modul perancangan jalan
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
1/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
2015/2016
UniversitasMuhammadiyah
Yogyakartawww.umy.ac.id
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
2/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga Buku
Pedoman Praktikum Perancangan Jalan dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Modul ini dibuat bertujuan sebagai referensi dan panduan pemahaman dalam teori
perancangan jalan. Buku ini berisi tentang tahap tahap perencanaan proyek suatu jalan raya dimulai
dari pembuatan geometrik, perhitungan tebal perkerasan jalan hingga Rencana Anggaran Biaya
(RAB).Isi buku ini disusun berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya, dan juga aturan dari Direktorat Jendral Bina Marga.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
akan diterima dengan senang hati.Akhirnya diucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya buku panduan ini.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Maret 2016
Tim penyusun
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
3/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
TIM PENYUSUN
NAMA NIP/NIK Posisi
Dr. Noor Mahmudah, S.T., M.Eng. 197010032005012002 Koordinator
Sri Atmaja P, S.T., M.Sc.(Eng)., Ph.D., P.Eng. 19780415200004123046 Anggota
Ir. Mandiyo Priyo, M.T. 19550218199409123016 Anggota
Anita Rahmawati, S.T., M.Sc. 19770612201010123058 Anggota
Ir. Wahyu Widodo., M.T. 19196311281992031002 Anggota
Muchlisin, S.T., M.Sc. 19850715201507123081 Anggota
Emil Adly, S.T., M.Eng. 19820612201604123098 Anggota
Dian Setiawan. M., S.T., M.Sc., Sc. 19880730201604123095 Anggota
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
4/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………... .................................... ii
TIM PENYUSUN ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iv
NOTASI .......................................................................................................................................... vBAB I. Ketentuan Jalan ................................................................................................................. 1
BAB II. Perencanaan Alinemen horisontal .....................................................................................2
A. Perhitungan Klasifikasi Medan .............................................................................. 2
B. Perhitungan Koordinat dan Jarak .......................................................................... 3
C. Perhitungan Sudut ................................................................................................. 4
D. Perhitungan Tikungan .......................................................................................... 4
E. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting ..........................................................10
F. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan ..................................................................11
G. Perhitungan Jarak Pandang Horisontal ................................................................ 12
H. Kebebasan Samping ..............................................................................................12
BAB III. Perencanaan Alinemen Vertikal .................................................................................... 14
A. Umum .................................................................................................................... 14
B. Perhitungan Kelandaian Jalan............................................................................... 14
C. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting .......................................................... 15
D. Perhitungan Lengkung Vertikal ......................................................................... 15
E. Gambar Penampang Melintang Pada Tikungan .................................................. 19
F. Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukaan Jalan ............. 20
BAB IV. Perhitungan Galian dan Timbunan .............................................................................. 22
A. Perhitungan Luas Tampang Potongan Galian dan Timbunan .............................. 22B. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan ....................................................... 22
BAB V. Desain Perkerasan Jalan ............................................................................................... 24
A. Umum ................................................................................................................. 24B. Dasar teori .......................................................................................................... 24C. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur ................................................................ 41
BAB VI. Rencana Angaran Biaya (RAB) .................................................................................... 45
A. Umum ................................................................................................................. 45B. Dasar teori .......................................................................................................... 45C. Bagan Alir Perhitungan RAB ............................................................................. 47
D. Perhitungan RAB ............................................................................................... 48
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
5/64
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
NOTASI
Vr = Kecepatan Rencana
∆ = Sudut Belok
T = Waktu tempuh pada Lengkung Peralihan
emaks = Superelevasi Maksimum
en = Superelevasi Normal
re = Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
f maks = Koefisien Gesekan Maksimum
Dmaks = Nilai Derajat Lengkung Maksimum
ed = Superelevasi Desain
Rd = Jari-jari Rencana (m)
C = Perubahan percepatan 0.3-1.0, disarankan 0.4 (m/det3)
Ls = Panjang Lengkung Peralihan
∆P1 = Sudut Belok Tikungan P1 (º)
θs = Sudut Lengkung Peralihan/Spiral (º)
∆c = Sudut Lengkung Lingkaran/Circle (º)
Lc = Panjang Lengkung Lingkaran/Circle
V = lebar lintasan kendaraan truk pada tikungan
Z = lebar tambahan akibat kelelahan pengemudi
Td = Lebar tambahan akibat adanya tonjolan depan
Wc = Lebar perkerasan yang diperlukan ditikungan
Fp = koefisien gesek antara roda dengan jalan
L = kelandaian jalan
Jh = Jarak pandang henti
Jd = Jarak pandang menyiap
E = Kebebasan samping
Lv = Panjang lengkung vertikal (m)
A = Perbedaan kelandaian (tanpa satuan %, merupakan nilai mutlak)
PPV = Pusat Perpotongan vertikal
PLV = Permulaan Lengkung Vertikal
PTV = Permulaan Tangen Vertikal
EV = Pergeseran Vertikal PPV, Ke permukaan jalan rancana (m)
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
6/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB I
KETENTUAN JALAN
Penentuan kriteria dan klasifikasi jalan yang akan direncanakan ditentukan berdasarkan ketentuan
pokok dan dasar perencanaan. Kriteria dan klasifikasi tersebut adalah:
1. Kriteria: Kelas jalan, Stationing titik A, Koordinat titik A, Azimuth titik A, dan Elevasi
muka jalan di titik A.
2. Klasifikasi jalan ditentukan berdasarkan kelas jalan dan parameter-parameter berikut:
a. Kecepatan rencana (Vr)
b. Lebar ROW
c. Lebar perkerasan (½ lebar perkerasan = B ; lebar normal = Wn)
d. Jumlah lajur (n)
e. Lebar bahu
f. Lereng melintang perkerasan
g. Lereng melintang bahu
h. Kemiringan tikungan max
i. Jari-jari lengkung minimal (R min)
j. LHR
k. Landai relatif (1/m)
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
7/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB II
PERENCANAAN ALINEMEN HORISONTAL
Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang
kertas (peta) yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung horisontal adalah
bagian yang lengkung dari jalan yang ditempatkan di antara dua garis lurus untuk mendapatkan
perubahan jurusan yang bertahap. Dalam merencanakan garis lengkung perlu diketahui hubungan
antara kecepatan rencana dengan lengkung dan hubungan keduanya dengan superelevasi.
A. Perhitungan klasifikasi medan
Terdapat dua macam klasifikasi medan yang harus dihitung dan dirata-rata untuk
menentukan jenis klasifikasi medan, yaitu:
1. Terhadap as jalan atau trase jalan yang direncanakan
D
B y y
y x C x y A
Muka tanah asli
E x
Gambar 2.1. Gambar Kemiringan Memanjang Trase Jalan
Keterangan x: jarak horisontal
y: elevasi
Besar elevasi AB adalah:
iab =
y*100 %
x
Besarnya elevasi terhadap kemiringan memanjang as jalan adalah rata-rata dari elevasi
AB, BC, CD, dan DE
I rata-rata kemiringan memanjang =iab +ibc +icd +ide
4
2. Terhadap potongan melintang jalan yang direncanakan
Tentukan beberapa titik potongan rencana jalan sesuai gambar atau pada daerah yang
ekstrim.
c b
a d
e f g
Gambar 2.2. Gambar Trase Rencana Jalan
Muka tanah asli
Potongan melintang jalan
AB
12
3
4 5
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
8/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2
Besar elevasi adalah:
Besarnya elevasi terhadap potongan melintang jalan adalah rata-rata dari elevasi A, 1, 2,
3, 4, 5, B
3. Elevasi KeseluruhanPerhitungan elevasi keseluruhan adalah rata-rata dari penjumlahan elevasi terhadap as
jalan dan elevasi potongan melintang jalan, yaitu:
Berdasarkan hasil perhitungan elevasi keseluruhan, maka dapat ditentukan jenis medan
sesuai tabel klasifikasi medan (Tabel II.1), berikut ini:
Tabel 2.1. Klasifikasi medan dan besar lereng melintang
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997
B. Perhitungan koordinat dan jarak
d1
A
x1
I x
y1
d2
y2
II x3
y3
d3
B
Keterangan:
: besar x bertambah (x +)
: besar x berkurang (x-)
: besar y bertambah (y+
); : besar y berkurang (y-)
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
9/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Perhitungan koordinat:
1. Koordinat titik A sebagai patokan (diketahui pada soal)
2. Koordinat titik I dihitung dengan rumus:
Koordinat I = Koordinat A (xa;ya) + (x1;y1)
= (xa+x1);(ya+y1) = (x;y)3. Untuk koordinat II dan B juga dapat dihitung dengan cara yang sama tergantung besarnya
penambahan atau pengurangan dari x dan y.
