artha mas - metoda pelaksanaan

37
METODA PELAKSANAAN KETENTUAN UMUM KLASIFIKASI KEGIATAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan ketentuan umum adalah ketentuan pekerjaan secara umum dan menyeluruh untuk setiap tahapan kegiatan pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan, mulai dari klasifikasi kegiatan, aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan, jadwal pelaksanaan, dokumen rekaman kontrak dan standar rujukan. b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini mencakup kegiatan umum, kegiatan pengembalian kondisi, kegiatan pekerjaan utama, dan kegiatan pemeliharaan rutin. Aspek yang bersangkutan dengan prosedur variasi, pembayaran sertifikat bulanan, pembayaran sementara, dan penutupan kontrak diatur dalam syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus kontrak. 2) Kegiatan Umum Kami diharuskan untuk melakukan pemeriksaan lapangan yang cukup detail selama periode mobilisasi agar Direksi Pekerjaan dapat melaksanakan penyesuaian kondisi pekerjaan minor dan menyelesaikan detail pekerjaan sebelum operasi pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pekerjaan pemeriksaan lapangan dimulai, Kami akan mempelajari gambar asli (gambar rencana awal) untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan lama, lokasi setiap pelebaran perkerasan, struktur jembatan, dan struktur drainase. Kami dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam gambar rencana. Setelah revisi minor terhadap seluruh rancangan selesai, volume dalam daftar kuantitas dan harga dapat diubah oleh Direksi Pekerjaan, revisi minor ini harus berdasarkan data pemeriksaan lapangan yang dikumpulkan oleh Kami sebagai bagian dari cakupan pekerjaan dalam kontrak. 3) Kegiatan Pekerjaan Utama Pekerjaan utama diterapkan untuk pembangunan jalan dan jembatan baru atau penggantian jembatan lama. Pekerjaan ini digunakan untuk peningkatan dan/atau perbaikan, umumnya akan berupa pelapisan ulang (overlay) permukaan perkerasan, bila perlu dilapisi terlebih dahulu dengan lapis perkuatan (strengthening layer). a) Pelapisan Struktural (1) Pelapisan ulang dengan lapisan aspal yang terdiri dari perataan dan perkuatan dari AC-BC atau HRS-Base atau lapisan lainnya dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRS-WC atau lapisan jenis lainnya yang ditunjukkan dalam gambar rencana. (2) Pekerjaan penghamparan lapis pondasi agregat untuk rekonstruksi ruas jalan yang rusak berat dan diikuti dengan salah satu jenis pelapisan permukaan yang disebutkan di atas. b) Pelapisan Non Struktural (1) Pelapisan ulang dengan satu lapis lapisan beraspal, seperti Latasir, HRS-WC, AC- WC, Lasbutag, Latasbusir atau campuran dingin untuk meratakan permukaan dan menutup perkerasan lama yang stabil. (2) Pelapisan ulang dengan dua lapis lapisan beraspal, terdiri dari lapis perata AC-BC atau HRS-Base, dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRSWC atau lapisan jenis lainnya yang ditunjukkan dalam gambar rencana, untuk meratakan dan menutup perkerasan lama yang stabil. c) Pelaburan Non Struktural Pelaburan memakai Burtu atau Burda pada perkerasan jalan lama dengan lalu lintas rendah, dimana permukaan perkerasan tersebut cukup rata dan mempunyai punggung jalan (camber) yang memenuhi. d) Pengerikilan Kembali Jalan Tanpa Penutup Aspal

Upload: dani-rogek

Post on 27-May-2017

258 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

METODA PELAKSANAAN

KETENTUAN UMUM KLASIFIKASI KEGIATAN

1) Uraian a) Yang dimaksud dengan ketentuan umum adalah ketentuan pekerjaan secara umum dan

menyeluruh untuk setiap tahapan kegiatan pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan, mulai dari klasifikasi kegiatan, aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan, jadwal pelaksanaan, dokumen rekaman kontrak dan standar rujukan.

b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini mencakup kegiatan umum, kegiatan pengembalian kondisi, kegiatan pekerjaan utama, dan kegiatan pemeliharaan rutin. Aspek yang bersangkutan dengan prosedur variasi, pembayaran sertifikat bulanan, pembayaran sementara, dan penutupan kontrak diatur dalam syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus kontrak.

2) Kegiatan Umum Kami diharuskan untuk melakukan pemeriksaan lapangan yang cukup detail selama periode mobilisasi agar Direksi Pekerjaan dapat melaksanakan penyesuaian kondisi pekerjaan minor dan menyelesaikan detail pekerjaan sebelum operasi pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pekerjaan pemeriksaan lapangan dimulai, Kami akan mempelajari gambar asli (gambar rencana awal) untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan lama, lokasi setiap pelebaran perkerasan, struktur jembatan, dan struktur drainase. Kami dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam gambar rencana. Setelah revisi minor terhadap seluruh rancangan selesai, volume dalam daftar kuantitas dan harga dapat diubah oleh Direksi Pekerjaan, revisi minor ini harus berdasarkan data pemeriksaan lapangan yang dikumpulkan oleh Kami sebagai bagian dari cakupan pekerjaan dalam kontrak.

3) Kegiatan Pekerjaan Utama Pekerjaan utama diterapkan untuk pembangunan jalan dan jembatan baru atau penggantian jembatan lama. Pekerjaan ini digunakan untuk peningkatan dan/atau perbaikan, umumnya akan berupa pelapisan ulang (overlay) permukaan perkerasan, bila perlu dilapisi terlebih dahulu dengan lapis perkuatan (strengthening layer). a) Pelapisan Struktural

(1) Pelapisan ulang dengan lapisan aspal yang terdiri dari perataan dan perkuatan dari AC-BC atau HRS-Base atau lapisan lainnya dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRS-WC atau lapisan jenis lainnya yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

(2) Pekerjaan penghamparan lapis pondasi agregat untuk rekonstruksi ruas jalan yang rusak berat dan diikuti dengan salah satu jenis pelapisan permukaan yang disebutkan di atas.

b) Pelapisan Non Struktural (1) Pelapisan ulang dengan satu lapis lapisan beraspal, seperti Latasir, HRS-WC, AC-

WC, Lasbutag, Latasbusir atau campuran dingin untuk meratakan permukaan dan menutup perkerasan lama yang stabil.

(2) Pelapisan ulang dengan dua lapis lapisan beraspal, terdiri dari lapis perata AC-BC atau HRS-Base, dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRSWC atau lapisan jenis lainnya yang ditunjukkan dalam gambar rencana, untuk meratakan dan menutup perkerasan lama yang stabil.

c) Pelaburan Non Struktural Pelaburan memakai Burtu atau Burda pada perkerasan jalan lama dengan lalu lintas rendah, dimana permukaan perkerasan tersebut cukup rata dan mempunyai punggung jalan (camber) yang memenuhi.

d) Pengerikilan Kembali Jalan Tanpa Penutup Aspal

Page 2: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Pengerikilan kembali untuk mengganti kerikil yang hilang oleh lalu lintas dan meningkatkan kekuatan struktur perkerasan kerikil yang ada pada ruas jalan yang lemah.

e) Penambahan dan/atau Rekonstruksi Bahu Jalan Sepanjang Jalan Beraspal (1) Bahu jalan beraspal yang terdiri dari lapis pondasi agregat kelas A yang dilapisi

dengan Burtu. (2) Bahu jalan tanpa penutup aspal terdiri dari lapis pondasi agregat kelas B.

f) Penambahan dan/atau Rekonstruksi Pekerjaan Penunjang (1) Selokan tanah. (2) Selokan dan drainase yang dilapisi. (3) Gorong-gorong pipa dari beton. (4) Gorong-gorong persegi dari beton. (5) Pekerjaan tanah untuk perbaikan kelongsoran. (6) Peninggian elevasi permukaan jalan (grade raising), jika benar-benar diperlukan dan

dana dalam kontrak masih mencukupi. (7) Pekerjaan struktur lainnya, seperti jembatan kecil. (8) Pekerjaan perlindungan talud, seperti pasangan batu kosong dengan atau tanpa

adukan, dan bronjong. (9) Re-alinyemen horizontal minor, jika benar-benar diperlukan untuk alasan keamanan

dan dana dalam kontrak masih mencukupi. g) Pekerjaan Pembangunan Jembatan Baru atau Penggantian Jembatan Lama

(1) Pekerjaan pondasi, antara lain sumuran, dan pondasi tiang. (2) Pekerjaan bangunan bawah, antara lain kepala jembatan (abutment), dan pilar

jembatan. (3) Pekerjaan bangunan atas, antara lain gelagar beton bertulang, beton pratekan, dan

baja. h) Pekerjaan Pembangunan Fasilitas Perlengkapan Jalan

(1) Pekerjaan pemasangan rambu-rambu lalu lintas. (2) Pekerjaan median, separator, dan trotoar.

i) Pekerjaan Pembangunan Jalan Baru

BEBERAPA ASPEK YANG BERKAITAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN 1) Aspek Keselamatan Kerja Kami pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memperhatikan ketentuan perundangan

dan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan bertanggung jawab atas keselamatan kerja di lapangan. Program ini harus dilaksanakan dan disampaikan kepada Direksi Pekerjaan.

2) Aspek Lingkungan Kami pekerjaan jalan dan/atau jembatan sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan,

harus membuat program pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), jika tidak ada maka Kami akan menyiapkan manual/prosedur pengelolaan dampak lingkungan. Program ini harus dilaksanakan dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3) Aspek Administrasi Kami pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memiliki prosedur dan tata cara

administrasi yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat pengumuman, surat undangan, dan surat-surat lainnya untuk menunjang seluruh kegiatan pekerjaan.

Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, pengawasan, serah terima, dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap penting.

4) Aspek Ekonomis Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan harus secara efektif dapat memenuhi

kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama sesuai dengan jadwal pekerjaan, terutama jika peralatan tersebut diadakan dengan cara sewa. Pengadaan bahan/material harus sesuai spesifikasi serta dalam penyimpanannya harus memperhatikan mutu agar tetap terjaga, dan diupayakan efektif sesuai dengan pekerjaan yang dijadwalkan.

5) Aspek Kelancaran dan Keselamatan Lalu Lintas

Page 3: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Kami pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus menjamin kelancaran dan keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan. Untuk mewujudkan hal ini, Kami akan memastikan dan berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan manual pengelolaan lalu lintas selama pekerjaan.

6) Aspek Sosial dan Budaya Kami pekerjaan jalan dan/atau jembatan berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan

budaya masyarakat, dengan mengacu pada hasil dokumen RKL dan UKL.

JADWAL PELAKSANAAN 1) Umum Untuk pelaksanaan dan pemantauan pekerjaan, Kami akan mempersiapkan jadwal

pelaksanaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan pekerjaan setelah kegiatan mobilisasi selesai.

2) Detail Jadwal pelaksanaan a) Kami akan membuat jadwal kemajuan keuangan dalam bentuk diagram balok

horizontal, dilengkapi dengan kurva “S” yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan dengan karakteristik sebagai berikut: (1) Setiap jenis mata pembayaran atau kegiatan dari kelompok mata pembayaran

yang berkaitan, harus digambarkan dalam diagram balok yang terpisah, dan harus sesuai dengan urutan dari masing-masing kegiatan pekerjaan.

(2) Skala waktu dalam arah horizontal harus dinyatakan berdasarkan satuan bulan atau sesuai dengan kebutuhan proyek yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(3) Setiap diagram balok horizontal harus mempunyai baris kosong untuk mencatat kemajuan aktual dari setiap pekerjaan dibandingkan dengan kemajuan rencana.

(4) Skala dan format dari jadwal kemajuan keuangan harus mempunyai ruang untuk pencatatan, revisi, dan pemutakhiran. Ukuran lembar kertas minimum adalah A3.

b) Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Kami akan menyediakan analisa jaringan (network analysis) yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal dimulainya suatu kegiatan, sehingga dapat diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical path schedule) untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang kritis dalam seluruh jadwal pelaksanaan.

c) Kami akan menyediakan jadwal untuk Unit Pencampur Aspal (UPA) dan peralatan pendukung secara terpisah, disertai dengan suatu perhitungan yang menunjukkan bahwa hasil produksi UPA dapat tercapai sesuai rencana kebutuhan.

d) Kami akan membuat jadwal yang terpisah untuk lokasi semua sumber bahan, rencana tanggal penyerahan contoh-contoh bahan, rencana produksi bahan, dan jadwal pengiriman.

e) Kami akan menyediakan jadwal pelaksanaan setiap jembatan dengan skala balok horizontal untuk setiap jenis pekerjaan dan pelengkapnya untuk pencatatan kemajuan pekerjaan (progress) aktual terhadap program untuk setiap mata pembayaran.

3) Revisi Jadwal Pelaksanaan. a) Apabila kemajuan keuangan aktual berbeda lebih dari 20% dari kemajuan keuangan

rencana setelah diterbitkannya variasi atau adenda, maka semua jadwal pelaksanaan harus direvisi.

b) Pada saat menyerahkan revisi jadwal pelaksanaan, Kami akan melengkapi laporan ringkas yang memberikan alasan-alasan timbulnya revisi, yang meliputi: (1) Uraian revisi, termasuk perubahan seluruh jadwal, perubahan dalam kuantitas

atau perubahan jangka waktu kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi jadwal.

(2) Pembahasan lokasi-lokasi yang bermasalah, termasuk faktor-faktor penghambat yang sedang berlangsung maupun yang harus diperkirakan serta dampaknya.

4) Rapat Pembuktian Keterlambatan (Show Couse Meeting/SCM) a) Pertemuan ini diadakan dalam hal terjadinya keterlambatan progres fisik oleh Kami

berdasarkan jadwal kontrak (Contract Schedule).

Page 4: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

b) Dalam hal terjadinya keterlambatan progres fisik oleh Kami, maka prosedur ini harus diikuti dalam mengambil keputusan: (1) Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 5% sampai 10%, maka rapat

pembuktian keterlambatan dilaksanakan antara Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (Supervision Engineer/SE) dan Kami.

(2) Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 10% sampai 15%, maka rapat pembuktian keterlambatan dilaksanakan antara Pejabat Eselon II pada Pemerintah Pusat atau Daerah yang memiliki kewenangan pembinaan jalan, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis, dan Kami.

(3) Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik 0% sampai 70%) lebih besar dari 15% dan pada periode II (rencana fisik 70% sampai 100%) lebih besar dari 10%, mengacu pada syarat-syarat umum kontrak Pasal 33 (Kontrak Kritis).

c) Semua kegiatan rapat pembuktian keterlambatan harus dibuat dalam berita acara rapat pembuktian keterlambatan yang ditandatangani oleh Pemimpin dari masing-masing pihak sebagai catatan untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya.

DOKUMEN REKAMAN KEGIATAN

1) Prinsip Dasar a) Selama pelaksanaan, Kami akan menjaga rekaman yang akurat dari semua perubahan

yang terjadi dalam dokumen kontrak dalam 1 (satu) set dokumen rekaman proyek, dan harus memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam dokumen rekaman akhir sebelum penyelesaian pekerjaan.

b) Pada tahap pengajuan dokumen rekaman proyek perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: (1) Kami akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 1 (satu) set dokumen rekaman

proyek pada setiap bulan tanggal 25 untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Dokumen rekaman proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini, menjadi prasyarat untuk pengesahan sertifikat bulanan.

(2) Kami akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan rekaman akhir proyek pada saat permohonan berita acara penyelesaian akhir untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat pengantar yang berisi: (a) Tanggal. (b) Nomor dan nama proyek. (c) Nama dan alamat Kami. (d) Judul dan nomor tiap dokumen rekaman. (e) Berita acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang diserahkan telah

lengkap dan benar. (f) Tanda tangan Kami, atau wakilnya yang syah.

2) Dokumen Kerja a) Segera setelah penetapan pemenang, Kami dapat memperoleh 1 (satu) set lengkap

semua dokumen yang berhubungan dengan kontrak tanpa biaya dari Direksi Pekerjaan. dokumen kerja akan mencakup: (1) Syarat-syarat kontrak. (2) Spesifikasi. (3) Gambar rencana. (4) Adenda (bila ada). (5) Modifikasi lainnya terhadap kontrak. (6) Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).

b) Penyimpanan Dokumen Kerja Dokumen kerja harus disimpan dan diarsipkan di kantor lapangan, dan Kami akan

menjaga dokumen kerja dari kehilangan atau kerusakan sampai pemindahan data akhir ke dalam dokumentasi akhir proyek setelah selesai dilaksanakan. Dokumen rekaman tidak boleh digunakan untuk maksud-maksud pelaksanaan pekerjaan, dan harus selalu tersedia setiap saat untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.

3) Bahan Rekaman Proyek

Page 5: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Segera setelah semua bahan, aspal, agregat, bahan bahu jalan, semen, beton, besi (baja), campuran aspal panas, dan sebagainya disetujui, maka semua contoh yang telah disetujui harus disimpan dengan baik di lapangan.

4) Pemeliharaan Dokumen Pelaksanaan Proyek a) Penanggungjawab Kami akan melimpahkan tanggung jawab pemeliharaan dokumen rekaman kepada

salah seorang staf yang ditunjuk dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelumnya. b) Pemberian Tanda Segera setelah diterimanya dokumen kerja, Kami akan memberi tanda pada setiap

dokumen dengan judul “Dokumen Rekaman Proyek-Dokumen Kerja”, dengan huruf cetak setinggi 5 cm.

c) Pemeliharaan Pada saat penyelesaian kontrak, kemungkinan sejumlah dokumen kerja harus

dikeluarkan untuk mencatat masukan-masukan baru, dan untuk pemeriksaan, maka Kami akan melindungi dokumen kerja tersebut untuk disetujui Direksi Pekerjaan.

d) Tata Cara Membuat Catatan dalam Gambar Rencana Catatan pada gambar rencana harus dilakukan dengan menggunakan pensil berwarna

yang dapat dihapus (tidak boleh memakai tinta), perubahan harus diuraikan dengan jelas dengan pencatatan, dan kalau perlu dengan garis grafis. Catat tanggal semua masukan, berilah tanda perhatian pada setiap catatan dengan tanda “awan” pada tempat atau tempat-tempat yang mengalami perubahan. Apabila terjadi perubahan yang tumpang tindih (over laping), maka disarankan menggunakan warna yang berbeda untuk setiap perubahan. Dokumen rekaman harus selalu diperbaharui, jangan sampai terdapat bagian dalam setiap pekerjaan yang telah dikerjakan tidak tercatat.

Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detail pelaksanaan, misalnya: (1) Kedalaman berbagai elemen pondasi sehubungan dengan data yang ditunjukkan. (2) Posisi horizontal maupun vertikal untuk utilitas bawah permukaan harus ditandai

pada bagian permukaan pekerjaan yang permanen. (3) Lokasi utilitas yang tertanam dalam pekerjaan harus diberi tanda sehingga mudah

terlihat dengan tanda-tanda khusus pada struktur. (4) Perubahan dimensi dan detail pelaksanaan di lapangan. (5) Perubahan yang terjadi dengan adanya variasi. (6) Gambar detail yang tidak terdapat dalam gambar asli.

e) Waktu Pencatatan Semua catatan harus dibuat dalam jangka waktu 24 jam terhitung sejak diterimanya

informasi. f) Keakuratan Gunakan semua sarana yang diperlukan, termasuk perlengkapan khusus yang dipakai

untuk pengukuran, untuk menentukan lokasi bagian-bagian yang terpasang, dan untuk memperoleh data masukan yang akurat.

Kami akan melakukan koordinasi atas semua perubahan yang terjadi dalam dokumen rekaman, membuat catatan yang sesuai pada setiap halaman spesifikasi, pada lembaran gambar rencana, dan pada dokumen lainnya. Pencatatan yang demikian diperlukan untuk menunjukkan perubahan yang sebenarnya terjadi. Keakuratan rekaman harus sedemikian rupa sehingga setiap pencarian bagian-bagian pekerjaan yang ditunjukkan dalam dokumen kontrak di kemudian hari dapat dengan mudah diperoleh dari dokumen rekaman yang telah disetujui.

5) Dokumen Rekaman Akhir a) Umum Tujuan pembuatan dokumen rekaman akhir adalah menyiapkan informasi nyata

menyangkut semua aspek pekerjaan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, untuk memungkinkan modifikasi rancangan dikemudian hari, dapat dilaksanakan tanpa pengukuran ulang, tanpa investigasi, dan tanpa pemeriksaan ulang.

b) Pemindahan Data ke dalam Gambar Rencana Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam dokumen kerja dari gambar rencana,

harus dipindahkan dengan teliti ke dalam gambar rekaman akhir menurut masing-masing gambar aslinya, dan penjelasan yang lengkap dari semua perubahan selama pelaksanaan pekerjaan, dan lokasi aktual dari semua jenis pekerjaan harus ditunjukkan dengan jelas. Berilah tanda perhatian pada setiap catatan dengan tanda “awan” yang mengelilingi tempat atau tempat-tempat yang mengalami perubahan. Buatlah semua

Page 6: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

catatan perubahan pada dokumen yang asli dengan rapih, konsisten, dan ditulis dengan tinta atau pensil keras hitam.

c) Pemindahan Data ke Dokumen Lain Apabila dokumen selain gambar rencana telah dijaga bersih selama pelaksanaan

pekerjaan, dan bila setiap data masukan telah dicatat dengan rapih agar dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka dokumen kerja dari dokumen tersebut (selain gambar) akan diterima Direksi Pekerjaan sebagai dokumen rekaman akhir untuk dokumen tersebut. Apabila dokumen tersebut belum dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kami akan menyiapkan salinan baru dari dokumen yang diperoleh dari Direksi Pekerjaan. Pemindahan perubahan data ke dalam salinan baru ini harus dilakukan dengan hati-hati agar dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d) Peninjauan dan Persetujuan Kami akan menyerahkan 1 (satu) set lengkap dokumen rekaman akhir kepada Direksi

Pekerjaan pada saat mengajukan permohonan berita acara serah terima sementara. Apabila diminta oleh Direksi Pekerjaaan, maka Kami akan mengikuti rapat atau rapat-

rapat peninjauan (review), melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan dan segera menyerahkan kembali dokumen rekaman akhir kepada Direksi Pekerjaan untuk dapat diterima.

e) Perubahan Setelah Dokumen Diterima Kami tidak bertanggung jawab untuk mencatat perubahan pekerjaan setelah serah

terima sementara pekerjaan, kecuali perubahan yang diakibatkan oleh penggantian, perbaikan, dan perubahan yang dilakukan Kami sebagai bagian dari kewajibannya.

PEKERJAAN PERSIAPAN

UMUM 1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan persiapan adalah pekerjaan yang mecakup pemeriksaan lapangan, mobilisasi dan demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas, fasilitas pengujian, dan pelayanan pengujian serta logistik.

b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pemeriksaan lapangan, mobilisasi dan demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas, fasilitas pengujian, dan pelayanan pengujian serta logistik.

PEMERIKSAAN LAPANGAN

1) Prinsip Dasar a) Kami akan menyediakan personil ahli teknik untuk memperlancar pelaksanaan

pekerjaan sehingga diperoleh mutu, dan dimensi sesuai yang disyaratkan dalam ketentuan.

b) Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan dalam pelaksanaan suatu survei lapangan yang lengkap, dan menyiapkan laporan hasil survei lapangan untuk menentukan kondisi fisik, struktur perkerasan lama, struktur jembatan, perlindungan lereng, fasilitas perlengkapan jalan, dan fasilitas drainase yang bersangkutan. Dengan demikian akan memungkinkan Direksi Pekerjaan melaksanakan revisi minor, dan menyelesaikan serta menerbitkan detail pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil tersebut harus disertakan dalam pematokan (staking out), survei seluruh proyek, investigasi dan pengujian bahan tanah, investigasi dan pengujian campuran aspal, dan rekayasa serta penggambaran untuk menyimpan dokumen rekaman proyek. Direksi Teknis dan Direksi Pekerjaan harus disertakan pada saat survei.

c) Survei harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi Teknis, yang harus menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam format yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Survei Lapangan untuk Peninjauan Kembali Rancangan Selama 30 (tiga puluh) hari pertama sejak periode mobilisasi, Kami akan mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan, membuat laporan tentang kondisi

Page 7: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

fisik dan struktur dari perkerasan, selokan samping, gorong-gorong, jembatan dan struktur lainnya, serta perlengkapan jalan lainnya seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar pengaman, dan landscape awal. Pekerjaan survei lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam lingkup kontrak, tetapi tidak terbatas pada: a) Pengkajian Terhadap Persiapan dan Gambar

(1) Kami akan mempelajari gambar asli yang terdapat dalam dokumen kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis sebelum pekerjaan survei dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan kecil pada alinyemen, ruas dan detail yang mungkin terjadi selama pelaksanaan.

(2) Kami akan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau kekurangan dalam gambar rencana atau perbedaan antara gambar rencana dan spesifikasi. Kami akan menandai dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan pada gambar rencana dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

(3) Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi gambar rencana. Setiap perbedaan dari gambar rencana yang berhubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi, akan ditentukan dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

(4) Kami dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan terhadap gambar rencana dalam kontrak ini.

b) Survei Kondisi Perkerasan dan Geometrik Jalan (1) Kami akan melakukan survei inventarisasi geometrik jalan dan survei kondisi jalan

atas persetujuan Direksi Pekerjaan. (2) Survei kekuatan perkerasan untuk perkerasan beraspal dilakukan dengan pengujian

lendutan dengan alat Benkelman Beam atau alat lain yang disetujui oleh Direksi Teknis.

(3) Survei kekuatan perkerasan tanpa penutup aspal atau perkerasan beraspal yang sudah rusak dengan pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) atau metode lain yang disetujui oleh Direksi Teknis.

(4) Survei kekasaran permukaan perkerasan diwajibkan menggunakan alat pengukur kekasaran secara otomatis (NAASRA Roughmeter), atau peralatan sejenis lainnya.

(5) Apabila diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Kami akan melakukan pengujian pada jalan dengan “proof rooling” (pembebanan dengan kendaraan berjalan untuk mengetahui lendutan secara visual).

c) Survei Sistem Drainase Eksisting (1) Kami akan melakukan survei ketinggian (elevasi), survei memanjang pada kedua

sisi jalan, menyiapkan gambar potongan memanjang yang akurat, menggambarkan profil permukaan tanah asli dan profil lantai dasar (invert profile) selokan, dan detail penampang melintang dari semua selokan yang ada. Gambar penampang memanjang harus diambil sepanjang lantai dasar dari semua selokan dan saluran air. Tentukan hulu dan hilir lantai dasar, dan dimensi dalam dari semua saluran gorong-gorong atau sungai dalam batas pekerjaan dalam kontrak ini. Jarak antara pada pembacaan ketinggian sepanjang profil penampang memanjang maksimum 25 m.

(2) Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah disiapkan harus dalam bentuk standar yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan dan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dengan jumlah 1 (satu) asli dan 3 (tiga) salinan sebagai bagian dari laporan survei Kami.

d) Survei Pekerjaan Perlindungan Talud Untuk daerah berbukit atau bergunung, Kami akan melakukan survei detail terhadap talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil dan membutuhkan pekerjaan perlindungan talud.

e) Survei Jembatan Lama (1) Jenis, dimensi, dan lokasi jembatan di sepanjang lingkup kontrak. (2) Detail kondisi struktur setiap jembatan dan setiap elemen dalam struktur yang

sangat membutuhkan pekerjaan pengembalian kondisi. f) Survei Fasilitas Perlengkapan Jalan Lama

(1) Lokasi dan fungsi detail dari semua marka jalan lama, paku jalan (road studs), dan mata kucing (reflectorised studs).

(2) Lokasi dan detail semua patok kilometer, patok pengarah, kereb, trotoar, median.

