ma'rifat insan

Upload: fadel-gates

Post on 06-Jul-2015

623 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

http://cahayamuslim.blogspot.com/2007/08/marifatul-insan-mengenal-diri-manusia.html Mukaddimah (Pendahuluan) Allah SWT menciptakan manusia ke dunia mempunyai maksud tertentu, yakni selain agar beribadah kepadaNya diamanatkan sebagai Khalifah Fil Ardhi sehingga tercipta masyarakat yang tentram serta sejahtera. Akan tetapi tugas yang diamanatkan kepada Al-Insan (manusia) sering kali dimanipulasikan sesuai kehendak hawa nafsu syaitan,sehingga fungsi sebagai khalifah tidak dapat dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, jika setiap manusia memahami akan maksud diciptakan Allah SWT ke dunia ini, maka segala gerak langkahnya selalu disesuaikan dengan syariat dinullah. Tujuan diciptakan manusia secara argumen yang ditegaskan Allah SWT seperti firmanNya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (QS.51:56). Dengan penjelasan firman Allah SWT tersebut sudah jelas dan tegas apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia dalam kehidupan sehar -hari, yaitu penghambaan secara totalitas kepada Al-Khaliq. Harus diakui dalam realita kehidupan sehari-hari penyimpangan hampir tidak dapat dihindarkan dari perbuatan manusia, karena dunia sekuler lebih dominan dibandingkan dengan hakekat kebesaran Allah SWT,sebagai penguasa tunggal. Terjajahnya oleh bentuk kezaliman pada dasarnya terdapat peluang yang dimiliki oleh manusia, yakni berupa da'fu iman (lemah iman). Terdapatnya da'fu iman jika dibiarkan hidup pada diri seseorang akan memudahkan operasinya kelompok syaitan dengan leluasa. Karena para syaitan mempunyai komitmen untuk menghancurkan umat manusia dengan wasail (sarana) serta berbagai arah pengerti penegasan Allah SWT: "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS.7:17). Perlu disadari secara cermat, bahwa aktivitas syaitan seperti ditegaskan oleh Allah SWT melalui ayat di atas, sebuah gerakan yang akan dijalankan secara istimariyah sampai pada suatu keberhasilan tertentu yaitu menciptakan manusia mungkar.

II. Sifatul Insan Hilangnya penyadaran manusia terhadap asal serta tujuan diciptakan oleh Allah SWT adalah konsekuensi tidak ma'rifah (mengenal) terhadap dirinya. Sehingga menjadikan hidupnya tanpa memperhatikan norma-norma yang seharusnya dipatuhi. Dalam kaitan ini perlu direnungkan pepatah yang menyebutkan: "man a'rafa nafsah faqad a'rafa rabbah, maknanya "Barang siapa mengenal dirinya niscaya mengenal Rabbnya." Maka sangat wajar jika di kalangan ummat kurang menyadari hakekat untuk apa diri ini diciptakan dan harus bagaimana melakukan aktivitas di dunia, karena tidak mengenal akan dirinya sendiri. Padahal manusia diciptakan lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, yakni diberikan akal. Hanya masalahnya, akal itu tidak difungsikan sebagaimana seharusnya sesuai dengan petunjuk dari Sang Khaliq.

Gambaran manusia yang tidak memfungsikan akal seperti aturannya telah ditegaskan Al Quran: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanya kan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.7:179). Akal dalam arti yang sebenarnya akan mampu mengarahkan maupun mengondisikan dirinya, jika setiap insan telah ma'rifah secara jujur. Ma'rifah seperti yang disinggung di atas, sebuah tugas yang sepenuhnya tanggung jawab setiap insan, lebih -lebih keterkaitannya dengan Al-Khaliq (hablum minallah). Ketika akal berfungsi, maka reaksi pemahaman tentangakan penciptaan alam pun dapat dikenalnya kemudian mengerti jalan yang harus ditempuh. Dan Allah SWT, memberikan dua jalan yang disodorkan kepada manusia untuk dipilihnya seperti firmanNya: "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan." (QS.90:10). Kemudian dua jalan yang dimaksud secara transparan disinggung pada firman lain yaitu: "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya (QS.91:8). Dua jalan yang tersedia ketentuan final adalah diserahkan kepada setiap orang untuk memilihnya, dan tentunya akan membawa konsekuensinya atas pilihannya itu.

III. Jalan Taqwa Jika pilihan setiap manusia jatuh ke jalan ketaqwaan sudah dapat dibayangkan nilai akhir akan sampai kepada sebuah kemenangan yang hakiki. Diraihnya suatu kemenangan me lalui aktivitas yang berat, tetapi atas dasar nilai-nilai ketaqwaan (ketaatan) itu, keberhasilan menyertainya. Secara tegas Allah SWT menyatakan ketaqwaan seseorang akan sampai kepada kemenangan: "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan bertaqwa kepadaAllah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya maka mereka adalah orang orang yang mendapat kemenangan." (QS.24:52). Untuk sampai ke arah kemenangan, sewajarnya setiap manusia mencari jalan dengan maksimal yang disertai sesuai ketentuan syari'at Islam. Maka jawaban yang tepat mencapainya, ustadz Dr. Abdullah Nasih Ulwan melalui sebuah kitab berjudul "RuhaniyatudDa'iah" memberikan cara mencapai ketaqwaan. Bahwa terdapat beberapa marhalah (langkah) yang perlu dilalui untuk menuju taqwa yaitu:

1. Mu'ahadah Langkah awal yang harus dilakukan setiap orang merenungkan mu'ahadah (mengingat perjanjian) terhadap Allah SWT, maupun terhadap dirinya sendiri. Aktivitas shalat yang dijalankan sehari semalam jika dipahami dengan benar, adalah indikator janji kepada Allah SWT, kemudian disebutnya al-ibadah ritual. Akan tetapi shalat yang dijalankan kurang

dipahami sebagai aspek perjanjian (bai'at) sehingga tidak mampu mengubah sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitan ini Dr.Abdullah Nasih Ulwan memberi metode cara mu'ahadah yakni hendaklah seseorang mukmin berkhlwat (menyendiri) antara dia dan Allah untuk mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya: "Wahai jiwaku, sesungguhnya kamu tidak berjanji kepada Rabbmu setiap hari di saat kamu berdir membaca "iyyaka i na'budu wa iyyaka nasta'in." Janji itulah yang selalu keluar dari lisan maupun qalbu seorang muslim setiap melakukan shalat, dengan demikian, seharusnya ditepati sehingga terhindar dari stempel munafik. Padahal Allah SWT menekankan agar setiap orang menepati janji yang telah dibuatnya: "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji...." (QS.16:91). Kurang memperhatikan dengan perjanjian yang keluar dari lisan seseorang, jika tidak ditepatinya dapat menggugurkan jati diri kemuslimannya.

2. Muraqabah Makna muraqabah adalah terpatrinya perasaan keagungan Allah Azza wa Jalla di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebesaranNya di kala sepi ataupun ramai. Kuatnya kebersamaan dengan Allah SWT dapat menumbuhkan sikap yang selalu berhati-hati dalam berbuat, artinya akan senantiasa disesuaikan dengan aturan syariat. Jika keberadaan seperti ini berjalan secara istimrariyah (berkesinambungan) sudah dapat dipastikan kelak akan lahir pribadi-pribadi yang hanif. Sikap muraqabah digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW, ketika menjelaskan kata ihsan: "Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya, dan jika memang kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu." Sikap seperti ini di jaman modern sangat dibutuhkan sebagai pengendali udara materialistis yang dapat merusak sendi-sendi keimanan seseorang. Pengendalian melalui muraqabah lebih jauh akan mampu menciptakan tatanan masyarakat yang aman tentram (betul-betul terkendali). Pelaksanaan muraqabah dimulai ketika akan dimulai saat akan melakukan suatu pekerjaan dan di saat mengerjakannya, hendaknya setiap orang mengoreksinya, apakah telah sesuai dengan aturannya atau sebaliknya. Sehingga ketika sampai pada suatu waktu tertentu akan terlihat, lebih-lebih bertemu dengan kegagalan. Mengapa terjadinya suatu kegagalan, padahal menurut perasaan melakukannya secara maksimal. Inti muraqabah tercermin melalui firman Allah SWT: "Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud." (QS.26:218-219).

3. Muhasabah Jika merenungkan apa yang disampaikan Umar Al-Farq r.a., tentang makna muhasabah (introspeksi diri) yaitu: "Hisablah (nilailah) diri kalian sebelum kalian dihisab (dinilai), timbanglah diri kalian sebelum ditimbang, dan bersiap -siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat)." Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang

tersembunyi dari amal kalian barang satu pun. Kesalahan yang sering terjadi di kalangan manusia melarikan diri dari sikap muhasabah, sehingga melemahkan untuk meningkatkan prestasi ibadah, karena merasa sudah berhasil. Lebih jauh lagi hakikat muhasabah seharusnya seorang mukmin memperhatikan modal, keuntungan, dan kerugian, agar ia dapat mengontrol apakah dagangannya bertambah atau menyusut. Yang dimaksud modal di sini adalah Islam secara keseluruhan, mencakup segala perintah, larangan, tuntutan, dan hukum-hukumnya. Sedangkan pengertian laba adalah melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan. Kemudian yang dimaksud kerugian adalah melakukan perbuatan pelanggaran (dosa). Allah SWT memberikan acuan yang berkaitan dengan muhasabah seperti firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.59:18).

4. Mu'aqabah Dalam setiap pekerjaan akan berhadapan dengan sebuah perbuatan kesalahan walaupun mungkin ada yang bersifat sengaja atau karena alpa. Ketika berhadapan dengan perbuatan kesalahan yang dilakukan secara sengaja perlu diambil sanksi (mu'aqabah). Namun ajaran Islam yang agung telah memberikan uswah, walaupun perbuatan kesalahan karena alpa sebagai pendidikan adanya tindakan mu'aqabah. Hal ini dapat dilihat dari riwayat, bahwa Uman bin Khatab ra., pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang -orang sudah selesai melaksanakan shalat Ashar. Maka beliau berkata: "Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah shalat Ashar...kini kebunku aku jadikan shadaqah buat orang-orang miskin." Ibrah yang dapat diambil dari riwayat shahabat, Umar bin Khatab ra bahwa kesadaran untuk mengakui kesalahan atas perbuatan dirinya kemudian diterapkan mu'aqabah secara konsekuen akan membawa dampak positif. Dalam pengertian, dapat dijadikan panu tan orang lain, lebih-lebih jika dijadikan panutan oleh para elit kekuasaan. Sekaligus menerapkan aturan hukum diterapkan kepada siapapun tanpa kecuali, bukan perilaku rejim yang menerapkan norma kesewenangan. Pemberian sanksi diberikan atas dasar keadilan yang diberikan Allah SWT setelah sebelumnya diberikan peringatan agar berjalan di wilayah AlHaq: "....dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan....(QS.2:195). Demikian juga di tempat terpisah Allah SWT mengingatkan manusia supaya waspada yaitu: "....dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS.4:29).

5. Mujahadah Kerja keras secara maksimal merupakan tahapan yang harus diupayakan untuk mencapai keberhasilan. Karena sesuatu yang mustahil kesuksesan didapat tanpa melalui perjuangan dengan sungguh-sungguh dan itulah kemudian disebugt mujahadah (optimalisasi). Secara terminologi makna mujahadah yakni apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan,

santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amalan -amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Kemudian dalam kaitan ini, ia harus tegas, dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya. Secara tersurat dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jal na jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS.29:69). Bentuk mujahadah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW diperlihatkan ketika menghadapi akhir ramadhan seperti sabdanya: "Apabila Rasulullah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam (dengan ibadah), membangunkan keluarganya bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikat pinggang." (HR.Bukhari Muslim).

