tafsir kontekstual kh. abdurrahman wahid …

46
TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID (TELAAH 9 NILAI UTAMA PEMIKIRAN GUS DUR) Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam Bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir Oleh: Qathrun Nada NIM. 16210774 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2020 M /1441 H

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID

(TELAAH 9 NILAI UTAMA PEMIKIRAN GUS DUR)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Agama

(S.Ag) dalam Bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Oleh:

Qathrun Nada

NIM. 16210774

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2020 M /1441 H

Page 2: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID

(TELAAH 9 NILAI UTAMA PEMIKIRAN GUS DUR)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Agama

(S.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir

Oleh:

Qathrun Nada

NIM. 16210774

Pembimbing:

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2020 M /1441

Page 3: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid

(Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” yang disusun oleh Qathrun

Nada, Nomor Induk Mahasiswa: 16210774 telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 11 Agustus 2020

Pembimbing,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.

Page 4: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid

(Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” oleh Qathrun Nada dengan

NIM 16210774 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin

dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 14 Agustus

2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 24 Agustus 2020

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc.,M.A.

Mamluatun Nafisah, M.Ag

Penguji I, Penguji II,

Ahmad Hawasyi, M.Ag.

Iffaty Zamimah, S.Th.I., M.A

Pembimbing

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.

Page 5: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Qathrun Nada

Nim : 16210774

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1997

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH.

Abdurrahman Wahid (Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” adalah

benar-benar hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan.

Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya.

Jakarta, 14 Agustus 2020

Qathrun Nada

Page 6: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

iv

MOTTO

Mengabdi kepada Ilmu tiada Henti,

Beribadah kepada Allah tak Kenal Lelah

Page 7: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

v

KATA PENGANTAR

ٱ لل ٱ ثغ ٱ شح شح١

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terungkap pada awal pengantar

ini selain ungkapan rasa syukur sedalamnya ke hadirat Allah swt. Tuhan yang

telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis, yang telah

memberikan kasih sayang berupa nikmat sehat, sehingga dengan izin dan

kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini.

Merupakan suatu anugerah terindah, rasa lega dan bahagia yang dirasakan

penulis saat ini, karena luasnya kasih sayang-Mu. Semoga apa yang telah

penulis kerjakan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan menjadikan jalan

untuk lebih mendekatkan diri dan berserah diri hanya pada-Mu.

Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin yang

paling baik, sabar, bijak, dan pemimpin yang selalu dikagumi yaitu Nabi

Muhammad Saw, yang telah memberikan tuntunan petunjuk jalan suci yang

akan menghantarkan kebahagian bagi umatnya di dunia dan di akhirat. Âmîn.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak hadir begitu saja, namun

telah banyak yang ikut berkontribusi dalam penulisan ini, maka perlu kiranya

penulis menyampaikan rasa terima kasih secara khusus. Semoga segala

kebaikan yang telah diberikan menjadi amal tersendiri untuk mengumpulkan

kita bersama umat Nabi Muhammad Saw di sisi Allah nanti. Âmîn. Karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Lc, M.A. Rektor Institut Ilmu

Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, M.Hum., selaku

Warek I, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA.,

selaku Warek II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku Warek III

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

Page 8: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

vi

2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta merangkap

Dosen Pembimbing penulis yang begitu sabar mengarahkan karya tulis

penulis, tak lupa Staf Tata Usaha Fak. Ushuluddin dan Dakwah atas

bantuannya selama ini.

3. Bapak KH. Haris Hakam, S.H., M.A., selaku ketua Prodi Ilmu Al-Qur`an

dan Tafsir, beserta sekretaris Prodi IAT, Ibu Mamluatun Nafisah, M.Ag

atas semua bantuannya. Tentunya tidak lupa kepada Dosen penguji I & II,

Bapak Ahmad Hawasyi, M.Ag dan Ibu Iffaty Zamimah, S. Th.I., M.A atas

arahan dan bimbingannya hingga skripsi ini dapat disempurnakan.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-

Qur`an (IIQ) Jakarta, yang selama ini telah mengajarkan berbagai mata

kuliah dari awal semester hingga akhir dengan semangat dan kesabaran

yang menjadi tauladan dan pelajaran penting bagi penulis.

5. Orang Tua tercinta, Abi H. Khotibul Umam, SQ. M.Pd dan Umi Siti

Latifah, S.H.I yang selalu menjadi tempat diskusi terbaik, mendoakan

tanpa henti, serta senantiasa mendukung dan memberi semangat. Semoga

pengorbanan beliau dibalas Allah swt dengan surga-Nya dan kita

dikumpulkan kembali di surga-Nya kelak. Âmîn.

6. Adik-adik tersayang, Shilatu A‟ilah, Ilhanum Badawiyyah, Mazamirus

Shufa, teman share and care terbaik Siti Masyithoh, Nashiha Syaqina

Laily, Fariza RGDa, Tasya Nabilah, Gustiara, Novita Fajar Lestari, ibu

peri Safira Azka Tazkiyatullaili, juga teman wara-wiri Fadhil Muharrom

yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat terhadap penulis.

7. Teman-teman seperjuangan IIQ angkatan 2016 khususnya Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, teman-teman

Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ Jakarta, rekanita PP IPPNU

Page 9: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

vii

serta sahabat-sahabati PMII Komisariat Kebayoran Lama, terimakasih

atas motivasi, semangat dan bantuannya selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan

untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik. Namun

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka skripsi ini tentunya

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ucapkan permohonan

maaf sebesar-besarnya dan dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi karya yang

lebih baik lagi. Walau begitu adanya, penulis berharap tulisan ini dapat

memberi manfaat dan kontribusi pengetahuan baru terhadap masyarakat.

Jakarta, 14 Juli 2020

Qathrun Nada

Page 10: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

PERNYATAAN PENULIS ............................................................................ ii

MOTTO ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xi

ABSTRAK ..................................................................................................... xv

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Permasalahan Penelitian ........................................................................ 6

1. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6

2. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7

3. Perumusan Masalah ........................................................................... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7

1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

2. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ......................................................................... 14

1. Jenis Penelitian ................................................................................ 14

2. Sumber Data .................................................................................... 15

3. Teknik Pengumpulan data ............................................................... 15

4. Metode Analisis Data ...................................................................... 16

F. Kerangka Teori .................................................................................... 19

Page 11: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

ix

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ................................................... 19

BAB II ............................................................................................................ 22

KONSEP TAFSIR KONTEKSTUAL ........................................................... 22

A. Definisi Tafsir Kontekstual ................................................................. 22

B. Latar Belakang dan Sejarah Tafsir Kontekstual .................................. 26

1. Sejarah Tafsir Kontekstual .............................................................. 26

2. Tekstualisasi dan Kontekstualisasi Tafsir Kontekstual ................... 33

C. Prinsip-Prinsip Penafsiran Kontekstual ............................................... 39

D. Metode Penafsiran Kontekstual .......................................................... 42

E. Aplikasi Tafsir Kontekstual ................................................................ 47

F. Latar Belakang 9 Nilai Gus Dur .......................................................... 48

BAB III ........................................................................................................... 50

BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID DAN PERANNYA DI

BIDANG AL-QUR‟AN ................................................................................. 50

A. Profil KH. Abdurrahman Wahid ......................................................... 50

1. Riwayat Hidup ................................................................................. 50

2. Riwayat Pendidikan ......................................................................... 59

3. Jejaring Guru dan Sanad .................................................................. 62

B. Karya dan Sumbangsih yang Ditinggalkan ......................................... 63

C. Peran di Bidang Al-Qur‟an ................................................................. 64

1. Ketertarikan pada Tafsir Al-Quran .................................................. 64

2. Kebijakan terhadap Pesantren ......................................................... 67

D. Bingkai Pemikiran Gus Dur ................................................................ 68

BAB IV .......................................................................................................... 71

KONSTRUKSI TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID

........................................................................................................................ 71

