contoh metoda pelaksanaan (method statement)

35
i METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI GEDUNG KANTOR KELURAHAN KEBON LEGA KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kementerian ESDM pada tahun anggaran 2014 mengadakan pelelangan umum dengan sistim Pasca Kualifikasi untuk pekerjaan pengadaan Barang/Jasa . Salah satunya pekerjaaan PEKERJAAN PEMBANGUNAN GUDANG KAMPUS LAPANGAN CISOLOK TAHUN ANGGARAN 2014. Proses pelelangan ini melalui Pengguna Anggaran dan sesuai dengan ketentuan dalam data lelang untuk pengadaan ini diproses oleh panitia pengadaan Barang dan Jasa I.2 Lokasi dan Kondisi lapangan yang ada ( Existing Condition ) Lokasi Pekerjaan terletak di Kabupaten Sukabumi., Lokasi pekerjaan merupakan area Pariwisata dan Perkantoran yang sedang Berjalan dan penuh dengan aktivitas. Dari hasil peninjauan lapangan yang dilakukan pada saat penjelasan lapangan dan dari survey data pendukung di lokasi pekerjaan , maka dalam penyusunan harga penawaran harus dan telah meperhitungkan masalah-masalah non teknis tersebut. I.3 Jangka Waktu pelaksanaan Untuk menyelesaikan seluruh bagian pekerjaan ini, sesuai dengan data lelang dan adendumnya adalah ditentukan selama 120 Hari Kalender, terhitung sejak diterimannya Surat Perintah Kerja ( SPMK ). 1

Upload: nirwan-amir

Post on 08-Sep-2015

1.666 views

Category:

Documents


208 download

DESCRIPTION

Contoh

TRANSCRIPT

  • i

    METODA PELAKSANAAN

    PEKERJAAN REHABILITASI GEDUNG KANTOR

    KELURAHAN KEBON LEGA

    KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG

    TAHUN ANGGARAN 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Kementerian ESDM pada tahun anggaran 2014 mengadakan pelelangan umum dengan

    sistim Pasca Kualifikasi untuk pekerjaan pengadaan Barang/Jasa .

    Salah satunya pekerjaaan PEKERJAAN PEMBANGUNAN GUDANG KAMPUS LAPANGAN

    CISOLOK TAHUN ANGGARAN 2014. Proses pelelangan ini melalui Pengguna Anggaran

    dan sesuai dengan ketentuan dalam data lelang untuk pengadaan ini diproses oleh

    panitia pengadaan Barang dan Jasa

    I.2 Lokasi dan Kondisi lapangan yang ada ( Existing Condition )

    Lokasi Pekerjaan terletak di Kabupaten Sukabumi., Lokasi pekerjaan

    merupakan area Pariwisata dan Perkantoran yang sedang Berjalan dan penuh dengan

    aktivitas. Dari hasil peninjauan lapangan yang dilakukan pada saat penjelasan lapangan

    dan dari survey data pendukung di lokasi pekerjaan , maka dalam penyusunan harga

    penawaran harus dan telah meperhitungkan masalah-masalah non teknis tersebut.

    I.3 Jangka Waktu pelaksanaan

    Untuk menyelesaikan seluruh bagian pekerjaan ini, sesuai dengan data lelang

    dan adendumnya adalah ditentukan selama 120 Hari Kalender, terhitung sejak

    diterimannya Surat Perintah Kerja ( SPMK ).

    1

  • ii

    BAB II

    INTERPRETASI PELAKSANAAN

    Teknologi dalam industri konstruksi pada dasarnya berkaitan erat dengan

    terpadunya ketrampilan manusia dan kapasitas peralatan serta permesinan.

    Perkembangan dari waktu ke waktu cenderung menunjukan perubahan mengikuti

    garis orientasi permesinan, seiring dengan inovasi dan penemuan baru di bidang itu.

    Keberhasilannya memang mengagumkan, akan tetapi sekaligus mengungkapkan fakta

    bahwa tradisi mengandalkan kemangkusan tenaga manusia pada industri sepertinya

    semakin ditinggalkan. Kenyataan bahwa upah tenaga telah lari jauh meninggalkan

    produktifitas berdampak meningkatnya pembiayaan melampui ambang kemampuan

    konsumen (owner) untuk membayarnya.

    Metode Pelaksanaan pada hakekatnya merupakan penjabaran tata cara dan

    teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam

    sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan merupakan kunci untuk

    mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk fisik. Pada dasarnya metode

    konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara

    persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis ekonomis yang ada di

    lapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi dan

    keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep

    metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Dalam bentuk bagan

    diberikan pada gambar 2.1 Konsep Metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan

    penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan

    sarana dan prasarana yang bersifat sementara sekalipun.

    Gambar 2.1 Interaksi antar elemen dalam metode pelaksanaan

    2

    KONTRAK

    Gambar Rencana dan Spesifikasi

    Daftar Volume Pekerjaan (BQ)

    Jadwal Waktu Induk

    Keadaan Teknis dan Ekonomis

    Lapangan

    METODE PELAKSANAAN

    Sumber Daya Kontraktor

    Dokumen Kontrak

    Kemampuan Kontraktor

  • iii

    Keterkaitan Biaya, Waktu, dan Kualitas

    Pada kondisi optimal, faktor-faktor biaya, waktu dan kualitas, membentuk tata

    hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh amat kuat dengan kepekaan

    tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja akan langsung

    berdampak pada faktor lainnya, dan pada umumnya merupakan hal yang sulit bahkan

    mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya. Hubungan ketergantungan yang amat

    peka antar tiga faktor tersebut juga merupakan perbedaan mencolok bila dibandingkan

    dengan proses produksi pada industri manufaktur. Pada industri pabrik, walaupun

    pada waktu peninjauan kelayakan di awal proyek telah dilakukan perhitungan

    mengenai biaya produksinya, akan tetapi harga jual produk masih tetap saja dapat

    ditetapkan pada akhir proses dengan peluang cukup luas untuk memperhitungkan

    kondisi dan hukum pasar pada saat itu. Jikalau tidak dapat meraih margin pasar

    secukupnya, produsen masih berkesempatan cukup longgar untuk menyesuaikan

    operasinya baik dalam hal proses produksi maupun penetapan harga jual dikaitkan

    dengan strategi pemasaran. Disamping itu, titik impas biaya produksi pada industri