IV. Taskiyatun Nafs Jika marhalah dalam mencapai ketakwaan dilaksanakan secara maksimal, maka akan melahirkan orang-orang yang senantiasa mengadakan tazkiyatun nafs (pembersihan diri) setiap saat. Tazkiyatun nafs sebagai konsekuensi logis tercapainya situasi ketakwaan kepada Allah SWT yang merupakan cita-cita setiap mukmin. Karena itulah Allah SWT menegaskan dalam kitab suci Al-Quran: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka yang membacakan ayat ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS.62:2). Syamarah (buah) dari tazkiyatun nafs akan tampak dalam perilaku seseorang diantaranya yaitu:

1. Selalu Bersyukur Mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada seseorang adalah perbuatan mulia, tetapi banyak diantara orang sulit melaksanakannya karena melupakan nilai nikmat yang sangat besar telah diberikan oleh Allah SWT, kecuali orang-orang yang selalu mengadakan tazkiyatun nafs terhadap dirinya sendiri. Sehingga menurut pandangan yang digariskan oleh Allah sWT dengan bersyukur kepadaNya kenikmatan pun berlipat ganda seperti firmanNya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih." (QS.14:7). Maka pengaruh dari tazkiyatun nafs akan membekas pada seseorang dengan kegiatan selalu melakukan syukur terhadap Allah SWT.

2. Bersabar

Sikap sabar pun hanya akan abadi dalam jiwa seseorang yang selalu dihidupi ole tazkiyatun h nafs,sehingga melahirkan sikap di bawah monitor Al-Haq. Artinya sikap yang keluar ketika menghadapi ujian maupun cobaan hidup akan dihadapi penuh kesabaran serta keimanan kepadaNya. Di samping itu Allah SWT menyertai terhadap orang-orang yang mampu mempergunakan pakaian kesabaran dalam menjalani kehidupan baik pada kondisi suka maupun duka: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS.2:153). Terutama dalam menghadapi zaman yang serba materialistis disertai oleh budaya pembaratan, jika hilangnya pakaian kesabaran, maka hidup akan terasa "gerah". Dan telah tampak bukti-bukti yang ada di hadapan mata, betapa kekerasan disertai kriminalitas salah satu penyebabnya pengaruh sosial. Maka orang di sebelah seberang membuat analisis akibat jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, sehingga menimbulkan krisis moral maupun meningkatnya kriminalitas. Apabila memperhatikan kondisi yang serba panas, terlihat dengan jelas bahwa nilai kesabaran terlemparkan sejauh mungkin. Padahal, sabar sebuah ruh yang harus dijadikan pola hidup oleh orang-orang beriman kepada Allah SWT, RasulNya maupun hari akhir.

3. Pemaaf Konsekuensi tertanamnya tazkiyatun nafs, juga dapat melahirkan orang-orang yang mampu menahan amarah dan membentuk perilaku pemaaf. Karena dalam udara penuh emosional sulit orang mampu mewujudkan jiwa yang suka memaafkan terhadap kesalahan pihak lain. Sesungguhnya menurut pandangan Islam nilai pemaaf merupakan hasil penataan dari keimanan seseorang. Oleh karenanya Allah SWT mengabadikan dalam AlQuran: "...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS.3:134). Begitu urgensinya seorang mukmin harus mampu menahan amarahnya disertai sikap suka memaafkan kesalahan orang lain, sehingga Rasulullah SAW memberikan petunjuk dalam sabdanya: "Jangan engkau mudah marah." Maka diulangi beberapa kali, sabdanya: "Janganlah engkau mudah marah." (HR.Bukha ri,Muslim). Jelas sekali Islam memandang pentingnya untuk memasyarakatkan pemaaf disertai berupaya mampu menahan amarah, bila sudah membudaya maka niscaya akan diikuti orang di sekitarnya.

4. Ar-Rahim Bentuk Ar-Rahim (kasih sayang) Allah SWT diciptakan agar dijadikan landasan hidup setiap orang, sehingga terwujudnya masyarakat yang penuh damai. Hilangnya perasaan kasih sayang yang kemudian diganti oleh pertikaian menjadikan dunia ini penuh malapetaka. Kalau dunia diisi hanya oleh perbuatan biadab dan menafkan nilai Ar-Rahim, jika yang i terjadi demikian, kelak Allah SWT menurunkan peringatan: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan

kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS.30:41). Sangat penting untuk menciptakan perasaan kasih sayang agar terhindar dari malapetaka yang diturunkan oleh Allah SWT hanya karena ulah segelintir manusia. Karena pandangan itulah, Allah SWT menegaskan perlu ditekankan kondisi kasih sayang seperti firmanNya : "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi kasih sayang mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya." (QS.48:29).

5. Al-Amin Salah satu akhlak yang menonjol dalam perilaku Rasulullah SAW adalah Al-Amin (terpercaya), yang harus menjadi petunjuk oleh setiap umat Islam. Karena faktor kepercayaan akan mampu menciptakan kondisi yang mendekatkan perilaku kebajikan dalam operasionalitas hidupnya. Dalam menumbuhkan sikap Al-Amin sedikit banyak dipengaruhi oleh diyah (lingkungan) di mana seseorang berada, karena itu perlu adanya orientasi keluar. Dalam pengertian, bergaullah dengan lingkungan yang terhindar dari hilangnya wilayah Al Amin, seperti Allah SWT memberikan informasi: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang beriman." (QS.9:119). Maka peran pergaulanlah dapat mempengaruhi perilaku seseorang, untuk itulah memperhatikan lingkungan dalam dimensi hubungan sosial yang dapat menciptakan situasi aman tenteram sejauh mana adanya upaya ke arah ke sana. Demikian pula, jiwa Al Amin pada hakikatnya fitrah yang melekat dalam jiwa seseorang, tetapi sering terabaikan untuk dimanfaatkan sesuai aturan syariah. Jalan taqwa yang menjadi pilihan seseorang merupakan kesuksesan untuk meraih kondisi tazkiyatun nafsi, kemudian terbangunnya ketenangan lahir batin.

6. Al-Falah Puncak tazkiyatun nafsi yang sebelumnya telah melakukan aktivitas syukur hingga al amin sebagai syamarah (buahnya) adalah alfalah (kemenangan). Al Falah yang diraihnya bukan hadir tanpa melalui proses tadhiyah untuk meraihnya. Ketaatan/tsiqah kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW menyertainya: "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, maka mereka adalah orang -orang yang mendapat kemenangan." (QS.24:52). Kemenangan yang dijanjikan Allah SWT sekaligus sebagai cambuk untuk berada serta mampu mempertahankan nilai ketaqwaan sampai akhir zaman. Ketika dimilikinya, tentu usaha untuk mempertahankan al-falah dalam sikap yang sesuai dengan syari'atullah, jika melenceng akan menjadi preseden kurang baik.

V. Al-Fujura Sifatul insan yang bertentangan dengan sifat at-taqwa adalah al-Fujur (fasik), sehingga jalan ini harus dihindarkan jangan sampai masuk ke ruang hati maupun pikiran seorang mukmin. Dimiliki sifat fujur karena dominasi kecintaan kepada dunia secara berlebih-lebihan, sehingga kewajiban kepada Allah SWT atau hukum -hukumNya diabaikan. Kelompok fasik ditegaskan Allah SWT: "Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang -orang yang fasik." (QS.9:24). Kefasikan yang melanda jiwa seseorang selain orientasi keduniaan lebih dominan, juga banyak melakukan kemaksiatan lewat kehidupan seharihari, dengan melupakan untuk bertaubat (perbaikan) sehingga berbuat penyimpangan terbiasa. Dengan lain perkataan, selalu memproduksi penyakit atau mengotorinya (at-tadbiniyyah) syariat Islam. Jika demikian kenyataannya, maka dominasi kefasikan akan membawa kerugian ummat manusia dunia maupun akhirat kelak.

1. At-Tadbiniyyah Aktivitas orang-orang fasik pada hakekatnya at-tadbiniyyah (mengotori) ketentuan Allah SWT yang seharusnya mampu mengaktualisasikannya semata-mata untuk beribadah kepadaNya secara kaffah. Bentuk nyata dari usaha at-tadbiniyyah terhadap hukum Allah SWT, akan tampak dari aktivitas seseorang yang terkena penyakit fasik yaitu:

2. 'Ajuulan Akibat kefasikan yang melanda hati dan pikiran, seseorang akan tampak dalam berperilaku 'ajuulan (terburu-buru), sehingga hasilnya kurang memuaskan, kemungkinan lain dapat merugikan semua pihak. Betapa berbahayanya, orang yang di luar terkena getahnya, padahal tidak mengetahui permasalahannya. Di samping itu, manusia mempunyai sifat tergesa-gesaan seperti ditegaskan oleh Allah SWT: "Dan adalah manusia bersifat tergesa gesa." (QS.17:11). Perbuatan yang dilakukan secara tergesa-gesa pada hakekatnya bentuk orang-orang yang membelakangi sunnatullah dan ketidakmampuan menghadapi kesabaran. Sehingga ditempuh jalan garis cepat, yang sebenarnya akan berhadapan dengan kerugian serta berbagai benturan. Pada akhirnya tercipta kondisi yang tidak menentu dan kemudian lahirlah sikap ragu-ragu terhadap langkah berikutnya.

3. Al-Maluu'a Bentuk kefasikan yang lainnya dalam mengotori kebenaran al Haq yaitu dimilikinya sifat keluh-kesah dalam jiwa seseorang. Terjadinya al-maluu'a (keluh-kesah) dalam diri seseorang merupakan sebuah rangkaian yang tidak terlepaskan dari hasil kefasikan, karenanya hidup selalu merasa terasingkan. Jika hanya dipahami secara kasar orang mengatakan, bentuk keluh-kesah (al-maluu'a) diciptakan oleh Allah jadi tidak perlu dipermasalahkan. Sebenarnya bukan permasalahan yang jadi konteks di sini, namun menunjukkan bahwa kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan sesuatu. Termasuk pengertian al maluu'a seperti firmanNya: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir." (QS.70:19). Sekaligus informasi, bahwa Allahlah yang memiliki kekuasaan dan penguasa, karena manusia berhadapan dengan kondisi keluh-kesah sekalipun tidak mampu meninggalkannya. Oleh karena mengapa bangga akan kesombongan diri sendiri, tidakkah kita seharusnya memikirkan ayat-ayatNya.

4. Al-Qatuura Bentuk perilaku kotor dalam bentuk lain yang ada pada jiwa orang -orang fasik yakni AlQatuura (kikir), seolah-olah segalanya adalah milik dirinya sendiri baik harta maupun tahta sekalipun. Padahal menurut aturan Allah SWT semuanya merupakan amanah ya harus ng dipenuhi ketentuannya, seperti diberikannya harta, di dalamnya ada hak orang lain: "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian." (QS.51:19). Walaupun manusia memiliki sifat kikir seperti dalam firmanNya: "Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan -perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya. Dan adalah manusia itu sangat kikir." (QS.17:100). Akan tetapi tidak demikian, jika seseorang yang komitmen terhadap keimanannya. Karena menyadari, bahwa rizki yang Allah SWT berikan sesungguhnya amanah semata, yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali olehNya. Jika setiap umat menyadari asal-usul rizki secara proposional, tentu akan melahirkan pribadipribadi yang abid (ahli ibadah) seperti akhlak para salafus shalihin.

5. Al-Kafuuraa Konsekuensi mengambil jalur kefasikan maka melahirkan penyakit al-kafuuraa (kafir) dengan kata lain perkataan mengingkari terhadap kebenaran. Kelompok umat ini, pada hakekatnya mengetahui adanya kebenaran, tetapi menutup hati untuk melakukannya (amal) karena kekafiran yang terdapat di dalam dirinya. Sehingga Allah SWT memberikan informasi keberadaan orang-orang kafir seperti diabadikan Al-Quran: "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS.2:67).

Makna al-kafuuraa secara lebih jauh dapat dipahami baik secara i'tiqadi (keluar dari Islam) maupun kafir secara amali (pengamalan). Dalam konteks kehidupan sehari hari yang lebih dominan kafir secara amali (pengamalan), walau pun hatinya masih Islam. Sehing yang ga perlu pemikiran lebih dalam, adanya usaha untuk mengembalikan ummat ke jalan ketaqwaan sekaligus meninggalkan sikap kekafiran baik kafir i'tiqadi maupun kafir secara amali. Kekafiran yang terdapat dalam jiwa seseorang baik secara i'tiqadi maupun kafir amali, pada hakekatnya akan menempatkan dirinya pada suatu kerugian, sehingga aktivitas amaliyahnya tidak mendapat nilai menurut pandangan Allah SWT, dalam AlQuran yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh orangorang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amalamalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." (QS.3:2122).