4. Perhitungan jarak d1 adalah:
Untuk perhitungan jarak selanjutnya juga sama tergatung nilai x dan y.
Jarak total = d1 + d2 + d3
C. Perhitungan sudut
Lihat Gambar 2.4 dan Gambar 2.5,
Disajikan dalam bentuk tabel.2.2. berikut
Titik Kordinat Jarak
(m)
Sudut
(∆)X Y
A ? ?
?
I ? ? ?
?
II ? ? ?
?
B ? ?
D. Perhitungan tikungan
Kecepatan Rencana (Vr);
Sudut Belok (∆);
Waktu tempuh pada Lengkung Peralihan, ditetapkan (T) 3 detik; Superelevasi
Maksimum (emaks) = 10% = 0.1;
Superelevasi Normal (en) = 2% = 0.02;
Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
(m/m/detik) (re) =
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
1. Hitung Koefisien Gesekan Maksimum (f maks):
Jika VR < 80 km/jam, maka
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
10/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Jika VR 80-112 km/jam, maka f maks = 0.24 – (0.00125 x VR )
2. Hitung Nilai Derajat Lengkung Maksimum (Dmaks):
3. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 1):
Menyesuaikan Jari-jari rencana (Rd) hasil hitungan sebelumnya dengan
hubungan antara VR dengan Nilai Rmin pada Tabel II.18 TPGJAK1997 (Syarat
Jari-jari minimum untuk Tikungan F-C).
Jika R d < R min (di table sesuai VR ), maka jenis F-C tidak bisa digunakan.
Tabel 2.3. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan
VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
R min (m) 25000 1500 900 500 350 250 130 60
Sumber: TPGJAK1997 (Syarat Jari-jari minimum untuk Tikungan F-C).
4. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 2):
Menentukan Superelevasi Desain (ed):
5. CHECK Apakah Tikungan Berjenis Full Circle (F-C) (CARA 2):
Dengan menghitung panjang Lengkung Peralihan dari 3 persamaan:
Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan =
dimana:
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
T = Waktu Tempuh di Lengkung Peralihan (Ls) = 3 meter
Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal =
dimana:
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
ed = Superelevasi Desain (%)
Rd = Jari-jari Rencana (m)
C = Perubahan percepatan 0.3-1.0, disarankan 0.4 (m/det3)
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian =
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
11/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
dimana:
em = Superelevasi Maksimum (%)
en = Superelevasi Normal (%)
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
re = Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan (m/m/detik)
Untuk Vr < 70 km/jam re maks = 0,035 m/m/det
Untuk Vr > 80 km/jam re maks = 0,025 m/m/det
Dari perhitungan 3 persamaan tersebut, diambil nilai LS terbesar dan
dibulatkan ke atas.
6. Menghitung Pcheck:
Jik Pcheck < 0.25, maka jenis tikungan adalah F-C dan tidak memerlukan
Lengkung Peralihan.
Jika Pcheck > 0.25, maka jenis tikungan memiliki Lengkung Peralihan (S-
CS atau S-S).
7. JIKA TIKUNGAN BUKAN F-C (MELAINKAN S-C-S or S-S)
Menentukan Sudut Lengkung Peralihan/Spiral (θs):
dimana:
Ls = Panjang Lengkung Peralihan yang digunakan (m)
π = 3.14
Rd = Jari-jari rencana (m)
Menentukan Sudut Lengkung Lingkaran/Circle (∆c):
dimana:
∆P1 = Sudut Belok Tikungan P1 (º)
θs = Sudut Lengkung Peralihan/Spiral (º)
Menentukan Panjang Lengkung Lingkaran/Circle (LC):
dimana:
∆c =Sudut Lengkung Lingkaran/Circle (º)
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
12/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Rd = Jari-jari rencana (m)
8. CHECK Apakah Tikungan Berjenis S-C-S atau S-S:
Syarat tikungan S-C-S jika ∆c > 0º, dan Lc > 20 meter.
Jika salah satu tidak terpenuhi, maka tikungan berjenis S-S.
9.
Jika Tikungan Berjenis S-C-S:
Syarat tikungan S-C-S jika ∆c > 0º, dan Lc > 20 meter.
HITUNG = 2 x Tt
Jika 2 x Tt > L Total, maka jenis tikungan yang digunakan S-C-S,
Jika 2 x Tt < L Total, maka masuk ke perhitungan jenis tikungan S-S
10. Jika Tikungan Berjenis S-S:
Syarat tikungan S-C-S jika Lc < 20 meter.
Hitung ulang θs = ½ x Sudut Belok Tikungan (∆P1).
Lc = 0.
Hitung ulang Ls menggunakan rumus θs sebelumnya:
θs = Ls x 90 / π x R d, maka:
Rumus Perhitungan P, K, Ts, dan Es sama dengan perhitungan S-C-S.
11. CHECK = Ts > Ls (OK S-S!!)
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
13/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
12. Menggambar tikungan dan diagram super elevasi
Gambar 2.7. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke Kanan
Tipe F-C
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
14/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Gambar 2.9. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke Kanan
Tipe S-C-S
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
15/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
E. Perhitungan stationing titik-titik penting
Stationing dilakukan untuk menentukan titik-titik penting dalam trase yang akan dibangun.
Dalam hal ini, titik-titik tersebut adalah elemen-elemen tikungan yang telah dihitung
sebelumnya.
Gambar 2.11. Diagram Superelevasi Tikungan Belok ke
Kanan Tipe S-C-S
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
16/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Perhitungan stationing titik-titik penting, data-data yang sudah harus diketahui
sebelumnya adalah: Sta A, d1 (dA-1), d2 (d1-4), dan d3 (d4-B), sedang data hitungan tikungan
yaitu: Tt, Ls, danLc.
Cara perhitungan:
Sta TS = Sta A + (d1 – Tt)
Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta CS + Ls
Sta ST = Sta SS + Ls
Pada perhitungan Sta selanjutnya juga sama, dimana hasil perhitungan Sta sebelumnya
menjadi patokan.
F. Pelebaran Perkerasan pada tikungan
Data yang harus diketahui adalah data kendaraan rencana yang diambil sebagai
perwakilan, yaitu Truk (ketetapan), dengan:
Jarak gandar (p) = 6,09 m
Tojolan depan (A) = 1,218 m
Kebebasan Samping (c) = 0,609 m
Lebar kendaraan (M) = 2,436 m
Untuk data jalan yaitu:
Jumlah jalur (n)
Lebar perkerasan normal (Wn)
1. Perhitungan pelebaran tikungan
Data sebelumnya: Rd, Vr (km/jam), W (m), dan n.
