatif dalam penelitian ini meliputi:
1. Sumber data pokok, yaitu siswa, guru, dan pihak-pihak lain yang
berhubungan.
2. Sumber data sekunder, yaitu arsip atau dokumen, catatan observasi guru,
nilai hasil belajar siswa dan nilai angket motivasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secara sistematis dan terstandart (Suharsimi Arikunto,
1993:177). Teknik pengumpulan data yang akan diperlukan dalam suatu
penelitian harus sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dokumen yaitu peneliti mengumpulkan data-data tertulis yang dimiliki siswa
berupa daftar nilai matematika siswa kelas III. Data ini difungsikan untuk
mengetahui seberapa besar prestasi siswa terhadap pelajaran matematika
sebelum pelaksanaan penelitian.
2. Observasi, adalah suatu metode atau cara-cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data dengan pengamatan langsung, yaitu turut
mengawasi berlangsungnya proses belajar. Tujuannya untuk mengetahui
situasi kelas dan motivasi siswa dalam menerima materi pelajaran.
3. Angket Motivasi Belajar. Angket merupakan alat pengumpul data (informasi)
melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket merupakan
daftar pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk pengumpulan data
dimana melalui daftar pertanyaan atau pernyataan ini individu diharapkan
dapat memberikan tanggapannya yang bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan yang berhubungan dengan responden atau siswa ( Erman Amti
57
1991: 43). Angket tersebut digunakan untuk melihat pendapat siswa dalam
pembelajaran matematika.
4. Test mengenai materi pecahan, pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pembelajaran tindakan. Tes dilakukan setiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa.
F. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan dari penelitian. Yang menjadikan indikator
kinerja dalam penelitian ini adalah apabila pada siklus pertama 65% dari jumlah
siswa telah mengalami peningkatan motivasi yang didasarkan pada nilai angket
motivasi yang telah memenuhi KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimun), Siklus
kedua 70%, siklus ketiga 80 %. Sesuai perhitungan pada siklus terakhir berarti
paling sedikit 32 siswa dari 40 harus mengalami peningkatan motivasi dengan
nilai hasil angket motivasi di atas KKM. Nilai yang ditentukan adalah jika siswa
mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75,00. Sedangkan untuk nilai
matematika siswa mengacu pada KKM sekolah yaitu 75,00.
Jika batas ketuntasan minimum tersebut telah tercapai berarti siklus dapat
dihentikan dan penelitian dikatakan telah memenuhi standart yang telah
ditetapkan oleh peneliti yaitu 80%.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan model John Elliot. Model ini terdiri
dari 4 tahap yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi
(John Elliot dalam Joko Nurkamto, M. Pd, 1999 : 3-4) . Uraian tahapan-tahapan
pada penelitian ini dapat kita bahas sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Tindakan
a. Menelusuri tingkat motivasi siswa dalam pelajaran Matematika kelas III
SD Negeri Karangasem I Laweyan Surakarta dengan memberikan tes
tertulis dan lisan khususnya pada pokok bahasan pecahan sederhana.
58
b. Mengidentifikasi semangat dan gairah siswa dalam belajar dengan
meminta siswa mengisi angket sesuai hati nurani masing-masing siswa
yang telah disediakan oleh peneliti.
c. Mempelajari silabus
d. Membuat instrumen
e. Menyiapkan segala persiapan sesuai langkah-langkah pembelajaran
kontekstual pada saat pembelajaran Matematika berlangsung
f. Membuat lembar observasi.
2. Tahap Aplikasi Tindakan
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
a) Guru sekaligus sebagai peneliti merancang skenario pembelajaran
atau RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Matematika kelas
III pokok bahasan pecahan sederhana, lalu RPP tersebut
dikonsulkan dan dibicarakan dengan guru kelas apakah sudah
sesuai atau belum.
b) Guru mempersiapkan segala sesuatu sebagai media pembelajaran
sesuai apa yang telah ada di lingkungan, misalkan daun, roti, pita
dan lain- lain.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a) Peneliti mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah dipersiapkan.
b) Guru lain yang bukan peneliti bertindak sebagai observer yang
tugasnya melakukan observasi terhadap guru yang melaksanakan
pembelajaran sesuai RPP yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c) Melakukan wawancara yang bersifat luwes dan menyebar angket
setelah pembelajaran selesai sesuai dengan angket atau lembar
observasi yang telah disediakan.
3) Tahap Pengamatan Atau Observasi
a) Dilakukan oleh guru kelas dengan mengamati pembelajaran yang
sedang berlangsung (mengamati aktivitas peneliti dan siswa).
59
b) Observasi diarahkan pada point-point dalam pedoman yang telah
dipersiapkan oleh peneliti.
c) Untuk memperoleh data yang akurat peneliti juga melakukan
wawancara dengan para siswa sesuai point-point yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
a) Guru kelas dan peneliti menganalisis hasil perkembangan
motivasi siswa sesuai angket dan pedoman pengisisan dan
penilaiannya yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara.
b) Jika 65% siswa dari kelas III mengalami peningkatan motivasi
maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual telah
berhasil diterapkan.
c) Jika siswa yang mengalami peningkatan motivasi kurang dari
65% maka proses pembelajaran yang diterapkan dengan
pendekatan kontekstual perlu diperbaiki lagi dan
disempurnakan pada siklus selanjutnya. Jadi jika dihitung berati
paling tidak ada 26 siswa dari 40 harus mengalami peningkatan
motivasi sesuai standart penilaian yang telah ditetapkan,yaitu
siswa mampu memperoleh nilai angket motivasi sama dengan
atau di atas 75 dalam kategori motivasi tinggi.
b. Siklus II
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti merancang skenario pembelajaran / RPP Matematika
kelas III materi membandingkan pecahan sederhana, lalu
dikonsulkan dan dibicarakan dengan guru kelas III apakah sudah
sesuai atau belum.
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
a) Peneliti mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dipersiapkan
60
b) Guru kelas bertindak sebagai observer yang tugasnya melakukan
observasi terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran
c) Mengadakan wawancara terhadap siswa setelah pembelajaran
selessai sesuai dengan angket / lembar observasi yang telah
disediakan.
3) Tahap Pengamatan / Observasi
a) Dilakukan guru kelas dengan mengamati pembelajaran yang
sedang berlangsung (mengamati aktivitas peneliti dan siswa)
b) Untuk memperoleh data yang akurat peneliti juga melakukan
wawancara dengan para siswa sesuai point-point yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
a) Peneliti dan Guru kelas menganalisis hasil perkembangan
motivasi siswa sesuai angket dan pedoman pengisisan dan
penilaiannya yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.
b) Jika 70% siswa dari kelas III mengalami peningkatan motivasi
maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual telah
berhasil diterapkan.
c) Jika siswa yang mengalami peningkatan motivasi kurang dari
70% maka proses pembelajaran yang diterapkan dengan
pendekatan kontekstual perlu diperbaiki lagi dan disempurnakan
pada siklus selanjutnya.
c. Siklus III
1) Tahap Perencanaan
2) Guru merancang RPP Matematika kelas III Bab memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana, lalu
dikonsulkan Guru Kelas III.
3) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
a) Peneliti mengadakan pembelajaran sesuai RPP
61
b) Guru kelas melakukan Observasi terhadap peneliti yang
melaksanakan pembelajaran.
c) Mengadakan wawancara terhadap siswa setelah pembelajaran
selesai sesuai dengan angket observasi yang telah disediakan.
4) Tahap Pengamatan / Observasi
a) Dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan mengamati
pembelajaran yang sedang berlangsung (mengamati aktivitas
peneliti dengan siswa)
b) Melakukan wawancara dengan siswa sesuai point-point yang
telah dipersiapkan.
5) Tahap Analisis dan Refleksi
a) Peneliti dan guru kelas menganalisis hasil perkembangan
motivasi siswa.
b) Jika 80% siswa dari kelas III mengalami peningkatan motivasi
maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual telah
berhasil diterapkan
c) Jika siswa yang mengalami peningkatan motivasi kurang dari
80% maka proses pembelajaran yang diterapkan dengan
Pendekatan Kontekstual perlu diperbaiki lagi.
d. Tahap Pasca Tindakan
1) Mengadakan tes untuk mengukur tingkat motivasi pada mata
pelajaran matematika.
2) Membuat rekapitulasi hasil perkembangan motivasi siswa khususnya
mata pelajaran matematika.
3) Menyusun hasil laporan penelitian.
62
Gambar 7 Model Penelitian Tindakan Kelas
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Plan
Observasi
Action Refleksi
Plan
Observasi
Action Refleksi
Plan
Observasi
Action
Refleksi
63
H. Validitas Data
Validitas dari penelitian ini menggunakan :
1. Trianggulasi Data (sumber), yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari
sumber yang berbeda. Dari teknik ini diharapkan dapat memberi informasi
yang tepat sesuai keadaan siswa kelas III SD N Karangasem 1, misalnya
dengan membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang
terkait contoh arsip nilai, absen dan lainnya.
2. Trianggulasi Metode, yaitu mengumpulkan data dengan metode
pengumpulan yang berbeda tetapi mengarah pada sumber data yang sama.
Dengan menggunakan metode tes, observasi, dan angket motivasi diharapkan
didapat hasil yang seakurat dan sebanyak mungkin mengenai semua data
penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan data hasil angket di
klasifikasikan sebagai data kualitatif. Data interpretasikan kemudian dihubungkan
dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Data tes dianalisis secara
deskriptif interaktif, yakni dengan membandingkan hasil tes antar siklus secara
deskriptif dan interaktif.
Agar hasil penelitian terwujud susuai dengan tujuan maka dalam
menganalisis data ini menggunakan analisa model Milles dan Hubberman.
Kegiatan pokok analisis model ini adalah meliputi reduksi data, dan kesimpulan
yang terdiri dari penarikan / verifikasi ( Milles dan Hubberman dalam Tjejep
Rohandi Rohidi, 2000: 20).
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
64
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan / diverifikasi
(Milles dan Hubberman dalam Tjejep Rohandi Rohidi : 2000:16).
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya (Milles dan
Hubberman dalam Tjejep Rohandi Rohidi : 2000:16).
3. Penarikan Kesimpulan/ Verivikasi
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan / kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari
data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
yang merupakan validitasnya (Milles dan Hubberman dalam Tjejep Rohandi
Rohidi: 2000:16).
Secara lebih jelasnya, kita dapat melihat siklus analisis data tersebut
pada gambar di bawah ini :
Gambar 8. Komponen – Komponen Analisis Data
Pengumpulan Data
Kesimpulan – Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
Penyajian Data
Reduksi Data
65
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan / verifikasi sebagai suatu yang yang saling terjalin pada saat,
sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan
pengumpulan data tersebut merupakan proses siklus yang bersifat interaktif.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal Sebelum PTK
Jumlah siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan
Surakarta yang diikutsertakan dalam PTK ini adalaah 40 siswa, yang
terdiri dari 19 siswa Laki-laki dan 21 siswa perempuan. Berdasarkan hasil
penelitian awal sebelum pelaksanaan PTK terhadap seluruh siswa kelas
III, masih banyak siswa yang terlihat kurang termotivasi pada saat
mengikuti pelajaran matematika di kelas. Nilai hasil belajar Matematika
pada saat ulangan harian sebelum PTK masih tergolong rendah. Dari data
yang diperoleh peneliti, nilai rata-rata kelas mata pelajaran Matematika
untuk ulangan harian tengah semester II yaitu sebesar 63,25 yang belum
memenunuhi KKM.
Dari hasil rekapitulasi angket pendapat siswa tentang pembelajaran
Matematika sebelum PTK, diperoleh data bahwa prosentase motivasi
belajar siswa dalam pelajaran matematika sebesar 62,75 % atau dalam
kategori rendah.
Jumlah siswa dalam kelas tergolong kelas besar karena jumlah
siswanya ada 40. Interaksi guru dengan siswa cukup baik, meskipun masih
sulit untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran matematika mengenai motivasi siswa masih rendah, terlihat
dengan adanya siswa masih enggan bertanya apabila menemui kesulitan,
bila guru memberikan pertanyaan-pertanyaan hanya sebagian kecil siswa
yang mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan guru.
Pada saat guru menyampaikan materi dengan mengunakan metode
ceramah tanpa mengaitkan mengenai kehidupan sehari-hari, siswa hanya
mendengarkan dengan posisi duduk yang terkesan tidak mempedulikan
apa yang dijelaskan guru, namun bila diberikan tugas siswa langsung
mengeluh dan tidak segera dikerjakan. Saat diadakan evaluasi akhir
51
67
6
19
10
4
1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Rentang nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
materi, banyak siswa yang mengerjakan dengan bertanya kepada
temannya, hasil evaluasi pun relatif rendah.
Motivasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri
Karangasem 1 yang masih rendah pada pada semester genap Tahun 2010
secara keseluruhan dapat dikemukakan dalam pencapaian keberhasilan
nilai angket dan nilai matematika pada tabel 3 sebelum PTK di bawah ini.
Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Sebelum PTK
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
nilai Frekuensi Prosentase
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 1 2,5%
62.75
b. Tinggi 75-87 4 10%
c. Sedang 62-74 10 25%
d. Rendah 49-61 19 47,5%
e. Sangat Rendah 36-48 6 15%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan frekuensi data di atas pada tabel 3 maka dapat
disajikan pada gambar 9 di bawah ini :
Gambar 9. Grafik Data Nilai Angket Motivasi Sebelum Tindakan
68
10
17
5
6
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Rentang nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Matematika Siswa Sebelum PTK
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
nilai Frekuensi Prosentase
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 2 5%
63,25
b. Tinggi 75-87 6 15%
c. Sedang 62-74 5 12,5%
d. Rendah 49-61 17 42,5%
e. Sangat Rendah 36-48 10 25%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 4 mengenai frekuensi data nilai matematika
siswa sebelum PTK maka dapat disajikan dalam gambar 10 di bawah ini :
Gambar 10 . Grafik Data Nilai Matematika Sebelum Tindakan
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas III SDN Karangasem 1 Laweyan Surakarta sebanyak 6
siswa masih tergolong kategori sangat rendah, 19 siswa tergolong rendah, 10
siswa tergolong kategori sedang, 4 siswa tergolong kategori tinggi dan hanya
1 siswa dalam kategori sangat tinggi. Analisis hasil evaluasi dari tes awal
siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar
adalah 63,25 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang
69
diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah yaitu sebesar 75. Dari hasil
analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindak lanjut untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa khususnya untuk materi pecahan
sederhana.
Untuk mengupayakan penyeleseian dari permasalahan-permasalahan
tersebut maka peneliti dan wali kelas III mengadakan kerjasama untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas. Pada saat pelaksanaan tindakan,
peneliti bertindak sebagai pengajar (guru) dan wali kelas III sebagai observer.
2. Pelaksanaan PTK Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan selama 7 hari dengan Kompetensi Dasar :
“mengenal pecahan sederhana” . pembelajaran dilaksanakan 2x pertemuan (4
x 35menit).
a. Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada Standart Kompetensi mata pelajaran
Matematika, peneliti mengadakan persiapan untuk siklus pertama yaitu
sebagai berikut :
1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan pengenalan
pecahan sederhana. Indikator pada siklus pertama pertemuan pertama
adalah : mengenal pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dan
membaca serta menulis lambang bilangan. Indikator pada siklus
pertama pertemuan kedua adalah : menyajikan nilai pecahan dengan
menggunakan berbagi bentuk gambar dan sebalikyan serta indikator
keduanya adalah : membilang dan menuliskan pecahan dalam kata-kata
dan dalam lambang.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang berupa benda-benda nyata
sesuai dengan apa yang ada di lingkungan siswa sehari-hari.
70
4) Setiap kali memulai pembelajaran peneliti menata, mempersiapkan,
dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga dapat membentuk
suasana nyaman dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pertemuan pertama pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa 6
April 2010. Pada pertemuan ini terdiri dari 2 indikator yaitu : mengenal
pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dan membaca serta
menulis lambang bilangan. Pembelajaran diawali dengan bercerita
mengenai hidup rukun dan saling berbagi dalam kehidupan sehari-hari,
hal ini merupakan salah satu cara untuk memotivasi siswa dalam belajar.
Memasuki kegiatan inti Siswa diajak mengamati media yang
disediakan guru yaitu, tiga buah batang kayu yang sama panjang. Siswa
diberi kesempatan untuk demonstrasi mengenai kayu yang mula-mula
utuh tersebut. Satu batang dicat dua warna sama besar, satu batang dicat
tiga warna, dan satu batang dicat empat warna yang berbeda tetapi sama
besar. Siswa dan guru membahas bersama mengenai kegiatan yang telah
dilakukan bahwa bagian dari keseluruhan merupakan pecahan. Beberapa
siswa diminta untuk mengulangi penjelasan di depan kelas, hanya ada 6
siswa yang berani ke depan untuk melaksanakan perintah guru. Siswa
bersama guru membaca dan menuliskan lambang pecahan dari apa yang
telah dibuat. Pembagian kelompok juga dilakukan guru untuk membuat
gambar arsiran dari kertas karton dengan tujuan memantapkan lagi
mengenai pengenalan pecahan kepada siswa. Hasil kegiatan kelompok
disampaikan ke depan kepada teman-teman lain namun mereka masih
malu-malu dalam menyampaikan hasil kerja mereka. Kelompok lain
memberi tanggapan mengenai kerja teman yang menyampaikan di depan
kelas, ada siswa yang mencoba untuk menyarankan kepada guru untuk
menggunting hasil pekerjaan dan menyarankan untuk menempelnya di
buku gambar. Setelah kegiatan kelompok selesai, siswa diminta untuk
mengerjakan soal evaluasi dari guru.
