makalah biotek polio

19

Click here to load reader

Upload: hafiz-alroza

Post on 24-Jun-2015

797 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Biotek Polio

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Poliomyelitis atau yang lebih dikenal dengan penyakit polio adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf dan dapat

menyebabkan kelumpuhan. Virus ini adalah virus RNA termasuk dalam famili

Picornaviridae, dan terdiri dari 3 serotipe virus yaitu serotipe 1, serotipe 2 dan

serotipe 3. Perbedaan ketiga tipe ini adalah pada sekuen nukleotidanya. Virus polio

tipe 1 (VP1) adalah antigen yang paling dominan membentuk antibodi netralisasi,

paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah. Sedangkan tipe 2 adalah yang

paling jinak Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur tetapi yang paling

rentan adalah umur < 3 tahun (50-70 % dari keseluruhan kasus polio).

Tinjauan Pustaka

Vaksin polio telah digunakan secara luas di seluruh dunia untuk melawan

penyakit poliomyelitis. Vaksin ini ditemukan oleh Jonas Salk (1952, metode injeksi)

dan Albert Sabin (1957, metode peroral).

Vaksin metode injeksi pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk tahun

1952, di mana vaksin tersebut merupakan poliovirus yang sudah diinaktifasi (IPV-

Inactivated Polio Virus). IPV dibuat berdasarkan tiga strain, yaitu Poliovirus 1,

Poliovirus 2 dan Poliovirus 3. Vaksin ini akan memberikan imunitas yang

diperantarai IgG pada aliran darah sehingga mencegah viremia dan kerusakan saraf

motorik. Vaksin ini pertama kali dicobakan secara massal pada tahun 1954 dan

hasilnya IPV terbukti 60-70% efektif mencegah infeksi strain Poliovirus 1, 90%

efektif mencegah infeksi Poliovirus 2 dan 3 serta 94% efektif mencegah polio

bulbaris, sehingga IPV kemudian memperoleh lisensi (Amerika 1987) sebagai vaksin

untuk mencegah poliomyelitis.

Sedangkan vaksin metode peroral (OPV-oral poliovirus vaccine)

dikembangkan oleh Albert Sabin (1958) di mana vaksin tersebut merupakan virus

yang dilemahkan. Virus polio tersebut dilemahkan dengan cara menempatkan pada

i

Page 2: Makalah Biotek Polio

sel-non-manusia dengan temperatur sub-fisiologis sehingga mengalami mutasi dan

dapat dijadikan vaksin. OPV mendapat lisensi di Amerika pada tahun 1961-1963.

Pada umumnya OPV mengandung 10-20 dosis vaksin. Satu dosis tunggal OPV

(biasanya dua tetes) mengandung satu juta unit Sabin 1 (untuk melawan PV1),

100.000 unit Sabin 2, 600.000 unit Sabin 3 serta antibiotik (neomyicin dan

streptomycin). Penelitian menunjukkan bahwa satu dosis OPV memproduksi imunitas

untuk ketiga serotipe poliovirus pada 50% pasien dan tiga dosis OPV memproduksi

imunitas untuk ketiga tipe poliovirus pada 95% pasien. OPV bekerja dengan cara

memproduksi imunitas di sistem gastrointestinal (tempat perlekatan poliovirus)

sehingga efektif untuk mencegah infeksi poliovirus wild strain pada daerah-daerah

endemik.

Tujuan

Dalam penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini penulis memiliki dua tujuan, antara

lain :

Tujuan subjektif

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi.

Tujuan Objektif

Untuk mengetahui jenis vaksin pada penyakit polio yang dapat mencegah

timbulnya virus polio dan cara pembuatan vaksin polio.

PEMBAHASAN

Definisi Polio

Poliomyelitis atau Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini

dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan

ii

Page 3: Makalah Biotek Polio

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Virus Polio termasuk genus enteroviorus,

famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome

RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30

persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein

kecil (Vpg). Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit

peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh

melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain

berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat

terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen

kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun.

Kekebalan karena Vaksin

Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme lain

yang telah mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin kemudian

merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan

organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat organisme tersebut kembali menyerang

tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan akan menghentikan

infeksi (kanan).

Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima

vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan infeksi

dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang menghasilkan penyakit. Vaksin

berisi kuman yang telah dimatikan atau dilemahkan atau derivatifnya. Jika diberikan

kepada orang sehat, vaksin memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh

berpikir bahwa sedang diserang oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan

bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya menginfeksi lagi.

Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang menyerbu

akan menghadapi antibodi. Kekebalan anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip

kekebalan yang diperoleh dari infeksi alami.

iii

Page 4: Makalah Biotek Polio

Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang penuh.

Beberapa orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis pertama vaksin, tetapi

memberi hasil pada dosis lanjutan. Sebagai tambahan, kekebalan yang didapatkan

dari beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertussis, tidak untuk seumur hidup. Karena

respon kekebalan mungkin berkurang dengan berjalannya waktu, mungkin perlu

dosis vaksin tambahan untuk memulihkan atau menambah kekebalan.

Vaksin Virus Polio

Dalam proses imunisasi polio, ada dua macam vaksin yang digunakan, yaitu

IPV (inactivated poliovirus vaccine) dan OPV (oral poliovirus vaccine). Kedua jenis

vaksin ini berasal dari virus polio yang dikulturkan pada sel Vero yang berasal dari

Monkey kidney dan keduanya mengandung vaksin virus polio serotype 1, 2, dan 3.

Perbedaan kedua vaksin ini adalah jika IPV merupakan virus yang sudah

dinonaktifkan (inactivated) dengan formaldehyde, sehingga sifat virusnya hilang

termasuk sifat perkembang biakannya, sedangkan OPV adalah virus yang masih

hidup. 

Pada IPV yang berfungsi sebagai vaksin (antigen) adalah protein-protein dari

virus tersebut, terutama protein kapsid (capsid protein) yang mengandung gugusan

epitop antigen (antigenic epitope). Berlawanan dengan IPV, OPV adalah virus yang

masih hidup dan mempunyai kamampuan untuk berkembang biak, tetapi hampir tidak

bersifat patogen karena sifat patogennya sudah dilemahkan. Oleh karena itu OPV

juga dinamakan live-attenuated poliovirus vaccine. Pada OPV yang berfungsi sebagai

antigen adalah virus itu sendiri. Karena OPV mampu berkembang biak setelah

vaksinasi, virus akan berkembang biak di usus penerima vaksin (resepien) dan

menyebar ke seluruh tubuh melalui saluran darah. Oleh karena itu, OPV akan

membuat daya imun yang lama dan bahkan dikatakan bisa untuk seumur hidup.

Selain itu, virus yang terekresi oleh resepien akan terinfeksi kepada orang-orang yang

berhubungan dengan resepien dan otomatis berkembang biak dan memberi daya imun

terhadap orang-orang tersebut. 

iv

Page 5: Makalah Biotek Polio

Vaksin OPV berbentuk cairan sirup sehingga vaksinasi dengan OPV cukup

dengan meminum sirup tersebut tanpa memerlukan alat lain. Sementara vaksin IPV

adalah berbentuk cairan harus disuntikan, sehingga dalam hal biayapun pemakaian

OPV jauh lebih murah dibandingkan dengan IPV. Adapun alasan kenapa vaksin IPV

tidak dibuat berbentuk sirup yang bisa diminum adalah karena protein-protein yang

berfungsi sebagai antigen pada IPV akan terurai di dalam lambung. Untuk

menghindari ini, IPV langsung disuntikan dan diharapkan bisa bereaksi langsung. 

Dengan alasan-alasan ini, program eradikasi polio dipenjuru dunia

mengutamakan pemakaian OPV. Dengan pemakaian OPV, penderita polio berkurang

secara drastis dan virus polio liarpun sudah hampir mendekati kemusnahan. Ini

adalah keberhasilan yang gemilang yang dicapai oleh program eradikasi polio dengan

memakai OPV. 

Vaksin OPV

OPV (Oral Polio Vaccine) adalah virus polio yang dilemahkan dan diberikan

melalui mulut dengan cara diteteskan. OPV mengandung virus polio strain Sabin

serotype 1, 2 dan 3 yang dibiakan pada kultur sel ginjal monyet, antibiotik neomisin

dan streptomicyn. Untuk menjamin khasiat dan keamanan vaksin polio, setiap

lot/batch vaksin polio yang diproduksi harus mendapat release dari Badan POM.

