modul 2 obstruksi jalan nafas bawah fix

Upload: satriya-dharma

Post on 10-Oct-2015

98 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    1/15

    Modul 2 OBSTRUKSI JALAN NAFAS BAWAH

    Sesak yang Menyengsarakan

    Jump 1

    1. Pursed-lips breating: menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan m

    tertutup. Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul

    PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melal

    hidung. Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan

    melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi

    2. Barrel chest :bentuk dada seperti tong Terjadi akibat inflasi berlebihan paru-paru.Terdapat peningkatan diameter anteroposterior

    toraks. Iga lebih melebar dan spasium interkostanya cenderung menggembung saat ekspirasi. Normalnya, perbandingan diameter

    anteroposterior : diameter lateral = 1:2.

    Bentuk dada yang menyerupai barel, hal itu terjadi karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran

    pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan b

    chest ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema). Umumnya di temukan di pria.

    Barrel chest (Thorax emfisematous), yaitu diameter anteroposterior memanjang dengan ciri ciri:

    Iga-iga mendatar

    Sela iga melebar

    Sudut epigastrium tumpul

    Diafragma mendatar

    3. Fremitus Pada pemeriksaan palpasi sistem respirasi dapat dilakukan pemeriksaan Tactil fremitusdinding toraks dengan cara :

    Menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding dada. kemudian pasien disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada

    sedang. Bandingkan getaran yang timbul antara hemithorax kiri dan kanan secara simetris dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa

    bergantian. Fremitus terjadi karena getaran suara yang berasal darilaring menjalar ke bronkus dan mengakibatkan paru dan dinding dad

    bergetar.

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    2/15

    Fremitus meningkat (jk ada konsolidasi paru) bisa ditemukan pada :

    Infiltrat paru

    Compressive atelektasis

    Cavitas paru

    Fremitus menurun(ada gangguan hantaran ke dinding dada) pada :

    Penebalan pleura

    Efusi pleura

    Pneumothorax

    Emfisema paru

    Obstruksi dari bronkus

    4. Hipersonor :Suara pada jaringan paru yang sangat mengembang, seperti pada penderita emfisema

    Hiperinflasi dari paru dimana utertahan lebih banyak dalam alveoli atau adanya udara didalam rongga pleura (pnemothorax) menghasilkan perkusi (hipersonor).

    5. Wheezing :Bunyinya spt ngiiikk yg trdengar saat inspirasi maupun ekspirasi (mengi) akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyemp

    sehingga ekspirasi dan inspirasi terganggu.

    6. Indeks Brinkman :Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok di

    sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Interpretasi hasilnya adalah derajat ringan (0-200), sedang (200-600), dan berat ( >600)

    7. Uji Bronkodilator :Pemeriksaan spirometri sering dilakukan sebelum dan sesudah inhalasi bronkodilator untuk mengevaluasi fun

    paru. Bronkodilator yang digunakan golongan beta-2 agonis (albuterol, metaproterenol, dll) dengan menggunakan MDI (metered dose i

    dengan spaser atau menggunakan nebulizer. Pengobatan bronkodilator harus dihentikan sebelum pemeriksaan, misalnya inhalasi beta-2

    minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan, teofilin short acting 12 jam sebelumnya dan teofilin long acting 24 jam sebelumnya.

    Respons positif terhadap inhalasi bronkodilator adalah terdapat perubahan KVP dan/atau VEP1 minimal 12% atau 200 ml setelah ibronkodilator. Respons positif dapat pula dinilai dengan terdapatnya penurunan volume air trapping, KRF atau VR. Cara lain

    mengevaluasi respons terhadap inhalasi bronkodilator adalah dengan membandingkanflow-volume curvesebelum dan sesudah inhalasi