71
Pada kegiatan akhir, dengan bimbingan guru, siswa melakukan
permainan dengan saling melempar pertanyaan antar kelompok, bagi
kelompok yang paling cepat menjawab dan jawabannya benar diberi gelar
oleh guru seperti : kelompok hebat dan kelompok oke. Selanjutnya guru
bersama siswa merangkum materi dan ditulis di buku catatan masing-
masing.
Untuk menambah pemahaman siswa mengenai materi
pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa agar
rajin belajar. Sebagai pekerjaan rumah, siswa diminta untuk mencari
benda-benda apa saja yang dapat dipecah atau dipotong dengan mudah
agar dapat dijadikan contoh (hanya dicatat berdasarkan pengamatan di
sekitar lingkungan siswa).
Pelaksanaan pembelajaran ke-2 pada siklus pertama dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 10 April 2010. Pada pembelajaran ini, peneliti
mengambil 2 indikator yaitu : menyajikan nilai pecahan dengan berbagai
bentuk gambar dan membilang dan menuliskan pecahan dalam kata-kata
dan dalam lambang. Sebelum pelajaran dimulai semua peralatan yang
akan digunakan telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru, termasuk
menata bangku dan mempersiapkan media.
Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan motivasi belajar
siswa dengan menanyakan mengenai apa yang telah dipelajari pada
pertemuan pertama siklus pertama. Siswa diajak bernyanyi bersama
tentang lagu yang bercerita mengenai materi pecahan (lagu hasil kreasi
guru sendiri). Lihat bukuku penuh dengan gambar, ada yang utuh dan
ada yang pecah, kini ku tahu materi yang baru, belajar pecahan itu
menyenangkan.
Pembelajaran dilanjutkan dengan bertanya jawab dengan siswa
bagaimana cara membaca dan menuliskan lambang pecahan. Setelah
kegiatan tanya jawab mengenai materi tersebut, siswa diajak
membandingkan nilai pecahan yang digambarkan guru dalam berbagai
72
bentuk gambar yang masih sederhana. Kegiatan tersebut berjalan dengan
lancar hanya saja masih ada siswa yang belum mengerti secara jelas.
Untuk lebih jelasnya guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil, setiap kelompok terdiri dari temannya satu bangku (satu kelompok
2 siswa). Setiap kelompok tersebut diminta untuk mencari benda apa saja
yang bisa digunakan untuk belajar pecahan, misalkan ubin yang
berbentuk persegi dapat dibagi rata dengan mudah dan bentuk kaca di
dinding yang berbentuk persegi panjang dapat dibagi dengan mudah juga.
Penemuan benda tersebut diijinkan oleh guru untuk mencari benda di luar
kelas ataupun di dalam kelas. Kelompok yang selesai terlebih dahulu akan
mempresentasikan hasil jawaban di depan kelas dan menyampaikan
temuannya. Penyampaian hasil tersebut dilanjutkan dengan
menyampaikan alasan-alasan yang dianggap tepat. Saat menyampaikan
hasil temuan dinilai dan didiskusikan bersama oleh teman satu kelas dan
guru, jika jawaban benar, guru menyampaikan pujian yang berupa pantun
agar siswa lebih bersemangat lagi. Kelompok yang mempresentasikan
hasil paling lancar dan benar mendapat hadiah dari guru berupa penggaris
dan pensil. Kegiatan diskusi berjalan cukup lancar meskipiun masih ada
beberapa siswa yang kurang peduli dan bingung. Kegiatan dilanjutkan
dengan mengerjakan soal-soal evaluasi yang dibagikan oleh guru.
Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk merangkum
hasil pembelajaran hari ini. Dilanjutkan dengan mengadakan permaianan
menggunakan kartu bilangan mengenai bilangan pecahan. Guru mulai
mengocok semua kartu dan diberikan 3 kartu kepada tiap baris.
Pertanyaan bervariasi, ada yang menebak nilai pecahan yang diarsir, ada
yang menebak cara membaca nilai pecahan sampai menggambar di papan
tulis nilai pecahan yang didapat dalam kartu. Permainan selesai
dilanjutkan dengan menjawab soal angket motivasi yang dibagikan guru
dan menuliskan kesan pembelajaran hari ini dalam selembar kertas.
Sebelum pembelajaran ditutup dengan doa, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan
73
memotivasi siswa agar semangat belajar karena dengan rajin belajar dapat
membawa dampak yang begitu besar bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan bahkan negara.
Selama proses pembelajaran pada siklus 1 guru telah berusaha
menyampaikan materi sesuai apa yang ada di lingkungan siswa yang
berkaitan dengan materi pecahan dan selalu memberikan penguatan
berupa pujian, hadiah dan pesan. Terlihat siswa lebih antusias dari
sebelumnya dan lebih aktif dalam menyampaikan pertanyaan, menjawab
dan tumbuh keberanian untuk presentasi di depan kelas. Siswa juga aktif
saat melakukan permainan menjawab pertanyaan dengan secepat
mungkin. Kegiatan di luar kelas lebih disukai siswa saat kegiatan
menemukan benda untuk dipelajari dan berdasarkan catatan siswa
mengenai kesan pembelajaran. Nilai hasil pembelajaran pun lebih
meningkat dari sebelumnya meskipun belum memenuhi Kriteria yang
sudah ditetapkan.
c. Hasil Pengamatan Siklus 1
Selama pelaksanaan tindakan pada siklus 1, pengamatan pada
siswa dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan menggunakan
format pengamatan/ lembar observasi siswa yang sebelumnya telah
dipersiapkan peneliti. Yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Pendekatan Kontekstual dapat memperbaiki tingkat motivasi dan
ketertarikan siswa terhadap pelajaran Matematika khususnya materi
pecahan sederhana kelas III yang menjadi dasar pendalaman pelajaran di
kelas tinggi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus-1 , siswa terlihat
aktif dalam pelajaran karena guru sering mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang diiringi hadiah dan pertanyaan tersebut tetap mengarah
pada benda di sekitar siswa. Pada saat kegiatan inti berlangsung, siswa-
siswa juga terlihat lebih antusias meskipun masih ada yang terlihat malas,
namun hanya beberapa siswa saja. Kegiatan yang menarik adalah ketika
74
mengeluarkan media kayu yang dicat, siswa lebih tertarik dan penasaran.
Kartu bilangan yang diperagakan siswa untuk dipresentasikan sudah ada
yang tepat dalam menjelaskan, namun masih ada siswa yang hanya
melipat-lipat kartu bilangan hingga sobek.
Pada tindakan ke-2 saat guru membentuk kelompok terlihat hanya
beberapa siswa yang aktif meskipun masih dengan bimbingan dari guru.
Kegiatan di luar ruangan sangat dimanfaatkan siswa untuk belajar,
namun masih ada beberapa anak yang tidak memperdulikan dan asyik
bermain sendiri dengan teman sebangkunya (kelompok teman
sebangku). Pada saat kegiatan presentasi sudah ada beberapa siswa yang
aktif dan memberikan umpan balik yang bagus terhadap semua
pertanyaan yang dilontarkan guru ataupun teman dari kelompok lain saat
menyampaikan alasan memilih benda yang ditemukan. Dalam kegiatan
diskusi tersebut masih ada siswa yang bicara sendiri dengan temannya,
bermain-main sendiri, bahkan masih ada siswa yang tidak
memperhatikan sama sekali. Permainan yang diadakan guru sedikit
meningkatkan motivasi siswa karena mereka terlihat berlomba
menjawab pertanyaan dengan benar, meskipun masih ada beberapa siswa
yang bingung dengan perintah yang peneliti sampaikan.
Agar lebih jelas, hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 5 di
bawah ini :
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pada Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kontekstual pada siklus 1
Nama Peneliti : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD N Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
No Aspek Hasil Pengamatan Keterangan
Guru Siswa
1 Kesiapan
Guru telah
mempersiapkan
pelajaran dengan
cukup baik, tetapi
Sebagian besar
siswa sudah siap
untuk mengikuti
pelajaran, tetapi
Guru dan siswa
harus lebih
mempersiapkan
diri sebelum
75
alokasi waktu
dengan materi yang
diajarkan harus
disesuaikan
masih ada beberapa
siswa yang bermain
sendiri saat peneliti
memasuki kelas
pembelajaran
berlangsung
2 Kemauan
Kemauan peneliti
untuk mengajar
cukup besar, hal ini
terlihat dari
rencana
pembelajaran yang
telah tersusun
dengan baik serta
media pembelajran
yang telah
dipersiapkan
Kemauan belajar
siswa berbeda-
beda, ada yang
semangat dalam
belajar, ada yang
memperhatikan
sambil bermain
sendiri, adapula
yang sama sekali
tidak
memperhatikan
pelajaran
Kemauan guru
untuk mengajar
cukup baik,
tetapi kemauan
siswa untuk
belajar masih
kurang
3 Perhatian
Perhatian guru
terhadap siswa
sudah cukup baik,
akan tetapi guru
mengalami
kesulitan dalam
membimbing
diskusi kelompok
karena siswa ramai
dan bermain sendiri
Perhatian siswa
terhadap pelajaran
cukup baik, tetapi
saat diskusi
kelompok justru
banyak siswa yang
ramai sendiri
Siswa ramai
karena belum
terbiasa dengan
pendekatan
kontekstual
yang biasanya
guru kelas
menggunakan
metode ceramah
dan penugasan
4 Daya Serap
Guru telah
menguasai materi
dengan baik,
sehingga dapat
menyampaikan
materi dengan baik
pula
Sebagian besar
siswa mampu
menyerap materi
dengan baik, tetapi
ada beberapa yang
belum baik
Daya serap
siswa terhadap
materi perlu
ditingkatkan
dipembelajran
berikutnya
5 Partisipasi
Guru telah
berpartisipasi aktif
terhadap aktivitas
siswa dengan
membimbing
diskusi kelompok
Sebagian besar
siswa telah aktif
dalam diskusi
kelompok, tetapi
ada beberapa yang
tidak ikut
Partisipasi siswa
dalam diskusi
perlu
ditingkatkan
76
mengerjakan tugas
6 Keaktifan
Guru telah aktif
dalam mengajar,
hal ini terlihat dari
semangat peneliti
dalam menjelaskan
materi dan
membimbing siswa
Ada beberapa
siswa yang tidak
aktif dalam
pembelajran
Siswa yang
tidak aktif masih
perlu perhatian
khusus dari guru
7 Keantusiasan
Keantusiasan guru
dalam mengajar
terlihat dari
aktivitas guru
dalam memotivasi
siswa, membuat
perayaan terhadap
keberhasilan siswa
Sebagian besar
siswa sangat
berantusias dalam
belajar karena
siswa diajak belajar
di luar kelas tetapi
tidak bersemangat
saat kerja
kelompok dan di
minta maju untuk
presentasi
Antusias siswa
perlu
ditingkatkan
dengan
penggunaan
media dan
pendekatan
kontekstual
yang lebih
menarik
8 Kerjasama
Guru telah
menciptakan
kerjasama yang
baik dengan siswa,
terlihat dari sikap
guru yang memberi
kesempatan siswa
untuk bertanya,
membimbing
diskusi,
merangsang
terjadinya interaksi,
serta bersama-sama
merayakan
keberhasilan siswa
Beberapa siswa
tidak ikut
mengerjakan kerja
kelompok dan tidak
ikut menjawab
pertanyaan saat
permainan
berlangsung
Kerjasama
diantara siswa
perlu
ditingkatkan
9 Keingintahuan
Keingintahuan
guru terlihat dari
antusias dalam
menggali
pengetahuan awal
siswa
Beberapa siswa
masih malu dan
tidak perduli
tentang materi yang
belum dipahami
Siswa harus
diberi motivasi
agar percaya diri
dan tidak malu
untuk bertanya
77
2
12
5
10
11
0
2
4
6
8
10
12
14
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
10 Suasana
Belajar
Guru telah
menciptakan
suasana belajar
yang
menyenangkan
Beberapa siswa
senang terhadap
suasana belajar,
tetapi ada pula
beberapa siswa
yang masih
bingung dengan
pendekatan
kontekstual
Perlu diciptakan
suasana belajar
yang lebih
menyenangkan
sesuai dengan
suasana sehari-
hari agar siswa
senang dalam
belajar
Pencapaian keberhasilan nilai angket dan nilai matematika siswa
dapat dilihat pada data frekuensi Tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Belajar Setelah Siklus 1
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 11 27,5%
72,75
b. Tinggi 75-87 10 25%
c. Sedang 62-74 5 12,5%
d. Rendah 49-61 12 30%
e. Sangat Rendah 36-48 2 5%
Jumlah 40 100%
Dari data nilai angket motivasi belajar matematika pada tabel 6 di
atas, maka lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini:
Gambar 11. Grafik data nilai angket motivasi setelah siklus 1
78
2
15
3
12
8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus 1
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 8 20%
72,25
b. Tinggi 75-87 12 30%
c. Sedang 62-74 3 7,5%
d. Rendah 49-61 15 37,5%
e. Sangat Rendah 36-48 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 7 di atas maka dapat disajikan dalam sebuah
gambar pada gambar 12 di bawah ini :
Gambar 12. Grafik Data Nilai Matematika Setelah Siklus 1
Berdasarkan hasil yang diperoleh sebelum penelitian tindakan
kelas dan setelah siklus 1 terlaksana, maka dapat dibuat sebuah
perbandingan yang menggambarkan hasil antara data sebelum PTK dan
setelah siklus 1 pada Tabel 8 di bawah ini :
79
Tabel 8. Perbandingan Hasil Antara Sebelum PTK dan Setelah Siklus 1
No Hal yang
dibandingkan
Sebelum PTK Setelah Siklus 1 Peningkatan/
Penurunan Frekuensi (%) Frekuensi (%)
1 Motivasi
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
1
4
10
19
6
2,5%
10%
25%
47,5%
15%
11
10
5
12
2
27,5%
25%
12,5%
30%
5%
Naik 25%
Naik 15%
Turun 12,5%
Turun 17,5%
Turun 10%
2 Matematika
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
1
6
5
17
10
5%
15%
12,5%
42,5%
25%
8
12
3
15
2
20%
30%
7,5%
37,5%
5%
Naik 15%
Naik 15%
Turun 5%
Turun 5%
Turun 5%
3 Rata- rata kelas
a. Motivasi
b. Matematika
62,75
63,25
72,75
72,25
Naik 10,00
Naik 9,00
` Dari tabel 8 di atas dapat dikemukakan bahwa setelah siklus 1
jumlah siswa yang memiliki motivasi sangat rendah berkurang dari 6 siswa
menjadi 2 siswa (bisa dikatakan mengalami penurunan sebesar 10%),
kategori siswa yang memiliki motivasi rendah juga berkurang dari 19 siswa
menjadi 12 siswa (mengalami penurunan sebanyak 17,5%), kategori siswa
yang memiliki motivasi sedang mengalami penurunan dari 10 siswa menjadi
5 siswa (mengalami penurunan 12,5%), kategori motivasi tinggi dari 4
siswa menjadi 10 siswa dan jumlah siswa yang memiliki motivasi sangat
tinggi juga mengalami kenaikan dari 1 siswa menjadi 11 siswa (mengalami
peningkatan sebesar 27,5%). Dari data tersebut sudah tampak terjadi
kenaikan motivasi siswa tetapi hasil ini masih belum menunjukkan hasil
yang begitu berarti dan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
KKM 75. Hal ini bisa kita lihat dengan masih banyaknya hasil angket yang
menyatakan siswa dalam kategori motivasi rendah, namun setelah siklus
pertama terlaksana hasil angket motivasi sudah mencapai kategori sedang.