6. Al-Jahuula Bentuk pengobatan lain sebagai konsekuensi jalan kefasikan seseorang, adalah terkena al jahuula (bodoh) terhadap kebenaran, kemudian merasakan pemilikan al jahuula tidak dianggap lagi sebagai penyakit yang dapat mengganggu hubungan dengan Allah sWT (hablum minallah) maupun keterkaitannya dengan sesama manusia (hablum minannas). Efek itulah yang selanjutnya dapat mengubah sikap kebaikan kepada kebatilan sebagai sarana jalan syaitan laknatullah. Sebagai diilustrasikan Allah SWT ketika menawarkan tanggung jawab untuk melaksanakan amanat yang ditolak oleh gunung, langit maupun bumi tetapi manusia menerimanya, seperti firmanNya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh." (QS.33:72). Al-jahuula pada dewasa ini lebih tampak tercermin melalui kebijakan yang diambil seseorang untuk memilih antara kebenaran dan kebatilan, tetapi pilihannya justru kepada kebatilan, yang sesungguhnya mereka mengetahuinya akan mendapat murka (azab) dari Allah SWT kenyataan seperti ini, bukanlah sesuatu yang mengherankan, tetapi dalam zaman yang serba materialistis ini kemungkinan bisa terjadi seketika. Bahkan kebenaran pun bisa dibeli dengan segepok uang! Itulah realita yang sungguh ironis terjadi di jaman sekarang ini. Karena hilangnya kewaspadaan pada tiap-tiap diri seseorang, kemudian hidupnya diiputi oleh l ketergantungan yang bersifat materi semata.

VI. Khatimah (Penutup) Setelah menelusuri dua sifat Al-Insan antara at-Taqwa dan al-Fujuur yang masing-masing memiliki konsekuensinya. Tentunya bagi pilihan jalan taqwa akan mendapat berbagai keberuntungan, dan sebaliknya jika jalan al-fujuur yang menjadi alternatifnya pintu

kesengsaraan akan diraihnya. Pada akhirnya Allah sWT memberikan pilihan kepada setiap ummat untuk mengambil sikap antara iman atau kafir dan harus dipertanggungjawabkan atas hasilnya kelak. Konsep demokrasi yang ditawarkan oleh Allah SWT tercermin melalui firmanNya, yang artinya: "Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) bi rlah ia kafir, a sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka." (QS.18:29). Jalan taqwa adalah pilihan yang tepat bagi orang-orang beriman dalam menyelamatkan dirinya untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. (QS.2:201).

http://andaleh.blogsome.com/2010/06/23/p189/

MA RIFATUL INSAN Filed under: Taujih, Taushiyah, dan Artikel Islam Lainnya I am thinking therefore I am (Socrates) Berani menjejakkan kaki di permukaan bumi tanpa mengenal jati diri, itu perbuatan yang sangat riskan. Bisa saja kita survive, tapi kita akan kehilangan banyak hal. Karena hidup itu memiliki mimpinya sendiri, maka salah satu yang akan sulit kita raih adalah impian (vis i) tersebut. Karena hidup memiliki misi tersendiri, maka kehidupan yang tidak mengenal jati dirinya, akan melalaikan misi itu..

The Human, in Islamic Paradigm Manusia adalah makhluk yang paling mencengangkan di alam semesta ini. Manusia dianugerahi akal. Bahkan akal tersebut digunakannya lagi untuk kerja rekursif: memikirkan hakekat dirinya sendiri, hakekat eksistensinya yang unik di jagad raya.

Maka berbagai disiplin ilmu ikut andil mempelajari manusia. Mulai dari filsafat, psikologi, sosiologi, teologi, ekonomi, dsb. Berbagai disiplin ilmu itu memandang manusia dari berbagai sudut dimana disiplin ilmu itu berdiri, dan menggunakan kacamata egocentris: memandang manusia berdasarkan bingkai disiplin ilmu tersebut. Sehingganya, tak satu pun yang utuh menjabarkan manusia secara sempurna.

Andai kata kita mencoba memahami diri kita sendiri menggunakan akal yang kita miliki, maka keterbatasan yang menjadi sifat mutlak manusia akan membenturkan kita untuk mendapatkan jawaban yang utuh mengenai teka-teki yang hebat ini. Tapi Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dengan tangan kanan -Nya sendiri dan semua tangan Allah adalah kanan, telah memberikan petunjuk mengenai manusia yang tertuang dalam wahyu. Dasar yang tepat dalam berteori tentang eksistensi manusia. Manusia memiliki tiga unsur: hati, akal dan jasad. Hati membentuk keputusan yang bersumber dari keyakinan (Qs 75:14), memiliki kehendak (Qs 18:29) dan kebebasan memilih (Qs 90:10). Akal Allah berikan, mampu membentuk pengetahuan (Qs. 17:36). Sedangkan jasad adalah unsur yang melakukan amal (Qs. 9:105). Dengan akal, hati, dan jasad manusia dapat beribadah. Untuk apa manusia diciptakan? Perspektif Islam menjawab semua ini. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Mukmin:115) 1. Untuk beribadah kepada Allah SWT Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah -Ku. (Adz-Dzariat : 56). Semua ciptaan Allah selaras menyembah-Nya. Hal ini adalah sebuah sunnatullah. Sejalan dengan itu, manusia pun pada hakikatnya diciptakan untuk menyembah Allah swt. Hanya saja pada penyembahan itu, manusia memiliki freewill apakah dia hendak menyembah-Nya atau tidak. Kebebasan kehendak itu pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan. Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing -masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (An-Nur:41) 2. Untuk menjadi khalifah di Bumi Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya (Qs. Hud:61). Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (Qs. 2:30). Sejatinya, manusia adalah makhluk pembangun yang cerdas untuk bumi ini. Tetapi, kita malah melihat kerusakan di mana-mana. Ozon yang bocor, pemanasan global, hingga terumbu karang yang terancam punah.

Manusia telah menyetujui untuk memikul amanat yang ditawarkan oleh Allah. Hanya saja, kebodohan dan kezaliman yang lekat pada manusia telah memalingkannya dari misi yang utama ini. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunu ng-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh. (Qs. Al-Ahzab:72). 3. Sebagai ujian, siapakah di antara kita yang lebih baik amalnya. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk:2). Allah telah menggelar kompetisi di bumi ini, yang kelak akan menentukan gelar khoirul bariyyah (sebaik-baik makhluk, Qs 98:7), dan syarrul bariyyah (makhluk yang buruk Qs 98:6). Sifat-sifat Manusia Beberapa berikut ini adalah watak dasar manusia. Manusia memiliki watak yang kebanyakan buruk. Lalu Islam datang untuk meng-upgrade watak-watak manusia, sehingga meninggalkan watak yang buruk dan memiliki watak yang baik sebagai identitas seorang mukmin. Sifat dasar manusia itu antara lain: - Tergesa-gesa (17:11, 21:37) - Berkeluh kesah (70:19, 90:4) - Gelisah (70:20) - Tak mau berbuat baik (70:21) - Pelit (17:100) - Kufur (14:34) - Pendebat (18:54) - Pembantah (100:6) - Zalim (14:34) - Jahil (33:72)

Coba periksa adakah sifat-sifat tersebut pada diri kita?

Sesungguhnya sifat-sifat tersebut adalah sifat dasar manusia. Seorang mukmin seharusnya telah ter-upgrade wataknya, tidak lagi memiliki sifat-sifat dasar tersebut.

ASAL USUL MANUSIA/MA RIFATUL INSAN Posted February 9, 2007 Filed under: Agama |

ASAL USUL MANUSIA/MA RIFATUL INSAN A. Pendahuluan. Manusia mampu memikirkan alam raya ini, dari mikrobiologi hingga yang sifatnya makro, semisal benda-benda angkasa. Namun semuanya belum mampu terpecahkan oleh manusia. Sehingga rahasia alam dapat disingkap manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia ini. Prestasi ini dapat kita lihat dalam berbagai jurnal ilmiyah atau tayangan discovery di televise. Sungguh suatu penemuan yang menakjubkan dan mengagumkan. Miskipun ia sanggup menyingkap berbagai rahasia alam yang begitu mengagumkan, namun sesungguhnya manusia belum mampu menguak misteri terbesar bagi dirinya yakni mengenal dirinya sendiri. Berangkat dari sini maka pemahaman mengenai jatidiri menjadi sangat penting, tulisan ini sedikit banyak mengungkap hal tersebut yakni berkaitan proses penciptaan manusia dari perpektif ayat-ayat al Qur an, hubungan antara Khaliq (Pencipta) dan makhluq (yang diciptakan), konsekuensi sebagai makhluq. Mengenai tugas ataupun fungsi manusia di bumi ini, hal ini berkaitan dengan pertanyaan untuk apa ia diciptakan . Juga mengenai dari mana ia berasal dan akan ke mana ia pergi. Kecenderungan-kecenderungan manusia.

B. Penciptaan manusia secara fisik (at takwin al khalqi) Ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai penciptaan manusia secara fisik ini. Yakni mengenai materi dari apa ia diciptakan, tahapan-tahapan penciptaan manusia, tahapan perjalanan manusia hingga berakhir pada kematian. Hal tersebut dari dijelaskan sebagaimana berikut ini. Beberapa ayat al qur an maupun hadits Rasul dapat dijadikan petunjuk awal untuk mempelajari kisah penciptaan manusia ini. Al mu minun (23): 12 14 (penciptaan manusia secara biologis) 12. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Assajadah (32): 8 (penciptaan manusia secara biologis) 8. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Al Hijr (15): 26 (materi diciptakannya manusia secara fisik) 26. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Qaf (50) : 16 (potensi psikis manusia) 16. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, Al Insan (76) : 2 (penciptaa secara biologis) 2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.

[1535] Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan. Al balad (90):4 (proses penciptaan secara biologis) 4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

Yayasan Pendidikan Paramartha Pengantar Marifat ul Insan MENGAPA MENGENAL INSAN? Allah itu memiliki suatu akhlaq yang sebenarnya amat akrab dengan kehidupan manusia. Yaitu mustahil berbuat sia-sia, tanpa tujuan, ataupun mengandung kesalahan. Kalaupun ada penciptaan maupun hukumnya yang tampak kejam, maka amat temporer sifatnya. Artinya, waktu pada akhirnya akan membuktikan bahwa

dibalik itu semua ternyata mengandung nilai-nilai kebenaran. Dan dalam hal ini, manusia memang harus banyak melihat sejarah hidupnya secara pribadi maupun sejarah kemanusi aan i t u sendi r i . Akhlaq tersebut amat akrab dengan kita karena tercermin kemanapun kita melihat. Sulit bagi kita untuk menyebutkan suatu makhluq atau benda alam yang tak ada gunanya. Seolah semua menyiratkan bahwa Allah SWT menciptakan ini semua untuk sebuah tujuan. Bukan sekedar per mai nan t anpa ar ah. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan mengandung kesalahan. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS. 38:27) Sampai -sampai seekor nyamukpun t er nyat a sedemi ki an pent i ng di mata Allah, sehingga disebutkan di Al-Quran. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka memiliki ilmu sehingga mereka tahu bahwa itu adalah al-haq dari Rabb mereka,tetapi mereka yang kafir mengatakan:"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orangyang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orangorang yang fasik. (QS. 2:26) Tapi kenapa manusi a senant i asa kebi ngungan mengi dent i f i kasi f ungsi nya? Kenapa ki t a senant i asa ber tanya-t anya tent ang t uj uan keberadaan kita? Kenapa diri manusia dipenuhi sikap-sikap ket i dakt ahuan akan f ungsinya? Apa mungki n ki ta hidup t anpa t ujuan yang j el as dan konkr i t ? Tidak mungkin! Al l ah bi sa menj adi kan seekor nyamuk saj a ber manf aat dan ber f ungsi . Bahkan sej ak l ahi r mer eka sudah t ahu har us ber buat apa dan menj al ankan f ungsi apa. Kar ena i t u sungguh hal yang must ahi l , bi l a sosok i nsan yang Al l ah kabar kan di ci ptakan dal am ahsani taqwim ( pembentukan yg sempur na) , ter nyata l ahi r hanya untuk kesi a-si aan. Apa mungki n seor ang manusi a l ahi r hanya unt uk t umbuh dewasa, berkeluarga, dan mati? !!! TUJUAN PENCIPTAAN Set i ap manusi a yang di hadi r kan ke duni a i ni sesungguhnya mengemban tugas (misi) suci dari Allah SWT. Tugas hidup ini amat terkait dengan tujuan dasar pencipt aan, sebagaimana diisyaratkan di ayat berikut: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS. 2:30) Kehendak Al l ah SWT yang di sampaikan kepada malai kat t er sebut ,