A. Gus Dur dan Pemahaman The Religious Text ..................................... 71

B. Peta Tafsir Kontekstual Gus Dur ........................................................ 76

Page 12: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

x

1. Ketauhidan ....................................................................................... 76

2. Kemanusiaan ................................................................................... 88

3. Keadilan ........................................................................................... 93

4. Kesetaraan ..................................................................................... 100

5. Pembebasan ................................................................................... 108

6. Kesederhanaan ............................................................................... 115

7. Persaudaraan .................................................................................. 119

8. Keksatriaan .................................................................................... 124

9. Kearifan Tradisi ............................................................................. 128

C. Metodologi, Ideologi dan Relevansi Tafsir Kontekstual Gus Dur .... 140

BAB V .......................................................................................................... 143

PENUTUP .................................................................................................... 143

A. Kesimpulan ........................................................................................ 143

B. Saran .................................................................................................. 144

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 146

LAMPIRAN ................................................................................................. 151

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 152

Page 13: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari

abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di Institut Ilmu

Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

„ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ؼ j : ج

q : ؽ h : ح

k : ؾ kh : خ

l : ؿ d : د

m : ـ dz : ذ

n : ف r : ر

w : ك z : ز

h : ق s : س

‟ : ء sy : ش

y : م sh : ص

dh : ض

Page 14: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

xii

2. KonsonanVokal

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

Fathah : a آ : â م ... : ai

Kasrah : i م : î م ... : au

Dhammah : u ك : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ؿا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti alif-lam ( اؿ) qamariyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة

b. Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

لالرج : ar-rajul السيدة : as-Sayyidah

ad-Dârimî : الدارمي asy-syams : الشمس

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ـ),

sedangkan untuk alih aksara ini dilambang dengan huruf, yaitu dengan

Page 15: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

xiii

cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku

secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata

ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyah. Contoh:

Âmannâ billâhi : أمنابالل

Âmana as-Sufahâ`u : أمنالسفهاء

Inna al-ladzîna : إفالذين

wa ar-rukka‟i : كالركع

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

الفئدة : al-Af`idah

سلمية al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah : الامعةال

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf

“t”. Contoh:

Âmilatun Nâshibah„ : عاملةنصبة

Page 16: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

xiv

al-Âyat al-Kubrâ : اليةالكبػرل

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Pedoman

Umum Ejaan Indonesia (PUEBI), seperti penulisan awal kalimat, huruf

awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang

berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun

untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang

ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:

„Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya.

Khususnya untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya

menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-

Fâtihah dan seterusnya.

Page 17: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

xv

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa penafsiran kontekstual KH. Abdurrahman

Wahid yang terhimpun dalam tulisan-tulisan kolomnya. Mengeksplorasi

sumbangsih penafsiran ulama yang justru tidak populer dalam bidang tafsir

Al-Qur‟an. Untuk mengetahui sejauh mana relevansinya dengan perangkat

ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat di Indonesia. Serta mengurai

metodologi penafsiran yang digunakan meliputi sumber, metode dan corak

hingga kecenderungan ideologinya.

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan tiga pendekatan

yaitu: sosiologis, historis, dan linguistik. Penyajian data dalam tulisan ini

berupa deskriptif-analisis. Penafsiran kontekstual Abdurrahman Wahid ini

dikumpulkan dari kumpulan tulisan kolom dan karya-karya tulisnya yang

terhimpun dalam buku-bukunya. Selanjutnya data tersebut melalui proses

penyaringan berdasarkan pembahasan yang kontekstual baik secara eksplisit

mengutip sebuah ayat, atau gagasan-gagasan yang kiranya berangkat dari

sebuah ayat. Hasil penafsiran tersebut dipetakan dalam sembilan tema

pembahasan, yang kemudian dianalisa relevansinya berdasarkan dua aspek;

perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat Indonesia.

Kata kunci : Abdurrahman Wahid, Tafsir, Kontekstual

Page 18: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an mengandung nilai yang bersifat universal yakni nilai

yang amat luas dan mendasar baik terkait persoalan persoalan sosial,

hukum, dan seterusnya. Dapat dibayangkan, jika Al-Qur‟an bersifat

lokalitas, maka ayat-ayatnya akan diklaim oleh masyarakat atau kaum

tertentu, ditempat tertentu dan waktu tertentu. Tentunya ini bertolak

belakang dengan konsep Al-Qur‟an sholihun likulli zaman wa makan (Al-

Qur‟an yang aplikatif untuk setiap waktu dan tempat).

Dalam proses transformasi Al-Qur‟an, diketahui bahwa manusia

menduduki proses terakhir dalam perkembangannya. Sekali lagi, perlu

difahami bahwa hasil interpretasi manusia dengan pengaruh budaya lokal,

menjadikan relativitas kebenaran yang tidak bersifat absolut pada karya

yang dihasilkan. Kecendrungan pada pemaknaan secara teks yakni terkait

gramatikal kebahasaan, dan konteks yakni hal-hal ekstrinsik teks tersebut,

keduanya pun mengikuti perjalanan kebutuhan di tengah umat.

Pandangan dua kutub kekakuan dan kelenturan dalam memahami

makna Al-Quran ini sangat erat kaitannya dengan penafsiran yang

masyhur disebut penafsiran tekstual dan kontekstual. Pendekatan tekstual

cenderung kaku karena dibatasi oleh teks. Walaupun boleh jadi

pendekatan tekstual merupakan pendekatan kontekstual di eranya.

Sementara pendekatan kontekstual dinilai lebih lentur menyesuaikan

kondisi turunnya teks ayat hingga keadaan mufasir menggali makna teks

ayat tersebut.

Page 19: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

2

Dalam sejarah penafsiran, manusia dari berbagai sudut pandang, dari

berbagai titik tolak, demi mencapai tujuan-tujuan tertentu guna mengamini

bahwa Al-Qur‟an sebagai the way of life, selalu mencoba mengerti

kandungan Al-Qur`an yang universal ini. Namun dapatlah dikatakan upaya

ini tidak akan pernah selesai. Pembaharuan demi pembaharuan akan terus

terjadi melalui gesekan konteks tertentu. Apalagi kalau disadari Al-Qur`an

selalu terbuka untuk dieksplorasi isinya. Hingga pada akhirnya upaya ini

menghasilkan penafsiran-penafsiran dan pemahaman baru yang dinamis.

Termasuk merespon beberapa term keilmuan yang dianggapnya sebagai

term kontemporer. Manusia terus merespon hal tersebut agar Al-Qur‟an

terus hidup dalam menemani perjalanan manusia.1

Jika demikian, pendekatan kontekstualah yang kini dinilai dapat

lebih mengakomodir problematika yang berkembang. Sebab sebagaimana

sebuah ungkapan populer yaitu an-Nushûsh Mutanâhiyah mahdûdah wa

al-waqâiʻ wa al-qadhâyâ katsîrah mutajaddidah (teks terbatas sedangkan

kondisi dan problematika terus berkembang). Apalagi predikat shâlih li

kulli zamân wa makân selalu melekat pada Al-Quran.

Membuka kembali sejarah upaya memahami teks Al-Qur‟an

berdasarkan konteksnya, kaum kontekstualis meyakini embrio penafsiran

ini lahir pada awal abad ke 7 M yakni tafsir Umar bin Khattab (w

23/664).2 Walaupun sebenarnya praktik menafsirkan berdasarkan konteks

dilakukan oleh Rasulullah. Sebagai seorang sahabat senior, Umar

memainkan peran signifikan dalam perjalanan kepemimpinan Nabi

periode Mekah-Madinah bahkan menjadi penasihat hingga Nabi wafat.