80
Prestasi belajar siswa mengenai nilai matematika mengenai
pecahan yang didapat juga mengalami perubahan. Kategori nilai sangat
rendah mengalami penurunan 20% yaitu dari 25% menjadi 5% (dari 10
siswa menjadi 2 siswa). Kategori nilai rendah mengalami penurunan sebesar
5%, kategori nilai sedang mengalami penurunan sebesar 5% yaitu turun dari
12,5% menjadi 7,5% (5 siswa turun menjadi 3 siswa). Untuk kategori nilai
tinggi mengalami kenaikan sebesar 15% dari (dari 6 siswa naik menjadi 12
siswa). Sedangkan untuk kategori nilai sangat tinggi naik sebesar 15% yaitu
dari 2 siswa menjadi 8 siswa.
e. Refleksi
Berdasarkan tindakan kelas pada siklus I, telah ada peningkatan
rata-rata motivasi belajar Matematika siswa yakni dari 62,75 menjadi
72,75 (mengalami kenaikan sebesar 10,00 %), sedangkan untuk nilai rata-
rata Matematika mengalami kenaikan sebesar 9,00 % dari 63,25 menjadi
72,25. Akan tetapi peningkatan ini masih belum signifikan, sehingga
perlu dilakukan tindakan pada siklus 2. Beberapa hal yang perlu direfleksi
kedalam tindakan selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran Matematika
mengenai materi pecahan sederhana dengan pendekatan Kontekstual
tersebut lebih meningkat lagi hasilnya. Beberapa hal tersebut antara lain
sebagai berikut : (1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan
perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar, (2) Guru harus lebih
menyesuaikan kehidupan sehari-hari siswa dan mengaitkan dengan materi
pecahan yang diajarkan, (3) Angket Motivasi Matematika yang dibagikan
kadang dikerjakan siswa dengan mencontek milik teman yang duduknya
berdekatan, ada beberapa anak yang mengosongi hasil angket karena
terburu-buru dan tidak peduli. Peneliti harus lebih memberikan pengertian
lagi bahwa angket tersebut tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran
matematika mereka, jadi peneliti lebih menyampaikan sikap kejujuran,
(4) Guru harus mampu menciptakan pengalaman siswa yang lebih
berkesan mengenai materi pecahan yang dapat dimengerti semua siswa,
81
(5) Guru harus lebih memberikan petunjuk yang jelas agar siswa tidak
ramai saat diskusi kelompok berlangsung, (6) Guru harus lebih
menunjukkan sikap antusias yang lebih besar dalam mengajar agar siswa
juga terpengaruh sikap peneliti sehingga siswa menjadi ikut antusias juga,
(7) Guru sebaiknya lebih menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan dapat mengaktifkan siswa dan (8) Pendekatan
Kontekstual lebih ditajamkan dan semakin lama lebih mengarah kepada
dunia nyata siswa agar materi juga lebih mudah dipahami dan anak
menjadi tertarik.
3. Pelaksanaan PTK Siklus II
Siklus 2 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada minggu kedua dan
minggu ketiga bulan April (tanggal 14 sampai dengan tanggal 22 April 2010)
dengan kompetensi Dasar: “Membandingkan Pecahan”. Pembelajaran
dirancang untuk 2 kali pertemuan ( 4 x 35 menit ).
a. Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada Standart Kompetensi mata pelajaran
Matematika, peneliti mengadakan persiapan untuk siklus kedua yaitu
sebagai berikut :
1) Memilih pokok bahasan dan indikator yang sesuai dengan Kompetensi
Dasar yaitu membandingkan nilai 2 pecahan dengan gambar
(pertemuan ke-1 siklus 2) dan membandingkan nilai 2 pecahan dengan
garis bilangan (pertemuan ke-2 siklus 2).
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) sesuai dengan
indikator yaitu membandingkan nilai 2 pecahan dengan gambar dan
membandingkan nilai 2 pecahan dengan garis bilangan.
3) Menyiapkan media dan mempelajari mengenai pendekatan kontekstual
yang diterapkan pada siklus 2.
4) Peneliti menyiapkan kelas dengan mengatur dan menata ruangan
sebaik mungkin sehingga siswa nantinya akan tenang untuk belajar
matematika.
82
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Pembelajaran ke-1 siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Selasa 14
April 2010 dengan Kompetensi Dasar membandingkan pecahan dan
indikator membandingkan nilai dua pecahan dengan gambar. Untuk
menumbuhkan semangat siswa terhadap materi, pada awal pembelajaran
peneliti memulai dengan tanya jawab mengenai media lingkaran pecahan
yang telah dibawa peneliti.
Pada kegiatan inti, peneliti memulai kegiatan kegiatan dengan
membantu siswa menyiapkan kertas karton yang dibawa siswa sendiri
(sebelumnya telah diumumkan). Siswa dibentuk kelompok tiap meja untuk
membuat gambar pecahan sendiri dari persegi panjang seperti gambar 2
1
dan sebaliknya gambar nilai pecahan 4
1 . Membuat gambar dari persegi
panjang 6
2 dan di sebaliknya gambar nilai pecahan
5
1 . Membuat gambar
dari lingkaran dengan nilai 8
2 dan di sebaliknya
4
2 . Setelah kelompok
tiap meja menyeleseikan hasil gambarnya, siswa ke depan kelas untuk
menyampaikan hasil gambar kepada teman lain. Kegiatan lain adalah
pembuktian bahwa 4
1 <
2
1 dengan sosiodrama jual beli wortel dan
kentang. Wortel ditimbang dengan berat 4
1 kilogram sedangkan kentang
ditimbang 2
1 kilogram. Dengan menggunakan timbangan membuktikan
berat mana, ternyata terbukti bahwa 4
1 <
2
1.
Memasuki kegiatan akhir, guru mengadakan permainan dengan
saling melempar pertanyaan antar kelompok (masih kelompok tiap meja
83
tadi). Pertanyaan sesuai materi hari ini yaitu pertanyaan membandingkan
nilai dua pecahan yang dijawab oleh kelompok lain. Ada beberapa siswa
yang sudah berani bertanya menyampaikan pertanyaan, guru
mengucapkan terimakasih bagi siswa yang telah berani untuk bertanya dan
bagi siswa yang belum berani peneliti selalu memberi pancingan kepada
siswa seperti menyampaikan pepatah malu bertanya sesat di jalan. Siswa
dan peneliti selanjutnya merangkum materi pelajaran hari ini.
Pembelajaran diakhiri dengan berdoa yang sebelumnya peneliti
memberikan nasehat kepada siswa agar rajin belajar.
Pada pembelajaran ke-2 siklus 2 Kompetensi Dasarnya sama dengan
pembelajaran ke-1 yaitu Membandingkan Pecahan, dengan Indikator pada
pertemuan ke-2 adalah membandingkan nilai dua pecahan dengan garis
bilangan. Tindakan ke-2 siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
22 April 2010. Tujuan pembelajarannya adalah agar siswa dapat
membandingkan nilai 2 pecahan dengan garis bilangan secara tepat.
Pada awal pembelajaran peneliti sebagai guru berusaha untuk
menumbuhkan motivasi siswa sebelum memulai pembelajaran dengan
mengadakan tanya jawab mengenal lebih dalam materi pecahan.
Memasuki kegiatan inti, guru masih berusaha menerapkan pendekatan
kontekstual agar siswa lebih termotivasi lagi. Di awal kegiatan inti, guru
mengadakan sebuah permainan yaitu : menyediakan garis bilangan dan
mengisi garis bilangan yang kosong dengan kartu bilangan yang
disediakan guru. Permainan selanjutnya adalah permainan acak garis
bilangan dengan mengurutkan. Siswa lebih senang belajar sambil bermain
daripada hanya duduk medengarkan ceramah dari guru di depan kelas. Hal
ini terlihat bahwa siswa lebih antusias dan bersemangat saat
menyeleseikan perintah dari guru. Siswa lebih penasaran dan bekerja lebih
aktif dibandingkan hari biasanya. Kegiatan sosiodrama diadakan kembali
oleh guru agar siswa lebih paham mengenai membandingkan nilai pecahan
dengan menggunakan wortel dan kentang. Siswa tampak senang, kegiatan
ini diulang, karena berdasarkan pendapat dari mereka, mereka merasa
84
kegiatan sosiodrama jual beli seperti kenyataan dan belajar menjadi lebih
menyenangkan.
Pada kegiatan akhir, siswa mengerjakan evaluasi. Pada saat
mengerjakan evaluasi siswa masih membicarakan mengenai kegiatan
sosiodrama yang menyenangkan. Setelah siswa mengerjakan evaluasi,
siswa diajak bermain kembali oleh guru dengan menebak isi jajanan dalam
Tango (isinya ada 4), kemudian atas bimbingan guru, siswa saling berbagi
sesuai isi kepada siswa yang maju ke depan kelas. Guru bersama siswa
merangkum hasil pembelajaran hari ini dan guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan kesan belajar hari ini.
Selanjutnya siswa diminta menjawab soal angket motivasi yang
disampaikan guru. Seperti biasanya guru selalu berpesan agar siswa rajin
belajar, tidak malas-malasan dan selalu berusaha menjadi yang terbaik
untuk meraih cita-cita.
c. Hasil Pengamatan Siklus 2
Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 baik pertemuan pertama dan
kedua, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kelas III sebagai
observer dengan menggunakan format pengamatan yang bertujuan untuk
mengetahui keefektifan dan sejauh mana pendekatan kontekstual dapat
memperbaiki motivasi belajar matematika siswa, khususnya materi
pecahan sederhana kelas III.
Hasil pengamatan pada siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti dan
guru kelas dapat dilihat dalam Tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9: Hasil Pengamatan Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kontekstual pada Siklus 2
Nama Peneliti : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD Negeri Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
85
No Aspek Hasil Pengamatan
Keterangan Guru Siswa
1 Kesiapan Guru telah
mempersiapkan
pelajaran dengan
alokasi waktu
yang telah
disesuaikan
Sebagian besar
siswa telah siap
untuk mengikuti
pelajaran yang
akan
disampaikan
oleh guru
Guru dan siswa
telah siap untuk
mengikuti
pelajaran
dengan
bersemangat
2 Kemauan Kemauan guru
untuk mengajar
sudah cukup
besar, dapat
dilihat dari RPP
yang telah dibuat
dan media yang
telah disiapkan
Sebagian besar
kemauan belajar
siswa sudah
cukup baik,
dilihat dari
keseriusan siswa
dalam menerima
pelajaran
meskipun masih
ada 1 atau 2
siswa yang
bermain sendiri
Kemauan siswa
untuk belajar
masih perlu
ditingkatkan
lagi agar
hasilnya lebih
maksimal dan
kemauan guru
sudah baik.
3 Perhatian Perhatian guru
terhadap siswa
sudah cukup
baik, peneliti
masih perlu
banyak belajar
dalam
membimbing
siswa untuk
mengerjakan
tugas kelompok
Perhatian siswa
terhadap
pelajaran sudah
baik, diskusi
berjalan lancar,
sebagian besar
telah
memperhatikan
petunjuk dari
peneliti
Perhatian siswa
terhadap
pelajaran sudah
baik
4 Daya serap
Guru telah
menguasai
materi dengan
Sebagian besar
siswa sudah
mampu
Daya serap
siswa sudah
baik, agar lebih
86
baik menyerap materi
dengan baik
maksimal
peneliti harus
berusaha lagi
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
5 Partisipasi Guru
berpartisipasi
aktif terhadap
seluruh kegiatan
siswa salah
satunya dengan
telaten
membimbing
diskusi
kelompok
Sebagian besar
siswa sudah
mampu belajar
dengan diskusi
kelompok
Partisipasi
siswa dalam
diskusi perlu
ditingkatkan
agar semua
siswa dapat
belajar secara
menyeluruh
6 Keaktifan Guru telah aktif
dalam mengajar
seperti telah
semangat dalam
menyampaikan
setiap materi
Sebagian besar
siswa telah aktif
dan penasaran
ketika
pembelajaran
berlangsung
Siswa yang
belum aktif
dalam
pembelajaran
perlu perhatiam
khusus lagi dari
peneliti
7 Keantusiasan
Keantusiasan
guru dalam
mengajar sudah
tinggi, hal ini
tampak dari
setiap waktu
guru tampil
antusias dan
selalu
memberikan
dorongan kepada
siswa
Sebagian besar
siswa sangat
berantusias saat
kegiatan
sosiodrama yang
diangkat oleh
peneliti, siswa
antusias karena
terkesan seperti
kenyataan
Antusias siswa
sudah cukup
tinggi namun
masih perlu
terus dipantau
dan
ditingkatkan
87
8 Kerjasama
Guru telah
menciptakan
kerjasama yang
baik dengan
siswa, hai ini
tampak dari
permainan yang
diadakan guru,
diskusi dengan
guru,
merangsang
terjadinya
interaksi dan
tanya jawab
Sebagian besar
siswa dapat
bekerjasama
dengan baik saat
permainan
berlangsung
Kerjasama
sudah baik dan
berjalan lancar
namun masih
terus
ditingkatkan
agar hubungan
kerjasama
semakin erat
9
Keingintahuan
Keingintahuan
guru terlihat dari
pendekatan yang
dilakukan
kepada siswa
saat siswa
kurang mengerti
dan bingung
Masih ada siswa
yang malu
dalam bertanya
meskipun sudah
ada siswa yang
berani dalam
bertanya
Siswa lebih
dimotivasi agar
percaya diri dan
tidak malu
untuk
menanyakan
materi yang
masih bingung
10
Suasana
Belajar
Guru telah
menciptakan
suasana belajar
yang
menyenangkan
Hampir semua
siswa terlihat
senang dan
termotivasi
untuk
mengerjakan
tugas dan
kegiatan
sosiodrama
Susana belajar
lebih yang
menyenangkan
lebih
ditingkatkan
agar motivasi
dan prestasi
belajar siswa
juga lebih
maksimal
Di akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui motivasi
belajar siswa dan prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
88
2
3
8
15
12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
pada siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 dan tabel 11 yang
memaparkan data frekuensi pencapaian keberhasilan siklus 2 di bawah ini:
Tabel 10. Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi setelah Siklus 2
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 12 30%
78,85
b. Tinggi 75-87 15 37,5%
c. Sedang 62-74 8 20%
d. Rendah 49-61 3 7,5%
e. Sangat
Rendah
36-48 2 5%
Jumlah 40 100%
Lebih jelasnya, frekuensi data angket pada tabel 10 di atas dapat di
lihat pada gambar 13 di bawah ini :
Gambar 13. Grafik Data Nilai Angket Motivasi Belajar Siklus 2
Tabel 11. Frekuensi Data Nilai Matematika Setelah Siklus 2
Klasifikasi
Keberhasilan Rentang Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 10 25%
82,25
b. Tinggi 75-87 14 35%
c. Sedang 62-74 7 17,5%
d. Rendah 49-61 8 20%
e. Sangat Rendah 36-48 1 2,5%
Jumlah 40 100%
89
1
8
7
14
10
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
Berdasarkan tabel 11 di atas maka dapat disajikan dalam sebuah
gambar 14 di bawah ini :
Gambar 14. Grafik Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus 2
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 1 dan setelah siklus 2
terlaksana maka dapat dibuat sebuah perbandingan yang menggambarkan
hasil antara data setelah PTK siklus 1 dan setelah siklus 2 pada tabel 12 di
bawah ini :
Tabel 12. Perbandingan Hasil Antara Siklus 1 dengan Siklus 2
No Hal yang
dibandingkan
Setelah siklus 1 Setelah Siklus 2 Peningkata/
Penurunan Jml.siswa (%) Jml. siswa (%)
1 Motivasi
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
11
10
5
12
2
27,5%
25%
12,5%
30%
5%
12
15
8
3
2
30%
37,5%
20
7,5%
5%
Naik 2,5%
Naik 12,5%
Naik 7,5%
Turun 22,5%
Sama 0%
2 Matematika
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
8
12
3
15
2
20%
30%
7,5%
37,5%
5%
10
14
7
8
1
25%
35%
17,5%
20%
2,5%
Naik 5%
Naik 5%
Naik 10%
Turun 17,5%
Turun 2,5%
3 Rata- rata kelas
a. Motivasi
b. Nilai Matematika
72,75
72,25
78,85
82,25
Naik 6,1
Naik 10
90
Berdasarkan tindakan kelas pada siklus 2, telah ada peningkatan rata-
rata nilai angket motivasi belajar matematika yaitu dari 72,75 menjadi
78,85 berarti telah ada peningkatan sebesar 6,1 %. Uraiannya sebagai
berikut : siswa yang sangat rendah nilai motivasi pada siklus pertama ada
2 siswa, namun setelah siklus 2 berlangsung, tidak ada perubahan sama
sekali. Jumlah siswa dengan motivasi rendah ada 12 siswa pada siklus
pertama setelah siklus 2 terjadi penurunan menjadi 3 siswa (penurunan
sebesar 22,5%) . Untuk siswa dengan kategori sedang mengalami
peningkatan dari 5 siswa menjadi 8 siswa. Kategori motivasi tinggi jumlah
siswa mengalami peningkatan dari 25% menjadi 37,5% (naik 12,5%).