mer upakan gagasan dasar dar i semua penci pt aan i ni . Kar ena i t u, mi si hi dup dasar dar i manusi a adal ah menj adikhalifatu fi l ardh. Dan hal i ni amat ter kai t dengan aspek pemakmur an bumi . Tapi ini semua tidak terhenti sebatas garis besar saja. Karena tuntutan untuk menjadi pemakmur bumi itu, datang kepada setiap manusia, termasuk kita. Tak peduli apakah saat ini kita adalah pria at au wani t a, super i or maupun i nf er i or , t ua maupun muda, or ang si buk at au penganggur an, or ang pent i ng maupun wong ci l i k. Semua ber ada dal am posi si seor ang i nsan yang har us ber -dhar ma. Sebagai bent uk i badahnya kepada Al l ah SWT yang t el ah menci pt akan set i ap ki t a dengan penuh t uj uan dan t anpa kesi a-si aan. Karena itu, sungguh setiap kita memiliki tugas hidup. Yang ber bedabeda dan spesi f i k or ang per or ang. Sebagai mana per nah di r i wayat kan: Dari Imran bin Husain RA. Katanya : Ada seseorang bertanya : Yaa Rasulullah! adakah telah dikenal para penduduk syurga dan para penduduk neraka? Jawab Nabi, Ya! Bertanya kembali, Kalau begitu apalah gunanya lagi amal-amal orang yang beramal? Beliau Rasulullah SAW menjawab, masing-masing bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan atau menurut apa yang dimudahkan kepadanya.... (HR Bukhari) Dari Imran RA, saya bertanya, Yaa Rasulullah! apa dasarnya kerja orang yang bekerja ? Beliau menjawab, setiap orang dimudahkan mengerjakan apa yang telah diciptakan untuk itu ... (HR. Bukhari) Hadits tersebut menggunakan kata-kata Kullun (setiap orang / masi ng-masi ng) yang menunj ukkan bahwa set i ap manusi a mempunyai tujuan penciptaan, yang menjadi dasar dari amal manusia. Artinya segal a amal manusi a semest i nya di t uj ukan dal am r angka mer ai h t uj uan hi dup dan menunai kan mi si hi dup t er sebut . Dan i ni adal ah hal yang sesungguhnya di mudahkan kepada set i ap or ang, demi ki an j awaban Rasul ul l ah SAW. Sehi ngga ber i badah dan ber agama i t u adal ah hal yang r i ngan dan menyenangkan. Rasul ul l ah SAW ber sabda, Agama i t u sangat r i ngan dan si apapun yang membebani keber agamaannya secar a ber l ebi han t i dak akan sanggup menanggungnya. Jadi engkau t i dak per l u ber l ebi han, t et api cobal ah unt uk mendekat i kesempur naan dan t er i mal ah kabar baik bahwa engkau akan diber i ganj ar an; dan shal at l ah di pagi har i , si ang dan penghujung malam. (HR. Bukhari 1:38). Bila digambarkan, kira-kira seperti gambar berikut Yang bisa menjadi khalifatu fi l Ardh, hanyalah insan-kamil. Dimana di a menj adi pemakmur bumi . Sehi ngga i nsan t er sebut bi sa di sebut sebagair ahmat an l i l aal ami i n (rahmat bagi semesta alam). Karena adanya seor ang i nsan-kami l i ni , semat a-mat a hanya akan menur unkan rezeki dari Allah SWT. Yang tak mungkin diturunkan oleh selain dia. Secar a pr i badi , hal i ni diwuj udkan dengan ber kar ya ( swa dhar ma) sesuai dengan bakat l angi t nya ( swa bhawa) . Pr oses pemakmur an i t u sebenar nya t er j adi mel al ui pr oses pengur ai an

khazanah Allah SWT yang tersembunyi (Kanzun Makhfiy). Dimana rezeki (hidangan) langit diturunkan hingga menjadi rezeki bumi. Kekayaan khazanah l angit bi sa di t r ansf er sehi ngga menj adi kekayaan bumi. Sebagaimana proses tranformasi dari gagasan di tingkat ide yang t ak t er sent uh banyak or ang, menuj u bent uk t ul i san (kal i mahkalimah) yang bi sa di ni kmat i ol eh banyak or ang. Setiap kita sesungguhnya memiliki potensi penguraian tersebut. Kar ena Kanzun M akhf i y it u ada dalam di r i set i ap i nsan. Sebagaimana Allah pernah berfirman: Tidak memuat-Ku bagi-Ku petala langit dan bumi, yang memuat-Ku hanyalah qolb hamba-hamba-Ku yang mu min. (Hadits Qudsi). Hal inilah yang harus diuraikan oleh manusia, termasuk kita. Di mana i badah seor ang yang ber i man sesungguhnya ber ada di seput ar masal ah penguraian Kanzun Makhfiy ini. Bila kita menjalankan fungsi tersebut, maka kita akan menjadi kata-kata-Nya.K al i mah- k al i mahNya. Kemudian Adam menerima kalimah dari Robb-nya, maka Dia menerima taubatnya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 2:37) Saat inik al i mah dalam diri kita masih berupa potensi (fitrah). Sel ama masi h ber upa pot ensi maka i t u semua bel uml ah ber guna maupun menj adi r ahmat bagi yang l ai n. !!! STRUKTUR INSAN Untuk menjalankan misi pemakmuran bumi tersebut, maka Allah SWT menciptakan manusia dalam str uktur yang tangguh. Yang terdiri dari 3 unsur dasar, yaitu 1. Nafas Ruh (Nafakh Ruh). 2. Nafs. 3. Jasad. Naf s i nsan i t u sat u al am dengan mal aikat , dan sama-sama t er ci pt a dar inuur( cahaya) . Sedang j asad manusi a sat u al am dengan bi nat ang, t umbuhan dan benda-benda mat er i l ai nnya. Di mana semua yang materi berasal dari tanah (bumi). Bai k naf s maupun j asad, hanya bi sa hi dup di al amnya masi ng-masi ng. Dan mendapat kan ener gi dar i al amnya masi ng.Naf s i nsan hi dup dengan memakan cahaya dar i Al l ah, ber upa penget ahuan dan kehendak Al l ah. Dan j asad hi dup dengan memakan unsur -unsur bumi , seper t i t umbuhan dan bi nat ang. M anusi a adal ah sat u-sat unya makhl uq yang di dal am di r i nya dipadukan unsur nafs dan unsur materi seperti jasad. Dia menciptakan kamu dari nafs yang tunggal (nafsu l wahidah) kemudian Dia jadikan daripadanya pasangannya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. (QS. 39:6) Demikianlah Allah menjadikan unsur-unsur kemalaikatan dan

kebi nat angan menyat u dal am di r i i nsan. Dan i ni l ah yang menj adi kei st i mewaan penci pt aan manusi a. Gabungan seper t i i ni l ah yang membuat manusi a menj adi makhl uq yang pal i ng ber pot ensi unt uk menjadi Khalifatu fi l Ardh. Dengan nafsnya, seorang i nsan dapat mengenal dan memahami kehendak Al l ah. Dan dengan j asadnya i a bisa berpeluh-keringat memakmurkan bumi. Sebagai pendekat an bi sa ki t a gunakan per umpamaan mobi l dan penumpangnya. Di mana f ungsi mobi l adal ah sebagai kendar aan yang akan mengantar kan sel ur uh i si nya ke tuj uan. Pada perumpamaan mobil di atas, terlihat bahwa: 1. Pengemudi ibarat dari Nafs. 2. Mobil ibarat dari Jasad. 3. Bensin (bahan bakar) ibarat dari Nafas Ruh (Nafakh Ruh). Kehi dupan i ni i bar at per j al anan panj ang dan ber at yang har us di tempuh. Dan per j al anan, senanti asa punya tuj uan. Per j al anan i ni bi sa di t empuh dan t uj uan bi sa di capai hanya mel al ui ker j asama yang bai k antar a 3 unsur t er sebut . Sang Nafs menj adi pengemudi , kar ena hanya di a yang bi sa membaca kehendak Al l ah yang mer upakan pet a dan r ambu-r ambu j al an. Kemudi an Sang Jasad menj adi mobi l , kar ena di al ah yang meml i ki mesi n dan r oda. Yang dengan i t u bai k pengemudi maupun mobi l nya bi sa ber j al an dan menj el aj ah kesegenap uf uk. Dan Ruh yang menj adi bahan bakar dan sumber ener gi bagi per j al anan. Karena itu, Allah SWT banyak memerintahkan kita untuk berjalan. Tent u saj a per j al anan yang di maksud di si ni bukan semat a ber makna lahiriah yang bersifat senang-senang belaka. Tapi lebih bermakna kepada perjalanan spiritual. Yang semata-mata ditujukan demi t er sel enggar anya pr oses pemakmur an bumi . Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15) maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qolb yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qolb yang di dalam dada. (QS. 22:46) Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orangorang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. 25:63) Dan masi h banyak l agi ayat yang menyer u manusi a agar menempuh per j al anannya. Tent u saj a i ni hanya per umpamaan seder hana t ent ang di r i manusi a. I t u pun dal am bent uk i deal nya, kar ena masi h banyak par amet er par amet er l ai n yang ber pengar uh. Di ant ar anya adalah bahwa unsur unsur dasar t er sebut senant i asa t umbuh dan ber kembang bi ak. Artinya, pada usia kita saat ini unsur-unsur dalam diri kita sangat

mungki n sudah sangat maj emuk dan kompl eks. Di mana semuanya ki ni t el ah ber wuj ud dan memi l i ki kei ngi nannya masi ng-masi ng. Dan semua ini adalah hasil dari berkembangbiaknya unsur-unsur dalam diri kita. Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, diri kita saat ini terdiri dar i naf s, j asad, seker umunan hawa-naf su, dan seger ombol an syahwat . Tapi sekumpul an hawa-naf su dan syahwat i t u sebenar nya mer upakan kuda penar i k ker et a. Yang bi l a di kendal i kan dengan benar , akan bi sa mengat ar kan ker et a dan penumpangnya ke t uj uan. Kar ena i t u, selamat atau tidaknya komunitas ini, ditentukan oleh sang kusir. Dan dal am hal i ni, yang pal i ng pantas menj adi kusi r adal ah nafs, sebagai yang pal i ng menger t i ar ah t uj uan yang benar . Kar ena i t u per j uangan seor ang manusi a dal am ber agama adal ah semat a-mat a di t uj ukan, agar bisa menjadikan nafs sebagai kusir dirinya. Sebagai pengendali dirinya. Sebagai penggembala komunitas binatang ternak ini. !!! NEGARA DIRI Secara lebih detail, Imam Al-Ghazali di kitab Ajaibu l Qulub menggambarkan diri kita dengan gambaran sebuah negara. Disitu dijelaskan bahwa diri kita ini sebenarnya terdiri dari banyak oknum oknum. Tentara Lahir Tentara Batin Dipetakan dalam hubungan interaksi JASAD NAFS QALBU HAWA NAFSU & SYAHWAT NAFS JA S A HAWA-NAFS (Nufusul Hawiyyah) Forum Kajian Tazkiyatun Nafs Universitas Indonesia http://jakarta.paramartha.org 7 Ibarat negara ada oknum di dalam diri kita yang menjadi rajanya, patihnya, menteri menterinya, prajurit-prajuritnya, dan budak-budaknya. Juga ada rakyat jelatanya. Semua oknum ini ada dalam kendali raja. Sehingga kemana negara tersebut di bawa, akan tergantung oleh siapa yang menjadi raja. Bila rajanya baik, baik pula negaranya. Bila rajanya

