metoda pelaksanaan pemancangan tiang miring dl …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
METODA PELAKSANAAN PEMANCANGAN TIANG
MIRING Dl LAUT( PADA KASUS PERLUASAN DERMAGA PETI KEMAS
PELABUHAN TANJUNG PERAK )
Disusun Oleh :
Nama LENY INDRIASARI
No. Mahasiswa 93 310 011
NIRM 93 0051013114120011
Nama NUR LAILY HIDAYATI R
No. Mahasiswa 93 310 033
NIRM 93 0051013114120033
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1998
TUGAS AKHIR
METODA PELAKSANAAN PEMANCANGAN TIANGMIRING Dl LAUT
(PADA KASUS PERLUASAN DERMAGA PETI KEMASPELABUHAN TANJUNG PERAK )
Diajukan kepada Universitas Islam Indonesia
untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
derajat Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
Nama LENY INDRIASARI •
No. Mahasiswa 93 310011
NIRM 93 0051013114120011
Nama NUR LAILY HIDAYATI R
No. Mahasiswa 93 310 033
NIRM 93 0051013114120033
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1998
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
METODA PELAKSANAAN PEMANCANGAN TIANG
MIRING Dl LAUT
(PADA KASUS PERLUASAN DERMAGA PETI KEMAS
PELABUHAN TANJUNG PERAK )
Disusun Oleh :
Nama LENY INDRIASARI
No. Mahasiswa 93 310 011
NIRM 93 0051013114120011
Nama NUR LAILY HIDAYATI R
No. Mahasiswa 93 310 033
NIRM . 93 0051013114120033
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
•^r /
Ir. H. SUSASTRAWAN, MS
Dosen Pembimbing I Tanggal: f - 9 ~ 9~&
Ir. H. TADJUDDIN BMA, MS
Dosen Pembimbing II Tanggal
£cyt/k-»
-3-1*
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan judul Metoda Pemancangan Tiang Pancang Miring di Laut (Studi
Kasus Perluasan Dermaga Tanjung Perak) ini dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
jenjang sarjana srata satu pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Widodo, MSCE, PhD, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Ir. H. Tadjuddin BMA, MS, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesai,
Yogyakarta dan selaku dosen pemimbing II.
3. Bapak Ir. H. Susastrawan, MS, selaku Dosen Pemimbing I.
4. Bapak Ir. Ahmad Baroto dari PT. Pelindo III.
5. Bapak Ir. Pratomo Santoroningtyas selaku manajer Proyek PT. Sac Nusantara.
6. Bapak Ir. Sriyonoselaku Engineer PT. Sac Nusantara
7. Seluruh Staf dan karyawan PT Sac Nusantara.
8. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan orang-orang yang tercinta atas dorongan dan doa
yang telah diberikan.
9. Rekan-rekan dan semuapihak yang telah memberi bantuan dan doa.
Akhir kata penyusun harapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan rekan-rekan seprofesi pada umumnya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh.
Yogyakarta, Agustus 1998
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSATRAKSI
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang *
1.2. Tujuan Pembahasan 6
1.3. Batasan Masalah 6
1.4. Metodologi Penelitian 7
BAB II. LANDASAN TEORI 8
2.1. PenentuanTitik Referensi 8
2.2.PenyambunganTiangPancang 9
2.3. Transportasi Tiang Pancang 10
2.4. Metode Pelaksanaan Pemasangan Pondasi Tiang 11
2.4.1. Macam alat penumbuk 14
2.5. Sistem Plat Form 18
2.6. Penyambungan dengan Las 20
2.7. Keruasakan Tiang dan Bentuk Penahan Kerusakan 21
2.8. Penghentian Pemancangan 22
2.9. Daya Dukung Tiang Pancang 23
2.10.1. Kalendering 23
2.10.2. TesPembebanan Tiang Pancang 24
2.10. Biaya Pemancangan untuk Tiap Tiang 26
BAB III. DATA DAN METODEPELAKSANAAN Dl LAPANGAN 27
3.1. DataLapangan 27
3.2. Peralatan yang Digunakan 29
3.3. Metode Pelaksanaan di Lapangan 30
3.3.1. Penentuan Titik Referensi 30
3.3.2. Penentuan Titik Referensi Baru 31
3.3.3. Penyambungan PipaTiang Pancang 32
3.3.4. Transportasi Tiang Pancang 37
3.3.5. Metode Pelaksanaan Pemancangan Tiang 38
3.3.6. Penghentian Pemancangan 46
3.3.7. DayaDukung Tiang 46
3.3.8. Pemotongan Tiang 48
3.4. Biaya dan Waktu yang Diperlukan Tiap Tiang Pancang 49
3.4.1. Biaya yangdiperlukan 49
3.4.2. Waktu yang diperlukan 50
BAB IV. PEMBAHASAN 5E
4.1. Umum =2
4.2. Penentuan Titik Referensi Utama dan Titik Referensi Baru.. 52
4.3. Transportasi Tiang 53
4.4. Penyambungan Tiang 55
4.5. Pelaksanaan Pemancangan Tiang 56
4.6. Penghentian Pemancangan Tiang 58
4.7. Pengujian Daya Dukung Tiang 59
4.8. Waktu yang Diperlukan untuk Satu Tiang Pancang 60
BABV. KESIMPULAN DAN SARAN 61
5.1. Kesimpulan #4
5.2. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Ganibar 2.1. Macam carapengangkatan
Ganibar 2.2.Penentuan urutan pemancangan
Ganibar 2.3. Sistem plat fonn
Ganibar 2.4. Penentuan koordinat plat form
Gambar 2.5.Contoh kerusakan pada tiang pipa baja
Gambar 2,6. Contoh bentuk ujung pipa baja
Ganibar 2.7.Mekanisme penyaluran beban padapondasi tiang
Gambar 3.1. Penampang tiang pipa baja
Gambar 3.2. Topi tiang bentuk datar
Gambar 3.3. Sistem plat form yang digunakan
Ganibar 3.4. Meja dudukan tiang
Ganibar 3.5. Penyambungan pipa tiang pancang di darat
Ganibar 3.6. Prinsip tes Ultrasonic
Gambar 3.7. Prinsip tes Radiografi
Gambar 3.8. Carapengangkatan tiang di darat
Ganibar 3.9. Cara pengan.gkatan tiang nienuju titik pancang
Gambar 3.10. Penempataii FPD dengan menarik dan melepas sling
Gambai- 3.11. Penempataii tiang pancang pada alat pancang
Gambar 3.12. Pemancangan tiang
Gambar 3.13. Penyambungan tiang pancang saat pemancangan
Gambar3.14. Urutan pemancangan tiang
Gambar 3.15. Dimensi alat pemancangan
Gambar 3.17. Penentuan titik pemotongan
Gambar 4.1. Momen pada pengangkatan tiang
Gambar 4.2. Momen pengangkatanke lokasi pemancangan
Gambar 4.3. Pengaruh gaya akibat arus
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. KartuKonsultasi Tugas Akhir
Lampiran 2. Sural Pennohonan Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 3. Gambai" Lokasi Proyek
Lampiran 4. GambarPosisi Titik Pengeboran
Lampiran 5. Statigrafi Tanali
Lampiran 6. Gambar Harga-harga SPTvs Kedalaman
Lampiran 7. Gambar Harga-harga Kohesi vs Kedalaman
Lampiran 3. DenahPemancangan Tiang
Lanipiran 9. Laporan Harian Pemancangan
Lampiran 10. Analisa Harga Satuan Proyek DPKS
Lampiran 11. Gambar Alat Pancang
Lampiran 12 T*me Schedule Pemancangan
ABSTRAKS!
Metode penentuan urutan pemancangan tiang pada Proyek PerluasanDermaga Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sesuai dengan urutanpada denah pemancangan. Penentuan urutan tersebut dkJasarkan padapertimbangan kondisi yang ada di lapangan. Pertimbangan kondisi tersebutantara lain penempatan alat pancang. ketersediaan material dan kestabilantanah akibat proses pemancangan. Sehingga dengan menggabungkanbeberapa pertimbangan tersebut diharapkan pekerjaan pemancangan dapatberjaian lancar.
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang miring di laut dibagi menjadibeberapa tahapan pekerjaan. Tahapan pertama adalah penentuan titik referensiuntuk membantu menentukan titik pemancangan agar didapat barisan tiangpancang yang sesuai dengan posisi rencana. Untuk tiang pancang yangmemertukan banyak tiang maka diperlukan tahapan penyambungan.Penyambungan dapat dilaksanakan pada dua tempat yaitu di darat dan di lautsesuaikebutuhan. Penyambungan di darat dimaksudkan untuk meminimalkanjumalh penyambungan di laut. Transportasi tiang diperlukan untuk memindahkantiang dari tempat penarnpungan ke tempat penyambungan kemudian menujulokasi pemancangan. Tahapan pemancangan dimulai dengan mengangkatkelompok tiang menggunakan sling ke arah leader yang telah berada pada padakeminngan rencana. Setelah koordmat tiang sesua, rencana maka tiang diklemdan pemukulan dapat dilaksanakan. Dicatat penurunan yang terjad, akibat setiappukulan yang dilakukan sehingga penurunan apabila penurunan yang terjad,sudah sangat kecil maka pemukulan dapat dihentikan Tiang minng yang sudahselesai dipancang diuji daya dukungnya dengan menggunakan sistemkalendering. Tahapan terakhir adalah pemotongan tiang untuk mendapatkankesamaan elevasi tiang yang direncanakan.
BAB I
PENDAIIULUAN
1.1. Tatar Belakang.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di bawali garis
Khatuiistiwa. Beribu-ribu pulau berada daiam wilayah negara ini dengan aneka
ragam kekayaan alani yang dikandungnya. Keadaan wilayali yang terdiri dari
banyak pulau ini membuat Indonesia mempunyai wilayah perairan yang cukup
luas sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia Selain
sebagai tempat wisata pantai, pembuatan wisata taman laut, hasil ikan dan lainnya
yang mendatangkan devisa bagi negara, kondisi tersebut juga menjadi altematif
pengenibangan transportasi laut di Indonesia baik dalam skala regional maupun
internasional. Hal ihi sangat mendukung bagi negara sedang berkembang ini
kaiena sebagai saiali satu negara yang terletak di wilayali Asia khususnya Asia
Tenggara, posisi strategic. Indonesia dianfara Australia dan Asia menjadikan
negara ini berada pada jalur lain lintas antar kedua benua tersebut.
Sepetli negara yang sedang berkembang lainnya. Indonesia secara kontinyu
dun Jerarah melaksanakan pembangunan di segaia bidang. Pada nia.sa
Peinbangunan JangkaPanjangTahap I] ( PJPT II) ini semakin banyak dibutuhkan
pcnypdiaan sarana dan prasarana vane, lengkap dan meinpunvai etieiiensi firiggi.
perkeuibangannya secara nasiotiai yang kemudian akan menearah pada
pemcrataan dan stabiiitas ekononu yang mantap. Untuk itu penierintah
melaksanakan berba.gai macam proyek penibangunan .saiana dan prasarana fisik
khususnya di bidang transportasi. Dibangunnya jalan dan jenibatan. pelabuhan
udara, pelabuhan lant seita denuaga juga penanibalian dan peningkatan sarana
prasarana yang sudah merupakan wujud adanya perhatian dari pemenntah
terutama pada tnasalah transportasi.
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, khususnya Unit Terminal Peti Kemas
adalah salah satu prasarana di bidang transportasi yang dewasa ini mengalami
perkembangan pesat sehingga dirasa perlu untuk diadakan peningkatan dan
pembenahan. Perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya dan propinsi
Jawa Timur pada khususnya serta semakin meningkatnya peralihan muatan dari
General Cargo menjadi Peti Kerna-i menjadi pendorong utama dilakukannya
penambahan saiana dan prasarana yang diperlukan. Dengan demikian diharapkan
muatan Peti Kemas khususnya dapat berkembang bahkan melebihi prediksi yang
pemah dibuat. Dalam usaha untuk dapat meJayani dan menampung luapan muatan
Pett Kemas ini, PT. ( PERSERO ) PELABUHAN INDONESIA DI sedang
melaksanakan sebuali proyek perluasan Terminal Peti Kemas, salah satunya
adalah perluasan Dermaga Peti Kemas Samudera Pelabuhan Tanjung Perak
•lya.
Melihat dari fuugsi dermaca maka dengan kata lain bisa diartikan bahwa
nna;:a aoaian v.'i'uah aauianmn \-zu>.: diiMiaakan untuk merapai dan
penuu!p;i!ie. Stniktur denuaga terdiri dai'i struktur alas benipa lantai dermaga dan
struktur bawali benipa pondasi. Karena berfuncsi sebagai tempat merapatnya
kapal maka karakteristik kapal akan sangat beiperan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan dermaga Pada saat kapal merapat atau memnggalkan
dermaga akan menimbulkan benturan dan tarikan yang sangat berpengaruh pada
konstruksi denuaga.
Selain gaya benturan dan tarikan kapal, gaya-gaya lain yang bekerja pada
dermaga adalah sebagai berikut ini.