Sedangkan kategori siswa dengan motivasi sangat tinggi mengalami
kenaikan dari 11 siswa menjadi 12 siswa, dari 27,5% menjadi 30% (naik
2,5%). Untuk nilai Matematika juga berbanding lurus dengan peningkatan
motivasi yaitu juga mengalami peningkatan yang cukup memuaskan
sebesar 10% untuk rata-rata kelas (dari 72,25 menjadi 82,25). Untuk
kategori nilai sangat rendah mengalami penurunan 2,5% dari 2 siswa
menjadi 1 siswa, kategori nilai rendah pada siklus 1 sebanyak 15 siswa
menjadi 8 siswa, kategori sedang mengalami kenaikan dari dari 3 siswa
menjadi 7 siswa dari 7,5% menjadi 17,5% (naik 10%). Untuk kategori
nilai tinggi mengalami kenaikan dari 12 siswa menjadi 14 siswa, dari 30%
menjadi 35% (mengalami kenaikan sebesar 5%). Sedangkan kategori nilai
sangat tinggi juga mengalami kenaikan yaitu dari 8 siswa menjadi 10
siswa, dari 20% menjadi 25% (mengalami kenaikan sebesar 5%). Tetapi
tindakan ini masih belum signifikan dan memenuhi kriteria yang sudah
ditetapkan, sehingga diadakan tindakan pada siklus 3 agar seluruh nilai
dapat maksimal.
d. Refleksi
Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki setelah kegiatan refleksi ke
dalam tindakan selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan pendekatan kontekstual lebih meningkat lagi. Beberapa hal
91
penting tersebut antara lain adalah : (1) Jenis dan macam pertanyaan
dalam angket motivasi hanya satu jenis dan tidak berubah, hal ini
mengakibatkan siswa menjadi hafal dengan soal yang diberikan oleh guru,
(2) Guru harus lebih menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
menarik dan penuh tantangan agar siswa lebih aktif lagi dalam belajar
matematika terutama materi pecahan, (3) Guru harus lebih memotivasi
siswa dan selalu menerapkan pendekatan kontekstual yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa agar siswa lebih bersemangat dalam belajar,
(4) Guru lebih memaksimalkan lingkungan sekitar siswa agar siswa lebih
tertantang untuk belajar, (5) Guru lebih banyak merangsang siswa dalam
mengaktifkan kegiatan diskusi kelompok dan harus telaten dalam memberi
bimbingan diskusi kepada siswa dan (6) Guru harus lebih memancing dan
mendorong rasa ingin tahu siswa agar berani untuk bertanya
4. Pelaksanaan PTK Siklus III
Berdasarkan refleksi tindakan kelas pada siklus 2, maka pada siklus 3
akan diadakan tindakan kelas dengan alokasi waktu untuk 2 x 35 menit karena
hasil yang diperoleh pada siklus 2 sudah cukup memuaskan maka pada siklus
3 ini untuk lebih memantapkan hasil peningkatan motivasi dan prestasi belajar
matematika pokok bahasan pecahan sederhana. Kompetensi Dasar pada siklus
3 ini adalah memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana,
dengan 1 indikator yaitu menyeleseikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan sederhana. Tujuan dari tindakan siklus 3 ini adalah siswa dapat
menyeleseikan soal cerita yang berhubungan dengan pecahan sederhana
dengan tepat. Pembelajaran dilaksanakan 1x pertemuan (2x35 menit) pada
hari Kamis 29 April 2010. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus
3 sebanyak 40 siswa,terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
a. Tahap perencanaan
Standart Kompetensi mata pelajaran Matematika menjadi pedoman
dalam tindakan siklus 3 ini. Peneliti mengadakan beberapa persiapan
untuk pelaksanaan tindakan siklus 3 ini antara lain sebagai berikut :
92
1) Memilih indikator dan pokok bahasan yang sesuai dengan pecahan
sederhana dalam Kompetensi Dasar yaitu menyeleseikan masalah yang
berkaitan dengan pecahan sederhana.
2) Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
Kompetensi Dasar dan Indikator yang telah ditetapkan yang telah
dikonsulkan kepada guru kelas III ( Lampiran 7 ).
3) Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran yang lebih menarik, kali ini guru memilih media roti,
pita, sedotan dan kertas.
4) Guru menyiapkan ruang kelas senyaman mungkin dengan menata rapi
meja siswa, memperhatikan penerangan dan mengatur hiasan kelas.
b. Pelaksanaan tindakan siklus 3
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 3 masih dengan pendekatan
kontekstual, tetapi mengalami beberapa perubahan dan perbaikan.
Perubahan dan perbaikan tersebut antara lain : (1) pendekatan kontekstual
yang diterapkan dalam waktu dan kondisi yang tepat dalam artian segala
kegiatan lebih dekat dengan kehidupan siswa pada umumnya (2) guru
harus lebih berupaya menciptakan pengalaman bagi siswa agar semua
siswa dapat mengerti dan tertarik pada pembelajaran yang diterapkan (3)
guru harus lebih mampu membimbing siswa agar siswa tidak malu dan
mampu mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi (4) pembagian tugas
pada kerja kelompok lebih diperjelas agar hubungan kerjasama antar
kelompok dapat lebih memberi manfaat lagi terutama bagi siswa yang
pemalu dan suka bergantung pada teman lain (5) penyampaian materi
perlu dilakukan dengan lebih baik lagi agar motivasi siswa terhadap materi
dapat meningkat sehingga penguasaan materi juga dapat meningkat.
Pelaksanaan tindakan siklus 3 mengacu pada Standart Kompetensi
yaitu Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah. Kompetensi Dasarnya adalah memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pecahan sederhana. Indikator yang ingin dicapai
93
dalam siklus 3 ini adalah menyeleseikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan sederhana. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat
menyeleseikan soal cerita yang berhubungan dengan pecahan sederhana
dengan tepat.
Sebelum pelajaran dimulai, guru menata bangku dan mengatur
pencahayaan dalam ruang kelas serta menyiapkan media pembelajaran
yang digunakan. Pada awal pembelajaran, guru mengadakan tanya jawab
mengenai pembacaan nilai pecahan, menyampaikan bersama pecahan
tersebut mana yang merupakan penyebut dan mana yang merupakan
pembilang
Memasuki kegiatan inti siswa diminta untuk mencari suatu barang
yang bisa dibeli di pasar dan bisa dibuat pecahan. Siswa ada yang
menjawab minyak goreng, roti, tahu, tempe, jeruk, apel dan lain-lain.
Peneliti selalu menghargai jawaban siswa agar siswa lebih dihargai dan
peneliti selalu memberi pancingan bagi beberapa siswa yang masih malu-
malu. Kegiatan selanjutnya adalah meminta siswa ke depan kelas
mengambil 2 pita sama panjang untuk digunting. Kegiatan ini sudah
mampu menumbuhkan rasa penasaran siswa, tampak dari banyaknya
siswa yang ingin mencoba ke depan kelas untuk menggunting pita, namun
hanya 2 siswa yang dipilih guru dan itu siswa yang pemalu. 1 siswa
diminta memegang pita yang utuh, 1 siswa menggunting pita menjadi 4
bagian sama panjang. Selanjutnya pita yang utuh ditempel di steroform
yang sudah terpotong ditempel di bawahnya. Dari kegiatan tersebut, siswa
diminta membuat soal cerita dengan tema menjumlahkan pecahan dengan
penyebut sama. Banyak siswa yang sudah mengerti petunjuk yang guru
sampaikan, mereka kali ini juga sudah banyak yang berebut untuk
menyampaikan soal yang mereka buat. Salah 1 siswa diminta untuk maju
membacakan soal yang telah dibuat dan guru meneliti soal yang telah
dibacakan. Kemudian soal tersebut bersama-sama dibahas di depan kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok
sesuai jadwal regu piket, jadi ada 6 kelompok yang terbentuk. Tugas
94
kelompok kali ini adalah membagi roti menjadi beberapa bagian sesuai
tugas masing-masing. Tugas lainnya adalah membuat soal yang sesuai
dengan penjumlahan pecahan atau pengurangan pecahan denagn penyebut
sama. Ada kelompok yang diminta untuk menggunting sedotan dari
ukuran yang lebih panjang dan ke ukuran lebih pendek, kemudian
ditempel dalam sebuah kertas agar nampak perbedaannya. Selanjutnya
siswa diminta untuk menunjukkan hasil potongan dari kerja diskusi dan
menyampaikan kepada kelompok lain. Pada kesempatan kali ini, siswa
sudah mengerti petunjuk dari guru sehingga kegiatan ini hanya
membutuhkan bimbingan yang tidak begitu berat. Kepada siswa yang
berani dan tepat dalam menyampaikan hasil diskusi diberi hadiah roti dari
guru dan siswa diminta membagi rata dengan teman satu kelompoknya.
Untuk hadiah satu kelas adalah roti yang telah dipotong siswa dibagikan
sama rata keliling kelas. Siswa sangat senang saat kegiatan ini, menurut
pendapat mereka, hal ini sangat menyenangkan dan menantang.
Selanjutnya guru mengajak siswa bermain kartu bilangan di depan kelas.
Mengisi garis bilangan yang kosong dengan kartu yang telah disediakan.
Pada akhir kegiatan, siswa mengerjakan evaluasi yang dibagikan
oleh guru. Lalu siswa bersama guru membuat rangkuman tentang materi
yang dipelajari. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi yang masih bingung. Sebagai kegiatan penutup,
siswa diminta untuk mengisi angket motivasi dengan bimbingan dari guru.
Saat pengisian angket motivasi kali ini, sebagian besar siswa mengerjakan
dengan serius dan sungguh-sungguh. Pelajaran ditutup dengan berdoa
bersama dan guru berpesan agar siswa selalu rajin belajar dan
mengerjakan apapun dengan sungguh-sungguh.
c. Hasil pengamatan terhadap siklus 3
Selama pelaksanaan siklus 3, dilakukan kegiatan pengamatan
terhadap guru dan siswa yang dilakukan guru kelas III sebagai observer
dengan menggunakan format pengamatan yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana Pendekatan Kontekstual yang diterapkan dapat
95
memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran
Matematika khususnya materi pecahan sederhana dan untuk mengetahui
aktivitas guru sebagai peneliti dan siswa selama pembelajaran
berlangsung.
Hasil pengamatan pada siklus 3 yang dilakukan terhadap peneliti dan
siswa dapat dilihat dalam tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kontekstual pada Siklus 3
Nama Peneliti : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD N Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
No Aspek Hasil Pengamatan
Keterangan Guru Siswa
1 Kesiapan Guru telah
mempersiapkan
pelajaran
dengan baik dan
matang karena
media telah
dipersiapkan
terlebih dahulu
dan alokasi
waktu yang
tepat
Semua siswa
telah siap untuk
mengikuti
pembelajaran,
siswa masuk
kelas dengan
tertib dan tepat
waktu
Guru dan siswa
telah siap untuk
mengikuti
pembelajaran
2 Kemauan Kemauan guru
untuk mengajar
sudah cukup
besar, hal ini
terlihat dari RPP
yang telah
dibuat dan
dikonsultasikan
yang tersusun
Kemauan siswa
sudah cukup
besar tampak
dari semangat
siswa yang
antusias dan
tertarik sebelum
pelajaran
dimulai
Kemauan guru
dan siswa
sudah baik dan
dmempunyai
kemauan yang
besar
96
dengan baik
serta media
pembelajaran
yang telah
dipersiapkan
terlebih dahulu
3 Perhatian Perhatian guru
terhadap siswa
sudah baik
karena guru
selalu
memperhatikan
dengan seksama
kegiatan siswa
Perhatian siswa
terhadap
pelajaran cukup
baik, diskusi
berjalan lancar,
sebagian besar
siswa juga
memperhatikan
petunjuk dari
guru
Perhatian siswa
terhadap
pelajaran dan
guru di depan
kelas sudah
cukup baik
4 Daya Serap Guru telah
menguasai
materi dengan
baik, sehingga
penjelasan
kepada siswa
juga berjalan
lancar
Sebagian besar
siswa dapat
menyerap
pelajaran
dengan baik
Daya serap
siswa terhadap
materi sudah
cukup baik
5 Partisipasi Guru
berpartisipasi
aktif terhadap
kegiatan siswa
dengan
membimbing
diskusi
kelompok
Sebagian besar
siswa sudah
dapat
berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
pembelajaran
termasuk diskusi
kelompok
Partisipasi
siswa dalam
diskusi suadah
baik
6 Keaktifan Guru telah aktif
dalam mengajar
seperti pada saat
guru berperan
Sebagian besar
siswa sudah
aktif dalam
kegiatan
Guru dan siswa
sudah sama-
sama aktif
menumbuhkan
97
aktif untuk
memancing
siswa agar aktif
dalam belajar
pembelajaran kegiatan belajar
yang
menyenangkan
7 Keantusiasan
Keantusiasan
guru dalam
mengajar
tampak dari
aktivitas peneliti
dalam
memotivasi
siswa tanpa
lelah dan
membuat
permaiana agar
siswa tidak
jenuh
Sebagian besar
siswa sudah
antusias dalam
belajar terlihat
dari antusias
siswa saat
kegiatan diskusi
Antusias siswa
dalam belajar
sudah cukup
tinggi
8 Kerjasama
Guru
menciptakan
kerjasama yang
baik dengan
siswa, hal ini
terlihat dari
sikap guru yang
senantiasa
memberi
kesempatan
siswa untuk
bertanya, sabar
dalam
membimbing
diskusi dan
menghargai
pendapat siswa
Kerjasama siswa
sudah baik, hal
ini tampak dari
kegiatan diskusi
yang sudah
dikerjakan
bersama-sama
karena satu
sama lain juga
penasaran
terhadap tugas
yang guru
berikan
Kerjasama
diantara siswa
sudah cukup
baik
9 Keingintahuan
Keingintahuan
guru terlihat dari
Sebagian besar
siswa sudah
Motivasi yang
tinggi dari guru
98
antusiasnya
dalam menggali
pengetahuan
awal siswa dan
membuat
pertanyaan
pancingan
tidak malu lagi
untuk
menanyakan
materi yang
belum jelas dan
rasa ingintahu
siswa menjadi
lebih besar
karena materi
dikaitkan
dengan dunia
nyata siswa
membuat siswa
menjadi lebih
percaya diri dan
tidak malu lagi
untuk
menanyakan
materi yang
belum
dimengerti
siswa
10 Suasana
Belajar
Guru telah
menciptakan
suasana belajar
yang
menyenangkan
yang selalu
membawa siswa
ke dalam dunia
nyata
Sebagian besar
siswa terlihat
senang karena
pendekatan
kontekstual
yang diterapkan
peneliti
Suasana belajar
yang
menyenangkan
dan sesuai
dengan situasi
dunia nyata
dapat
memotivasi
siswa untuk
lebih
bersemangat
dalam belajar
Untuk mengetahui data frekuensi pencapaian keberhasilan nilai
angket dan nilai Matematika pada siklus 3 dapat dijabarkan dalam tabel
14 di bawah ini :
Tabel 14. Frekuensi Data Nilai Angket Motivasi Setelah Siklus 3
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 13 32,5%
81,10
b. Tinggi 75-87 20 50%
c. Sedang 62-74 4 10%
d. Rendah 49-61 3 7,5%
e. Sangat Rendah 36-48 - -
Jumlah 40 100%
99
0
5
10
15
20
25
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
Data frekuensi pada tabel 14 di atas dapat dibuat gambar, agar
lebih jelas dalam mengetahui klasifikasi ketercapaian keberhasilan siswa,
maka dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini:
Gambar 15. Grafik Data Nilai Angket Motivasi Belajar Matematika
Siklus 3
Tabel 15. Frekuensi Data Nilai Matematika Siklus 3
Klasifikasi
Keberhasilan
Rentang
Nilai Frekuensi
Prosentase
(%)
Rata-rata
Kelas
a. Sangat Tinggi 88-100 14 35%
85,25
b. Tinggi 75-87 21 52,5%
c. Sedang 62-74 3 7,5%
d. Rendah 49-61 2 5%
e. Sangat Rendah 36-48 - -
Jumlah 40 100%
Data frekuensi pada tabel 15 di atas dapat dibuat gambar, agar
lebih jelas dalam mengetahui klasifikasi ketercapaian keberhasilan siswa,
maka dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini:
100
0
5
10
15
20
25
Rentang Nilai
Fre
ku
en
si
36-48
49-61
62-74
75-87
88-100
Gambar 16. Grafik Data Nilai Matematika Siswa Setelah Siklus 3
Untuk mengetahui seberapa jauh perbandingan hasil antara siklus 2
dengan siklus 3 dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini :
Tabel 16. Perbandingan Hasil Antara Siklus 2 dengan Siklus 3
No Hal yang
dibandingkan
Setelah Siklus 2 Setelah Siklus 3 Peningkata/
Penurunan Frekuensi (%) Frekuensi (%)
1 Motivasi
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
12
15
8
3
2
30%
37,5%
20%
7,5%
5%
13
20
4
3
-
32,5%
50%
10%
7,5%
-
Naik 2,5%
Naik 12,5%
Naik 10%
Sama 0%
Turun 5%
2 Matematika
a. Sangat Tinggi
b. Tinggi
c. Cukup
d. Rendah
e. Sangat Rendah
10
14
7
8
1
25%
35%
17,5%
20%
2,5%
14
21
3
2
-
35%
52,5%
7,5%
5%
-
Naik 10%
Naik 17,5%
Turun 10%
Turun 15%
Turun 2,5%
3 Rata- rata kelas
a. Motivasi
b. Nilai Matematika
78,85
82,25
81,10
85,25
Naik 2,25
Naik 3
101
Berdasarkan tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa telah ada
peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa dari siklus 2 ke siklus 3
sebesar 2,25 % dengan rata-rata motivasi pada siklus 2 sebesar 78,85
menjadi 81,10. Untuk kategori motivasi sangat rendah jumlah siswa tidak
ada sama sekali, kategori motivasi rendah pada siklus 2 berjumlah 3 siswa
kemudian di siklus 3 tidak mengalami perubahan sama sekali. Untuk
kategori motivasi sedang mengalami penurunan sebesar 10% dari 20%
menjadi 10% (dari 8 siswa menjadi 4 siswa), motivasi tinggi mengalami
peningkatan dari 15 siswa menjadi 20 siswa (dari 37,5% menjadi 50%,
mengalami peningkatan sebesar 12,5%). Kategori motivasi sangat tinggi
juga ada peningkatan dari 12 siswa menjadi 13 siswa yaitu dari prosentase
30% meningkat menjadi 32,5% (mengalami peningkatan sebesar 2,5%).
