tafsir kontekstual kh. abdurrahman wahid …
TRANSCRIPT
TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID
(TELAAH 9 NILAI UTAMA PEMIKIRAN GUS DUR)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Agama
(S.Ag) dalam Bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Oleh:
Qathrun Nada
NIM. 16210774
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2020 M /1441 H
TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID
(TELAAH 9 NILAI UTAMA PEMIKIRAN GUS DUR)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Agama
(S.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir
Oleh:
Qathrun Nada
NIM. 16210774
Pembimbing:
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2020 M /1441
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid
(Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” yang disusun oleh Qathrun
Nada, Nomor Induk Mahasiswa: 16210774 telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 11 Agustus 2020
Pembimbing,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid
(Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” oleh Qathrun Nada dengan
NIM 16210774 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 14 Agustus
2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 24 Agustus 2020
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc.,M.A.
Mamluatun Nafisah, M.Ag
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Hawasyi, M.Ag.
Iffaty Zamimah, S.Th.I., M.A
Pembimbing
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Qathrun Nada
Nim : 16210774
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1997
menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tafsir Kontekstual KH.
Abdurrahman Wahid (Telaah 9 Nilai Pemikiran Utama Gus Dur)” adalah
benar-benar hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan.
Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya.
Jakarta, 14 Agustus 2020
Qathrun Nada
iv
MOTTO
Mengabdi kepada Ilmu tiada Henti,
Beribadah kepada Allah tak Kenal Lelah
v
KATA PENGANTAR
ٱ لل ٱ ثغ ٱ شح شح١
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terungkap pada awal pengantar
ini selain ungkapan rasa syukur sedalamnya ke hadirat Allah swt. Tuhan yang
telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis, yang telah
memberikan kasih sayang berupa nikmat sehat, sehingga dengan izin dan
kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini.
Merupakan suatu anugerah terindah, rasa lega dan bahagia yang dirasakan
penulis saat ini, karena luasnya kasih sayang-Mu. Semoga apa yang telah
penulis kerjakan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan menjadikan jalan
untuk lebih mendekatkan diri dan berserah diri hanya pada-Mu.
Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin yang
paling baik, sabar, bijak, dan pemimpin yang selalu dikagumi yaitu Nabi
Muhammad Saw, yang telah memberikan tuntunan petunjuk jalan suci yang
akan menghantarkan kebahagian bagi umatnya di dunia dan di akhirat. Âmîn.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak hadir begitu saja, namun
telah banyak yang ikut berkontribusi dalam penulisan ini, maka perlu kiranya
penulis menyampaikan rasa terima kasih secara khusus. Semoga segala
kebaikan yang telah diberikan menjadi amal tersendiri untuk mengumpulkan
kita bersama umat Nabi Muhammad Saw di sisi Allah nanti. Âmîn. Karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Lc, M.A. Rektor Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, M.Hum., selaku
Warek I, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA.,
selaku Warek II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku Warek III
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
vi
2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta merangkap
Dosen Pembimbing penulis yang begitu sabar mengarahkan karya tulis
penulis, tak lupa Staf Tata Usaha Fak. Ushuluddin dan Dakwah atas
bantuannya selama ini.
3. Bapak KH. Haris Hakam, S.H., M.A., selaku ketua Prodi Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir, beserta sekretaris Prodi IAT, Ibu Mamluatun Nafisah, M.Ag
atas semua bantuannya. Tentunya tidak lupa kepada Dosen penguji I & II,
Bapak Ahmad Hawasyi, M.Ag dan Ibu Iffaty Zamimah, S. Th.I., M.A atas
arahan dan bimbingannya hingga skripsi ini dapat disempurnakan.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta, yang selama ini telah mengajarkan berbagai mata
kuliah dari awal semester hingga akhir dengan semangat dan kesabaran
yang menjadi tauladan dan pelajaran penting bagi penulis.
5. Orang Tua tercinta, Abi H. Khotibul Umam, SQ. M.Pd dan Umi Siti
Latifah, S.H.I yang selalu menjadi tempat diskusi terbaik, mendoakan
tanpa henti, serta senantiasa mendukung dan memberi semangat. Semoga
pengorbanan beliau dibalas Allah swt dengan surga-Nya dan kita
dikumpulkan kembali di surga-Nya kelak. Âmîn.
6. Adik-adik tersayang, Shilatu A‟ilah, Ilhanum Badawiyyah, Mazamirus
Shufa, teman share and care terbaik Siti Masyithoh, Nashiha Syaqina
Laily, Fariza RGDa, Tasya Nabilah, Gustiara, Novita Fajar Lestari, ibu
peri Safira Azka Tazkiyatullaili, juga teman wara-wiri Fadhil Muharrom
yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat terhadap penulis.
7. Teman-teman seperjuangan IIQ angkatan 2016 khususnya Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, teman-teman
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ Jakarta, rekanita PP IPPNU
vii
serta sahabat-sahabati PMII Komisariat Kebayoran Lama, terimakasih
atas motivasi, semangat dan bantuannya selama ini.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan
untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik. Namun
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka skripsi ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ucapkan permohonan
maaf sebesar-besarnya dan dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi karya yang
lebih baik lagi. Walau begitu adanya, penulis berharap tulisan ini dapat
memberi manfaat dan kontribusi pengetahuan baru terhadap masyarakat.
Jakarta, 14 Juli 2020
Qathrun Nada
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS ............................................................................ ii
MOTTO ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xi
ABSTRAK ..................................................................................................... xv
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Permasalahan Penelitian ........................................................................ 6
1. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
2. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7
3. Perumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
2. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ......................................................................... 14
1. Jenis Penelitian ................................................................................ 14
2. Sumber Data .................................................................................... 15
3. Teknik Pengumpulan data ............................................................... 15
4. Metode Analisis Data ...................................................................... 16
F. Kerangka Teori .................................................................................... 19
ix
G. Teknik dan Sistematika Penulisan ................................................... 19
BAB II ............................................................................................................ 22
KONSEP TAFSIR KONTEKSTUAL ........................................................... 22
A. Definisi Tafsir Kontekstual ................................................................. 22
B. Latar Belakang dan Sejarah Tafsir Kontekstual .................................. 26
1. Sejarah Tafsir Kontekstual .............................................................. 26
2. Tekstualisasi dan Kontekstualisasi Tafsir Kontekstual ................... 33
C. Prinsip-Prinsip Penafsiran Kontekstual ............................................... 39
D. Metode Penafsiran Kontekstual .......................................................... 42
E. Aplikasi Tafsir Kontekstual ................................................................ 47
F. Latar Belakang 9 Nilai Gus Dur .......................................................... 48
BAB III ........................................................................................................... 50
BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID DAN PERANNYA DI
BIDANG AL-QUR‟AN ................................................................................. 50
A. Profil KH. Abdurrahman Wahid ......................................................... 50
1. Riwayat Hidup ................................................................................. 50
2. Riwayat Pendidikan ......................................................................... 59
3. Jejaring Guru dan Sanad .................................................................. 62
B. Karya dan Sumbangsih yang Ditinggalkan ......................................... 63
C. Peran di Bidang Al-Qur‟an ................................................................. 64
1. Ketertarikan pada Tafsir Al-Quran .................................................. 64
2. Kebijakan terhadap Pesantren ......................................................... 67
D. Bingkai Pemikiran Gus Dur ................................................................ 68
BAB IV .......................................................................................................... 71
KONSTRUKSI TAFSIR KONTEKSTUAL KH. ABDURRAHMAN WAHID
........................................................................................................................ 71
A. Gus Dur dan Pemahaman The Religious Text ..................................... 71
B. Peta Tafsir Kontekstual Gus Dur ........................................................ 76
x
1. Ketauhidan ....................................................................................... 76
2. Kemanusiaan ................................................................................... 88
3. Keadilan ........................................................................................... 93
4. Kesetaraan ..................................................................................... 100
5. Pembebasan ................................................................................... 108
6. Kesederhanaan ............................................................................... 115
7. Persaudaraan .................................................................................. 119
8. Keksatriaan .................................................................................... 124
9. Kearifan Tradisi ............................................................................. 128
C. Metodologi, Ideologi dan Relevansi Tafsir Kontekstual Gus Dur .... 140
BAB V .......................................................................................................... 143
PENUTUP .................................................................................................... 143
A. Kesimpulan ........................................................................................ 143
B. Saran .................................................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 146
LAMPIRAN ................................................................................................. 151
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 152
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ؼ j : ج
q : ؽ h : ح
k : ؾ kh : خ
l : ؿ d : د
m : ـ dz : ذ
n : ف r : ر
w : ك z : ز
h : ق s : س
‟ : ء sy : ش
y : م sh : ص
dh : ض
xii
2. KonsonanVokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah : a آ : â م ... : ai
Kasrah : i م : î م ... : au
Dhammah : u ك : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ؿا) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif-lam ( اؿ) qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
لالرج : ar-rajul السيدة : as-Sayyidah
ad-Dârimî : الدارمي asy-syams : الشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ـ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambang dengan huruf, yaitu dengan
xiii
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku
secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Contoh:
Âmannâ billâhi : أمنابالل
Âmana as-Sufahâ`u : أمنالسفهاء
Inna al-ladzîna : إفالذين
wa ar-rukka‟i : كالركع
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
الفئدة : al-Af`idah
سلمية al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah : الامعةال
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf
“t”. Contoh:
Âmilatun Nâshibah„ : عاملةنصبة
xiv
al-Âyat al-Kubrâ : اليةالكبػرل
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Pedoman
Umum Ejaan Indonesia (PUEBI), seperti penulisan awal kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang
berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang
ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
„Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya.