1. Gaya Vert ikal
a Bei at sendiri struktur yang terdiri dari berat struktur atas benipa pelat
lantai dermaga dan struktur bawali yang berupa konstruksi pondasi
tiang pancang.
b. Beban hidup yaitu beban yang bekerja setelah dermaga berfungsi
seperti beban orang, beban barang-barang yang dibongkar-muat,
beban peralatan untuk bongkar muat dan beban kendaran
pengangkut.
2. Gaya Lateral
a Gava tarikan dan benturan kapal
Untuk mengurangi kecepatannya hingga kapal berhenti, kapal
melaknkan pengereman saat akan merapat dan berlabuh pada
dermaca. Pada waktu kapal merapat akan terjadi benturan akibat
aclaava si;-a kccopaiaa ka;>ai b•vseb-i:-t. K/'ika iueiiKi-.'ca-lkai; cknaa<:a
i,'ri:-i.-li sava !a;;kaa akibai jvnasnbalian krccpa'an k-p-ji
b. Ciaya akibat angin
Gaya yang ditimbulkan oleh angin dapat berpengaruh pada gaya tarikan
dan benturan kapal. Jika arali angin searah dengan arah beriabulmva
kapal maka akan dapat menarnbah besai" gaya benturan dan jika
arahnya berlawanan akan dapat mereduksi besar gaya tersebut.
Demikian juga saat kapal meninggalkan dermaga.
c. Gaya akibat gempa
d. Gaya akibat arus
Gaya akibat arus ini tergantung dari kondisi perairannya. Ada perairan
yang memiliki arus yang besai- dan ada yang dianggap kecil sehingga
dapat diabaikan.
Struktur dermaga tersebut harus mampu menalian gaya-gaya di atas. Beban-
beban gaya yang bekerja pada struktur bangunan dermaga ditumpu oleh suatu
sistem pondasi yang kemudian akan diteruskan ke tanah pendukung. Ada
beberapa macam jenis pondasi yang ada yaitu pondasi dangkal atau pondasi
telapak, pondasi agak dalam seperti bentuk sumuran, dan untuk pondasi tiang
termasuk kategon pondasi dalam. Pondasi tiang sendiri dapat meniakai beton
berlulan.g, dari pipa baja atau dapat juga kombinasi pipa baja dengan campuran
beton.
Struktur bawali pada konstruksi dermaga dipilih jenis pondasi tiang. Hal ini
uikastkan dengan kedalaman tanah pendukung vane l>erada di bawah dasar laut
:'d,ll!!:L';i s.aeiii-i iakaa poiuiasi vana clalam. Pada '-a akuu dermaga gaya lateral
; '>'••-'• --: i j': •"!.'; i.ij- ! •• •-••:> i <••,))'. vanr li'Mia' i): an i >on! n;"an (Jan tanka?) kamil. amaa
geuspa dan lam-lain sehingga diperlukan adanya bagiau struktur pondasi yang
mampu menahannva. Untuk itu selain tiang tegak penggunaan tiang miring pada
konstruksi bawah dermaga adalali sangat tepat. Tiang-tians miring akan dapat
menalian gaya-gaya lateral sedangkan gaya-gaya vertikal ditumpu oleh kelompok
tiang tegak.
Karena peranan pondasi pada sualu struktur bangunan sangat penting maka
perlu perhalian khusus mulai dari perencanaan sainpai pada proses pelaksanaan.
Ketepatan pemilihanjenis dan ukuran pondasi berdasarkan kriteria yang ada pada
saat perencanaan serta penentuan metoda pelaksanaan akan sangat berpengaruh
pada kualitas konstruksi temtama pada pondasi. Untuk memilih pondasi yang
memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di
lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk dilaksanakan secara
ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya Hal-hai yang perlu dipertimbangkan
antara lain adalali keadaan tanah pondasi, batasan-batasan akibat struktur di
afasnya (superstructure), batasan-batasan dari sekelilingnya, sella waktu dan
biayanya Sedangkan dalam penentuan metoda peiaksanaannya
mempertimbangkan beberapa hal termasuk jenis dan ukuran pondasi, lokasi
pemancangan, faktor biaya, ketersediaan alat dan tenaga kerja, dan sebagatnya
Ditinjau dari sudut gangguan umum, ada beberapa metoda konstruksi lertentu
kadang-kadang dilantng. Oleh karena itu ketepatan penentuan metoda pelaksanaan
juga sangat penfmg bask untuk meminimuuikau adanya gaugguaii pada
Isadamaaa Higa nan segi skaklar das sat antak nieaahnh'aWaai !a • a-al:aa-
i;.-ni'-akat! van;', uaiaa H-i jadi !>ada j.-.ouiia.'a vaaa .i'lsaM?! an
Mengmgat pentingnya [>ondasi bagi sebuah bangunan seperti uraian singkat
di atas maka suatu tarnbalian informasi yang menyangkut banyak hal tentang
pondasi niasili dirasa .sangat perlu. Dalam kesempatan ini akan dicoba untuk
mengkaji salall satu tahapan dalam proses pembuatan pondasi yaitu mengenai
metode pelaksanaan. Sebagai salah satu hahasan dalam kajian ini adalali metode
pelaksanaan pemancangan tiang pancang miring pada Dermaga Peti Kemas antar
Samudera Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
1.2. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk memberikan tarnbalian informasi
mengenai tahapan dalam proses pemancangan tiang pancang khususnya tiang
pancang miring pada lokasi pemancangan di laut. Sehingga dengan adanya
bahasan ini diharapkan akan memberikan pengetaliuan bekal pada saat melakukan
pekerjaan di lapangan.
1.3 Batasan Masaiah
Untuk menghasilkan kesamaan pemahaman dalam suatu masalali dan agar
lingkup bahasan dapat terarah maka pada setiap bentuk pembahasan suatu
masaiah diperlukan adanya batasan-batasan masalali, demikian juga pada
pembahasan ini. Adapun batasan-batasan masalali yang diambil adalali balivva
pembahasan yang diangkat adalali pada pelaksanaan pemancangan tiang pancang
Provek Pembangunan Peti Kemas antar Samudera Pelabuhan Tanjung Perak
Su- al>a\ a.
1. Pembahasan dikhususkan pada metode pelaksanaan pemancangan tiang
pancang miring.
2. Tiang pancang berupa pipa baja berdiameter 1118 mm.
3. Faktor gelombang dan anss yang dianggap kecil maka diabaikan.
1.4. Metodologi Penelitian
Definisi nietodologi penelitian adalali suatu metoda untuk membantu atau
memandu tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan. Sedangkan
prosedur penelitian memberikan urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan
dalam suatu penelitian. Melihat dari kedua delinisi tersebut sulit membedakan
antara keduanya oleh kaiena itu banyak peneliti menggabunekan antara prosedur
dan metode penelitian. Dalarn pembahasan ini metode penelitian yang dipakai
secara garis besar adalali sebagai berikut ini.
1. Mengumpulkan buku-buku literatur, diktat, brosur, majalah, dan lam-
lain yang berhubungan dengan tiang pancang, metode pelaksanaan
pemancangannya, alat-alat yang digunakan dan masalah-masalah lam
yang tercakup di dalamnya
2. Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan metoda
pemancangan bang pancang pipa baja di lapangan dalam hal ini adalali
pada Proyek Pembaiigunan Dermaga Peti Kemas antar Samudera
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
5 Meiicoba a;aai:aaalaa: dan uiescbaiidiugbiu antara, litei^m dan niaklik di
BAB IJ
LANDASAJN TEORI
2.1. Penentuan Titik Referensi
Untuk mendapatkan posisi dimana tiang akan dipancang di lapangan
berdasarkan data koordinat yang sudah ada maka dibutuhkan suatu titik yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Titik
acuan atau titik referensi ditetapkan pada suatu tempat yang strafegis dipandang
dari lokasi proyek. Kaiena digunakan sebagai acuan, titik referensi harus
mempunyai koordinat dan elevasi tetap. Apabila terdapat banyak barisan tiang
yang akan dipancang maka titik referensi ini juga sebagai titik referensi utama
yang kemudian digunakan untuk menentukan titik referensi baru lainnya Dari
titik-titik referensi ini nantinya dijadikan sebagai tempat untuk melakukan konrrol
terhadap kelurusan dan ketepatan posisi tiang pada saat pelaksanaan
pemancangan.
Setelali ditentukan suatu titik acuan atau titik referensi utama, untuk lebih
menipermudah pekerjaan penentuan posisi pemancangan dalam haJ ini pada
barisan tiang yang jumlahnya banyak, maka dibuat titik-titik referensi baru. Titik-
titik referensi baru yang dijadikan sebagai titik-titik bantu tersebut diambil dari
titik i"•."•ier-'-iisi uiania liai iin diltaitkan d--np.au jmalah "nam? pancaiig yana
1.2. Penyambungan Tiang pancang
Akibat bermacam-macaiu keterbaiasan di dalam proses pembuatan tiang
pancang di pabrik, maupun peilimbangan tentang masalali pengangkutannya maka
panjang perbatang tiang pancang yang diproduksi pabnk berkisar antara 12-15 in
sebagai siandar pabrik. Sedangkan panjang tiang pancang pada suatu struktur
bangunan ditentukan oleh kedalaman tanali keras yang telah diketahui dari data
sondir. Pada struktur bawali yang niemerlukan panjang tiang melebihi panjang
yang diproduksi pabrik maka dipakai beberapa buah tiang sehingga harus
dilakukan tahapan penyambungan. Ada beberapa jenis penyambungan yang dapat
dilakukan antara lain dengan menggunakan paku keling, baut dan las. Metoda
penyambungan yang banyak digunakan adalah dengan las. Pada struktur bawali
yang terdiri dari banyak baiang tiang, proses penyambungan dapat dilakukan
dalam dua tahap. Jumlah sambungan pada tiap tahapan ini antara lain didasarkan
pada jumlah kebutuhan tiang dan panjang tempat tiang pada peralatan
pemancangan. Tahap pertama, penyambungan dilakukan sebelum proses
pemancangan yaitu sebelum bang dibawa ke titik pemancangan sedangkan
penyambungan tahap kedua dilakukan di lokasi saat dilaksanakan tahapan
pemancangan. Tujuan penyambungan di darat adalah untuk meminimalkan
jumlah penyambungan di lokasi pemancangan sehingga dapat memperlancar
proses pemancangan. Untuk bang pancang yang tidal; teidiri dari banyak baiang
(tarn:, maka cukup dilakukan satu kali tahapan penvaitibwigHn yaitu pada saat
:;• is ;; - i. >f ,v ••• -! fc- j \ \ \;;?; 11' a t a !-;; a;(: n i •''':} n : . •• a':.-* a / • •• n ' a <; a •. *n an : ;n n i i n a van
vang dapat dilakukan antara lam dengan cara \nsuai. Radiography tr.st. Ihtrasonu:
test. Magnetic particle test. Penetrant test. Leak test, dan Mechanical lesi.
2.5. Transportasi Tiang Pancang
Untuk menibavva tiang pancang ke lokasi pemancangan dan untuk
membawa bang pancang dari tempat penyambungan nienuju ke lokasi
pemancangan diperlukan suatu teknik dan alat bantu teilentu. Pada umumnya alat
yang digunakan adalali semacarn crane untuk mengangkat tiang. Pada lokasi
pemancangan di laut alat transportasi lain yang digunakan adalali beberapa unit
kapal.
Pengangkatan tiang dilakukan dengan bantuan sling yang dihubungkan pada
peralatan transportasi yang dipakai. Cara pengangkatan tiang dipilih berdasarkan
macam pekerjaan dan alat hansportasi yang dipakai. Macam cara pengangkatan
tiang ditunjukkan pada gambai" 2.1.
t
AI
v* l
(a)
L
(d)
T~~\
-4—>
% L
";L
I.C
'••i L^ L_ >
(b)
L
(e)
Gambai" 2.1. Macam cara pengangkatan tiang
2.4. Metoda Pelaksanaan Pemasangan Pondasi Tiang
Penentuan urutan pemancangan ditetapkan dengan mempertimbangkau
efisiensi waktu dan biaya sella pertimbangan lain. Contoh urutan pemancangan
berdasarkan pertimbangan vvaklu dan biaya dapat dilihat pada gambai" 2.2. Urutan
pemancangan tersebut hanya memejlukan sedikit waktu untuk memindahkan alat
pancang sehingga diharapkan dapat menguranei kebutuhan biaya.
o ♦
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Ganibar 2.2. Penentuan urutan pemancangan.
Metode pelakaksanaan yang digunakan tergantung dari jenis tiang pancang,
lokasi peniasangan, dan pertimbangan faktor-faktor lain. Macam metoda yang
dapat dilakukan antara lain adalali dengan cara pengeboran dan penumbukan atau
pemukulan. Pada cara pengeboran sebelum penanaman tiang terlebih dahulu
dilakukan pemboran tanah pondasi sesuai kedalaman tanali keras. Setelali tiang
dimasukkan pada lubang hasil pengeboran kemudian dilakukan penimbunan.