Penafsiran kontekstualnya yang masyhur tercatat dalam sejarah seperti

1 Baca Epilog dari Andi Rahman “Menuju Living Islam” Ilmu Living Quran-

Hadis, (Tangerang: Maktabah Darussunnah 2019), H. 349-355 2 Abdullah Saeed, Terjemah Al-Qur‟an Abad 21: Tafsir Kontekstual, (Bandung:

Mizan, 2016), cet 1, h 49

Page 20: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

3

pendistribusian harta rampasan perang, dan kategori penerima zakat,

hukum mawaris, penetapan shalat tarawih jamaah, pembagian harta

rampasan perang kepada keluarga Nabi, Umar menetapkan

pelaksanaannya pada saat itu dengan mempertimbangkan konteks yang

ada.3

Macam-macam pola memahami Al-Quran menjadi begitu dinamis,

seiring tersebarnya Islam ke penjuru dunia. Tentunya pola yang

bermacam-macam ini terjadi karena menyesuaikan dengan budaya di

mana Islam berkembang. Di daerah yang literasinya begitu kuat dan

membara, Al-Qur‟an menjadi kajian menarik tersendiri untuk dihadirkan

di perguruan-perguruan tinggi. Seperti halnya Al-Azhar Kairo di Mesir. Di

sinilah lahir tokoh-tokoh penafsir kontekstual seperti Muhammad Abduh

(w 1905) dengan karyanya, Tafsir Al-Manar, diklaim sebagai tafsir yang

menekankan peranan akal dan sosio historis, yang selanjutnya project ini

diteruskan oleh muridnya yakni Rasyid Ridha (w 1935).

Giatnya arus intelektual di daerah ini terus membudaya, hingga

disusul oleh beberapa tokoh yang mana pula pola pemikirannya digagas

untuk memahami Al-Qur‟an. Seperti Fazlur RGDan (w 1988), Amina

Wadud (l 1952), Muhammad Shahrour (w 2019), Muhammad Arkoun (w

2010) , Khalid Abou El-Fadl (l 1963) dst.4 Metode dan pendekatan yang

diaplikasikan oleh tokoh-tokoh ini, adalah pengupayaan sedemikian rupa

dalam pemaknaan Al-Qur‟an agaknya dapat menjawab persoalan di

tengah umat. Hingga dapat disimpulkan karya-karyanya banyak

mengangkat tema-tema humanisme, seperti kesetaraan gender, kebebasan

manusia, toleransi, pemikiran independen, tradisi dan penalaran,

pengentasan kemiskinan, keadilan sosial dsb. Inilah varian kompleks

3 Abdullah Saeed, Terjemah Al-Qur‟an Abad 21: Tafsir Kontekstual, h.55-68

4 Abdullah Saeed, (Terjemah) Pengantar Studi Al-Qur‟an, Yogyakarta: Baitul

Hikmah Cet-1 2016, H 317-333

Page 21: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

4

kontekstual yang ter-frame dengan jelas sebagai hasil inti sari Al-Qur‟an

yang diupayakan oleh mereka.5

Perlu disadari bahwa pemikiran manusia terbatas dan bersifat lokal

mengikuti bagaimana pola pemikirannya terbentuk dan bagaimana hatinya

menuntun. Hal inilah titik perbedaan yang ada pada Al-Qur‟an dan

pemikiran manusia. Maka dalam memahami sebuah konsep pastilah ada

sebuah kecenderungan tertentu yang kita sebut dengan paradigm atau cara

pandang.

Kecenderungan ini juga menjadi khazanah tersendiri dalam konsep

menghidupkan Al-Qur‟an di Nusantara. Berbeda dengan belahan bumi

yang lain di mana arus intelektual lebih dominan. Masyarakat Nusantara

lebih akrab dengan tafsir „laku‟ yang digagas oleh Walisongo. Wali Songo

memiliki role modelnya yang unik dalam memberikan pemahaman ke-Al-

Qur‟anan pada umat Nusantara. Keunikan ini bukan semata-mata untuk

menarik perhatian saja, tetapi merupakan hasil kearifan para wali dalam

mereduksi teks hingga sampai pada pemahaman konteks yang lebih

bersifat esensial. Melihat Islam datang di bumi nusantara tidaklah sunyi

dari budaya lokal yang sudah tervalue. Maka walisongo mencermati ini

dengan melakukan akomodasi budaya dan kesenian.6

Pemahaman Al-Qur‟an dipahami dengan pendekatan budaya lokal

dan kesenian, seperti halnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga (w

1513). Mengetahui masyarakat setempat adalah orang-orang yang sangat

menyukai tembang-tembang, maka dakwahnya disampaikan dengan

tembang seperti lir-ilir. Juga menggunakan medium wayang seni ukir,

gamelan serta seni suara suluk yang dinilai efektif sekali dalam

5 Abdullah Saeed, (Terjemah) Pengantar Studi Al-Qur‟an, h.317-333

6 Zahro Nur Amalia “Nawa Dewata Hinduistik Dan Walisongo: Role-Model

Dakwah Walisongo”, dalam International Journal Ihya Ulumudin, Vol.22, No 1, 2020, h.

1-9

Page 22: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

5

penyampaian pesan Al-Qur‟an.7 Pesan yang disampaikan oleh Sunan

Kalijaga merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Maka sangat relevan jika role model penyampaian ala Sunan Kalijaga ini

dikatakan sebagai tafsir kontekstualis.

Titah-titah jawa juga menjadi ketertarikan masyarakat jawa pada

saat itu. Moh limo misalkan, prinsip kehidupan ini diajarkan oleh salah

satu anggota terkemuka walisongo, Sunan Ampel (w 1481) sebagai

akomodasi budaya local dalam menghidupkan pemahaman Al-Qur‟an.

Titah filosofi kehidupan ini berisikan moh main, moh ngombe, moh

maling, moh madat, moh madon yakni seruan untuk tidak berjudi, minum-

minuman keras, mencuri, menggunakan narkotika dan berzina.8 Bukankah

konteks saat itu memang membutuhkan seruan ini. hingga sangat relate

jika role model yang demikian ini merupakan bagian dari tafsir

kontekstualnya Nusantara. Hingga pada kesimpulan penulis, bahwa bumi

Nusantara memiliki wajah tafsirnya sendiri yakni „tafsir laku‟ yang mana

bisa dikatakan tafsir ini adalah irisan dalam pembahasan tafsir kontekstual.

Memasuki era modern tokoh-tokoh yang menggagas pemikiran-

pemikiran pembaharu di Indonesia terus bermunculan. Di antara beberapa

aspek pertimbangan dalam memilih tokoh untuk dijadikan sebuah objek

penelitian adalah popularitas, pengaruh, kontroversi, keunikan, intensitas,

relevansi dan kontribusi.9 Dalam konteks lokal di Indonesia ada tokoh

yang tidak banyak mewariskan tulisan – khususnya dalam ranah Al-Quran

dan tafsir – namun memenuhi sejumlah aspek yang layak untuk diteliti.

Sebut saja Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Seorang

7 Susmihara,“Walisongo Dan Pendidikan Islam” dalam Jurnal Rihlah (UIN

Alauddin), Vol 5, No. 2, 2017, h. 12-13 8 Susmihara,“Walisongo Dan Pendidikan Islam”, h. 9

9 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea

Press, 2015), h.37-40

Page 23: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

6

tokoh yang mempunyai pengaruh besar baik di tingkat nasional melalui

NU (Nahdlatul Ulama), ormas Islam terbesar maupun pengaruh signifikan

dalam skala internasional dengan penghargaan Islamic Missionary Award

from the Government of Egypt, Mesir pada tahun 1991.