2. b’ = b + b”
3. Perhitungan lebar lintasan kendaraan truk pada tikungan (V)b’’ = Rd - Rd
2- p
2
4. Perhitungan lebar tambahan akibat kelelahan pengemudi (Z)
Z = 0,105Vr
R
5. Lebar tambahan akibat adanya tonjolan depan (Td)
Td = Rd 2 + A(2 p + A) - Rd
6. Lebar perkerasan yang diperlukan ditikungan (Wc)
Wc = n(b’ + c) + (n +1) Td + Z
Jika jarak Wc > Wn maka ada tambahan pelebaran pada tikungan, sebesar: Tambahan pelebaranƐ = Wc - Wn
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
17/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
G. Perhitungan jarak pandang
1. Jarak pandang henti (Jh)
Data yang harus diketahui sebelumnya: Vr, waktu tanggap (T = 2,5 dt), dan koefisien
gesek antara roda dengan jalan (fp = 0,35-0,5), kelandaian jalan (L) dibagi 100
Rumusnya: Untuk jalan datar :
Untuk jalan dengan kelandaian tertentu :
2. Jarak pandang menyiap (Jd)
Data yang harus diketahui sebelumnya: Vr, dan M (15 km/jam)
Perhitungannya:
a = 2,052 + 0,0036Vr
t 1 = 2,12 + 0,026Vr
t 2
= 6,56 + 0,048Vr
d 2 = 0,278Vr * t 2
d 3 = 30 -100
d = d 1 + d 2 + d 3 + d 4
Tabel 2.4. Jarak pandang henti (Jh) minimum (satuan meter)
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038_TBM_1997
H. Kebebasan samping
1. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang henti
Data yang harus diketahui sebelumnya: R, Jh, dan panjang tikungan (Lt) = Lc + 2Ls
untuk S-C-S atau (Lt) = 2Ls ntuk S-S.
Jh < panjang tikungan atau (Lt), maka dipakai rumus:
Jh > panjang tikungan atau (L), maka dipakai rumus:
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
18/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
2. Kebebasan samping pada tikungan untuk jarak pandang menyiap
Data yang harus diketahui sebelumnya: R, Jd, dan panjang tikungan (Lt) = Lc + 2Ls
untuk S-C-S atau (Lt) = 2Ls ntuk S-S.
Jd < panjang tikungan atau (Lt), maka dipakai rumus:
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
19/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB III
PERENCANAAN ALINEMENVERTIKAL
A. Umum
Alinemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu
jalan dengan bidang rencana permukaan jalan. Pada alinemen vertikal dapat ditunjukkan
ketinggian bagian penting dari jalan. Keadaan ideal penampang memanjang suatu jalan
adalah “Datar ” (landai 0 %).
B. Perhitungan Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara
vertikal dalam satuan jarak horisontal, pada umumnya dinyatakan dalam %. Berdasarkan
kesepakatan gambar jalan dibaca dari kiri ke kanan.
Naik
(+) (-)
Gambar 3.1. Lengkung vertikal jalan
Turun
Sewaktu merencanakan Alinemen Vertikal, terlebih dahulu ditetapkan kelandaian jalan yang
direncanakan. Penetapan kelandaian jalan harus mengacu pada Standar Perencanaan
Geometrik Jalan, yaitu tidak boleh melebihi kelandaian maksimum yang disyaratkan.
Kelandaian maksimum ditetapkan berdasarkan:
Kelas jalan
Kondisi medan
Kecepatan rencana
Tabel 3.1. Klasifikasi menurut medan jalan
(Sumber: Peraturan Bina Marga No 038_TBM_1997)
EA id E1
iA-1 = E 1- E A
dn x 100%
dn Notasi : iA-1 = kelandaian
E1 = Elevasi pada titik 1 EA = Elevasi pada titik A
dA-1 = Jarak antara A dan 1
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
20/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Contoh :
38,9 i1 48,5 i2
35 i3 35
d1=500 m d2=450 m d3=300 m
Kelandaian pada ruas i1:
Kelandaian pada ruas i2 :
Kelandaian pada ruas i3 :
C. Perhitungan Stationing Titik-Titik Penting
Titik penting yang dimaksud adalah Sta PPV (Pusat Perpotongan Vertikal), dan cara
perhitungannya adalah:
Sta A = Ketentuan dari soal
Sta PPV1 = Sta A + dA-1
Sta PPV2 = Sta PPV1 + d1-2, dan seterusnya sampai titik B
D. Perhitungan Lengkung Vertikal
Bentuk Lengkung Vertikal:
Cembung
Cekung
Kelandaian menaik (pedakian) diberi tanda (+), sedangkan kelandaian menurun
(penurunan) diberi tanda (-).
Untuk X = ½ L
Y = Ev
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
21/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
1. Lengkung Cembung
Sifat : Pergeseran vertikal setiap titik pada lengkung terhadap tangen adalah
sebanding dengan kuadrat jarak horisontal yang diukur dari ujung lengkung.
PPV x A
YEV
PLVPTV
Lv
Gambar 3.2. Lengkung vertikal cembung
Notasi :
PPV : Pusat Perpotongan vertikal
PLV : Permulaan Lengkung Vertikal
PTV : Permulaan Tangen Vertikal
EV : Pergeseran Vertikal PPV, Ke permukaan jalan rancana (m)
A : Perbedaan Aljabar Landai (%)
a. Panjang L berdasarkan Jh.1. jika Jh < Lv
bila Jh < Lv, maka Lv memenuhi.
2. jika Jh > Lv
bila Jh > Lv, maka Lv memenuhi.
b. panjang minimum lengkung vertical
Lv = A Y
di mana :
Lv = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan kelandaian (tanpa satuan %, merupakan nilai mutlak),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Jd = Jarak pandangan mendahului (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasakan pada tinggi obyek 10
cm dan tinggi mata 120 cm (sesuai Tabel 3.2)
Tabel 3.2. Penentuan faktor penampilan kenyamanan, Y.
Jh
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
22/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Panjang Lengkung Minimum
Panjang lengkung minimum adalah panjang yang diperlukan
sehingga lengkung tersebut dapat menyediakan jarak pandang sesuai
dengan syarat yang telah ditentukan. Kemungkinan yang timbul :
Panjang jarak pandang (Jh) seluruhnya ada di dalam daerah
lengkungan (Lv) = Jh < Lv
Panjang jarak pandangan (Jh) melampaui panjang lengkung (Lv) = Jh > Lv
2. Lengkung Vertikal Cekung
Panjang lengkung minimum ditentukan berdasarkan :
Jarak pandangan pada malam hari, yaitu dihitung berdasarkan jarak
penyinaran lampu besar kendaraan dengan tinggi lampu 0,75 m dan
berkas sinar menyebar ke atas sebesar 1°.
Jarak pandang yang ditentukan bila melewati underpass, denganmempertimbangkan tinggi ruang bebas minimum serta tinggi lampu
belakang kendaraan.
Jika :
a. Jh < Lv → Lv = A Jh 2
150 + 3,5 Jh
b . Jh > Lv → Lv = 2Jh –
150 + 3,5 J h
A
c. Panjang Lv untuk Kenyamanan mengemudi.
Lv =A.Vr 2
390
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
23/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Pertimbangan Keamanan
Kendaraan yang berjalan di sepanjang alinemen vertikal di lengkungan akan
mengalami seolah-olah terjadi kehilangan atau penambahan berat kendaraan. Hal ini akan
dirasakan oleh pengemudi sebagai gaya sentrifugal yang bekerja searah atau berlawanan
arah dengan gaya gravitasi bumi. Untuk itu panjang lengkung vertikal juga sebaiknya
ditentukan dengan mempertimbangkan adanya kenyamanan yang cukup.
Untuk perhitungan alinemen vertikal, LV dari Grafik Panjang Lengkung Vertikal,
diusahakan menggunakan LV yang panjang.
Contoh perhitungan Sta dan Elevasi Alinemen Vertikal.
1,9%
PPVA
EV -3%
PLV PTV
B Lv
500
PPV1 (Lengkung cembung)
Sta B : 20+ 300
Sta PPV : 20+800
A : 4,9%
Elevasi B : 38,9 mLV : 607,6 m
EV
:
A. LV
800
4,9 . 607,6
800
= 3,72
:
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
24/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
= 44,68 – ( 1,9% * ½ * 607,6)
= 38,91 mEl PTV = El PPV – id . ½ LV
= 44,68 – 3% * ½ * 607,6
= 35,56 m
E. Gambar Penampang Melintang pada Tikungan
Contoh Perhitungan:
Sta 16+376,7m Sta 16+476,6 m
+7,1%
-7,1%
+0,00%
-3%
Sta 16+512,89 m
Ls Lc Ls
Gambar 3.3. Penampang melintang pada tikungan
Sta 16+476,7; x = 16512,89 – 16476,6 = 36,19
10,1 %
Ls = 50m
Gambar Tikungan:
-3%
+7,1%
-3% Sta 16+512,89 m
+4,3% -7,1%
-4,3%
Sta 16+376,7m
Sta 16+476,6 m
Sta PLV1 = Sta PPV - ½ LV
= 20+800 – 303,8
= 20+496,2
Sta PTV1 = Sta PPV + ½ LV= 20+800 + 303,8
= 21+103,8
El PPV = El B + id . 500-Ev
= 38,9 + (1,9% * 500) – 3,72
= 44,68 m
El PLV = El PPV-id * ½ LV
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
25/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
F. Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukaan Jalan.