Pemberian vaksin OPV sebaiknya diberikan pada anak dalam kondisi sehat,

tidak boleh diberikan pada anak yang mengalami sakit gangguan kekebalan tubuh

atau defisiensi imun (leukimia, HIV/AIDS dan lain-lain), anak yang mendapat obat

golongan steroid jangka lama, anak yang sedang dirawat di rumah sakit. OPV

diberikan pada anak-anak dengan 4 dosis terbagi (masing-masing 2 tetes) sebelum

usia 1 tahun yaitu pada usia 0 bulan, saat pulang dari rumah bersalin, dilanjutkan

pada usia 3, 4 dan 5 bulan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan

memberikan tambahan dosis pada umur 18 bulan dan 5 tahun untuk meyakinkan anak

mendapatkan dosis yang cukup. Total pemberian OPV adalah 6 dosis sebelum 5

tahun untuk mencapai dosis kekebalan maksimal. OPV membentuk antibodi dalam

v

Page 6: Makalah Biotek Polio

darah, dapat mencegah penyebaran virus ke sistem saraf, dan segera dapat

membentuk kekebalan lokal sementara (selama 100 hari) di usus. Setelah mendapat 4

dosis atau lebih, baru terjadi kekebalan tubuh secara menyeluruh. Sistem kekebalan

tersebut akan mencegah penyebaran virus dari satu-orang ke orang lain, karena dapat

mencegah multiplikasi virus polio. Keuntungan OPV adalah mudah diberikan oleh

sukarelawan tidak memerlukan keahlian khusus dalam pemberiannya, tidak

memerlukan peralatan suntik yang steril, relatif lebih murah, dapat digunakan dalam

waktu bersamaan di daerah yang sangat luas termasuk daerah dengan kondisi sanitasi

yang kurang baik. OPV dapat mencegah penyebaran virus polio liar pada daerah yang

mengalami wabah (daerah KLB) polio.

Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling sering

dipakai di Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan 

melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. OPV

di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma Bandung. Komposisi vaksin tersebut terdiri

atas virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah

dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan

distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak dua tetes mengandung virus tipe 1,

tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin

tidak lebih dari 10 mcg.

Virus dalam vaksin ini setelah diberikan dua tetes akan menempatkan diri di

usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding

luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang

akan masuk. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh pada respons antibodi

terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Setelah diberikan

dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya akan

memberikan perlindungan jangka panjang.

Virus polio ini dapat bertahan di tinja hingga enam minggu setelah pemberian

vaksin melalui mulut. Anak yang telah mendapatkan imunisasi OPV dapat

memberikan pengeluaran virus vaksin selama enam minggu dan akan melakukan

infeksi pada kontak yang belum diimunisasi. Untuk orang yang berhubungan

vi

Page 7: Makalah Biotek Polio

(kontak) dengan bayi yang baru diimunisasi harus menjaga kebersihan dengan

mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

Sehingga, bila ada seorang kontak di rumah yang dalam keadaan kondisi

tubuh sedang turun, seperti pengobatan kortikosteroid (imunosupresan) atau

pengobatan radiasi umum,  penyakit kanker atau keganasan yang berhubungan

dengan sistem retikuloendotelial (seperti limpoma, leucemia, penyakit hodgkin), anak

dengan mekanisme imunologik terganggu misalnya hipogamaglobulinemia dan

penderita infeksi HIV atau AIDS, sebaiknya menghindar dari bayi atau anak yang

divaksinasi polio paling tidak selama enam minggu sesudahnya.

Anggota keluarga yang belum pernah diimunisasi polio atau belum lengkap

imunisasinya dan mendapat kontak dengan anak yang mendapat vaksin OPV,

sebaiknya ditawarkan imunisasi dasar OPV pada waktu yang bersamaan dengan anak

tersebut.

Vaksin ini sangat stabil, namun sekali dibuka akan kehilangan potensi karena

perubahan pH setelah terpapar udara. Kebijakan Departemen Kesehatan

menganjurkan bahwa vaksin polio yang telah dibuka botolnya pada akhir sesi

imunisasi massal harus dibuang.

Vaksin OPV dapat disimpan beku. Apabila akan digunakan vaksin beku

tersebut dapat dicairkan dengan cepat, dengan ditempatkan antara dua telapak tangan

dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai

oranye muda sebagai indikatoir pH.