Sedangkan pada cara penumbukan alat utama yang digunakan adalah penumbuk (
hammer '). Pada pemancangan tiang struktur bawali suatu konstruksi bangunan
selain alat penumbuk juga diperlukan peralatan lain seperti crane, alat pemancang,
mesin las, theodolite dan waterpass. Untuk lokasi pemancangan di laut atau
perairan, diperlukan juga alat lain benipa kapal ponton yang digunakan sebagai
tempat untuk meletakkau peralatan pemancangan, kapal-kapal untuk transportasi
tiang. (km kapal untuk {ransportasi bagi parapckerja.
ilat-alat vana akan djpanakan dalam proses: pelaksanH.'.in iv-marscanean
iokasj pemancaugun dan diietakkan didekaf ala! pancang. Kemudian tiang
pancang tersebut diangkal dan ditempatkan pada leader. Setelali kelurusan dan
kemiringan bang dikontrol dengan thcoaoi'l dan imtrrnass. tiang diklem denean
meniasans sabuk tiang. Kemudian tiang pancang siap dipancang.
Sebagai tambahan inibrmasi baliwa dalam melaksanakan pekerjaan
peniasangan tiang, perlu juga diperhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Hubungari antara penibahan sifat tanali pada tanali asli akibat pekerjaan
peniasangan tiang dan teknik peniasangan.
2. Hal-hal yang menyangkut masalali pemancangan antara lain pergerakan
tanah pondasi, kerusakan tiang dan macam bentuk penahan kerusakan
tersebut, penghentian pemancangan tiang, serta pemilihan peralatan.
Pada pelaksanaan pemancangan di pantai atau di lepas pantai beberapa
laidor lain y-mg perlu diperhitungkan adalah arus dan gelombang. Gelombang
yang besai" akan nienipersulit penempataii peralatan pemancangan sehingga
beipengaruh pada penentuan posisi pemancangan dan pelaksanaan
pemancangannya. Penganih arus yang cukup besar akan memberikan gaya
horizontal pada tiang saat dilaksanakan pemancangan. Keadaan pasang surut air
laut juga dapat inempenganilh penentuan titik pemancangan dan pelaksanaan
pemancangan Peralatan pemancangan bergerak turun naik mengikuti kondisi
pasang surut air laut sehingga kedudukvinnya terhadap posisi pemancangan akan
bembuh.
14
2.4.1. Macam a la! nemimhuk (hivnmer)
Dalam proses pemancangan tiang pancang peralatan pouting yang
diperlukan adalah hammer atau penumbuk Ada beberapa tipe penumbuk yang
pemililiamiya didasarkan pertimbangan antara lain lokasi pemancangannya,
kecepafan pemancangan yang diinginkan, biaya yang teisedia dan keuntungan
atau kerugian lam dan pemakaian masing-masing penumbuk. Macam tipe
penumbuk, keuntungan dan kerugiannya adalah sebagai berikut ini.
1. Drop Hammer
Hammer ini didasarkan pada berat sendirmya yang terbuat dari besi berat.
Beban dari besi berat tersebut diangkat dengan menggunakan tali kemudian
dilepaskan dan dibiarkan jatuh memukul tiang. Leader digunakan untuk
memegang tiang pada posisi yang diinginkan dan untuk menuntun peipindalian
hammer. Hammer ini mempunyai ukuran yang dapat diubah-ubah dari 225 kg
sampai 1350 kg dengan tmggi jatuh 150 cm sampai 600 cm. Untuk kebutuhan
energi yang besai" penggunaan hammer berat dengan tinggi jatuh kecil dari lebih
cocok dari pada menggunakan hammer ringan dengan tinggi jatuh panjang.
Jumlah pukulan normal yang dihasilkan adalali 4 sampai 8 pukulan permenit.
Keuntungan dan kenigian pemakaian drop hammer adalali sebagai berikut im.
Keuntungan ;
a. biaya investasi alat kecil
b. !»ern:opcrasiuu aiui vane sederhana
I...,,,.,,,,.,,,.,,, ,,.....,.•(!.:..i, ;.!.;.:<:! at-ink ;;;,.? fui!:nlai; ;>:-r>ia'-'a!kai! img'M
Kernel an :
a kecepaian rata-rata pukulan laiubat
b. bahaya kerusakan tiang pada tinggi jatuh yang besai
c. menyebabkan setaran ymig cukup besar
d tidak dapat langsurig digunakan untuk pemancangan dalam air.
2. Single Acting Steam Hammer
Beban yang dapat jatuh bebas disebut ram yang diangkat dengan
menggunakan tekanan nap atau tekanan udara Pada saat piston mencapai puncak,
tekanan nap diiepaskan sehingga ram jatuh bebas memukul tiang. Hammer ini
rnenghasilkan 50 atau lebih pukulan permenit.
Keuntungan :
a. jumlah pukulan tiap menit besar sehingga pemancangan cepat
b. ii-ekuensi pukulan yang dihasilkan besai" sehingga menguiangi gesekan
tiap pukulan
c. beban ram yang jatuh pada kecepatan rendali rnenghasilkan energi besar
d. bahaya kenisakan tiang dapat berkurang
e. untuk tipe tertutup dapat langsung digunakan untuk pemancangan dalam
air.
Kerugiau .
a. biaya untuk investasi alat lebih besar
b. biaya peruwutan cukup tmggs
;. neaiasauiian dan pene-inpalasi memerlukan banvak uakiu
3. Do,i?~>;c Acting. Steam jJammer
Tekanan nap diiempatkau pada ;>;ston untuk meugangkat ram dan pada saat
terjadi pukulan digunakan untuk menaikkan energi tiap pukulan. Pukulan yang
dihasilkan dua kali besar dari Single Acting Hammer.
Keuntungan :
a. waktu yang diperlukan tiap pukulan permemt lebih cepat
b. gesekan tiap pukulan berkurang
c. tiang dapat dipancangkan dengan niudali lanpa terjadi kenisakan.
Kerugian :
a. h<vnmey sangat komplek
b. beban yang ringan dan kecepafan yang besar tidak cocok tiang yang
berat
4. Differential /icting Hammer
Modifikasi dari Double Acting Hammer dengan dua piston. Pengangkatan
ram berdasarkan perbedaan kekuatan gaya tekan kedua piston. Jumlali pukulan
tiap meuitnya sama dengan pada Double Acting Hammer yang ukurannya sama.
Tersedia dalam tipe terbuka dan tertutup dengan keuntungan dan kerugian sama
dcmian Single dan 1'kruble /k:img hammer.
5 Diesel Hammer
!l,'m>n< r m; tidak jiionsgunakan tekanan nap atau tekanan udara dan lebih
scderiiuua. Lucrei tiap pukulan dikontrol oleh operator.
Keuntungan :
a. tidak inemeilukan tarnbahan. energi, bergeraknya lebih cepat dan
memeriukan sedikit waktu untuk peniasangan dan untuk niemulai
operasi
b. biaya pengoperasiannya murah
c. pengoperasian akan lebih bagus pada suhu rendah
d. pemeliharaan dan perbaikan sederliana dan cepat.
Kerugian :
a. sulit menentukan energi tiap pukulan
b. hammer sulit dioperasikan dengan baik ketika memancang tiang pada
tanali lunak
c. jumlali pukulan tiap menit lebih sedikit daripada steam hammer
d. panjang diesel hammer lebdi besai" daripada panjang steam hammer
pada beban yang sama
6. HidrauUc Hammer
Merupakan hammer dengan sistem teknologi canggih sehingga dapat
dipakai pada pemancangan yang terletak. di pantai dan lepas pantai baik di udara
maiipun di air.
Keuntungan :
a. produktiiitas tinggi karena jiuniah pukulan besar, eiisiensi tinggi dan
tidak mengurangi hasii mei-kipun dioperasikan secara fenis-menerus
c tidai; ada bains jaugkauau kemiringau. bahkau untuk pemancangan
secara hoi isonial
d. energi van? diterima tiang dapat diketahui pada setiap pukulan sehingga
meinunekinkan ineialaikan kontroJ secara tcnis-menerus
e. Iiasii pengamatan dapat dililiat pada tainpilan yang benipa printout
f energi pukulan yang besar dapat dihasilkan meskipun pada kedalaman
yang besar
g hammer mi dapat digunakan dan telah diuji untuk peiigoperasian
dibawah 2000 meter
h. peneaturan klep penuntun tiang memungkinkan hammer ini memukul
tepat pada kepala tiang
i. adanya jaminan perbaikan dan petunjuk operasional dari pabrik.
Kerugian :
a biaya pengadaan alat cukup besar
b. perlu tenaga operasional yang terdidik
2.5. Sistem Plat Form
Plat ;orm digunakan sebagai teferensi posisi tegak Inrusnya deretan tiang
yang dipancang. Sebagai conioh penggnnaan sistem plat ibrm pada pembangnnan
dermaga dapat dilihat pada gambar 2.3. Untuk menentukan koordinat plat form
digunakan dua buah theodolit dengan sistem segi tiga. Jumlah snout segitiga sama
dengan SXO sehingga o\ + a.'). > <i3 " .1 X()'•' Untuk lebih jelasuya dapat dilihat
0-. l ?, o. ♦ 1
(X ()_ o, * Dermaga lama
o., o» <> o,.
Oa4.3 Oa-U' °s4.i ♦ 11
DP DP
Gambar 2.3. Sistem Plat Form
Keterangan :
4- titik bidik as pancang
D plat form
O tiang pancang
x" -m
i.p^~le.e-..?.\
i(x,,yi,zi)
all® II (x2,y2,z2)
2.6. I'eiivamfuingan dengan Las
Sebelum pengelasan dilakukan pekerjaan penyetelan agar kelurusan tiang
dan ketepatan penvambunsan dapat diperofeh. Untuk penyetelan tiang pancang
pada pelaksanaan pengelasan ditnituhkan meja kerja yang digunakan untuk
menempatkan tiang-tiang yang akan disambnng selain juga dimaksudkan untuk
meniudahkan proses pengelasan. Pengelasan sambungan pipa harus sesuai dengan
Spesifikasi Prosedur Pengelasan ( Welding Procedure Spesificatum i WPS ).
Hasil pengelasan yang sudah dikerjakan sesuai acuan WPS masih harus diuji
dengan pengujian baik visual niaupun non-visual. Pengujian tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas pengelasan apakah terjadi kenisakan-
kerusakan atau tidak. Kenisakan-kerusakan yang dimaksud antaia lain sebagai
berikut ini.
1. Porositas (berlubang)
Porositas terjadi bila rongga-rongga yang berisi udara terperangkap selama
proses pending!nan. Hal ini ditimbulkan oleh arus listrik yang terlalu tinggi.
2 Peleburan tak sempurna
Terjadi jika logam dasar dan logam las tidak melebur bersama secara
inenveluruh yang dapat disebabkan oleh kotoran, terak, oksida yang tidak
dibersihkau dari pennukaan bahan yang akan disanibung.
3. 'mccr cut (peleburan berlebihan)
I'acaf ini ?nuclah dilihat deusau mala yaitu terjadiuya aiur pada bahan dasar
4. i 'rack (relak)
Benipa pccah-pecah pada logam las yang ditimbulkan oleh tecaucan
internal
2 7 KcrPMikitn Tint!" dun Bentuk Penahv?n Kenisakan
Peuulihan ukuran dan mutu tiang didasarkan pada kegunaan dalam
perencanaan, tetap. paling tidak bang tersebut harus dapat dipancangkan sampai
ke tanali pondasi. Jika tanali cukup keras dan tiang cukup panjang, untuk
pemancangannya diperlukan penumbuk (hammer) yang kuat dan dilakukan
konh-ol terhadap kenisakan yang mungkin terjadi pada tiang akibat gaya
mibukan dan hammer tersebut. Dalam hal ini kepala iiang ataupun ujung tiang
dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu memperbesar ketahanan tiang
tersebut. Perlu diperhahkan bahwa daya dukung tiang dapat berkurang meskipun
pemancangan menjadi lebih mudah, tergantung dan pembahan bentuk ujung tiang
tersebu, ,enis i.erusakan yang mungkin terjadi pada 'isrg J- bentuk-bentuk
ujung tiang yang dapat menghindan kenisakan dapat dilihat pada gambar 2.5. dan
gambar 2.0.
ii
Tiangbaja
© © © 0
Bentuk lenlcra
pembengkokanpada kcpalaliang
Pembengkokanpada bagianujung liang
Peruncinganpada ujung liang
I'ciiibcngkokan
liang yang
icrbual dari
prolil 1
Gambai" 2.5. Contoh kerusakan pada tiang pipa baja
m rh1 >
5 ♦'
(a) Tipe konus (b) Tipe tulangandengan rusuk
bersilang
(c) Tipe lu-langan
(d) Tipe ujungdalar
Gambai" 2.6. Contoh bentuk ujung pipa baja
2.8. Penghentian Pemancangan
Penghentian pemancangan bang uienurut kelenluan adalali 2-3 kali panjang
diameter bans dari batas lapisan tanah pendukung atau kurang lebih 2-3 meter.
Karena tebal lapisan penilnkiing herbeda beda di seliap tempat maka
pemancamvan yang diakibatkan oleh gaya tumbuk sampai kedalaman yang
uisvaraikan atau duvueanakau sepern d> alas harus dihmdaii.