Khususnya untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya
menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-
Fâtihah dan seterusnya.
xv
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa penafsiran kontekstual KH. Abdurrahman
Wahid yang terhimpun dalam tulisan-tulisan kolomnya. Mengeksplorasi
sumbangsih penafsiran ulama yang justru tidak populer dalam bidang tafsir
Al-Qur‟an. Untuk mengetahui sejauh mana relevansinya dengan perangkat
ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat di Indonesia. Serta mengurai
metodologi penafsiran yang digunakan meliputi sumber, metode dan corak
hingga kecenderungan ideologinya.
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan tiga pendekatan
yaitu: sosiologis, historis, dan linguistik. Penyajian data dalam tulisan ini
berupa deskriptif-analisis. Penafsiran kontekstual Abdurrahman Wahid ini
dikumpulkan dari kumpulan tulisan kolom dan karya-karya tulisnya yang
terhimpun dalam buku-bukunya. Selanjutnya data tersebut melalui proses
penyaringan berdasarkan pembahasan yang kontekstual baik secara eksplisit
mengutip sebuah ayat, atau gagasan-gagasan yang kiranya berangkat dari
sebuah ayat. Hasil penafsiran tersebut dipetakan dalam sembilan tema
pembahasan, yang kemudian dianalisa relevansinya berdasarkan dua aspek;
perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat Indonesia.
Kata kunci : Abdurrahman Wahid, Tafsir, Kontekstual
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an mengandung nilai yang bersifat universal yakni nilai
yang amat luas dan mendasar baik terkait persoalan persoalan sosial,
hukum, dan seterusnya. Dapat dibayangkan, jika Al-Qur‟an bersifat
lokalitas, maka ayat-ayatnya akan diklaim oleh masyarakat atau kaum
tertentu, ditempat tertentu dan waktu tertentu. Tentunya ini bertolak
belakang dengan konsep Al-Qur‟an sholihun likulli zaman wa makan (Al-
Qur‟an yang aplikatif untuk setiap waktu dan tempat).
Dalam proses transformasi Al-Qur‟an, diketahui bahwa manusia
menduduki proses terakhir dalam perkembangannya. Sekali lagi, perlu
difahami bahwa hasil interpretasi manusia dengan pengaruh budaya lokal,
menjadikan relativitas kebenaran yang tidak bersifat absolut pada karya
yang dihasilkan. Kecendrungan pada pemaknaan secara teks yakni terkait
gramatikal kebahasaan, dan konteks yakni hal-hal ekstrinsik teks tersebut,
keduanya pun mengikuti perjalanan kebutuhan di tengah umat.
Pandangan dua kutub kekakuan dan kelenturan dalam memahami
makna Al-Quran ini sangat erat kaitannya dengan penafsiran yang
masyhur disebut penafsiran tekstual dan kontekstual. Pendekatan tekstual
cenderung kaku karena dibatasi oleh teks. Walaupun boleh jadi
pendekatan tekstual merupakan pendekatan kontekstual di eranya.
Sementara pendekatan kontekstual dinilai lebih lentur menyesuaikan
kondisi turunnya teks ayat hingga keadaan mufasir menggali makna teks
ayat tersebut.
2
Dalam sejarah penafsiran, manusia dari berbagai sudut pandang, dari
berbagai titik tolak, demi mencapai tujuan-tujuan tertentu guna mengamini
bahwa Al-Qur‟an sebagai the way of life, selalu mencoba mengerti
kandungan Al-Qur`an yang universal ini. Namun dapatlah dikatakan upaya
ini tidak akan pernah selesai. Pembaharuan demi pembaharuan akan terus
terjadi melalui gesekan konteks tertentu. Apalagi kalau disadari Al-Qur`an
selalu terbuka untuk dieksplorasi isinya. Hingga pada akhirnya upaya ini
menghasilkan penafsiran-penafsiran dan pemahaman baru yang dinamis.
Termasuk merespon beberapa term keilmuan yang dianggapnya sebagai
term kontemporer. Manusia terus merespon hal tersebut agar Al-Qur‟an
terus hidup dalam menemani perjalanan manusia.1
Jika demikian, pendekatan kontekstualah yang kini dinilai dapat
lebih mengakomodir problematika yang berkembang. Sebab sebagaimana
sebuah ungkapan populer yaitu an-Nushûsh Mutanâhiyah mahdûdah wa
al-waqâiʻ wa al-qadhâyâ katsîrah mutajaddidah (teks terbatas sedangkan
kondisi dan problematika terus berkembang). Apalagi predikat shâlih li
kulli zamân wa makân selalu melekat pada Al-Quran.
Membuka kembali sejarah upaya memahami teks Al-Qur‟an
berdasarkan konteksnya, kaum kontekstualis meyakini embrio penafsiran
ini lahir pada awal abad ke 7 M yakni tafsir Umar bin Khattab (w
23/664).2 Walaupun sebenarnya praktik menafsirkan berdasarkan konteks
dilakukan oleh Rasulullah. Sebagai seorang sahabat senior, Umar
memainkan peran signifikan dalam perjalanan kepemimpinan Nabi
periode Mekah-Madinah bahkan menjadi penasihat hingga Nabi wafat.