Selanjutnya untuk nilai matematika siswa juga berbanding lurus
dengan peningkatan motivasi, dengan peningkatan nilai matematika rata-
rata sebesar 85,25 yaitu dari rata-rata pada siklus 2 sebesar 82,25
(mengalami peningkatan sebesar 3%). Kategori nilai matematika siswa
pada kategori rendah tidak ada sama sekali yang artinya semua siswa
tuntas dan memiliki daya serap yang tinggi karena nilainya terhitung baik.
Untuk nilai matematika kategori rendah mengalami penurunan dari 8
siswa menjadi 2 siswa (dari 20% menjadi 5%, turun 15%) kategori nilai
sedang mengalami penurunan dari 7 siswa menjadi 3 siswa (dari 17,5%
menjadi 7,5% yang mengalami penurunan sebesar 10%). Untuk nilai
matematika kategori tinggi mengalami kenaikan 17,5%. Kategori nilai
matematika sangat tinggi mengalami peningkatan dari 10 siswa menjadi
14 siswa, dari prosentase 25% menjadi 35% (mengalami peningkatan
sebesar 10%).
d. Refleksi
Selama proses pembelajaran pada siklus 3, dapat direfleksikan
sebagai berikut; (1) sebagian besar siswa telah berani untuk bertanya
mengenai materi yang belum dimengerti dengan kata-kata yang tepat,
102
bahkan siswa terkesan ingin terus bertanya mengenai apa yang
dipelajarinya, siswa sudah mampu merespon jawaban yang diberikan oleh
guru dan mampu memberikan saran (2) pendekatan kontekstual yang
diterapkan guru sebaiknya tidak boleh dilakukan terus menerus agar siswa
juga tidak bosan, kalaupun akan terus diterapkan sebaiknya media lebih
bervariasi dan kelas dibuat semenarik mungkin agar siswa terus penasaran
mengenai apa yang disampaikan guru (3) sebagian besar siswa telah
mampu untuk beradaptasi ke arah pembelajaran yang active learning
dimana siswa sudah tidak ragu lagi untuk berekspresi menyalurkan
pengetahuan mereka (4) sebagian besar siswa menguasai petunjuk dan
tugas yang peneliti berikan termasuk tugas individu maupun tugas
kelompok, hal ini tampak dari nilai matematika siswa yang masuk dalam
kategori nilai baik (5) pendekatan Kontekstual yang diterapkan membuat
siswa menjadi lebih termotivasi karena sesuai dengan kehidupan siswa
sehari-hari.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan
siswa pada tindakan siklus 3, pendekatan Kontekstual yang dilakukan
selama KBM berlangsung telah terlaksana dengan baik dan lancar. Hal
tersebut dapat dilihat dari kegiatan guru dan siswa yang sudah sesuai
dengan prasyarat pembelajaran saat ini yaitu dengan pembelajaran yang
inovatif.
Mengingat pembelajaran di SD menerapkan prinsip belajar tuntas
yaitu penguasaan bahan pelajaran minimal, disini peneliti mengambil
batas tuntas untuk angket motivasi belajar sudah mencapai 80% lebih,
maka PTK ini sudah cukup pada siklus 3 dan dapat diakhiri. Hal ini
diperkuat dengan nilai matematika siswa yang juga telah mencapai batas
tuntas yaitu dengan KKM 75,00.
103
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3 dapat
dinyatakan bahwa Pembelajaran Matematika menggunakan Pendekatan
Kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas
III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta.
Perkembangan hasil belajar siswa sebagai berikut; (1) Siswa
memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, (2) Kemauan untuk
menerima pelajaran dari guru meningkat, (3) Perhatian dan motivasi siswa
terhadap pelajaran dan pengajar meningkat, (4) Siswa sudah mampu aktif
mengikuti pelajaran, (5) Siswa sudah berani untuk bertanya dan mengajukan
saran, (6) Kerjasama dengan kelompok sudah terjalin baik, (7) Tugas individu dan
kelompok terlaksana dengan baik, (8) Siswa berani mempresentasikan hasil
diskusi kepada teman lain di depan kelas, (9) Siswa siap untuk mengikuti
pelajaran, (10) Siswa mau untuk mencatat dan merangkum bahan pelajaran tanpa
disuruh, (11) Akrab dan mau berkomunikasi dengan peneliti (12) Pembentukan
kelompok diskusi sudah terarah dan berjalan sesuai alokasi waktu.
Untuk mengetahui klasifikasi keberhasilan dari keseluruhan hasil nilai
angket motivasi dan nilai matematika siswa pada siklus 1, 2 dan 3 dapat dilihat
rekapitulasinya pada tabel 17 di bawah ini :
Tabel 17. Klasifikasi Keberhasilan Nilai Angket Motivasi dan Nilai
Matematika
No Klasifikasi Sebelum
PTK (%)
Siklus 1
(%)
Siklus 2
(%)
Siklus 3
(%)
1 Angket Motivasi
a. Sangat Tinggi 2,5% 27,5% 30% 32,5%
b. Tinggi 10% 25% 37,5% 50%
c. Cukup 25% 12,5% 20% 10%
d. Rendah 47,5% 30% 7,5% 7,5%
e. Sangat Rendah 15% 5% 5% -
Nilai Rata-rata 62,75 72,75 78,85 81,10
104
2 Nilai Matematika
a. Sangat Tinggi 5% 20% 25% 35%
b. Tinggi 15% 30% 35% 52,5%
c. Cukup 12,5% 7,5% 17,5% 7,5%
d. Rendah 42,5% 37,5% 20% 5%
e. Sangat Rendah 25% 5% 2,5% -
Nilai Rata-rata 63,25 72,25 82,25 85,25
Dari tabel 17 di atas dapat dibuat sebuah hasil rekapitulasi yang
menggambarkan penilaian pada saat sebelum PTK dan setelah PTK dilaksanakan
serta mengetahui peningkatannya pada tabel 18 di bawah ini:
Tabel 18. Rekapitulai Nilai Angket dan Nilai Matematika Siswa
No Kategori Nilai Rata-rata
Sebelum PTK Setelah PTK
1 Angket Motivasi 62,75 81,10
2 Nilai Matematika 63,25 85,25
Dilihat dari rata-rata nilai angket dan nilai matematika siswa pada setiap
akhir siklus kegiatan pembelajaran, motivasi belajar matematika dan prestasi
belajar siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Semester
Genap Tahun 2010 yang diajar dengan menerapkan pendekatan Kontekstual pada
saat pembelajaran tampak ada peningkatan yang berarti.
Peningkatan motivasi belajar Matematika ini terjadi karena siswa senang
dengan “Pendekatan Kontekstual” yang diterapkan oleh peneliti dalam
pembelajaran Matematika pokok bahasan pecahan sederhana. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan
membawa dampak positif karena daya serap siswa terhadap materi pecahan
sederhana juga menjadi lebih baik lagi, sehingga hasil akhirnya bisa di lihat
bahwa nilai pelajaran Matematika siswa pun juga meningkat.
Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut bisa penulis jabarkan sebagai
berikut : (1) rata-rata nilai angket motivasi sebelum PTK sebesar 62,75 (2) rata-
rata nilai angket motivasi siklus 1 sebesar 72,75 (3) rata-rata nilai angket motivasi
siklus 2 sebesar 78,85 (4) rata-rata nilai angket motivasi siklus 3 sebesar 81,10.
105
Sedangkan data mengenai nilai matematika siswa bisa penulis jabarkan sebagai
berikut : (1) rata-rata nilai matematika siswa sebelum PTK sebesar 63,25 (2) rata-
rata nilai matematika siswa setelah siklus 1 sebesar 72,25 (3) rata-rata nilai
matematika siswa setelah siklus 2 sebesar 82,25 (4) rata-rata nilai matematika
siswa setelah siklus 3 sebesar 85,25.
Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi tampak aktif
dalam kegiatan kelompok maupun individu serta mengikuti pembelajaran dengan
antusias, ternyata hal tersebut membuat siswa mampu mengerjakan evaluasi
dengan hasil yang memuaskan. Tetapi ada pula beberapa siswa yang hasil angket
motivasinya tinggi tetapi hasil evaluasi belajarnya juga masih dalam kategori
sedang. Hal ini disebabkan oleh daya serap siswa tersebut yang masih dalam
kategori sedang.
Rekapitulasi nilai dan penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan “Pendekatan Kontekstual” dapat
membuat siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, tidak malu atau enggan
bertanya, lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, sehingga siswa yang semula memiliki motivasi yang rendah
dapat meningkat karena siswa merasa senang dengan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang sesuai dengan dunia mereka sehari-hari.
Hal ini secara tidak langsung juga membawa dampak positif lain yaitu nilai
belajar siswa yang semula termasuk dalam kategori rendah dapat meningkat
menjadi kategori tinggi. Dengan motivasi siswa yang tinggi dalam mengikuti
pembelajaran maka penguasaan materi siswa juga lebih baik khususnya mengenai
pecahan sederhana. Sederhana yang dimaksud mempunyai batasan seperti :
memiliki penyebut dan pembilang maksimal 50, masih menggunakan bilangan
positif (belum mengenal pecahan negatif), merupakan pecahan biasa belum
sampai pecahan campuran.
106
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus
dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran materi pecahan
sederhan pada siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta
Semester Genap Tahun 2010, maka dapat diambil beberapa simpulan bahwa:
1. Pendekatan kontekstual yang diterapkan dalam pembelajaran Matematika
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terutama pokok bahasan pecahan
sederhana. Prosentase motivasi sebelum PTK sebesar 62,75 (tergolong
kategori motivasi rendah) meningkat sebesar 81,10 (tergolong kategori
motivasi sangat tinggi) setelah PTK dilaksanakan. Prosentase siswa yang
memperoleh nilai angket motivasi di atas KKM pada siklus 1 sebesar 52,25%
tetapi belum memenuhi KKM yang ditetapkan sehingga dilanjutkan perbaikan
pada siklus 2. Prosentase siswa yang memperoleh nilai angket motivasi di atas
KKM pada siklus 2 sebesar 67,5% tetapi hasil ini belum memenuhi KKM.
Silus 3 memperoleh prosentase KKM sebesar 82,5% dan telah memenuhi
Kriteria yang telah ditetapkan maka penelitian dapat dihentikan namun, secara
keseluruhan kegiatan dan motivasi siswa di kelas sudah meningkat.
2. Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi
pecahan sederhana. Prosentase nilai matematika sebelum PTK sebesar 63,25
(tergolong kategori nilai matematika yang sedang) meningkat sebesar 85,25
(tergolong kategori nilai matematika tinggi) setelah PTK dilaksanakan.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini
adalah model siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 siklus. Dalam setiap
91
107
pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus dilaksanakan pada hari Selasa 6 April
2010 dan hari Sabtu 10 April 2010. Siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu 14 April
2010 dan Kamis 22 April 2010. Siklus 3 dilaksanakan pada hari Kamis 29 April
2010. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan implikasai hasil
penelitian ini adalah :
1. Pendekatan kontekstual dapat diterapkan pada setiap pembelajaran
Matematika dan juga pelajaran lain mengingat pendekatan kontekstual
mengacu pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan kontekstual dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melatih siswa
dalam berdiskusi, melatih keberanian siswa, serta meningkatkan rasa percaya
diri siswa.
3. Pendekatan kontekstual dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar,
ketertarikan mengenai materi pelajaran, dan menumbuhkan semangat siswa
dalam belajar.
4. Apabila Pendekatan kontekstual dilaksanakan ternyata nilai siswa juga ikut
meningkat karena hasil angket motivasi terbukti berbanding lurus dengan
prestasi belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Kontekstual
pada kelas III SD Negeri Karangasaem 1 Laweyan Surakarta semester genap
tahun 2010, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi
siswa SD Negeri Karangasem 1 pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Membantu penggunaan pendekatan kontekstual dalam rangka
meningkatkan kemampuan belajar siswa.
108
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika
khususnya pokok bahasan pecahan sederhana karena melalui pendekatan
kontekstual melibatkan interaksi siswa dan lingkungan.
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreatifitas siswa, dan keefektivan
pembelajaran diharapkan dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
c. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran Matematika
hendaknya dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka peningkatan
motivasi maupun prestasi belajar di Sekolah Dasar khususnya untuk mata
pelajaran Matematika.
d. Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung
pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan karena sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran sehingga
berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Selain itu, guru hendaknya juga
memperhatikan kepribadian, karakteristik, kemampuan dan pengalaman
siswa, agar dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
potensi siswa.
e. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada
materi pecahan sederhana.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat menyampaikan ide atau pemikiran pada setiap
proses pembelajaran, karena bertukar pikiran dapat memperkaya ilmu
siswa sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Amir. 2007. Dasar- Dasar Penulisan Karya Ilmiah: Sebelas Maret University
Press.
Anita Larasati. 2007. http://www.dikmenum.go.id/dataapp/kurikulum, diakses 20
Januari 2010.
Baumeister. 2009. Theincentive_Theory_Of_Motivation. http :/en.wikipedia
.org./wiki/Motivation#the_incentive_Theory_of_Motivation, diakses 10
Maret 2010.
Blanchard. 2005. Pendekatan Kontekstual.http:ipotes.Wordpress.Com /2010 /01
/13/pendekatan kontekstual, diakses 10 Maret 2010.
Buchori. M. 1997. Pengantar Psikologi . Jakarta : Jermane.
Choirul Annawiyah. 2009. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dengan
Pemberian Hadiah Pada siswa kelas IV SDN Gerih Ngawi Tahun
Pelajaran 2008/2009. UNS: Surakarta.
Depdikbud. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta. Dirjen Pendasmen Direktorat
Menengah umum.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Erna Nurmaningsih. 2009. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan
Pembagian Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III (PTK
Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Bendo Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010). UNS : Surakarta.
Erman Amti. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud
Hamzah, B.Uno. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi
Aksara.
Herman Hudoyo. 1990. Belajar Mengajar Matematika . Jakarta : Depdikbud.
_____________. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.
Heruman & Ramdani. 2007. Model Pembelajaran Matematika. Bandung :
Rosdakarya.
94
110
Joko Nurkamto. 1999. Penelitian Tindakan Kelas: Konsep Dasar Dan Prosedur
Pelaksanaannya : Sebelas Maret University.
Mulyasa, E . 2007. Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nana Syaodih Sukamadinata. 2005 Hakikat Belajar. http:// akhmadsudrajat.
wordpress.com/2008/01/31hakikat-belajar/, diakses 10 Januari 2010).
Nurhadi Senduk, A. G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Lerning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang (UMPRES).
Nyimas Aisyah dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Russefendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern Dan Masa Kini, Bandung :
Tarsito.
Sarjono. 2005. http://muhammadwinafgani. blogspot. com. 2008/04/lembar
observasi -sikap-siswa.html,diakses, diakses 10 Maret 2010.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sears, Susan . 2003. Contextual Teaching and Leraning a Premier for Effective
Instruction.http://books.google.co.id/books?id=AOn4aQdNL9MC&pg=PP
1&dq=contextual+teaching+and+learning&cd=2#v=onepage&q&f=false,
diakses 20 februari 2010.
Siti Kamsiyati. 2006. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pecahan.
Salatiga : Widiya-sari
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sugiyanto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: panitia
sertifikasi guru rayon 13.
Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
111
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
_______________ . 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Sumiarsih. 2007. Guru dan Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Remaja Rosdakarya.
Skinner. 2005. Prinsip Belajar. http://syuhada09,multiply.com/reviews/item6 ,
diakses 12 Desember 2010.
Soedjadi. 2000. Pendidikan Matematika. http://karmawati-yusuf.blogspot.
com/2008/12/1-hakikat-matematika.html, diakses 20 Januari 2010
Syaiful Djamarah Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya :
Usaha Nasional
______________________. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta : Rineka cipta
Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung : Alfabeta.
Tjejep Rohendi Rohidi. 2000. Analisis Kualitatif. Universitas Indonesia Terbuka.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta : Kencana.
Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional . jakarta : Remaja Karya.
112
113
Lampiran 1
KISI-KISI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS III SDN KARANGASEM 1 LAWEYAN SURAKARTA
Konsep Variabel
Indikator No. Item
Motivasi belajar
matematika
meliputi
motivasi siswa
dalam
mengikuti
pelajaran
matematika,
motivasi siswa
dalam
mempelajari
matematika,
dan motivasi
siswa dalam
mengerjakan
tugas
matematika.
Motivasi
belajar adalah
suatu
dorongan atau
kehendak
dalam diri
seseorang
untuk
mencapai
suatu tujuan
yang
diinginkan
1. Hasrat dan keinginan
untuk berhasil
mengerjakan matematika
2. Dorongan dan kebutuhan
dalam belajar matematika
3. Harapan dan cita-cita
masa depan
4. Penghargaan dalam
belajar
5. Senang kegiatan yang
menarik dalam belajar
matematika
6. Lingkungan belajar yang
kondusif
8,14,19,20
1,2,4,15
10,18
3,6,9
7,11,12,17
5,13,16
Kriteria penilaian
Item Favourable Item Unfavourable
Jawaban SS Skor 5 Jawaban SS Skor 1
Jawaban S Skor 4 Jawaban S Skor 2
Jawaban R Skor 3 Jawaban R Skor 3
Jawaban TS Skor 2 Jawaban TS Skor 4
Jawaban STS Skor 1 Jawaban STS Skor 5
114
Lampiran 2
ANGKET MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
Nama : ....................