    8. Spirometri :alat untuk mengukur fungsi paru. Indikasi nya:

    _ Evaluasi gejala paru untuk mendeteksi adanya gangguan dan menilai keparahannya

    _ Mengklasifikasikan penyakit menjadi obstruktif, restriktif atau mixed

    _ Evaluasi respon pengobatan bronkodilator ataupun steroid

    _ Evaluasi pre operasi

    _ Membantu menentukan prognosis penyakit

    merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk me

    volume statik dan volume dinamik paru. Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan inspirasi (VCI), volume cadang

    ekspirasi (VCE), volume residu (VR), kapasitas vital (KV), kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas residu fungsional (KRF) dan kapasiparu total (KPT). Pada orang normal volumeforced expiratory maneuver (FEV 1) adalah 28ml per tahun, sedangkan pada pasien PPOK

    adalah 50 - 80 ml. Contoh volume dinamik adalah volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP 1) dan maximum voluntary ventilation (M

    Spirometri merupakan pemeriksaangold standarduntuk diagnosis dan monitor penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan asma. Selai

    juga digunakan sebagaiscreeningawal untuk mendeteksi PPOK pada perokok.

    1.

    Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuve

    paksa.

    2.

    Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta

    melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat

    menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.

    3. Manuver VEP1(volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik per

    pemeriksaan KVP. Manuver VEP1seperti manuver KVP.

    4.

    Manuver APE(arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksanapas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.

    5. Manuver MVV(maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek be

    melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik

    9. VEP dan KVP :Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gang

    obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1),dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama ter

    kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)

    10. APE : Arus Puncak EkspirasiatauPeak Expiratory Flowatau ada juga yang menyebutPeak Expiratory Flow Rate(PEFR) adalah

    kecepatan ekspirasi maksimal yang bisa dicapai oleh seseorang, dinyatakan dalam liter per menit (L/menit) atau liter per deti

    (L/detik).Nilai APE didapatkan dengan pemeriksaan spirometri atau menggunakan alat yang lebih sederhana yaitupeak expiratory flo

    meter (PEF meter).

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    3/15

    11. Hiperlusen: gambaran radiologi berupa paru sangat jernih karena banyaknya udara yang terkumpul dalam paru melebihi normal

    Dalam keadaan normal volume udara dalam paru-paru adalah 4500cc (kapasitas total)

    12. Tear Drop Appearance (jantung pendulum) : gambaran jantung menggantung

    13. Ekspirasi memanjang : Ini terjadi pada penyakit paru obstruktif, karena resistensi jalan napas yang meningkat.

    Jump 2

    1. Apa yg menyebabkan Pak Cori tiba2 mengalami sesak berat dan batuk sangat produktif?

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    4/15

    Sesak nafas berat

    Sesak nafas pada PPOK terjadi oleh karena berbagai mekanisme. Perbedaan mekanisme ini berbadasarkan bentuk neuropsikologi: re

    saraf afferen proses di susunan saraf pusat (SSP)saraf efferensesak nafas.

    Mekanisme sesak nafas pada PPOKoleh karena kebutuhan ventilasi yang meningkat akibat peningkatan ruang rugi fisiologi, hipoksi

    hiperkapnia, onset awal asidosis laktat, penekanan pergerakan saluran nafas, hiperinflasi, kelemahan otot nafas dan kelemahan otot

    ekstremitas oleh karena efek sistemik, deconditioning dan nutrisi yang buruk.

    Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang diakibatkan oleh obstruksi saluran nafas kecil dan emfis

    Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan penimbunan kolagen dalam

    dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan muko

    yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratnya sakit.

    Sesak napas dan batuk sangat produktif

    Gangguan yang bersifat progresif (cepat dan berat) ini disebabkan karena terjadinya Radang kronik akibat pajanan partikel atau gas

    beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala utama sesak napas, batuk, dan produksi sputum dan keterbatas

    aktifitas.