Dengan pengaruh dan popularitas yang tinggi, Gus Dur saat

menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam ceramah, pengajian, kuliah

maupun taklim, tidak jarang mengkaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran.

Menariknya, tak jarang pemikiran qurani yang disampaikannya

kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman yang berjalan serta

unik dan sarat akan makna.

Dari paparan latar belakang di atas, penulis akan mengumpulkan

serpihan-serpihan pemikiran qurani Gus Dur yang terakomodir pada

sembilan nilai Gus Dur. Kemudian ini menjadi bahan telaah dan analisa

secara objektif, kritis, dan argumentatif. Oleh karenanya penelitian ini

menjadi relevan untuk diangkat dalam sebuah judul skripsi “Tafsir

Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid (Telaah 9 Nilai Utama

Pemikiran Gus Dur)”

B. Permasalahan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat

menyimpulkan beberapa masalah Di antaranya adalah:

a. Apa itu tafsir kontekstual?

b. Apa saja 9 nilai pemikiran Gus Dur?

c. Ayat-ayat apa saja yang menjadi penafsiran kontekstual Gus

Dur?

d. Bagaimana pemikiran Gus Dur terhadap ayat-ayat Al-

Qur‟an?

Page 24: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

7

e. Bersumber dari mana penafsiran Gus Dur?

f. Bagaimana metodologi penafsiran kontekstual Gus Dur?

g. Bagaimana corak penafsiran kontekstual Gus Dur?

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada penafsiran kontekstual

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terdapat pada 9 nilai utama

pemikirannya. Sembilan nilai utama pemikiran Gus Dur ini

penting untuk diteliti aspek quranic value-nya, karena gagasan-

gagasannya sangat revolusioner, visioner dan melampaui

zamannya. Dan itu adalah tanda dari semangat yang diajarkan Al-

Qur‟an. Dari 9 nilai utama tersebut akan coba dipotret dimensi

tafsir kontekstual Gus Dur dari aspek sumber, metode, corak dan

ideologi serta relevansinya dengan ilmu-ilmu tafsir dan kondisi

sosial masyarakat.

3. Perumusan Masalah

Berangkat dari pembatasan masalah, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut;

1. Bagaimana metodologi dan ideologi penafsiran kontekstual

Gus Dur?

2. Bagaimana relevansi penafsiran kontekstual Gus Dur dengan

perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Menganalisis metodologi dan ideologi penafsiran kontekstual

Gus Dur.

Page 25: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

8

b. Mengukur tingkat relevansi penafsiran kontekstual Gus Dur

dengan perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat

Indonesia.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat/signifikansi, baik secara

teoritis maupun praktis:

a. Secara Teoritis

Penelitian ini secara teoritis berguna sebagai upaya

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang

ilmu tafsir Al-Qurꞌan, terutama penafsiran ke-Indonesia-an.

Selain itu penelitian ini juga untuk memberikan dan

menambah sumbangsih bentuk penafsiran kontekstual yang

dikodifikasi oleh selain mufasir.

b. Secara Praktis

Pertama, untuk para peneliti, kegunaan penelitian

ini kiranya membuka peluang penelitian tafsir yang se-tema

lainnya. Hingga akan bermunculan penafsiran-penafsiran

kontekstual dari tokoh-tokoh ulama Indonesia. Peneliti

selanjutnya juga dapat menanggapi atau menolak hasil

penelitian ini sehingga ilmu pengetahuan khususnya

penafsiran kontekstual akan terus berkembang dan hidup.

Selain itu penelitian ini dirasa masih dapat dieksplor lebih

lanjut guna melengkapi ataupun mengambil tema yang

berkenaan dengan penafsiran Gus Dur diluar tema yang

penulis angkat

Kedua, untuk Gusdurian, diharapkan hasil penelitian

ini dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai basis rujukan

Page 26: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

9

atau dasar nash yang kiranya mengilhami pola pemikiran Gus

Dur.

Ketiga, untuk masyarakat umum Kegunaannya

secara praktis adalah sebagai bentuk memahami ayat-ayat Al-

Quran dalam bingkai kemanusiaan dan ke-Indonesia-an.

Keempat, untuk individu penulis, penelitian ini

kiranya dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir

mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah

tafsir yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.

Tetunya dalam hal ini peneliti dapat melatih kemampuan atas

kepekaan sosial-kemanusiaan dan relevansinya terhadap Al-

Qur‟an.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka digunakan sebagai alat peninjau guna

memastikan kedudukan peneliti sebagai pelanjut atau pemula.

Selain itu melakukan review terhadap hasil-hasil penelitian

terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Sebelum ini, peneliti menemukan adanya beberapa

penyusun yang mengkaji tentang Gus Dur, hanya saja belum

menemukan pembahasan yang meneliti lebih jauh tentang

kodifikasi pemikiran Gus Dur dalam bingkai perspektif tafsir

kontekstual. Namun, peneliti menemukan sebuah karya ilmiah yang

relevan dan dapat digunakan

Selama rentang waktu pencarian terhadap data-data

pembanding terdahulu dalam objek kajian ini baik berupa karya

ilmiah, jurnal, buku, kitab dan lainnya, penulis hanya menemukan

sejumlah tulisan pembanding yang kurang lebih masih berkaitan

dengan objek penelitian ini dari dua aspek yakni; aspek penafsiran

Page 27: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

10

kontekstual yang dikodifikasi; serta aspek penelitian terdahulu tentang

Abdurrahman Wahid.

Aspek pertama, setidaknya ada enam karya yang penulis

temukan;

1. Al-Qur‟an Abad 21 Tafsir Kontekstual sebuah terjemahan dari

Reading The Qur'an In The Twenty-First Century A Contextualist

Approach karya Abdullah Saeed (l 1960 M) merupakan penelitian

yang dibukukan oleh seorang sarjana Muslim. Buku ini

menawarkan panduan praktis bagaimana melakukan penafsiran

dan menyajikan ide-ide kunci seputar pendekatan kontekstualis,

yang meletakan pesan asli Al-Qur‟an kepada konteks sosial,

politik, ekonomi, dan intelektual yang lebih luas. Tentunya buku

ini menjadi panduan metode penafsiran yang fleksibel untuk

menunjang penelitian ini bagi penulis.

2. Tesis “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi (Studi Analisis

Penafsiran Syafahi)”. Penelitian Ali Fitriana Rahmat ini

menganalisis penafsiran syafahi tokoh Ahmad Hasyim Muzadi

yang kontekstual. Sejauh mana relevansinya dengan perangkat

ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat di Indonesia. Serta

mengurai metodologi penafsiran yang digunakan meliputi sumber,

metode, dan corak hingga kecenderungan ideologinya. Bedanya

dengan penelitian penulis adalah, pada objek tokoh pembahasan

dan concern media tafsir yang diteliti, karena tesis ini mengusung

penafsiran syafahi.