Penentuan penghentian pemancangan juga dapat didasarkan pada data
driving record atau pengamalan penurunan tiang akibat pemukulan. Jika dari data
krlihal balrwa saat tiang mencapai kedalaman tanah keras, pemukulan yang
dilakukan sudah tidak uiengakibatkan penurunan !agi maka pemancangan dapat
dilientikan. Untuk rnerigetahui daya dukung tiang tersebut dilakukan pengujian
daya dukung tiang pancang.
2.9. Daya Dukung Tiang Pancang
2.9.1. Kalendering
Kalendering adalali salah satu cara untuk mengetahui kekuatan daya dukung
bang. Kalendering pemancangan dilalaikan pada saat tiang pancang sudah
tertanam sampai kedalaman tanah keras dan diperkirakan sudah tidak mengalami
penurunan akibat pukulan hammer. Kepastian tidak adanya penurunan yang
terjadi pada tiang tersebut dapat diketahui dari data driving record yang
dilakukan. Driving reco^ adalali pekerjaan pencatataii penurunan tiang yang
terjadi setiap dilakukan satu kali pemukulan.
Pekerjaan kalendering dilakukan dengan cara membuat set pada kertas
millimeter dengan bantuan spido! yang diletakkan pada tempat yang berhimpit
dengan tiang pancang yang dipancangkau tersebut. Kemudian pencatatan
dilakukan untuk setiap lb kali pukulan. dari hasil ini maka diketahui penurunan
yaug terjadi pada saat penumbukan.
Data yang didapal dan pelaksananau kalendering adalali besamya penuninau
(U) dalam meter dan berat atau beban piston (VV) dalam ton. Dari data tersebut
daya dukung tiang pancang dapat dihitung dengan rum us berikut ini.
(j - lupu xWxll (2.1)S •'- C
Dengan C adalah konsianta untuk hidrohamrner.
2.9.2. Test Pembebanan Tiang Pancang
Selain pengujian di atas dapat juga dilakukan pengujian pembebanan tiang
pancang yang lain seperti Static Loading Test, dan Pile Driving Analyzer atau
Dvnamic Loading Test.
1. Static Loading. Test
Pelaksanaan pengujian daya dukung tiang dengan Loading Test cukup
mudaii yaitu dengan seri pembebanan secara langsung dari pembebanan terkecil
sampai sebesar 200 % atau lebih dari beban kerja yang direncanakan. Mekanisme
penyaluran beban pada pondasi tiang terdiri dari dua cara yaitu Kentledge System
dan Reaction System. Perbedaan kedua sistem tersebut terletak pada cara
penyaluran beban yaitu untuk sistem Kentledge beban merupakan tumpukan blok-
blok beton yang diteniskan pada gelagar mcliiitang terlebih dahulu sebelum
membebani alat pendorong beban. Adapun untuk sistem Reaction dengan cara
menggunakan snaiu balok yang tegar merentang pada bang pancang uji kemudian
diikaikan dengan kokoh pada bang-bane reaksi .Peuvaluran peinbebanan diatur
secara bertahap dengau ;n-maka? pompa ludroiik sampai pada bat as vane
tiang sehingga tiang akan mengalami penurunan Apabila penuruaan bang yang
terjadi pada tiang leiah mencapai penurunan maksimal maka daya dukung tiang
dianggap maksimal 'Mekanisme penyaluran beban pada pengujian ini dapat
dilihat pada gambar 2.6.
Gambai" 2.7. Mekanisme penyaluran beban padapondasi tiang
2. Pile Driving Analyzer
Pile Driving Analyzer atau Dynamic Leading Test ini didasarkan pada
interpretasi gelombang satu dimensi yang menjalar dalam pondasi tiang akibat
berikut ini.tumbukan yang diterima oleh tiang pancang. Sistem pengujiannya
adalali sebaaai berikut ini.
a 'Memasaim alat St rat n transducer dan Accehvometer yang beifungsi
untuk menenma regangan pada tiang ketika tiang dipancang dan
menerima percepatan gelombang yang merambat dalam bang.
b. Tiang pancang ditumbuk dengan drop hammer sebanyak dua sampai lima
kali.
c. Hasil rekaman PDA dianalisis lebih lanjut dengan metode CAPWAP
yaitu metode analisis yang mengkonibinasikan data pengukuran di
lapangan dengan data peisamaan gelombang untuk menaksir kapasitas
daya dukung stabs tiang dan distribusi tahanan.
d. Menganalisis benturan tiang berdasarkan hasil rekanian PDA dengan cara
menganalisis karakteristik kurva F (gaya tumbuk) dan V (kecepaian
rambat gelombang).
2.tO. Biaya Pemancangan untuk Tiap Tiang
Biaya yang dikeluarkan untuk satu tiang pancang adalali komnlasi dari harga
satu batang tiang dikalikan jumlah batang bang yang diperlukan, sewa peralatan
yang digunakan, upali pekerja, dan biaya penunjang lainnya
Biaya - (Hi x Jt) -t (Bpp)
dengan :
!h - harpa satu baiang tiang
M jiimfah batang Pang vane dibutuhkan dalam satu tiang pancang
pn;> iiHva I), iaksaaaaii iiap pekerjaan nasal tahap penyambungan dan htm-
BAB in
DATA DAN METODE PELAKSANAAN DI LAPANGAN
3.1. Data Lapangan
Metode pelaksanaan pekerjaan yang diangkat sebagai kasus adalah metode
pelaksanaan pemancangan khususnya tiang pancang miring pada Proyek
Pembangunan Dermaga Peti Kemas antar Samudera Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Proyek ini merupakan perluasan atau perpanjangan dari dermaga lama
yang sudah ada. Lokasi proyek terletak di sebelah barat dermaga lama sepanjang
500 m dengan lebar 50 m. Dari data perairan di wilayah Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya didapat suatu kesimpulan bahwa arus dan gelombang pada
perairan ini relatif kecil sehingga dapat diabaikan. Pasang surut air laut di wilayah
pelabuhan ini mempunyai selisih ketinggian kurang lebih 0,5 m. Kedalaman
permukaan tanah dasar laut berkisar antara 5 sampai 8mdi bawah permukaan air
laut. Urutan jenis lapisan tanah pada lokasi proyek yang terlihat pada lampiran aa
adalah berupa lempung yang sangat lunak, lempung lunak, lempung keras,
lempung berpasir, dan tanah keras.
Pada Proyek Pembangunan Dermaga Peti Kemas antar Samudera Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya ini struktur bawah yang dipakai berupa tiang pancang
pipa bajatanpa tambahan bahan pengisi. Pipa baja berdiameter 1118 mm dan 711
mm yang digunakan pada struktur bawah tersebut terbuat dari lempengan baja
27
ilan vans
ala< van
rikut im.
Lapal Pon
Iarena pe
ntuk mei
Lapal Poi
ang antar
Leempat s
eralatan P
;. J^eado
atas da
ketingj
>. Penunr
untuk r
han/me
:. Tali pe
aoa itGmfi',
hamme:
^erfunesi u
28
dengan ketebalan lempengan 14 mm dan 16 mm. Untuk tiang miring dipakai pipa
baja diameter 1118 mm ketebalan 16 mm. Gambar 3.1. bentuk pipa baja yang
digunakan. Sedangkan kemiringan tiang adalah 18° dari garis vertikal dengan arah
miring arah laut dan darat.
CT16 mm
L=12m
D = 1118 mm
Gambar 3.1. Penampang tiang pipa baja
Sebagai pelindung tiangbajadari korosi maka pada tiang yangdirencanakan
akan terendam air laut diberi lapisan coating dari campuran bahan kimiawi.
Proses pemberian lapisan pada permukaan sejumlah tiang tersebut merupakan
proses pabrikasi. Sedangkan tambahan pada bagian ujungnya dipakai topi baja
tipe ujung datar seperti pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Topi tiang bentuk datar
/>. Peralatan penyambungan tiang digunakan adalaii seperangkat mesm las
merk Yanmar, TS 190, 300 rpui.
1 'Cheodolit digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu posisi
tertentu. Digunakan theodolit SokhishaTM 1 A.
5. IVaierpass yang digunakan merk Shokia C 32.
6. Unit Service boat yaitu unit kapal yang digunakan sebagai alat
transportasi tiang dan pekerja
7. Crane adalali alat yang dapat inenarik, menurunkan dan mengangkat
tiang. Dalam proyek ini crane digunakan dalam transportasi tiang.
3.3. Metode Pelaksanaan di Lapangan
Metode pelaksanaan pemancangan yang dilakukan pada proyek
pembangunan Dermaga Peti Kemas antar Samudra Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya selengkapnya dijelaskan pada sub bab berikut ini.
3.3.1. PeneiiUian i ink Referensi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Dermaga Peti Kemas
Samudera ini (50m x 500m) titik reierensi diambtl dari elevasi/koordinal pada
Dermaga lama ("existing"). Dari hasil peiigukuran yang telah dilaksanakan
bcrsama pihak Konsuttun ditetapkari dua buah titik referensi yaitu BMJ. dan BM2
vang masing-masing merupakan titik pancang tiang di kedua tepi dermaga lama
dengan data-data sebagai berikut ini.
Bfvli : X- 163.750 BM2 : X-- 13,750
Y- -44.000 Y --44,000
Z 5.273 LWS Z- 5,288 LWS
3.3.2. Penentuan Titik Referensi Baru
Titik-titik bantu ini diambil dari titik referensi utama BM.1 dan BM2. Titik-
titik bantu dibuat pada dermaga lama yang disesuaikan dengan rencana posisi-
posisi tiang. Sedangkan untuk referensi posisi tegak Inrusnya barisan tiang yang
berada di tengah laut dengan memakai sistem plat form. Pada proyek ini satu plat
form dipakai untuk mengontrol baiisan tiang yang sejajar dengannya atau barisan
bang lain yang tidak sejajar dengan syarat letak tiang mempunyai sudut 90° ± 20°
seperti pada gambai' 3.3.
OOOOO
O \0 O O; O
O O O O' O
O O '. o / o o
<wti.
3 3 Sistem I'Ait ••<'"> •"•> vans difsunakau
Untuk menentukan koordinat "Plat Form" digunakan 2 buah theodolit
dengan sistem segi tiga.
3.3.3. Pcttyamljun$>an Pipa Jiang Pancang
Pada tal.-ap pelaksanaan penyambungan pada proyek Pembangunan
Dermaga Peti Kemas antar Samudera Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini
dilalaikan dua tahap. Dari data sondir didapat kedalaman tanah keras kurang lebih
berkisai" 90 in dibawali permukaan laut. Penyambungan tahap pertama dilakukan
di darat yang dalam proyek ini lokasinya dinamakan Area Kerja Darat Paket A.
Pada taliap pertama ini penyambungan yang dilakukan sebanyak 6 buah
sambungan yang terdiri dari dua kelompok tiang. Kelompok tiang pertama tiang
bagian atas (upper) sebanyak 5 buah tiang disambung atau 4 sambungan dan
kelompok tiang bagian bawali (bottom) sebanyak 3 tiang atau 2 sambungan. Hasil
penyambungan tahap pertama ini diuji dengan Radiography X-ray.
Penyambungan tiang menggunakan sambungan las. Sebelum pelaksanaan
penyambungan dibuatjajaran mejakerjayang digunakan untuk meletakkan tiang-
tiang yang akan disambung. Meja kerja landasan terbuat dari baja cj> 400 mm,
dengan dimensi panjang 81 m dan lebar 30 m. sebagian inenjorok ke laut ± 6 m,
herjajar 14 dengan jarak 6 m setiap jajar dan herhunpu pada 4 landasan blok beton
dengan ketinggian dari muka tanah ke bagian sisi bawali pipa yang disambung
0.6 in Meja kerja yang disiapkan dijadikan dua bagian yaitu bagian untuk
peuc-mpatan pipa dan bagian untuk pengelasan serta pengujian pipa Meja
s::bau\ak 3; batang yanu 5 bans inasing-masing 5 t)atang dan 5 bans masing-
uiasing 3 baiang. Sedangkan pada bagian pengelasan dan pengujian pipa, meja
kerja yang dibuat harus mampu metiampung pipa. (!> 1118 mm sebanyak 28 baiang
yaitu 4 baris masing-rnasing 5 batang dan 4 baris niasing-niasing 3 batang yang
akan menjadi 4 buah tiang pancang dengan panjang masing-masing 8x12 in.
Gambar 3.4. niemperlihatkan meja kerja atau meja dudukan yang dipakai.
Gambar 3.4. Meja dudukan tiang
Setelali pipa-pipa diiempatkan pada rneja kerja atau meja landasan dengan
peuempakm 5 baiang dun ? baiang beruruhm kemudian dilakukan langkah
pen>vi-'!an pipa. 1'ruian langkah penvolelan yang sek-ngkapuya yang dilakukan
! 'i'iaiiv: oancaut:. vans' akan disambum: ditempalkan di atas meja kerja
secara berderet.