Page 8: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(3) Lokasi, jenis, dan dimensi detail dari semua rel pengaman. 3) Pekerjaan Pelaksanaan Survei

a) Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan revisi minor dan menerbitkan gambar kerja, Kami akan yakin bahwa juru ukur telah dilengkapi dengan semua gambar kerja yang berisi informasi paling mutakhir tentang lebar perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang standar. Semua pengukuran survei lapangan harus dicatat dalam buku catatan standar untuk survei lapangan. Lembar halaman yang terlepas tidak boleh digunakan.

b) Pemeriksaan Stasiun (Sta) pada setiap patok kilometer lama dengan menyiapkan sebuah denah yang menunjukkan secara pasti posisi setiap patok kilometer yang berhubungan dengan Sta proyek. Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser selama periode kontrak, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.

c) Pada lokasi pekerjaan yang akan diadakan perbaikan tepi perkerasan atau pelebaran, penampang melintang asli dari jalan lama harus diukur dan dicatat untuk perhitungan kuantitas.

d) Untuk pengukuran semua lapis perata, dan jika diperlukan penyesuaian punggung jalan, harus diadakan pengukuran profil memanjang sepanjang sumbu jalan bersama dengan profil penampang melintang.

4) Penetapan Titik Pengukuran a) Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway surface),

dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan perubahan kecil pada alinyemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detailnya akan diserahkan kepada Kami untuk menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.

b) Jika dipandang perlu menurut Direksi Teknis maka Kami akan melakukan survei secara akurat dengan memasang “Bench Mark” (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk revisi minor terhadap gambar rencana, pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. BM permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak mudah bergeser.

c) Kami akan memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu, dan selokan samping sesuai dengan penampang melintang standar yang diberikan dalam gambar rencana dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut Direksi Pekerjaan diperlukan perubahan pada setiap garis dan ketinggian, baik sebelum maupun sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang terinci kepada Kami untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Kami akan mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.

d) Apabila diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Kami akan melakukan pengukuran penampang melintang pada permukaan tanah asli dalam interval 25 m, atau jika diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

e) Profil yang diterbitkan harus digambar dengan skala, ukuran dan tata letak (layout)sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjukkan elevasi permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detail rancangan.

f) Gambar profil asli bersama dengan 3 (tiga) salinannya harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan menandatangani 1 (satu) salinan untuk disetujui atau untuk direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada Kami.

g) Apabila Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Kami akan menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin diperlukan untuk memeriksa penetapan titik pengukuran atau untuk setiap pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.

5) Tenaga Ahli a) Kami akan menyediakan tenaga ahli dalam bidang Jalan dan Jembatan yang

berpengalaman, untuk mengarahkan dan mengatur kegiatan pekerjaan perbaikan perkerasan, pelaksanaan lapis ulang, pelaksanaan bahu jalan, saluran samping, jembatan dan sebagainya.

Page 9: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

b) Kami akan menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi yang bertanggung jawab atas produksi aspal beton, termasuk pengadaan bahan, pembuatan rumus perbandingan campuran, penyetelan bukaan penampung dingin (cold bin) dan panas (hot bin) dan semua kebutuhan lainnya untuk menjamin agar persyaratan campuran aspal panas dapat dipenuhi.

c) Kami akan menyediakan tenaga ahli dalam bidang lingkungan yang bertanggung jawab atas pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi di lokasi pekerjaan.

6) Pengendalian Mutu Bahan Personil bidang tanah/aspal yang disediakan Kami akan melakukan investigasi sumber bahan, membuat rancangan campuran percobaan untuk campuran aspal panas, dan secara rutin melakukan pengujian laboratorium untuk pengendalian mutu bahan aspal, pondasi, dan bahu jalan. Catatan harian dan arsip hasil pengujian harus disimpan dan setiap saat dapat ditunjukkan kepada Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis jika ada pemeriksaan. Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Kami dibawah pengawasan Direksi Teknis seperti diuraikan dalam Pasal 1.2.6 dari spesifikasi ini.

MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1) Prinsip Dasar Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan pada bagian-bagian lain dari dokumen kontrak, dan secara umum Kami akan memenuhi ketentuan berikut: a) Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material, dan peralatan sesuai dengan

kebutuhan yang diatur dalam dokumen kontrak. b) Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat tinggal,

bengkel, gudang, dan sebagainya. 2) Mobilisasi Personil

Kami akan memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a) Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dengan

persetujuan Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus mengacu pada daftar personel inti (key personnel) yang dilampirkan dalam berkas penawaran.

b) Mobilisasi Kepala Kami (General Superintendant) yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau pemeliharaan rutin jalan/jembatan).

c) Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai dengan yang diperlukan, maka prioritas harus diberikan kepada pekerja setempat.

3) Mobilisasi Fasilitas Kantor dan Peralatan Kami akan memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a) Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan

perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.

b) Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam kontrak.

c) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.

d) Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.

e) Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat. f) Kami melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan/peralatan dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air. 4) Mobilisasi Material

Kami akan memobilisasi material sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a) Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek dan sudah

mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait.

b) Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik. c) Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.

Page 10: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

d) Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu diambil contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.

5) Periode Mobilisasi Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan sesuai jadwal pekerjaan, dan sudah harus dimulai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

6) Program Mobilisasi Pelaksanaan mobilisasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Kami melaksanakan

Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis dan Kami untuk membahas semua hal baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini.

b) Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Kami menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.

c) Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang mencakup informasi tambahan sebagai berikut: (1) Lokasi basecamp Kami dengan denah lokasi umum dan denah rinci di lapangan yang

menunjukkan lokasi kantor Kami, bengkel, gudang, mesin pemecah batu, UPA, dan laboratorium jika fasilitas tersebut termasuk dalam kontrak.

(2) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang tercantum dalam daftar peralatan yang diusulkan dalam penawaran, serta usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangannya di lapangan.

(3) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam penawaran harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

(4) Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman dilewati alat-alat berat, berisi usulan metode pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.

(5) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.

7) Demobilisasi Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Kami pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah atau masyarakat dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

KANTOR LAPANGAN DAN FASILITASNYA

1) Prinsip Dasar Kami akan menyediakan kantor lapangan dan fasilitasnya dengan memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: a) Kami akan mentaati semua peraturan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan denah

lapangan, penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

c) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.

d) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.

e) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.

f) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat menggunakan yang baru, atau yang bekas, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya sesuai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

g) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan minimum dilengkapi dengan jalan masuk berkerikil serta tempat parkir.

h) Kami akan menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang, dan bengkel.

Page 11: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

2) Kantor Kami dan Fasilitasnya Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan jalan, Kami akan menyediakan kantor dan fasilitas penunjang yang menenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Kami akan menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan memenuhi

kebutuhan proyek. b) Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Kami dan harus

menyediakan ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan. c) Kami akan memiliki alat komunikasi yang dapat berkomunikasi dengan jelas dan dapat

diandalkan antara kantor pemilik di Ibukota Provinsi, kantor Tim Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan.

d) Apabila perizinan dari instansi Pemerintah terkait diperlukan untuk pemasangan dan pengoperasian sistem komunikasi satelit, Direksi Pekerjaan akan melakukan semua pengaturan, tetapi semua biaya yang timbul harus dibayar oleh Kami.

e) Tempat penyimpanan gambar dan arsip untuk dokumentasi proyek ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.

f) Apabila Kami menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor pendukung atau lebih, yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 50 km atau lebih dari kantor utama di lapangan, maka Kami akan menyediakan, memelihara, dan melengkapi satu ruangan pada setiap kantor pendukung dengan ukuran sekitar 12 m2 yang akan digunakan oleh staf Direksi Pekerjaan untuk setiap kantor pendukung.

3) Bengkel dan Gudang Kami Untuk menunjang pemeliharan peralatan pelaksanaan pekerjaan dan penyimpanan bahan, Kami akan menyediakan fasilitas bengkel dan gudang yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Kami akan menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi perlengkapan yang

memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan suku cadang juga harus disediakan.

b) Bengkel tersebut harus dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu melakukan perbaikan mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang terlatih.

FASILITAS DAN PELAYANAN PENGUJIAN

1) Prinsip Dasar Lingkup kegiatan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas pelayanan pengujian dalam kontrak, secara umum Kami akan memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Pengujian yang dilaksanakan oleh Kami Kami sebagaimana disyaratkan dalam kontrak

harus menyediakan tempat kerja, bahan, fasilitas, pekerja, pelayanan, dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian. Kami dibawah perintah dan pengawasan Direksi Teknis akan melakukan semua pengujian sehubungan dengan pengendalian mutu bahan baku, campuran dan bahan yang diproses untuk menjamin bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan, kepadatan dari pemadatan.

b) Pengujian yang dilaksanakan oleh Direksi Teknis Kami akan membangun dan melengkapi, memelihara, membersihkan, menjaga dan pada akhir kontrak membongkar atau menyingkirkan bangunan yang digunakan sebagai laboratorium lapangan oleh Direksi Teknis, dan memasok serta memasang peralatan laboratorium di laboratorium untuk pelaksanaan pengujian. Direksi Teknis akan bertanggung jawab atas semua pengujian yang dilakukan untuk pekerjaan yang sudah selesai. Hasil pengujian-pengujian ini akan menjadi dasar persetujuan atau penolakan dari pekerjaan terkait.

