luka

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini dikehidupan kita begitu banyak penyakit yang berada disekitar kita,baik itu dari yang ringan hingga pada yang berat.tetapi dimasyarakat Iuka tetap menjadi primadona daIam sakit terhadap kehidupan manusia. Iuka teIah menjadi penyakit yang menghantui kita,biIa tidak berhati-hati maka kita dapat mengaIami Iuka pada tubuh kita. Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka 1

Upload: listya-sekar-siwi

Post on 25-Jun-2015

362 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Luka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini dikehidupan kita begitu banyak penyakit

yang berada disekitar kita,baik itu dari yang ringan hingga pada yang

berat.tetapi dimasyarakat Iuka tetap menjadi primadona daIam sakit terhadap

kehidupan manusia.

Iuka teIah menjadi penyakit yang menghantui kita,biIa tidak berhati-

hati maka kita dapat mengaIami Iuka pada tubuh kita. Luka merupakan suatu

kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau

pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap

berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang

menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut

dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait

dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan

dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-

sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya

luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan

penampilan.

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul akibat dari Iuka adaIah :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

1

Page 2: Luka

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

Meihat kenyataan diataIuka bukanIah haI yang dapat

disepeIekan,maka kita juga harus mengetahui apa pengobtan dan perawatan

terhadap Iuka agar cepat daIam proses penyembuhan. Metode perawatan luka

berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan

pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan,

akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya

perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka

stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah

yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa

sempurna.

Meihat dari kenyaatan yang ada diatas maka jeIasIah bahwa penting

bagi kita untuk mengetahui apa itu Iuka dan perawtan serta pengobatannya

maka kami mengankat maka dari itu kami membuat makaIah tentang Iuka ini

untuk membantu daIam pengetahuan dan membantu daIam pemuasan

kesembuhan pasien terhadap penyakit Iuka.

B. Masalah

a. Apakah pengertian Iuka?

b. Apa saja jenis–jenis Iuka?

c. Bagaimana perawatan terhadap Iuka,?

d. Apa saja bentuk dan pengobatan dari Iuka?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian Iuka

b. Untuk mengetahui apa saja jenis Iuka

c. Menjelaskan apa saja pengobatan dan perwatan dari Iuka

2

Page 3: Luka

BAB II

PEMBAHASAN

A. pengertian

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,

ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan[ R. Sjamsu Hidayat, 1997]. Menurut

Koiner dan Taylan luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari

kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,

tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.

Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang

tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)

biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka

diikat (Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu

tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,

perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan

benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti

peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti

oleh kaca atau oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ

tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi

pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

7. LukaBakar(Combustio)

3

Page 4: Luka

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka:

1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak

terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,

pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar

1% - 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan

dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan

timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,

luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk

insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka10%17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganismepadaluka.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :

Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi

pada Lapisan epidermis kulit.

Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya

tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi

kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah

tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan

4

Page 5: Luka

epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis

sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi:

1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati.

• Respon terhadap gangguan sifatnya cepat dan langsung

• Radang terjadi selama 2-3 hari

• Gejala lain :

– Demam

– Pulsus meningkat

– Peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi terutama

polymorphonuclear

Treatment yang dapat diIakukan pada Iuka akut:

o pencucian : antibiotik, antiseptika

o Kompres dingin

o Corticosteroid/ preparat sejenis.

2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

• Kejadian lama

• Hitungan minggu-bulan

• Perubahan jaringan mengarah ke ireversibel

• Sel mayoritas mononuclear, bersama-sama proliferasi fibroblast

Treatment yang dapat diakukan padaIuka kronis :

o Menghilangkan jaringan mati dan benda asing

o Membersihkan hasil respon radang

5

Page 6: Luka

o Regenerasi jaringan yang rusak jika mungkin

o Penempatan kembali komponen jaringan oleh jaringan konektivus

Iuka kronik

B. Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan

dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi,

mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan

sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab

dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

Trauma

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

Gigitan binatang atau serangga

Tekanan

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

Immunodefisiensi

Malignansi

Kerusakan jaringan ikat

Penyakit metabolik, seperti diabetes

Defisiensi nutrisi

Kerusakan psikososial

Efek obat-obatan

6

Page 7: Luka

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.

C. Merawat Iuka

Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa

atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang

dapat merusak permukaan kulit.

1. Luka bersih

a. Persiapan  alat :

Alat steril :

1) Duk steril

2) Instrumen set ( 2 set)

3) Sarung tangan

4) Bethadin 10 %

5) Sofratul

6) Kain kasa

7) Alkohol

Alat tidak steril :

1) Bengkok

2) Tempat kotoran

3) Tempat larutan lysol / saflon

7

Page 8: Luka

4) Pembalut

5) Gunting perban

6) Plester / Hepafik

7) Perlak pengalas

Semua ditempat pada troli  perawatan

b. CARA KERJA :

1) Perawat cuci tangan, alat-alat disiapkan

2) Pasien diberitahu, atur posisi pasien senyaman dan semudah mungkin

3) Penutup & kasa diangkat / digunting       dimasukan dalam bengkok    

tempat sampah ( pincet diletakan pada tempat on direndam larutan

lisol / saflon)

4) Luka dibersihkan dengan kasa bethadin memakai alat steril, searah

dari dalam keluar

5) Kasa kotor dibuang pada tempatnya

6) Observasi keadaan luka

7) Luka diberi obat (Sofratul) tutup kasa memakai alat steril(jaga kasa

tidak melekat langsung pada luka tutup rapat dengan hepafik

8) Alat-alat dibereskan, pasien dirapikan.