    pabrik biasanya ditetapkan dalam kondisi yang tidak harus terlalu ketat tergantung

    pada waktu. Apabila dalam proses produksi mengalami kegagalan untuk mencapai

    kualitas tertentu, sebelum diputuskan untuk mengapkir hasil produksi pada umumnya

    masih tersedia jalan keluar untuk menyelamatkan industri. Jalan keluar dapat berupa

    upaya mendaur ulang material atau melepaskan hasil produksi apa adanya ke pasar

    dengan mengelompokkannya menjadi kualitas lebih rendah. Sudah tentu dengan tetap

    memperhitungkan situasi dan permintan pasarnya. Upaya-upaya penyelamatan dengan

    cara demikian tidaklah tergantung secara ketat pada faktor-faktor biaya dan waktu.

    Bukankah merupakan merupakan hal yang lazim dan sering dijumpai beredarnya

    berbagai kelas mutu dari suatu hasil industri di pasar meskipun dari satu merek yang

    sama? Produk jadi material keramik misalnya, di pasar dapat ditemui berbagai kelas

    kualitas, sejak kelas 1 sampai 3.

    Sedangkan pada industri konstruksi, sebagaimana layaknya pelayanan jasa,

    ketentuan mengenai biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di

    dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila

    muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses produksi, tidaklah mudah

    untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah merupakan bentuk kesepakatan

    tersebut. Apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil

    pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang disengaja maupun

    tidak, resiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki bagian dari

    bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar kemudian

    dikonstruksi ulang ditempat yang sama sesuai seperti apa yang dikehendaki di dalam

    perencanaan. Upaya untuk menukar dengan bangunan di tempat lain yang nilainya

    setara atau bahkan lebih mahal sekalipun tidak dapat diterima. Sedang dilain pihak,

  • iv

    upaya untuk memperbaiki penyimpangan bagaimanapun tak akan dapat tak akan

    dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan konstruksi.

    Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas

    dan waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko sanksi denda, yang

    pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya. Dengan

    demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam proses

    konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar

    lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.

    Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan

    pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus

    ditanamkan Pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi

    pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak terlepas dari pengaruh situasi

    okonomi umum yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material, peralatan dan

    upah tenaga kerja karena inflasi, kanaikan biaya sebagai akibat dari pengembangan

    bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan waktu pelaksanaan kegiatan

    karena sesuatu keterlambatan. Disamping itu, masih ada pengaruh yang datang dari

    masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal di lokasi

    proyek, atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan

    masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih

    banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan

    pengadaan peralatan dan material, keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-

    perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal konstruksi,

    masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai

    keamanan perencanaan dan metode konstruksi, dampak lingkungan, kebijakan di

    bidang ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang

    mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh

    kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan

    teknis. Seperti misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi,

    pengelolaan segi finansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material dan

    peralatan, pengerahan tenaga terampil, dan kelemahan di bidang pemeriksaan dan

    pengawasan selama konstruksi berlangsung. Selanjutnya masih terdapat masalah-

    masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh secara sekaligus terhadap

    ketiga-tiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai, pembiayaan tak terduga yang

    mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-program pelatihan bagi pekerja.

    Ringkasan uraian hal-hal tersebut di atas diberikan dalam bentuk bagan pada gambar

    di bawah.

  • v

    produktivitas jadwal konstruksi ekonomi biaya

    Ketergantungan Biaya, waktu dan Kualitas

    II.1. PERENCANAAN LAPANGAN ( SITE PLANNING )

    Proyek ini merupakan proyek dengan tingkat kompleksitas yang tinggi

    pekerjaan ini dilaksanakan, dengan waktu kerja yang cukup singkat (120 hari). Dengan

    keadaan seperti ini sangatlah diperlukan pemahaman lapangan serta tehnik

    pelaksanaan yang tepat.

    Didalam rencana renovasi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan serta

    dievaluasi sedini mungkin untuk mendapatkan suatu rencana yang matang dalam

    pekerjaan renovasi gedung sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal, antara lain:

    Pemahaman kondisi lapangan sangat berguna untuk merencanakan lapangan

    kerja (Site Planning) untuk mengatur penempatan peralatan dan sarana penunjang

    lainnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misal : Direksi

    keet, gudang, los kerja dan lain-lain. Dalam menempatkan barang dan material

    kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di halaman terbuka akan diatur

    sedemikian rupa sehingga :

    Tidak mengganggu Ketertiban umum.

    Memudahkan pemeriksaaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan

    pengawas,

    Tidak menimbulkan polusi suara dan polusi udara yang menggangu kenyamanan

    masyarakat sekitar.

    Keamanan terjamin

    Memudahkan pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan,

    Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

    Inflasi

    Penundaan waktu

    Modal Kerja

    Bunga bank

    Jadwal waktu

    Perubahan pekerjaan

    peraturan pemerintah

    Pengadaan bahan & alat

    Tenaga terampil

    kualitas bahan dan alat

    pemeriksaan dan

    pengawasan perencanaan

    dan spesifikasi teknis

    PEMBIAYAAN

    KUALITAS

    WAKTU

    KONSTRUKSI

    Lokasi proyek tinggi rekayasa nilai pelatihan

    pekerja

  • vi

    PEMAHAMAN DAN ORIENTASI LOKASI PROYEK

    Sebagai dasar evaluasi dalam penyajian penawaran harga, maka CV. RIZKY

    PUTERA , dalam hal ini diwakili oleh team teknik, dipandang perlu untuk memahami

    situasi dan kondisi :

    1. Akses menuju lokasi proyek.

    2. Radius Lokasi proyek terhadap Sumber Material (Material alam atau Material

    fabrikan/jadi)

    3. Lokasi Proyek yang akan dibangun dan lingkungan sekitar proyek. kultur

    masyarakat disekitar lokasi pekerjaan dan hal-hal yang dipandang perlu dan

    akan menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan proyek.