2 Untuk meudapaikan kelurusan yang dikehendaki maka digunakan
waferpass dan rambu pembacaan sebagai alai banlunya, sedans untuk
mengaim.kat pipa dalam keadaan horisonfal digunakan alat angkat
semacam dongkrak dan tripod kapasitas 2 ma.sing-ma.sing 5 ton.
3. Setelali pipa dalam keadaan lurus maka pipa-pipa tersebut diklem agar
posisinya tidak berubah.
4. Setelali mendapatkan panjang penyambungan yang dibutuhkan maka
pengelasan dapat dilalcsanakan. Gambai" 3.5 adtdali pelaksanaan
pekerjaan penyambungan tiang di darat.
I .>&v«
Proses pengelasan tahap dua dilakukan pada saat tiang pancang dipancang di
lokasi pemancangan di laut yaitu antara banc upper dan bottom. Penyambungan
bang dilakukan dengan mcnyisakan tiang pancang bottom yang sudah terpancang
sepaiqnng L5 in dari elevasi denuaga lama untuk mempermuciaii proses
penyambungan. Hasil penyambungan pada tahap ini harus lolos uji nuitu yaitu
Ultrasonic test.
Pada proses pengelasan dipakai cara SMAW {Shielded Metal sire Welding)
atau pengelasan busur nyala logam terlindung yang merupakan salah satu jenis
pengelasan yang paling sederhana dan canggih. Pekerjaan pengelasan mengacu
pada spesifikasi Prosedur Pengelasan (WPS).
Langkah pengujian niutu sambungan dengan Radiography test atau X-ray
dilakukan dengan menggunakan sinar X. Sinar Xdipancarkan menembus obyek
uji yang dibelakang obyek tersebut telah dipasang film. Apabila pada obyek
tersebut terdapai kenisakan maka akan terlihat pada negatif film yaitu berupa
warna hitam. Pengujian Ultrasonic Test dilakukan dengan memakai gelombang
suara. Gelombang suara dialirkan dari alat penguji nienuju kristal pissolectnc
yang diletakbm pada benda uji. Apabila pada benda uji terdapat kenisakan maka
nada lanipiian Sayar sinyal-smyat yang muncul tidak teratur atau ada yang tidak
seinpurna. Prinsip kedua pengnjian dapat dililiat pada ganibar 3.6. dan 3.7.
FRONT
SURFACE
fBACK
SURFACE
illilU
! i7P\in p\111
OBJECT
^
OEFECT
SIGNAL -
>—OFFFKT
CRT
DISPLAY
Gambai" 3.6. Prinsip tes Ultrasonic
SOURCE OF RADIATION
J— FILM
Gambai 3.7. Prmsip iesinsip tes Radiograti
-BACK
SURFACE
SIGNAL
Pada tempat penyambungan ini juga dilakukan pemberian kelengkapan tiang
van, berupa penambahan mam, kelompok tin,,* bottom dengan topi bang bentuk
d-.rf'-ir Kelem-Uanan lain adalah pemberian tauda pembagian jarak pada Hang
3.3.4. Transportasi tiang Pancang.
Pada proyek ini dibutuhkan hansportasi hang pada waktu pengambilan tiang
dari tempat pca.npungan ke tempat penyambungan taliap pertama dan daritempat penyambungan bang untuk dibawa ke lokasi pemancangan di laut. Padatnu.soo.tasi bang tahap pertama yaitu dan penampungan ke tempat
penyambungan digunakan crane untuk mengangkat tiang. Cara pengangkatan
liang dilakukan dengan mengikat kedua bagian tepi tiang dengan sling yang telahdihubungkan dengan crane. Ikatan sling pada bang berjarak kurang lebih 0,25
panjang tiang dan ujung-ujung tiang seperti ditunjukkan pada gambar 3.8.
L
Gambar 3.8. Cara pengangkatan tiang di darat.
Transpotasi bang dari tempat penyambungan di darat yaitu pada Area Kerja
L,ani, Paket A yang berada menghadap ke laut inenuju lokasi pemancangan
di.nnakau bantuan unit se^, boat. Sebelum dilnncurkan ke laut bagian ujungha! 12 mm dan dilmduui'i plastik yang
diikat dengan karet ban. Pada tahap ini kelompok tiang yang telah dibawa ke
lokasi pemancangan diikat dengan sling pada jarak 1/3 panjang bang dari upmg
ham; seperti yang ditunjukkan pada gambai' 3.9. kemudian diluncurkan ke laut
untuk ditai'ik dengan menggunakan ^nnee boat ke arali alat pemancang.
/
1 14 •
1/3 L
L
Ganibar 3.9. Cara pengangkatan liang menuju titik pancang.
3.3. 5. Metoda pelaksanaan pemancangan tiang.
Peralatan pemancangan yang digunakan adalah sebagai berikut ini,
1. 1 unit Floating Pile Driver (FPD) Shimotsu ukuran ponton 3,5 m x 18,0
m x 46.0 m dengan tinggi 56,0 m.
2. 1 unit Hydraulic Hammertiydmquip HQ 15.
3. 4 unit rnesin las 350 s/d 400 A.
4. 1 unit Service boat yang terdiri dan unit Anchor boat dan unit Tug boat.
5. Alat pemmjang lain.
Dua buah theodedit ditempatkan pada dua tempat yaitu pada Dermaga lama
fuada releretisi uuiuk titik yang akan dipaiicang) dan satu theoOulit diterupalkan
,.f1111Kli,„ «,„„„ s«„a, ™dn, —a .i.ik .i»»S P-aug V™, »k«n <«P—
„„,«, ™Mm.fa» «*«« a™ *•* v-* ""p0""**" maka "°sis' """*„wr„„s ,*„., *„».« <li.on.uka* >>-""»» *™li ""k P«"S™ di*H,1"k!'"dengan elevasi Hang |»in»? pada '-"'"'="'" l!""a
!,,„! ,„»,.„„ yaug mendnkung perala.au pemancangan di.empa.kan pada,i,ik pancang yang telah dibidik. «uk meudapatkan p«»i penempatan PO"'»«sepe.f, yang direncanakan maka selalu dilakukan peugoutrolar, kcordma.pemancangan dengan theodoli, da,, dua «,.,k reierens, ya,.u pada dermaga lamadan pada p!a, form. U„,uk meudapatkan pc,,Si yang cukup -t-fcil dan pcnton,„akn dilakukan peujangkara,, Penjangkaran dilakukan dengan cara menank danmelepas .ling jaugk-ar yang ada pada po,„o„ seperti yang ditunjukkan padagamlw 3.10. sehingga didapat penempatkan FPD pada posis, sesuai rencana.Serial, bend, pada pes, rencana yang d.ketahu, dar, pengontrolan koordma.oleh kedua theoddtt maka jangkar d.lepaskar, ke laut. Penankan slmg jangkartersebut dilakukan dengan menggunakan tag boa!.
4t"i
Ganibar 3.10. Penempalan FPD dengan menarik dan melepas sling.
Se.elah posisi titik tiang yang akan dipancang ditentukan dan ala, pancangtelai, di.en,patkau. fang pancang .',„•»,„ dari tempat penyambungan d.tar.kdengan «m« boa, dan didekatkan pada alat pemaiicaiig sehingga siap diterimaoleh ««*«« Hte D»w. Padaiarai ±0.25 Ldari ujung tiang pancang dipasang
, . i i r,i „.,.,,„ °"e nrtw Tiang pancang diangkat ke arahsling pengangkal dait Fioahr.g . ..<• - •'= - >
leader yang sebelumuya suoah berada pada posisi tnirmg sesuai ken.^.g,... ,a,.gd,re„ca„aka„ ya,,u sebesar >8» dan dde.akkan sejajar taafe,. Untuk memastikan1)osi.i bang paucaug te.ap. d,pas»,,8 sal.uk bang Ti»g pancang akan turuu karena„„». se,Kl,r, bang dan be, he,;,, pada kedala™.. .-*„,„. Se.e.al, penunman akib*1)M-„, Se,,din ,ia,,g be, akh„ maka bang dimasukkan ke dalan, kepala *«' danSl,l,„,i,„„yll s,ap nmnk dilakukan pe,„uh,la„ Pemancangan tiang pancang bagian,,awaIl ,;,.,,„,) diheut.kan setelah sisa liang mencapai karang lebih 1.5 ,„ d, a.as„,,,.,,; ,,,.,,„„„, I,„„a Tiau, pancang bagian ntas («.,«••') d,S1»pka„ untuk
< - i 1
, ; . :,.-.fn:.>i:V;; *-p. -!,"" "i 1J•) i
,11
,M-oset. pemau.anea,. dimulni kembair dilakukan ,,eny;ii.ib..nran ™iara upmg
liane pancang "otiom denean pangkal bang pancang upper. Untuk lebih jelasnya
-j.,^, dpibat pada gambai 3.11.. 3.1 2.. dan 3d 3. berikut mi.
Gambar 3.11. Peneinpatan bang pancang pada alat pancang
A^*^M*>W^*****^^
Gambar 3.13. Penyambungan tiang pancang saat pemancangan.
Penentuan urutan pemancangan bang pada proyek ini ditentukan dengan
inempertnnbangkan beberapa faktor antara lam penempatan ponton, ketersediaanukm,n ,ia„s pancang berkaitan erat dengan daerah penempatan ponton yang
harus disediakau. Dengan adanya pertimbangan tersebut maka suatu bang yang
tela!, dipancang tidak mengganggu peneinpatan dan penjangkaran ponton saatakan melakukau pemancangan tiang lain. Gambar 3.14. meminjukkan urutan
pemancangan bane van, ditctapkan pada proyek ini dan non.or yang terteravi|J{iljlll „olllOJ ,Mllt v,llK„K-an^>. Pemancangan tiang diurutkan sedenukian rupa
sehingga ponton dengan ukuran kurang lebih 46 mx18 in seperti gambar 3.15
tersebut dapat diiempatkan.
dst
J L J L
Q32 051 OlS Ol7 09 Oh 0!
o- ,.-:• 34 Ot9 ,-, .'0 Oio ,1! 02
03^ 021 Ol2 03
Om 041 0*> 026 022 OlJ 03
052 042 037 027 023 0i4 O?
053 043 038 028 024 On 06
054 044 039 029 025 016 07
OM 045 040 030 6,5 m 6,5 tn
Gambai' 3.14. Urutan pemancangan tiang
tiang pancang
*•>
40 m
o ,
9 m
O
O "'
9 u
O 4-
O
o
o
44
Pertimbangan lain ditetapkannya urutan pemancangan seperti yangditunjukkan pada gambar 3.14. adalah faktor ketersediaan material berupa bangpancang. Tiang pancang dengan diameter 1118 mm didatangkan lebih cepatdaripada diameter 711 mm sehingga ditetapkan pemancangan lebih banyakdidahulukan untuk tiang pancang dengan diameter 1118 mm.
Kestabilan tanah akibat pemukulan pada saat pemancangan juga menjadi
pertimbangan untuk menentukan urutan pemancangan tiang. Pada saatpelaksanaan pemancangan suatu tiang, tanah disekitar tiang tersebut akanmengalami gangguan sehingga membutuhkan waktu untuk dapat pulih kembali.
Oleh karena itu pelaksanaan pemancangan berikutnya dilakukan pada tiang lain
disebelahnya yang mempunyai jarak paling jauh dari tiang yang baru saja
dipancang.
Urutan pemancangan pada proyek ini ditetapkan dengan menggabungkan
ketiga pertimbangan tersebut. Pada gambar 3.14. terlihat bahwa setelah
pemancangan tiang pada baris pertama selesai pemancangan dilanjutkan pada
tiang nomor 8. Tiang nomor 8ini berada di dekat tiang nomor 1yang diperkirakan
kondisi tanahnya sudah stabil. Pertimbangan lain tidak ditetapkan urutan
pemancangan tiang nomor unit 16 setelah nomor urut 7 adalah masaiah
penyediaan ukuran tiang diameter 711 mm mengalami keterlambatan. Penetapan
pemancangan dari tiang nomor urut 8pada baris kedua menuju baris ketiga yaitu
tiang nomor urut 9 kemudian diteruskan nomor urut 10 dan kembali menuju baris
kedua pada tiang nomor 11 mempertimbangkan daerah penempatan ponton yang
dermaga lama
c
Gambar 3.16. Kedudukan ponton saat pasang surut air laut.
Keterangan:
m.a.l. = muka air laut saat kondisi pasang
m.a.2. = muka air lautsaat kondisi surut
m.t. = muka tanah dasar laut
46'
3.3.6. Penghentian Pemancangan.
Penghentian pemancangan pada proyek ini didasarkan pada data hasil
driving record. Pemancangan dapat dihentikan apabila pukulan yang diberikanpada tiang sudah tidak mengakibatkan penurunan. Sebagai salah satu contoh datadriving record suatu tiang pada lampiran 9terlihat bahwa pada kedalaman 87,815mpenurunan tiang sudah dianggap kecil sehingga pemancangan dapat dihentikan.