Penafsiran kontekstualnya yang masyhur tercatat dalam sejarah seperti
1 Baca Epilog dari Andi Rahman “Menuju Living Islam” Ilmu Living Quran-
Hadis, (Tangerang: Maktabah Darussunnah 2019), H. 349-355 2 Abdullah Saeed, Terjemah Al-Qur‟an Abad 21: Tafsir Kontekstual, (Bandung:
Mizan, 2016), cet 1, h 49
3
pendistribusian harta rampasan perang, dan kategori penerima zakat,
hukum mawaris, penetapan shalat tarawih jamaah, pembagian harta
rampasan perang kepada keluarga Nabi, Umar menetapkan
pelaksanaannya pada saat itu dengan mempertimbangkan konteks yang
ada.3
Macam-macam pola memahami Al-Quran menjadi begitu dinamis,
seiring tersebarnya Islam ke penjuru dunia. Tentunya pola yang
bermacam-macam ini terjadi karena menyesuaikan dengan budaya di
mana Islam berkembang. Di daerah yang literasinya begitu kuat dan
membara, Al-Qur‟an menjadi kajian menarik tersendiri untuk dihadirkan
di perguruan-perguruan tinggi. Seperti halnya Al-Azhar Kairo di Mesir. Di
sinilah lahir tokoh-tokoh penafsir kontekstual seperti Muhammad Abduh
(w 1905) dengan karyanya, Tafsir Al-Manar, diklaim sebagai tafsir yang
menekankan peranan akal dan sosio historis, yang selanjutnya project ini
diteruskan oleh muridnya yakni Rasyid Ridha (w 1935).
Giatnya arus intelektual di daerah ini terus membudaya, hingga
disusul oleh beberapa tokoh yang mana pula pola pemikirannya digagas
untuk memahami Al-Qur‟an. Seperti Fazlur RGDan (w 1988), Amina
Wadud (l 1952), Muhammad Shahrour (w 2019), Muhammad Arkoun (w
2010) , Khalid Abou El-Fadl (l 1963) dst.4 Metode dan pendekatan yang
diaplikasikan oleh tokoh-tokoh ini, adalah pengupayaan sedemikian rupa
dalam pemaknaan Al-Qur‟an agaknya dapat menjawab persoalan di
tengah umat. Hingga dapat disimpulkan karya-karyanya banyak
mengangkat tema-tema humanisme, seperti kesetaraan gender, kebebasan
manusia, toleransi, pemikiran independen, tradisi dan penalaran,
pengentasan kemiskinan, keadilan sosial dsb. Inilah varian kompleks
3 Abdullah Saeed, Terjemah Al-Qur‟an Abad 21: Tafsir Kontekstual, h.55-68
4 Abdullah Saeed, (Terjemah) Pengantar Studi Al-Qur‟an, Yogyakarta: Baitul
Hikmah Cet-1 2016, H 317-333
4
kontekstual yang ter-frame dengan jelas sebagai hasil inti sari Al-Qur‟an
yang diupayakan oleh mereka.5
Perlu disadari bahwa pemikiran manusia terbatas dan bersifat lokal
mengikuti bagaimana pola pemikirannya terbentuk dan bagaimana hatinya
menuntun. Hal inilah titik perbedaan yang ada pada Al-Qur‟an dan
pemikiran manusia. Maka dalam memahami sebuah konsep pastilah ada
sebuah kecenderungan tertentu yang kita sebut dengan paradigm atau cara
pandang.
Kecenderungan ini juga menjadi khazanah tersendiri dalam konsep
menghidupkan Al-Qur‟an di Nusantara. Berbeda dengan belahan bumi
yang lain di mana arus intelektual lebih dominan. Masyarakat Nusantara
lebih akrab dengan tafsir „laku‟ yang digagas oleh Walisongo. Wali Songo
memiliki role modelnya yang unik dalam memberikan pemahaman ke-Al-
Qur‟anan pada umat Nusantara. Keunikan ini bukan semata-mata untuk
menarik perhatian saja, tetapi merupakan hasil kearifan para wali dalam
mereduksi teks hingga sampai pada pemahaman konteks yang lebih
bersifat esensial. Melihat Islam datang di bumi nusantara tidaklah sunyi
dari budaya lokal yang sudah tervalue. Maka walisongo mencermati ini
dengan melakukan akomodasi budaya dan kesenian.6
Pemahaman Al-Qur‟an dipahami dengan pendekatan budaya lokal
dan kesenian, seperti halnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga (w
1513). Mengetahui masyarakat setempat adalah orang-orang yang sangat
menyukai tembang-tembang, maka dakwahnya disampaikan dengan
tembang seperti lir-ilir. Juga menggunakan medium wayang seni ukir,
gamelan serta seni suara suluk yang dinilai efektif sekali dalam
5 Abdullah Saeed, (Terjemah) Pengantar Studi Al-Qur‟an, h.317-333
6 Zahro Nur Amalia “Nawa Dewata Hinduistik Dan Walisongo: Role-Model
Dakwah Walisongo”, dalam International Journal Ihya Ulumudin, Vol.22, No 1, 2020, h.
1-9
5
penyampaian pesan Al-Qur‟an.7 Pesan yang disampaikan oleh Sunan
Kalijaga merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Maka sangat relevan jika role model penyampaian ala Sunan Kalijaga ini
dikatakan sebagai tafsir kontekstualis.
Titah-titah jawa juga menjadi ketertarikan masyarakat jawa pada
saat itu. Moh limo misalkan, prinsip kehidupan ini diajarkan oleh salah
satu anggota terkemuka walisongo, Sunan Ampel (w 1481) sebagai
akomodasi budaya local dalam menghidupkan pemahaman Al-Qur‟an.
Titah filosofi kehidupan ini berisikan moh main, moh ngombe, moh
maling, moh madat, moh madon yakni seruan untuk tidak berjudi, minum-
minuman keras, mencuri, menggunakan narkotika dan berzina.8 Bukankah
konteks saat itu memang membutuhkan seruan ini. hingga sangat relate
jika role model yang demikian ini merupakan bagian dari tafsir
kontekstualnya Nusantara. Hingga pada kesimpulan penulis, bahwa bumi
Nusantara memiliki wajah tafsirnya sendiri yakni „tafsir laku‟ yang mana
bisa dikatakan tafsir ini adalah irisan dalam pembahasan tafsir kontekstual.
Memasuki era modern tokoh-tokoh yang menggagas pemikiran-
pemikiran pembaharu di Indonesia terus bermunculan. Di antara beberapa
aspek pertimbangan dalam memilih tokoh untuk dijadikan sebuah objek
penelitian adalah popularitas, pengaruh, kontroversi, keunikan, intensitas,
relevansi dan kontribusi.9 Dalam konteks lokal di Indonesia ada tokoh
yang tidak banyak mewariskan tulisan – khususnya dalam ranah Al-Quran
dan tafsir – namun memenuhi sejumlah aspek yang layak untuk diteliti.
Sebut saja Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Seorang
7 Susmihara,“Walisongo Dan Pendidikan Islam” dalam Jurnal Rihlah (UIN
Alauddin), Vol 5, No. 2, 2017, h. 12-13 8 Susmihara,“Walisongo Dan Pendidikan Islam”, h. 9
9 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press, 2015), h.37-40
6
tokoh yang mempunyai pengaruh besar baik di tingkat nasional melalui
NU (Nahdlatul Ulama), ormas Islam terbesar maupun pengaruh signifikan
dalam skala internasional dengan penghargaan Islamic Missionary Award
from the Government of Egypt, Mesir pada tahun 1991.
Dengan pengaruh dan popularitas yang tinggi, Gus Dur saat
menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam ceramah, pengajian, kuliah
maupun taklim, tidak jarang mengkaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran.