    Iritan dalam asap tembakau bisa menimbulkan penyempitan saluran udara sehingga bronkus menghasilkan mucus yang berlebihan. Zat

    ini juga dapat mengganggu fungsi sel sistem kekebalan dalam paru dan mengganggu keseimbangan normal enzim paru, yang membuat

    lebih rentan terhadap penyakit pernapasan. Selain itu, juga dapat menghentikan gerak silia yang membantu mengeluarkan benda asing.

    tembakau juga mengandung karbon monoksida yang bila bergabung dengan hemoglobin akan membentuk karboksihemoglobin, yang

    menghalangi pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh.

    batuk sangat produktif

    Inflamasi kronis mengakibatkan metaplasia pada dinding epitel bronchial, hipersekresi mukosa, peningkatan massa otot halus, dan fi

    Terdapat pula disfungsi silier pada epitel, menyebabkan terganggunya klirens produksi mucus yang berlebihan. Secara klinis, proses iniyang bermanifestasi sebagai bronchitis kronis, ditandai oleh batuk produktif kronis.

    2. Bagaimana hubungan riwayat keluhan dahulu spt diatas yg masih bisa sembuh dgn pengobatan dengan keluhan Pak Cori sekarang?

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    5/15

    3. Bagaimana hubungan riwayat Pak Cori sbg perokok berat (riwayat merokok >20 tahun) dengan penyakitnya sekarang?

    Riwayat merokok >20 tahunFaktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang peruba

    pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplas

    Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia mengganggu sistem eskalator mukosiliarismenyebabkan penumpuka

    mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganism

    penyebab infeksi dan menjadi sangat purulenTimbul peradanganmenyebabkan edema jaringanProses ventilasi terutama ekspira

    terhambat. Timbul hiperkapnia (peningkatan kadar CO2 dlm cairan tubuh dan sering disertai hipoksia sehingga CO2 yg berlebih

    meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hydrogen yg nantinya dpt menyebabkan asidosis)akibat dari ekspirasi yang memanjang dandilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.

    Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara prog

    merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkuran

    Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah insp

    Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoilpasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. Berbeda den

    asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan

    dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskanNeutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tida

    diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    6/15

    Resiko untuk menderita COPD bergantung pada dosis merokoknya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang d

    per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-

    respiratorik dan COPD dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru terbakar.

    Inhalasi asap rokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel epitel untuk melepaskan faktor kemotaktik yang merekru

    banyak makrofag dan neutrofil. Kemudian, makrofag dan neutrofil ini melepaskan protease yang merusak elemen struktur pada paru-pa

    Protease sebenarnya dapat diatasi dengan antiprotease endogen namun tidak berimbangnya antiprotease terhadap dominasi aktivitas pro

    yang pada akhirnya akan menjadi predisposisi terhadap perkembangan PPOK. Pembentukan spesies oksigen yang sangat reaktif seperti

    superoxide, radikal bebas hydroxyl dan hydrogen peroxide telah diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi terhadap patogenesis k

    substansi ini dapat meningkatkan penghancuran antiprotease .

    4. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dgn penyakit Pak Cori? Adakan Faktor resiko lain yg dpt menyebabkan keluhan spt yg Pak Cori?

    COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dew

    ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Beberapa penelitia

    mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena COPD dibandingkan perokok pria.

    Faktor resiko :

    1. Faktor Genetik

    Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor genetik diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifi

    peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan

    defisiensi protein alfa1 anti tripsin.

    2. Hipotesis Elastase-Anti Elastase

    Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan.Perubah

    keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.

    3. Rokok

    Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada j

    nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel sk

    saluran pernapasan. Secara patologisrokok menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada jalan napas, menghambat fungsi makrofa

    alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucus bronkusGangguan pada silia, fungsi makrofag alveolar mempermud

    terjadinya perdangan pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada paru-paruPeradangan bronkus dan bronkiolus akan mengakiba

    obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah.

    Disamping itu, merokokmerangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan enzim protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprot(Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya

    4. Infeksi

    Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seper

    pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan

    terjadinya emfisema. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronkitis kronik selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta

    menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneum

    5. Polusi

    Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi

    daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fun

    makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan tinggi.