buruk, buruk pula negaranya. Demikian pula diri kita, baik buruknya di t ent ukan ol eh si apa yang menj adi r aj a. Tapi singgasana raja senantiasa menjadi sumber konflik. Karena semua oknum di negara tersebut berkeinginan untuk menduduki singgasana tersebut. Sehingga terjadilah intrik intrik, perebutan kekuasaan, sampai kudet a mengkudet a di negar a t er sebut . M asal ahnya sel ama yang duduk di si nggasana r aj a bukanl ah yang ber hak dan pant as menj adi r aja, maka gej ol ak t er sebut t ak akan per nah ber hent i. Senant i asa ada yang pr o dan kont r a. Negar a di r i t er sebut t ak akan per nah makmur karena konflik yang ada terlalu menguras energi. Terlebih lagi setiap oknum akan memerintah negara tersebut sesuai dengan keinginannya. Bila yang menjadi raja adalah si hawa nafsu, maka di seluruh negara diri ini akan dibawanya untuk membangun bangunan- bangunan kedengkian, ke-riyaan, keegoan, kemunafikan dan sebagainya. Bila yang menjadi raja adalah si syahwat, maka di negara diri ini akan di bawa kepada pemuasan syahwat . Karena itu diri ini akan binasa bila diperintah oleh oknum-oknum t er sebut . Dar i ur ai an di at as, bi sa ki t a si mpul kan bahwa ada 2 per masal ahan besar dalam hal pengendalian negara diri ini, yaitu: 1. Siapa yang menjadi raja. 2. Stabilitas kepemimpinannya. Dalam diri kita, ada satu oknum yang paling pantas dan berhak untuk menjadi raja, yaitu AnNafs. Karena dialah yang paling mengerti bagai mana har us memakmur kan neger i di r i i ni . Di a j uga yang t ahu har us di bawa kemana bangsa di r i i ni , sehi ngga bi sa menj adikhal i f at u f i l ar dh. Tapi gejolak politik dalam diri kita, membuat perjalanannya menuju tampuk kekuasaan amat berat. Musuh-musuh eksternal seperti Iblis, musuh-musuh internal seperti hawa nafsu dan syahwat, serta ketidaktahuannya sendiri membuat sang An Nafs harus berjuang dan bertarung untuk merebut haknya itu. Sehingga bisa saja saat ini AnNafs dalam diri kita pernah menjadi penguasa. Tapi karena kepemimpinannya belum stabil, dimana kekuatan musuh-musuhnya itu masih menjadi bahaya laten, maka dalam tempo yang singkat dia akan dijatuhkan kembal i . Sebagai mana kita ser i ng mer asa dekat dengan Al lah, tapi hanya sement ar a saj a. Karena itu, seorang insan harus bisa mendudukkan nafsnya sebaga penguasa abadi. Bukan hanya sementara. Karena kesementaraan, sama sekali tak berguna. Bahkan kebaikan yang temporer, kesolehan yang sesaat , dan kesement ar aan l ai nnya mal ah menj adi hi jab bagi ki t a. Kar ena membuat ki t a menj adi or ang yang bangga dengan masa l alu. Dan ini t ak ada gunanya, bahkan mencel akakan. NAFS SEBAGAI RAJA Dikatakan bahwa nafs adalah oknum dalam diri kita yang paling pantas menjadi raja. Dia adalah satrio piningit bagi diri ini. I tu adalah karena sang nafs-lah bagian diri kita yang pertama kali dicipta, dan dialah yang menyaksi kan keber adaan Al l ah SWT sebagai Rabb. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak -anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nafs mereka (seraya berfirman):"Bukankah Aku ini Rabb-mu". Mereka menjawab:"Betul, kami menjadi saksi". (QS. 7:172) I ni l ah alam al ast u, di mana pada saat i tu kepada sel ur uhnaf s anak adam dipersaksikan eksistensi Allah SWT. Pada saat itu, sang nafs di-briefing tentang tugas yang harus mereka

lakukan di bumi. Di mana tugas ini menj adiqodho (swa-dharma) bagi seorang manusia. Kepada semua nafs i ni , juga dibekal i segala per bekalan dan keper l uan yang dibutuhkan untuk menunai kan tugasnya i tu. Per bekalan i ni l ah yang di sebutilmu tashawwur, yang menj adiqodar bagi kita. Tapi kehidupan di dunia, membuat sang nafs tenggelam. Hiruk pikuk negara diri kita membuat kita melupakan eksistensi sang nafs. Sehingga pengaruhnya hilang. Akibatnya, apa-apa yang dia rekam termasuk eksistensi Allah pun hilang dan terlupakan. Kita pun tak lagi mampu melihat dan menyaksikan-Nya. Karena bagian dari diri kita yang memiliki daya l i hat i t u t el ah t enggel am. Sungguh nafs-lah yang merekam dan menyaksikan keberadaan Allah SWT. Kalaulah saat ini kita mengenal Allah, maka itu tak lebih dari sebut an. Atau pal ing t i nggi , hanya sebat as hapalan si fat yang ber asal dar i doktr i n yang di paksakan kepada ki ta sejak keci l . Kar ena i tu, sangat wajar bi l a i badah yang ki ta l akukan pun hanyal ah basa basi dan rut i ni t as bel aka. Ruh sholat yang dapat membuat kita bermi raj menuju derajat yang lebih baik, hil ang tak ber bekas. Kondisi ini dinyatakan di QS. 59:19 sebagai orang yang lupa terhadap Al l ah SWT dan naf snya sendi r Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada nafs mereka sendiri.Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. 59:19) Lupa kepada nafs, lupa kepada Allah. I nilah kunci kebingungan kita. Karena itulah, dikenal kaidah man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu yang menjadi j awaban atas masal ah i ni.N af sahu yang di maksud di kai dah tersebut, tidaklah sekedar bermakna diri, tapi lebih menunjuk kepada pengenalan tentang nafs. Karena bila yang dimaksud mengenal diri sebagaimana dipahami umum, maka cukup dengan belajar ilmu tentang diri manusia seperti psikologi, pengenalan tentang Allah SWT semestinya sudah diraih. Menyaksikan dan melihat Allah SWT harusnya sudah terjadi. Di sinilah posisi dan tanggung jawab thariqah. Yaitu memberi jalan bagi manusia untuk mengenal nafs-nya, untuk kemudian mengenal Allah SWT dengan naf s-nya i t u. Tentu pada akhirnya ini semua ditujukan kepada usaha untuk mendudukkan sang nafs pada singgasana raja dalam diri kita. Mendudukkan secara stabil dan permanen, sehingga nafs-lah yang menjadi penguasa dan pengendali diri kita. Untuk itu, mau tidak mau kita harus berjuang keras. Atau sebagaimana Rasulullah SAW dengan nyatakan dengan Jihadu n Nafs, yang merupakan jihad terbesar. Pr osesnya adal ah sebagai ber i kut . Al-Qur an menggambarkan bagaimana kondisi aspek batin kita berproses dalam 3 kondisi, yaitu nafs ammaratu bi suu i, nafsu l lawwamah, dan nafsu l muthmainnah. Tiga kondisi ini sesungguhnya menggambarkan kondisi qolb kita. Kondisi lingkaran kekuasaan batin kita. Sehingga terlihat siapa yang menjadi Raja serta kebijakan dan sikap seperti apa yang di kel uar kan. Naf s ammarat u bi suu i, menunjuk kepada kondi si di r i yang senant i asa cenderung kepada keburukan. I ni karena yang mejadi raja dalam diri kita adalah nufusu l hawiyyah dan syahwat. Kekuasaannya kuat sekali, sehingga eksistensi sang nafs nyaris hilang. Dengan kekuasaannya itu nufusu l hawiyyah dan syahwat senantiasa membawa diri kita senantiasa cenderung kepada kebutukan. (Referensi QS. 12:53).

Nafsu l Lawwamah, menunjuk kepada kondisi diri yang senantiasa menyesali dirinya sendiri. I ni karena si nafs sudah hidup, tapi masih terus bertarung dengan si hawa nafsu dan syahwat. Kadang menang, kadang kalah. Sehingga saling bergantian menduduki qolb. Diri kita senantiasa berada dalam pergolakan antara taat kepada Allah dan mengingkariNya. Sehingga seperti negara yang senantiasa bergejolak, secara umum diri kita berada dalam kondisi penyesalan. (Referensi QS. 75:2). Nafsu l Muthmainnah, menunjuk kepada kondisi diri yang senantiasa tenang. Tidak lagi bergejolak, dimana stabilitas diri ini sudah berada pada puncaknya. Karena sang Nafs sudah kukuh menduduki singgasana ker aj aannya. Kar ena Naf -lah yang s mengenal Al lah SWT dan memahami kehendakNya, sehingga memunculkan tathmainnu l quluub (Qolb yang tenang) sebagaimana diuraikan di QS. 13:28. Pada saat ini, nufusu l hawi yyah dan syahwat t elah menj adi kuda-kuda penar i k ker et a yang bai k. Mereka telah menjadi tentara-tentara batin dan lahir, yang menjadi alat negara diri ini dalam memakmurkan. Bila kita perhatikan QS. 89:27-30, terlihat betapa kepada Nafsu l Muthmainnah-lah Allah SWT memanggil untuk kembali kepadaNya dalam kondisi diridloi dan meridloi (irji ii ilaa robbiki roodliatan mar dl i yyah). Dan kemudian Allah SWT memberinya gelar abid . Dan akhirnya, Allah SWT mempersilahkannya memasuki surga Ma rifatul Insan Siapakah engkau? Ayda , Ruwayda nama saya, jawabku, lugu. Bukan! Siapakah dirimu?! Siapakah saya? Dirimu yang bukan namamu? Saya adalah putri sulung dari tiga bersaudara? Dirimu yang bukan menjadi saudari adik-adikmu? Sungguh, saya tidak mengerti ucapan Bapak. Saya adalah putri Pak Mansyur dan Bu Layla Dirimu yang bukan putri kedua orang tuamu? Novel Munajat Cinta (1), karya Taufiqurrahman al-Azizy 1. Penciptaan Manusia Secara Fisik Beberapa ayat al qur an maupun hadits Rasul dapat dijadikan petunjuk awal untuk mempelajari kisah penciptaan manusia ini, antara lain: Al mu minun (23): 12 14 (penciptaan manusia secara biologis)

#

# #

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Assajadah (32): 8 (penciptaan manusia secara biologis)

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Al Hijr (15): 26 (materi diciptakannya manusia secara fisik)

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Qaf (50) : 16 (potensi psikis manusia)

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, At-tin (95): 4 (POTENSI MANUSIA SECARA FISIK)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik -baiknya. 2. Penciptaan Manusia Secara Psikis Tetapi secara ruhani manusia memili ruh ketuhanan yang mengusung nilai-nilai luhur kemanusian, misalnya kasih saying, suka keindahan, berkreasi, tolong menolong, sportif, komitmen, berdedikasi. Beberapa ayat al qur an berkaitan dengan hal ini misalnya: Siat manusia terhadap harta seperti Allah gambarkan dalam surat al Ma arij (70): 19 -25.

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir .

Merupakan gambaran dua sosok manusia yang kikir dan dermawan. Tetapi Allah menyebutkan sifat kikir dahulu baru kemudian sifat dermawan. Juga terkait dengan sikap menghadapi kehidupan dunia ini satu sifat keluh kesah, di sisi lain ada yang sabar. 3. Periodesasi pembentukan akhlak: 1. Periode anak-anak (marhalatu tufulah) 2. Periode remaja/pemuda (marhatu asy syabab) 3. Periode dewasa (marhalatu ar rajulah) Periode yang menentukan adalah pada masa kanak -kanak. Beberapa hal yang penting adalah 1) anak harus mendapatkan asuhan yang baik (al hadhanah ash sholihah), 2) pengasuh/ibu yang bergama bagus (almurdhi al mutadayyinah). 3) Nama yang bagus Ada sebuah hadits riwayat al Baihaqi yang bersumber dari Ibn Abbas:

Hak anak yang harus dipenuhi orang tua adalah memberinya nama yang bagus dan sopan santun. Orang tua harus senantiasa mendampingi, memantau perkembangan anak sehingga dapat mengarahkan dan membimbing anak karena anak merupakan amanat bagi ora tua dan ng orang tua wajib melaksanakan amanat ini. Yakni dengan terus membimbing, mengajari. Rasulullah mengajarkan bahwa: hak seorang anak yang harus ditunaikan orang tua adalah hendaknya orang tua mengajari anak tentang tulis menulis, renang, memanah da tidak n memberinya materi apapun kecuali yang baik, demikian menurut hadits riwayat al Baihaqi. ( )

Setelah masa kanak kanak, ia kemudian menginjak masa remaja atau pemuda yang berlanjut pada masa dewasa. Pada masa ini seluruh potensi fisik manusia mengalami perkembangan yang pesat. Semua indernya mulai berfungsi. Pertumbuhan fisiknya nampak secara jelas, tampan atau kurang tampan, tinggi besar atau pendek kecil, dan seterusnya. Maka pendidikan secara fisik juga harus tetap mendapatkan perhatian juga makanan yang halal thayib. Sedangkan pada masa dewasa, manusia telah siap secara fisik dan mental untuk menghadapi perjalanan panjang setelah kehidupan di dunia setelah menyiapkan generasi penerus sejarah kehidupannya. Maka alngkah indahnya ketika di masa tua seseorang meninggalkan pertanyaan kepada generasi penerusnya seperti dinyatakan Ya qub: Apa yang akan kalian sembah sepeningglku kelak? Kami akan menyembah Tuhanmu d Tuhan nenek an moyangmu. Al Baqarah(2) :133:

Adakah kamu hadir ketika Ya qub kedatangan (tanda -tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab: Kami

akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada -Nya. 4. Keistimewaan Manusia 1. Segi Penciptaan Manusia diciptakan dari segenggam inti bumi yang didalamnya terkandung beberapa sifat yaitu sifat baik dan buruk, bahagia dan sed mulia dan hina. Yang mengistimewakan ih, manusia dari makhluk yang lain yang bertebaran dimuka bumi ini karena Allah telah menciptakan langsung dengan tanganNYa dan menyuruh semua malaikat bersujud kepadanya. Manusia tidak diciptakan dengan sia sia. (Al Qiyamah : 36 38). # #

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling baik dibandingkan mahkluk Allah yang lain. 2. Segi Ilmu Manusia dimuliakan dengan dikaruniai akal sehingga dapat menyerap ilmu, memahami, menjelaskan, serta mengembangkannya. Yang membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain, seperti hewan adalah keistimewaan dan kelebihan yang dimilikinya berupa ilmu, akal dan kemampuan menganalisa, maka apabila semua kelebihannya itu hilang , hilanglah pula yang membedakannya dengan hewan kecuali satu yaitu manusia dapat berbicara sedangkan hewan tidak (Miftah ad-Dar as-Sa adah, Ibnu Qayyim). 3. Segi Kehendak Manusia dilebihkan dengan dipadukannya tiga unsur jiwa, yaitu kekuatan, syahwat, dan iradah (kecenderungan yang baik). Ia bisa memulai jalan yang baik dan bisa pula jalan yang buruk. Sekadar ilmu belum tentu bisa mengarahkan orang pada kebaikan, yang bisa mengarahkan pada kebaikan adalah kemauan dan kehendak yang kuat. Bisa jadi seseorang yang telah tahu bahwa mencuri itu perbuatan yang buruk, tetapi tetap ia lakukan. Berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki satu pilihan (tidak bisa berkehendak) yaitu taat pada Allah, Sang Pencipta sesuai dengan tugasnya masing masing. 4. Segi Posisi Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara makhluk lainnya, yakni sebagai pemimpin. Sehingga Manusia bisa memanfaatkan alam semesta ini untuk keperlua n hidupnya. Al-Baqarah(2): 29:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Hud(11): 61:

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan -Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat -Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). 5. Segi Komunikasi Manusia dilebihkan dengan dua alat komunikasi : lisan yang digunakan untuk berbicara dan jari jemari yang digunakan untuk menulis. Jika kita perhatikan , seluruh makhluk hidup diberikan indera mulut dan alat suara, semuanya dapat berbicara dengan bahasa masing masing, ada yang berkicau, mendengus, mecicit, dll. Sedang manusia, bisa berbicara dengan berbagai macam bahasa dan suara, termasuk menirukan suara binatang, dan bunyi bunyian alam lainnya 6. Segi Tendensi Moral Manusia memiliki peluang untuk dibentuk menjadi baik atau buruk. Bahkan bisa berperan ganda sebagaimana orang munafik . Berbagai macam sifat dan sikap bisa ia miliki sekaligus. Dan sangat berbeda dengan binatang, binatang sulit atau bahkan tidak bisa dibentuk dengan sifat dan karakter yang bermacam macam. Setiap bayi yang dilahirkan dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang mempengaruhi hingga menjadi Yahudi, Nashrani, dan atau Majusi. ( Hadist sahih, telah dishahihkan oleh Al-Albani dalam Jami Ash-Shaghir 4/181). 7. Manusia dilebihkan dengan sifat malu. Ibnu Qoyyim berkata, Perhatikanlah satu macam sifat yang hanya dikaruniakan Allah kepada manusia dan tidak kepada yang lain yaitu sifat malu, bahwa sifat malu adalah akhlaq yang paling agung dan mulia serta paling tinggi kedudukannya dan paling banyak manfaatnya bagi manusia, bahkan merupakan ciri khusus bagi eksistensi manusia. Sehigga barangsiapa yang tidak memiliki rasa malu, maka telah hilang eksistensii kemanusiaannya kecuali ia hanya seonggok daging yang teraliri darah. Sumber: http://zulfa4wliya.wordpress.com/2007/02/09/asal-usul-manusiama%E2%80%99rifatulinsan/ http://isparmo.blogspot.com/2007/04/marifatul-insan-mengenal-diri-sendiri.html

MA RIFATUL INSAN Posted on February 9, 2010 by afifah amatullah Hakikat Manusia Tujuan materi Peserta mampu : 1. Memahami kondisi manusia sebagai makhluk yang lemah dan bagaimana kelemahan itu dapat menjadi kemuliaannya. 2. Memahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaan maupun pengingkarannya. Keterangan Manusia harus memahami hakikat diri dan kehidupannya (haqiqatul insan) agar ia dapat bersikap dan berlaku adil terhadap dirinya, terhadap Penciptanya, terhadap sesama manusia, dan terhadap makhluk-makhluk lain. Hakikat yang harus dipahami yaitu manusia adalah : 1. Makhluk (makhluqun). Sebagai makhluk ia diciptakan di atas fitrah Islam ( ala fithrah) l (QS 30:30). Meskipun dikenal sebagai makhluk termulia dan istimewa, tapi manusia adalah makhluk yang lemah (dha ifun) secara fisik dan meiliki banyak sekali keterbatasan dan kekurangan (QS 4:28). Dalam hal ilmu, ia pun bodoh (jahilun) (QS 33:72). Dalam kelangsungan hidupnya manusia sangat bergantung kepada pihak lain (faqirun) (QS 35:15). 2. Dimuliakan (mukarramun). Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yang mulia, meski asalnya dari sesuatu yang hina : tanah. Dengan kekuasaan-Nya, makhluk yang tercipta dari tanah itu mendapat tiupan ruh dari Allah Swt (nafkhur ruh) (QS 32:9). Allah juga memberinya keistimewaan dengan banyak kelebihan (imtiyazat) (QS 17:70) sempurna, di antaranya adalah akal. Alam semesta yang luas dan penuh karunia Allah ini pun ditundukkan Allah untuk manusia (yusakhara lahul kauni) (QS 45:12, QS 2:29, QS 67:15) 3. Mengemban tugas (mukallafun). Mukallaf artinya yang dibebani tugas. Konsekuensi sebagai makhluk yang telah diistemewakan dengan segala kelebihan, manusia tdak i dibiarkan tanpa tugas dan tanggung jawab yakni ibadah (QS 51:56) dan khilafah (QS 2:30). Potensi besar yang diberikan padanya dimaksudkan agar ia mampu mengelola bumi ini sesuai kehendak-Nya. 4. Berhak memilih (mukhayyarun) (QS 90:10, QS 76:3, QS 64:2, QS 18:29). Keistimewaan manusia diberi akal dan hati, menjadikannya makhluk yang berhak memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Dengan akal dan kebebasannya, ia beriman kepada Allah atau justru kafir kepada-Nya. 5. Mendapat imbalan (majziyun). Kebebasan tersebut tentu bukan tanpa konsekuensi. Allah akan memberikan balasan secara adil dan proporsional atas pilihannya di dunia itu. Balasan ini akan diterima di akhirat dan berlaku kepada seluruh manusia tanpa kecuali.

Balasan itu berupa kenikmatan surga untuk yang beriman (QS 102:8, QS 32:19, QS 2:25, QS 22:14) atau siksa neraka bagi yang kafir (QS 17:36, QS 53:38-41, QS 32:20, QS 2:24)

Potensi Manusia Tujuan materi Peserta mampu : 1. Memahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas ibadahnya. 2. Memahami bahwa menunaikan tugas akan mempertahankan posisi kekhalifahannya. 3. Menyadari akibat khianat terhadap tugas ibadah akan kembali pada dirinya sendiri. Keterangan Manusia memiliki potensi diri (thaqatul insan) yang sangat besar (QS 67:23, QS 32:9, QS 16:78, QS 7:179, QS 22:46). Potensi itu terletak pada pendengaran (as-sam u), penglihatan (al-basharu) dan hatinya (alfuadu). Potensi-potensi besar itu adalah amanah (QS 2:21, QS 51:56). Jika manusia bertanggung jawab penuh terhadap potensinya, berarti ia amanah (al amanah) (QS 33:72, QS 24:55, QS 48:29). Sebagai khalifah ia harus memperhatikan prinsip : 1. Tidak memiliki kekuasaan hakiki ( adamu haqiqatul mulkiyah). Karena pemilik dan penguasa yang hakiki adalah Allah, Sang Pencipta alam semesta. Manusia hanya mendapat amanah mengelolanya (QS 35:13, QS 40:53). 2. Bertindak sesuai kehendak yang mewakilkan (at-tasharrufu hasba iradatil mustakhlif). Sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi, maka ia harus bertindak sesuai kehendak pihak yang mewakilkan kepadanya yaitu Allah (QS 76:30, QS 28:68). 3. Tidak melampaui batas ( adamul ta addil hudud). Dalam menjalankan tugasnya, manusia tidak boleh melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah dalam syariat-Nya (QS 100:611) 1. Memahami bahwa tugas khalifah adalah al-imarah, ar-ri ayah, dan al-hifzh, yaitu dengan amar ma ruf nahi munkar dan mampu menyebutkan pola penumbuhannya. 2. Memahami unsur yang dipelihara dalam tugas khalifah dan mampu menyebutkan contoh-contohnya serta perbandingannya dengan konsepsi jahiliyah. 3. Menyebutkan syarat umum untuk mencapai fungsi khalifah tersebut. Keterangan Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah (QS 51:56, QS 2:21, QS 2:183, QS 63:8). Jika ia menunaikan tujuan penciptaannya maka ia akan menjadi insan yang bertakwa dan

memperoleh kemuliaan sejati (al- izzah). Dengan kekhalifahan yang berwibawalah ia dapat menunaikan fungsinya dengan baik yaitu: 1. Pemakmuran bumi (al- imarah) (QS 3:104, 110). Pemakmuran itu berupa pembangunan segala bidang baik materil (al-madiyah) maupun spiritual (ar-ruhaniyah) secara proporsional. Islam memberikan arahan (taujihat) dan hokum (tasyri ) yang sinergis, sehingga pembangunan itu mencapai peradaban (al hadharah) yang bermoral dan moralitas (al-akhlaq) yang berperadaban. 2. Pemeliharaan (ar-ri ayah) (QS 2:218, QS 18:110, QS 76:7). Menjaga dan memelihara ekosistem alam semesta dilakukan secara materiil maupun spirituil, melalui pendekatan targhib (harapan imbalan) berupa pahala (al-jaza ) bagi yang konsisten, dan tarhib (ancaman) berupa hukuman (al- uqubah) bagi yang melanggar. 3. Perlindungan (al-hifzh). Khilafah berfungsi melindungi lima hak asasi manusia yaitu : agama/aqidah (ad-dien), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), harta (al-mal), dan keturunan/kehormatan (an-nasab). Tugas ini sangat berat dan hanya dapat dilaksanakan apabila khilafah memiliki kewibawaan menegakkan amar ma ruf nahi munkar (QS 3:104, 110). Amar ma ruf nahi munkar adalah upaya untuk menunjukkan bahwa kebenaran itu benar dan menegakkannya di tengah kehidupan, menunjukkan bahwa kebatilan itu batil dan menumbangkannya bersama-sama (QS 8:8). Khilafah dapat menunaikan tugas itu jika ia memiliki kekuatan. Karena itu menyiapkan kekuatan pada diri umat Islam adalah wajib hukumnya (anasirul quwwatil islamiyah) (QS 8:60, QS 3:103, QS 2:256, QS 5:54-56, QS 17:36, QS 61:4, QS 49:15, QS 9:111). Adapun anasir kekuatan Islam itu adalah : * Kekuatan aqidah (quwwatul aqidah) * Kekuatan akhlak (quwwatul akhlaq) * Kekuatan jamaah (quwwatul jama ah) * Kekuatan ilmu (quwwatul ilm) * Kekuatan harta (quwwatul mal) * Kekuatan jihad (quwwatul jihad)