    Permasalahan :

    Lokasi Proyek terletak di dalam area tempat belajar dan mengajar serta berada di

    lokasi pariwisata yang akan berdampak terhadap beberapa kepentingan pada saat

    Pelaksanaan pekerjaan , Mobilisasi dan demobilisasi alat dan Bahan terhadap akses ke

    lokasi yang melalui pemukiman warga dan tempat pariwisata yg cukup padat dan

    ramai.

    Penanganan :

    Penanganan permasalahan diatas , akan menerapkan upaya-upaya penangan secara

    pendekatan dan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini Konsultan Pengawas

    dan Konsultan Perencana serta pihak Owner. Perlunya penyesuaian jadwal

    pelaksaanan pekerjaan dengan jadwal aktivitas setempat, bila diperlukan pekerjaan

    akan dilaksanakan di malam hari (over time). Selain daripada itu perlunya penjadwalan

    material/bahan yang ketat guna mengantisipasi terganggunya Orang-orang pada waktu

    jam Kerja agar saat mobilisasi bahan tidak menggangu aktifitas lingkungan setempat.

    II.2. MANAJEMEN PROYEK

    Setelah memahami kondisi lapangan, maka langkah selanjutnya sebelum

    terjun ke kondisi lapangan sebenarnya perlu dibentuk susunan organisasi guna

    mencapai tujuan proyek secara keseluruhan, yaitu : Mutu, Waktu, Biaya dan

    keselamatan kerja.

    Pengelola pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga-tenaga

    terampil CV. RIZKY PUTERA yang sudah berpengalaman dalam penanganan proyek-

    proyek sejenis, sehingga keberhasilan pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar

    terjamin, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-

    tenaga kerja yang akan diikut sertakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini merupakan

    tenaga-tenaga yang telah dibina kemampuan dan produktifitasnya dalam pelaksanaan

    proyek-proyek yang sebelumnya telah ditangani oleh CV. RIZKY PUTERA.

  • vii

    1. Struktur Organisasi

    Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin seorang

    Project Manager dibantu oleh tenaga Staf ahli / Site Manager / Pelaksana

    Lapangan beserta pembantu-pembantunya, yang secara garis besar dapat dilihat

    pada gambar 2.1.

    2. Koordinasi

    Project Manager memimpin semua kegiatan proyek, baik dibidang administrasi,

    teknik dan lain-lain .

    Untuk masalah teknik engineering dan Quality Control, Project Manager

    dibantu oleh Site Manager, Site Engineer dan Pelaksana lapangan.

    Urusan keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh Bagian

    Administrasi proyek beserta stafnya.

    Urusan logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan.

    Secara organisasi perusahaan, Site Manager bertanggung jawab langsung

    kepada Project Manajer yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan

    proyek dan Project Manager bertanggung jawab langsung kepada Direksi CV.

    RIZKY PUTERA. Dengan sistem organisasi seperti tersebut , maka pelaksanaan

    proyek akan berjalan dengan lancar, dan menyelesaikan pekerjaan akan dapat

    tercapai dalam waktu yang ditentukan dan dengan mutu yang diharapkan. Hal

    tersebut benar-benar menjadi perhatian dan semboyan kami, sebab apabila

    terjadi keterlambatan didalam menyelesaikan proyek ini, akan mengakibatkan

    kerugian moril maupun material, bagi CV. RIZKY PUTERA sebagai pelaksana /

    kontraktor.

    Gambar 2.1 struktur Organisasi Proyek

    Project Manajer

    Pengendali Mutu

    Pelaksana M & E

    Administrasi & Logistik

    Pelaksana Struktur/ Arsitek

    Site Engineer

    Site Manajer

  • viii

    II.3. METODE PENCAPAIAN SASARAN

    Dalam tujuan untuk mencapai sasaran yang dikehendaki terdapat hal-hal yang

    perlu dikendalikan, antara lain pengendalian mutu dan pengendalian material. Dimana

    kedua hal tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain untuk

    mencapai hasil yang optimum.

    Pengendalian Mutu

    Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk memenuhi

    persyaratan dan segenap kebutuhan pemberi tugas. Seperti diketahui kebutuhan

    tersebut dinyatakan dalam bentuk kriteria perencanaan yang akan memandu

    keseluruhan proses rekayasa, perencanaan, dan penyusunan spesifikasi teknis.

    Pengendalian mutu bersifat mendasar dan harus diterapkan pada seluruh tahapan

    proyek, baik pada perencanaan maupun konstruksi fisiknya. Agar upaya pengendalian

    mutu secara menyeluruh dapat terlaksana baik maka seluruh tahap perencanaan dan

    pengambilan keputusan, langkah demi langkah, dihubungkan dengan titik-titik kontrol

    di mana perencanaan yang sedang dikembangkan ditinjau secara formal. Hal penting

    dilakukan pembahasan pada setiap akhir suatu tahapan atau selang diantaranya.

    Kesempatan pembahasan selain merupakan titik-titik kontrol atau saat untuk menguji

    fakta yang terungkap, juga sekaligus digunakan untuk melaksanakan fungsi koordinasi

    serta pengendalian mutu melalui pemantauan dan pengawasan. Sebagaimana azas

    pengendalian secara umum, prosesnya menyangkut kegiatan-kegiatan :

    (1) Menetapkan standar untuk menilai kemajuan konstruksi, biasanya melalui

    perencanaan dan spesifikasi teknis

    (2) Upaya pengukuran penyimpangan terhadap standar sedini mungkin

    (3) Tindak lanjut perbaikan atau meminimalkan dampak yang merugikan

    (4) Merevisi perencanaan dalam rangka menyempurnakan standar.

    Metodologi yang dipakai sejak upaya mendokumentasikan peraturan-peraturan

    yang berlaku, penetapan spesifikasi teknis perencanaan yang yang profesional, sampai

    prosedur pengambilan sampel untuk keperluan berbagai pengujian seperti uji kuat

    beton, jenis tanah, mutu pengelasan, kuat baut, dan menyangkut berbagai macam

    dimensi konstruksi lainnya. Sudah selayaknya

    apabila upaya pengendalian mutu mendapatkan cukup perhatian karena

    keterkaitannya erat dengan segi-segi pembiayaan, perencanaan, pengadaan, dan

    rekayasa nilai. Semakin tinggi tuntutan mutu, tentu memerlukan pembiayaan kegiatan

    yang meningkat pula.