    6. Faktor Sosial Ekonomi

    Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin

    disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

    7. Pengaruh usia

    5. Bagaimana interpretasi dri hasil pemeriksaan fisik : Pursed Lips Breathing, Barrel Chest ??

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    7/15

    Pursed - lips breathing adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu (setengah terbuka) dan ekspirasi yang memanjan

    Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan

    retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik. Pink puffer- Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemeraha

    pernapasan pursedlips breathing. Blue bloater khas pada bronkitis krosis; gemuk, sianosis, edema tungkai )

    Purse-lip breathing sering dilakukan oleh pasien secara spontan. Selamapurse-lip breathing diaktifkan otot perut selama ekspirasi te

    dapat memperbaiki pertukaran gas yang dapat dilihat dengan membaiknya saturasi oksigen arteri. Purse-lip breathingjuga memperbaik

    nafas, meningkatkan volume tidal dan mengurangi sesak nafas.

    Pernafasan pursed lip breathing dilakukan dengan cara penderita duduk dan bernafas dengan cara menghembuskan melalui mulut yang

    tertutup (seperti bersiul) selama 4-6 detik. Cara itu diharapkan dapat menimbulkan tekanan saat ekspirasi sehingga aliran udara melamb

    meningkatkan tekanan dalam rongga perut yang diteruskan sampai bronkioli sehingga kolaps saluran nafas saat ekspirasi dapat dicegah

    Pada dada tong (barrel chest), bentuk elips normal dada digantikan oleh yang berbentuk bulat dimana diameter anteroposterior memb

    sampai sekitar diameter melintangnya.Diafragma tertekan sementara sternum terdorong ke depan sementara rusuk melekat secara horiz

    bukan menyudut. akibatnya, dada tampak selalu berada pada posisi inpiratori.

    Biasanya merupakan tanda belakangan dari penyakit pulmoner obstruktif kronik (COPD), dada tong adalah akibat pembesaran volume

    karena obstruksi aliran udara.

    6. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik paru berupa: (bagaimana itu bisa terjadi?)

    Temuan pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi dapat berupa bentuk dada seperti tong (barrel chest), terdapat cara bernapaspurse lips

    breathing (seperti orang meniup), terlihat penggunaan dan hipertrofi otot-otot bantu napas, pelebaran sela iga, dan bila telah terjadi gaga

    jantung kanan terlihat distensi vena jugularis dan edema tungkai. Pada perkusi biasanya ditemukan adanya hipersonor. Pemeriksaan aus

    dapat ditemukan fremitus melemah, suara napas vesikuler melemah atau normal, ekspirasi memanjang, ronki, dan mengi

    Inspeksi: penggunaan otot bantu nafas, pelebaran sela iga

    Pemggunaan otot bantu nafas : m. sternocleidomasteideuspada stadium lanjut gejala semakin jelaskarena sesak nafas yg

    berkepanjangan akan terjadihipertrofi otot2 nafas bantuanyg akan nyata sekali pada m. sternocleidomastoideus yg akan selalu akt

    bekerja menaikkan rongga thoraks ke atas pada setiap inspirasi. Macam otot bantu nafas (jika terjadi inspirasi dalam):

    1. m. Sternocleido mastoideusmengangkat sternum ke atas

    2.

    m. Scalenusmengangkat costa 1,2

    Palpasi: fremitus melemah

    Perkusi: hipersonor dan letak diafragma rendah

    Hipersonordisebabkan karena pleura yang terisi oleh udara.

    Letak Diafragma rendah

    Pada PPOK terjadi gangguan otot pernafasan yang dipengaruhi kontraksi otot dan kekuatan otot pernafasan. Hilangnya daya elastisit

    paru pada PPOK menyebabkan hiperinflasi dan obstruksi jalan nafas kronik yang mengganggu proses ekspirasi sehingga volume udara

    masuk dan keluar tidak seimbang dan terdapat udara yang terjebak (air trapping). Air trapping dalam keadaan lama menyebabkan diafra

    mendatar, kontraksi kurang efektif dan fungsinya sebagai otot utama pernafasan berkurang terhadap ventilasi paru. Berbagai kompensa

    interkostal dan otot inspirasi tambahan yang biasa dipakai pada kegiatan tambahan akan dipakai terus menerus hingga peran diafragma

    menurun sampai 65%.