Menariknya, tak jarang pemikiran qurani yang disampaikannya
kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman yang berjalan serta
unik dan sarat akan makna.
Dari paparan latar belakang di atas, penulis akan mengumpulkan
serpihan-serpihan pemikiran qurani Gus Dur yang terakomodir pada
sembilan nilai Gus Dur. Kemudian ini menjadi bahan telaah dan analisa
secara objektif, kritis, dan argumentatif. Oleh karenanya penelitian ini
menjadi relevan untuk diangkat dalam sebuah judul skripsi “Tafsir
Kontekstual KH. Abdurrahman Wahid (Telaah 9 Nilai Utama
Pemikiran Gus Dur)”
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat
menyimpulkan beberapa masalah Di antaranya adalah:
a. Apa itu tafsir kontekstual?
b. Apa saja 9 nilai pemikiran Gus Dur?
c. Ayat-ayat apa saja yang menjadi penafsiran kontekstual Gus
Dur?
d. Bagaimana pemikiran Gus Dur terhadap ayat-ayat Al-
Qur‟an?
7
e. Bersumber dari mana penafsiran Gus Dur?
f. Bagaimana metodologi penafsiran kontekstual Gus Dur?
g. Bagaimana corak penafsiran kontekstual Gus Dur?
2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada penafsiran kontekstual
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terdapat pada 9 nilai utama
pemikirannya. Sembilan nilai utama pemikiran Gus Dur ini
penting untuk diteliti aspek quranic value-nya, karena gagasan-
gagasannya sangat revolusioner, visioner dan melampaui
zamannya. Dan itu adalah tanda dari semangat yang diajarkan Al-
Qur‟an. Dari 9 nilai utama tersebut akan coba dipotret dimensi
tafsir kontekstual Gus Dur dari aspek sumber, metode, corak dan
ideologi serta relevansinya dengan ilmu-ilmu tafsir dan kondisi
sosial masyarakat.
3. Perumusan Masalah
Berangkat dari pembatasan masalah, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut;
1. Bagaimana metodologi dan ideologi penafsiran kontekstual
Gus Dur?
2. Bagaimana relevansi penafsiran kontekstual Gus Dur dengan
perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Menganalisis metodologi dan ideologi penafsiran kontekstual
Gus Dur.
8
b. Mengukur tingkat relevansi penafsiran kontekstual Gus Dur
dengan perangkat ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat
Indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat/signifikansi, baik secara
teoritis maupun praktis:
a. Secara Teoritis
Penelitian ini secara teoritis berguna sebagai upaya
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
ilmu tafsir Al-Qurꞌan, terutama penafsiran ke-Indonesia-an.
Selain itu penelitian ini juga untuk memberikan dan
menambah sumbangsih bentuk penafsiran kontekstual yang
dikodifikasi oleh selain mufasir.
b. Secara Praktis
Pertama, untuk para peneliti, kegunaan penelitian
ini kiranya membuka peluang penelitian tafsir yang se-tema
lainnya. Hingga akan bermunculan penafsiran-penafsiran
kontekstual dari tokoh-tokoh ulama Indonesia. Peneliti
selanjutnya juga dapat menanggapi atau menolak hasil
penelitian ini sehingga ilmu pengetahuan khususnya
penafsiran kontekstual akan terus berkembang dan hidup.
Selain itu penelitian ini dirasa masih dapat dieksplor lebih
lanjut guna melengkapi ataupun mengambil tema yang
berkenaan dengan penafsiran Gus Dur diluar tema yang
penulis angkat
Kedua, untuk Gusdurian, diharapkan hasil penelitian
ini dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai basis rujukan
9
atau dasar nash yang kiranya mengilhami pola pemikiran Gus
Dur.
Ketiga, untuk masyarakat umum Kegunaannya
secara praktis adalah sebagai bentuk memahami ayat-ayat Al-
Quran dalam bingkai kemanusiaan dan ke-Indonesia-an.
Keempat, untuk individu penulis, penelitian ini
kiranya dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir
mengenai penerapan teori yang telah didapat dari mata kuliah
tafsir yang telah diterima kedalam penelitian yang sebenarnya.
Tetunya dalam hal ini peneliti dapat melatih kemampuan atas
kepekaan sosial-kemanusiaan dan relevansinya terhadap Al-
Qur‟an.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan sebagai alat peninjau guna
memastikan kedudukan peneliti sebagai pelanjut atau pemula.
Selain itu melakukan review terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Sebelum ini, peneliti menemukan adanya beberapa
penyusun yang mengkaji tentang Gus Dur, hanya saja belum
menemukan pembahasan yang meneliti lebih jauh tentang
kodifikasi pemikiran Gus Dur dalam bingkai perspektif tafsir
kontekstual. Namun, peneliti menemukan sebuah karya ilmiah yang
relevan dan dapat digunakan
Selama rentang waktu pencarian terhadap data-data
pembanding terdahulu dalam objek kajian ini baik berupa karya
ilmiah, jurnal, buku, kitab dan lainnya, penulis hanya menemukan
sejumlah tulisan pembanding yang kurang lebih masih berkaitan
dengan objek penelitian ini dari dua aspek yakni; aspek penafsiran
10
kontekstual yang dikodifikasi; serta aspek penelitian terdahulu tentang
Abdurrahman Wahid.
Aspek pertama, setidaknya ada enam karya yang penulis
temukan;
1. Al-Qur‟an Abad 21 Tafsir Kontekstual sebuah terjemahan dari
Reading The Qur'an In The Twenty-First Century A Contextualist
Approach karya Abdullah Saeed (l 1960 M) merupakan penelitian
yang dibukukan oleh seorang sarjana Muslim. Buku ini
menawarkan panduan praktis bagaimana melakukan penafsiran
dan menyajikan ide-ide kunci seputar pendekatan kontekstualis,
yang meletakan pesan asli Al-Qur‟an kepada konteks sosial,
politik, ekonomi, dan intelektual yang lebih luas. Tentunya buku
ini menjadi panduan metode penafsiran yang fleksibel untuk
menunjang penelitian ini bagi penulis.
2. Tesis “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi (Studi Analisis
Penafsiran Syafahi)”. Penelitian Ali Fitriana Rahmat ini
menganalisis penafsiran syafahi tokoh Ahmad Hasyim Muzadi
yang kontekstual. Sejauh mana relevansinya dengan perangkat
ilmu tafsir dan kondisi sosial masyarakat di Indonesia. Serta
mengurai metodologi penafsiran yang digunakan meliputi sumber,
metode, dan corak hingga kecenderungan ideologinya. Bedanya
dengan penelitian penulis adalah, pada objek tokoh pembahasan
dan concern media tafsir yang diteliti, karena tesis ini mengusung
penafsiran syafahi.