  • ix

    Sedangkan pada tahap pelaksanaan konstruksi fisik upaya penerapan pengendalian

    mutu diwujudkan melalui metode pelaksanaan konstruksi, penyeliaan, pengawasan,

    dan inspeksi pekerjaan. Pada prinsipnya maksud pengendalian mutu adalah:

    (1) Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan

    dokumen kontrak

    (2) Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan metode

    konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa perencanaannya telah

    memenuhi syarat peraturan bangunan.

    Unsur utama sebagai pengendali mutu selama tahap konstruksi fisik adalah

    pengawas lapangan, yang mana bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor

    memberi hasil akhir sesuai dengan spesifikasi teknis kontrak. Sebagai contoh,

    pengawas akan memeriksa apakah material dasar yang dipakai untuk membuat beton

    telah memenuhi standar, bahwa material dicampur dengan perbandingan

    perbandingan unsure yang benar, dan bahwa telah dilakukan pengujian terhadap

    sample adukan beton, dan sebagainya. Kadang-kadang juga diperlukan bagi perencana

    dan para ahli yang terlibat untuk melakukan inspeksi dan pemeriksaan pekerjaan

    langsung di lapangan. Sehingga seringkali bermanfaat untuk menyusun program

    pengendalian berupa bagan matriks tanggung jawag yang menunjukan kapan, di mana,

    dan oleh siapa pemeriksaan di perlukan.

    Untuk menjelaskan keterpaduan antara biaya konstruksi dengan biaya

    pengendalian mutu (kesesuaian mutu), seorang penulis bernama Elwood G. Patrick

    menggambarkan secara grafis hubungan tersebut sepeerti terlihat pada gambar di

    bawah.

    Analisis Ekonomi Pengendalian Mutu

    Biaya konstruksi dimaksudkan untuk pembiayaan tenaga kerja terampil, peralatan,

    material, metode dan pengawasan. Sedangkan biaya pengendalian mutu adalah

    Biaya Maksimum

    Mutu Optiimum

    Peningkatan Kesesuain Mutu

    Penin

    gkata

    n B

    iaya

  • x

    pembiayaan untuk memonitor dan memeriksa mutu, termasuk untuk membetulkan,

    mengganti, atau memperbaiki kerusakan yang terjadi. Peningkatan kesesuaian mutu

    adalah upaya agar mutu meningkat sehingga sesuai benar dengan standar ketentuan

    menurut spesifikasi teknis. Sudah tentu untuk tuntutan mutu yang semakin tinggi jelas

    akan memerlukan upaya yang lebih berat. Dengan demikian untuk mengupayakan

    peningkatan mutu pekerjaan langsung dari sumber daya dan metode konstruksi, perlu

    ditopang dengan anggaran keuangan lebih banyak. Atau dengan lain kalimat, biaya

    langsung konstruksi akan menjadi semakin meningkat. Sementara itu, untuk

    memproses pekerjaan atau barang dengan standar rencana mutu yang semakin

    menurun atau berkurang. Maka dengan berpijak pada dua keadaan pembiayaan dengan

    pola yang berbeda tersebut, tentunya harus diupayakan prinsip optimalisasi untuk

    menetapkan standar mutu terbaik yang dapat dicapai dalam setiap perencanaan

    tertentu. Mutu optimum dicapai apabila jumlah biaya merupakan nilai yang minimum.

    Pengendalian Material

    Pengadaan menurut arti luas mencakup pembelian peralatan, perlengkapan,

    material, tenaga kerja, dan segala macam bentuk jasa, yang diperlukan untuk proses

    konstruksi. Termasuk juga kegiatan-kegiatan penunjang yang terkait dengannya

    seperti pengiriman dan transportasi, pemaketan, penanganan selama diangkut,

    perawatan, pergudangan, asuransi dan jaminan, kelengkapan dokumen, penagihan, dan

    pembayarannya. Seluruh proses pengadaan beserta kegiatan yang terkait tersebut

    selalu muncul dalam setiap tahapan proses konstruksi. Kegiatan pengadaan material

    dapat berkisar sejak dari tata cara pemenuhuan kebutuhan seketika dengan cara

    sederhana, sampai berbentuk program kompleks yang mungkin melibatkan proses

    pembuatan dan pengiriman yang tidak lagi bisa dikatakan mudah. Proses pengadaan

    yang digolongkan kompleks banyak memakan waktu, biaya serta pemikiran, yang tidak

    jarang sangat membingungkan bahkan berpotensi mengancam keterlambatan proyek

    secara keseluruhan. Dengan demikian proses pengadaan dapat melibatkan sesuatu

    yang jauh lebih kompleks ketimbang hanya sekedar memperoleh barang yang

    termurah bagi kepentingan proyek.

    Program pengadaan memerlukan pengetahuan mutakhir mengenai jenis

    material dan peralatan yang memenuhi standar spesifikasi tetapi masih bisa diperoleh

    dengan biaya modal dan operasi yang terendah. Apabila tidak ditangani dengan baik,

    proses pengadaan material dan peralatan selalu berpotensi mengundang permasalahan

    yang tidak dikehendaki. Selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan

    periodik atas material-material yang diperlukan, berupa material dasar atau barang

    jadi baik yang asalnya lokal maupun import. Cara penanganan sangat bervariasi

    tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam

    organisasi sampai berbentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas,