I. Petunjuk Pengisian angket
a. Tulislah nama kalian dalam kolom yang sudah disediakan
b. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama agar
memahami maksudnya
c. Pilihlah salah 1 jawaban dari 5 alternatif jawaban yang tersedia dengan
memberi tanda silang (X) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
d. Jangan terpengaruh orang lain dan jawablah sesuai dengan hati nurani
sendiri
e. Selamat mengerjakan, hal ini tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran
matematika kalian
II. Pernyataan tentang motivasi belajar matematika
1. Dalam kegiatan pelajaran matematika saya sulit untuk memusatkan
perhatian terhadap materi yang disampaikan guru terutama mengenai
pecahan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Saya senang mengerjakan tugas matematika dengan hasil pikiran
sendiri daripada mencontek pekerjaan teman
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
115
3. Saya senang mendapat pujian saat saya belajar matematika
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
4. Saya berusaha untuk terus memperhatikan apa yang disampaikan guru
ketika pelajaran matematika
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
5. Saya senang mempunyai tempat belajar di rumah dengan fasilitas
lengkap
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
6. Saya mau belajar bila orang tua memberi hadiah sebagai imbalan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
7. Saya senang belajar matematika di luar kelas, karena lebih
menyenangkan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
116
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
8. Saya selalu bertanya kepada orang lain yang lebih tahu jika kesulitan
didalam memahami pelajaran matematika
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
9. Saya tidak suka mendapat hadiah saat saya mendapat prestasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
10. Saat berhadapan dengan tugas yang sulit, saya terdorong untuk belajar
lebih giat lagi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
11. Saya lebih senang bila belajar di kelas hanya diberi tugas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
12. Saya tidak suka bila penyampaian materi matematika hanya
disampaikan dengan ceramah
a. Sangat setuju
117
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
13. Saya tidak senang bila belajar di sekolah dengan lingkungan yang kotor
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
14. Untuk mencapai tujuan yang telah saya tetapkan, saya selalu berusaha
mengerahkan seluruh kemampuan yang ada pada diri saya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
15. Dalam mengerjakan soal matematika, saya lebih suka meniru pekerjaan
teman yang pintar daripada mengerjakan sendiri
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
16. Saya senang bila teman-teman saya antusias dalam belajar matematika
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
118
17. Dalam belajar matematika saya lebih senang praktek daripada hanya
duduk mendengarkan ceramah
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
18. Saya berusaha untuk belajar sungguh-sungguh secara rutin agar
mendapat prestasi terbaik
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
19. Saya merasa kesal dan takut bila ditunjuk oleh guru mengerjakan soal
matematika di depan kelas
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
20. Saya mempelajari dan mengerjakan soal latihan matematika yang ada di
buku tanpa disuruh orang lain
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
119
Lampiran 3
LEMBAR JAWAB ANGKET MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA
Nama : _____________
Kelas : _____________
No. Absen : _____________
KATEGORI PERTANYAAN ANGKET
N
o
Alternatif N
o
Kategori Angket
a b c d e Pos
itif
Neg
atif
1 1 V
2 2 V
3 3 V
4 4 V
5 5 V
6 6 V
7 7 V
8 8 V
9 9 V
1
0
1
0 V
1
1
1
1 V
1
2
1
2 V
1
3
1
3 V
1
4
1
4 V
1
5
1
5 V
1
6
1
6 V
1
7
1
7 V
1
8
1
8 V
1
9
1
9 V
2
0
2
0 V
120
Lampiran 4
Materi Ajar Matematika Kelas III dalam Silabus
Mapel Matematika Ket
Kls/ Semester III/2 (dua)
SK 3. Memahami pecahan sederhana dan
penggunaannya dalam pemecahan
masalah
KD dan Indikator
(siklus 1)
3.1 Mengenal pecahan sederhana
3.1.1 Mengenal pecahan sebagai
bagian dari sesuatu yang utuh
3.1.2 Membaca dan menulis lambang
pecahan
3.1.3 Menyajikan nilai pecahan
dengan menggunakan berbagai
bentuk gambar dan sebaliknya
3.1.4 Membilang dan menuliskan
pecahan dalam kata-kata dan
dalam lambang
2 x
pertemuan
(4 x 35 menit)
KD dan Indikator
(siklus 2)
3.2 Membandingkan pecahan
3.2.1 Membandingkan nilai dua
pecahan dengan gambar
3.2.2 Membandingkan nilai dua
pecahan dengan garis bilangan
2 x
pertemuan
(4 x 35 menit)
KD dan Indikator
(siklus 3)
3.3 Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pecahan
sederhana
3.3.1 Menyeleseikan soal cerita yang
berhubungan dengan pecahan
sederhana
1 x
pertemuan
(2 x 35 menit)
121
Alokasi waktu 5 kali pertemuan (10 jam pelajaran)
Tujuan
pembelajaran
1. Siswa dapat megenal pecahan
sederhana sebagai bagian dari
sesuatu yang utuh
2. Siswa dapat membaca dan menulis
lambang pecahan
3. Siswa dapat menyajikan nilai
pecahan dengan menggunakan
berbagai bentuk gambar
4. Siswa membilang dan menuliskan
pecahan dalam kata-kata dan
dalam lambang
5. Siswa mampu membandingkan
nilai dua pecahan dengan gambar
6. Siswa mampu membandingkan
nilai dua pecahan dengan garis
bilangan
7. Siswa dapat menyeleseikan soal
cerita yang berhubungan dengan
pecahan sederhana.
Sumber bahan 1. Silabus matematika kelas III hal 7-
8
2. Cerdas Berhitung Matematika
kelas III hal 136-148 karangan Nur
Fajariyah
3. Matematika terampil kelas III hal
130 – 145 karangan Tri Handoko
122
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Pertemuan Pertama pada Siklus I)
Nama Sekolah : SDN Karangasem 1 Surakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Mengenal Pecahan Sederhana
Kelas/Semester : III/2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tanggal Pelaksanaan : April 2010
I. Standar Kompetensi
3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah
II. Kompetensi Dasar
3.1 Mengenal pecahan sederhana
III. Indikator
3.1.1 Mengenal pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh
3.1.2 Membaca dan menulis lambang pecahan
IV. Hasil Belajar
1. Siswa dapat mengenal pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh
dengan tepat
2. Siswa dapat membaca dan menulis lambang pecahan dengan tepat
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat mengenal
pecahan termasuk membaca dan menulis lambang pecahan dalam
kehidupan sehari-hari.
VI. Materi
a. Mengenal pecahan sederhana seperti setengah, seperempat, sepertiga,
seperenam
123
1) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 2.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 2
1
2) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 4.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 4
1
3) Daerah yang diberi warna disamping menunjukkan
pecahan 3
1
4) Daerah yang diberi warna disamping menunjukkan
pecahan 6
1
b. Membaca, membilang dan menulis lambang pecahan
Daerah yang beri warna adalah 1 bagian dari 3.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 3
1. Pecahan
3
1 dibacara satu per tiga atau
sepertiga
disebut pembilang
disebut penyebut
VII. Metode, Media dan Sumber Bahan
a. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3) Demonstrasi
4) Penugasan
b. Media
1) Kartu bilangan berwarna
2) Karton bertuliskan contoh pecahan
3
1
124
3) Pita
c. Sumber bahan
1) Silabus Matematikan kelas III hal 7-8
2) Matematika Terampil kelas III hal 130-145 karangan Tri Handoko
3) Cerdas Berhitung Matematika kelas III hal 136-148 karangan Nur
Fajariyah
VIII. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan awal/apersepsi (10 menit)
1) Tanya jawab mengenai hidup rukun bila saling berbagi
(disesueikan mengenai materi pecahan)
2) Tanya jawab mengenai hitungan bilangan bulat positif.
3) Guru sedikit menyampaikan mengenai bilangan bulat dan
bilangan pecahan
4) Siswa mencari perbedaannya, sedangkan guru hanya sebagai
pembimbing.
b. Kegiatan inti
1) Guru menunjukkan tiga batang kayu. Satu batang dicat dua warna
sama besar, satu batang dicat tiga warna, dan satu batang dicat empat
warna yang berbeda tetapi sama besar.
2) Bertanya jawab tentang bagian yang dicat. Siswa menentukan bahwa
bagian dari keseluruhan merupakan pecahan.
3) Guru menunjukkan kartu bilangan berwarna yang menunjukkan
pecahan.
4) Siswa mendemonstrasikan sesuai contoh batang kayu yang
sebelumnya.
5) Dengan bimbingan guru, siswa membaca dan menuliskan lambang
pecahan.
6) Siswa dibagi menjadi kelompok tiap meja, lalu masing-masing
kelompok membuat gambar yang telah disediakan guru, menemulan
sendiri bagaimana caranya.
125
7) Siswa mengerjakan soal sesuai contoh yang telah disampaikan guru.
8) Meminta kelompok yang selesai paling cepat untuk maju dan
mempresentasikan hasil jawabannya.
9) Siswa secara individu mengerjakan soal-soal evaluasi yang
disediakan.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1) Guru mengadakan permainan dengan saling melempar pertanyaan
antar kelompok. Kelompok yang terbaik akan mendapatkan reward
berupa gelas “kelompok hebat”
2) Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman tentang materi
yang baru saja dipelajari
3) Siswa menjawab soal angket motivasi untuk dikerjakan siswa
4) Guru menyampaikan pesan-pesan dan nasihat untuk rajin belajar dan
supaya bisa menggunakan pecahan yang baru saja dipelajari untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari secara adil
IX. Evaluasi
a. Prosedur test : test akhir
b. Bentuk test : - tes lisan
- tes tertulis
c. Jenis test : Ise
d. Alat test : - lembar soal
- kunci jawaban
- lembar pengamatan/observasi
A. Soal Esay
Isilah titik-titik di bawah ini!
1. 3
2 dibaca ….
2. Seperempat ditulis ….
3. Sebuah roti dipotong menjadi 4 sama besar.
126
Setiap potong roti nilainya ….
4. Nilai pecahan yang diarsir disamping
Menunjukkan nilai ….
5. Arsirlah nilai 4
2 sehingga membentuk
gambar yang jelas ….
127
Kunci jawaban
1. Dua per tiga
2. 4
1
3. 4
1
4. 8
3
5.
Kriteria penilaian
Nilai = Jumlah benar x 20
= 5 x 20
= 100
Surakarta, April 2010
Guru kelas III SDN Karangasem I
Sudarmi, A.Ma
NIP. 196110111982012006
Peneliti
Astri Kusuma Wardani
NIM. K7106010
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Karangasem I
Drs. Heru Prasetyo
NIP. 196103041982011007
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Pertemuan Kedua pada Siklus I)
Nama Sekolah : SDN Karangasem I Surakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Pecahan Sederhana
Kelas/Semester : III/2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tanggal Pelaksanaan : April 2010
X. Standar Kompetensi
4. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah
XI. Kompetensi Dasar
3.1 Mengenal pecahan sederhana
XII. Indikator
12.1.1 Menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk
gambar dan sebaliknya
12.1.2 Membilang dan menuliskan pecahan dalam kata-kata dan dalam
lambang
XIII. Hasil Belajar
3. Siswa dapat menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar dan
sebaliknya
4. Siswa dapat membilang dan menuliskan pecahan dengan kata-kata dan
lambang
XIV. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat menyajikan
nilai pecahan dalam kehidupan sehari-hari.
129
XV. Materi
c. Menyajikan nilai pecahan
5) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 3.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 3
1
6) Daerah yang diberi warna adalah 3 bagian dari 6.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 6
3
d. Membaca, membilang lambang pecahan
Daerah yang diberi warna adalah 3 bagian dari 6.
Oleh karena itu, daerah tersebut menunjukkan
pecahan 6
3. Pecahan
6
3 dibacara tiga per enam
disebut pembilang
disebut penyebut
XVI. Metode, Media dan Sumber Bahan
d. Metode
5) Ceramah
6) Tanya jawab
7) Diskusi
8) Struktural dengan (berkirim soal)
9) Penugasan
e. Media
4) Kartu bilangan berwarna
5) Karton bertuliskan contoh yang menunjukkan pecahan
f. Sumber bahan
4) Silabus Matematika kelas III hal 7-8
6
3
130
5) Matematika Terampil kelas III hal 130-145 karangan Tri Handoko
6) Cerdas Berhitung Matematika kelas III hal 136-148 karangan Nur
Fajariyah
XVII. Langkah-langkah Pembelajaran
d. Kegiatan awal/apersepsi (10 menit)
1) Menanyakan kepada siswa materi mengenai pecahan sebagai bagian
dari keseluruhan
2) Guru memberi soal mengenai materi yang lalu
3) Memberi motivasi dengan menghubungkan mengenai materi
4) Mengajak bernyanyi bersama lagu yang kemarin
Nada “Pelangi”
Ayo kita semua belajar berhitung
Mari bersemangat jangan kau mengeluh
Kita berkenalan dengan pecahan
Mari yuk mari yuk … kita praktikan
Dan mengenalkan lagu baru agar siswa tambah semangat dan tidak
bosan “Lihat Kebunku”
Lihat bukuku penuh dengan gambar
Ada yang utuh dan ada yang pecah
Kini ku tahu materi yang baru
Belajar pecahan itu menyenangkan
e. Kegiatan inti (40 menit)
1. Bertanya jawab dengan guru, siswa membaca dan menuliskan
lambang pecahan
2. Siswa membandingkan nilai pecahan yang digambarkan guru dalam
berbagai bentuk gambar (masih sederhana)
3. Siswa dibagi menjadi kelompok tiap meja.
4. Setiap kelompok belajar di luar kelas untuk mencari benda apa yang
bisa di gunakan untuk belajar pecahan.
131
5. Meminta kelompok yang selesai paling cepat untuk maju dan
mempresentasikan hasil jawabannya. Kelompok yang paling
pertama dan benar jawabannya akan mendapat pujian berupa pantun
yang telah disediakan guru.
6. Guru menggambarkan nilai pecahan dengan menggunakan beberapa
garis bilangan. Siswa mengisi nilai pecahan pada garis bilangan.
7. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi dari guru.
f. Kegiatan Penutup (10 menit)
5) Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman
6) Guru mengadakan permainan dengan menggunakan kartu mengenai
pecahan
7) Siswa menjawab soal angket motivasi untuk dikerjakan siswa
8) Guru menyampaikan pesan dan nasihat untuk rajin belajar
XVIII. Evaluasi (10 menit)
e. Prosedur test : test akhir
f. Bentuk test : - tes lisan
- tes tertulis
g. Jenis test : Ise
h. Alat test : - lembar soal
- kunci jawaban
- lembar pengamatan/observasi
B. Soal Esay
Isilah titik-titik di bawah ini!
6. Daerah yang diberi warna menunjukkan pecahan
….
7. Lambang bilangan delapan per sembilan adalah ….
8. Daerah yang tidak diberi warna menunjukkan
` pecahan …..
132
9. Lambang bilangan pecahan tiga per tujuh adalah ….
10. Pecahan berapakah yang ditunjukkan oleh
gambar yang diarsir di samping ….
11. Arsir atau beri warna gambar di samping ini sehingga menunjukkan
pecahan 8
5 ….
12. Daerah yang diberi warna menunjukkan
pecahan ….
13. Daerah yang diberi warna menunjukkan
pecahan ….
14. Tulislah lambang pecahan dua per tiga, tiga per tujuh, lima per tiga, dan
satu per empat!
15. Gambarlah bebas nilai pecahan 5
1
Kunci jawaban
6. 8
4 7.
18
5
7. 9
8 8.
6
2
8. 3
2 9.
3
2,
7
3,
3
5 dan
4
1
9. 7
3 10. atau
10. 8
3
11.
133
Kriteria penilaian
Nilai = Jumlah benar x 10
= 10 x 10
= 100
Surakarta, April 2010
Guru kelas III SDN Karangasem I
Sudarmi, A.Ma
NIP. 196110111982012006
Peneliti
Astri Kusuma Wardani
NIM. K7106010
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Karangasem I
Drs. Heru Prasetyo
NIP. 196103041982011007
134
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Siklus 2)
Nama Sekolah : SDN Karangasem 1 Surakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Mengenal Pecahan Sederhana
Kelas / Semester : III / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit
Tanggal Pelaksanaan : April 2010
Strategi : Pendekatan Kontekstual
I. Standar Kompetensi
3. Memahami Pecahan Sederhana dan Penggunaan dalam pemecahan
masalah.
II. Kompetensi Dasar
3.2 Membandingkan pecahan
III. Indikator
3.2.1 Membandingkan nilai 2 pecahan dengan gambar
3.2.2 Membandingkan nilai 2 pecahan dengan garis bilangan
IV. Hasil belajar
1. Siswa dapat membandingkan nilai 2 pecahan dengan gambar secara tepat
2. Siswa dapat membuat gambar dengan arsiran yang telah ditentukan
dengan tepat.