2) Fasilitas Laboratorium dan Pengujian a) Kami akan menyediakan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas laboratorium

sebagaimana disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan pengendalian mutu dari spesifikasi ini. Untuk menjamin kelancaran pekerjaan dan ketepatan waktu pengujian, Kami diwajibkan memiliki beberapa peralatan minimum yang memenuhi ketentuan untuk mengambil contoh pengujian. Jenis dan jumlah peralatan minimum yang tersedia harus dikonsultasikan dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pengujian.

b) Apabila diatur secara khusus dalam lingkup kontrak, maka Kami akan menyediakan dan memelihara sebuah laboratorium lengkap dengan peralatannya di lapangan, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 12: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(1) Tempat Kerja (a) Laboratorium harus merupakan bangunan terpisah yang ditempatkan sesuai

dengan lokasi umum dan denah tempat kerja yang telah disetujui dan merupakan bagian dari program mobilisasi. Lokasi laboratorium harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan konstruksi, bebas dari polusi dan gangguan berupa getaran selama pengoperasian peralatan.

(b) Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas pembuangan air kotor, dan dilengkapi dengan 2 (dua) buah pendingin udara (Air Conditioning) masing-masing berkapasitas 1,5 PK, serta harus memenuhi semua ketentuan dari spesifikasi ini.

(c) Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri dari meja kerja, lemari, ruang penyimpan yang dapat dikunci, tangki perawatan, laci arsip (filing cabinet), meja dan kursi dengan mutu standar dan jumlah yang mencukupi kebutuhan.

(2) Peralatan dan Perlengkapan Alat-alat ukur yang digunakan dan memerlukan kalibrasi harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang dengan menunjukkan sertifikat kalibrasi.

3) Prosedur Pelaksanaan Pengujian a) Peraturan dan Rujukan

Dalam segala hal, Kami akan menggunakan SNI sebagai standar pengujian. Kami dapat menggunakan standar lain yang relevan sebagai pengganti SNI atas perintah Direksi Pekerjaan.

b) Personil Personil yang bertugas pada pengujian harus terdiri dari tenaga-tenaga yang mempunyai pengalaman cukup dan telah terbiasa melakukan pengujian yang diperlukan. Personil pelaksana pengujian harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. (1) Formulir

Formulir yang digunakan untuk pengujian harus sesuai dengan jenis uji yang dilakukan. Pelaporan hasil pengujian menggunakan formulir yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.

(2) Pemberitahuan Kami akan memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis rencana waktu pelaksanaan pengujian, paling sedikit 1 (satu) jam sebelum pengujian dilaksanakan sehingga memungkinkan Direksi Teknis atau Direksi Pekerjaan untuk mengawasi setiap pengujian.

(3) Distribusi Laporan pengujian harus segera dikerjakan dan didistribusikan sehingga memungkinkan untuk melakukan pengujian ulang, penggantian bahan atau pemadatan ulang sehingga dapat mengurangi keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(4) Inspeksi dan Pengujian Inspeksi dan pengujian akan dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis untuk memeriksa pekerjaan yang telah selesai apakah memenuhi mutu bahan, kepadatan dan setiap ketentuan lanjutan yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan. Setiap ruas secara keseluruhan yang terdiri dari bahan dan pengerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti dengan bahan dan pengerjaan yang memenuhi spesifikasi ini. Apabila Direksi Pekerjaan mengizinkan, pekerjaan yang tidak diterima harus diperbaiki sehingga setelah diperbaiki akan memenuhi semua ketentuan dalam kontrak. Semua perbaikan semacam ini harus dilaksanakan atas biaya Kami.

(5) Pemberitahuan untuk Pengujian atas Pekerjaan yang telah selesai Kami akan memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis paling tidak 5 (lima) hari di muka bahwa suatu ruas telah selesai dikerjakan dan siap untuk diuji. Direksi Pekerjaan harus memberitahu hasil pengujian tersebut kepada Kami dalam 10 (sepuluh) hari setelah benda uji diterima dari lapangan, disertai surat keterangan yang menyebutkan apakah pekerjaan yang diuji diterima atau ditolak.

Page 13: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Apabila pekerjan tersebut ditolak, dalam 10 (sepuluh) hari Kami akan mengajukan surat yang menanyakan tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki pekerjaan yang ditolak.

PENGADAAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

1) Bahan a) Prinsip Dasar

Bahan yang dipergunakan di dalam pekerjaan harus: (1) Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku. (2) Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam gambar

rencana dan seksi lain dari spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

(3) Semua produk harus baru. b) Pengajuan penyiapan bahan

(1) Sebelum mengadakan pemesanan atau membuka daerah sumber bahan untuk setiap jenis bahan, maka Kami akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan contoh bahan, bersama dengan detail lokasi sumber bahan dan Pasal ketentuan bahan dalam spesifikasi ini yang dapat dipenuhi oleh contoh bahan, untuk mendapatkan persetujuan.

(2) Kami akan melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi, bahan, dan mengolah bahan alami sesuai dengan spesifikasi ini, dan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi yang berhubungan dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan pengolahan bahan dimulai, untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan Direksi Pekerjaan atas sumber bahan tersebut tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi sumber bahan telah disetujui untuk dipakai.

(3) Apabila bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan persetujuan tertulis kepada Kami untuk melakukan pemesanan bahan. Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan harus diuji ulang, di bawah pengawasan Direksi Teknis atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Pengadaan Bahan (1) Lokasi sumber bahan yang dapat digunakan dan pernah diidentifikasikan serta

diberikan dalam gambar rencana hanya merupakan bahan informasi bagi Kami. Kami tetap harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan memeriksa ulang apakah bahan tersebut cocok untuk dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(2) Kami akan menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi spesifikasi. Kami akan menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin dapat menentukan batasbatas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit, dan variasi mutu bahan harus dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Kami untuk melakukan pengadaan bahan dari setiap tempat pada suatu deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada suatu deposit yang tidak dapat diterima.

(3) Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya. Bahan tidak boleh digunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan yang telah disetujui.

(4) Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus ditolak, dan harus disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam, kecuali mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

2) Pengangkutan Bahan

a) Prinsip Dasar Seksi ini menetapkan ketentuan-ketentuan untuk transportasi dan penanganan tanah, bahan campuran panas, bahan-bahan lain, peralatan, dan perlengkapan.

Page 14: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang berlaku maupun ketentuan-ketentuan tentang pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

b) Koordinasi (1) Kami akan memperhatikan koordinasi yang diperlukan dalam kegiatan transportasi

baik untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan dalam kontrak-kontrak lainnya, maupun untuk pekerjaan dengan Sub Kami atau perusahaan utilitas dan lainnya yang dipandang perlu.

(2) Apabila terjadi tumpang tindih pelaksanaan antara beberapa Kami, maka Direksi Pekerjaan harus mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintahkan setiap Kami dan berhak menentukan urutan pekerjaan selanjutnya untuk menjaga kelancaran penyelesaian seluruh proyek, dan dalam segala hal keputusan Direksi Pekerjaaan harus diterima dan dianggap sebagai keputusan akhir tanpa menyebabkan adanya tuntutan apapun.

c) Pembatasan Beban Lalu lintas (1) Apabila diperlukan, Direksi Pekerjaan dapat mengatur batas beban dan muatan

sumbu untuk melindungi jalan atau jembatan yang ada di lingkungan proyek. (2) Kami akan bertanggung jawab atas setiap kerusakan jalan maupun jembatan yang

disebabkan oleh kegiatan pelaksanaan pekerjaan. (3) Apabila menurut Direksi Pekerjaan, kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh

Kami akan mengakibatkan kerusakan jalan raya atau jembatan, atau jika terjadi banjir yang dapat menghentikan kegiatan pengangkutan Kami, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Kami untuk menggunakan jalan alternatif, dan Kami tidak berhak mengajukan tuntutan apapun untuk kompensasi tambahan sebagai akibat dari perintah Direksi Pekerjaan.

3) Penyimpanan Bahan a) Prinsip Dasar

Bahan harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya terjamin dan terpelihara serta Sian digunakan untuk pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tanah dan bangunan (property) orang lain tidak boleh dipakai tanpa izin tertulis dari pemilik atau penyewanya.

b) Tempat Penyimpanan di Lapangan Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan di atas tanah tidak boleh digunakan untuk pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm sedemikian hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan.

c) Penumpukan Bahan (Stockpiles) (1) Bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya

segregasi dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air yang berlebihan. Tinggi penumpukan bahan harus dibatasi maksimum 5 m.

(2) Penumpukan berbagai jenis agregat yang akan digunakan untuk campuran aspal, burtu atau burda, penetrasi macadam atau beton harus dilakukan secara terpisah menurut masing-masing ukuran nominal agregat. Dinding pemisah dari papan dapat digunakan untuk mencegah tercampurnya agregat-agregat tersebut.

(3) Tumpukan agregat untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah harus dilindungi dari hujan untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan mengurangi mutu bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan.

4) Pembuangan Bahan a) Kami akan mengatur pembuangan bahan di luar Ruang Milik Jalan (Rumija). b) Apabila terdapat bahan yang akan dibuang di luar Rumija, maka Kami akan

mendapatkan izin tertulis dari pemilik tanah, pada lokasi bahan buangan tersebut akan ditempatkan, dan izin tersebut harus ditembuskan kepada Direksi Pekerjaan bersama dengan permohonan (request) untuk pelaksanaan.

c) Apabila bahan yang dibuang seperti yang disyaratkan di atas dan lokasi pembuangan tersebut terlihat dari jalan, maka Kami akan membuang bahan tersebut dan meratakannya sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Page 15: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

DRAINASE

SELOKAN DAN SALURAN AIR

PELAKSANAAN 1) Metoda Pekerjaan

a) Drainase yang dilaksanakan oleh Kami akan selalu lancar tanpa terjadinya genangan air dan berfungsi dengan baik sebelum pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai.

b) Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang melintang yang disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan yang berdekatan atau bersebelahan selesai.