  • xi

    kontraktor dan subkontraktor. Sehingga penawaran barang atau material untuk suatu

    proyek dapat datang dari subkontraktor., pemasok atau agen, importir, produsen atau

    industri, yang

    kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah

    ditetapkan. Dalam proses pengadaan material, peralatan dan perbekalan yang dapat

    dikelompokkan sebagai barang-barang sederhana, kegiatan pemesanan atau pembelian

    biasanya didasarkan pada surat perintah kerja (SPK) berbentuk kontrak pendek. Cara

    tersebut biasanya dipakai pula untuk pengadaan jasa tenaga kerja seperti jasa mandor

    atau keahlian khusus untuk pengukuran, penyelidikan tanah, pengujian beton, dan

    sebagainya. Sedangkan untuk pengadaan barang-barang yang tidak sederhana harus

    ditempuh dengan menggunakan perjanjian kontrak yang lebih lengkap, dapat berupa

    kontrak pembelian, pemasokan, ataupun sewa untuk peralatan. Sebagaimana lazimnya

    prosedur penyusunan kontrak, dalam rangka pengendaliannya sudah tentu harus

    melalui pengajuan daftar permintaan, proses prakualifikasi, penawaran, dan

    sebagainya. Untuk menempuh prosedurkontrak lengkap, penting untuk diperhatikan

    adalah kelengkapan dan kelancaran arus informasi sehingga kesemuanya dapat

    berlangsung serba jelas, terinci, detail, dan bersifat transparan. Terutama jika harus

    mengait kewajiban-kewajiban penting seperti asuransi, garansi atau bentuk jaminan

    lainnya, syarat mutu tinggi, jadwal waktu ketat, pelayanan purna jual, dan sebagainya.

    Meskipun ditempuh melalui cara kontrak, karena fluktuasi harga atau biaya material

    bergerak sangat dinamis dari masa ke masa, biasanya selalu melalui tahapan negosiasi

    dan pembandingan harga sebelum diwujudkan perjanjian kontraknya. Walaupun

    metodenya berbeda-beda untuk masing-masing proyek, tetapi yang jelas diperlukan

    penataan mekanisme dan prosedur pengadaan material secara mangkus untuk setiap

    proyek, terutama berkaitan dengan dengan system pengendalian yang berlaku.

    Proses pengadaan material merupakan komponen dari system penjadwalan

    dan pengendalian yang tersusun mewujudkan hubungan yang saling tergantung erat

    dan berpengaruh satu sama lainnya. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembelian

    dan pengadaan material akan berdampak langsung berupa kekacauan operasi

    konstruksi terutama dalam hal pengerahan sumber daya lainnya. Berpijak pada

    kenyataan keadaan yang sangat tergantung tersebut, akan lebih baik apabila

    penjadwalan kegiatan pengadaan dijadikan satu dengan operasi konstruksi. Pada

    penjadwalan cara jaringan kerja dengan lintasan kritis misalnya, dicantumkan pula

    kegiatan-kegiatan pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses

    pengadaan material tertentu harus sudah dimulai, dan kapan saat paling lambat

    sesuatu material harus sudah tersedia dilapangan, dan seterusnya. Dengan cara

    demikian akan terlihat jelas betapa sangat berpengaruhnya kegiatan pengadaan

    terhadap operasi konstruksi keseluruhan, bahkan mungkin termasuk sebagai kegiatan

  • xii

    yang terletak pada lintasan kritis misalnya, dicantumkan pula kegiatan-kegiatan

    pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses pengadaan

    sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses pengadaan material tertentu

    harus sudah dimulai, dan kapan saat paling lambat sesuatu material harus sudah

    tersedia dilapangan, dan sebagainya. Dengan cara demikan akan terlihat jelas betapa

    sangat berpengaruhnya kegiatan pengadaan terhadap operasi konstruksi keseluruhan,

    bahkan mungkin termasuk sebagai kegiatan yang terletak pada lintasann kritis.

    Sehingga apabila dipandang perlu, untuk proses pengadaan material yang kompleks,

    bisa jadi harus dibuatkan jaringan kerja tersendiri yang merupakan sub-jadwal dari

    operasi keseluruhan.

    Pada proyek-proyek konstruksi bangunan infrastruktur atau industri yang tidak terlalu

    rumit, kira-kira 60% dari pembiayaan proyek dibelanjakan untuk keperluan pengadaan

    material. Mengingat porsi biaya pengadaan material cukup besar, maka sudah

    selayaknyalah jika diberikan cukup perhatian dalam upaya pengendaliannya. Landasan

    pengendalian biaya pengadaan material berbeda dengan yang diterapkan pada

    pengendalian biaya tenaga kerja dan peralatan. Untuk pengadaan tenaga kerja dan

    peralatan, pengendalian biaya lebih didasarkan pada kriteria yang berkaitan dengan

    pencapaian tingkat produktivitas kinerjanya. Sedangkan untuk pengadaan material

    lebih didasarkan pada pengendalian dan pemantauan terhadap komitmen-komitmen

    yang telah dibuat atau ditetapkan. Sehingga sebagai umpan balik adalah informasi-

    informasi yang berkaitan dengan : permintaan kebutuhan, penawaran, kuotasi harga,

    pesanan pembelian, subkontrak pengadaan, dokumen pengiriman, dokumen

    penerimaan, dokumen pengujian, faktur-faktur dan sebagainya. Sebagai missal,

    sewaktu menerbitkan surat perintah (pesanan) pembelian merupakan saat-saat

    ditegakkannya komitmen mengenai volume material, harga, maupun biayanya. Justru

    pada saat komitmen-komitmen tersebut ditegakkan, program pengendalian harus

    diterapkan dan segera dapat berfungsi. Jika program pengendalian didasarkan pada

    penyerapan dana dari pembelanjaan aktual, sudah tentu akan selalu dalam posisi

    terlambat dan sukar untuk mengantisipasi penyimpangan yang muncul. Seringkali

    masih dijumpai bahwa pengendalian biaya dilakukan melalui pemeriksaan rekening-

    rekening atau kuitansi pembelian atau pembelanjan. Bagaimanapun, jika pemeriksaan

    didasarkan pada kuitansinya berarti barang atau material yang dimaksud sudah

    terlanjur dibeli. Pembelanjaan sudah tidak bias dicegah lagi, sedangkan tataran

    komitmen yang dihadapi sudah meningkat menjadi komitmen pembayaran. Manfaat

    pengendalian biasanya lebih ditujukan hanya untuk menilai reputasi para pelakunya

    ketimbang dimaksudkan untuk mengendalikan sistemnya.

    Dengan demikian penjadwalan pengadaan material harus dikendalikan melalui:

    (1) pengendalian permintaan kebutuhan

  • xiii

    (2) jadwal penerbitan pesanan pembelian atau lazim disebut order pembelian

    (3) laporan status periodik tentang proses produksi dan pengiriman material

    (4) laporan gudang mengenai pengeluaran dan penerimaan material di lapangan

    (5) laporan dan rekaman mengenai komitmen biaya dan pembelanjaan.

