makalah penerapan kolaborasi pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan

26
Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan dan Praktik antar Profesi Kesehatan Oleh : Diyan Pradana

Upload: fansha-tio-anugrah

Post on 02-Aug-2015

793 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

Makalah

Penerapan Kolaborasi Pendidikan dan Praktik antar

Profesi Kesehatan

Oleh :

Diyan Pradana

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2012

Page 2: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada pernah terputus rahmat dan

karunia-Nya. Sholawat serta salam teruntuk baginda Nabi dan Rasul kita

Muhammad SAW kepada keluarganya, para sahabat, dan sampailah pada kita

sebagai pengikutnya.

Alhamdulillah berkat bantuan dari semua pihak, akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah mengenai “Penerapan Kolaborasi Pendidikan dan Praktik

antar Profesi Kesehatan” ini untuk memenuhi salah satu persayaratan pendaftaran

keikutsertaan LKMM Nasional VI ILMIKI diselenggarakan di Universitas

diponegoro Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih terdapat

banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Dengan demikian, Penulis

mangharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca guna

menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan. Semoga dengan amal dan usaha

kita untuk menggali ilmu pengetahuan di ridhoi dan dimudahkan oleh Allah SWT.

Banjarmasin, 17 Agustus 2012

Penulis

Page 3: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok

profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda

keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari

anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim

kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli

gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya

memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai

antar sesama anggota tim.

Proses sinergi dan pemahaman antar profesi dapat dibangun sejak

calon-calon tenga professional ini duduk dibangku kuliah. Melakukan

aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah yang dapat dilihat dari

berbagai macam perspektif profesi akan meningkatkan kesadaran diri tentang

keterbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti pentingya kerja tim

profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan penghargaan antar anggota

tim kesehatan. Saat ini peraturan yang jelas tertulis hanyalah rumah sakit

pendidikan untuk dokter dan dokter gigi, sementara profesi lain tidak diatur.

Pertanyaanya adalah, apakah akan tercipta generasi dokter yang baik jika

tenaga kesehatan lain di dalam rumah sakit tidak diatur untuk menciptakan

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang lebih baik, Siapakah yang bisa

dijadikan contoh peran kolaborasi professional dalam melayani pasien, Bila

dokter memiliki keunggulan dalam menegakan diagnosa penyakit, bukankah

farmasi lebih tahu tentang pilihan obat yang paling tepat, Bukankah perawat

yang lebih tahu tentang respon akibat penyakit dan pengobatanya.

Page 4: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan

klien, pper group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan

dalam praktek di lapangan sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat

dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat

perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan

meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Faktor pendidikan

merupakan unsur utama yang mempengaruhi kemampuan seorang

profesional untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan dengan

perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya

kerja sama. Setiap anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan

kesehatan yang berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada

kelompok pemberi asuhan kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh

pemahaman setiap anggota terhadap nilai-nilai profesional. yaitu melakukan

sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat

tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan

komunikasi terbuka.

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini,

Bagaimana pasien menanganinya,, bantuan apa yang dibutuhkannya, Dan

apa yang dapat diberikan kepada pasien?. Perawat dididik untuk mampu

menilai status kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan

rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Para

pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan

dasar argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu

yang membantu individu sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang

mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.

Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat

cukup mencolok. Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi

dalam perspektif yang berbeda dari perawat. Mungkin dokter berpikir bahwa

kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan dengan mengikuti perintah

/instruksi dari pada saling partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Page 5: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

Meskipun komunikasi merupakan komponen yang diperlukan, itu saja tidak

cukup untuk memungkinkan kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara

berkomunikasi juga berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi.

Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat dipandang sebagai kolaborasi oleh

dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang diperintahkan untuk

melakukan sesuatu. Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak merasa

nyaman “menantang” dokter dengan memberikan sudut pandang yang

berbeda.. Atau, mungkin input yang perawat berikan tidak dihargai atau

ditindak lanjuti, sehingga interaksi tersebut tidak dirasakan oleh perawat

sebagai kolaborasi.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Setelah penulisan makalah ini penulis memahami hubungan perawat dan

dokter serta profesi kesehatan lainnya.

2. Tujuan khusus

Setelah penulisan makalah ini penulis dapat :

a. Memahami tentang kolaborasi antara perawat dengan profesi kesehatan

yang lain

b.Gambaran kinerja tenaga kesehatan dilahan praktik

c. peran perawat terhadap kolaborasi

d. Kesenjangan antara profesi keperawat dengan dokter

e. Penerapan hubungan antara perawat – pasien, perawat dan perawat,

perawat – profesi lain dan perawatan dengan masyarakat.

f. Memahami etika hubungan tim keperawatan

g. Memahami hubungan perawat dengan dokter.