Seorang muslim yang beriman kepada Rasul dengan mengikuti jejaknya (ittiba) akan memperoleh dua kebaikan:1. Kebaikan di dunia (QS. 2:201 ):y y y y y

Dicintai Allah (QS. 5:54 ) Dirahmati Allah (QS. 3:132 ) Mendapat petunjuk Allah (QS. 42:53 ) Kemuliaan (QS. 63:8 ) Kemenangan (QS. 5:56 )

1. Kebaikan di akhirat (QS. 2:203 ):y y y y y

Pembelaan (QS. 75:22 ) Keceriaan wajah (QS. 75:22 ) Mendampingi Rasulullah (QS. 4:69 ) Bersahabat dengan orang saleh (QS. 4:69 ) Mendapat keuntungan (QS. 58:22

Wajibuna Nahwar Rasul ( Kewajiban Terhadap Rasul )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Muhammad Rasulullah:y y y y y

Membenarkan apa yang dikabarkannya (QS. 39:33 ) Menaati semua perintahnya (QS. 24:51 , 5:7 , 4:115 ) Menjauhi apa yang dilarangnya (QS. 59:7 ) Tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya (QS. 4:80 )

1. Kewajiban terhadap Rasulullah:

y y y y y y y y y

Mengimani (QS. 61:11 ) Mencintai Mengagungkan (QS. 48:7 ) Membelanya (QS. 9:40 , 61:14 ) Mencintai para pencintanya (QS. 48:29 ) Menghidupkan sunahnya (QS. 3:130 ) Memperbanyak shalawat (QS. 33:56 ) Mengikutinya (QS. 3:31 ) Mewarisi risalahnya (QS. 48:28 )

Posted in Ma'rifatul Rasul

Khashaisur Risalah Muhammad S.A.W. Kekhususan Risalah Muhammad S.A.W. )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Muhammad saw:y y y y y

(

Penutup para nabi (QS. 33:40 ) Penghapus risalah sebelumnya Membenarkan para Nabi sebelumnya (QS. 61:8 ) Penyempurna risalah sebelumnya, ditujukan untuk seluruh manusia (QS. 34:28 ) Ditujukan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS. 21:107 )

1. Risalah Muhammad adalah risalah Islam: intinya petunjuk /Al-Qur an dan agama yang benar yaitu Islam 2. Wajib berda wah:

y y y y y

Menjadi saksi (QS. 33:45 ) Memberi berita gembira (QS. 33:45 ) Memberi peringatan (QS. 33:45 ) Menyeru ke jalan Allah (QS. 33:46 ) Cahaya yang menerangi (QS 33:46 )

Binaul Izzah ( Membangun Harga Diri )August 25th, 2010 | Author: admin A. 1. Membangun harga diri (QS. 3:104 , 3:110 ) 2. Manusia (QS. 17:70 , 31:20 , 33:72 )y y y y y

Kemuliaan Keutamaan Diperuntukkan Amanah

Kemuliaan manusia (QS. 17:70 )4. Kewajiban seorang Muslim (QS. 63:8 )y y y y

Aqidah Ibadah Takwa

Ketinggian Islam (Hadits)6. Ummat Islam (QS. 3:110 )y y y y y y y y y

Iman Jujur Percaya Loyal Taat Komitmen Bergerak Kuat / Kekuatan

Ketinggian jamaah (QS. 63:8 , 3:139 )

Risalah al-Insan ( Misi Manusia )August 25th, 2010 | Author: admin

Manusia (QS. 51:56 , 2:21 , 183 , 63:8 )

Ibadah Taqwa Harga Diri Khilafah (QS. 2:30 ) Membangun (QS. 3:104 , 3:110 ) Materi Ruhani Taujih -> Peradaban Syariah > Akhlak Memelihara (QS. 2:218 , 18:110 ) Materi Ruhani Harapan -> balasan yang baik Menahan -> hukuman Menjaga (hadits) Agama Nafsu Akal Harta Keturunan Menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemunkaran (QS. 3:104 , 3:110 ) Menunjukkan yang haq adalah haq dan batil adalah batil (QS. 8:8) Menjadi unsur-unsur kekuatan Islam (QS. 8:60) Kekuatan aqidah. (QS. 3:103 , 2:256) Kekuatan akhlak (QS. 5:54 , 55 , dan 56 )

Kekuatan jamaah. (QS. 61:4 ) Kekuatan ilmu. (QS. 17:36 ) Kekuatan harta. (QS. 49:15 ) Kekuatan jihad. (QS. 9:111 )

At-Tawazuun ( Keseimbangan )August 25th, 2010 | Author: admin

Manusia Fitrah (QS. 30:30 , 7:172 , 75:14 ) Lurus (QS. 30:30 ) Seimbang (QS. 55:7 , 8 dan 9 ) Jasad gizi tubuh: makanan dan kesehatan (QS. 80:20 , 2:168 ) Akal gizi akal: ilmu (QS. 96:1, 55:1 , 2 , 3 dan 4 ) Ruh gizi ruh dzikrullah (QS. 73:1-20 , 13:28 , 3:191 ) Dengan gizi ini akan melahirkan kenikmatan lahir dan batin (QS. 31:20 )

Nataijut Taqwa ( Hasil Taqwa )August 25th, 2010 | Author: admin

Hasil-hasil takwa Rahmat (QS. 98:8 ) Furqan (QS. 8:29 ) Berkat (QS. 7:96 ) Jalan keluar (QS. 65:2 ) Rezeki (QS. 65:3 ) Kemudahan (QS. 65:5 )

Dihapuskan kesalahan (QS. 65:5 ) Ampunan (QS. 65:5 ) Pahala yang besar (QS. 65:5 ) Kesempurnaan ini merupakan kebaikan di dunia dan di akhirat (QS. 2:200)

Nataijul Ibadah ( Hasil Ibadah )August 25th, 2010 | Author: admin

Prinsip mencapai Ibadah yang benar: Iman (QS. 4:136 ) Islam (QS. 2:112 ) Ihsan(QS. 16:97 , 2:195 ) Tunduk(QS. 9:112 ) Tawakal (QS. 11:88 ) Cinta (QS. 2:165 ) Raja /Harapan (QS.2:218 , 18:110 ) Takut (QS. 76:7 ) Taubat (QS. 9:112 ) Doa (QS. 25:77 ) Khusuk (QS. 2:45 -46 ) Tercapainya nilai-nilai taqwa (QS. 2:21 , 2:183 )

Qabuulul Ibadah ( Diterimannya Ibadah )August 25th, 2010 | Author: admin

Ibadah terdiri dari dua bentuk Ibadah Mahdhah Niatnya benar (QS. 98:5 , 39:11 ,14 )

Diisyaratkan (QS. 59:7 ) Mengikuti cara yang benar (hadist) Kewajiban kita ittiba dalam manhaj dan cara (QS. 7:157 ) Ibadah bukan Mahdhah Niat yang ikhlas (QS. 98:5 , 39:11 ,14 ) Tergolong dalam amal shalih (QS. 103:3 , 95:8 ) Kewajiban kita ittiba dalam manhaj (hadits)

Syumuliyatul Ibadah ( Kesempurnaan Ibadah )August 25th, 2010 | Author: admin

Integralitas Ibadah Ibadah dalam Islam (QS. 2:21 , 51:56 ) Mencakup seluruh persoalan din Wajib Sunnah Mubah (QS. 3:19 , 5:3 ) Mencakup seluruh kehidupan Amal-amal yang baik Amal sosial Amal kehidupan Memakmurkan Bumi Menegakkan din (QS.2:208 ) Mencakup seluruh kehidupan manusia Hati Akal Anggota tubuh (QS. 3:191 )

Haqiiqah Al-Ibadah ( Hakikat Ibadah )August 25th, 2010 | Author: admin

Perasaan (sumber pelaksanaan Ibadah) Merasakan banyaknya nikmat Allah (QS. 16:18 , 55:13 ,18 , 21 , 23 , 25 , 28 , 30 ,dst, 31:20 ,14:7 ) Merasakan keagungan Allah (QS. 7:54 , 67:1 ) Ibadah yang dilakukan merupakan: Tujuan menghinakan diri (QS. 35:14 ) Tujuan kecintaan (QS. 2:165 ) Tujuan ketundukan (QS. 22:38 -39 ) Dilakukan dengan penuh takut (QS. 7:55 56 , 9:13 , 33:39 , 2:4 ) dan harap (QS. 21:90 , 94:8 )

Shifatul Insan ( Sifat Manusia )August 25th, 2010 | Author: admin

Jiwa Manusia diberi dua jalan (QS. 90:10 , 91:8 , 76:3 , 64:2 , 18:29 ) Jalan benar (takwa): Membersihkan jiwa (91:9 , 87:14 -15 , 62:4 ) Dengan bersyukur Bersabar Penyantun Penyayang Bijaksana Suka bertaubat Lemah lembut Senantiasa jujur Dapat dipercaya Akan memperoleh kejayaan (kesuksesan)

Jalan salah (fujur): mengotori jiwa (QS. 91:10 ) Memperturutkan sifat tergesa-gesa (QS. 17:11 , 21:37 ) Berkeluh kesah (QS. 70:19 , 90:4 ) Gelisah (QS. 70:20 ) Tak mau berbuat baik (QS. 70:21 ) Pelit (QS. 17:100 ) Kufur (QS. 14:34 ) Pendebat (QS. 18:54 ) Pembantah (QS. 100:6 ) Zalim (QS. 14:34 ) Jahil (QS. 33:72 ) Akan memperoleh kegagalan (merugi) (QS. 103:1 , 2 dan 3 )

Nafsul Insan ( Nafsu Manusia )August 25th, 2010 | Author: admin

Nafsu Manusia (QS. 91:7 , 8 , 9 dan 10 ) Ruh mendominasi hawa nafsu Berorientasi dzikir (QS. 29:45 , 3:191 ) Jiwa yang tenang (QS. 13:28 , 89:29 -30 ) Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4:137-143 ) Berorientasi pada akal (QS. 2:9 ) Jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75:2 ) Ruh yang didominasi hawa nafsu Berorientasi syahwat (QS. 3:14 ) Jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan (QS. 12:53 )

Ilmullah ( Ilmu Allah )

August 25th, 2010 | Author: admin 1. Allah Yang Maha Pencipta (QS. 25:2 ) 2. Jalan formal (khusus):y y y y y y

Yang Maha Pandai (QS. 67:14 )

Dengan wahyu (QS. 3:38 ) Memerlukan rasul (QS. 42: 51 , 52 dan 53 ) Ayat qauliyah (QS. 55:1 -2 , 96:1 ) Berfungsi sebagai pedoman hidup (QS. 3:19 dan 85 ) Kebenaran mutiak (QS. 2:147 , 41:53 )

1. Jalan nonformal (umum):y y y y y y

Dengan ilham (QS. 90:5 ) Langsung (QS. 2:31 , 55:4 ) Ayat kauniyah (QS. 3:190 , 41:53 ) Berfungsi sebagai sarana hidup (QS. 11:61 ) Kebenaran ekspertmental (QS. 10:36 )

1. Untuk manusiaagarberibadah (QS.51:56 )

Al-Ihsan ( Berbuat Baik)August 25th, 2010 | Author: admin 1. Pengawasan Allah (QS. 50:16 , 17 dan 18 , 89:14 , 2:284 ) 2. Kebaikan Allah (QS. 28:77 , 1:3 , 2:29 , 31:20 )y y y y y

Niat yang ikhsan (QS. 2:207 ) Niat yang ikhlas (QS. 98:5 ) Pekerjaan yang tertib Penyelesaian yang baik (QS. 94:7 )

1. Amal yang ikhsan:y y y y

Kecintaan dari Allah (QS. 2:195 , 3:134 , 148 ) Pahala dari Allah (QS. 3:148 , 16:97 ) Pertolongan Allah (QS. 16:128 , 29:69 )

Maiyatullah ( Kesertaan Allah )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Kesertaan Allah umum (QS. 57:4 , 58:7 ,11 ) 2. Mukmin:

y y y

Pengawasan Allah (QS. 50:16 , 17 dan 18 , 89:14 , 2:284 ) Kebaikan Allah (QS. 28:77 , 31:20 )- Taat Kepada Allah

1. Kesertaan Allah khusus (QS. 26:62 , 9:40 ):y y y

Iman (QS. 16:128 ) Amal saleh (QS. 47:7 , 8:10 )

1. 2. 3. 4. 5.