Karena permukaan tanah tidak selalu datar atau rata, dan juga tuntutan dari rancangan
suatu proyek jalan, maka pekerjaan galian dan timbunan akan selalu ada. Oleh karena itu
pekerjaan galian dan timbunan perlu diperhitungkan sedemikian rupa sehingga masalah-
masalah yang berhubungan dengan geometrik jalan tidak akan menjadi suatu hambatan yang
berarti.
I
Gambar 3.4. Galian dan timbunan
Gambar 3.5. Potongan galian dan timbunan
Superelevasi Perkerasan dan Bahu Jalan
Gambar 3.6. Kemiringan Melintang jalan Normal
1
2
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
26/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Gambar 3.7. kemiringan bahu jalan
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
27/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
BAB IV
PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Hal-hal yang perlu diketahui sebelum menghitung galian dan timbunan adalah: data titik stationing,
elevasi as jalan pada permukaan jalan rencana, dimana untuk jalan lurus diambil setiap
100 meter, sedangkan tikungan diambil setiap 50 meter, dan
elevasi tanah asli selebar ROW diambil sesuai pengambilan elevasi pada permukaan jalan
rencana.
Setelah elevasi diketahui maka digambarkan profil dari setiap potongan melintang jalan per jarak
yang telah ditentukan..
A. Perhitungan Luas Tampang Potongan Galian dan Timbunan
Perhitungan untuk mengetahui luas tampang potongan dilakukan secara pendekatan
(secara kasar). Hal ini dikarenakan bentuk dari luasan yang tidak teratur. Berikut contoh dari
salah satu perhitungan luas tampang potongan:
I
III
Muka tanah asli
IIIII Permukaan jalan
IV IV
Permukaan jalan
IV IV
II III III
I
Muka tanah asli
Gambar 4.1. Potongan melintang untuk luas tampang jalan
Bidang I, III, dan IV dikategorikan ke bentuk segitiga
Bidang II dikategorikan ke bentuk persegi panjang
B. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan
Perhitungan untuk mengetahui volume galian dan timbunan dilakukan secara pendekatan
juga. Hal ini karena bentuk dari luasan yang tidak teratur. Menghitung volume galian
timbunan adalah:
A pot I
A pot II
jarak potongan ( Ɩ )
Rumus:
1
2
2
1
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
28/64
TST 6706 TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
Dengan:
Apot I = luas potongan I
Apot II = luas potongan II
Ɩ = jarak potongan yang ditinjau (m)
Contoh Tabel Perhitungan Galian dan Timbunan
TitikJarak Ɩ
(m)
Galian Timbunan
A (m ) A rata2 Volume
(m3)
A (m ) A rata2 Volume
(m3)
A 3,84 0
1 50 3,84 384 0 0
2 3,84 0
3 100 12,47 1247 0 0
4 21,16 0
5 100 11,18 1118 21,7 2170
6 1,2 43,39
7 25 1,2 600 37,71 37,71
8 1,2 32,02
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
29/64
24
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
24
BAB V
DESAIN PERKERASAN JALAN
A.
Umum
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar ( subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
• Perkerasan lentur ( flexible pavement ) dan
• Perkerasan kaku (rigid Pavement )
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(composite pavement ), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan anatara perencanaan
untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan, dapat dilakukan den- gan banyak
cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika), Road Note
(Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina Marga (Indonesia).
Dalam praktikum ini, akan direncanakan sebuah jalan baru dengan perkerasan
lentur. Metoda perencanaan untuk perkerasan lentur yang digunakan adalah BinaMarga, dengan “ Metoda Analisa Komponen” SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732-
1989-F.
B. Dasar Teori
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud
perencanaan perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan
yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka panjang
yang umumnya memperhitungkan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan
ulang. Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan dan sifat
penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di
bawahnya serta menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan lapis
pondasi bawah.
Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah dasar, maka secara
keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
30/64
25
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
25
tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan adalah tanah
dasar yang berasal dari lokasi setempat atau dengan tambahan timbunan dari lokasi
lain yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu, sehingga mempunyai
daya dukung yang mampu mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung
tanah dasar. Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan
perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu nilai
yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada proses perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur ( flexible pavement ) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai
lapisan dibawahnya. Perkerasan lentur jalan dibangun dengan susunan
sebagai berikut:
1. Lapis permukaan ( surface course), yang berfungsi untuk:
a. Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan yang melintas diatasnya,
b. Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran dari beban roda, sehingga
harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan
c. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan di bawahnya
d. Sebagai lapisan aus.
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi untuk:
a. Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan gaya geser dari beban roda,
dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
b. Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan terhadap lapisan
permukaan
c. Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
31/64
26
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
26
3. Lapis pondasi bawah ( subbase course), yang berfungsi untuk:
a. Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah,
b. Mengurangi tebal lapis pondasi atas yang menggunakan material berkualitas
lebih tinggi sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan lebih efisien,
c. Sebagai lapis peresapan air,
d. Mencegah masuknya tanah dasar yang berkualitas rendah ke lapis pondasi
atas,
e. Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan perkerasan jalan.
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan perkerasan lentur
jalan adalah:
Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C),
Angka ekuivalen sumbu kendaraan (E),
Lalu lintas harian rata-rata
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
Faktor regional
Indeks Permukaan (IP)
Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)
Tebal Minimum Lapis Perkerasan
1. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C) untuk menghitung lalu lintas
ekuivalen sesuai dengan Petunjuk perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya dengan Metode Analisa Komponen (SKBI – 2.3.26.1987)
Tabel 5.1 : Tabel Koefisien Distribusi Arah Kendaraan
Jumlah
Lajur
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
1 lajur
2 lajur
3 lajur
4 lajur
1.00
0.60
0.40
-
1.00
0.50
0.40
0.30
1.00
0.70
0.50
-
1.00
0.50
0.475
0.45
Sumber SKBI – 2.3.26. 1987/SNI 03-1732-1989
* berat total < 5 Ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
** beart total ≥ 5 Ton, misalnya : bus, truck, traktor, semi triler, trailer
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
32/64
27
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
27
2. Angka ekuivalen sumbu kendaraan (E)
Angka ekuivalen masing-masing golongan beban sumbu untuk setiap
kendaraan ditentukan dengan rumus:
a. Untuk sumbu tunggal
E = ( Beban satu sumbu tunggal dalam Kg )4
8160
b. Untuk sumbu ganda
E = 0,086 ( Beban satu sumbu ganda dalam Kg )4
8160
c. Untuk sumbu triple
E = 0,053 ( beban satu sumbu triple dalam Kg )4
8160
Selain dengan rumus diatas, angka Ekivalen beban sumbu kendaraan dapat
ditentukan dengan menggunakan table dibawah ini :
Tabel 5.2 Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
33/64
28
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
28
3. Lalu lintas harian rata-rata
a. Lalu lintas harian rata-rata setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal
umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau
masing-masing arah pada jalan dengan median.
b. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung dengan rumus:
LEP = Σ LHRj x Cj x Ej
Dimana :
Cj = koefisien distribusi arah
j = masing-masing jenis kendaraan
c. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang dihitung dengan rumus:
LEA = Σ LHRj (1+i)UR x Cj x Ej
Dimana :
i = tingkat pertumbuhan lalu lintas
j = masing-masing jenis kendaraan
UR = umur rencana
d. Lintas Ekuivalen Tengah, yang dihitung dengan rumus:
LET = LEP + LEA
2
e. Lintas Ekuivalen Rencana, yang dihitung dengan rumus:
LER = LET X FP
Dimana :
FP = faktor Penyesuaian
FP = UR
10
4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
CBR merupakan perbandingan beban penetrasi pada suatu bahan dengan beban standar pada penetrasi dan kecepatan pembebanan yang sama.
Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya,CBR dapat dibagi atas:
a) CBR lapangan, disebut juga CBR inplace atau field CBR.
Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai
dengan kondisi tanah saat itu dimana tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan saat kadar air tanah tinggi atau dalam
kondisi terburuk yang mungkin terjadi.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
34/64
29
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
29
b) CBR lapangan rendaman / Undisturb saoked CBR
Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapngan pada
keadaan jenuh air, dan tanah mengalami pengembangan maksimum.
Pemeriksanaan dilaksanakan pada kondisi tanah dasar tidak dalam keadaan
jenuh air. Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di
daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak
di daerah yang badan jalanya sering terendam air pada musim hujan dan
kering pada musim kemarau. sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim
kemarau.
c) CBR rencana titik / CBR laboratorium / design CBRTanah dasar ( subgrade) pada konstruksi jalan baru merupakan tanah
asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai
kepadatan 95% kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung
tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul
beban setelah tanah tersebut di padatkan. CBR laboratorium dibedakan
atas 2 macam yaitu soaked design CBR dan unsoaked design CBR.
Data CBR yang digunakan adalah harga-harga CBR dari pemeriksaan
lapangan dan uji laboratorium.dari data CBR ditentukan nilai CBR terendah,
kemudian ditentukan harga CBR yang mewakili atau CBR segmen. Dalam
menentukan CBR segmen terdapat 2 cara yaitu :
a) Secara analitis
CBR segmen = CBR rata-rata – (CBR maks – CBR min) / R
Dimana harga R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam satu
segmen, dan besarnya nilai R sebagai berikut :
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
35/64
30
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
30
Tabel 5.3. Nilai R berdasrkan jumlah titik pengamatan
Jumlah Titik Pengamatan Nilai R
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
> 10 3,18
b) Secara Grafis
Tentukan data CBR yang sama dan lebih besar dari masing- masing nilai
pada data CBR. Angka dengan jumlah terbanyak din- yatakan dalam angka
100 %, sedangkan jumlah lainnya merupakan prosentase dari angka 100 %
tersebut.dari agka-angka tersebut dibuat grafik hubungan antara harga CBR
dan angka prosentasenya. Ditarik garis dari angka prosentase 90 %
menuju grafik untuk memperoleh nilai CBR segmen.
Dari nilai CBR segmen yang telah ditentukan dapat diperoleh nilai DDT
dari grafik kolerasi DDT dan CBR, dimana grafik DDT dalam skala linier,
dan grafik CBR dalam skala logaritma. Hubungan tersebut digambarkan pada
Gambar 5.1 sebagai berikut:
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
36/64
31
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
31
Gambar 5.1 Korelasi antara DDT dan CBR
Selain menggunakan grafik tersebut, nilai DDT dari suatu Harga CBR
juga dapat ditentukan menggunakan rumus :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
Dimana hasil yang diperoleh dengan kedua cara tersebut relatif sama.
untuk menentukan nilai CBR segmen dan Nilai DDT digunakan cara grafis
sesuai dengan “ Metoda Analisa Komponen” SKBI- 2.3.26.1987/SNI NO :
1732 – 1989-F
5. Faktor regional
Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup permeabilitas tanah,
perlengkapan drainase, bentuk alinemen, prosentase kendaraan berat dengan MST
≥ 13 ton dan kendaraan yang berhenti, serta iklim. Peraturan Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya menentukan bahwa faktor yang menyangkut
permeabilitas tanah hanya dipengaruhi oleh alinemen, prosentase kendaraan
berat dan kendaraan yang berhenti, serta alinemen. Untuk kondisi tanah pada
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
37/64
32
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
32
daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR yang diperoleh dari tabel
5.4 ditambahkan 1.
Tabel 5.4 : Faktor Regional (FR)
Curah hujan
Kelandaian I ( < 6 % ) Kelandaian II ( 6-10%) Kelandaian III ( > 10 % )
% Kendaraan Berat
30% 30% 30% 30% 30% 30%
Iklim I < 900
mm 0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
Iklim II >
900 mm /1,5 2,0 - 2,5 2,0 5,5 - 3, 2,5 3,0 - 3,5
Sumber : SKBI - 2.3.26.1987
6. Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang
lewat. Nilai indeks permukaan awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis permukaan
dan nilai indeks permukaan akhir (IPt) ditentukan dari nilai LER. Adapun nilai
IPo dari masing-masing jenis lapis permukaan disajikan dalam tabel 5.5 berikut.
Sedangkan IPt ditentukan dalam Tabel 5.6
Tabel 5.5. IPo terhadap Jenis Lapis Permukaan
Jenis Lapis Permukaan Ipo Roughness ( mm/km )
Laston ≥ 4
3,9 – 3,5
≤ 1000
2000
HRA 3,9 - 3,5
3,4 – 3,0
≤ 2000
>2000
Burda 3,9 - 3,5 ≤ 2000
Burtu 3,4 - 3,0 ≤ 2000
Lapen 3,4 - -3,0
2,9 - 2,5
≤ 3000
>3000
Latasbum 2,9 - 2,5
Buras 2,9 - 2,5
Latasir 2,9 - 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
38/64
33
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
33
Tabel 5.6. Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt )
LER
Klasifikasi Jalan
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 - 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 - 2,0 2,0 2,0 - 2,5 -
> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987
Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam kondisi
rusak berat dan amat mengganggu lalu lintas kendaraan yang mele- watinya.
Tingkat pelayanan jalan terendah masih mungkin dilakukan dengan nilai IPt
sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan masih cukup mantap dinyatakan dengan nilai
IPt sebesar 2,0. sedangkan nilai IPt sebesar 2,5 menyatakan per- mukaan jalan
yang masih baik dan cukup stabil.
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram denganmempergunakan nilai-nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama
umur rencana, nilai DDT, dan FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar
grafik nomogram untuk masing-masing nilai IPt dan IPo.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
39/64
34
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
34
Gambar 5.2 Nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IPo ≥ 4
Gambar 5.3 Nomogram 2 untuk IPt =2,5 dan IPo= 3,9 – 3.5
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
40/64
35
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
35
Gambar 5.4 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo ≥
Gambar 5.5 Nomogram 4 untuk ITp = 2 dan IPo = 3,9 – 3,5
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
41/64
36
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
36
Gambar 5.6 Nomogram 5 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 3,9 – 3,5
Gambar 5.7 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 – 3,0
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
42/64
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
43/64
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
44/64
39
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
39
Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien Kekuatan Relatif Kekuatan Bahan
Jenis Bahan a1 a2 a3 MS ( Kg ) Kt ( kg/cm2) CBR ( % )
0,40
0,35
0,32
0,30
0,35
0,31
0,28
0,26
0,30
0,26
0,25
0,20
0,28
0,26
0,24
0,23
0,19
744
590
454
340
744
590
454
340
340
340
590
454
340
LASTON
LABUSTAG
Hot Rolled Asphalt
Aspal Makadam
LAPEN mekanis
LAPEN manual
LASTON ATAS
LAPEN mekanis
LAPEN manual
Stabilitas Tanah dengan
semen
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987
9. Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel batas minimum
lapis permukaan dan lapis pondasi dibawah ini. Sedangkan tabel minimum lapis
pondasi bawah untuk setiap nilai ITP ditentukan sebesar 10 cm.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
45/64
40
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
40
Tabel 5.8 Tebal Minimum Lapis Perkerasan
ITP
Tebal Minimum
( cm ) Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung ( Buras/ Burtu/
Burda )
Laston / Aspal Macadam / HRA /Lasbutag /
Laston Lapen / Aspal Macadam / HRA /
Lasbutag / Laston Lasbutag / laston
3,00 - 6,70 5
6,71 - 7,49 7,5
7,50 - 9,99 7,5
> 10,00 10
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987
Tabel 5.9 Batas Minimum Tebal Lapis Pondasi
ITP
Tebal Minimum
( cm ) Bahan
< 3,00 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
3,00 - 7,49 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
7,50 - 9,99 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
10,00 -12,14 20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
lapen, laston atas
> 12,25 25
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
lapen, laston atas
Sumber : SKBI – 2.3.23.1987
Dari parameter - parameter tersebut kemudian diperoleh nilai ITP dan nilai
koefisien kekuatan relative untuk masing-masing bahan perkerasan. Tebal masing-
masing bahan perkerasan untuk masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi,
dan lapis pondasi bawah dapat dihitung dengan rumus :
ITP = a1· D1 + a2 · D2 + a3 · D3
Dimana :
a1,a2,a3 = koefisien kekuatan relatif bahan untuk masing-masing lapisan
perkerasan
D1,D2,D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
46/64
41
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
41
C. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Ada banyak cara dalam menentukan tebal perkerasan, dan hampir tiap Negara
mempunyai cara tersendiri. Di Indonesia metode yang digunakan untuk me- nentukan
tebal perkerasan lentur adalah metode Bina Marga yang bersumber dari AASHTO
1972 dan dimodifikasi sesuai denagan kondisi jalan di Indonesia.