3. Siswa dapat membandingkan nilai 2 pecahan dengan garis bilangan secara
tepat.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat membuat gambar
dengan arsiran dan membandingkan nilai 2 pecahan dengan gambar dalam
kehidupan sehari – hari.
VI. Materi
a. Gambar bolak – balik bangun datar persegi panjang.
135
3
1
5
1
b. Membuat gambar lingkaran bolak – balik
8
2
4
2
c. Membuat gambar bolak – balik bangun datar persegi panjang
6
2
5
1
d. Mengenal tanda > (lebih dari), < (kurang dari), = (sama dengan)
e. Garis bilangan
0
VII. Metode, media dan sumber bahan
a. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3) Demonstrasi
4) Penugasan
b. Media
1) Kartu bilangan berwarna persegi panjang
2) Lingkaran pecahan
3) Pita
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
5
6
136
4) Wortel, kentang, tango
5) Timbangan
c. Sumber bahan
1) Standar isi Matematika kelas III hal 7 – 8
2) Matematika terampil kelas III hal 130 – 145
3) Cerdas berhitung matematika kelas III hal 136 – 148 karangan Nur
Fajariyah.
VIII. Langkah – langkah pembelajaran
PERTEMUAN I
a. Kegiatan awal / apersepsi (10 menit)
1) Guru mengatur tempat duduk, kebersihan kelas, menyiapkan
karton
2) Menanyakan materi lalu mengenai membaca dan menulis pecahan
3) Tanya jawab mengenai media lingkaran pecahan yang dibaca
Guru.
b. Kegiatan inti (40 menit)
1. Siswa menyiapkan kertas karton yang dibawa
2. Siswa dibentuk kelompok tiap meja
3. Siswa membuat gambar pecahan sendiri
2
1
4
1
6
2
5
1
8
2
4
2
137
4. Memberikan kesempatan kepada kelompok yang ingin
menyampaikan hasil gambar kepada teman lain. (misalkan ini
gambar arsiran saya, yang ini nilainya 6
2,
5
1. . .)
5. Siswa mengamati gambar yang sudah dibuat besar mana / luas
mana.
6. Menyampaikan tanda >, <, = sebagai penanda perbandingan
pelahan dan menyampaikan cara baca, serta cara pengguna
7. Pembuktian bahwa 4
1 <
2
1 dengan gambar kemudian 3 orang anak
membuktikan dengan cara lain kedepan kelas yaitu dengan
sustradrama jual beli.
8. Siswa menjadi penjual, 2 siswa menjadi pembeli
9. Jual beli, pembeli, membeli wortel 4
1 kg, dan pembeli 2 membeli
kentang 2
1 kg.
10. Dengan menggunakan timbangan pembuktian 2
1 dan
4
1 berat
mana.
11. Siswa mengulang sustradrama dengan mengganti penjual dan
pembeli.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Guru mengadakan permainan dengan saling melempar pertanyaan
antar kelompok
2. Siswa dan guru membuat rangkain tentang materi yang dipelajari.
PERTEMUAN II
A. Kegiatan awal
1) Menanyakan mengenal materi pecahan, membaca ilai pecahan,
mengartikan
2) 2 siswa ke depan gelas membawa masing – masing 1 buku, siswa 1
membawa buku tulis, siswa 2 membaca buku paket
138
3) Bersama – sama membandingkannya buku mana yang lebih besar
dan yang lebih kecil.
B. Kegiatan inti
1) Menyediakan media garis mengadakan permainan mengisi garis
bilangan yang kosong
2) Permainan acak garis bilangan dengan mengurutkan (2 orang siswa
ke depan)
8
1,
8
2,
8
3,
8
4,8
5,
8
6
3) Mengeluarkan karton yang telah dibuat mengukur berapa cm
panjang yang telah diusir
2
1
4
2
=
. . . cm . . . cm
<
. . . cm . . . cm
4) Sosiodrama mengenai 4
1 wortel dan
2
1 kentang (mengulangi)
ganti siswa
5) Siswa mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan penutup (10 menit)
1. Permainan tebak isi jajanan tango, kemudian saling berbagai sesuai
isi (isinya 4 )
Tiap bagian / potong 4
1
4
1
4
3
4
4
4
7….. ….. …..
139
2. Merangkum hasil pembelajaran
3. Siswa menjawab soal angket motivasi
IX. Evaluasi
i. Prosedur test : test akhir
j. Bentuk test : - tes lisan
- tes tertulis
k. Jenis test : Ise
l. Alat test : - lembar soal
- kunci jawaban
- lembar pengamatan/observasi
C. Isilah titik – titik di bawah ini
1.
Dari garis bilangan di atas
antara ¼ dan ¾ lebih
besar yang mana?
2. 2
1 . . .
4
1
3. 9
2. . .
4
1
4. 5
3. . .
5
2
5.
A B
Dari gambar di atas
manakah nilai gambar
yang diarsir lebih besar?
6. 4
3 . . .
2
1
7. 4
2. . .
3
1
8. 2
1. . .
2
2
9. 9
4. . .
4
1
10. 5
3. . .
5
1
Kunci jawaban
1. ¾
2. >
3. <
4. >
4
1
4
3
4
4
4
2
140
5. A
6. >
7. >
8. <
9. >
10. >
1
Kriteria Penilaian
Nilai = jumlah benar x 10
= 10 x 10
= 100
Surakarta, April 2010
Guru kelas III SDN Karangasem I
Sudarmi, A.Ma
NIP. 196110111982012006
Peneliti
Astri Kusuma Wardani
NIM. K7106010
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Karangasem I
Drs. Heru Prasetyo
NIP. 196103041982011007
2
Lampiran 8
Lembar pengamatan Guru dan Siswa pada pembelajaran matematika
dengan Pendekatan Kontekstual pada siklus 1
Nama Peneliti (guru) : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD N Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
No Aspek Hasil Pengamatan Keterangan
Guru Siswa
1 Kesiapan
Guru telah
mempersiapkan
pelajaran dengan
cukup baik, alokasi
waktu harus
disesuaikan
Sebagian besar
siswa sudah siap
untuk mengikuti
pelajaran, masih
ada beberapa siswa
yang bermain
sendiri saat guru
masuk kelas
Guru dan siswa
harus lebih
mempersiapkan
diri sebelum
pembelajaran
berlangsung
2 Kemauan
Kemauan guru
untuk mengajar
sudah baik, terlihat
dari RPP yang
disusun
Ada yang semangat
dalam belajar, ada
yang
memperhatikan
sambil bermain
sendiri, ada yang
sama sekali tidak
memperhatikan
pelajaran
Kemauan guru
untuk
mengajarsudah
baik, tetapi
kemauan siswa
untuk belajar
kurang
3 Perhatian
Perhatian guru
terhadap siswa
sudah cukup baik,
guru mengalami
kesulitan dalam
membimbing
diskusi kelompok
Perhatian siswa
terhadap pelajaran
cukup baik, masih
banyak siswa yang
ramai sendiri
Siswa ramai
karena belum
terbiasa dengan
pendekatan
kontekstual
yang biasanya
guru kelas
menggunakan
metode ceramah
dan penugasan
4 Daya Serap Guru telah Siswa mampu Daya serap
3
menguasai materi
dengan baik,
menyerap materi
dengan baik, ada
beberapa yang
belum baik
siswa terhadap
materi perlu
ditingkatkan
5 Partisipasi
Guru telah
berpartisipasi aktif
terhadap kegiatan
siswa dengan
membimbing
diskusi kelompok
Siswa telah aktif
dalam diskusi
kelompok, tetapi
ada beberapa yang
tidak ikut
mengerjakan tugas
Partisipasi siswa
dalam diskusi
perlu
ditingkatkan lagi
6 Keaktifan
Guru telah aktif
dalam mengajar,
terlihat dari
semangat guru
dalam menjelaskan
materi dan
membimbing siswa
Ada beberapa
siswa yang tidak
aktif dalam
pembelajran
Siswa yang
tidak aktif masih
perlu perhatian
khusus dari guru
7 Keantusiasan
Keantusiasan guru
dalam mengajar
terlihat dari
aktivitas guru
dalam memotivasi
siswa
Sebagian besar
siswa berantusias
belajar karena
siswa diajak belajar
di luar kelas tetapi
tidak semangat saat
kerja kelompok dan
di minta maju
Antusias siswa
perlu
ditingkatkan
dengan
penggunaan
media dan
kontekstual
yang lebih
menarik
8 Kerjasama
Guru telah
menciptakan
kerjasama yang
baik dengan siswa,
terlihat dari sikap
guru yang memberi
kesempatan siswa
untuk bertanya,
membimbing
diskusi,
merangsang
terjadinya interaksi,
serta bersama-sama
Beberapa siswa
tidak ikut
mengerjakan kerja
kelompok dan tidak
ikut menjawab
pertanyaan saat
permainan
berlangsung
Kerjasama
diantara siswa
perlu
ditingkatkan
4
merayakan
keberhasilan siswa
9 Keingintahuan
Keingintahuan
guru terlihat dari
antusias dalam
menggali
pengetahuan siswa
Beberapa siswa
masih malu dan
tidak perduli
tentang materi yang
belum dipahami
Siswa harus
diberi motivasi
agar percaya diri
dan tidak malu
untuk bertanya
10 Suasana
Belajar
Guru menciptakan
suasana belajar
menyenangkan
Beberapa siswa
senang terhadap
suasana belajar,
tetapi ada pula
beberapa siswa
yang masih
bingung dengan
pendekatan
kontekstual yang
diterapkan guru
Perlu diciptakan
suasana belajar
yang lebih
menyenangkan
sesuai dengan
suasana sehari-
hari agar siswa
senang dalam
belajar
Observer Peneliti
Guru Kelas III
Sudarmi, A. Ma Astri Kusuma
Wardani
NIP. 196110111982012006 K 7106010
5
6
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Siklus 3)
Nama Sekolah : SDN Karangasem 1 Surakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Mengenal Pecahan Sederhana
Kelas / Semester : III / 2 (dua)
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Tanggal pelaksanaan : April 2010
Strategi : Pendekatan Kontekstual
I. Standar Kompetensi
3. Memahami Pecahan Sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah.
II. Kompetensi Dasar
3.3 memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana
III. Indikator
3.3.1 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana.
IV. Hasil Belajar
1. Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan pecahan
sederhana dengan tepat.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai di harapkan siswa terbiasa menyelesaikan
soal cerita yang berhubungan dengan pecahan sederhana dalam kehidupan
sehari – hari secara matematika.
VI. Materi
Menuliskan kalimat matematika dari soal cerita Ibu mempunyai pita yang
panjangnya 5
1meter, kemudian Ibu membeli pita lagi dengan panjang
5
2meter berapa meter pita Ibu sekarang ?
7
5
1meter +
5
2meter =
5
3meter
Membagi roti yang berbentuk lingkaran dengan beraneka ragam jenis
pecahan seperti 2
1,
3
1,
4
1,5
1,
6
1,
7
1,
8
1
VII. Metode, Media dan Sumber bahan
a. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Penugasan
5. Diskusi
b. Media
1. Kartu bilangan karton
2. Tango, pita, roti (sebagai alat peraga)
3. Garis bilangan
c. Sumber bahan
1. Standar isi Matematika Kelas III hal 7 – 8
2. Matematika terampil kelas III 130 – 145 karangan Tri Handoko
3. Berhitung matematika kelas III hal 136 – 148 karangan Nur
Fajariyah.
VIII. Langkah – langkah
a. Kegiatan awal / apersepi (10 menit)
1. Tanya jawab mengenai pembacaan penilai pecahan
2. Tanya jawab bagian mana yang penyebut, bagian mana yang
pembilang.
b. Kegiatan inti (45 menit)
1. Siswa mencari suatu barang yang bisa di beli di Pasar dan bisa di
buat pecahan contoh minyak goreng 2
1 liter, gula jawa
2
1 potong,
8
2. 2 siswa kedepan mengambil 2 pita sama panjang
3. 1 siswa memegang pita yang utuh, 1 siswa menggunting pita
menjadi 4 bagian sama panjang.
4. Pita yang utuh di tempel di SteroFom yang terpotong ditempel
dibawahnya
5. Membuat soal cerita dengan menggunakan pita yang ada dengan
menjumlahkan pecahan.
6. Salah 1 siswa maju untuk membacakan soal yang telah dibuat (guru
meneliti hasil soal yang dibuat)
7. Bersama – sama menyelesaikan soal yang dibuat
Contoh :
Anita mempunyai pita yang panjangnya 4
2 meter kemudian
menyambungnya, berapa meter pita anita sekarang ? 4
2meter
+4
1meter =
4
3meter
8. Sosiodrama ke depan untuk memotong roti 4
1bagian, dan
2
1 bagian
yang sama besar.
9. Siswa dibentuk kelompok untuk berdiskusi bersama mengenai
bagaimana cara memotong roti menjadi 3
1,
5
1,
6
1,
7
1, dan
8
1bagian.
10. Siswa ke depan untuk menunjukkan hasil dari kerja diskusi dan
menyampaikan kepada teman.
9
11. Membuka jajanan Tango dan Sosiodrama membagi potongan tango
kepada teman lainnya, 1 siswa diberi 4
1 potong, 1 siswa
4
2 potong,
mana yang lebih banyak 4
2.
12. Bermain kartu bilangan di depan kelas
13. Mengerjakan evaluasi
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Siswa bersama guru membuat rangkuman tentang materi yang baru
saja dipelajari
2. Guru memberikan dan pujian kepada siswa yang sudah aktif
IX. Evaluasi
a. Prosedur test : test akhir
b. Bentuk test : - tes lisan
- tes tertulis
c. Jenis test : Ise
d. Alat test : - lembar soal
- kunci jawaban
- lembar pengamatan/observasi
A. Soal Essay
Isilah titik titik di bawah ini
1. Anton membeli 3
2 kue. Lia membeli
5
4kue. kue siapa yang lebih
banyak ?
2. Ibu membeli gula 4
1 kilogram, kemudian Ibu mambeli lagi, 2
kilogram, berapa gula Ibu sekarang ?
10
3. Bu Anisa membeli buah tomat 4
3 keranjang. Bu Yuli membeli buah
tomat 5
2keranjang. Siapakah yang membeli buah tomat lebih banyak?
4. Bu Anin membeli satu karung beras. Beras itu dijual pada hari senin
10
3bagian dan pada hari selasa
10
4bagian. Berapa bagian beras yang
dijual ?
5. Ibu membeli 1 botol minyak goreng 6
2bagian digunakan untuk
menggoreng ikan. Berapa bagiankah minyak goreng yang sudah
digunakan Ibu ?
Kunci Jawaban
1. Kue Lia
2. 4
1 kg +
4
2kg =
4
3 kg
3. Bu Annisa
4. 10
4bagian +
10
3bagian =
10
7bagian
5. 6
2bagian +
6
3bagian =
6
5bagian
Kriteria Penilaian
Nilai = jumlah benar x 2
= 5 x 2
= 10
Surakarta, April 2010
Guru kelas III SDN Karangasem I
Peneliti
11
Sudarmi, A.Ma
NIP. 196110111982012006
Astri Kusuma Wardani
NIM. K7106010
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Karangasem I
Drs. Heru Prasetyo
NIP. 196103041982011007
12
Lampiran 9
Lembar Pengamatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Kontekstual pada Siklus 2
Nama Peneliti : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD Negeri Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
No Aspek Hasil Pengamatan
Keterangan Guru Siswa
1 Kesiapan Guru telah
mempersiapkan
pelajaran dan alokasi
waktu yang telah
tepat
Sebagian besar
siswa telah siap
untuk mengikuti
pelajaran yang
akan disampaikan
oleh guru
Guru dan siswa
telah siap untuk
mengikuti
pelajaran
2 Kemauan Kemauan guru untuk
mengajar sudah
cukup besar, dapat
dilihat dari RPP
yang telah dibuat
dan media yang
telah disiapkan
Sebagian besar
kemauan belajar
siswa sudah
cukup baik,
dilihat dari
keseriusan siswa
dalam menerima
pelajaran
Kemauan siswa
untuk belajar masih
perlu ditingkatkan
lagi agar hasilnya
lebih maksimal dan
kemauan guru
sudah baik.