Page 6: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan teori

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau

perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan

kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan

pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan

kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara

dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan

mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam

batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta

respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu,

keluarga dan masyarakat.

2.2 Definisi perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”. Jadi dari pengertian perawat tersebut dapat artikan

bahwa seorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai

tanggungjawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat

membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik

diluar maupun didalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau

surat tanda tamat belajar. Dengan kata lain orang disebut perawat bukan dari

keahlian turun temurun, malainkan dengan memalui jenjang pendidikan

perawat.( Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001

tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)

Page 7: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

2.3 Definisi dokter

Secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan

(dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk

menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang

jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan

sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam

koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan

menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung

tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang

diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang

diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

Perasaan saling tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan

bekerja sama. Bekerja bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi

kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan

agar tujuan atau target yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu,

menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk

berkomunikasi anatar profesi secara formal tentang asuhan klien. Untuk hasil

akhir asuhan kesehatan dapat dioptimalkan.

Page 8: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kolaborasi Dalam Profesi Kesehatan

Proses sinergi dan pemahaman antar profesi dapat dibangun sejak

calon-calon tenga professional ini duduk dibangku kuliah. Melakukan

aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah yang dapat dilihat dari

berbagai macam perspektif profesi akan meningkatkan kesadaran diri tentang

keterbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti pentingya kerja tim

profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan penghargaan antar anggota

tim kesehatan. Saat ini peraturan yang jelas tertulis hanyalah rumah sakit

pendidikan untuk dokter dan dokter gigi, sementara profesi lain tidak diatur.

Pertanyaanya adalah, apakah akan tercipta generasi dokter yang baik jika

tenaga kesehatan lain di dalam rumah sakit tidak diatur untuk menciptakan

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang lebih baik, Siapakah yang bisa

dijadikan contoh peran kolaborasi professional dalam melayani pasien, Bila

dokter memiliki keunggulan dalam menegakan diagnosa penyakit, bukankah

farmasi lebih tahu tentang pilihan obat yang paling tepat, Bukankah perawat

yang lebih tahu tentang respon akibat penyakit dan pengobatanya.

Ronde bersama di rumah sakit, diskusi kasus dan pengelolaan kasus

bersama akan sangat bermanfaat bukan hanya untuk profesi atau mahasiswa

kesehatan namun juga untuk pasien. Dengan kerjasama, duplikasi

pemeriksaan dan wawancara serta duplikasi tindakan akan dapat

dihindarkan. Melalui kerja tim, pemeriksaan dan tindakan serta monitoring

data penting tidak akan terlewatkan. Dari kegiatan ini calon-calon

Page 9: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

profesioanal tahu bagaimana menjadikan pelayanan yang efektif dan efisien

yang berfokus pada kebutuhan pasien. Kebutuhan pembelajaran dilakukan

tetap dalam koridor beneficiency dan non maleficiency.

Setiap profesi tenaga kesehatan memiliki keunggulan yang tidak bisa

digantikan oleh profesi lain. Namun dalam beberapa area, setiap profesi

memiliki kemiripan dan kedekatan hubungan yang luar biasa yang sering

dikenal sebagai area abu-abu atau gray area. Pada wilayah ini setiap profesi

merasa memiliki kemampuan dan hak untuk menjalankan praktek

profesionalnya. Sehingga area abu menjadi daerah yang ‘diperebutkan’.

Paradigma perebutan wilayah seperti ini harus dirubah menjadi paradigma

baru yang lebih konstruktif, yaitu menjadikan daerah abu-abu menjadi area

of common interest. Area yang menjadi perhatian bersama para profesi

karena besarnya magnitude area itu dan resiko dampak yang juga luar biasa

sehingga harus ditangani bersama. Area ini bila tidak ditangani dapat

menimbulkan potensi bahaya penyakit dan bahaya social yang sangat besar

bagi masyarakat. Contoh masalah ini adalah persalinan normal, imunisasi

dan vaksinasi serta pengobatan rutin masyarakat. Bila karena suatu hal

profesi kesehatan lain tidak ada dan profesi kesehatan lainya tidak

diperkenankan menangani masalah ini, maka dimanakah nurani para hamba-

hamba kesehatan, Apakah persalinan bisa ditunda, Apakah hanya demam

tinggi dan diare yang tidak spesifik harus dirujuk hingga 45 kilometer atau

ditunda hingga dua hari, Bila kesepakatan antar profesi tenaga kesehatan

dalam menangani area of common interest ini dapat dilakukan dengan baik,

kehidupan bersama profesi-profesi kesehatan akan lebih mulia dan

dimuliakan oleh masyarakat.