    Keseluruhan program pengendalian tersebut dapat dilaksanakan dengan

    mudah berupa kurva, bagan, tabel, atau laporan tulisan, untuk dipakai sebagai bahan

    bandingan antara rencana dan hasil pencapaian aktualnya. Kemudian suatu prinsip

    penting lainnya adalah bahwasanya program pengendalian tersebut harus

    dipertahankan agar selalu terpadu dengan system akuntansi yang berdasar pada

    kegiatan konstruksi. Sehingga program harus terpadu dengan elemen pekerjaan,

    system penomeran gambar, kode-kode bangunan, kode tagihan biaya, dan harus dapat

    dengan mudah dihubungkan dengan setiap kebutuhan lapangan aktual. Harap dicatat,

    sebenarnya sebagian besar dari harga material sudah ditentukan oleh perencana,

    kecuali jika terjadi penyimpangan khusus untuk material tertentu. Sehingga upaya

    pengendalian biaya sebetulnya sudah dipermudah karenanya. Hanya saja mungkin

    masih perlu dilengkapi dengan penetapan prosedur dan mekanisme pelaksanaan

    pengadaan dihubungkan dengan program pengendalian.

    Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, CV.

    RIZKY PUTERA telah membuat sistem penunjang dalam pelaksanaan berupa

    perangkat lunak (software) sebagai sarana pengedali dan perangkat keras (hardware)

    yang berupa peralatan-peralatan sebagai sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.

    1. Sistem Pengendalian Proyek

    Sarana pengendalian merupakan satu yang sangat diperlukan untuk menjamin

    keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai,

    segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pengendalian dipersiapan dan

    dituangkan dalam bentuk daftardaftar isian (formulir-formulir) pengendalian,

    yang mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan yang berupa barchart.

    2. Pemilihan Alat

    Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitas

    alat serta sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran

    pelaksanaan pekerjaan yakni tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

    3. Bahan/ Peralatan

    Kebutuhan bahan proyek ini akan disupply sesuai dengan kebutuhan dilapangan

    mengingat area yang tersedia sangat terbatas. Sebelum melakukan pemesanan

    barang/ material, maka contoh ataupun brosur, harus mendapat persetujuan

    dari pihak pengawas terlebih dahulu. Untuk brosur, akan kami lampirkan

    sebagai dasar perhitungan penawaran kami.

  • xiv

    4. Tenaga kerja

    Tenaga yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas ;

    Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek

    Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, dan pembantu

    pembantunya.

    Pekerja (labour)

    Tenaga inti yang digunakan merupakan tenaga pilihan yang sering menangani

    proyek-proyek dengan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.

    5. Pengamanan ( Security )

    Untuk pengawasan dan pengamanan proyek ini, CV. RIZKY PUTERAakan

    menyediakan tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas

    dalam hal :

    Pengawasan terhadap pekerja

    Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah

    pencurian

    Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek, dengan

    melarang para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan

    menyediakan tabung pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik di

    tempat pekerjaan maupun di kantor lapangan.

    Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan/ancaman dari

    pihak luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya keributan internal.

    Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan akibat

    pembangunan.

    6. Pengendalian Mutu ( Quality Control )

    Untuk menjamin agar diperoleh hasil yang baik sesuai dengan mutu yang

    disyaratkan, perlu dilakukan pengendalian mutu (Quality control) dengan cara

    melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang

    digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanan

    sendiri.

    Kelangsungan suatu proyek tergantung metode pelaksanaan, oleh sebab itu

    setiap pelaksanaan proyek haruslah direncanakan oleh seorang yang betul-betul

    menguasai teknik

  • xv

    Siklus pengendalian mutu dan waktu

    pengorganisasian (manajemen) proyek dan mampu menerapkan hasil

    pemikirannya di lapangan serta didukung oleh sumber daya yang kompeten dalam

    mengaplikasikan metode pelaksanaan dengan kenyataan di lapangan.

    II.4 TANGGAPAN TERHADAP RKS DAN DISAIN PERENCANAAN

    Secara umum RKS yang telah disusun oleh Perencana, berisikan hal-hal normatif yang

    lazim dipersyaratkan oleh Pemilik Pekerjaan (Bowheer) kepada para calon

    pelaksananya.

    Masalah Teknis lainnya cukup jelas, tertuang dalam Risalah Aanwizjing.

    Desain Perencanaan cukup jelas Mengingat terbatasnya anggaran biaya yang di alokasikan oleh Pemilik Proyek.

    II. 5 PEMAHAMAN SPESIFIKASI BAHAN

    Pemahaman Bahan dan Spesifikasi pekerjaan dapat dibagi menjadi 4 item

    pekerjaan, yang semuanya memerlukan sistem koordinasi dan pengerjaan yang

    simultan guna mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang efisien, antara

    lain :

    II.5.3. Pekerjaan Arsitektur

    II.5.4 Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal

    Perencanaan dan Pengorganisasi

    proyek Pelaksanaan

    Proyek

    Tindakan Koreksi

    Pemeriksaan

    Kegiatan untuk menghindari

    Penyimpangan

    Pengendalian :

    Pengukuran Evaluasi

    Pembandingan kinerja

    teradap rencana

    Analisis Penyimpangan

    Pencapaian Jadwal Kerja

  • xvi

    BAB III

    TEKNIS PELAKSANAAN

    URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

    PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM

    Pekerjaan ini dilaksanakan guna menunjang pelaksanaan pekerjaan

    selanjutnya, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    a) Pembuatan sarana penunjang proyek

    b) Sosialisasi Pekerjaan Terhadap Lingkungan Setempat

    Ad.a Pembuatan Sarana Penunjang Proyek

    Sarana Penunjang Proyek yang diperlukan adalah :

    1. Direksi keet

    2. Gudang bahan ( semen dan bahan lainnya )

    3. Air kerja

    4. Penerangan proyek

    Seluruh pekerjaan di atas akan diselesaikan dalam kurun waktu 7 hari sehingga pada

    saat pekerjaan pematangan lahan (Ad a) diselesaikan maka pekerjaan sarana

    penunjang proyek inipun telah selesai dikerjakan .