    Letak diafragma rendahkarena tekanan intrapulmonal (tekanan yg ada didalam alveoli) cenderung tinggi.

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    8/15

    Auskultasi: Wheezing dan ekspirasi memanjang?

    Pada emfisema terdapat bleb (rongga subpleura yang terisi udara) dan bulla (rongga parenkim yang terisi udara). Biasanya bula timb

    karena adanya penyumbatan pada katup pengatur bronkiolus. Selama inspirasi, lumen bronkiolus melebar sehingga udara dapat melewa

    penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mucus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkiolus tersebut kembali menyempi

    sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara. Sehingga waktu pasien ekspirasi akan terdengar suara wheezing dan ronk

    Sedangkan, dahak yang berwarna kuning kehijauan menunjukkan adanya infeksi dan warna hijau berasal dari zat verdoperoksidase yan

    dihasilkan dari sel polimorfonuklear, yaitu neutrofil.

    7. Apa maksud dari Indeks Brinkman utk riwayat merokok adalah derajat berat?

    secara kwalitatif derajat berat ringan merokok dinilai dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisa

    sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Penggolongannya berdasarkan Indeks Brinkman tersebut dibagi menjadi (1) Ringan : 15

    Sedang : 51100 dan (3) Berat : > 100

    8. Bagaimana interpretasi dan tujuan dari hasil pemeriksaan penunjang berupa:

    - Spirometri : VEP1/KVP

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    9/15

    Emfisema panasinardistensi dan kerusakan seluruh lobulus. Kadang peny ini paling jelas pd paru yg berdekatan dgn septum

    interlobular(emfisema paraseptal). Pada pasien lain terbentuk daerah kistik atau bulae yg besar (emfisema bulosa)

    -Laboratorium : . (bagaimana hasilbiasanya pd pemyakit yg dialami Pak Cori???)

    Pada pemeriksaan layg nyata adalah polisitemia (jumlah eritrosit yg melebihi batas normal. Jumlah eritrosit>6juta dengan Hb 17% d

    tidak jarang dijumpai Ht 50% ke atasini akibat hipoksia kronis yg dialami oleh penderita. Polisitemia ini dimaksudkan tubuh agar Ok

    yg berhasil masuk ke dlm alveolus masih dapat terangkut semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh. Sering polis

    ini mendahului sesak. Dan jika terjadi infeksi sekunderleukositosis.

    9. Adakah pemeriksaan penunjang lainnya yg dapat dilakukan utk menegakkan diagnosa pada Pak Cori?

    a. Anamnesis

    - Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan

    - Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja

    - Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

    -Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingku

    asap rokok dan polusi udara

    - Batuk berulang dengan atau tanpa dahak

    - Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

    b. Pemeriksaan fisis

    PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

    Inspeksi

    - Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)

    - Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)

    - Penggunaan otot bantu napas

    - Hipertropi otot bantu napas

    - Pelebaran sela iga

    - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai

    - Penampilan pink puffer atau blue bloater

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    10/15

    Palpasi

    Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

    Perkusi

    Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

    Auskultasi

    - suara napas vesikuler normal, atau melemah

    - terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa

    - ekspirasi memanjang

    - bunyi jantung terdengar jauh

    Pink puffer

    Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed - lips breathing

    Blue bloater

    Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sen

    dan perifer

    Pursed - lips breathing

    Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme

    untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal n

    kronik.

    a. Pemeriksaan rutin

    1. Faal paru

    Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)

    - Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%).

    Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred.)

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    11/15

    2. Uji latih kardiopulmoner

    - Sepeda statis (ergocycle)

    - Jentera (treadmill)

    - Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal

    3. Uji provokasi bronkus

    Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat

    4. Uji coba kortikosteroid

    Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednisone atau metilprednisolon) sebanyak 3

    50mg per hari selama 2 minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20% dan minimal 250 ml. Pada PP

    umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.