3. Juhûd al-Qâdhî ʻIyâdh fî at-Tafsîr sebuah disertasi yang disusun

oleh Muhammad Mujalli ar-Rababi‟ah pada tahun 2008 di

University of Jordan (Jâmiʻah al-Yarmûk). Tulisan tersebut

Page 28: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

11

memaparkan pemikiran al-Qadhi ʻIyadh (w. 544 H) tentang ayat-

ayat Al-Quran. Mulai dari orisinil pemikirannya maupun

penjelasan tematis dengan pendekatan bahasa dan sastra. Selain

itu diulas juga pandangannya terkait ayat-ayat sifat Allah

(teologi), ayat-ayat hukum, hingga Israiliyyat. Sehingga karya

ilmiah ini mampu menampilkan secara detail metodologi al-Qadhi

ʻIyadh (w. 544 H) dalam menafsirkan Al-Quran. Pada akhirnya

disertasi ini menjadi saham terbesar sebuah karya Tafsîr al-Qâdhî

ʻIyâdh yang berhasil diterbitkan sebanyak dua jilid besar yang

keduanya mencapai 1200 halaman. Bagi penulis disertasi ini

sangat membantu karena dapat memotret pemikiran tafsir Al-

Quran dari seorang al-Qadhi ʻIyadh (w. 544 H)

4. Mohammed Arkoun, „Revelation‟, „Exegesis‟, dalam Rethinking

Islam: Common Question, Uncommon Answer, diterjemahkan dan

diedit oleh Robert D. Lee, Boulder; Westview Press, 1994. Dalam

dua bab buku tersebut Arkoun mengkritik pendekatan tradisional

Al-Qur‟an dan interpretasi terhadapnya. Dia mengusulkan untuk

memikirkan kembali tradisi penafsiran dalam konteks perubahan

masyarakat modern. Topik lain dalam buku ini berkisar tentang

„Muhammad‟, „Hadis‟, „Gender‟, „Sufisme‟, „Otoritas‟, „Budaya‟,

„Sekularisme‟, „HAM‟. Topik ini merupakan topik yang juga

dibahas pada penelitian penulis.

5. Farid Esack, Qur‟an, Liberalism and Pluralism, Oxford;

Oneworld, 1997. Dalam buku ini Esack memberikan pandangan

alternatif tentang Al-Qur‟an dalam kaitannya dengan konsep

liberalism dan pluralism modern. Dia berpendapat bahwa Al-

Qur‟an mengakui ide kebebasan, toleransi, dan pluralism. Tulisan

Page 29: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

12

Esack memberikan insight kepada penulis, dalam tema bahasan

yang sama yang penulis angkat pada penelitian ini.

6. Fazlur RGDan, Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual Tradition, Chicago; Chicago University Press, 1982;

Modern Developments, “Legacy and Prospect and Epilogue

Islam”, second edition Chicago: University of Chicago Press,

2002. Dalam buku ini RGDan berpendapat bahwa ada kebutuhan

mendesak untuk menafsirkan Al-Qur‟an kembali. Dengan kritis

dia mengevaluasi tradisi keilmuan Islam dalam konteks sosio-

historis dan berpendapat juga bahwa ada kebutuhan untuk

mengakui adanya perbedaan antara petunjuk Al-Qur‟an yang

berbentuk prinsip-prinsip umum dan respon khusus terhadap

situasi historis tertentu. Buku ini kiranya menjadi panduan basic

penelitian penulis terkait bagaimana menarik sebuah ayat pada

cakupan dimensi waktu tertentu.

Sedang pustaka terdahulu yang menghimpun penelitian

tentang pemikiran Gus Dur yang sekiranya inline dengan tema

penelitian, sejauh yang penulis temukan antara lain:

7. Ajaran-Ajaran Gus Dur (Syarah 9 Nilai Utama Pemikiran Gus

Dur), buku ini menyajikan sejarah perumusan 9 nilai pemikiran

Gus Dur secara komprehensif. Selain itu, tulisan ini memang

menjadi penjelaskan nilai 9 utama pemikiran Gus Dur agar

rumusannya dapat di pahami oleh pembaca yang ingin bergelut

dengan dinamika pemikirannya. kontribusi buku ini terhadap

penelitian penulis adalah untuk menunjang penjabaran 9 nilai

utama Gus Dur, mengingat penulis buku ini adalah salah satu

yang turut hadir merumuskan 9 nilai utama pemikiran Gus Dur

dalam symposium. Menjadi begitu berguna untuk penulis jadikan

Page 30: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

13

pertimbangan dalam penelitian ini. Perbedaannya dengan

penelitian penulis, buku ini hanya sekedar menjabarkan nilai yang

di rumuskan dan tidak menganalisanya dengan disiplin ilmu

apapun, termasuk ilmu tafsir.

8. Jurnal Ainul Fitriah Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang

Pribumisasi Islam, menggagas tentang konsep keagamaan dan

kenegaraan serta relevansinya dengan nash Al-Qur‟an, hadis dan

kaidah-kaidah fiqih. Bagaimana agama Islam didudukkan menjadi

sebuah konsep yang tidak sekedar teologis semata. Penulis pun

mendapat inspirasi dari jurnal ini sebagai referensi dalam

mengutip argumen Gus Dur yang berkaitan dengan interpretasi

ulang ayat Al-Qur‟an.

9. Paper Muhammad Nurul Huda; Gus Dur dan pencegahan

Ekstrimisme Kekerasan (Wahid Foundation). Tulisan ini

merupakan hasil dari rangkaian diskusi ahli yang diselenggarakan

oleh Wahid Foundation pada 09 November 2017 dengan tema “

Gus Dur dan Pencegahan Ekstremisme Kekerasan.” Tulisan yang

dianggit Muhammad Nurul Huda ini mengemukakan bahwa

setidaknya ada dua faktor pokok yang menurut Gus Dur berperan

menyumbang pengembangbiakan radikalisme. Pertama,

pemahaman keIslaman yang dangkal, dan selanjutnya persepsi

mengenai ketidakadilan dan tirani oleh negara-negara Barat.

Tulisan ini pun menjadi perbandingan tersendiri dalam

menganalisis pemikiran Gus Dur soal Islam dan negara bagi Gus

Dur, Islam adalah agama hukum, karenanya setiap sengketa

seharusnya diselesaikan berdasarkan hukum, tidak menggunakan

Page 31: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

14

hukum rimba. Dengan demikian Islam adalah “agama kedamaian”

bukan “agama kekerasan”.10

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Tulisan ini secara metodologis menggunakan jenis

penelitian kepustakaan (library research), yaitu meninjau beberapa

literatur yang relevan dan berkaitan dengan pembahasan penelitian

sehingga pembahasan lebih tertata rapi dan tidak mengarah ke

mana-mana. Sebagaimana umumnya studi tokoh tulisan ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif (qualitative research).11

Sebagaimana menurut McMillan dan Schumacher (2001), studi

kasus masuk dalam kategori metode penelitian kualitatif.12

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian di lapangan seperti perilaku, persepsi, motivasi dll.13

Mudahnya definisi penelitian kualitatif adalah suatu jenis

penelitian data yang menggunakan informasi kenyataan di

lapangan, bukan melalui nilai dan ukuran secara langsung juga

bukan menggunakan tabel angka-angka hasil pengukuran atau

penilaian secara langsung yang dianalisis secara statistik.14

10

Muhammad Nurul Huda, “Gus Dur Dan Pencegahan Ekstremisme Kekerasan”,

dalam paper, Wahid Fondation, h.1-5 11 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta:

Idea Press, 2015), h. 31

12 Dadan Rusmana, Metode Penelitian al-Qurꞌan & Tafsir, (Bandung: Pustaka

Setia, 2015), h.33-34

13 Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri: t.p, 2009), h.14

14 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2010), h.13

Page 32: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

15

2. Sumber Data

Penulis dalam penyusunan tesis ini mengambil dari berbagai

sumber literatur dan data. Sumber itu diklasifikasi menjadi dua

bagian; Primer dan Sekunder.