    1. Direksi Keet

    Direksi keet merupakan sarana pokok dalam suatu paket pekerjaan konstruksi,

    karena direksi keet merupakan prasarana koordinasi antara Owner, Pengawas,

    Perencana, Kontraktor .

    Luas yang diperlukan untuk direksi keet ini adalah 18 m2, yakni diantaranya 6 m2

    untuk ruang rapat 6 m2 untuk ruang Pelaksana dan 6 m2 untuk ruang direksi

    pengawas.

    Direksi keet ini akan diselesaikan dalam waktu 7 hari yakni dalam kurun waktu

    dilaksanakannya persiapan lahan.

    2. Gudang Bahan

    Untuk menunjang kelancaran pekerjaan penyedian gudang bahan sangat diperlukan.

    3

  • xvii

    Gudang yang akan kami buat adalah untuk kebutuhan semen dan bahan bahan lainnya

    antara lain alat-alat/accessories plumbing dan electrical serta peralatan mesin-mesin

    misalnya peralatan pengukuran, bor listrik dan lain-lain. Adapun penempatan gudang

    ini akan didiskusi dengan Pihak owner dan Pihak Konsultan Pengawas dengan Ukuran

    luas 15 m2. Pembuatan bangunan

    ini kami kerjakan bersama-sama dengan pembuatan direksi keet dengan waktu

    pelaksanaan 7 hari.

    3. Air Kerja

    Untuk memenuhi kebutuhan air kerja kami rencanakan akan memakai air dari pemilik

    (owner) dan akan didistribusikan dengan pompa listrik 125 watt. Pelaksanaan

    pekerjaan inipun kami kerjakan bersamaan dalam kurun waktu 7 hari pertama.

    4. Penerangan Proyek

    Dalam mempersiapkan kelancaran pekerjaan yang ada kalanya diperlukan kerja

    lembur maka sangat diperlukan penerangan proyek yang cukup. Selain hal itu juga

    sangat diperlukan untuk menunjang keamanan proyek. Untuk memenuhi kebutuhan di

    atas tentunya diperlukan adanya listrik kerja, yang rencananya akan menggunakan

    listrik PLN yang akan disambungkan dan menggunakan genset.

  • xviii

    PEKERJAAN PERSIAPAN Pekerjaan Mobilisasi Ilustrasi Alat Untuk Mobilisasi : Kendaraan Jenis Truk dan Mobil Pick Up

    Ilustrasi Barak pekerja dan Work shoop

    Ilustrasi Material yang dibutuhkan

    Ilustrasi Material yang dibutuhkan

    Pekerjaan ini terdiri dari : 1. Penyiapan Prasarana Kerja

    2. Mobilisasi Bahan Material

    3. Mobilisasi Tenaga

    Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan , maka akan dilakuknanya pekerjaan persiapan untuk menunjang kelancaran seluruh bagian pelaksanaan Beberapa faktor menentukan dalam menunjang kelancaran pekerjaan diantaranya adalah : Penyiapan Prasarana untuk tenaga kerja dimanan direncanakan pengerahan tenaga kerja diperkirakan mencapai +/- 15 Orang perhari yang terdiri dari : Pekerja, Tukang Batu, Tukang Kayu, Tukang Besi, Tukang Cat , Kepala Tukang dan Mandor Pasilitas lainnya adalah pengadaan air bersih dan air kerja, Pengadaan penerangan Perlengkapan lainnya yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan adalah kelengkapan kebutuhan peralatan yang akan dipergunakan , diantara kelengkapan tersebut adalah : Peralatan Tukang meliputi : Mesin serut, Mesin Potong besi, Mesin potong kayu, Alat water pas, Sendok tembok. Cangkul, Skop, Ember, Drum penampung air kerja dan lain-lain ( sesuai kebutuhan yang diperlukan dan sesuai dengan jenis kebutuhannya ) Kelengkapan untuk persiapan P3K

  • xix

    4

    SEBELUM

    DIPASANG BATA

    DIRENDAMSELAMA

    2-8 MENIT

    PASANGBESI

    TULANGAN

    KOLOM PRAKTIS

    MARKING POSISI

    DINDING DAN

    PASANGSTEK

    KOLOM PRAKTIS

    2

    3

    1

    BUAT KEPALAAN

    SESUAI MARKING,

    PASANG MAL

    MULTIPLEX DAN

    UNTING-UNTING,

    PASANG BENANG

    HORIZONTAL

    PASANG BATA

    DENGAN

    KETEBALAN

    SPESI 1,2 2 CM

    BERSIHKAN

    BUANGAN

    SPESI

    5

    6

    PASANG BEKISTING

    DAN PENGECORAN

    KOLOM PRAKTIS

    PASANG

    BATA SAMPAI

    KETINGGIAN

    1 METER

    PEMASANGAN

    BATASAMPAI

    KETINGGIAN

    YANG

    DIRENCANAKAN

    9

    7

    PASANGAN BATA

    8

  • xx

    be n an g

    Selisih max. 2mm

    Meteran

    PASANG CAPLAKAN DGN

    MULTIPLEKS YG DILEKATKAN DGN

    SPESI BETON ARAH VERTIKAL DGN

    JARAK 3 M ARAH HORIZONTAL

    BUAT MARKING FINISHING ,

    PASANG UNTING-UNTING UNTUK

    CEK VERTIKAL DINDING

    3 4

    1 2

    PEKERJAAN PLESTERAN

    PASANG KEPALAAN PLESTERAN

    S/D KETINGGIAN 5 CM DIATAS

    MARKING PLAFON,

    DGN LEBAR 5CM

    BUAT PEDOMAN KETE BALAN

    PLESTERAN

    5 6

    MELAKSANAKAN PLESTERAN

    Roskam Kayu

    J i d a r

    A l u m u n i u m

    SEBELUM DIPASANG PLESTERAN

    DINDING HARUS DISIRAM LEBIH

    DAHULU

    UNTUK MERATAKAN PLESTERAN

    GUNAKAN JIDAR DARI DINDING

    BAGIAN BAWAH KE ATAS

    7 8

    PEKERJAAN PLESTERAN

    PERAPIHAN DGN ROSKAM KAYU

    DAN CEK KERATAAN

  • xxi

  • xxii

  • xxiii

    COR COAKAN KOLOM PRAKTIS DAN ISI

    BAGIAN KANAN-KIRI KUSEN DENGAN

    SIAPKAN BUKAAN PADA DINDING,

    SESUAIKAN UKURANNYA DGN KUSEN

    ( L BUKAAN = L KUSEN + 10 MM ;