    5. Analisis gas darah

    Terutama untuk menilai:- Gagal napas kronik stabil

    - Gagal napas akut pada gagal napas kronik

    6. Radiologi

    - CT-Scan resolusi tinggi

    - Mendeteksi emmfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto thorak

    polos

    - Scan ventilasi perfusi

    7. Elektrokardiografi (EKG)

    Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh P pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.

    8. Ekokardiografi

    Menilai fungsi jantung kanan.

    9. Bakteriologi

    Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan unt

    memilih antibiotik yang tepat. infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita

    di Indonesia.

    10. Kadar alfa-1 antitripsin

    Kadar antitrypsin alfa- rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi antitrypsin alfa-1 jarang

    ditemukan di Indonesia.

    Pemeriksaan histologist pada irisan paru yg besaremfisema akan menunjukkan : hilangnya dinding alveolar yg disertai kerusakan ba

    anyaman kapiler. Helai parenkim yg mengandung pembuluh darah kadanng terlihat berjalan melewati ruang udara yg melebar. Jalan na

    skecil (diameter:

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    12/15

    Neutrofil sputum - + ?

    Makrofag sputum + - ?

    Membedakan antara PPOK dengan asma sangat penting karena asma merupakan sumbatan saluran napas yang intermitten

    penanganan asma berbeda dengan PPOK.

    Perbandingan gejala antara PPOK dan asma

    PPOK Asma

    Riwayat Klinis Onset biasanya pada usia tua.

    Riwayat paparan rokok.

    Tidak ada riwayat atopik pada keluarga.

    Variasi diurnal tidak begitu jelas.

    Onset biasanya pada umur yang

    lebih muda

    Paparan allergen.

    Riwayat atopi atau asma pada

    keluarga.

    Berkaitan dengan pola nocturnal

    dan memberat pada pagi hari.

    Tes DiagnostikSpirometri

    Kapasitas

    Radiology

    Obstruksi tidak reversible sepenuhnya

    Berkurang (dengan emphysema)

    Hiperinflasi cenderung lebih persisten.

    Penyakit bullous dapat ditemukan

    Obstruction dapat reversible

    sepenuhnya

    Biasanya normal

    Hiperinflasi hanya

    pada eksaserbasi, namun normal

    di luar serangan

    Pathology Metaplasia kelenjar mucus

    Kerusakan jaringan alveolar

    (emphysema)

    Hyperplasia kelenjar mucus

    Struktur alveolar utuh

    Inflamasi Makrofag dan neutrofil mendominasiLimfosit CD8+

    Sel Mast dan eosinophilsmendominasi

    Limfosit CD4+

    PenatalaksanaanKortikosteroid

    Inhalasi

    Leukotriene modifier

    Anticholinergic

    inhalasi

    Untuk kasus sedang hingga berat

    Tidak direkomendasikan

    Digunakan untuk maintenance dan

    selama eksaserbasi

    Untuk kasus ringan hingga berat

    persisten

    Digunakan sebagai medikasi

    pengontrol

    Hanya digunakan pada

    eksaserbasi. Tidak diindikasikan

    untuk maintenance

    11. Bagaimana penatalaksanaan yg dapat kita lakukan?

    Penatalaksanaan emfisema paru terbagi atas:

    1. Penyuluhan, Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaima

    pengobatan dengan baik.

    2. Pencegahan

    a. Rokok, merokok harus dihentikan meskipun sukar.Penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan

    b. Menghindari lingkungan polusi, sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada pabrik-pabrik ya

    mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas.

    c. Vaksin, dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.

    3. Terapi Farmakologi, tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen reversible mes

    sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan:

    a. Pemberian Bronkodilator,

    Golongan teofilin, biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsedalam darah yang baik antara 10-15mg/L.