2) Penetapan Titik Pengukuran Pada Saluran Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, serta lokasi semua lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus diberi tanda dengan cermat oleh pelaksana sesuai dengan gambar rencana atau detail pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan a) Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang

diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama, sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada gambar rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis selokan yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

b) Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

c) Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Kami sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.

4) Perlindungan Terhadap Saluran Air Lama a) Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam kontrak ini, tidak

boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan. b) Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari, maka setelah

pekerjaan ini selesai, Kami akan menimbun kembali seluruh galian sampai permukaan tanah asli atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan.

c) Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan pondasi atau akibat galian lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai.

5) Relokasi Saluran Air a) Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya dalam

kontrak ini yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada, maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu aliran air pada ketinggian air banjir normal yang melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

b) Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun pada bangunan di sekitarnya.

Page 16: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

PASANGAN BATU DENGAN MORTAR UNTUK SELOKAN DAN SALURAN AIR

PELAKSANAAN

1) Metoda Pekerjaan a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap

satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan yang menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya dipasang dengan adukan yang baru.

b) Apabila pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai pelapisan selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal harus dibuat seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas akhir yang ditentukan harus dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu dengan mortar.

2) Penyiapan Formasi atau Pondasi a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai dengan

ketentuan. b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan mortar

atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan. c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan apabila

disyaratkan, sesuai dengan ketentuan. 3) Penyiapan Batu

a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.

b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.

4) Pemasangan Lapisan Batu a) Landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada formasi

yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras.

b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan jika tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.

c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku.

d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton dalam spesifikasi ini.

e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.

f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian rupa sehingga semua batu akan terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.

5) Pelaksanaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Pekerjaan Struktur a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana terdapat

kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya

Page 17: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.

b) Apabila bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat, dan jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk pasangan batu dalam spesifikasi ini.

c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.

d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus ditimbun sesuai dengan ketentuan.

GORONG-GORONG PELAKSANAAN

1) Metode Pekerjaan a) Pekerjaan gorong-gorong atau drainase beton tidak boleh dimulai sampai persetujuan

tertulis dari Direksi Pekerjaan dan lingkup pekerjaan telah diterbitkan. b) Seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini, drainase harus dalam kondisi operasional

dan berfungsi secara efektif sebelum pekerjaan galian atau timbunan dilaksanakan. Dengan demikian gorong-gorong harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan timbunan dimulai, kecuali jika Kami dapat menyediakan drainase yang memadai dengan membuat pekerjaan sementara yang khusus.

c) Sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini, pekerjaan persiapan tanah dasar atau pekerjaan pelapisan ulang, baik pada jalur lalu lintas maupun pada bahu jalan, tidak boleh dimulai sebelum gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya yang terletak di bawah elevasi tanah dasar selesai dikerjakan.

2) Penempatan Gorong-gorong Pipa Beton a) Pipa beton harus dipasang dengan hati-hati, lidah sambungan harus diletakkan di

bagian hilir, lidah sambungan harus dimasukkan sepenuhnya ke dalam alur sambungan dan sesuai dengan arah serta kelandaiannya.

b) Sebelum melanjutkan pemasangan bagian pipa beton berikutnya, maka sisi dalam dari setengah bagian bawah alur sambungan harus diberi adukan yang cukup. Pada saat yang sama setengah bagian atas lidah sambungan pipa berikutnya juga harus diberi adukan yang sama.

c) Setelah pipa beton terpasang, sambungan yang belum terisi harus diisi dengan adukan, dan adukan tambahan harus diberikan untuk membentuk selimut adukan di sekeliling sambungan.

d) Penimbunan kembali dan pemadatan sekeliling dan di atas gorong-gorong beton harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan, dengan menggunakan bahan yang memenuhi ketentuan yang diberikan untuk timbunan pilihan. Bahan harus terdiri dari tanah atau kerikil yang bebas dari gumpalan lempung dan bahan-bahan tetumbuhan serta yang tidak mengandung batu yang tertahan pada saringan 25 mm.

e) Elevasi puncak gorong-gorong pipa harus berada minimum 80 cm di bawah perkerasan jalan, atau sesuai gambar rencana. Lebar galian minimum dua kali diameter gorong-gorong. Penimbunan kembali pada celah-celah di bawah setengah bagian bawah pipa harus mendapat perhatian khusus agar dapat dipadatkan sebagaimana mestinya.

f) Alat berat untuk pekerjaan tanah dan mesin gilas tidak boleh beroperasi lebih dekat 1,5 m dari pipa sampai seluruh pipa terbungkus dengan ketinggian paling sedikit 60 cm di atas puncak pipa. Perlengkapan ringan dapat dioperasikan dalam batas ketentuan tersebut di atas asalkan penimbunan kembali telah mencapai ketinggian 30 cm di atas puncak pipa. Meskipun demikian dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang di atas, Kami akan bertanggung jawab dan harus memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi akibat kegiatan tersebut.

g) Pipa beton harus diselimuti dengan beton sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, apabila tinggi timbunan di atas pipa melebihi ketentuan maksimum atau kurang dari ketentuan

Page 18: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

minimum dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau spesifikasi dari pabrik pembuatnya untuk ukuran dan kelas pipa tertentu.

3) Pemasangan Gorong-gorong Pipa Baja Gelombang a) Pipa baja bergelombang dapat dirakit di lokasi penempatannya atau dirakit di dalam

galian parit yang telah disiapkan. b) Pipa baja bergelombang yang telah dirakit lebih dahulu harus diturunkan ke tempatnya

dengan tali baja yang dapat diterima dan pipa tidak boleh terlalu panjang karena dapat menyebabkan tertekuknya sambungan. Perhatian khusus harus diberikan untuk menghindari kerusakan pada ujung pipa dan kemungkinan jatuhnya pipa selama pengangkutan dan pemasangan.

c) Semua pipa baja bergelombang yang telah dirakit harus dibaut dengan tepat dan alur sambungan harus terpasang dengan benar untuk menghindari adanya regangan yang berlebihan.

4) Pelaksanaan Gorong-gorong Persegi Pelat atau Pracetak a) Gorong-gorong persegi dan pelat harus dibuat sesuai dengan garis dan dimensi yang

diberikan dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Seluruh pekerjaan beton bertulang atau beton pracetak harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

c) Seluruh pekerjaan pasangan batu harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan. 5) Tembok Kepala Gorong-gorong dan Struktur Tempat Masuk dan Keluarnya Air

a) Kecuali jika ditunjukkan lain dalam gambar rencana, maka landasan kolam golak dan pekerjaan perlindungan terhadap gerusan yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong harus dibuat dengan menggunakan pasangan batu dengan mortar seperti yang disyaratkan. Umumnya pekerjaan pasangan batu dengan mortar digunakan untuk tembok kepala gorong-gorong kecil dan struktur lainnya yang tidak memikul beban.

b) Tembok kepala gorong-gorong besar atau yang berada di bawah timbunan yang tinggi, atau struktur lainnya yang memikul beban yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-gorong, harus dibuat dengan menggunakan pasangan batu dan bukan pasangan batu dengan mortar, bahkan jika beban yang dipikul sangat besar maka harus menggunakan beton bertulang. Bahan yang akan digunakan harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan mempertimbangkan mutu dan bentuk batu yang tersedia untuk pekerjaan tersebut, dan juga keterampilan tukang batu yang dipekerjakan oleh Kami.

6) Perpanjangan Gorong-gorong Lama a) Bila perpanjangan gorong-gorong lama memerlukan pembongkaran tembok kepala

lama, atau tembok sayap atau bagian lainnya, maka bagian-bagian tersebut harus dibongkar dengan hati-hati seperti yang disyaratkan, sedemikian rupa sehingga tidak merusak pipa atau bagian struktur lainnya yang tidak dibongkar. Jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan, kerusakan yang tidak perlu terjadi pada bagian gorong-gorong yang ditetapkan untuk tidak dibongkar, maka bagian yang rusak tersebut harus diganti atas biaya Kami.

b) Apabila gorong-gorong lama dan perpanjangannya mempunyai rancangan yang berbeda, atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan, sambungan yang standar tidak mungkin dilakukan, maka suatu sambungan (collar) beton harus dibuat untuk membentuk sambungan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Semua gorong-gorong lama, juga gorong-gorong yang akan diganti atau diperpanjang dalam kontrak ini, harus dibersihkan dari semua sampah dan kotoran, dan harus dijaga dalam kondisi bersih dan dapat berfungsi selama periode kontrak.

7) Pelaksanaan Drainase Beton a) Saluran beton bertulang dan pelat penutup harus dibuat sesuai dengan garis, elevasi,

dan detail lainnya yang ditunjukkan dalam gambar rencana, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Saluran dapat dicor di tempat atau pracetak dan dipasang bagian demi bagian. Pelat penutup harus dibuat sebagai unit pracetak.

b) Untuk saluran yang dicor di tempat, Direksi Pekerjaan dapat mengizinkan untuk menggunakan sisi galian sebagai pengganti cetakan. Dalam hal ini, tebal dinding yang menghadap sisi galian dan selimut beton harus ditambah 25 mm tanpa pembayaran tambahan.

c) Lubang sulingan harus dibuat pada dinding saluran sesuai dengan ketentuan.