Keadaan yang tidak boleh divaksinasi OPV adalah Penyakit akut atau demam

(suhu lebih 38,5 C), Muntah atau diare, sedang menerima pengobatan kortikosteroid

(imunosupresan) dan pengobatan radiasi umum (termasuk kontak penerima), penyakit

kanker atau keganasan (termasuk kontak penerima) yang berhubungan dengan sistem

retikuloendotelial (seperti limpoma, leucemia, penyakit hodgkin) dan anak dengan

mekanisme imunologik yang terganggu misalnya hipogamaglobulinemia, dan

penderita infeksi HIV atau AIDS (termasuk kontak penerima)

vii

Page 8: Makalah Biotek Polio

  OPV memiliki banyak kelebihan sehingga dipakai dalam program eradikasi

polio global. Walaupun demikian, OPV juga memiliki sedikit kelemahan, yaitu

kemungkinan berubah menjadi virus yang patogen. Karena OPV adalah virus hidup,

dia memiliki kemungkinan berubah, termasuk berubah kembali menjadi patogen. Jika

terjadi, ini akan berisiko terhadap orang yang mendapatkan vaksinasi. Kasus polio

seperti ini dikenal dengan vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP).

Vaksin IPV

IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,

kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia.

Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat

menyebabkan penyakit polio walaupun  diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh

yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1, 2, 3 dibiakkan

pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid.

Selain itu, dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan

polimiksin B. IPV harus disimpan pada suhu 2 - 8 derajat C dan tidak boleh

dibekukan. Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan dengan dosis

0,5 ml diberikan dalam empat kali berturut-turut dalam  jarak dua bulan.

Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan

mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV.  Demikian pula bila ada seorang

kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk   

menggunakan IPV. 

IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang diberikan secara suntikan hanya sedikit

memberikan kekebalan lokal di usus tetapi memberikan kekebalan yang kuat di

seluruh tubuh pada orang yang telah mendapat dosis lengkap. Total dosis yang

diberikan adalah 4 dosis. Diberikan pada anak yang mempunyai halangan/

kontraindikasi untuk mendapat OPV, pasien di luar daerah wabah, pasien yang ragu-

ragu tentang status imunisasi anak, orang dewasa yang melakukan perjalanan ke

daerah KLB/wabah, pekerja laboratorium yang menangani virus polio dan petugas

kesehatan yang merawat pasien polio. IPV tidak dapat mencegah penyebaran virus

viii

Page 9: Makalah Biotek Polio

polio karena tidak dapat mencegah terjadinya multiplikasi virus polio di usus seperti

pada OPV.

Proses Pembuatan Vaksin IPV

Proses produksi vaksin ini melalui tahapan sebagai berikut :

1. Penyiapan medium (sel vero) untuk pengembangbiakan virus

2. Penanaman/inokulasi virus

3. Pemanenan virus

4. Pemurnian virus

5. Inaktivasi/atenuasi virus

Penyiapan media (sel vero) untuk pengembangbiakan virus dilakukan dengan

menggunakan mikrokarier, yaitu bahan pembawa yang akan mengikat sel tersebut.

Bahan tersebut adalah N,N diethyl amino ethyl (DEAE). Pada proses selanjutnya sel

vero ini harus dilepaskan dari mikrokarier menggunakan enzim tripsin yang berasal

dari babi.

Tahap selanjutnya adalah pembuangan larutan nutrisi. Hal ini dilakukan

dengan proses pencucian menggunakan larutan PBS buffer. Larutan ini kemudian

dinetralkan dengan menggunakan larutan serum anak sapi (calf serum). Larutan yang

tidak digunakan tersebut dibuang atau menjadi produk samping yang digunakan

untuk keperluan lain.

Sel-sel vero yang sudah dimurnikan dan dinetralisasi itu kemudian

ditambahkan mikrokarier yang baru dan ditempatkan di bioreactor yang lebih besar.

Di dalamnya ditambahkan zat nutrisi yang sedikit berbeda untuk menumbuhkan sel

vero dalam jumlah yang lebih besar. Sel vero yang

sudah bertambah jumlahnya ini kemudian dilepaskan lagi dari mikrokariernya dengan

tripsin babi lagi. Proses ini berlangsung secara berulang-ulang sampai dihasilkan sel

vero dalam jumlah yang diinginkan.

Titik kritis ditinjau dari sudut kehalalan dalam pembuatan sel vero ini adalah

penggunaan enzim tripsin. Tripsin digunakan dalam proses pembuatan vaksin sebagai

enzim proteolitik (enzim yang digunakan sebagai katalisator pemisahan sel / protein).

