makalah bahasa indonesia

23
1 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. 1 Angka kematian balita terutama pada masa neonatal masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara global, regional, maupun di Indonesia. Itulah sebabnya tujuan keempat Milenium Development Goals (MDGs) adalah mengurangi jumlah kematian anak (Haider dan Bhutta , 2006).Secara global 23% dari kematian

Upload: cece-marzaman

Post on 17-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah bahasa indonesia

1

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi

meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua

pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari

yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu

pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu

pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama

kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi

kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi

berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di

negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat

dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat.1

Angka kematian balita terutama pada masa neonatal masih

cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara global,

regional, maupun di Indonesia. Itulah sebabnya tujuan keempat

Milenium Development Goals (MDGs) adalah mengurangi jumlah

kematian anak (Haider dan Bhutta , 2006).Secara global 23%

dari kematian neonatal dikaitkan dengan asfiksia neonatorum

(Waqar dan Haque, 2012).Menurut World Health Organization

(WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir didunia, secara global

4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000)

lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut). Kira-kira

Page 2: Makalah bahasa indonesia

2

3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum,

hampir 1 juta(27,78%) bayi ini meninggal (Sari, dkk, 2011).

Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami

asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang

seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar.2

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga

penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah

gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%).3

Kejadian asfiksia neonatorum masih menjadi masalah serius

di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya kematian bayi di

Indonesia adalah asfiksia neonatorum yaitu sebesar 33,6%.

Angka kematian karena asfiksia di Rumah Sakit Pusat Rujukan

Propinsi di Indonesia sebesar 41,94% (Suryani, 2009). Di

Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000

kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus

meninggal setiap tahun karena asfiksia. Di daerah pedesaan

Indonesia angka kejadian asfiksia neonatorum sebanyak 31-

56,5%. Dan asfiksia menjadi penyebab 19% dari 5 juta kematian

bayi baru lahir setiap tahun (Setyobudi, 2008). 3

Angka kejadian asfiksia neonatorum di Sulawesi Selatan

cukup tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Page 3: Makalah bahasa indonesia

3

Sulawesi Selatan kejadian asfiksia neonatorum di Sulawesi

Selatan pada tahun 2009 sebanyak 151 kasus (18,39%), pada

tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 392 kasus (16,59%),

dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu terdapat 212

kasus (21,74%) asfiksia neonatorum (Dinkes Provinsi Sulawesi

Selatan 2009-2011).3

Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara

intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima

sebelum, selama dan setelah melahirkan. Asfiksia neonatorum

dan trauma kelahiran pada umumnya disebabkan oleh

manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses ke

pelayanan obstetri. Asupan kalori dan mikronutrien juga

menyebabkan keluaran yang buruk. Telah diketahui bahwa

hampir tiga per empat dari semua kematian neonatus dapat

dicegah apabila wanita mendapatkan nutrisi yang cukup dan

mendapatkan perawatan yang sesuai pada saat kehamilan,

kelahiran dan periode pasca persalinan.4

Asfiksia neonatorum adalah keadaan darurat bayi baru lahir

berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga

menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, asfiksia

memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk

meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127

institusi pada 16 negara baik negara maju ataupun berkembang

Page 4: Makalah bahasa indonesia

4

menunjukkan bahwa sarana resusitasi dasar seringkali tidak

tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil dalam resusitasi

bayi. Sebuah penelitian di 8 negara, Afrika menunjukkan bahkan

di RS pusat rujukan, resusitasi terhadap bayi dengan asfiksia

neonatorum belum memenuhi standar. Padahal resusitasi dasar

yang efektif mencegah kematian bayi dengan asfiksia sampai

tigaperempat nya.5

Saat ini terdapat beberapa definisi tentang asfiksia, baik dari

IDAI, WHO maupun ACOG dan AAP. Perbedaan dalam definisi

tersebut menjadi kesulitan utama dalam mengumpulkan data

epidemiologi yang akurat, penegakan diagnosis dan

penatalaksanaannya.6

Mengingat besaran masalah penyakit asfiksia neonatorum

ini maka penting upaya penyeragaman dalam penanganan dan

pencegahan asfiksia dijadikan salah satu kebijakan kesehatan

nasional di Indonesia.6

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana distribusi risiko kejadian asfiksia neonatorum?