3. Juhûd al-Qâdhî ʻIyâdh fî at-Tafsîr sebuah disertasi yang disusun
oleh Muhammad Mujalli ar-Rababi‟ah pada tahun 2008 di
University of Jordan (Jâmiʻah al-Yarmûk). Tulisan tersebut
11
memaparkan pemikiran al-Qadhi ʻIyadh (w. 544 H) tentang ayat-
ayat Al-Quran. Mulai dari orisinil pemikirannya maupun
penjelasan tematis dengan pendekatan bahasa dan sastra. Selain
itu diulas juga pandangannya terkait ayat-ayat sifat Allah
(teologi), ayat-ayat hukum, hingga Israiliyyat. Sehingga karya
ilmiah ini mampu menampilkan secara detail metodologi al-Qadhi
ʻIyadh (w. 544 H) dalam menafsirkan Al-Quran. Pada akhirnya
disertasi ini menjadi saham terbesar sebuah karya Tafsîr al-Qâdhî
ʻIyâdh yang berhasil diterbitkan sebanyak dua jilid besar yang
keduanya mencapai 1200 halaman. Bagi penulis disertasi ini
sangat membantu karena dapat memotret pemikiran tafsir Al-
Quran dari seorang al-Qadhi ʻIyadh (w. 544 H)
4. Mohammed Arkoun, „Revelation‟, „Exegesis‟, dalam Rethinking
Islam: Common Question, Uncommon Answer, diterjemahkan dan
diedit oleh Robert D. Lee, Boulder; Westview Press, 1994. Dalam
dua bab buku tersebut Arkoun mengkritik pendekatan tradisional
Al-Qur‟an dan interpretasi terhadapnya. Dia mengusulkan untuk
memikirkan kembali tradisi penafsiran dalam konteks perubahan
masyarakat modern. Topik lain dalam buku ini berkisar tentang
„Muhammad‟, „Hadis‟, „Gender‟, „Sufisme‟, „Otoritas‟, „Budaya‟,
„Sekularisme‟, „HAM‟. Topik ini merupakan topik yang juga
dibahas pada penelitian penulis.
5. Farid Esack, Qur‟an, Liberalism and Pluralism, Oxford;
Oneworld, 1997. Dalam buku ini Esack memberikan pandangan
alternatif tentang Al-Qur‟an dalam kaitannya dengan konsep
liberalism dan pluralism modern. Dia berpendapat bahwa Al-
Qur‟an mengakui ide kebebasan, toleransi, dan pluralism. Tulisan
12
Esack memberikan insight kepada penulis, dalam tema bahasan
yang sama yang penulis angkat pada penelitian ini.
6. Fazlur RGDan, Islam and Modernity: Transformation of an
Intellectual Tradition, Chicago; Chicago University Press, 1982;
Modern Developments, “Legacy and Prospect and Epilogue
Islam”, second edition Chicago: University of Chicago Press,
2002. Dalam buku ini RGDan berpendapat bahwa ada kebutuhan
mendesak untuk menafsirkan Al-Qur‟an kembali. Dengan kritis
dia mengevaluasi tradisi keilmuan Islam dalam konteks sosio-
historis dan berpendapat juga bahwa ada kebutuhan untuk
mengakui adanya perbedaan antara petunjuk Al-Qur‟an yang
berbentuk prinsip-prinsip umum dan respon khusus terhadap
situasi historis tertentu. Buku ini kiranya menjadi panduan basic
penelitian penulis terkait bagaimana menarik sebuah ayat pada
cakupan dimensi waktu tertentu.
Sedang pustaka terdahulu yang menghimpun penelitian
tentang pemikiran Gus Dur yang sekiranya inline dengan tema
penelitian, sejauh yang penulis temukan antara lain:
7. Ajaran-Ajaran Gus Dur (Syarah 9 Nilai Utama Pemikiran Gus
Dur), buku ini menyajikan sejarah perumusan 9 nilai pemikiran
Gus Dur secara komprehensif. Selain itu, tulisan ini memang
menjadi penjelaskan nilai 9 utama pemikiran Gus Dur agar
rumusannya dapat di pahami oleh pembaca yang ingin bergelut
dengan dinamika pemikirannya. kontribusi buku ini terhadap
penelitian penulis adalah untuk menunjang penjabaran 9 nilai
utama Gus Dur, mengingat penulis buku ini adalah salah satu
yang turut hadir merumuskan 9 nilai utama pemikiran Gus Dur
dalam symposium. Menjadi begitu berguna untuk penulis jadikan
13
pertimbangan dalam penelitian ini. Perbedaannya dengan
penelitian penulis, buku ini hanya sekedar menjabarkan nilai yang
di rumuskan dan tidak menganalisanya dengan disiplin ilmu
apapun, termasuk ilmu tafsir.
8. Jurnal Ainul Fitriah Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang
Pribumisasi Islam, menggagas tentang konsep keagamaan dan
kenegaraan serta relevansinya dengan nash Al-Qur‟an, hadis dan
kaidah-kaidah fiqih. Bagaimana agama Islam didudukkan menjadi
sebuah konsep yang tidak sekedar teologis semata. Penulis pun
mendapat inspirasi dari jurnal ini sebagai referensi dalam
mengutip argumen Gus Dur yang berkaitan dengan interpretasi
ulang ayat Al-Qur‟an.
9. Paper Muhammad Nurul Huda; Gus Dur dan pencegahan
Ekstrimisme Kekerasan (Wahid Foundation). Tulisan ini
merupakan hasil dari rangkaian diskusi ahli yang diselenggarakan
oleh Wahid Foundation pada 09 November 2017 dengan tema “
Gus Dur dan Pencegahan Ekstremisme Kekerasan.” Tulisan yang
dianggit Muhammad Nurul Huda ini mengemukakan bahwa
setidaknya ada dua faktor pokok yang menurut Gus Dur berperan
menyumbang pengembangbiakan radikalisme. Pertama,
pemahaman keIslaman yang dangkal, dan selanjutnya persepsi
mengenai ketidakadilan dan tirani oleh negara-negara Barat.
Tulisan ini pun menjadi perbandingan tersendiri dalam
menganalisis pemikiran Gus Dur soal Islam dan negara bagi Gus
Dur, Islam adalah agama hukum, karenanya setiap sengketa
seharusnya diselesaikan berdasarkan hukum, tidak menggunakan
14
hukum rimba. Dengan demikian Islam adalah “agama kedamaian”
bukan “agama kekerasan”.10
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Tulisan ini secara metodologis menggunakan jenis
penelitian kepustakaan (library research), yaitu meninjau beberapa
literatur yang relevan dan berkaitan dengan pembahasan penelitian
sehingga pembahasan lebih tertata rapi dan tidak mengarah ke
mana-mana. Sebagaimana umumnya studi tokoh tulisan ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif (qualitative research).11
Sebagaimana menurut McMillan dan Schumacher (2001), studi
kasus masuk dalam kategori metode penelitian kualitatif.12
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian di lapangan seperti perilaku, persepsi, motivasi dll.13
Mudahnya definisi penelitian kualitatif adalah suatu jenis
penelitian data yang menggunakan informasi kenyataan di
lapangan, bukan melalui nilai dan ukuran secara langsung juga
bukan menggunakan tabel angka-angka hasil pengukuran atau
penilaian secara langsung yang dianalisis secara statistik.14
10
Muhammad Nurul Huda, “Gus Dur Dan Pencegahan Ekstremisme Kekerasan”,
dalam paper, Wahid Fondation, h.1-5 11 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta:
Idea Press, 2015), h. 31
12 Dadan Rusmana, Metode Penelitian al-Qurꞌan & Tafsir, (Bandung: Pustaka
Setia, 2015), h.33-34
13 Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri: t.p, 2009), h.14
14 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2010), h.13
15
2. Sumber Data
Penulis dalam penyusunan tesis ini mengambil dari berbagai
sumber literatur dan data. Sumber itu diklasifikasi menjadi dua
bagian; Primer dan Sekunder.
Sumber data primer penelitian ini diambilkan dari kumpulan
tulisan-tulisan kolom Gus Dur yang telah dibukukan. Video
ceramah, testimoni sahabat Gus Dur juga pada buku-buku dan
karya-karya yang mengulas pemikirannya, seperti; buku Islam
Kosmopitan, Islamku Islam Anda Islam Kita, Gus Dur Bertutur, dan
Ajaran-Ajaran Gus Dur (Syarah 9 Nilai Utama Pemikiran Gus Dur).