Tripsin dipakai dalam proses produksi OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV

ix

Page 10: Makalah Biotek Polio

(Inactivated Polio Vaccine).

Masalahnya, enzim tripsin ini merupakan unsur derivat (turunan) dari

pankreas babi. Sebenarnya dalam setiap tahapan amplifikasi sel, tripsin harus dicuci

bersih oleh karena Tripsin akan menyebabkan gangguan pada saat sel vero menempel

pada mikrokarier. Hal ini menyebabkan produk akhir vaksin yang dihasilkan tidak

akan terdeteksi lagi unsur babinya. Namun karena digunakan sebagai bahan penolong

dalam proses pembuatannya, inilah yang memerlukan kejelasan status kehalalannya.

Tahap selanjutnya dalam proses pembuatan vaksin ini adalah perbiakan sel vero

menjadi produk bulk yang siap digunakan. Dalam tahap ini dilakukan proses

amplifikasi (pembiakan sel dengan mikrokarier) , pencucian sel vero dari tripsin,

inokulasi virus, panen virus, filtrasi, pemurnian dan inaktivasi. Pada proses pencucian

hingga inaktivasi tersebut sebenarnya sudah tidak melibatkan unsur babi lagi.

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembuatan vaksin

folio masih melibatkan unsur haram dalam proses pembuatannya sebagai bahan

penolong, yaitu penggunaan enzim tripsin. Sebenarnya pada tahap selanjutnya enzim

ini akan mengalami proses pencucian, pemurnian dan penyaringan, hingga pada

produk akhirnya tidak terdeteksi lagi. Namun karena sudah tersentuh unsur haram

dan najis, maka hal ini masih menimbulkan keraguan pada status kehalalannya.

KESIMPULAN

Vaksinasi juga dikenali sebagai imunisasi. Vaksin membantu tubuh untuk

menghasilkan antibodi dengan itu tubuh akan berupaya untuk melawan penyakit seki-

ranya terdedah kepada jangkitan.

Untuk memastikan seorang anak sehat, mestilah memastikan mereka menda-

pat imunisasi yang lengkap. Bayi yang mendapat imunisasi yang lengkap akan mem-

puyai antibodi dalam tubuh dan yang akan melindungi mereka dari penyakit tertentu.

Sekiranya mereka tidak dilindungi dan terdedah kepada sumber jangkitan, mereka

akan jatuh sakit atau mengalami komplikasi yang boleh membawa kematian.

Namun karena sudah tersentuh unsur haram dan najis, maka hal ini masih

menimbulkan keraguan pada status kehalalannya.Walaubagaimanapun, vaksin adalah

x

Page 11: Makalah Biotek Polio

lebih efektif jika diberi pada masa yang sesuai. Didalam vaksin polio terbagi menjagi

2 jeis vaksin, yaitu vaksin IPV dan Vaksin OPV. Terdapat perbedaan dari kedua

vaksin ini adalah jika IPV merupakan virus yang sudah dinonaktifkan (inactivated)

dengan formaldehyde, sehingga sifat virusnya hilang termasuk sifat perkembang

biakannya, sedangkan OPV adalah virus yang masih hidup. Di dalam proses

pembuatan vaksin folio masih melibatkan unsur haram dalam proses pembuatannya

sebagai bahan penolong, yaitu penggunaan enzim tripsin. Namun karena sudah

tersentuh unsur haram dan najis, maka hal ini masih menimbulkan keraguan pada

status kehalalannya.

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Surveillance of adverse events following Immunization. Filed guide for managers of Immunization programmers. Geneve WHO, 1997.

American Academy of Pediatric. Summaries of Infectious diseases, polio infection. Red Book 2000. Report Committee on Infectious Disease. Elk Grove Village. 465-70. Centers for Disease Control and Prevention. Epidemiology and prevention of vaccine preventable diseases, 1999. 85 – 104.

Buku Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, tahun 2001.

Anlar O, Tombul T, Arslan S, Akdeniz H, Caksen H, Gundem A, Akbayram S Report of five children with Guillain-Barré syndrome following a nationwide oral polio vaccine campaign in Turkey Neurologi India. 2003 : 51/4 ; 544-545.

xi

Page 12: Makalah Biotek Polio

xii