Pada gambar 5.11 diberikan bagan alir dari metode perancangan tebal
perkerasan lentur Bina Marga metode Analisia komponen SKB>2.3.26.1987 UDC:
525.73(25).
Gambar 5.11 Bagan Alir Metode Analisa Komponen
START
Input parameter
perencanaan
Konstruksi
Bertaha
Tentukan ITP
selama UR
Tentukan ITP1
tahap I
Tentukan ITP1+2
tahap I dan tahap II
Tentukan tebal
lapis perkerasan
FINISH
Koefisien
Kekuatan Relatif
Jenis Lapisan
Perkerasan
Kekuatan Tanah
Dasar
Faktor Regional (FR)
- Intensitas Curah
Hujan
- Kelandaian Jalan
- %kendaraan
Beban Lalulintas
LER pada lajur
KonstruksiBertahap atau
Indeks Permukaan
Awal IPo
Akhir IPt
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
47/64
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
48/64
43
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
43
Dimana :
A j = jumlah kendaraan untuk satu jenis kendaraan.
E j = angka ekuivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan.
C j
= koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana.
I = faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka.
n’ = jumlah tahun dari saat pengambilan data sampai jalan
dibuka.
J = jenis kendaraan.
b. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)
Besarnya lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut membu- tuhkan
perbaikan struktural disebut Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang diperoleh
dari persamaan :
LEA = LEP (1+r)UR
dimana :
LEP = Lintas Ekuivalen Permulaan.
r = Faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana.
UR = Umur rencana jalan tersebut.
c. Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
Lintas Ekuivalen Tengah diperoleh dengan persamaan :
LET = LEP + LEA
2
d. Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
Besarnya lintas ekuivalen yang akan melintasi jalan tersebut selama masa
pelayanan, dari saat dibuka sampai akhir umur rencana disebut Lintas
Ekuivalen Rencana, yang diperoleh dari persamaan :
LER = LET X FP
Dimana :
FP = faktor Penyesuaian dan FP= UR
2
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
49/64
44
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
44
6. Menentukan Indeks Permukaan (IP)
a. Indeks Permukaan Awal (IPo) yang ditentukan sesuai dengan jenis lapis
permukaan yang akan dipakai. Lihat Tabel 2.5 IPo terhadap Jenis Lapis
Permukaan
b. Indeks Permukaan Akhir (IPt) berdasarkan besarnya nilaiLER dan
klasifikasi jalan tersebut. Lihat Tabel 2.6 Indeks Permukaan Akhir Umur
Rencana (IPt)
7. Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dengan menggunakan rumus dasar
metode AASHTO 1972, yang telah memasukkan faktor regional yang terkait
dengan kondisi lingkungan dan faktor daya dukung tanah dasar yang terkait
dengan perbedaan kondisi tanah dasar, sehingga didapat persamaan:
Dengan :Gt= log (IPo – Ipt)
(4,2-1,5)
dimana :
Gt = fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat
pelayanan dari IP = IPo sampai IP = IPt dengan kehilangan tingkat
pelayanan dari IPo sampai IP = 1,5.
Wt18 = beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu tunggal
18000 pon yang telah diperhitungkan ter- hadap faktor regional.
(Sumber : Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)
Selain dengan menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan Indeks Tebal
Perkerasan (ITP) dapat juga menggunakan Nomogram- Nomogram yang terdapat
dalam buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen (Bina Marga).
8. Menentukan koefisien kekuatan relatif (a) dan tebal minimum (D) Setelah nilai
ITP didapat kemudian ditentukan nilai koefisien kekuatan relatif yang terdapat
seperti pada Tabel 5.7 Koefisien Kekuatan Relatif
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
50/64
45
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
45
a. Koefisien kekuatan relatif dari jenis lapis perkerasan yang dipilih.
b. Menentukan masing-masing tebal minimal lapis perkerasan yang telah
ditentukan
c. Menentukan tebal lapis perkerasan yang akan dicari dengan persamaan
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 ............................................... (7)
Dimana:a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan .
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).
Angka 1, 2, dan 3 masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan
lapis pondasi bawah.
Perkiraan tebal masing-masing lapis perkerasan tergantung dari ketebalan
mini- mum yang ditentukan oleh Bina Marga.
Gambar 5.12 Susunan lapis perkerasan jalan
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
51/64
46
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
46
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
A. Umum
Pada umumnya pekerjaan pada suatu proyek jalan meliputi mobilisasi, drainase, pekerjaan tanah, pekerjaan bahu jalan, perkerasan berbutir,perkerasan aspal. Untuk
pekerjaan drainase sendiri meliputi galian untuk drainase,saluran dan jalan air.
Pekerjaan tanah meliputi galian tanah biasa, timbunan biasa dan penyiapan badan
jalan. Untuk pekerjaan bahu jalan dan perkerasan berbutir meliputi lapis pondasi
agregat kelas A dan B. Dan untuk pekerasan aspal meliputi lapis resap pengikat,
perekat dan laston (AC).
Untuk biaya pekerjaan terbagi atas bahan, alat, upah atau biaya tenaga kerja. Alat
yang digunakan dalam konstruksi jalan meliputi Aspal Mixing Plant (AMP), Aspal
Finisher, Aspal Spayer, Excavator, Dump Truck, Motor Grader, Vibro Roller, dll.
Bahan yang dipakai dalam konstruksi jalan meliputi aspal semen, pasir urug, agregatkasar, agregat halus, dll. Untuk analisa alat dan upah tenaga kerja, disesuaikan dengan
upah tenaga sesuai dengan daerahnya.
B. Dasar Teori
Rencana anggaran biaya atau sering disingkat RAB adalah perhitungan biaya
berdasarkan gambar dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun,
sehingga dengan adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan
nantinya.
Anggaran biaya merupakan harga dari suatu proyek yang dihitung dengan teliti,
cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada proyek yang sama akan berbeda- beda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena
perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. (H.Bachtiar Ibrahim, 1993; 3)
Untuk menghitung RAB diperlukan data – data antara lain:
1. Gambar Rencana Bangunan.
2. Volume masing – masing pekerjaan yang akan di laksanakan.
3. Daftar harga bahan bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan di laksanakan.
4. Analisa BoQ(Bill of Quantity) atau harga satuan pekerjaan.
5. Metode kerja pelaksanaan.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu proyek perancangan jalan harusdirencanakan dengan efisien dan optimal. Banyak hal yang dapat dilakukan sebelum
membuat RAB, diantaranya pemilihan desain dan bahan yang akan dipakai.
Pemilihan desain dan bahan sangat penting dilakukan, karena akan menunjukkan
mutu dan kualitas dari pada bangunan jalan tersebut.