Sementara data sekunder merujuk pada literatur tafsir dan
ilmu al-Quran (ummahât at-Tafsîr wa ʻulûm al-Qur‟ân) yang
menjadi rujukan utama semisal al-Burhân, al-Itqân, al-Mufradât fî
Gharîb Al-Qur‟ân, Jâmi„al-Bayân fî Ta‟wîl Al-Qur‟ân dan juga
sejumlah literatur yang berkenaan dengan metodologi penafsiran dan
yang sejenis. Ditambah lagi literatur yang terkait dengan tafsir
kontekstual Al-Quran, seperti, Tafsîr Al-Quran al-Hakîm, Tafsîr al-
Manâr karya Muhammad Rasyid Ridha, Tafsîr Al-Misbah karya
Quraisy Shihab, Al-Qur‟an Abad 21 Tafsir Kontekstual karya
Abdullah Saeed (l 1960 M), Tafsîr Asy-Sya‟rawi karya Mutawalli
Asy-Sya‟rawi dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan
dua pola, yaitu:
a. Documentation. Teknik dokumentasi dalam penelitian adalah
teknik mengumpulkan data-data yang diperoleh dari dokumen-
16
dokumen.15
Dalam penelitian ini dokumen-dokumen tersebut
meliputi beberapa literatur ʻulûm Al-Qurꞌân dan tafsir serta
kumpulan tulisan kolom Gus Dur, buku, artikel dan lain
sebagainya.
b. Interview; in deep interview. Maksud dari pengumpulan data
dengan metode wawancara dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data dengan cara menggali data dari narasumber
yang dianggap kompeten dan otoritatif dalam bidangnya.
Wawancara ini dilaksanakan dengan membuat pedoman secara
terstruktur (structured interviewing) berupa list pertanyaan-
pertanyaan yang berisi seputar Abdurrahman Wahid baik biografi
dan pemikiran quraninya. Sekiranya memungkinkan, penelitian
ini akan didukung oleh data wawancara dengan kerabat
Gusdurian, penasehat organisasi daerah JMQ yang didirikan oleh
Nyai Wahid Hasyim, kerabat Wahid Foundation.
4. Metode Analisis Data
Penganalisaan data dalam penelitian ini melalui beberapa
proses, Di antaranya;
a. Pengolahan data (Content analysis); Pengolahan data yang akan
dilakukan adalah dengan menuliskan hasil wawancara, analisa,
pengeditan, klasifikasi dan pereduksian.16
Data-data yang berupa
kata-kata verbal dan beragam lainnya seperti data dokumen diolah
15 Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian
Kualitatif, h.155 & 129
16 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,
Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan
Penelitian Agama, h.29
17
agar menjadi ringkas dan sistematis.17
Data-data dikumpulkan dari
berbagai sumber mulai dari sumber literal maupun verbal
(wawancara) dari narasumber yang otoritatif. Dalam proses
pengolahan data, penulis akan mendeskripsikan pembahasan apa
adanya dari data yang terkumpul. Terutama data primer penafsiran
Gus Dur yang melalui tahap pengumpulan data dari beberapa
tulisan kolom yang telah dibukukan.
b. Verifikasi data; Verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
tetap mengumpulkan data baru serta menekankan aspek
kredibilitas, transferabilitasi, konfirmabilitas.18
c. Penyajian; dalam menyajikan data-data yang sudah ditemukan
penulis akan mendeskripsikan pembahasan apa adanya secara
sitematis, faktual dan akurat kemudian dilanjutkan menganalisa
hasil deskripsi tersebut. Sehingga metode penyajian data berupa
deskriptif-analisis, yakni suatu metode yang berusaha untuk
mendesripsikan suatu penafsiran kontekstual secara sistematis dan
apa adanya.19
Metode deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk mencari unsur-unsur, ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode
ini digunakan penulis dalam memaparkan penafsiran kontekstual
Abdurrahman Wahid. Hasil penafsiran yang kontekstual setiap
temanya -dalam hal ini 9 nilai utama pemikiran Gus Dur- akan
dianalisa dari dua segi; ilmu tafsir untuk menelusuri sumber,
metodologi, corak, ideologi penafsirannya dan kondisi sosial.
17 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,
Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan
Penelitian Agama, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), h.29
18 Kredibiltas adalah dapat dipercaya kebenarannya. Transferabilitasi adalah
dapat diaplikasikan pada situasi yang lain. Konfirmabilitas adalah perlu untuk
mengkonfirmasi kebenarannya. Lihat Kuntjojo, Metodologi Penelitian, h.54
19 Nyoman Dantes, Metode Penelitian, (Yogyakarta: C.V. Afandi Offset,
2012) h. 51
18
Penafsiran yang dipaparkan juga akan diperbandingkan dengan
penafsiran yang ada pada literatur tafsir yang otoritatif. Studi
komparatif merupakan salah satu bagian dari metode deskriptif.20
Sehingga perbandingan tersebut dapat mengukur relevansi
penafsiran yang disajikan dengan ilmu-ilmu tafsir. Analisa kondisi
sosial untuk mengukur relevansinya dengan kondisi sosial
masyarakat Indonesia dengan menggunakan pendekatan
sosiolinguistik.
d. Memberikan suatu kesimpulan; Kesimpulan akan diambil dari
hasil analisa secara mendalam pada studi kasus ini dengan
mengambil garis besar hasil penelitian ini.
e. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu: sosiologis,
historis, dan linguistik. Pendekatan sosiologi merupakan sebuah
pengamatan perilaku dari sudut posisi manusia yang membawanya
pada perilaku tersebut.21
Ini digunakan untuk memotret keadaan
sosial masyarakat dalam mencari relevansi dengan penafsiran.
Pendekatan historis yang mengamati proses terjadinya perilaku
akan digunakan untuk menggali jaringan sanad keilmuan
Abdurrahman Wahid. Sementara pendekatan linguistik
difungsikan dalam menganalisa ke-khas-an gaya bahasa
penafsiran. Sebagaimana yang diperkenalkan oleh Muhammad
Syahrur (w 2019) dalam karyanya al-Kitâb wa al-Qur‟ân: Qirâ‟ah
Muʻâshirah (1990). Dalam hal ini penulis memberikan catatan
20
Suryana, Metodologi Penelitian; Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), h.20 21 Mattulada, “Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan S ejarah,
Sosiologi dan Antropologi,” dalam Taufik Abdullah, dkk, (ed.), Metodologi Penelitian
Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 1
19
bahwa tiga pendekatan ini tidak secara konsisten digunakan,
melainkan menyesuaikan dengan data yang penulis analisa.22
F. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan adalah teori tafsir kontekstual
Abdullah Saeed (l 1960 M), mendekati ayat dengan pendekatan baru
yang disebut dengan contextualist approach yang memperhatikan socio-
historical context yang Al-Qur‟an diturunkan pada masa awal Islam dan
kebutuhan masyarakat Muslim di era abad 21 dan masa yang akan
datang. Pendekatan ini menurut Saeed diharapkan dapat melepaskan
keterbelengguan umat Islam dari legalistic-literalistic approach atau
grammatical-theological symbolic yang mendominasi interpretasi tafsir
dan fikih sejak periode pembentukan hukum Islam sampai era modern
saat ini.23
Dalam teori ini Abdullah Saeed (l 1960 M) menggunakan
empat langkah analisa yang mana akan dijelaskan secara terperinci oleh
penulis pada metode penafsiran kontekstual di bab selanjutnya.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penelitian pada skripsi ini disandarkan pada buku
Petunjuk Teknis Penelitian Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta, cetakan tahun
2017.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima
bab. Tiap bab terdiri dari beberap sub bahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan-perumusan masalah, tujuan
22 Dale F. Eickelman, dkk, Al-Quran, Sains, dan Ilmu Sosial, Sahiron
Syamsuddin (ed.), (Yogyakarta: Sukses Offset, 2010), h. 133
23
Abdullah Saeed, Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual, (Bandung: Mizan
2016), h.146
20
penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi
penelitian, teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua dijabarkan landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Mulai dari diskursus tafsir dan takwil, dan konsep tafsir
kontekstual. Kedua konsep tersebut akan diulas mulai dari latar
belakang, sejarah, definisi hingga pengaplikasiannya sebagai pijakan
penelitian ini. Sehingga menjadi sangat penting pada bab ini
menguraikan teori tafsir-takwil dan konsep penafsiran kontekstual agar
riset ini diteliti dan disusun pada pondasi bangunan yang kokoh.