Sumber data primer penelitian ini diambilkan dari kumpulan

tulisan-tulisan kolom Gus Dur yang telah dibukukan. Video

ceramah, testimoni sahabat Gus Dur juga pada buku-buku dan

karya-karya yang mengulas pemikirannya, seperti; buku Islam

Kosmopitan, Islamku Islam Anda Islam Kita, Gus Dur Bertutur, dan

Ajaran-Ajaran Gus Dur (Syarah 9 Nilai Utama Pemikiran Gus Dur).

Sementara data sekunder merujuk pada literatur tafsir dan

ilmu al-Quran (ummahât at-Tafsîr wa ʻulûm al-Qur‟ân) yang

menjadi rujukan utama semisal al-Burhân, al-Itqân, al-Mufradât fî

Gharîb Al-Qur‟ân, Jâmi„al-Bayân fî Ta‟wîl Al-Qur‟ân dan juga

sejumlah literatur yang berkenaan dengan metodologi penafsiran dan

yang sejenis. Ditambah lagi literatur yang terkait dengan tafsir

kontekstual Al-Quran, seperti, Tafsîr Al-Quran al-Hakîm, Tafsîr al-

Manâr karya Muhammad Rasyid Ridha, Tafsîr Al-Misbah karya

Quraisy Shihab, Al-Qur‟an Abad 21 Tafsir Kontekstual karya

Abdullah Saeed (l 1960 M), Tafsîr Asy-Sya‟rawi karya Mutawalli

Asy-Sya‟rawi dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan

dua pola, yaitu:

a. Documentation. Teknik dokumentasi dalam penelitian adalah

teknik mengumpulkan data-data yang diperoleh dari dokumen-

Page 33: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

16

dokumen.15

Dalam penelitian ini dokumen-dokumen tersebut

meliputi beberapa literatur ʻulûm Al-Qurꞌân dan tafsir serta

kumpulan tulisan kolom Gus Dur, buku, artikel dan lain

sebagainya.

b. Interview; in deep interview. Maksud dari pengumpulan data

dengan metode wawancara dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data dengan cara menggali data dari narasumber

yang dianggap kompeten dan otoritatif dalam bidangnya.

Wawancara ini dilaksanakan dengan membuat pedoman secara

terstruktur (structured interviewing) berupa list pertanyaan-

pertanyaan yang berisi seputar Abdurrahman Wahid baik biografi

dan pemikiran quraninya. Sekiranya memungkinkan, penelitian

ini akan didukung oleh data wawancara dengan kerabat

Gusdurian, penasehat organisasi daerah JMQ yang didirikan oleh

Nyai Wahid Hasyim, kerabat Wahid Foundation.

4. Metode Analisis Data

Penganalisaan data dalam penelitian ini melalui beberapa

proses, Di antaranya;

a. Pengolahan data (Content analysis); Pengolahan data yang akan

dilakukan adalah dengan menuliskan hasil wawancara, analisa,

pengeditan, klasifikasi dan pereduksian.16

Data-data yang berupa

kata-kata verbal dan beragam lainnya seperti data dokumen diolah

15 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian

Kualitatif, h.155 & 129

16 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,

Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan

Penelitian Agama, h.29

Page 34: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

17

agar menjadi ringkas dan sistematis.17

Data-data dikumpulkan dari

berbagai sumber mulai dari sumber literal maupun verbal

(wawancara) dari narasumber yang otoritatif. Dalam proses

pengolahan data, penulis akan mendeskripsikan pembahasan apa

adanya dari data yang terkumpul. Terutama data primer penafsiran

Gus Dur yang melalui tahap pengumpulan data dari beberapa

tulisan kolom yang telah dibukukan.

b. Verifikasi data; Verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

tetap mengumpulkan data baru serta menekankan aspek

kredibilitas, transferabilitasi, konfirmabilitas.18

c. Penyajian; dalam menyajikan data-data yang sudah ditemukan

penulis akan mendeskripsikan pembahasan apa adanya secara

sitematis, faktual dan akurat kemudian dilanjutkan menganalisa

hasil deskripsi tersebut. Sehingga metode penyajian data berupa

deskriptif-analisis, yakni suatu metode yang berusaha untuk

mendesripsikan suatu penafsiran kontekstual secara sistematis dan

apa adanya.19

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan

untuk mencari unsur-unsur, ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode

ini digunakan penulis dalam memaparkan penafsiran kontekstual

Abdurrahman Wahid. Hasil penafsiran yang kontekstual setiap

temanya -dalam hal ini 9 nilai utama pemikiran Gus Dur- akan

dianalisa dari dua segi; ilmu tafsir untuk menelusuri sumber,

metodologi, corak, ideologi penafsirannya dan kondisi sosial.

17 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,

Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan

Penelitian Agama, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), h.29

18 Kredibiltas adalah dapat dipercaya kebenarannya. Transferabilitasi adalah

dapat diaplikasikan pada situasi yang lain. Konfirmabilitas adalah perlu untuk

mengkonfirmasi kebenarannya. Lihat Kuntjojo, Metodologi Penelitian, h.54

19 Nyoman Dantes, Metode Penelitian, (Yogyakarta: C.V. Afandi Offset,

2012) h. 51

Page 35: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

18

Penafsiran yang dipaparkan juga akan diperbandingkan dengan

penafsiran yang ada pada literatur tafsir yang otoritatif. Studi

komparatif merupakan salah satu bagian dari metode deskriptif.20

Sehingga perbandingan tersebut dapat mengukur relevansi

penafsiran yang disajikan dengan ilmu-ilmu tafsir. Analisa kondisi

sosial untuk mengukur relevansinya dengan kondisi sosial

masyarakat Indonesia dengan menggunakan pendekatan

sosiolinguistik.

d. Memberikan suatu kesimpulan; Kesimpulan akan diambil dari

hasil analisa secara mendalam pada studi kasus ini dengan

mengambil garis besar hasil penelitian ini.

e. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu: sosiologis,

historis, dan linguistik. Pendekatan sosiologi merupakan sebuah

pengamatan perilaku dari sudut posisi manusia yang membawanya

pada perilaku tersebut.21

Ini digunakan untuk memotret keadaan

sosial masyarakat dalam mencari relevansi dengan penafsiran.

Pendekatan historis yang mengamati proses terjadinya perilaku

akan digunakan untuk menggali jaringan sanad keilmuan

Abdurrahman Wahid. Sementara pendekatan linguistik

difungsikan dalam menganalisa ke-khas-an gaya bahasa

penafsiran. Sebagaimana yang diperkenalkan oleh Muhammad

Syahrur (w 2019) dalam karyanya al-Kitâb wa al-Qur‟ân: Qirâ‟ah

Muʻâshirah (1990). Dalam hal ini penulis memberikan catatan

20

Suryana, Metodologi Penelitian; Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), h.20 21 Mattulada, “Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan S ejarah,

Sosiologi dan Antropologi,” dalam Taufik Abdullah, dkk, (ed.), Metodologi Penelitian

Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 1

Page 36: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

19

bahwa tiga pendekatan ini tidak secara konsisten digunakan,

melainkan menyesuaikan dengan data yang penulis analisa.22

F. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan adalah teori tafsir kontekstual

Abdullah Saeed (l 1960 M), mendekati ayat dengan pendekatan baru

yang disebut dengan contextualist approach yang memperhatikan socio-

historical context yang Al-Qur‟an diturunkan pada masa awal Islam dan

kebutuhan masyarakat Muslim di era abad 21 dan masa yang akan

datang. Pendekatan ini menurut Saeed diharapkan dapat melepaskan

keterbelengguan umat Islam dari legalistic-literalistic approach atau

grammatical-theological symbolic yang mendominasi interpretasi tafsir

dan fikih sejak periode pembentukan hukum Islam sampai era modern

saat ini.23

Dalam teori ini Abdullah Saeed (l 1960 M) menggunakan

empat langkah analisa yang mana akan dijelaskan secara terperinci oleh

penulis pada metode penafsiran kontekstual di bab selanjutnya.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penelitian pada skripsi ini disandarkan pada buku

Petunjuk Teknis Penelitian Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an

(IIQ) Jakarta yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta, cetakan tahun

2017.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima

bab. Tiap bab terdiri dari beberap sub bahasan sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan-perumusan masalah, tujuan

22 Dale F. Eickelman, dkk, Al-Quran, Sains, dan Ilmu Sosial, Sahiron

Syamsuddin (ed.), (Yogyakarta: Sukses Offset, 2010), h. 133

23

Abdullah Saeed, Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual, (Bandung: Mizan

2016), h.146

Page 37: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

20

penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi

penelitian, teknik dan sistematika penulisan.