    Golongan agonis B2, biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah tremor,tetapi menghilang dengan pember

    agak lama.

    b. Pemberian Kortikosteroid, pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi saluran nafas. Hinsha

    Murry menganjurkan untuk mencoba pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru dihentikan.

    c. Mengurangi sekresi mucus

    Minum cukup, supaya tidak dehidrasi dan mukus lebih encer sehingga urine tetap kuning pucat. Ekspektoran, yang sering digunakan ia

    gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan amonium klorida. Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan

    mengencerkan sputum. Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau bromheksin.

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    13/15

    4. Fisioterapi dan Rehabilitasi, tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup dan mem

    kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk :

    a. Mengeluarkan mukus dari saluran nafas.

    b. Memperbaiki efisiensi ventilasi.

    c. Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

    5. Pemberian O2 dalam jangka panjang, akan memperbaiki emfisema disertai kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasie

    hipoksia yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan mempunyai hasil leb

    dari pada pemberian 12 jam/hari

    12. Bagaimana komplikasi, prognosis beserta SKDI utk menangani penyakit ini?

    KOMPLIKASI

    1.Hipoxemia

    Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilaisaturasi Oksigen 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :

    - Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2

    - Bronkodilator adekuat

    - Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur

    - Antioksidan

    - Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing

    Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :

    - Sesak napas dengan atau tanpa sianosis

    - Sputum bertambah dan purulen

    - Demam

    - Kesadaran menurun

    Infeksi berulang

    Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulan

    Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.

    Kor pulmonal :

    Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung kanan

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    14/15

    Prognosis : Tidak dapat disembuhkan tetapi gejalanya dapat dikendalikan untuk menahan perkembangan dan keparahan penyakit, walau

    emfisema mengurangi harapan hidup banyak penderita yang dapat hidup bertahun-tahun. Tanpa perawatan, komplikasi dapat membawa

    kematian.

    Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat.

    Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :

    Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.

    Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.

    Semakin dini diagnosis bisa ditegakkan , semakin baiklah prognosis seseorang, dengan catatan etiologinya bisa ditiadakan. Bila etiolog

    dpt disingkirkan , pasien bukan saja mengalami kekambuhan (residif) dlm wktu dekat, tetapi juga perjalanan penyakit akan terus berlan

    pesat. Semakin lambat diagnosis, semakin jelek prognosisnya

    ini disebabkan sudah semakin berkurangnya elastisitas paru, semakin lkerusakan silia secara ireversibel dan semakin tebalnya mukosa saluran nafas. Biasanya pasien mengalami kematian karena gagal nafas

    sebablainnya berupa salah satu atau lebih komplikasi yg dpt timbul setiap saat.

    SKDIEmfisema paru 3A

    Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut 3B

    COPD terkait dengan 2 keadaan patologis berbeda, yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Bronkitis kronis didefinisikan sebagai keadaan

    peningkatan sekresi mukus bronkial menetap yang menyebabkan batuk kronis dan sputum mukoid. Emfisema adalah pembesaran perm

    ruang udara distal dari bronkiolus terminal, biasanya disertai kerusakan parenkim paru. Kerusakan diyakini karena kerja enzim proteoli

    yang berlebihan akibat defisiensi enzim alfa1-antiprotease.

    Gambaran bronkitis : awitan 20-30 tahun, baru terdiagnosis 50 tahun; etiologi karena merokok, polusio udara, cuaca; sputum banyak

    dispnea lambat. Sedang gambaran emfisema : awitan 30-40 tahun, baru terdiagnosis 60 tahun; etiologi karena genetik, merokok, polu

    udara; sputum sedikit, dispnea relatif dini.

    Sejumlah penelitian menemukan bahwa proses inflamasi pada PPOK tidak hanya berlangsung di paru tetapi juga secara sistemik, yangditandai dengan peningkatan kadar C-reactive protein (CRP), tumor nekrosis factor-alfa (TNF-alfa), interleukin 6 (IL-6) serta IL-8. Re

    sistemik ini menggambarkan progresivitas penyakit paru dan selanjutnya berkembang menjadi penurunan massa otot rangka (muscle

    wasting).