Bab ketiga diisi dengan biografi Abdurrahman wahid. Mulai dari
Riwayat hidup, Riwayat ilmiah, Riwayat karir, hingga karya dan
sumbangsih yang diwariskannya. Selanjutnya juga akan dipaparkan
kerangka berfikir seorang Abdurrahman Wahid dan kecendrungannya
dalam memahami teks dan mengaplikasikannya. Gambaran umum
tentang sejarah sosok yang dikaji pemikiran dan penafsirannya sangatlah
penting ditelaah untuk menggali pengaruh pemikiran dan latar belakang
penafsiran hingga kecendrungan tokoh tersebut. Terutama jaringan
sanadnya yang perlu dilacak guna memberikan sedikit banyak geneologi
pemikirannya.
Bab keempat merupakan inti penelitian. Bab ini memaparkan
sekaligus menganalisa hasil penafsiran kontekstual Abdurrahman Wahid.
Penafsiran kontekstual tersebut akan disajikan sesuai tema pembahasan ayat
sehingga lebih mudah dan sistematis dalam mencari jawaban rumusan
masalah dari uraian penafsiran baik itu metodologi dan ideloginya maupun
relevansi penafsiran dari dua sisi; perangkat ilmu Al-Quran & tafsir dan
juga kondisi sosial kemasyarakatannya.
21
Bab kelima adalah penutup yang menjadi bab terakhir dari
skripsi ini. Berisi tentang kesimpulan penelitian sebagai jawaban dari
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitaian ini. Serta ditutup
dengan saran yang bisa ditawarkan dari hasil penelitian ini bagi para
peneliti dengan tema dan kasus yang serupa.
143
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bisa disimpulkan dalam dua poin. Pertama, secara
metodologi penafsiran kontekstual KH. Abdurrahman Wahid umumnya
menggunakan sumber tafsir bi ar-ra‟y (berbasis pemikiran). Hal ini
terlihat dari beberapa kaidah tafsir dan ushul fiqh yang digunakan dalam
mendekati teks-teks Al-Qur‟an, walaupun konsistensinya tidak dapat
dipastikan, mengingat Gus Dur tidak pernah mendeklarasikan dirinya
sebagai ahli tafsir. Beberapa kali ditemukan analisa kebahasaan dalam
penafsirannya. Seperti makna ahsani taqwîm atau pada kata rahmat, atau
pada qist, adl, dst. cukup dianggap wajar karena Gus Dur juga tampil
sebagai penghafal bait-bait sastra arab klasik. Metode yang digunakan
Gus Dur saat menafsirkan adalah kombinasi antara maudhû„î (tematik).
Berangkat dari tema tertentu kemudian dikontekstualisasikan secara
ringkas oleh Gus Dur.
Corak kemanusiaan dan kebangsaan mendominasi pendekatan
penafsiran kontekstual Gus Dur. Seringkali ayat yang ditafsirkannya
bernuansakan auto-critic terhadap pemahaman teks umat Islam pada
umumnya di Indonesia serta beberapa gagasan yang dapat menjadi
renungan kebangsaan. Sehingga penafsirannya terasa sesuai dengan
konteks yang sedang berlangsung terutama dalam mengurai
problematika kemanusiaan dan kebangsaan di Indonesia. Dalam
mengkontekstualkan penafsiran ulangnya, Gus Dur seringkali
menggunakan takwil. Sehinga jika penulis merumuskan ideologi
penafsirannya mengikuti teologi Sunni Asy„arî di mana hal ini diakui
secara eksplisit oleh Gus Dur sebagai ideologinya.
144
Kedua, temuan penulis menunjukkan adanya relevansi
pemikiran-pemikiran Gus Dur yang dituangkan dalam beberapa kolom
tulisan dengan perangkat ilmu tafsir. Sementara dalam tinjauan kondisi
sosial, ditemukan relevansi yang signifikan di dalamnya sebuah
penafsiran kontekstual. Seperti saat ia menuangkan penafsirannya pada
ayat “wa arsalnâka illâ rahmatan lil „âlamîn” di mana kata rahmatan
disepadankan dengan rahim yang berarti rahim ibu, penafsiran ini
menunjukkan adanya nash yang melegitimasi persaudaraan
kemanusiaan.
B. Saran
Kedepannya diharapkan munculnya kajian se-tema dengan
penelitian ini. Terutama tentang kajian penafsiran kontekstual yang perlu
dikembangkan secara lebih luas lagi, mengingat tokoh ulama Nusantara
kita terbilang cukup banyak yang pemikirannya bagus untuk
dieksplorasi. Hal ini kemudian harus menjadi perhatian bersama, karena
tampaknya tidak banyak ulama nusantara yang menuliskan tafsir secara
khusus padahal jika kita tilik lebih lanjut pemikirannya sangat relevan
bahkan boleh jadi berangkat dari disiplin ilmu tafsir.
Selain itu penelitian ini masih membuka peluang penelitian tafsir
yang setema lainnya. Baik dari tafsir kontekstual yang ranahnya cukup
luas. Maupun yang berkenaan dengan penafsiran Gus Dur di luar tema
yang penulis angkat yaitu mengenai sembilan nilai utama peikiran Gus
Dur. Mengingat masih banyak tulisan-tulisan Gus Dur di mana mungkin
terambil dari suatu teks Al-Qur‟an yang kiranya belum terjamah oleh
penulis.
Penelitian ini kiranya dapat dikaji ulang untuk kemudia dijadikan
basis yang kokoh bagi Gusdurian, kerabat Gus Dur, Santri Gus Dur dsb,
145
terkhusus dalam bidang ilmu tafsir kedepannya. Juga untuk masyarakat
umum, penelitian yang penulis susun ini diharapkan dapat menjadi angin
segar, bahwa Indonesia sebenarnya kaya akan tafsir, ulama Indonesia
dapat dijadikan rujukan utama dalam interpretasi Al-Qur‟an. Penulis
berharap masyarakat mulai tergugah, bahwa kekayaan khazanah tafsir
kontekstual di Indonesia baik secara tulisan yang berserak, syafahî atau
laku akan memungkinkan menjadi angin segar di mana nantinya
melahirkan pemahaman baru yang lebih relevan dengan konteks ke-
Indonesia-an.