3.3.7. Daya dukung tiang.
Pada proyek ini pengujian daya dukung tiang dilakukan dengan memakai
beberapa cara yaitu dengan kalendering yang didasarkan pada driving record.Driving record dimulai saat dilakukan pemukulan pertama pada tiang. Data yang
didapat adalah jumlah pukulan yang dilakukan tiap panjang penurunan yang
47
ditentukan. Untuk pemancangan tiang pancang pada proyek ini, jumlah pukulandihitung mulai tiap jarak 1mpenambahan kedalaman, dari kedalaman 60,00 msampai 65,00 mtiap jarak 0,5 mdan dari kedalaman 65,00 msampai mencapaitanah keras dihitung tiap jarak 0,25 m. Dari data pada lampiran 9terlihat bahwasampai pada kedalaman 40 mtidak diperlukan pemukulan karena penurunan tiangdisebabkan berat sendiri tiang. Penurunan pada kedalaman 40 msampai 41 mdiperlukan 1pukulan, dari kedalaman 41 msampai kedalaman 42 mdiperlukan 7pukulan dan seterusnya. Dari data tersebut dapat dihitung penurunan tiang tiappukulan yang dilaksanakan. Pada saat mencapai tanah keras yaitu pada kedalamanantara 87,750 msampai 87,815 m, penurunan yang terjadi tiap pukulan sangat
kecil hanya 0,16 cm atau hampir sudah tidak terjadi penurunan pada tiang,sehingga dapat dilakukan kalendering. Kalendering dilalaikan dengan alat bantuberupa kertas milimeter dan sebuah spidol. Spidol dipegang dengan tangan
mengarah pada kertas milimeter dan diletakkan pada dudukan yang disediakan.Untuk memperoleh data dari pelaksanaan kalendering, dilakukan 10 kali pukulan.
Setiap pukulan yang dilakukan terekam pada kertas milimeter seperti terlihat padalampiran 9. Untuk memastikan keakuratan data maka pada proyek ini pelaksanaankalendering dilakukan 3 kali tiap tiang pancang. Dari pelaksanaan kalendering
didapat data sebagai berikut ini.
S = l,4 mm
C = 25,4
H=l,2 m
48
W =16 Ton
Keterangan:
S = besarnya penurunan tiang
C = konstanta hidrohammer
H = tinggijatuh hammer
W = berat atau beban piston
Daya dukung tiang yang didapat adalah sebagai berikut ini.
Q = 1Q00 v 16x1.21,4x25,4
= 716,418 ton
SF = 3
Q = 716,418 =238,806 ton3
3.3.8. Pemotongan Tiang Pancang
Pemotongan tiang pancang dimaksudkan untuk menyamakan elevasi tiang
pancang yang selesai dipancang dengan tiang pancang pada dermaga lama olehkarena itu titik pemotongan didasarkan pada tinggi tiang pancang dermaga lama.
Pekerjaan pemotongan dilaksanakan setelah pengujian daya dukung tiang selesai.Titik potong dibidik dengan menggunakan theodolit dari titik referensi yang
terletak di dermaga lama. Cara pemotongan tiang ini mempunyai prinsip kerja
yang sama dengan pengelasan. Dengan menggunakan acetelin dan oksigen yang
disemburkan pada titik potong dengan peralatan las.
Gambar 3.17. Penentuan titik pemotongan.
Untuk menentukan besaran sudut vertikal (?) dan theodolit yang terletak pada
denuaga lama adalali p - a +90°, dimana :
tt =arc tg j*™*i titik pemotongan rencana-(elevasi titik referensLHinjagLalgQIjarak
3.4. Biaya dan Waktu Pemancangan yang Diperlukan Tiap Tiang Pancang.
3.4.1. Biaya yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk pemancangan satu tiang pancang adalali
sebagai berikut ini.
1. Penyediaan tiang pancang dan sambungan tiap m' Rp. 1.019.468.00
2. Sepatu plat penutup liang pancang perbuali Rp- 1.307.810,00Pn 49 466 003. Pemancangan tiang pancang tiap m *P- Hy-H >
4. Pengangkatan dan penegakan tiangperbuah Rp.l 1.736.978,00
5. Pemotongan kepala tiang perbuah Rp. 272.663,00
50
Biaya yang diperlukan untuk satu tiang pancang untuk kedalaman 87,8.15 m
adalali (1.019.468 x96) +(1.307.810 x1) +(49.466 x87,815) +(11.736.978 x2)
i ( 272.663 x 1)- Rp. 127.267.214,00
3.4.2. Waktu yang Diperlukan
Waktu yang diperlukan untuk membuat satu tiang pancang adalali jumlah
waktu yang diperlukan mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan pekerjaan.
Dari data hammer yang dipakai dapat diketahui bahwa Hydroulic Hammer
Hydroauip dengan berat piston 16 ton, tinggi jatuh 1,2 m, memerlukan waktu 10
detik untuk setiap kali pemukulan. Dari contoh devilling record pada lampiran
9 diketahui bahwa untuk satu tiang pancang memerlukan 3593 pukulan. Waktu
yang diperlukan untuk pemukulan tiang adalali waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu kali pukulan dikalikan jumlah pukulan.
Waktu untuk pemukulan satu tiang pancang = 3593 x10 detik
= 35930 detik
= 9,98 jam
Waktu yang diperlukan setiap tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut ini.
1. Pengangkatan tiang ke tempat penyambungan, 8tiang
,-,«•» 32 nienitto> 4 me nit
2. Persiapan penyambungan, 2kelompok tiang @. 30 menit 60 menit
3. Penyambungan di darat, 6sambungan @45 menit 270 menit
4. Pengangkutan tiang menuju lokasi pemancangan
,, i „!, 45 menit2 kelompok
51
5. Persiapan pemancangan 2kelompok tiang 60 menit
6. Pemancanean terdiri dari waktu yang diperluiian untuk
penurunan akibat berai sendiri dan waktu untuk total pukulan 780 menit
7. Penyambungan di lokasi pemancangan satu kali 60 menit
o t> 30 menit8. Pemotongan
Jadi waktu yang diperlukan untuk satu tiang pancang = 1337 menit
= 22,28 jam
BAB TV
PEMBAOASAJS
4.1. Umum.
Pada pelaksanaan pemancangan tiang pancang miring pada ProyekPembangunan Dermaga Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tidakditemui kendala yang berarti. Metode pelaksanaan yang direncanakan dapat
dilaksanakan sesuai prosedur pemancangan bang yang ada. Urutan pekerjaan juga
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja Pembahasan mengenai metodepelaksanaan pemancangan yang dilaksanakan pada proyek ini selengkapnya akan
dibahas padasub babberikut.
4.2. Penentuan Titik Referensi Utama dan Titik Referensi Baru.
Proyek Pembangunan Dermaga Peti Kemas Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya ini merupakan perluasan dari denuaga lama Koordinat titik referensi
pada dermaga lama yang menjadi acuan dalam menentukan posis, bang pancang
.Wl» vvovSu ini adalali merupakan posisi dari deietan tiang pancang pada dermaga
iajli:!. fin! itu dimaksudkan agar didapat kelurusan posisi antara deretan bang
paacaue pada perluasan dermaga atau denuaga bam dengan deretan pada dermaga
51
53
Titik retereusi utama BM1 dan BM2 ditetapkan pada titik pancang bang tepipada dermaga lama Sedangkan titik reiercnsi ban, ditetapkan pada titik pancangtiang yang ada di antara titik referensi utama BM1 dan BM2.
4.3. Transportasi Tiang
Proses transportasi tiang pada proyek ini dilute. dua tahap. Pad*
transport H.I-P n«t«M y»»* i"**™ * dara'tl,1,erl,ta"ala' b",u c""""Tahap ini berupa pengangkatan tiang dari tempat penampungan ke tempatpenyambungan. Ttang bang tersebut dtletakkan pada meja dndukan yang telahd,s,apkar, nn.uk me.nudd.kn penyanibnngan. Metode yang d.gunaka. datapengangkatan vang dilaksanakan adalah dengan mengikatkan ding pada ke duabag™ tepi liang vang be.jarak U.M paiitang tiang atau seki.ax 3in dari inungPemakaran cara ,„, didasarkan pada pertimbangan mengenai ketersediaan ala,va„u crane, untuk inenglnndar, kenisakan pada bang dar. mernpennudal,penempatan tiang pada meja dudukan. Momen yang terjadi pada pengangkatan,a.,g ditunjukkan pada gnmbar 4.1a. lehil. kecil J.ka diangk,: ,ada >,d„a ujungHang gambar 4.1b. sehingga apabila terjad, lendutanjuga lebih kecil.
•4
^ L
Ml
•*—•
Ml= V2 q (L/4)2
M2- i/sq(L-V2L)a-l^q(L/4)a
54
L
M ;= 1/8 q L"
l») (b)Gambar 4.1. Momen pada pengangkatan bang
Transportasi tiang tahap kedua dan tempat penyambungan menuju ke
U.„.pat pemancangan digunakan unit kapal penarik yaitu unit service boat. Karenalokaai penyambungan di darat telah ditentukan di tepi laut maka tidak diperlukanperalatan lain. Sebelum tiang dihincurkan ke laut ujung tiang ditutup denganplywood. Penutupan tersebut dengan maksud agar tiang tidak kemasukan air yangakan berakibat tiang tersebut teuggelam. Dengan posisi bang yang mengapung di
air mempermudah pekerjaan penarikan karena berat tiang akan lebih ring*dibanding jika tenggelam. Penarikan dilakukan dengan cara sling yang telahdihubungkan dengan unit service boat diikatkan pada tepi tiang yang berjarak 1/3pantang t.ang. Dipilih pengangkatan cara ini karena selain lokasi pemancangan dilaut, kemudahaii penempatan tiang pada FPD juga momen pengangkatan lebihkecil (gambai' 4.1a) sehingga lendutan kecil dibanding jika sling diikatkan pada
an
55
!!^ m*» ^a ^^•g^^il.njgnunjujdiinp
yang terjadi pada dua cara pengangkatan yang berbeda. Untuk meluncurkan
kelompok tiang yang masih berada diatas meja dudukan cukup dengan didorong
ke lautkemudian dilakukan penarikan dengan unit service boat.
1/3 L
Ml=i/i2qL2
M2= 1/32 q L2
=T=^M=i/8 q L
(a) (b)
Gambar 4.2. Momenpengangkatan ke lokasi pemancangan
4.4. Penyambungan Tiang
Penentuan tahapan pada pelaksanaan penyambungan tiang didasarkan pada
jumlah kebutuhan tiang, lokasi pemancangan dan jenis alat yang digunakan.
Karena jumlah tiang yang diperlukan cukup banyak kurang lebih 8 tiang dengan
panjang masing-masing 12 m maka pada proyek ini dilakukan dua tahap
penyambungan yaitu penyambungan di darat dan pada saat pemancangan di laut.
Pertimbangan lain adalah jenis alat dimana leader yang digunakan mempunyai
panjang 56 m.
56
Penyambungan di darat dimaksudkan untuk memimmalkan jumlah
penyambungan tiang saat pemancangan. Pada penyambungan tahap pertama initiang dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok tiang bottom terdiri 5tiang dan
kelompok tiang upper terdiri 3 tiang. Jumlah tiang dalam tiap kelompokdidasarkan pada kondisi lapisan tanah pada titik pancang dan panjang alat
pancang. Pada proyek mi kondisi tanah yang cukup stabil berada pada kedalaman
50 mdi bawali pennukaan air laut. Kelompok tiang bottom mempunyai panjang 5
x 12 in atau kurang lebih 60 in, sehingga kelompok tiang ini mampu mencapai
tanah yang cukup stabil. Pada kondisi ini penurunan yang diakibatkan oleh berat
sendiri bang sudah tidak terjadi. Panjang kelompok tiang bottom yang mencapai
60 mini juga masih dapat d.tenma leader karena selisih panjang keduanya tidak
banyak.
Pemberian kelengkapan pada kelompik tiang yaitu berupa pemberian topi
tiang dan pemberian tanda jarak dilakukan saat tiang masih berada di atas meja
dudukan. Topi bang dimaksudkan untuk inengmndari kenisakan ujung kelompok
hang yang berhubungan langsung dengan tanah akibat gaya tumbuk. Sedang
pemberian tanda jarak dimaksudkan untuk mengetahui penurunan yang teijadinada banc sehingga meniudahkan pelaksanaan driving record dan kalendering.
45. Pelaksanaan Pemancangan liang.
Pada pelaksanaan pemancangan tiang pancang pada proyek ini alat pancang
,- , .it ?'....>-,-•-, ?-w><v>' ::--e,Y>cicn HQ 15. Dipilihnya tipe ini%;mti dipakai auaiali <i\i,!o^.,t , *(..•//.- ^ --••• -lr-T ^ r
>..!... ., .•:• .. :- ;..-> -i-Miiv.nnvM! keunumeau vane lebih d'<n'\
57
pada tipe lain, hammer iipe ini merupakan hammer paling modem yang sangat
cocok untuk pemancangan di pantai maupun lepas pantai selain juga mempunyai
kecepatan yang cukup tinggi. Keuntungan lain dapat dilihat pada landasan teon.