Bab kedua dijabarkan landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Mulai dari diskursus tafsir dan takwil, dan konsep tafsir

kontekstual. Kedua konsep tersebut akan diulas mulai dari latar

belakang, sejarah, definisi hingga pengaplikasiannya sebagai pijakan

penelitian ini. Sehingga menjadi sangat penting pada bab ini

menguraikan teori tafsir-takwil dan konsep penafsiran kontekstual agar

riset ini diteliti dan disusun pada pondasi bangunan yang kokoh.

Bab ketiga diisi dengan biografi Abdurrahman wahid. Mulai dari

Riwayat hidup, Riwayat ilmiah, Riwayat karir, hingga karya dan

sumbangsih yang diwariskannya. Selanjutnya juga akan dipaparkan

kerangka berfikir seorang Abdurrahman Wahid dan kecendrungannya

dalam memahami teks dan mengaplikasikannya. Gambaran umum

tentang sejarah sosok yang dikaji pemikiran dan penafsirannya sangatlah

penting ditelaah untuk menggali pengaruh pemikiran dan latar belakang

penafsiran hingga kecendrungan tokoh tersebut. Terutama jaringan

sanadnya yang perlu dilacak guna memberikan sedikit banyak geneologi

pemikirannya.

Bab keempat merupakan inti penelitian. Bab ini memaparkan

sekaligus menganalisa hasil penafsiran kontekstual Abdurrahman Wahid.

Penafsiran kontekstual tersebut akan disajikan sesuai tema pembahasan ayat

sehingga lebih mudah dan sistematis dalam mencari jawaban rumusan

masalah dari uraian penafsiran baik itu metodologi dan ideloginya maupun

relevansi penafsiran dari dua sisi; perangkat ilmu Al-Quran & tafsir dan

juga kondisi sosial kemasyarakatannya.

Page 38: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

21

Bab kelima adalah penutup yang menjadi bab terakhir dari

skripsi ini. Berisi tentang kesimpulan penelitian sebagai jawaban dari

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitaian ini. Serta ditutup

dengan saran yang bisa ditawarkan dari hasil penelitian ini bagi para

peneliti dengan tema dan kasus yang serupa.

Page 39: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

143

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bisa disimpulkan dalam dua poin. Pertama, secara

metodologi penafsiran kontekstual KH. Abdurrahman Wahid umumnya

menggunakan sumber tafsir bi ar-ra‟y (berbasis pemikiran). Hal ini

terlihat dari beberapa kaidah tafsir dan ushul fiqh yang digunakan dalam

mendekati teks-teks Al-Qur‟an, walaupun konsistensinya tidak dapat

dipastikan, mengingat Gus Dur tidak pernah mendeklarasikan dirinya

sebagai ahli tafsir. Beberapa kali ditemukan analisa kebahasaan dalam

penafsirannya. Seperti makna ahsani taqwîm atau pada kata rahmat, atau

pada qist, adl, dst. cukup dianggap wajar karena Gus Dur juga tampil

sebagai penghafal bait-bait sastra arab klasik. Metode yang digunakan

Gus Dur saat menafsirkan adalah kombinasi antara maudhû„î (tematik).

Berangkat dari tema tertentu kemudian dikontekstualisasikan secara

ringkas oleh Gus Dur.

Corak kemanusiaan dan kebangsaan mendominasi pendekatan

penafsiran kontekstual Gus Dur. Seringkali ayat yang ditafsirkannya

bernuansakan auto-critic terhadap pemahaman teks umat Islam pada

umumnya di Indonesia serta beberapa gagasan yang dapat menjadi

renungan kebangsaan. Sehingga penafsirannya terasa sesuai dengan

konteks yang sedang berlangsung terutama dalam mengurai

problematika kemanusiaan dan kebangsaan di Indonesia. Dalam

mengkontekstualkan penafsiran ulangnya, Gus Dur seringkali

menggunakan takwil. Sehinga jika penulis merumuskan ideologi

penafsirannya mengikuti teologi Sunni Asy„arî di mana hal ini diakui

secara eksplisit oleh Gus Dur sebagai ideologinya.

Page 40: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

144

Kedua, temuan penulis menunjukkan adanya relevansi

pemikiran-pemikiran Gus Dur yang dituangkan dalam beberapa kolom

tulisan dengan perangkat ilmu tafsir. Sementara dalam tinjauan kondisi

sosial, ditemukan relevansi yang signifikan di dalamnya sebuah

penafsiran kontekstual. Seperti saat ia menuangkan penafsirannya pada

ayat “wa arsalnâka illâ rahmatan lil „âlamîn” di mana kata rahmatan

disepadankan dengan rahim yang berarti rahim ibu, penafsiran ini

menunjukkan adanya nash yang melegitimasi persaudaraan

kemanusiaan.

B. Saran

Kedepannya diharapkan munculnya kajian se-tema dengan

penelitian ini. Terutama tentang kajian penafsiran kontekstual yang perlu

dikembangkan secara lebih luas lagi, mengingat tokoh ulama Nusantara

kita terbilang cukup banyak yang pemikirannya bagus untuk

dieksplorasi. Hal ini kemudian harus menjadi perhatian bersama, karena

tampaknya tidak banyak ulama nusantara yang menuliskan tafsir secara

khusus padahal jika kita tilik lebih lanjut pemikirannya sangat relevan

bahkan boleh jadi berangkat dari disiplin ilmu tafsir.

Selain itu penelitian ini masih membuka peluang penelitian tafsir

yang setema lainnya. Baik dari tafsir kontekstual yang ranahnya cukup

luas. Maupun yang berkenaan dengan penafsiran Gus Dur di luar tema

yang penulis angkat yaitu mengenai sembilan nilai utama peikiran Gus

Dur. Mengingat masih banyak tulisan-tulisan Gus Dur di mana mungkin

terambil dari suatu teks Al-Qur‟an yang kiranya belum terjamah oleh

penulis.

Penelitian ini kiranya dapat dikaji ulang untuk kemudia dijadikan

basis yang kokoh bagi Gusdurian, kerabat Gus Dur, Santri Gus Dur dsb,

Page 41: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

145

terkhusus dalam bidang ilmu tafsir kedepannya. Juga untuk masyarakat

umum, penelitian yang penulis susun ini diharapkan dapat menjadi angin

segar, bahwa Indonesia sebenarnya kaya akan tafsir, ulama Indonesia

dapat dijadikan rujukan utama dalam interpretasi Al-Qur‟an. Penulis

berharap masyarakat mulai tergugah, bahwa kekayaan khazanah tafsir

kontekstual di Indonesia baik secara tulisan yang berserak, syafahî atau

laku akan memungkinkan menjadi angin segar di mana nantinya

melahirkan pemahaman baru yang lebih relevan dengan konteks ke-

Indonesia-an.