    H BUKAAN = H KUSEN + 10 MM )

    SIAPKAN BUKAAN PADA DINDING,

    SESUAIKAN UKURANNYA DENGAN

    KUSEN

    C O A K A

    N

    K O L O M

    P R A K T I

    S

    H

    B U K A A N

    LEPAS GAPIT KUSEN, PASANG

    SKONENGAN UNTUK

    MENUTUPI COAKAN FISHER

    T RIPLEK 4 MM

    4 5

    1 2

    1

    F I S H E R

    DIRIKAN KUSEN PADA BUKAAN, CEK

    KELURUSAN DENGAN UNTING-

    UNTING/WATERPAS, IKATKAN ANGKUR KUSEN

    PADA BESI COAKAN KOLOM PRAKTIS

    4

    S K O N E N G

    A N

    P I N T U

    K A Y U

    DIRIKAN KUSEN

    YANG TELAH

    DIBERI WOOD

    FILLER PADA

    BUKAAN DAN CEK

    KELURUSANNYA.

    UNTUK KUSEN

    FINISH

    NATURAL/PLITUR, BUAT COAKAN UNTUK FISHER.

    H

    B U K A A N

    KOLOM PRAKTIS

    COAKAN

    K U S E N

    P I N T U K A Y U

    2

    PEMASANGAN KUSEN

    PINTU KAYU TEKNIK KERING

    PEMASANGAN KUSEN

    PINTU KAYU TEKNIK BASAH

    PASANG PENYANGGA SEMENTARA

    UNTUK KUSEN

    DIAMKAN SELAMA + 1 HARI AGAR ADUKAN KERING

    LEPAS PENYANGGA KUSEN DAN

    BERSIHKAN

    LOKASI PEKERJAAN

    PASANG ARCHITRAVE PADA

    CELAH ANTARA KUSEN DAN

    BUKAAN ( SISI DALAM DAN

    LUAR )

    TRIPLEK 4 MM

    AR C HIT R AVE

    ________ KOLOM PRAKTIS

    MASUKKAN

    TRIPLEK 4MM

    DALAM CELAH

    SEBAGAI

    T RIPLEK 4 MM

    F I S H E R

    F I S H E R

    S K O N E N G A N

    5

    3

    6

    3

  • xxiv

  • xxv

  • xxvi

  • xxvii

  • xxviii

  • xxix

  • xxx

  • xxxi

  • xxxii

  • xxxiii

    BAB IV PENUTUP

    Demikian metoda ini dibuat untuk kelengkapan surat penawearan dan semoga

    menjadikan bahan evaluasi yang bernilai tinggi dan menjadi kan metoda ini sebagai

    gambaran dalam melaksanakan pekerjaan,. semoga ( amin )

    4

  • xxxiv

    SPESIFIKASI TEKNIS

    PASIR URUG

    Urugan pasir yang digunakan untuk lapisan dibawah lantai keramik dan

    pekerjaan pedestarian.Pasir yang digunakan adalah pasir urug yang bersih dari segala

    macam kotoran dengan ketebalan sesuai dengan fungsinya Setelah disiram dengan air

    dan dipadatkan.

    BATU KALI

    Batu kali atau batu belah yang dipergunakan untuk pondasi harus batu belah dari

    jenis keras (hard), bersih dan padat, bersudut runcing dan tidak porous serta tidak

    boleh mempunyai tanda-tanda yang telah lapuk yang tampak dengan jelas.

    PASIR PASANG

    Pasir pasang yang digunakan harus mempunyai kadar lempung yang sedikit dan

    bersih dari segala macam kotoran baik organic maupun yang non organic.

    SEMEN

    Semen yang digunakan yaitu semen dengan tipe II untuk tanah yang tidak banyak

    mengandung asam dan apabila tanah tersebut banyak mengandung asam maka semen

    yang digunakan adalah semen khusus yang tahan terhadap asam. Semen yang

    digunakan adalah semen Tiga Roda/Gresik/Holcim.

    BETON STRUKTUR

    Mutu beton minimal K-225 dan mutu besi yang digunakan adalah 320 Mpa untuk

    tulangan, sedangkan untuk sengkang digunakan besi 240 Mpa.Untuk pekerjaan

    pengecoran, pembutan penyetelan bekisting pekerjaan harus benar-benar tepat sesuai

    gambar dengan toleransi ukuran lebih atau kurang 1 mm.

    PASANGAN BATA

    Batu bata yang dipergunakan untuk pasangan tembok dan pasangan lainnya

    adalah batu bata merah yang berkualitas baik, dengan ukuran yang memenuhi syarat

    dan harus dengan pembakaran yang sempurna dan merata. Batu bata harus bebas dari

    cacat,retak, tidak boleh mengandung kapur atau bahan-bahan lain yang dapat

    menurunkan kualitas, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam.

  • xxxv

    KUSEN

    Bahan Kusen, Daun Pintu dan Jendela adalah Alumunium 4. Semua mutu

    Alumunium yang dipakai harus dalam keadaan mulus, bersih dan lurus. Selama

    pelaksanaan, mutu Alumunium harus selalu dijaga, dengan cara menyimpan ditempat

    yang kering, terlindung dari hujan dan panas matahari terutama untuk kusen-kusen

    dan rangka pintu yang telah distel.

    PLAFOND

    Untuk rangka dan Tulangan plafond digunakan Besi Hollow berkualitas baik.

    Ukuran rangka di sesuaikan dengan gambar rencana dan di beri penggantung rangka

    secukupnya dan diberi penutup dengan Gypsum.

    Bandung, 07 Agustus 2014 CV. RIZKY PUTERA

    Reni Asriyanti

    Direktur