Page 10: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

3.2 Komponen Dalam Kolaborasi Pelayanan Kesehatan

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok

profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda

keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari

anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim

kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli

gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya

memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai

antar sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi

pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu

rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal

hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam

interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi

pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan

mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas

pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering

berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal

pemberian pengobatan.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja

dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai

Page 11: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,

komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di bawah ini.

Dasar-dasar kompetensi koaborasi :

a. Komunikasi

b. Respek dan kepercayaan

c. Memberikan dan menerima feed back

d. Pengambilan keputusan

e. Manajemen konflik

Komunikasi sangat dibutuhkan daam berkolaborasi karena kolaborasi

membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, dibutuhkan

komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim. Pada

dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih kearah honor

dan harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan

hasil. Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non

verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.Feed

back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,

kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu, feed back

juga dapat bersifat negatif maupun positif. Dalam melakukan kolaborasi juga

akan melakukan manajemen konflik, konflik peran umumnya akan muncul

dalam proses. Untuk menurunkan konflik maka masing-masing anggota

harus memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan

harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih

peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

3.3 Keberhasilan Kolaborasi Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan

Page 12: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

Menurut Hanson & Spross, 1996 terwujudnya suatu kolaborasi

tergantung pada beberapa kreiteria yaitu:

1. Adanya rasa saling percaya dan menghormati.

2. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing.

3. Memiliki citra diri positif.

4. Memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari

pendidikan dan pengalaman.

5. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan.

6. Keinginan untuk bernegosiasi

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :

a. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama

b. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya

c. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik

d. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang

tergabung dalam tim.

Model Praktek Kolaborasi :

a. Interaksi Perawat-Dokter, dalam persetujuan pratek.

b. Kolaborasi Perawat – Dokter, dalam memberikan pelayanan.

c. Tim Interdisiplin atau komite.

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar

jika hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses

Page 13: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

kolaborasi itu terjadi justru menjadi point penting yang harus disikapi.

Bagaimana masing-masing profesi memandang arti kolaborasi harus

dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang

sama.

Penerapan hubungan antara perawat dan profesi lain yang memiliki

bidang kesehatan yang saling berketergantungan satu sama lain misalnya

seorang dokter pasti membutuhkan, perawat, apoteker dan lain-lain , yang

saling berkaitan satu sama lain.

Selain penerapan-penerapan dengan perawat dan profesi lain, perawat

juga harus menerapkan hubungan antara perawat dan masyarakat Perawat

mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai

dan medukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan

masyarakat.dan tetap menghargai privasi yang ada dalam masyarakat berupa

Privasi pasien. Menghargai harkat martabat pasien,Sopan santun dalam

pergaulan,saling menghormati, saling membantu, peduli terhadap lingkung.

3.2 Kolaborasi Antara Dokter Dan Perawat

Pada saat ini berkembang paradigma baru dalam upaya pemberian

palayanan kesehatan yang bermutu dan konfrehensif, tentu hal ini dipicu

ketika WHO pada tahun 1984 mendefinisikan sehat yang meliputi sehat

fisik,sehat psikis,sehat sosial, dan sehat spiritual. Dulu orang memandang

masing –masing berdiri sendiri, hanya sedikit keterkaitan antara satu sama

lainnya. Oleh karena itu penanganan kesehatan pada umumnya akan

melibatkan berbagai elemen disiplin ilmu yang saling menunjang.

Hubungan dokter dan perawat dalam pemberian asuhan kesehatan

kepada pasien merupakan hubungan kemitraan ( partnership) yang lebih

Page 14: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

mengikat dimana seharusnya terjadi harmonisasi tugas, peran dan tanggung

jawab dan sistem yang

Terbuka.Sebagaimana American Medical Assosiasi ( AMA ), 1994,

menyebutkan kolaborasi yang terjadi antara dokter dan perawat dimana

mereka merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan

berbagai nilai – nilai yang saling mengakui dan menghargai terhadap setiap

orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Apabila kolaborasi antara dokter dan perawat berjalan sebagaimana

dimaksudkan tentu berdampak langsung terhadap pasien, karena banyak

aspek positif yang dapat dihasilkan tetapi pada kenyataannya terutama dalam

praktek banyak hambatan kolaborasi antara dokter dan perawat sehingga

kolaborasi sulit tercipta.