Page 19: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

d) Untuk saluran yang dicor di tempat, sambungan konstruksi harus dibuat pada interval 10 m atau kurang. Sambungan tersebut, seperti sambungan antara ruas-ruas beton pracetak harus mempunyai lebar antara 1 cm dan 2 cm, dan harus dilapisi dengan adukan semen yang rata dengan permukaan dalam saluran.

PEKERJAAN TANAH

GALIAN

PELAKSANAAN 1) Prosedur Umum

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

c) Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus dibuang seluruhnya atau sebagian, dan diganti dengan bahan timbunan. Jika bahan yang terekspos memenuhi syarat maka perlu dilakukan penanganan.

d) Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam dari permukaan rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.

e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan, jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.

f) Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kami akan menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya sebagai yang ditetapkan oleh Direksi Teknis.

g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang atau diperkuat dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan Talud Ketentuan harus berlaku seperti juga ketentuan dalam seksi ini.

3) Galian untuk Struktur dan Pipa a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi

jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan konstruksi sesuai gambar rencana, sehingga pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan dapat dilakukan dengan cermat.

Page 20: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

b) Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan.

c) Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.

d) Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

e) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 (lima) kali lebar galian parit tersebut, dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengizinkan.

f) Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan, sehingga dapat dihindari kemungkinan terbawanya bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.

g) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

4) Galian pada Sumber Bahan a) Sumber bahan (borrow pits) yang berada di dalam Rumija atau di tempat lain, harus

digali sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini. b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian

lama harus memperoleh persetujuan secara tertulis dari Direksi Teknis sebelum penggalian dimulai.

c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin akan digunakan untuk pelebaran jalan atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan untuk digali.

d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi jika penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau drainase yang dirancang.

e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, harus diratakan sedemikian rupa sehingga seluruh air permukaan dapat mengalir ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.

f) Setiap aktifitas galian di area sumber bahan harus memperhatikan stabilitas lereng. 5) Permukaan Galian

Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan, harus cukup rata, dan memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

TIMBUNAN PELAKSANAAN

1) Penyiapan Tempat Kerja a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak

diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. b) Kami akan memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan

dimulai. c) Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan

pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi kepadatan sebagai disyaratkan.

d) Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi. Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.

Page 21: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

2) Penghamparan Timbunan a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam

lapisan yang merata yang setelah dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Apabila timbunan terakhir yang akan dihampar lebih 20 cm dan kurang dari 40 cm maka dibagi 2 (dua) sama tebalnya. Tanah timbunan diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah. Penumpukan tanah di lokasi sumber ataupun di lokasi timbunan untuk persediaan tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan kecuali dengan perlindungan sehingga air hujan tidak membasahi tumpukan tanah.

b) Penimbunan dalam suatu lokasi (lot) dan pada satu lapis hanya boleh digunakan bahan tanah yang berasal dari satu sumber bahan dan yang seragam.

c) Timbunan di atas selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.

d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 (delapan) jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar struktur harus sudah berumur tidak kurang dari 14 (empat belas) hari.

e) Apabila timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Teknis. Selanjutnya pelebaran timbunan harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar jalan lama, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya apabila diperlukan.

3) Pemadatan Timbunan a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus

dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh apabila tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 7,5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan sesuai persyaratan yang disyaratkan.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum lapisan berikutnya dihampar.

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan bergerak menuju ke arah elevasi tertinggi sumbu jalan sehingga setiap titik akan menerima jumlah energi pemadatan yang sama.

f) Apabila bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.

g) Penimbunan pada satu sisi abutmen, tembok sayap, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, pemadatannya tidak boleh menggunakan peralatan dengan berat yang berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur.

h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknis, timbunan pada ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutmen sampai struktur bangunan atas telah terpasang.

Page 22: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat kurang lebih 70 kg atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

j) Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas 20 cm di atas permukaan air, dengan alat pemadat yang tepat yang disetujui oleh Direksi Teknis. Kehilangan elevasi akibat penurunan harus diprediksi sejak awal yakni dengan menambah timbunan agar elevasi rencana dapat tercapai. Kepadatan bahan di atas permukaan air diukur.

4) Metoda Kerja a) Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 20 cm Kami akan

menyampaikan metoda kerja yang akan dilakukan. b) Pelaksanaan timbunan badan jalan di atas jalan lama harus dikerjakan setengah lebar

jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas. c) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok sayap

jembatan, Kami akan menunda sebagian pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis, sampai waktu yang cukup untuk mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap. Selanjutnya timbunan dapat dilanjutkan untuk menyelesaikan pekerjaan timbunan setelah abutment, tembok sayap mencapai umur yang cukup sebagai ditentukan dalam spesifikasi ini.

PENYIAPAN TANAH DASAR PELAKSANAAN

1) Penyiapan Tanah Dasar a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus dilaksanakan

sesuai dengan spesifikasi ini. b) Seluruh timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan spesifikasi ini. c) Penyiapan tanah dasar pada timbunan sesuai dengan ketentuan.

2) Pemadatan Tanah Dasar a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini. b) Jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam spesifikasi ini.

3) Metode Kerja a) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur lainnya di bawah elevasi tanah dasar

atau permukaan jalan, termasuk pemadatan penimbunan kembali (back fill), harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan persiapan tanah dasar seluruh pekerjaan drainase harus berfungsi sehingga tanah dasar selalu dalam kondisi kering dan kerusakan tanah dasar oleh aliran air permukaan dapat dicegah.

b) Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia untuk itu Kami akan mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan berjarak cukup dekat.

Page 23: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

PERKERASAN BERBUTIR

LAPIS PONDASI AGREGAT PELAKSANAAN

1) Pekerjaan Persiapan untuk Lapis Pondasi Agregat a) Apabila lapis Pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama,

semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih.

b) Apabila lapis Pondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.

c) Sebelum pekerjaan lapisan Pondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani sesuai dengan Butir a) dan Butir b) di atas, dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis Pondasi agregat dihampar.

d) Apabila lapis Pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

2) Penghamparan a) Material lapis Pondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan

dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air. b) Bahan lapis Pondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar

dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan yang merata dalam rentang yang disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

c) Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.

d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis Pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.

3) Pemadatan a) Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan

menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.

b) Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.

c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.

d) Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.

e) Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya selebar tebal lapisan.

f) Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi Teknis.

PERKERASAN ASPAL

Page 24: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT

PELAKSANAAN 1) Persiapan

a) Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan jalan harus diperbaiki.

b) Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.

c) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara sebelum pekerjaan penyemprotan dilaksanakan.

d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Apabila peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.

e) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari

permukaan dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang telah disetujui Direksi Teknis dan bagian yang telah diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu.

g) Untuk pelaksanaan lapis resap ikat di atas lapis pondasi agregat kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus padat, rata , rapat, dan bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.

h) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknis.

2) Kegiatan Lapangan a) Pelaksanaan Penyemprotan

(1) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai, khususnya untuk lapis resap ikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).

(2) Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan. Jika penyemprotan dengan alat aspal distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Teknis dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

Penyemprotan aspal dengan alat distributor harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

(3) Apabila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan maka lebar penyemprotan harus selebar rencana ditambah 20 cm kiri kanannya sehingga ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.

(4) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan lembaran plastik selebar minimum 3 m. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan di atas bahan pelindung sehingga diperoleh awal dan akhir penyemprotan yang lurus.

Aspal distributor harus mulai bergerak kira-kira 25 m sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya sudah dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, dan batang semprot mencapai bahan pelindung dengan kecepatan tetap dan harus dipertahankan sampai melewati bahan pelindung akhir, aspal mulai disemprotkan pada material di atas pelindung awal dan dihentikan saat di atas pelindung akhir.

Page 25: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(5) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.

(6) Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.

Takaran pemakaian rata-rata aspal pada setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung Sebagai volume aspal yang telah dipakai dikurangi volume aspal di pelindung, dibagi luas bidang yang disemprot. Luas bidang penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan jika perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

(7) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.

(8) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk lapis perekat, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet. Tempat-tempat yang disemprot dengan lapis resap ikat yang menunjukkan adanya aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 (empat) jam setelah penyemprotan lapis resap ikat.

(9) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar aspal harus dilabur kembali dengan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.

(10) Untuk bahan resap ikat atau perekat, baru boleh di lapis dengan lapisan di atasnya, bila bahan pengencernya telah menguap semua dapat ditandai dengan bau minyak bila dicium.

b) Pembukaan Bagi Lalu Lintas (1) Lapis Resap Ikat Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai aspal telah meresap dan mengering serta

tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diizinkan lewat sebelum waktu tersebut untuk aspal cair tidak boleh kurang dari 4 (empat) jam setelah penghamparan lapis resap ikat, sedangkan untuk aspal keras dapat segera dilewati setelah ditabur bahan penyerap (blotter material). Bahan penyerap yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan harus dihampar sebelum lalu lintas diizinkan lewat. Bahan penyerap harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan bahan penyerap pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) aspal sesuai dengan spesifikasi ini. Pemakaian bahan penyerap harus dilaksanakan seminimum mungkin.

(2) Lapis Perekat Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Kami akan melindunginya dari

kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai dikerjakan.