Dukungan Allah (QS. 8:9 , 3:125 , 3:168 ) Mencapai sukses (QS. 3:185 ) Kafir ingkar nikmat Allah (QS. 16:83 ) Lalai (QS. 7:179 , 18:28 ) Akibatnya bermaksiat kepada Allah.

Mahabbatullah ( Mencintai Allah )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Hakikat Cinta:y y y

Cinta yang mengikuti syari at dasarnya iman (QS. 3:15 , 52:21 , 3:170 ) Cinta yang tidak mengikuti syari at dasarnya syahwat (QS. 3:14 , 80:34-37 , 43:67 )

1. Ciri-ciri Cinta:y y y y y y y y

Selalu mengingat-ingat (QS. 8:2 ) Mengagumi (QS. 1:1 ) Ridha /rela (QS. 9:61 ) Siap berkorban (QS. 2:207 ) Takut(QS. 21:90 ) Mengharap(QS. 21:90 ) Menaati(QS. 4:80 )

1. Tingkatan Cinta: 1.y y y y y y

Cinta menghamba hanya dengan Allah untuk menyembah atau mengabdikan diri (QS. 2:21 ) Mesra dengan Rasulullah dan Islam untuk diikuti Rasa rindu dengan Mukminin (keluarga atau jamaah) untuk saling kasih sayang dan saling mencintai (QS. 48:29 , 5:54 , 55 dan 56 ) Curahan hati untuk kaum Muslimin umumnya untuk persaudaraan Islam Rasa simpati pada manusia umumnya untuk dida wahi Hubungan hati hanya dengan benda-benda untuk memanfaatkan

2. Kelaziman Cinta: 1. Menghasilkan loyalitas (wala).y

a. Mencintai siapa-siapa yang dicintai Kekasih Mencintai apa saja yang dicintai Kekasih b. Melepaskan diri (bara ):y y y y y

Membenci siapa saja yang dibenci Kekasih Membenci apa saja yang dibenci Kekasih

Mana La Ilaha Illallah ( Makna La Ilaha Illallah )August 25th, 2010 | Author: admin

Makna La ilaha illallah: 1. Tiada pencipta selain Allah (QS. 25:2 ) 2. Tiada pemberi rezeki selain Allah (QS. 51: 57 58 ) 3. Tiada pemilik selain Allah (QS.4:131 -132 , 2:284 ) 4. Tiada raja/kerajaan selain untuk Allah (QS. 62:1 , 36:83 , 67:1 , 3:189 ) 5. Tiada pembuat hukum selain Allah (QS. 12:40 , 6:114 , 33:36 , 28:68 , 45:18 , 42:20 , 6:137 .) 6. Tiada pemerintah selain Allah (QS. 7:54 , Tiada pemimpin selain Allah (QS. 2:257 ) 7. Tiada yang dicintai selain Allah (QS. 2:165 ) 8. Tiada yang ditakuti selain Allah (QS.2:40 , 9:18 ) 9. Tiada yang diharapkan selain Allah (QS. 94:8 , 18:110 ) 10. Tiada yang memberi manfaat atau mudharat selain Allah (QS.6:17 ) 11. Tiada yang menghidupkan atau mematikan selain Allah (QS.2:258 ) 12. Tiada yang mengabulkan permohonan selain Allah (QS.2:186 , 40:60 ) 13. Tiada yang melindungi selain Allah (QS. 16:98 , 72:6 ) 14. Tiada wakil selain Allah (QS. 3:159 , 9:52 ) 15. Tiada yang diagungkan selain Allah

16. Tiada yang dimohon pertolongannya selain Allah (QS. 1:5 )

Al-Hayah Fi Zhilali Tauhid ( Hidup Dibawah Naungan Tauhid )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Allah:y y y y y

Dzat (QS. 112:1-3 , 42:11 , 6:103 ) Sifat(QS. 7:180 , 17:110 ) Nama-nama (QS. 7:110 ) Afal (perbuatan) (QS. 85:16 , 21:23 )

1. Macam-macam, tauhid:y y y y y

Asma dan sifat (QS. 1:1 ) Rububiyah (QS. 1:2 , 114:1 , 7:54 ) Mulkiyah (QS. 3:26 , 189 , 62:2 ) Uluhiyah(QS. 1:5 , 114:3 )

1. Terangkum dalam kalimat la ilaha illallah:y y y y y

Allah sebagai kecintaan (QS. 2:165 , 8:2 ) Rabb yang dimaksud (QS. 6:162 ) Raja yang ditaati (QS. 4:59 ) Ilah yang diabdi (QS. 51:56 )

1. Tercapai kehidupan yang baik (QS. 16:97 )

Tauhidullah ( Mengesakan Allah )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Tauhidullah 1. Rububiyatullah (QS. 1:2 , 7:54 )y

a. Pencipta (QS. 25:2 ) Pemberi Rezeki (QS. 51:57 -58 ) Pemilik (QS. 2:284 ) Raja(QS. 1:4 , 114:2 , 62:2 ) b. Mulkiyatullah c. y Pemimpin (QS. 7:196 )y y y y

Pembuat Hukum (QS. 12:40 ) Pemerintah (QS. 7:54 ) Yang dituju (QS. 6:162 ) d. Ilah yang Abadi (QS. 114:3 , 109:1-6 )y y y

1. Tauhidul Ibadah (Pemurnian Ibadah) Tauhidullah Ikhlas (QS. 112:1-3 , 38:83 ) a. Mengingkari thaghut (QS. 2:256 , 4:60 )y

a. Menjauhi thaghut (QS. 16:36 , 39:16 , 17 dan 18 ) Tidak adanya syirik (QS. 39:3 , 11 , 14 ) b. Iman terhadap Allah (QS. 2:256 )y y y y y y

Mengabdi hanya kepada Allah (QS. 16:36 ) Mengesakan Allah dalam beribadah (QS. 98:5 )

1. Akhthar Asy-Syirk (Bahaya Syirik) 1. Definisi thaghut (QS. 96:6 , 7 dan 8 , 79:17 ) adalah segala sesuatu yang diabdi selain Allah dan dia ridha diibadahi. 2. Macam-macam thaghut: y Syetan (QS. 36:60 , 4:118 , 14:22 ) y Pemerintah zhalim (QS. 5:44 , 45 , 47 ) y Hukum jahiliyah (QS. 4:60 , 5:50 ) y Dukun dan tukang sihir (QS. 72:6 , 2:102 ) y Berhala (QS. 4:117 , 14:35 -36 ) c. Bahaya Syirik: y Kezhaliman yang besar (QS. 31:13 ) y Tidak mendapat ampunan (QS. 4:48 , 116 ) y Dosa yang besar (QS. 4:48 ) y Kesesatan yang jauh (QS. 4:60 , 116 ) y Diharamkan surga (QS. 5:72 ) y Masuk neraka (QS. 5:72 ) y Dihapuskan amal (QS. 39:65 , 6:88 )

Al-Mawani Fii Marifatullah ( Penghalang Mengenal Allah )August 25th, 2010 | Author: admin

Sifat-sifat yang menghambat pengenalan terhadap Allah1. Sifat yang berasal dari penyakit syahwaty y y y

Fasiq (QS. 2:26 , 27 , 59:19 ) Sombong (QS. 16:22 , 40:35 , 56 , 7:12 ) Zalim (QS. 61:7 , 32:22 )

y y

Dusta (QS. 2:10 , 77:10-19 ) Banyak Dosa (QS. 83:14 )

Akan dimurkai diobati dengan mujahadah1. Sifat yang berasal dari penyakit subhaty y y y y

Jahil (QS.39:65 ) Ragu-ragu (QS. 22:55 ) Menyimpang (QS. 5:13 ) Lalai(QS. 7:179 )

Ath-Thariiq Ila Marifatullah )

Marifatullah

( Cara

Menuju

August 25th, 2010 | Author: admin 1. Jalan menuju pengenalan terhadap Allah swt. 2. Ayat-ayat:y y y

Ayat qauliyah (QS. 95:1-5 ) Ayat kauniyah (QS. 41:53 , 3:190 )

1. Metode Islam:y y y y

Dengan naql dan akal (QS. 10:100 -101 , 65:10 , 67:10 ) Membenarkan (QS. 3:191 , 50:37 ) Menghasilkan iman

1. Metode selain Islam:y y y y

Dugaan dan hawa nafsu (QS. 2:55 , 10:36 , 6:115 ) Ragu-ragu (QS. 22:55 , 24:50 ) Berakibat kufur

Ahammiyyatu Marifatullah ( Pentingnya Mengenal Allah )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Kepentingan mengenal Allah (QS. 47:19 , 3:18 , 22:72 -73 , 39:67 ), 2. Tema pembicaraan ma rifatullah Allah Rabbul Alamin (QS. 13:16 , 6:12 , 19 , 29:59 , 24:35 , 2:255 ) 3. Didukung dalil yang kuat:

y y y y

Naqli (QS.6:19 ) Aqli (QS. 3:190 ) Fitri (QS. 7:172 , 75:14-25 )

1. Dapat meningkatkan iman dan takwa:y y y y y y y

Kemerdekaan (QS. 6:82 ) Ketenangan (QS. 13:28 ) Berkah (QS. 7:94 ) Kehidupan yang baik (QS. 16:97 ) Surga (QS. 10:25 -26 ) Keridhaan Allah (QS. 98:8 )

Al-Amal Al-Islami ( Aktivitas Islami )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Beraktivitas dengan Islam akan membentuk: keyakinan, fikrah, perasaan, akhlak yang Islami kondisi Islami (QS.59:9 ) yang membentuk sikap yang Islami (QS. 59:10 , 3:146 -147 ) 2. Amal Islami berbentuk da wah dan tarbiyah (QS. 41:33 ) serta harakah dan jihad (QS. 4:71 , 76 , 8:45 -46 ) 3. Semuanya merupakan ibadah yang ditujukan kepada Allah saja (QS. 16:36 ), untuk mencapai derajat takwa (QS. 2:21 , 8:29 ) 4. Mendapat burhan (bukti-bukti) (QS. 11:17 ) dari Allah berbentuk kepercayaan (QS. 21:105 ), pertolongan (QS. 47:7 ), dan amanah (QS. 4:58 ) 5. Kesemuanya diperlukan dalam rangka memperoleh kedudukan (QS.24:55

Thabiah Diinil Islam ( Tabiat Agama Islam )August 25th, 2010 | Author: admin 1. Tabiat agama Islam:y y y y y y y

Agama yang bersih dari syirik dan sesuai dengan fitrah membentuk pribadi mukhlis dan hanif(luTus) (QS. 39:2 , 22 dan 14 , 7:172 , 30:30 ) Agama yang penuh dengan nilai-nilai dan konsepsi membentuk pribadi yang bermutu dan bermanhaj (QS. 43:4 , 36:1 -2 ) Agama akhlak atau moral dan hukum membentuk pribadi yang berakhlak dan bijaksana (QS. 4:36 ,105 ) Agama kebersihan dan kesucian membentuk pribadi yang bersih dan suci (QS. 9:108 ) Agama ilmu dan amal membentuk pribadi yang berilmu dan aktif bekerja (QS. 47:19 ,