Adapun pembuatan RAB bertujuan untuk:
1. Mengetahui penggunaan bahan dan desain struktur apa saja yang digunakan dalam
perancangan jalan.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
52/64
47
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
47
2. Untuk mengetahui harga bagian atau item pekerjaan sebagai pedoman untuk
mengeluarkan biaya-biaya dalam masa pelaksanaan. Selain itu supaya bangunan
yang akan didirikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Mengetahui jumlah atau volume kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan.
4. Mengetahui berapa besarnya nilai total anggaran biaya pada proyek perancangan jalan.
C. Bagan Alir Perhitungan RAB
Gambar 6.1 Bagan Alir Analisa Biaya Pekerjaan
Spesifikasi Umum Gambar Rencana
AlatBahan Tenaga
Penyusutan bunga
modal pengoperasian
Pemilihan bahan yang
akan digunakan
Pemilihan tenaga
kerja
Efisiensi Tenaga
Kerja
Rp. Berat/VolumeRp. Jam Rp. Jam
Koefisien Alat Koefisien Bahan Koefisien Tenaga
Biaya Alat Biaya Bahan Biaya Tenaga
Kebutuhan Alat Kebutuhan Bahan Kebutuhan Tenaga
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
53/64
48
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
48
D.
Perhitungan RABContoh perhitungan RAB untuk pekerjaan tanah bagian galian tanah
Pada pekerjaan tanah, terdapat 3 uraian item pekerjaan, yaitu galian tanah biasa,
timbunan biasa dan penyiapan badan jalan, seperti pada Tabel 6.1 di bawah ini.
Tabel 6.1 RAB untuk Pekerjaan Tanah
NO URAIAN
SAT.
PERKIRAAN HARGA JUMLAH
MATA KUANTITAS SATUAN HARGA
PEMB. Rp Rp
1 2 3 4 5 6
DIV 3. PEKERJAAN
TANAH
3.1 (1) Galian tanah biasa M3 47,324.20 37,075.00 1,754,544,715.00
3.2 (1) Timbunan biasa M3 15,131.60 256,316.00 3,878,471,185.60
3.3 Penyiapan Badan Jalan M2 10,000.00 5,754.00 57,540,000.00
Jumlah harga penawaran untuk devisi 3 5,690,555,900.60
1. Pada kolom 4, yaitu perkiraan kuantitas merupakan volume pekerjaan yang
diperoleh dari gambar kerja potongan melintang jalan, yang telah dikerjakan lebih
dulu ketika pengerjaan geometrik jalan.
2. Pada kolom 5, yaitu harga satuan merupakan harga akhir yang telah termasuk
didalamnya harga satuan dasar bahan/material, upah kerja dan peralatan.
Untuk mendapatkan harga satuan akhir ini, berikut langkah-langkahnya:
a. Menentukan analisa harga satuan dasar bahan/material dan upah kerjaUntuk daftar harga satuan bahan/material dan upah kerja, dimasukkan sesuai
dengan harga yang berlaku di daerah yang akan dibangun jalan. Biasanya
daftar analisis harga satuan ini didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum
setempat.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
54/64
49
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
49
Tabel 6.2 Jarak Rata-rata dari Sumber Bahan (Quary)
JARAK RATA-RATA
DARI SUMBER BAHAN
Harga Jarak
No Uraian Kode Satuan Satuan Quary Keterangan
(Rp) (Km)
1 Pasir M01 M3 100,000.00 20.00 Ke Base Camp
2 Batu Kali M02 M3 130,000.00 20.00 Ke Lokasi Pek
3 Batu Belah M06 M3 90,000.00 25.00 Ke Lokasi Pek
4 Gravel M07 M3 110,000.00 25.00 Ke Base Camp
5 Sirtu M16 M3 82,500.00 20.00 Ke Lokasi Pek
6 Pasir Urug M14 M3 90,000.00 15.00 Ke Lokasi Pek
Untuk memperoleh harga satuan dasar bahan pada Tabel 6.4, terlebih dulu dibuat analisa
harga satuan dasar yang didalamnya terdapat perhitungan alat berat yang akan dipakai untuk
mengalokasikan bahan di atas. Pada Tabel di bawah ini merupakan contoh perhitungan
analisa harga satuan dasar bahan, yaitu pasir.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
55/64
50
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
50
Tabel 6.3 Analisa Harga Satuan Dasar Pasir
ANALISA HARGA SATUAN DASAR
Jenis : Pasir
Lokasi : Quary
Tujuan : Base Camp
No Uraian Kode Koefisien Satuan Keterangan
I Asumsi
Menggunakan alat berat (Mekanik)
Kondisi jalan sedang / baik
Jarak Quary ke loksasi proyek L 20.00 Km
Harga satuan pasir di quary Rp M01 1.00 M3 100,000.00
Harga satuan dasar excavator Rp E10 1.00 Jam 491,918.45
Harga satuan dasar Dump truck Rp E08 1.00 Jam 217,750.99
II Urutan kerja
Pasir digali dengan excavator
Excavator memuat pasir ke dalam truck
Dump Truck mengangkut pasir ke proyek
III Perhitungan
EXCAVATOR (E10)
Kapasitas Bucket V 0.93 M3
Faktor Bucket Fb 0.90 -
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
waktu siklus Ts1-Menggali memuat T1 0.50 Menit
-Lain-lain T2 0.50 Menit
TS1 1.00
Kap. Prod/jam =
V x Fb x Fa x 60Q1 41.68 M3/Jam
TS1
Biaya Excavator/m3 = ( 1 : Q1 ) x Rp E10 Rp1 11,801.53 M3/Jam
DUMP TRUCK (E08)
Kapasitas bak V 4.00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
56/64
51
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
51
Kecepatan Rata-rata bermuatan V1 25.00 Km/Jam
Kecepatan Rata-rata kosong V2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus Ts2
- waktu tempuh isi = (L/V1)x 60 T1 48.00 Menit
- waktu tempuh kosong=(L/V2)x 60 T2 40.00 Menit
-muat = (V/Q1)x60 T3 5.76 Menit
-Lain-lain T4 1.00 Menit
Ts2 94.76 Menit
Kapasitas produksi / perjam =
V*Fax60
Q2 2.10 M3/jamTs2
Biaya Dump Truck / M3 = (1:Q2)xRpE08 Rp2 103,582.35 Rupiah
IV Harga satuan Dasar Bahan di lokasi proyek
Harga satuan Dasar Pasir =
( Rp M01 + Rp1 +Rp2) M01 215,383.88 RupiahDibulatkan M01 215,383.00 Rupiah
Tabel 6.4 Daftar Harga Dasar Satuan Bahan
DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN BAHAN
Harga
No Uraian Kode Satuan Satuan Keterangan
(Rp)
1 Pasir M01 M3 Rp 215,383 Ke Base Camp
2 Batu Kali M02 M3 Rp 217,266 Ke Lokasi Pek
3 Batu Belah M06 M3 Rp 210,147 Ke Lokasi Pek
4 Gravel M07 M3 Rp 212,022 Ke Base Camp
5 Sirtu M16 M3 Rp 160,717 Ke Lokasi Pek
6 Pasir Urug M14 M3 Rp 153,460 Ke Lokasi Pek
7 Minyak tanah M11 Ltr Rp 11,100 Base camp
8 Agregat halus M04 M3 Rp 277,356 Base camp9 Agregat kasar M03 M3 Rp 293,540 Base camp
10 Material tanah Timbunan M08 M3 Rp 50,000 Borrow pit
11 Besi beton M13 Kg Rp 9,900 Ke Lokasi Pek
12 Bendrat M13 Kg Rp 15,000 Ke Lokasi Pek
13 Paku M18 Kg Rp 13,750 Ke Lokasi Pek
14 Pc M12 Zak Rp 55,000 Ke Lokasi Pek
15 Perancah M3 Rp 2,490,200 Ke Lokasi Pek
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
57/64
52
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
52
Tabel 6.5 Daftar Harga Dasar Satuan Upah
DAFTAR
HARGA DASAR SATUAN UPAH
Harga Harga
No Uraian Kode Satuan Satuan Satuan Keterangan
(Rp) (Rp)
1 Pekerja L01 Rp 52,000 Jam Rp 7,429
Jam kerja
perhari 7 Jam
2 Tukang L02 Rp 58,000 Jam Rp 8,286
3 Mandor L03 Rp 65,000 Jam Rp 9,286
4 Operator L04 Rp 62,000 Jam Rp 8,857
5 Pembantu Operator L05 Rp 58,000 Jam Rp 8,286
6 Sopir L06 Rp 69,000 Jam Rp 9,857
7 Pembantu Sopir L07 Rp 58,000 Jam Rp 8,286
8 Mekanik L08 Rp 62,000 Jam Rp 8,857
9 Pembantu Mekanik L09 Rp 58,000 Jam Rp 8,286
b. Menentukan analisa harga satuan dasar peralatan
Untuk mendapatkan harga satuan dasar peralatan, diperlukan perhitungan
yang rinci tentang alat berat yang akan digunakan, seperti uraian alat, biaya
pasti perjam, biaya operasi perjam, sehingga diperoleh biaya sewa alat per
jamnya.