Dari keuntungan-kenntungan tersebut diharapkan akan dapat memberikan hasil
pemancangan yang paling baik, efisiensi waktu dan efisiensi biaya Pertimbangan
lain kaiena hammer tipe ini juga dipakai untuk pemancangan tiang pancang pada
dermaga lama. Sehingga diharapkan dengan peralatan pemancangan yang sama
akan rnenghasilkan kualitas tiang pancang yang sama pula.
Pelaksanaan pemancangan bang pancang miring pada proyek ini tidak
didapat kendala yang berarti. Arus, gelombang dan kecepatan angin relatif kecil
sehingga memudahkan pekerjaan penentuan titik pemancangan dan penempatan
ponton. Kecilnya arus yang aria maka gaya horisontal akibat arus seperti pada
gambai" 4.3. tidak berpengaruh pada tiang saat pelaksanaan pemancangan. Berat
sendiri dari ponton, penjangkaran pada ponton serta kondisi perairan cukup tenang
menyebabkan kedudnkan ponton cukup ;':'il. K->stabilan ponton berpengaruh
FPD dan akan beipengaruh juga pada ketepatan titik pemancangan. Arah
penempatan 1TD tergantuug pada arah keuhringan bang pancang. Urutan
peniancanaan 4c ebul ditetapkan mempertintbangkan penempatan ponton,-•t-vr-hni
ketersediaan ukuran bang pancang. dan kestabilan tanah akibat pemancangan.
Gambar4.3. Penganih gaya akibat arus
4.6. Penghentian pemancangan
Penghentian pemancangan ditetapkan berdasarkan hasil driving record. Setelahtiang pancang mencapai kedalaman tanah keras, hasil driving recordmenunjukkan bahwa penurunan tiang pancang akibat pukulan sangat keel.Apabila penurunan dianggap sangat kecil maka pemancangan bang dihentikan.Dari data driving record terlihat bahwa pada kedalaman 87,385 m penurunan
tiang pancang sudah dianggap sangat kecil sehingga pemancangan dihentikan.Penghentian pemancangan pada kedalaman tersebut juga tidak berbeda jauh
dengan kedalaman rencana.
Pelaksanakan pengamatan melalui driving record harus mempertimbangkan
antara lain masalali kedalaman rencana dari tiang pancang dan kedalaman tanah
keras pada titik pemancangan. Jika sebelum mencapai kedalaman tanah keras
penurunan yang terjadi akibat pukulan dianggap kecil penghentian pemancangan
belum dapat dilakukan karena masih ada kemungkinan bang pancang tersebutmengalami neimnmau lag.. Untuk menghindari kemungkinan itu maka penentuan
n-u'd.-.-ntian harus didasarkan pada kondisi penurunan vane kecil saat tiang telah
59
tj.encapa, tanah keras. Dalam memastikan kebenarau penghentian pemancangan
dilakukan pemukulan sebanyak 300 kali pukulan yang dimulai saat pemancangan
dianggap sudah dap* dihentikan. Apabila dari pemukulan tersebut tiang pancangsudah tidal, mengalami penurunan maka penghentian benar-benar dapat
dilakukan.
4.7. Pengujian Daya Dukung Tiang
Daya dukung tiang pancang miring pada proyek Pembangunan DermagaPet, Kemas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini diketahui dan pelaksanaankalendering yang didasarkan pada hasil driving record. Test daya dukung dengann^nggunakan metode Static Loading Test dan Pile Driving Maltzer atauDynamic Loading Test seperti hanya dilaksanakan pada bang tegak. Tidakdilakukannya dua tes tersebut pada tiang miring kaiena kesuiitan dalampelaksanaan pengujian. Pada pengujian daya dukung tiang tegak denganmenggunakan beban statik, penempatan beban pada bang miring sulit dilakukan.Oleh karena itu daya dukung bang pancang miring pada proyek ini diperkirakanhampir sama dengan hasil daya dukung bang dari dua metoda tersebut yangdilaksanakan pada bang tegak. Sedang gaya lateral yang bekerja pada tiang miring
lebih kecil dibanding gaya vertikal yang bekerja pada tiang tegak.
Dan pei-hitungan daya dukung bang pancang mirmg didapat sebesar 238,806t0J, Dan data tersebut maka tiang pancang miring akan aman mendukung beban
lateral vane diperkirakan kurang dari 200 ton.
GO
4.8. Waktu yvsng DiperHikan t muh .y&lit 1s*n& - -.—t.
Dari perhihmgan dapat diketahu, bahwa total waktu yang diperlukan untukpembuatai. satu bang pancang adalah 133? menit dengan waktu pemancangan
termasuk penurunan akibai berat sendiri tiang adalali 780 menit. Dari time
schedule terlihat baliwa rencana waktu pemancangan selama 43 minggu untuk
164 tiang diameter 1118 mm. Karena hari minggu termasuk hari kerja maka
,-aktu yang diperlukan untuk pemancangan satu tiang adalali:
= (43 minggu x6 hari x7jam x60 menit) / 164
= 11.012/164
= 660,73 menit
=11,01 jam
Terdapat selisih waktu antara waktu rencana dan kenyataan waktu yangdiperlukan kurang lebih 120 menit. Hal tersebut dikarenakan adanya kendala pada
pelaksanaan dilapangan.
w
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
<; t Kesimpulan
Darl nraian prf. W> pe,nbahaSan sebelnnmya dapa, *-«*« -«
kesimpulan sebagai berikut ini.
j. MekKte peh^anaan pcm.nc.ng™ •»* "»** "dak '""^ ^d^an nrfcJ. pelaksanaan pe,nanca„gan U.g fcg* »«*• •*P-"pelaksanaan pe,„a„canga„ ,,a„g n„r,„S pori* W- d,a,a„ka„ ~.»<ienRar, kemningai, yang dnencanakaii.
ppri„nbangan nnhn Ian, karena hannner h» P»>^ -gS,h dan tipe,„;„, wakln n,„nk saln kali puk»l». *,>« «•«• cep* *» «"^ ™»kuntuk pcmancangHn di laut
j ,,„„„»„ da.a d,,kn,,S .,„„„ n,,„ns ,«•«„*,,, ka.ende,,,,, y-,S,K,!fa!„iai,„„va d.nn.la, bcnte-tan ha.il •«-. «»< l«CT-, .,..,.,„:, ,i,!,J: d,o,„,akan pmla liang ...inns km™ I"™li,,m
(jn!fnn r,„e,nparan hebun uji dalam keadaan minng. SeU,u dan
berdasarkan hasil kapasitas daya dukmrn tiang teeak dengan pengujian
eauing lest
4. Urutan pemancmman s, bun harus mempcrhitungkan faktor biaya dan
waktu juga harus memperhmbangkan faktor lam yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemancangan antara lain penempatan ponton, ketersediaan
ukuran tiang pancang dan kestabilan tanah akibat pemancangan.
5. Kondisi pasang surut air laut yang selisihnya diperkirakan sebesar 0,5 m
tidak berpengaruh pada pelaksanaan pemancangan tiang miring karena
elevasi titik potong yang direncanakan terletak jauh dari ketinggian air
laut saat terjadi pasang. sedangkan agar posisi ponton tetap dilakukan
penarikan dan pelepasan sling jangkar dengan dikonho! theodolit.
6. Arus air laut yang relatif kecil tidak berpengaruh pada pekerjaan
pemancangan.
7. Terdapal selisih waktu antara rencana dan kenyataan di lapangan untuk
pemancangan satu bang pancang karena adanya kendala yang .dak
diperhitungkan sebelumnya
5.2. Saran
Dari studi Tugas Akhir ini k-rdapat beberapa sarun yang dianjurkan antara
lam:
1. Meugiuftal karaktensiik mV proyek yang berbeda. apabila terjadi sunt..
^UK'guan peitu adanya langkah analisa terhadap penvebab-neuvebabnva
ara khusus. sehingga dapat dilakukan suatu langkali antisipasi yangsecara
tepat.
2. Untuk optimalisasi hasil suahi pekerjaan, sangatlah diperlukan sistem
koordinasi yang bark guna yang didukung oleh sarana dan prasarana
informasi yang lengkap dan memadai.
DAFTAR PI STAKA
Bowie. .IE.. 1>.E.. S.L.. 1*3, ANAL1S.S DAN DESA1N PONDAS, (j,l,d ,1).Edisi IV, Erlangga, Jakarta.
J k.-u inR 198^ PI ANNING AND DESIGN OFBram,c„e. McX .^M., .^-tPorms Van Nos,randRemholdCompany Inc. New York
,- • ,<xn PROYEK PENGEMBANGAN PELABUHANLeny T^ruV PERAK SURABAYA PEMBANGUNAN DERMAGAreT, KEMAS "aMI-DERA, Laporan Kerja Prakuk, Y0Syakana.
„„l. ov,a PF 198^ CONSTRUCTION AND GE0TEC1INICA1R°ben- METHODS IN FOUNDAT,ON ENGINEERING, McGraw-H,,l
Book Co, Singapore.
. n „, „ ,qoq piip FOUNDATION IN
Singapore.
Wayne. C. Terg, .98,, FOUNDATION DESIGN. Pren,,ee-Ha,l oflnd,a, NewDelhi.
>i995, PEDOMAN DAN PRAKTIK KERJA DAN TUGAS AKHIR,'fTSP-UII, Yogyakarta.
\
LAMPIRAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANJURUSAN TEKNIK SIPILJl. Kaliurang Km. 14,4 Tclp. 95330 Yogyakarta
LAMP
KARTU PFSFRTA TUGAS AKHIR
Nama
LENY INDRIASARI
NUR LAILY HIDAYATI R.
No. Mhs.
93 310 Oil
03 311 * 033
sen Pembimbing Isen Pembimbing H
1
IR. H. SUSASTRAWAN, MSIR. TADdUDL'IN BMA., MS
N.l.R.M.
zTROKTHR
TRUKTUR
Yogyakarta. 16 pebru*ri 1998D e k a n.
an.
X-Ketua Jurusan Teknik Sipil
iR. BallbANCT SULi STIOImO , MSCk
n '-- j.
- ; ."' j *-
LAMPIRAN 2
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Jl. Kaliurang Km 14,4, Telp. 895042, 895707, ^Fax. 895330, Yogyakarta 55584
EIMEIlK-i.-.U T»:.-.c .-.brill-
J. ^r.^--jc. 'ft}-.. .
B^r IS. TAPJUDPM BMA.di
YOGYAKARTA
Wi
•ti-iv-r -a r^.i- >-11 c <- i
a-•*£,} «!tn->i'^1 ^ ii-'x:i.'i V.-r.v/f ,,r:sn ini kawl .uohon cien«n homat kepada fravafc ;,.u;snr Mhwl^? lurwwi Wnit iar-U Faults, l-ti,....-Iril ->: Pevencsu'taan t*r.?<rbut •..libsiv.'&h HU :
!!•.... Hh?.H.I.P.M.Bivlnri^ StuJl
T iV.ij.vi rib. r.-.:ir-!f.i
U 9 tr; a
no. Mhe.
ILI.P.H.
ixsraiste-r
T-iihun Akact-rHii
LENY INDRIASARI93 31.0 Oil93 0051013114120 OilSTHHKTUKGttuax*1997-1998
NOR LAILY HIDAYATI R.93 310 03393 0051013114120 033STRUKTUR
Genav1997-1998
l>*pat rufc^iksri Petua^E - p*t^ui:. t-enfisrshsn **r-tbittiblPtan dalam ni*i»i:sr&nfifc9.n Tucas hkhlf.La;(5ciC,:y t* restart tidal'. t-*t-K.^ioinr.-ok .SenearT doeen E*mbiwbins ebb. :
T.-^r, p^r-Mrtt-i-u i : lr. H. Susastrawan, HS£,.:.:„;' L^i-lbl- 11 : ir- Tcniluddln BMA.. MS
I>5iii?.ri irir.ijit.jnr ii i-ii-ire.
MJ5T0MS PEHAMCAW3AN Tim- ^riC^^MiRl^^J -FKQYKKPEHB6NGUMAN Dfcfitl/i<*a P£xi tvLMft 'AAtWUlfci l.hK»fc-
. i 1 i- -• ytj'ifi!' ,,r«, -i < i ,;; *i j-;
,, i.r..)i
• - 1 L l.lii
^r t. ' '• .•; ' '_
CisirtX/iHG 4i.'Ai:tJ-i< VV
I i - m " r
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Jl. Kaliurang Km 14,4, Telp. 895042, 895707, Fax. 895330, Yogyakarta 55584
•>--4 P. U •A.O: -TT3 TJ 9c
EIHEIU'-.r-il Tn^-..: .-.EHIR
ir v ?. k a r t a . 1^ Februari 1993
fcapaVm "h.' SUSASTRAMN. MS.dl -
YOGYAKARTA
-eeaiavnn' alaikuni Wr.Wb.i-nsan <ni k«*i mohon dengan horroat kepaaa Bapak Ibu
_-;. ;- ._ £,.: renoanaan tersebut dibsvah ini :
1 . 11 a rn *•Ik-. tth^'.lb I.H.H.Bid^ns Ptudi;v*.cn*a,t*iT*hun Akademl
3. H a in a>'.:•. Hh?.
H. I. F:. H.Bidang StudlSsmestev
Tahun Akademi
LENY INDRIASARI93 310 Oil93 0051013114120 OilSTRUKTUR
Genap1997-1998
NUR LAILY HIDAYATI H.93 310 03393 0051013114120 033STRUKTURGenap1997-1998
Dapat diberikan f-etunhm -- P*tun^«fc. pengavahan esrtaMMhirusan dalam uvrlskeaaafcan r»j«as .-.khir.raahaeiewa tereebut tidak ber-keiourpofc,dengan dosen Pemblmblna *bb. :
Dr.e^n remtdmbing I : Ir. H. Simaetrawan, MS;,::;!-, t^bi-bir^ n •. u- T*d.mddin bma.. Mb
mktoms vimmmQmuiikm n^^^wBf^^®PEMBAHMAN. MSMUUilL PET) W-TMa-J XAHJUNU .tbRAh.
i i-r-tr, 11: A -1 - t
j. ':1.T 1
t • \ -
, i ! ; t -• I"'[•.t|. 1 .--, 1.1 -•<':
ii-yMii-ji. Kt-V-r..d^ \di.