146
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ahmad Zainal, Epistimologi Tafsir Al-Qur‟an Farid Esack, dalam
Jurnal Theologia, Vol. 24, No.1, 2013
al-ʻArabî, Abu Bakar Muhammad Ibnu, Ahkâm Al-Qur‟ân, (Beirut: Dar al-
Kutub al-ʻIlmiyyah, 2003), vol. 3
Ali, Muhammad Hasibulah Muhammad “Amalu Ahli Almadinati Inda Al-
Ushuliyin Wa Atsarihi Fi Al-Furu‟I Al-Fiqhiyah dalam Jurnal
Jamiatu Al-Qur‟an Al-Karim Wa Ta‟shilul Ulum
Amalia, Zahro Nur, Nawa Dewata Hinduistik Dan Walisongo : Role-Model
Dakwah Walisongo, dalam International Journal Ihya Ulumudin Vol
22 No 1 (2020)
Arif, Syaiful, Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif, Sebuah Biografi
Intelektual, (Jakarta: Koekoesan 2009)
Aros, Masa Kecil Gus Dur, Bandel tapi Cerdas, Diakses dari halaman web
tebuireng online https://tebuireng.online/masa-kecil-gus-dur-bandel-
tapi-cerdas/ pada hari minggu 21 juni 20.17
Ar-Raisuni, Quthb, an-Nash al-Qur‟ânî min Tahâfut al-Qirâ‟ah ilâ Ufuq at-
Tadabbur, (Rabat: Kementerian Wakaf dan KeIslaman, 2010
ar-Râzî, Fakhruddin Muhammad. Mafâtîh al-Ghaib: at-Tafsîr al-Kabîr,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1981), cet. ke-1
ath-Thabari, Abu Jaʻfar Muhammad bin Jarir. Tafsîr ath-Thabarî, (Kairo:
Hajar, 2001), cet. ke-1
az-Zuhaili, Wahbah, at-Tafsîr al-Wasîth, (Damaskus: Dar al-Fikr,
2001)
147
Baqi, Fuad Muhammad Abdul, Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfadzil Quran,
Beirut: Darul Hadits 1992
Barton,Greg, The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid,
(Yogyakarta: LKiS, 2003)
Eickelman, Dale F. dkk, Al-Quran, Sains, dan Ilmu Sosial Terjemahan
Sahiron Syamsuddin (ed.), (Yogyakarta: Sukses Offset, 2010)
Esack, Farid “Qur‟an, Liberalition and Pluralism”, (oxford: oneworld,
1997)
Fatoni, Ahmad, “Gus Dur Kesederhanaan dan Tawa”
https://www.nu.or.id/post/read/80130/gus-dur-kesederhanaan-dan-
tawa) diakses 15 Juli 2020 pukul 19.20
Faituri, Abdul Qadir, al-Madzhab azh-Zhâhirî wa al-Manthiq, (Sabha: Sabha
University, t.t.)
Ghazali, Abu Hamid Muhammad, al-Munqidz min adh-Dhalâl, (Alexandria:
Dar Ibnu Khaldun, t.t.)
__________________________________, Jawahir Al-Qur‟an, (Bairut: Daar
Ihya al-Ulum 1985) h. 15-16
Hakim, A. Husnul, Kaidah-Kaidah Penafsiran: Pedoman Bagi Para
Pengkaji Al-Qur‟an, (Depok: eLSiQ, 2017)
Hamid, Muhammad, Gus Gerr Bapak Pluralisme & Guru Bangsa,
(Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010
Hasibillah, A Ubaydi, Ilmu Living Quran-Hadis, Tangerang: Maktabah
Darussunnah 2019
Ishom, Muhammad, Curhat Pendeta Atas Keputusan Gus Dur
https://www.nu.or.id/post/read/84333/curhat-pendeta-atas-
148
keputusan-gus-dur-melegalkan-konghucu (diakses pada sabtu 11 Juli
23.30)
Kompas, Dijuluki Bapak Tionghoa
https://nasional.kontan.co.id/news/dijuluki-bapak-tionghoa-
indonesia-gus-dur-saya-ini-china-tulen-sebenarnya diakses minggu
21 juni 2020 pukul 15.20 WIB
Majid, Nurkholis dkk. Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah,
Jakarta: Yayasan Paramadina 1995
Mattulada, “Studi Islam Kontemporer: Sintesis Pendekatan Sejarah,
Sosiologi dan Antropologi,” dalam Taufik Abdullah, dkk, (ed.),
Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004),
Muslim, Imam Abi al-Husain, Shahih Muslim, jilid 2 (Bairut: Dar al-Fikr
1992 M)
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta:
Idea Press, 2015
Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif
(Jogjakarta: DIVA Press, 2010)
al-Qaththan, Mannâʻ Khalil. Mabâhits fî ʻUlûm al-Qur‟ân, (Kairo: Maktabah
Wahbah. 2000), cet. Ke-1
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. al-Jâmiʻ li Ahkâm Al-Qur‟ân,
(Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006)
Rahmat, Ali Fitriana, Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi (Studi
Analisis Penafsiran Syafahi), Tesis (Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,
2019)
149
Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsîr Al-Quran al-Hakîm; Tafsîr al-Manâr,
(Kairo: Dar al-Manar, 1947)
Ridwan,Nur Khalik, Ajaran-Ajaran Gus Dur: Syarah 9 Nilai Gus Dur,
(Yogyakarta: Noktah, 2019)
Rusmana, Dadan Metode Penelitian al-Qurꞌan & Tafsir, (Bandung: Pustaka
Setia, 2015),
Saeed, Abdullah, Terjemah Pengantar Studi Al-Qur‟an, Yogyakarta: Baitul
Hikmah Cet-1 2016
______________, Terjemahan Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual,
(Bandung: Mizan 2016
Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera hati, 2013) cetakan I
Suryana, Metodologi Penelitian; Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010),
Susmihara, “Walisongo Dan Pendidikan Islam” dalam Jurnal Rihlah (UIN
Alauddin) Vol 5 No 2/2017
Umam, Khotibul, Al-Qur‟an Teman Sejati, (Jakarta: Masjid Jami Darul
Adzkar 2010)
Wahid, Abdurrahman, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta: Saufa, 2016)
_________________, Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia &
Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007)
_________________, Gus Dur Bertutur, (Yogyakarta: Proaksi 2005)
_________________, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta : Democracy
Project, 2011)
152
BIOGRAFI PENULIS
Qathrun Nada, lahir pada 20 Desember 1997 di Jakarta. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Khotibul
Umam dan Ibu Siti Latifah.
Pendidikan agama untuk pertama kalinya diperoleh dari orang tua,
termasuk belajar membaca dan menghafalkan Al-Qur`an dengan sang ibu.
Penulis menempuh sekolah formal di RA Nurul Huda Karang Tengah, MI
Miftahu Umam Pondok Labu, lantas mulai melanjutkan pendidikan di
pondok pesantren saat memasuki MTS, tepatnya di MTS Abu Darin
Bojonegoro Jawa Timur selama satu tahun setengah, lalu pindah ke MTS Al-
Nahdlah Sawangan Depok serta melanjutkan pendidikan MA di sana. Di
pondok pesantren inilah penulis mulai aktif berorganisasi kaderisasi Ikatan
Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mulai dari komisariat hingga pada
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU).
Selang setahun dari lulus Madrasah Aliyah (2016), penulis
mendaftarkan diri di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Kemudian di
terima sebagai mahasiswi dengan jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT)
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Alamat : Jl Pertanian V no 55b RT 006/004 Lebak Bulus, Cilandak
Jakarta Selatan.
E-Mail : [email protected] / [email protected]
Nomer Telepon: 085778766424