Page 26: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

CAMPURAN BERASPAL PANAS

PELAKSANAAN 1) Kesiapan Pekerjaan

Sebelum pekerjaan dimulai, Kami akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan: a) Hasil percobaan pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis. b) Contoh dari semua jenis bahan baik agregat maupun aspal yang disetujui untuk

digunakan dan disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan.

c) Laporan tertulis data sifat bahan seperti disyaratkan, baik agregat maupun aspal beserta asal sumbernya dan untuk aspal berikut sertifikat pabrik.

d) Formula campuran kerja dan data pengujian yang mendukungnya, dalam bentuk laporan tertulis.

e) Hasil pemeriksaan oleh Direksi Teknis atas peralatan laboratorium dan sertifikat kalibrasinya serta peralatan pelaksanaan.

f) Rencana kapasitas produksi per jam. g) Jumlah dan kapasitas truk jungkit (dump truck) yang akan digunakan.

2) Persiapan Kerja Setiap hari sebelum pekerjaan dimulai, Kami menyampaikan kepada Direksi Teknis pengajuan kerja yang dilengkapi data seperti tertera di bawah ini. Direksi Teknis melakukan pemeriksaan terhadap kebenarannya dan memberikan persetujuan untuk memulai kerja. a) Pengukuran pengujian permukaan dasar seperti disyaratkan dalam bentuk laporan

tertulis. b) Kondisi cuaca telah memungkinkan untuk kelancaran kerja. c) Kesiapan peralatan dan tenaga kerja, ketersediaan bahan. d) Penyiapan lapangan (semua kerusakan termasuk ketidakrataan telah diperbaiki,

termasuk lapis resap ikat atau lapis perekat) minimal untuk 1 (satu) hari kerja. e) Laporan tertulis mengenai kepadatan lapis campuran, data pengujian campuran,

ketebalan lapisan dan dimensi pekerjaan beserta seluruh berat muatan truk yang telah diselesaikan pada hari sebelumnya, seperti yang disyaratkan.

3) Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal a) Kemajuan Pekerjaan

Campuran beraspal tidak boleh diproduksi apabila tidak cukup tersedia bahan, peralatan, pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan pada kapasitas rencana per jam.

b) Penyiapan Aspal Aspal harus dipanaskan pada temperatur rencana ± 5°C. Untuk jenis aspal keras tidak boleh pernah menerima pemanasan melebihi 170°C di dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan aspal ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000 liter aspal keras yang sudah siap untuk dialirkan ke alat pencampur.

c) Penyiapan Agregat (1) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok

penampung dingin yang terpisah. Setiap fraksi agregat tidak boleh berasal dari hasil pencampuran agregat untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar tidak terbentuknya selaput jelaga pada agregat dan temperatur agregat keluar dari pengering + 180°C.

(2) Apabila butiran fraksi halus lolos Saringan No.200 yang diambil dari hot bin ternyata mempunyai nilai indeks plastis, maka dust collector harus dioperasikan dengan metode basah untuk membuang material ini.

(3) Agregat saat dicampur dengan aspal harus kering dengan temperatur maksimum sesuai temperatur aspal, tetapi tidak lebih rendah 15°C di bawah temperatur aspal.

(4) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler) tambahan harus disalurkan ke dalam ruang pencampuran dalam takaran sebagai yang direncanakan secara merata ditaburkan tepat di atas alat pencampur.

Page 27: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

d) Penyiapan Pencampuran (1) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur

di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik yang ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur.

(2) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.3-1. Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur pencampuran melampaui temperatur yang disyaratkan.

e) Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan (1) Campuran beraspal harus diterima di lapangan untuk dihamparkan pada

temperatur campuran tertentu sehingga memenuhi ketentuan. Untuk menentukan temperatur pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal harus dilakukan pengujian di laboratorium sesuai ASTM E 102-93. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh hubungan antara viskositas dengan temperatur,. Temperatur pencampuran dan pemadatan diperoleh dengan menerapkan viskositas yang tertera. Selain untuk aspal keras Pen 40 dan Pen 60 temperatur pencampuran dan pemadatan diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Khusus untuk aspal polimer temperatur pencampuran dan pemadatan harus dikurangi sampai dengan 10°C.

(2) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.

(3) Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.

4) Penghamparan Campuran a) Menyiapkan Permukaan yang Akan Dilapisi

(1) Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.

(2) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis (power broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis Perekat (tack coat) atau Lapis Resap Ikat (prime coat) harus diterapkan secara merata.

b) Acuan Tepi Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.

c) Penghamparan dan Pembentukan

Page 28: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(1) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.

(2) Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.

(3) Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-ceceran campuran.

(4) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

(5) Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan. Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.

(6) Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan.

(7) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus ditaati.

(8) Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.

(9) Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.

d) Pemadatan beban Kami. Kami akan mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas permukaan perkerasan. (1) Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut

harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang disyaratkan dan dilakukan dari sisi rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.

(2) Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini: (a) Pemadatan awal (breakdown rolling). (b) Pemadatan utama (intermediate rolling). (c) Pemadatan akhir (finish rolling).

(3) Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat enghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang disyaratkan. Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.

(4) Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan. Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Page 29: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(5) Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap).

(6) Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.

(7) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang dipadatkan.

(8) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.

(9) Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.

(10) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.

(11) Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Kami di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Kami atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

(12) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi

(13) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kami akan memotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kami di luar daerah milik jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.

e) Sambungan (1) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus

diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.

(2) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sebelum campuran beraspal dihampar di

Page 30: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

sebelah campuran beraspal yang telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.

5) Perbaikan Pada Campuran beraspal yang Tidak Memenuhi Ketentuan Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga lokasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kami seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian atau penambahan lapisan campuran beraspal dengan harus mengindahkan tebal lapis minimum dan geometri permukaan perkerasan, atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis. Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

STRUKTUR

BETON PELAKSANAAN

1) Pembetonan a) Penyiapan Tempat Kerja

(1) Kami akan membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.

(2) Kami akan menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.

(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.

(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.

(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Kami dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.

(7) Apabila dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka Kami dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

(8) Kami akan memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Kami juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.

Page 31: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

b) Acuan (1) Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari

galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.

(2) Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

(3) Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus ditumpulkan.

(4) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).

c) Pengecoran (1) Pelaksanaan Pengecoran

(a) Kami akan memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 (enam) jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.

Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kami tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.

(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.

(d) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.

Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran. (g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan

yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak melampaui 150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m. Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam air

dan tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket, dimana pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara

Page 32: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa setting time beton.

Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan baik.

Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Apabila aliran beton terhambat maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.

Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.

(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.

(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(k) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

(l) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.

(2) Pemadatan (a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar

acuan yang telah disetujui. Apabila diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.

(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.

(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang diperlukan.

(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.

(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 100 mm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.

(f) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 7.1.3-1.

Page 33: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

Tabel 7.1.3-1 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam)

Jumlah Alat

4 8

12 16 20

> 20

2 3 4 5 6

> 6

Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam, maka

harus digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm. (g) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat

awal (initial setting) d) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)

(1) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan demikian.

(2) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

(3) Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.

(4) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.

(5) Kami akan menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan apabila pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

(6) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

(7) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.

e) Beton Siklop Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar batu pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum 150 mm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping) sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

2) Pengerjaan Akhir a) Pembongkaran Acuan

(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton.

Page 34: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 (sembilan) jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.

b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa) (1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah

pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 25 mm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.

(2) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

(3) Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekitar 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan: (1) Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan horizontal lainnya

sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.

(2) Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.

(3) Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton.

Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

d) Perawatan Beton (1) Perawatan dengan Pembasahan

(a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.

(b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang menggunakan fly ash perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.

(c) Apabila acuan kayu tidak dibongkar, maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.

Page 35: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

(d) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit selama 21 (dua puluh satu) hari.

(e) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.

(2) Perawatan dengan Uap (a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi,

tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

(b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan berikut ini: (i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi

tekanan luar. (ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi

38°C selama 2 (dua) jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65°C dengan kenaikan temperatur maksimum 14°C/jam secara bertahap.

(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5°C.

(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 11°C per jam.

(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.

(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air. (vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus

dibasahi selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap tersebut. (c) Kami akan membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur

di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.

(d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

(3) Perawatan dengan Cara Lain (a) Membran cair Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah

air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.

(b) Selimut kedap air Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan

lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.

Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung

(c) Mempertahankan cetakan (Form-In-Place). Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai

dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

Page 36: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

BAJA TULANGAN

PELAKSANAAN 1) Penyimpanan dan Penanganan

a) Kami akan mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang, mutu, dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.

b) Kami akan menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan lainnya.

2) Pembengkokan a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus

dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu banyak berubah.

b) Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.

3) Pemotongan Baja tulangan tidak boleh dipotong dengan proses panas kecuali ditentukan lain oleh Direksi

Pekerjaan secara tertulis. 4) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.

b) Tulangan harus ditempatkan secara akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.

d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.

e) Apabila penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum harus 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.

f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam gambar atau secara khusus diizinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.

g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga tidak akan terekspos.

h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kereb dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.

i) Apabila baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja) atau cara lain sehingga tulangan dapat terhindar dari bahaya korosi.

j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

Page 37: Artha Mas - Metoda Pelaksanaan

PASANGAN BATU

PELAKSANAAN 1) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)

a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk Galian dari spesifikasi ini.

b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar pondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horizontal.

c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan Drainase Porous.

d) Apabila ditunjukkan dalam gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.

2) Pelaksanaan Pemasangan Batu a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada pondasi

yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama.

b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.

c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh 2 (dua) orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.

3) Penempatan Adukan (Pasangan Batu) a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam

waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.

b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 20 mm sampai 50 mm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.

c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Apabila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

Bengkulu, 19 Pebruari 2014 CV. ARTHA MAS

I KETUT SUJANA Direktur