b. Apa saja faktor-faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Page 5: Makalah bahasa indonesia

5

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik risiko kejadian asfiksia neonatorum

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui risiko kejadian asfiksia neonatorum

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik risiko kejadian asfiksia

neonatorum dengan usia ibu.

b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik risiko kejadian asfiksia

neonatorum dengan usia kehamilan.

c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik risiko kejadian asfiksia

neonatorum dengan cara persalinan.

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Asfiksia Neonatorum

2.1.1. Definisi

Bayi dapat berada pada fase antara apnu primer dan apnu

dan seringkali keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelum

Page 6: Makalah bahasa indonesia

6

atau selama persalinan. Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai

berapa lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan.

Pemeriksaan fisik tidak dapat membedakan antara apnu primer

dan sekunder, namun respon pernapasan yang ditunjukkan akan

dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang

membahayakan itu.7

Definisi beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum

dengan berbeda:

a. Ikatan Dokter Anak Indonesia

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara

spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia dan asidosis.7

b. WHO

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir.4

c. ACOG dan AAP

Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila

memenuhi kondisi sebagai berikut:8

a. Nilai Apgar menit kelima 0-3.

b. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat

(pH<7.0).

Page 7: Makalah bahasa indonesia

7

c. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau

koma)

d. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya:

gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi,

pulmoner, atau sistem renal).

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan,

kejang dan ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia

metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksia-iskemi yang

signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ,

dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.2

2.1.2.Klasifikasi asfiksia

Secara klinis dapat digunakan skor APGAR pada menit ke-1, 5

dan 10 untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan derajat

asfiksia secara cepat.9

Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan

untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran

(Prawirohardjo :2002).Penilaian ini perlu untuk mengetahui

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah

frekuensi jantung (Heartrate), usaha nafas (respiratory effort),

tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi

terhadap rangsang (responto stimuli) yaitu dengan memasukkan

kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan

Page 8: Makalah bahasa indonesia

8

(Prawirohardjo : 2002).Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari

hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal

(vigorous baby= nilai apgar 7-10), asfiksiaringan (nilai apgar 4-

6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo :2002).9

3. PEMBAHASAN

3.1 Usia ibu

Berdasarkan hasil bahwa didapatkan ibu yang melahirkan bayi

dengan asfiksia neonatorum yang mempunyai usia untuk melahirkan

dengan risiko rendah yaitu sebesar 79,1% dan dengan risiko tinggi yaitu

sebesar 20,9%.

Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk

kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35

tahun. Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, fungsi reproduksi belum

optimal, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran

dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam

kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir

belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/sesudah bayi

lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi penurunan

kondisi sel telur sehingga proses pembelahan sel telur yang sudah dibuahi

akan sering terganggu.terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan

jalan lahir tidak lentur lagi.18

Page 9: Makalah bahasa indonesia

9

Hasil menunjukkan bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi

dengan asfiksia neonatorum terbanyak pada usia dengan risiko rendah

yaitu sebesar 79,1%. Ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum yaitu penyakit pada ibu,

persalinan lama, malpresentasi, prolapsus tali pusat, bayi prematur, dan

BBLR. Jadi, kejadian asfiksia neonatorum tidak dipengaruhi oleh umur

saja, meskipun ibu dengan umur berisiko namun jika ibu secara teratur

memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan kesehatan, memberikan

nutrisi yang cukup bagi janin yang dikandungnya dan tidak memiliki

komplikasi pada kehamilannya maka kejadian asfiksia neonatorum dapat

dihindarkan.18

3.2 Jumlah Paritas Ibu

Berdasarkan hasil didapatkan ibu dengan primigravida yang

melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sebesar 55,8%, multigravida

sebesar 40,5% dan grandemultipara sebesar 3,7%.

Pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam

menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk

melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang

belum stabil, sedangkan ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau

lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya

uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang

berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh

darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan

Page 10: Makalah bahasa indonesia

10

selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang

selanjutnya akan melahirkan bayi asfiksia neonatorum.9

Didapatkan sebagian besar ibu melahirkan dengan paritas berisiko

yaitu primipara. Hal ini disebabkan karena pada persalinan primipara

risiko untuk terjadinya stres kehamilan sangat tinggi. Stress kehamilan ini

dapat dipicu oleh dugaan – dugaan selama kehamilan, baik dari

pengalaman orang lain atau rasa cemas yang timbul dari diri sendiri,

sehingga dapat menyebabkan peningkatan hormon stres yang dapat

menyebabkan gangguan selama proses persalinan.9

Salah satu dampak penting terjadinya stress adalah

diproduksinya adrenalin dan noradrenalin yang memberi

dampak pada ibu utamanya pada bayi berupa abortus,

kelahiran bayi premature sampai pada kematian janin dan

ibu melahirkan(Atiq, 2007).Jika hal ini dibiarkan terjadi

maka angka mortalitas dan morbiditas akan semakin

meningkat.(Maimunah 2009)9

Penelitian (Astria dkk, 2009) menunjukan bahwa ibu

hamil yang mengalami kecemasan tinggkat tinggi dapat

meningkatkan risiko kelahiran bayi premature bahkan

keguguran. Penelitian lain menunjukan bahwa ibu hamil

dengan kecemasan yang tinggi ketika hamil akan

meningkatkan risiko hipertensi. Risiko hipertensi dapat

Page 11: Makalah bahasa indonesia

11

berupa terjadinya stroke, kejang bahkan kematian pada

ibu dan janin.9

3.3 Cara Persalinan

Ibu yang cara persalinannya dengan pervaginam sebesar 8,6% dan

dengan sectio secarea sebesar 91,4%.

Prosedur anastesi pada operasi kadang membuat anak ikut terbius,

sehingga anak tidak spontan menangis, keterlambatan menangis ini

mengakibatkan kelainan hemodinamika dan mengurangi apgar score.19

Persalinan dengan bedah caesar sangat tinggi

risikonya terhadap bayi baru lahir yaitu kematian bayi,

risiko gangguan pernafasan bayi, risiko trauma bayi dan

risiko gangguan otak. Risiko yang dialami bayi baru lahir

terkait persalinan dengan caesar adalah 3,5 kali lebih

besar dibandingkan dengan persalinan normal ( Dr. Andon

Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan

Ginekologi FKUI/RSCM.19

Menurut Anne Hansen dari Aarhus University

Hospital, Denmark, mengatakan bahwa bayi yang lahir

dengan seksio sesarea memiliki risiko lebih tinggi pada

sistem pernafasan kemungkinan berkaitan dengan

perubahan fisiologi akibat proses kelahiran. Proses

kelahiran dengan seksio sesarea memicu pengeluaran

Page 12: Makalah bahasa indonesia

12

hormon stres pada ibu yang diperkirakan menjadi kunci

pematangan paru-paru bayi yang terisi air sehingga bayi

lahir mengalami asfiksia. Asfiksia sendiri adalah kegagalan

bayi untuk bernafas dan mempertahankannya. Selain

dapat menimbulkan kematian, jika terlambat ditangani

asfiksia bisa mengakibatkan cacat seumur hidup seperti

buta, tuli, dan cacat otak.19

3.4 Berat Bayi Lahir

Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram

sebesar 17,2%, ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir 2500-

4000 gram sebesar 81,6% dan ibu yang melahirkan bayi dengan berat

badan lahir > 4000 gram sebesar 1,2%.

Hasil menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan asfiksia

neonatorum terbanyak pada bayi dengan berat bayi lahir normal yaitu

sebesar 81,6%. Ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum yaitu penyakit pada ibu,

persalinan lama, malpresentasi, ataupun prolapsus tali pusat. Jadi, kejadian

asfiksia neonatorum tidak terbatas hanya pada berat bayi lahir rendah

namun keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan berat lahir normal

dan berat lahir lebih tergantung dari faktor predisposisi lain yang dapat

terjadi baik selama proses kehamilan maupun persalinan.9

Page 13: Makalah bahasa indonesia

13

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai

“Karakteristik Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir

Tahun 2015”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum yang memiliki

usia dengan risiko rendah ( berusia 20 – 35) lebih banyak daripada ibu

yang beresiko tinggi (< 20 atau >35 tahun).

2. Ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dengan paritas

primipara (melahirkan satu kali) lebih banyak daripada ibu yang dengan

paritas multipara (melahirkan dua hingga empat kali) dan

grandemultipara (melahirkan lima kali atau lebih).

Page 14: Makalah bahasa indonesia

14

3. Ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dengan cara

persalinan sectio cesarea lebih banyak daripada ibu yang cara

persalinannya dengan cara pervaginam.

4. Ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dengan berat lahir

normal (2500-4000 gram) lebih banyak daripada bayi dengan berat lahir

rendah (< 2500 gram) dan berat lahir lebih (> 4000 gram).

4.2 Saran

1. Mengingat masih banyaknya angka kejadian asfiksia neonatorum

maka diperlukan peningkatan pengetahuan serta kesadaran ibu

mengenai asfiksia neonatorum dengan program penyuluhan mengenai

pentingnya melakukan pemeriksaan ANC selama masa kehamilan

untuk mengetahui dan mencegah terjadinya kejadian asfiksia

neonatorum.

2. Pemantauan terhadap ibu hamil yang berisiko terhadap terjadinya

asfiksia neonatorum, harus segera dilaporkan dan ditangani dengan

cepat sehingga dapat segera dicegah.

3. Dibutuhkan kerjasama sektor lain yang terkait agar turut berperan serta

dalam meningkatkan pengetahuan ibu agar dapat mengakses dan

memanfaatkan pelayanan antenatal dan meningkatkan status gizi

selama hamil untuk pencegahan asfiksia neonatorum maupun

komplikasi lebih lanjut yang dapat timbul.

Page 15: Makalah bahasa indonesia

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Lawn JE, Cousens S, Zupan J: Lancet Neonatal Survival Steering Team. 4 million neonatal deaths: When? Where? Why? Lancet 2005; 365 (9462):891 –900.

2. Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics 2008; 121:e1381-e1390 (doi:10.1542/peds.2007-1966). (Level of evidence IIb)

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.h. 278-9.

4. World Health Organization. The World Health Report 2005: make every mother and child count. Geneva: WHO; 2005.

5. World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-Revision. Geneva: World Health Organization; 1999. Diunduh dari: www.who.int/reproductive-health/publications/newborn_resus_citation/index.html

6. Haider BA, Bhutta ZA. Birth asphyxia in developing countries: current status and public health implications. Curr Probl Pediatr Adolesc Health Care 2006; 36:178-188.

7. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV)

8. American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians and Gynaecologists. Care of the neonate. Guidelines for perinatal care.

Page 16: Makalah bahasa indonesia

16

Gilstrap LC, Oh W, editors. Elk Grove Village (IL): American Academy of Pediatrics; 2002: 196-7.

9. Prawirohardjo, sarwono. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. 2002.

10. Pencegahan dan penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Health Technology Assessment Indonesia DEPKES RI. 2008

11. Adsense Camp.2011.Pengertian BayiBaruLahir.http://bayibarulahir.blogspot.com/2011/06/pengertian-bayi-baru-lahir.html

12. Markum.A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. FKUI. Jakarta; 261.

13. Krisnadi,dkk.2009.Prematuritas.PT. RefikaAditama.Bandung.14. Meadow, Roy dan Newell, Simon.2005.Pediatrika.Erlangga.Jakarta.15. Erfandi.2009.Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhi

Pengetahuan. http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi/

16. WhitesaLad .2011.Usia Ideal Hamil.http://www.medicalera.com/info_answer.php?thread=19188 Universitas Sumatera Utara.2010.Definisi Persalinan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

17. Rochjati, P. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Surabaya. Airlangga University Press.2003

18. Skripsipedia. Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea (SC) Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir http://www.skripsipedia.com/2010/05/hubungan-antara- persalinan-seksio.html#ixzz2rlzx2cfs

Page 17: Makalah bahasa indonesia

17