Page 42: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

146

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Ahmad Zainal, Epistimologi Tafsir Al-Qur‟an Farid Esack, dalam

Jurnal Theologia, Vol. 24, No.1, 2013

al-ʻArabî, Abu Bakar Muhammad Ibnu, Ahkâm Al-Qur‟ân, (Beirut: Dar al-

Kutub al-ʻIlmiyyah, 2003), vol. 3

Ali, Muhammad Hasibulah Muhammad “Amalu Ahli Almadinati Inda Al-

Ushuliyin Wa Atsarihi Fi Al-Furu‟I Al-Fiqhiyah dalam Jurnal

Jamiatu Al-Qur‟an Al-Karim Wa Ta‟shilul Ulum

Amalia, Zahro Nur, Nawa Dewata Hinduistik Dan Walisongo : Role-Model

Dakwah Walisongo, dalam International Journal Ihya Ulumudin Vol

22 No 1 (2020)

Arif, Syaiful, Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif, Sebuah Biografi

Intelektual, (Jakarta: Koekoesan 2009)

Aros, Masa Kecil Gus Dur, Bandel tapi Cerdas, Diakses dari halaman web

tebuireng online https://tebuireng.online/masa-kecil-gus-dur-bandel-

tapi-cerdas/ pada hari minggu 21 juni 20.17

Ar-Raisuni, Quthb, an-Nash al-Qur‟ânî min Tahâfut al-Qirâ‟ah ilâ Ufuq at-

Tadabbur, (Rabat: Kementerian Wakaf dan KeIslaman, 2010

ar-Râzî, Fakhruddin Muhammad. Mafâtîh al-Ghaib: at-Tafsîr al-Kabîr,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1981), cet. ke-1

ath-Thabari, Abu Jaʻfar Muhammad bin Jarir. Tafsîr ath-Thabarî, (Kairo:

Hajar, 2001), cet. ke-1

az-Zuhaili, Wahbah, at-Tafsîr al-Wasîth, (Damaskus: Dar al-Fikr,

2001)

Page 43: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

147

Baqi, Fuad Muhammad Abdul, Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfadzil Quran,

Beirut: Darul Hadits 1992

Barton,Greg, The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid,

(Yogyakarta: LKiS, 2003)

Eickelman, Dale F. dkk, Al-Quran, Sains, dan Ilmu Sosial Terjemahan

Sahiron Syamsuddin (ed.), (Yogyakarta: Sukses Offset, 2010)

Esack, Farid “Qur‟an, Liberalition and Pluralism”, (oxford: oneworld,

1997)

Fatoni, Ahmad, “Gus Dur Kesederhanaan dan Tawa”

https://www.nu.or.id/post/read/80130/gus-dur-kesederhanaan-dan-

tawa) diakses 15 Juli 2020 pukul 19.20

Faituri, Abdul Qadir, al-Madzhab azh-Zhâhirî wa al-Manthiq, (Sabha: Sabha

University, t.t.)

Ghazali, Abu Hamid Muhammad, al-Munqidz min adh-Dhalâl, (Alexandria:

Dar Ibnu Khaldun, t.t.)

__________________________________, Jawahir Al-Qur‟an, (Bairut: Daar

Ihya al-Ulum 1985) h. 15-16

Hakim, A. Husnul, Kaidah-Kaidah Penafsiran: Pedoman Bagi Para

Pengkaji Al-Qur‟an, (Depok: eLSiQ, 2017)

Hamid, Muhammad, Gus Gerr Bapak Pluralisme & Guru Bangsa,

(Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010

Hasibillah, A Ubaydi, Ilmu Living Quran-Hadis, Tangerang: Maktabah

Darussunnah 2019

Ishom, Muhammad, Curhat Pendeta Atas Keputusan Gus Dur

https://www.nu.or.id/post/read/84333/curhat-pendeta-atas-

Page 44: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

148

keputusan-gus-dur-melegalkan-konghucu (diakses pada sabtu 11 Juli

23.30)

Kompas, Dijuluki Bapak Tionghoa

https://nasional.kontan.co.id/news/dijuluki-bapak-tionghoa-

indonesia-gus-dur-saya-ini-china-tulen-sebenarnya diakses minggu

21 juni 2020 pukul 15.20 WIB

Majid, Nurkholis dkk. Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah,

Jakarta: Yayasan Paramadina 1995

Mattulada, “Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan Sejarah,

Sosiologi dan Antropologi,” dalam Taufik Abdullah, dkk, (ed.),

Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004),

Muslim, Imam Abi al-Husain, Shahih Muslim, jilid 2 (Bairut: Dar al-Fikr

1992 M)

Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta:

Idea Press, 2015

Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif

(Jogjakarta: DIVA Press, 2010)

al-Qaththan, Mannâʻ Khalil. Mabâhits fî ʻUlûm al-Qur‟ân, (Kairo: Maktabah

Wahbah. 2000), cet. Ke-1

al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. al-Jâmiʻ li Ahkâm Al-Qur‟ân,

(Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006)

Rahmat, Ali Fitriana, Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi (Studi

Analisis Penafsiran Syafahi), Tesis (Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,

2019)

Page 45: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

149

Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsîr Al-Quran al-Hakîm; Tafsîr al-Manâr,

(Kairo: Dar al-Manar, 1947)

Ridwan,Nur Khalik, Ajaran-Ajaran Gus Dur: Syarah 9 Nilai Gus Dur,

(Yogyakarta: Noktah, 2019)

Rusmana, Dadan Metode Penelitian al-Qurꞌan & Tafsir, (Bandung: Pustaka

Setia, 2015),

Saeed, Abdullah, Terjemah Pengantar Studi Al-Qur‟an, Yogyakarta: Baitul

Hikmah Cet-1 2016

______________, Terjemahan Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual,

(Bandung: Mizan 2016

Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera hati, 2013) cetakan I

Suryana, Metodologi Penelitian; Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010),

Susmihara, “Walisongo Dan Pendidikan Islam” dalam Jurnal Rihlah (UIN

Alauddin) Vol 5 No 2/2017

Umam, Khotibul, Al-Qur‟an Teman Sejati, (Jakarta: Masjid Jami Darul

Adzkar 2010)

Wahid, Abdurrahman, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta: Saufa, 2016)

_________________, Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia &

Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007)

_________________, Gus Dur Bertutur, (Yogyakarta: Proaksi 2005)

_________________, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta : Democracy

Project, 2011)

Page 46: TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID …

152

BIOGRAFI PENULIS

Qathrun Nada, lahir pada 20 Desember 1997 di Jakarta. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Khotibul

Umam dan Ibu Siti Latifah.

Pendidikan agama untuk pertama kalinya diperoleh dari orang tua,

termasuk belajar membaca dan menghafalkan Al-Qur`an dengan sang ibu.

Penulis menempuh sekolah formal di RA Nurul Huda Karang Tengah, MI

Miftahu Umam Pondok Labu, lantas mulai melanjutkan pendidikan di

pondok pesantren saat memasuki MTS, tepatnya di MTS Abu Darin

Bojonegoro Jawa Timur selama satu tahun setengah, lalu pindah ke MTS Al-

Nahdlah Sawangan Depok serta melanjutkan pendidikan MA di sana. Di

pondok pesantren inilah penulis mulai aktif berorganisasi kaderisasi Ikatan

Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mulai dari komisariat hingga pada

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU).

Selang setahun dari lulus Madrasah Aliyah (2016), penulis

mendaftarkan diri di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Kemudian di

terima sebagai mahasiswi dengan jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT)

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

Alamat : Jl Pertanian V no 55b RT 006/004 Lebak Bulus, Cilandak

Jakarta Selatan.

E-Mail : [email protected] / [email protected]

Nomer Telepon: 085778766424