'I •'•
2r-
>m
~oO
> 00
> 5
Gam
bar1
.1-L
okasi
Proy
ekTe
rmina
lPeti
Kema
sSam
udera
Pelab
uhan
Tanju
ngPe
rak
> 2"
CO
PE
LA
BU
HA
N
TA
NJU
NG
PER
AK
+ + +
+ +
11
.1/M
um
iim
to
*
•^^•
n.irt
VVAV
i'i'Vi
J.VuM
AiJ'i
MDO
WsiA
mri^
Tjry
.T
...
.ma.
a»
t^
-"ti^
D2
"oo
d-i
g£
>-o
-oO
3^
LV
/S
;0.0
0
-10
.00
-20
.001
-30
.00
•-1
.0.0
0
•o
n0
-130
RQ.7
BOR0
-5_T
BOR^
^_^R
O:3
__B^
R0:6
_^n^
so
n0
-4
"7i
SCO
11
-60
0
ST
RA
TIG
RA
FI
TA
NA
H
LO
KA
SI
OC
EA
NG
OIN
G
SK
AL
A
VE
RT
IKA
L0
5•»
HO
RIS
ON
TA
L0
15
-c'.
LE
GE
UD
A
VE
nrscrrcu
kY
is
so
ncla
y
SA
ND
YC
LA
Y
EJf
lST
IFF
CUT
S*
HD
I'fii
Gn*V
EL
is!
H-p,jS
OIL
> ~7
LAMP. 7
DEPTH vs COHESION
0 o'.1 0'.2 0'.3 0'.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1-2 1.3 1.4 1.5Cohesion (kg/cm2)
• 0-1 X 0-6
+ 0-3 a 0-7
* 0-4 X 0-8
a Q-5 0 0-9
Gambar 2.4 : Harga-harga kohesi versus kedalaman, diareal rencana dermaga"Ocean Going" Pelabuhan Tanjung Perak.
FINAL REPORT
DERMAGA PETI KEMAS SAMUDERA
II-9
LAMP. 8
8 8 8 8 s 8 8 8 8, 8 8 8
O
06 2•*
o©CO
C4
o01 8
CD
01
«001
to
CM s
1 2 3 4 31 32 33 34 35 36 37 38 39
16500
1= 110500
1
CA-
CB-
CC
CD
CE
CF
.«/-»
1 o
•„ •». •*» •»• •"♦ ••» #m
i« ]r jr . i- „ Jroooa
Vr~ooo»
__ &-•-
CA-
CB-
CC-
CD-
CE-
CF-
oooCO
^f—
$-
°6»l °iU °4»»
f-°« r- °~ f« - r- r-
•».. •,« •*.•«••••' ••" •*" •"•
°»oi °«>o °te» °«m °"»°»17 °UI
°»it °«< °«« 0,'„!, °iU "w
Oh, <>.« °«e« °»ot o,„ <>„, »^VQ —
£ A' °«. °»T
8 8 801 r*
11toDCI $ 01
A
39 40 41 42 (g ?C 71 72 73 74 75 76 (77
^^600^^504
•u, •«. •«»•„ •„ •„ •» *.r *. *• *
f« - f-- f. °" f« °" f- * f>•„4 ••« •«»•„ •„ •« V •» •- •» *«
I% °u °« °>7 ^ °» *" °»
=«, °«« °w °«» <fc °i» °« ^ °" ^ *" °*
°,M °tM °«M °H» 0M 0„ "„ °s» °» °B °16 °?
••« °M °W>
p- °« °« °« "PiootoN
«/-»'
0.000
9.000
16.000
26.600
34.500
43.000
0.000
9.000
18.000
26.500
34.600
CF43.000
oo
-±-6652.000
uCDO<N
2,
COU)
X0)
ii
CP
P"-
cA
»*
.+'
^^'rtr^^^^^^^'
t_
-.--
....Jt
--4
r
o
<u
^L:I*\T
<3>
ro
o"
,l*»«S'?*4**«5=r5
—t-
h•*JffleM
3&#S*T
••.,-•*•»!'
-f:
J[
om
uN
US
AN
TA
RA
No
.It
em
Jen
isP
eker
jaa
n
Sa
tua
n
Har
ga
Satu
an
No
.
M.
Ura
ian
SB
.
Ma
teri
al
Mat
eria
lT
iang
Pan
cang
dia
.1
11
8
Sam
bung
anD
arat
&L
au
t
Upa
hD
anA
lat
Han
dlin
gP
ipa
Pan
can
gd
ari
Tra
iler
AN
ALl
SAH
AR
GA
SATU
AN
PRO
YEK
DERM
AGA
PETI
KEM
ASSA
MU
DER
A
41
12
Pepy
ediaa
rtian
gpa
ncan
g&sa
mbun
gan
Dia.
1118
1=16
mmM
l
Rp.
1,01
9,46
8GC
.^-^
T^^'T
T^T
siiu
an
Awal
(Ho)
JJum
lahLa
maL
'tta
l
(Rp
)
Impo
rt
(Rp
)
Fak
tor
Esk
ala
si
Lo
kal
M..\
&•—
M1
10
0
M1
10
0
M1
00
[
145,
677.
06
4,4
21
.48
75
.00
66
3,6
39
.94
20
,14
2.3
2
17
5.0
0
(Rp
)(G
)=C
x(E
+F
)
809,
317.
00
24
,56
3.8
0
0.0
5
0.0
5
25
0.0
00
.05
TO
TA
LH
AR
GA
SAT
UA
N
DIB
UL
AT
KA
N_
__
Har
gaSa
tuan
Baru
(Hn)
Toka
i\~
Impo
rt(R
p.)
(l)=
E+
(HxE
)
152,
960.
91
4,6
42
.56
78
75
(Rp
)j^
F+(0
.26x
F)
836,
186.
32
25
,37
9.3
2
22
0.5
0
Jorn
iah
Ba
ru
(RP
)(K
)=C
x(l+
J)
98
9.1
47
.24
30
,02
1.8
8
29
9.2
5
1,01
9,46
8.36
1,01
9,46
8.00
O
No
.It
em
Jen
isP
ek
en
aan
Sa
tua
n
Har
gaS
atu
anN
o.
JA1 III.
Ura
ian
i§L
Mate
rial
Pla
tP
enu
tup
Pla
tC
ross
Kaw
atL
as
Up
ahS
up
erv
iso
rT
uk
ang
Las
Pek
erja
Ala
t
Mesi
nL
as
Mesi
nG
ren
da
Pera
lata
nB
an
tu
AN
AL
ISA
HA
RG
AS
AT
UA
Nd
wo
yek
DER
MAG
APE
TJK
EMAS
SAM
UD
ERA
41
1?
Sepa
tu°ta
iPa
nutu
pTi
ang
Panc
ang
Ota
^16
Bu
ah
-^3
0;,
810.
00R
p_S
at
Vo
'um
e
M&
-
Kg
Kg
Kg
Han
Han
Han
Han
Hari
Han
25
0.0
00
0
22
0.0
00
0
25
00
00
05
00
0
2.0
00
0
30
00
0
i
05
70
0
10
00
0
1.0
00
0
Har
gaSa
tuar
iA
wal
(Ho)
Lo
ka
i
<Rp
.»
Impo
rt
(Rp'
,
21
9.6
0
21
9.6
0
73
20
0
73
,20
0.0
0
36
,60
0.0
0
T3
20
00
24
4,0
00
.00
24
,40
0.0
0
2.5
00
00
1.2
44
.40
1,24
4.40
41
48
.00
Ju
mla
hL
am
a
(RP
)(G
)=C
x(E
+F
)
36
6,0
00
.00
322,
080.
001
22
,00
0.0
0
36
,60
0.0
07
3,2
00
.00
21
,96
0.0
0
13
9,0
80
.00
24
,40
0.0
0
2,5
00
.00
Fa
kto
r
Esk
ala
si
Lo
ka
i
(H) 0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
TO
TA
LH
AR
GA
SA
TU
AN
DIB
UL
AT
KA
N
Har
gaSa
tuan
Bar
u(H
n)L
oka
i
(Rp.
)(D
=E
+(H
xE)
Impo
rt
(Rp
)(J
)=F
+(0
.26x
F)
23
0.5
8
23
0.5
8
76
8.6
0
76
,86
0.0
03
8,4
30
.00
7,6
86
.00
25
6,2
00
.00
25
,62
0.0
02
,62
50
0
1,5
67
.94
1,5
67
.94
5,2
26
48
jum
lah
Ba
ru
(RP
)(K
fCx(
H-J
)
44
9,6
31
.00
39
5,6
75
.28
14
9,8
77
.00
.38
.43
0.0
0
76
,86
0.0
02
3,0
58
.00
14
6,0
34
.00
25
,62
0.0
02
,62
5.0
0
1.3
07
,81
0.2
8
1.3
07
,81
0.0
0
AN
AL
iSA
HA
RG
ASA
TU
AN
PRO
YfK
06RM
AG
APE
TIKE
MAS
SAM
UD
ERA
No
.It
em
Jen
isP
eker
jaan
Satu
an
Har
ga
Sat
uan
No
.
41
4.1
.4Pe
man
cang
an(P
emuk
ulan
)H
ang
Pann
aiQ
Rp
49,4
66.0
0U
raia
n!
SatT
'~"
Volum
e1~
_Ha
rga
Satu
anAw
al;H
o)j
Ir"
"i_o
kalX"
impo
rt:
(Pp
•-(R
p)
M.
M.
LiS
L
Mate
rial
Bah
an
Bak
ar
Lain
-la
in
Up
ahS
up
erv
iso
rO
per
ato
rA
lat
Pan
can
gC
rew
Tu
gb
oat
Pek
erja
Pan
can
gS
urv
eyo
rA
ssS
urv
eyo
r
Ala
t
Pilli
ngB
arg
eT
ugB
oat
Th
eo
do
lite
Wate
rpass
Ltr
Ls
Han
Han
Hari
Hari
Har
i
Han
Han
Hari
Han
Har
i
TO
TA
LH
AR
GA
SA
TU
AN
DIB
UL
AT
KA
N
__
j&l-
~4
-.
0.1
42
4
I.O
OO
Ci
0.0
03
2j
0.003
2j
0.00
32!
0.01
56i
o.oos
-:|
0.0
12
"
!
0.0032
0.0032
0.0063
00
03
?
itL
48
8.0
0
79
.V
73
.20
0.0
0
50
OO
O.O
C
30
,50
0.0
0S
,15
0.0
0
42
,70
0.0
01
8.3
00
.00
3.5
55
,00
00
0
20
7.0
00
OC
8,2
95
,00
0.0
04
83
,00
0.0
0
73
20
.00
61
00
.00
L.
Jum
la*
Lam
a
(Rp
:(G
)=C
x(E
+F)
Fak
tor
Esk
alas
-.
Lo
kai
69
.49
79
.11
23
4.2
4
i60
.00
97
.60
14
4.5
7
26
9.0
1
23
2.4
1
37
,92
0.0
0
22
08
.00
46
.12
19
.52
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
0.0
5
Har
gaS
atua
nB
aru
(Hn)
Lo
kai
(Rp
)
Imp
ort
(RP-
){D
=E+(
HxE)
(J)=F
+(0.2
69xF
)
51
2.4
0
83
.07
76
,86
0.0
0
52
,50
0.0
03
2,0
25
.00
9,6
07
.50
44
,83
5.0
019
,215
.00
3,7
32
,75
0.0
02
17
,35
0.0
0
10
,45
1.7
00
.00
60
8,5
80
009
,22
3.2
0
7,6
86
00
\P
f"'i
vcU
wpr
odol
rs'i
ver
\<S\r
-A«>
^t?
kt*
Mkni
Mn
nn*^
*frW
l*V
?^tu
y^
t^^
kY
^¥^
Jum
lah
Bar
u
(Rp
;(K
)-C
x(K
j)
72
97
83
07
24
59
5
16
80
0
10
24
8
151.
80j
282
46!
244.
03j
45
.39
0.2
4
2,6
42
98
58
11
24
.60
49
,46
6.6
7<
49,46
6.00
j