    Muscle wasting adalah kehilangan fat-free mass index (FFMI) yaitu 0,16 kg/m2 pada laki-laki dan 0,15 kg/m2 pada perempuan ditemuk

    pada 25% pasien PPOK derajat 2 dan 3 serta 35% derajat 4. kehilangan absolut atau relatif FFMI menyebabkan perubahan metabolisme

    protein tubuh dan otot yaitu penurunan respon lipolitik setelah stimulasi beta-adrenergik. Muscle wasting akan menurunkan masukan nu

    meningkatkan konsumsi energi dan terapi dengan kortikosteroid dan mempengaruhi otot pernafasan mengakibatkan kelemahan otot naf

    sehingga terjadi gagal nafas saat eksaserbasi.

    Pernafasan diafragma dilakukan dengan cara meletakkan tangan kanan pada dinding dada dibawah klavikula dan tangan kiri diletakkan

    umbilikus. Penderita disuruh inspirasi selama 2 detik kemudian udara dihembuskan secara perlahan selama 10 detik, waktu ekspirasi pe

  • 5/20/2018 Modul 2 Obstruksi Jalan Nafas Bawah Fix

    15/15

    ditekan maksimal an diharapkan tekanan ekspirasi di mulut meningkat. Pernafasan diafragma adalah suatu teknik pernafasan yang diaja

    dalam program rehabilitasi ternyata kurang efisien. Kurang efisiennya latihan pernafasan ini karena dilibatkannya otot pernafasan tamba

    dalam proses kontraksi otot pernafasan sewaktu inspirasi.

    PATOFISIOLOGI

    Emfisema paru merupakansuatu pengembangan paru disertai perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih,dapat bersifat

    menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru.

    Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus diman

    pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannyaterjadi penimbunan udara yang bertambah di seb

    distal dari alveolus.

    Pada Emfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas. Hal ini diperkirakan oleh

    mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiriterdapat tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacasehingga mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan.

    Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar akibat pembuluh darah yang menyimpang.

    Mekanisme katup penghentian : Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu

    bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih penimbunan udara di alveolus menjadi bertamba

    sukar dari pemasukannya di sebelah distal dari paru.

    Pada emfisema parupenyempitan saluran nafasdisebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimb

    antara tekanan yang menarik jaringan paru ke luar yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yan

    menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas paru.

    Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-)Sebagian besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu

    menghisap rokokmerupakan oksidan yang dapat merusak paruParenkim paru yang rusak oleh oksidan karena rusaknya dinding al

    dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napasSehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolusPart

    asap rokok dan polusi udara mengendap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkusSehingga menghambat aktivitas silia

    Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang

    Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat

    Hal ini akan lebih merangsakelenjar mukosaKeadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung

    terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasia squamosa dan pembentukan lapisan squamosa

    menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversiblesehingga terjadi pelebaran alveolus yang permanen disert

    kerusakan dinding alveoli.

    Tambahan: Secara umum telah diketahui bahwamerokok dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Terdapat beberapa alasan yang

    mendasari pernyataan ini. Pertama, salah satu efek dari penggunaan nikotinmenyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paruyang

    meningkatkan resistensi aliran udara ke dalam dan keluar paru. Kedua, efek iritasi asap rokokmenyebabkan peningkatan sekresi caira

    dalam cabang-cabang bronkus serta pembengkakan lapisan epitel. Ketiga, nikotindapat melumpuhkan silia pada permukaan sel epite

    pernapasan yang secara normal terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernafasanAkiba

    lebih banyak debris berakumulasi dalam jalan napas dan kesukaran bernapas menjadi semakin bertambah. Hasilnya, semua perokok bai

    maupun ringan akan merasakan adanya tahanan pernafasan dan kualitas hidup berkurang. Pada emfisema berat, sebanyak empat perlim

    membran saluran pernafasan dapat rusak.