3.4 Hambatan Kolaborasi Dokter dan Perawat

a. Dominasi Kekuasan

Dari pengamatan penulis terutama dalam praktek Asuhan

Keperawatan perawat belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi

dengan baik khususnya dengan dokter walaupun banyak pekerjaan yang

seharusnya dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat, walaupun kadang

tidak ada pelimpahan tugasnya dan wewenang. Hal ini karena masih

banyaknya dokter yang memandang bahwa perawat merupakan tenaga

vokasional.

Degradasi keperawatan ke posisi bawahan dalam hubungan

kolaborasi perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan bahwa

dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan perawat

Page 15: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

melaksanakan keputusan tersebut. Pada tahun 1968, psikiater Leonard

Stein menggambarkan hubungan perawat-dokter pada kenyataanya

perawat menjadi pasif.

b. Perbedaan Tingkat Pendidikan/Pengetahuan

Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan dokter dan perawat

secara umum masih jauh dari harapan hal ini dapat berdampak pada

interprestasi terhadap masalah kesehatan pasien yang berbeda, tentu juga

akan berdampak pada mutu asuhan yang diberikan.

c. Komunikasi

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif,

bertanggung jawab dan saling menghargai antar kolaborator, catatan

kesehatan pasien akan menjadi sumber utama komunikasi yang secara

terbuka dapat dipahami sebagai pemberi informasi dari disiplin profesi

untuk pengambilan keputusan. Kesenjangan tingkat pendidikan dan

pengetahuan akan menghambat proses komunikasi yang efektif.

d. Cara Pandang

Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat

cukup mencolok. Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi

dalam perspektif yang berbeda dari perawat. Mungkin dokter berpikir

bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan dengan

mengikuti perintah /instruksi dari pada saling partisipasi dalam

pengambilan keputusan. Meskipun komunikasi merupakan komponen

yang diperlukan, itu saja tidak cukup untuk memungkinkan kolaborasi

terjadi.

Page 16: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

Gaya maupun cara berkomunikasi juga berpengaruh terhadap

efektivitas komunikasi. Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat

dipandang sebagai kolaborasi oleh dokter sedangkan perawat merasa

mereka sedang diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Kemungkinan

kedua adalah bahwa perawat tidak merasa nyaman “menantang” dokter

dengan memberikan sudut pandang yang berbeda.. Atau, mungkin input

yang perawat berikan tidak dihargai atau ditindak lanjuti, sehingga

interaksi tersebut tidak dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap profesi tenaga kesehatan memiliki keunggulan yang tidak bisa

digantikan oleh profesi lain. Namun dalam beberapa area, setiap profesi

memiliki kemiripan dan kedekatan hubungan yang luar biasa yang sering

dikenal sebagai area abu-abu atau gray area. Pada wilayah ini setiap profesi

merasa memiliki kemampuan dan hak untuk menjalankan praktek

profesionalnya. Sehingga area abu menjadi daerah yang ‘diperebutkan’.

Paradigma perebutan wilayah seperti ini harus dirubah menjadi paradigma

baru yang lebih konstruktif, yaitu menjadikan daerah abu-abu menjadi area

of common interest. Area yang menjadi perhatian bersama para profesi

karena besarnya magnitude area itu dan resiko dampak yang juga luar biasa

sehingga harus ditangani bersama. Area ini bila tidak ditangani dapat

menimbulkan potensi bahaya penyakit dan bahaya social yang sangat besar

bagi masyarakat

4.2 Saran

Page 17: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan

1. Untuk Pendidikan: Perlu adanya sosialisasi praktik kolaborasi dan

managed care diantara tim kerja kesehatan atau profesi kesehatan mulai

dari situasi pendidikan.

2. Untuk Rumah sakit: Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

kesehatan perlu adanya peningkatan pendidikan perawat dan komunikasi

yang baik ke pasien maupun antar tim kerja, dan untuk meningkatkan

praktik kolaborasi perlu adanya komitmen bersama antara pemimpin

(struktural) dan fungsional (profesi kesehatan), dimana pimpinan dapat

mengadopsi managed care dan mensosialisasikan serta dapat diterapkan

pada pelayanan.

Daftar Pustaka

Departemen kesehatan RI (2004). Profile Indonesia 2004.

Ismani, Nila.2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widia Medika

http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo04/

http://chairulums.wordpress.com/2009/06/30/hubungan-perawat-dokter/

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/14/humaniora/3531067.htm.

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0711/01/184756.htm ( 14 Mei 2008).

Rachmawati, Evy. 2007 Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Masih Rendah.

www. Kompas.com/kompas-cetak/ 2001. Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi

Mitra Dokter.

www.nursingworld. Canon. 2005. New Horizons for Collaborative Partnership.

www. Nursingworld. Gardner. 2005. Ten Lessons in Collaboration.

Page 18: Makalah Penerapan Kolaborasi Pendidikan Dan Praktik Antar Profesi Kesehatan