Pada pekerjaan galian tanah, digunakan 2 (dua) alat berat, yaitu excavator dan
dump truck. Di bawah ini tertera tabel mengenai uraian analisa alat tersebut
dan daftar harga sewa alat berat lainnya.
Tabel 6.6 Uraian Analisa Excavator
URAIAN ANALISA ALAT
No Uraian Kode Koefisien Satuan Ket
A URAIAN PERALATAN
Jenis peralatan EXCAVATOR 80-140 HP E07
Tenaga Pw 133.00 Hp
Kapasitas Cp 0.93 m3
Alat baru : A. Umur Eknomi A 5.00 Tahun
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
58/64
53
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
53
B. Jam Kerja dalam 1
tahun W 2,000.00 Jam
C. Harga alat B 1,398,271,500.00 Rupiah
Alat yang dipakai : A. Umur Eknomi A' 5.00 Tahun Alat baru
B. Jam Kerja dalam 1
tahun W' 2,000.00 Jam Alat baru
C. Harga alat (*) B' 1,398,271,500.00 Rupiah Alat baru
B Biaya pasti perjam kerja
1 Nilai sisa alat = 10% x B C 139,827,150.00 Rupiah
2Faktor angsuran modal =
i x (1+i)^ A'D 0.334 -
(1+i )^A'-1
3 Biaya pasti perjam kerja
a. Biaya pengembalian modal =( B-C)x D
E 210,399.12 RupiahW'
b. Asuransi dll =0,002 x B
F 1,398.27 RupiahW'
Biaya Pasti perjam = ( E + F ) G 211,797.40 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PERJAM KERJA
1 Bahan bakar = (0,125 Ltr/Hp/Jam) x Pw x Ms H 114,712.50 Rupiah
2 Pelumas = (0,02 - 0,1 Ltr/Hp/Jam)xPwxMp I 44,302.30 Rupiah
3 Perawatan dan perbaikan =(12,5%-17,5%) x B'
K 87,391.97 RupiahW'
4 Operator = ( 1 Org/Jam) x U1 L 8,857.14 Rupiah
5 Pembantu Operator = ( 3 Org/Jam) x U1 M 24,857.14 Rupiah
Biaya Operasi perjam = ( H+I+K+L+M) P 280,121.05 Rupiah
D Total Biaya Sewa alat / jam = (G + P) S 491,918.45 Rupiah
E Lain-lain
1 Tingkat suku bunga i 20.00 % /Thn
2 Upah operator / sopir U1 8,857.14 Rp/Jam
3 Upah Pembantu operator / sopir U2 8,285.71 Rp/Jam
4 Bahan bakar bensin Mb 7,050.00 Ltr
5 Bahan bakar solar Ms 6,900.00 Ltr
6 Minyak pelumas Mp 33,310.00 Ltr
Tabel 6.7 Uraian Analisa Dump Truck
URAIAN ANALISA ALAT
No Uraian Kode Koefisien Satuan Ket
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
59/64
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
60/64
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
61/64
56
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
56
2 Lokasi Pek. Sepanjang jalan
3 Kondisi Jalan sedang/baik
4 Jam kerja efektif / hari Tk 7 Jam
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1.2 Jam
II Urutan Kerja
1 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
2 Excavator menuankan hasil galian ke dalam truck
3 Dum Truck membuang hasil galian keluar lokasi jalan
Sejauh L 1.00 Km
4 Sekelompok pekerjan merapikan tanah hasil galian
III Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga
1 Bahan
Tidak ada bahan yang diperlukan
2 Alat
2.a EXCAVATOR (E 10)
Kapasitas Bucket V 0.93 M3
Faktor bucket Fb 0.90 -
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Waktu sikus Ts1
Menggali/memuat T1 0.50 Menit
Lain-lain T2 0.50 Menit
Ts1 1.00 Menit
Kap. Pro. / jam =V x Fb x Fa x 60
Q134.74
M3/jamTs1 x Fk
Koefisien alat /M3 = 1 : Q1 0.0288 Jam
2.b DUMP TRUCK (E08)
Kapasitas bak V 4.00 M3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40.00 Km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60.00 Km/jam
Waktu siklus
Waktu tempuh isi = (L : V1) x 60 T1 1.50 Menit
Waktu tempuh kosong = (L : V2) x 60 T2 1.00 MenitMuat = (V : Q1) x 60 T3 Menit
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
62/64
57
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
57
12.85
Lain-lain T4 0.50 Menit
Ts2 15.85 Menit
Kap. Pro. / jam =V x Fa x 60
Q2 10.47 M3/jamFk x Ts2
Koefisien alat /M3 = 1 : Q2 - 0.095 Jam
2.c Alat bantu Lump Sump
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop, Keranjang, sapu dll
Tenaga
Produksi menentukan : Excavator Q1 34.74 M3/jam
Prod. Galian / hari = Tk x Q1 Qt 243.15 M3
Kebutuhan
tenaga
- Pekerja P 4.00 Org
- Mandor M 1.00 Org
- Pekerja = (Tk x P ) : Qt (L01) 0.1152 Org
- Mandor = ( Tk x M ) : Qt (L03) 0.0288 Org
d. Analisa Harga Satuan Total
Setelah melakukan langkah-langkah perhitungan di atas, maka dapat dihitung
untuk harga satuan total yang akan digunakan untuk menghitung RAB pada
galian tanah.
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
63/64
58
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
58
Tabel 6.10 Perekaman Analisa Masing-Masing Harga Satuan
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
KEGIATAN :PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN,TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA
ANGGARAN BIAYA
NO. PAKET : NAMA PAKET :
KABUPATEN :KOTA
YOGYAKARTA
NO. MATA PEMBAYARAN : 3.1 (1)PERKIRAAN
KUANTITAS:
URAIAN : GALIAN BIASA JUMLAH HARGA :
SATUAN : M3% THD HARGA
PEK:
PERKIRAAN HARGA JUMLAH
NO KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A TENAGA
1 Pekerja Jam 0.1152 7,428.57 855.44
2 Mandor Jam 0.0288 9,285.71 267.33
B MATERIAL
C PERALATAN
1 Excavator Jam 0.0288 491,918.45 14,161.84
2 Dump truck Jam 0.0955 217,750.99 20,791.28
3 Alat bantu Ls 1.0000 1,000.00 1,000.00
D Jumlah Harga Pekerja, Material dan Peralatan37,075.89
-
8/18/2019 Modul Perancangan Jalan
64/64
59
TST 6706
Modul Praktikum Perancangan Jalan | 2015/2016
E Harga Satuan (Dibulatkan)37,075.00
Pada Tabel 6.10 di bawah ini, diperoleh harga satuan untuk pekerjaan galiantanah sebesar Rp 37.075,00. Setelah diperoleh harga satuan ini, maka dapat
dilakukan perhitungan RAB untuk galian tanah seperti pada Tabel 6.1 di awal
tadi.
DAFTAR PUSTAKA
2015, Modul Praktikum Perancangan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Tidak
dipublikasikan, Yogyakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Jalan
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, 1989, Metoda Analisa
Komponen SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732-1989-F