3 Perhatian Perhatian guru
terhadap siswa
sudah cukup baik,
guru masih perlu
banyak belajar
dalam membimbing
siswa untuk
Perhatian siswa
terhadap pelajaran
sudah baik,
diskusi berjalan
lancar, sebagian
besar telah
memperhatikan
Perhatian siswa
terhadap pelajaran
sudah baik
13
mengerjakan tugas
kelompok
perintah dari guru
4 Daya serap
Guru telah
menguasai materi
dengan baik
Sebagian besar
siswa sudah
mampu menyerap
materi dengan
baik
Daya serap siswa
sudah baik, agar
lebih maksimal
guru harus
berusaha lagi
meningkatkan
kualitas mengajar
5 Partisipasi Guru berpartisipasi
aktif terhadap
seluruh kegiatan
siswa salah satunya
dengan sabar
membimbing diskusi
kelompok
Sebagian besar
siswa sudah
mampu belajar
untuk diskusi
kelompok
Partisipasi siswa
dalam diskusi perlu
ditingkatkan agar
semua siswa dapat
belajar secara utuh
6 Keaktifan Guru telah aktif
dalam mengajar
seperti guru telah
semangat dalam
menyampaikan
setiap materi
Sebagian besar
siswa telah aktif
dan penasaran
terhadap materi
Siswa yang belum
aktif dalam
pembelajaran perlu
perhatiam khusus
7 Keantusiasan
Keantusiasan guru
dalam mengajar
sudah tinggi, tampak
dari waktu guru
tampil antusias dan
selalu memberikan
dorongan kepada
siswa
Banyak siswa
sangat berantusias
saat kegiatan
sosiodrama yang
diangkat oleh
guru, siswa
antusias karena
terkesan seperti
nyata
Antusias siswa
sudah cukup tinggi
namun masih perlu
terus dipantau dan
ditingkatkan
8 Kerjasama Guru telah Banyak siswa Kerjasama sudah
14
menciptakan
kerjasama yang baik
dengan siswa
dapat
bekerjasama
dengan baik saat
permainan
baik dan berjalan
lancar namun
masih terus
ditingkatkan
9
Keingintahuan
Keingintahuan guru
terlihat dari
pendekatan yang
dilakukan kepada
siswa saat siswa
kurang mengerti dan
bingung
Masih ada siswa
yang malu dalam
bertanya
meskipun sudah
ada siswa yang
berani dalam
bertanya
Siswa lebih
dimotivasi agar
percaya diri dan
tidak malu untuk
menanyakan materi
yang masih
bingung
10
Suasana
Belajar
Guru telah
menciptakan suasana
belajar yang
menyenangkan
Hampir semua
siswa terlihat
senang dan
termotivasi untuk
mengerjakan
tugas dan
kegiatan
sosiodrama
Susana belajar
lebih yang
menyenangkan
lebih ditingkatkan
agar motivasi dan
prestasi belajar
siswa juga lebih
maksimal
Observer Peneliti
Guru Kelas III
Sudarmi, A. Ma Astri Kusuma Wardani
NIP. 196110111982012006 K 7106010
15
Lampiran 10
Lembar Pengamatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran
Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual pada Siklus 3
Nama Peneliti : Astri Kusuma Wardani
Nama Sekolah : SD N Karangasem 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : III / 2
No Aspek Hasil Pengamatan Keterangan
Guru Siswa
1 Kesiapan Guru telah
mempersiapkan
pelajaran dengan
baik dan matang
karena media telah
dipersiapkan
terlebih dahulu dan
alokasi waktu tepat
Semua siswa
telah siap untuk
mengikuti
pembelajaran,
siswa masuk
kelas dengan
tertib dan tepat
waktu
Guru dan siswa
telah siap untuk
mengikuti
pembelajaran
2 Kemauan Kemauan guru
untuk mengajar
sudah cukup besar,
hal ini terlihat dari
RPP yang telah
dibuat dan
dikonsultasikan
yang tersusun
dengan baik
Kemauan siswa
sudah cukup
besar tampak dari
semangat siswa
yang antusias dan
tertarik sebelum
pelajaran dimulai
Kemauan guru
dan siswa sudah
baik dan
dmempunyai
kemauan yang
besar
3 Perhatian Perhatian guru Perhatian siswa Perhatian siswa
16
sudah baik karena
guru selalu
memperhatikan
kegiatan siswa
terhadap
pelajaran cukup
baik, diskusi
berjalan lancar,
terhadap
pelajaran dan
guru di depan
kelas sudah baik
4 Daya Serap guru telah
menguasai materi
dengan baik,
sehingga penjelasan
kepada siswa juga
berjalan lancar
Sebagian besar
siswa dapat
menyerap
pelajaran dengan
baik
Daya serap
siswa terhadap
materi sudah
cukup baik
5 Partisipasi Guru berpartisipasi
aktif terhadap
kegiatan siswa
dengan
membimbing
diskusi kelompok
Sebagian besar
siswa sudah dapat
berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
pembelajaran
termasuk diskusi
kelompok
Partisipasi siswa
dalam diskusi
suadah baik
6 Keaktifan Peneliti telah aktif
dalam mengajar
seperti pada saat
peneliti berperan
aktif untuk
memancing siswa
agar aktif dalam
belajar
Sebagian besar
siswa sudah aktif
dalam kegiatan
pembelajaran
Guru dan siswa
sudah sama-
sama aktif
menumbuhkan
kegiatan belajar
yang
menyenangkan
7 Keantusiasan
Keantusiasan
peneliti dalam
mengajar tampak
dari aktivitas
Sebagian besar
siswa sudah
antusias dalam
belajar terlihat
Antusias siswa
dalam belajar
sudah cukup
tinggi
17
peneliti dalam
memotivasi siswa
tanpa lelah dan
membuat permaiana
agar siswa tidak
jenuh
dari antusias
siswa saat
kegiatan diskusi
8 Kerjasama
Guru menciptakan
kerjasama yang baik
dengan siswa, hal ini
terlihat dari sikap
guru yang memberi
kesempatan siswa
bertanya, sabar
dalam membimbing
diskusi dan
menghargai
pendapat siswa
Kerjasama siswa
sudah baik, hal
ini tampak dari
kegiatan diskusi
yang sudah
dikerjakan
bersama-sama
karena satu sama
lain juga
penasaran
terhadap tugas
yang guru
berikan
Kerjasama
diantara siswa
sudah cukup
baik, guru dan
siswa juga baik
9 Keingintahuan
Keingintahuan guru
terlihat dari
antusiasnya guru
dalam menggali
pengetahuan awal
siswa
Banyak siswa
sudah tidak malu
lagi untuk
menanyakan
materi yang
belum jelas dan
rasa ingintahu
siswa menjadi
lebih besar
karena materi
Motivasi yang
tinggi dari guru
membuat siswa
menjadi lebih
percaya diri dan
tidak malu lagi
untuk
menanyakan
materi yang
belum
18
dikaitkan dengan
dunia nyata siswa
dimengerti
siswa
10 Suasana
Belajar
Guru telah
menciptakan
suasana belajar yang
menyenangkan yang
selalu membawa
siswa ke dalam
dunia nyata
Sebagian besar
siswa terlihat
senang karena
pendekatan
kontekstual yang
diterapkan
peneliti
Suasana belajar
yang
menyenangkan
dan sesuai
dengan situasi
dunia nyata
dapat
memotivasi
siswa untuk
lebih
bersemangat
dalam belajar
Observer Peneliti
Guru Kelas III
Sudarmi, A. Ma Astri Kusuma Wardani
NIP. 196110111982012006 NIM. K 7106010
19
Lampiran 11
PERHITUNGAN NILAI TIAP AKHIR SIKLUS
1. Sebelum Tindakan
a. Nilai rata-rata Motivasi = 40
2510 = 62,75
b. Nilai rata-rata Matematika = 40
2530 = 63,25
c. Prosentase nilai angket
Sangat Tinggi = 1 : 40 x 100 % = 2,5 %
Tinggi = 4 : 40 x 100% = 10%
Sedang = 10 : 40 x 100% = 25%
Rendah = 19 : 40 x 100% = 47,5 %
Sangat Rendah = 6 : 40 x 100 % = 15%
d. Prosentase nilai Matematika
Sangat Tinggi = 2 :40 x 100% = 5%
Tinggi = 6 : 40 x 100% = 15%
Sedang = 5 : 40 x 100% = 12,5%
Rendah = 17 : 40 x 100% = 42,5%
Sangat Rendah = 10 : 40 x 100% = 25%
2. Siklus 1
a. Nilai rata-rata Motivasi = 40
2910 = 72,75
b. Nilai rata-rata Matematika = 40
2890 = 72,25
c. Prosentase nilai angket Motivasi
Sangat Tinggi = 11 : 40 x 100% = 27,5 %
Tinggi = 10 : 40 x 100% = 25 %
Sedang = 5 :40 x 100% = 12,5%
Rendah = 12 : 40 x 100% = 30%
Sangat Rendah = 2 : 40 x 100% = 5%
d. Prosentase nilai Matematika
Sangat Tinggi = 8 : 40 x 100% = 20 %
Tinggi = 12 : 40 x 100% = 30 %
Sedang = 3 : 40 x 100% = 7,5 %
Rendah = 15 : 40 x 100% = 37,5 %
Sangat Rendah = 2 : 40 x 100% = 5 %
20
3. Siklus 2
a. Nilai rata-rata Motivasi = 40
3154 = 78,85
b. Nilai rata-rata Matematika = 40
3290 = 82,25
c. Prosentase nilai angket Motivasi
Sangat Tinggi = 12 : 40 x 100% = 30%
Tinggi = 15 : 40 x 100% = 37,5%
Sedang = 8 : 40 x 100% = 20%
Rendah = 3 : 40 x 100% = 7,5%
Sangat Rendah = 2 : 40 x 100% = 5%
d. Prosentase nilai Matematika
Sangat Tinggi = 10 : 40 x 100% = 25%
Baik = 14 : 40 x 100% = 35%
Sedang = 7 : 40 x 100% = 17,5%
Rendah = 8 : 40 x 100% = 20%
Sangat Rendah = 1 : 40 x 100% = 2,5 %
4. Siklus 3
a. Nilai rata-rata Motivasi = 40
3244 = 81,10
b. Nilai rata-rata Matematika = 40
3410 = 85,25
c. Prosentase nilai angket Motivasi
Sangat Tinggi = 13 : 40 x 100% = 32,5%
Tinggi = 20 : 40 x 100% = 50%
Sedang = 4 : 40 x 100% = 10%
Rendah = 3 : 40 x 100% = 7,5%
Sangat Rendah = 0 : 40 x 100% = 0
d. Prosentase nilai Matematika
Sangat Tinggi = 14 : 40 x 100% = 35%
Tinggi = 21 : 40 x 100% = 52,5%
Sedang = 3 : 40 x 100% = 7,5%
Rendah = 2 : 40 x 100% = 5 %
Sangat Rendah = 0 : 40 x 100% = 0
21
Lampiran 12
KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM
(KKM)
Nama Sekolah : SD Negeri Karangasem 1
Kelas / Semester : III / 2
Tahun Pelajaran : 2009/2010
Mata Pelajaran : Matematika
Standart Kompetensi :Memahami Pecahan Sederhana dan
Penggunaannya dalam pemecahan masalah
No Kompetensi Dasar KKM
1. 3.1 Mengenal Pecahan Sederhana 75
2. 3.2 Membandingkan Pecahan 75
3. 3.3 memecahkan Masalah yang Berkaitan
dengan Pecahan Sederhana
75
Jumlah 225
Rata-rata 75
22
Lampiran 13
REKAPITULASI HASIL ANGKET MOTIVASI
No
Responden
Nilai Angket Motivasi
Kategori Angket
Sebelum Siklus/
S1/ S2/ S3
Sebelum
Tindakan
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
1 48 60 72 72 SR/R/S/S
2 60 60 72 74 R/R/S/S
3 60 74 74 75 R/S/S/T
4 60 65 65 75 R/S/S/T
5 70 74 74 80 S/S/S/T
6 70 60 63 70 S/R/S/S
7 66 80 81 80 S/T/T/T
8 95 95 85 90 ST/ST/T/ST
9 87 89 90 90 T/ST/ST/ST
10 48 47 48 61 SR/SR/SR/R
11 45 37 45 72 SR/SR/SR/S
12 87 80 88 82 T/T/ST/T
13 87 89 90 95 T/ST/ST/ST
14 55 52 60 60 R/R/R/R
15 55 52 60 78 R/R/R/T
16 55 75 78 80 R/T/T/T
17 74 80 87 88 S/T/T/ST
18 72 74 75 90 S/S/T/ST
19 45 52 60 80 SR/R/R/T
20 48 51 65 78 SR/R/S/T
21 72 80 87 80 S/T/T/T
22 72 74 75 88 S/S/T/ST
23 61 50 65 88 R/R/S/ST
24 61 90 95 92 R/ST/ST/ST
25 55 50 75 75 R/R/T/T
26 87 85 88 80 T/T/ST/T
27 70 90 95 95 S/ST/ST/ST
28 55 85 87 85 R/T/T/T
29 48 50 75 75 SR/R/T/T
30 55 51 75 82 R/R/T/T
31 61 92 95 90 R/ST/ST/ST
32 50 51 82 80 R/R/T/T
33 50 90 85 80 R/ST/T/T
34 74 85 95 90 S/T/ST/ST
35 70 85 95 88 S/T/ST/ST
36 50 85 94 86 R/T/ST/T
23
37 50 90 90 85 R/ST/ST/T
38 61 91 95 80 R/ST/ST/T
39 60 91 87 80 R/ST/T/T
40 61 95 87 75 R/ST/T/T
Jumlah 2510 2910 3154 3244
S/S/T/T Rata-rata 62, 75 72, 75 78,85 81,10
Ket : S = Siklus
ST = Sangat Tinggi
T = Tinggi
S = Sedang
R = Rendah
SR = Sangat Rendah
24
Lampiran 15
Cara Perhitungan Pembuatan Tabel dan Gambar Nilai Angket Matematika
N = 40
A = nilai tertinggi- nilai terendah
= 95-37
= 58
Banyak Kelas (B) = 1 + 3,3 x Log n
= 1+ 3,3 x 1,50
= 1 + 4, 95
= 5, 95
= 5 (dibulatkan ke bawah)
Panjang Kelas (i) = B
A
= 5
58
= 11,6 (dibulatkan ke atas)
= 12
Cara Perhitungan Pembuatan Tabel dan Gambar Nilai Belajar Matematika
N = 40
A = nilai tertinggi- nilai terendah
= 100-40
= 60
Banyak Kelas (B) = 1 + 3,3 x Log n
= 1+ 3,3 x 1,50
25
= 1 + 4, 95
= 5, 95
= 5 (dibulatkan ke bawah)
Panjang Kelas (i) = B
A
= 5
60
= 12
26
Lampiran 14
REKAPITULASI NILAI MATEMATIKA
No
Responden
Nilai Matematika Kategori Nilai
Sebelum Siklus/ S1/
S2/ S3 Sebelum
Tindakan
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 45 60 85 90 SR/R/T/ST
2 70 80 85 95 S/T/T/ST
3 60 50 60 70 R/R/R/S
4 60 60 85 95 R/RT/ST
5 70 80 85 80 S/T/T/T
6 85 90 100 100 T/ST/ST/ST
7 60 50 60 80 R/R/R/T
8 85 85 85 95 T/T/T/ST
9 70 60 70 80 S/R/S/T
10 70 100 100 90 S/ST/ST/ST
11 60 50 60 70 R/R/R/S
12 60 50 60 85 R/R/R/T
13 100 95 100 90 ST/ST/ST/ST
14 70 85 85 85 S/T/T/T
15 45 45 60 80 SR/SR/R/T
16 45 50 70 80 SR/R/S/T
17 85 95 100 100 T/ST/ST/ST
18 60 50 60 70 R/R/R/S
19 60 70 70 85 R/S/S/T
20 60 90 100 95 R/ST/ST/ST
21 60 50 70 85 R/R/S/T
22 85 85 70 85 T/T/S/T
23 60 50 60 60 R/R/R/R
24 60 50 85 85 R/R/T/T
25 45 45 60 80 SR/SR/R/T
26 45 50 45 60 SR/R/SR/S
27 85 85 100 100 T/T/ST/ST
28 45 50 70 80 SR/R/S/T
29 45 60 85 85 SR/R/T/T
30 45 70 70 85 SR/S/S/T
31 100 100 100 100 ST/ST/T/ST
32 60 70 85 80 R/S/T/T
33 60 85 85 80 R/T/T/T
34 85 85 100 85 T/T/ST/T
35 60 85 85 85 R/T/T/T
36 60 85 85 100 R/T/T/ST
37 45 85 85 75 SR/T/T/T
38 60 100 100 85 R/ST/ST/T
27
39 45 85 85 100 SR/T/T/ST
40 60 100 100 100 R/ST/ST/ST
Jumlah 2530 2890 3290 3410 S/S/T/T
Rata-rata 63, 25 72, 25 82,25 85,25
Ket : S = Siklus
ST =Sangat Tinggi
T = Tinggi
S = Sedang
R =Rendah
SR =Sangat Rendah
28
Lampiran 15
CARA PERHITUNGAN PEMBUATAN TABEL
A. Cara Perhitungan Pembuatan Tabel dan Gambar Nilai Angket
Matematika
N = 40
A = nilai tertinggi- nilai terendah
= 95-37
= 58
Banyak Kelas (B) = 1 + 3,3 x Log n
= 1+ 3,3 x 1,50
= 1 + 4, 95
= 5, 95
= 5 (dibulatkan ke bawah)
Panjang Kelas (i) = B
A
= 5
58
= 11,6 (dibulatkan ke atas)
= 12
B. Cara Perhitungan Pembuatan Tabel dan Gambar Nilai Belajar Matematika
N = 40
A = nilai tertinggi- nilai terendah
= 100-40
= 60
Banyak Kelas (B) = 1 + 3,3 x Log n
= 1+ 3,3 x 1,50
= 1 + 4, 95
= 5, 95
= 5 (dibulatkan ke bawah)
Panjang Kelas (i) = B
A
= 5
60
= 12
29
Lampiran 16
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Kegiatan Tanya Jawab
30
2. Kegiatan Diskusi
31
3. Kegiatan Presentasi
32
33
4. Guru memberi petunjuk
34
35
36
37
38