9) Perawat cuci tangan

10) Dokumentasi

2. Luka basah

a. Persiapan alat

Set steril yang terdiri atas :

8

Page 9: Luka

1) Pembungkus

2) Kapas atau kasa untuk membersihkan luka

3) Tempat untuk larutan

4) Larutan anti septic

5) 2 pasang pinset

6) Gaas untuk menutup luka.

Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti :

1) extra balutan dan zalf

2) Gunting

3) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama

4) Plester atau alat pengaman balutan

5) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien

6) Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

b. Prosedur Kerja

1) Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab

pertanyaan pasien.

2) Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil

3) Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar

4) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan

hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien

jika perlu.

5) Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa

dipasang pada sisi tempat tidur.

6) Angkat plester atau pembalut.

7) Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit

dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika

perlu.

9

Page 10: Luka

8) gunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi

pasien.

9) Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.

10) Buka set steril

11) Tempatkan pembungkus steril di samping luka

12) Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan

sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas

dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat

gaas dan satu untuk memegang drain.

13) Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.

14) Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung

pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan

pinset dijauhkan dari daerah steril.

15) Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas

dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih

rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles,

bersihkan dari insisi kearah drain :

Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah

keluar

Jika ada drain bersihkan sesudah insisi

Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer,

bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan

melingkar.

16) Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.

17) Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat

steril.

18) Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut

19) Amankan balutan dengan plester atau pembalut

20) Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.

10

Page 11: Luka

21) Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor.

22) Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.

23) Cuci tangan

24) Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat

yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan

luka dan respon pasien.

3. Membersihkan Daerah Drain

Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari

daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah

memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak

mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat

dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas

yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.

11

Page 12: Luka

D. Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi

dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,

membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian

dari proses penyembuhan.

Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun

beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses

penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran

dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan

jaringan (Taylor, 1997).

1. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997)

yaitu:

12

Page 13: Luka

a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi

oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.

b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap

dijaga.

c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma

d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka

e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis

pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme

f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda

asing tubuh termasuk bakteri.

2. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan

hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan

luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan

(Kozier,1995). Menurut Kozier, 1995:

a. Fase Inflamatori

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses

utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.

Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh

darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin

(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah

luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik

fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng)

juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab

membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh

mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke

tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan

lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.

13

Page 14: Luka

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon

seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan

mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan

dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya

daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah

lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini

ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang

24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan

sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga

mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang

pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF

bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori

ini sangat penting bagi proses penyembuhan

b. Fase Proliferatif

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari

ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel

jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah

pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar

yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen

adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari

luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan

luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu

sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah

yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi

penyembuhan.

Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa

fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna

14

Page 15: Luka

merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah

pecah.

c. Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah

pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin

dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi

kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

3. Faktor yang Mempengaruhi Luka

a. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.

Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat

mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

b. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.

Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,

dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk

memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.

Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan

lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

c. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab

infeksi.

d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.

Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki

sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka

15

Page 16: Luka

lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan

lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan

pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi

atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang

menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

e. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka

secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika

terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat

diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

f. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini

timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),

yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah

(“Pus”).

g. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai

darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini

dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi

akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu

sendiri.

h. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan

gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga

akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

i. Keadaan Luka

16

Page 17: Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

j. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti

neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik

yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. Steroid :

akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan. Antibiotik : efektif diberikan

segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang

spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan

efektif akibat koagulasi intravascular.

4. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan,

dehiscence dan eviscerasi.

a. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama

pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul

dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk

adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di

sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah

putih.

b. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit

membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh

benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.

Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering

dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah

17

Page 18: Luka

itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka

steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan

mungkin diperlukan.

c. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling

serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.

Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah

faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk

menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi

resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4

– 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika

dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan

steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk

segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

5. Perkembangan Perawatan Luka

Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik

adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998).

Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga

peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan

bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering.

Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-

etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial

lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang

perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka

lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada

semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada

balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa

18

Page 19: Luka

lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan

melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka

dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan

rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998).

Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya

berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan

jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena

efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai

normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam

asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka

karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka

dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang

dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan.

(Walker. D, 1996)

Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang

tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan

hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi

luka menyatu.

6. Tujuan Perawatan Luka

a. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka

b. Absorbsi drainase

c. Menekan dan imobilisasi luka

d. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis

e. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri

f. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing

g. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

19

Page 20: Luka

7. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka

a. Sodium Klorida 0,9 %

Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh

tubuh karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium

klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley

& Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na

dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel

darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam

beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %.

Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini

sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999).

Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi

granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar

luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah

didapat dan harga relatif lebih murah

(http://rpromise.com/woundcare/)

b. Larutan povodine-iodine.

Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk

garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan

non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan

bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut

secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.

Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung

konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan

ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau

selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri

gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa.

Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu

(Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine

20

Page 21: Luka

iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan

konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar

akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan

balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri

pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).

E. Balutan Luka

Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid,

hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan

terhadap air yang membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid

menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka secara alami.

Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban

pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan

nekrotik.

Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi

oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan

ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap

lembab.

Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi

sebagai berikut:

Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang

Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka

terinfeksi

Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung

penyembuhan luka

Menambal bagian luka terutama bagian yang mati

Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan

atau pembalut kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu

21

Page 22: Luka

menciptakan tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari

penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan

kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses

penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing.”

1. Perlindungan untuk Luka

Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak

dibuka/diganti dalam beberapa hari sangat membantu dalam proses

penyembuhan awal karena luka tidak terganggu. Hal ini sangat penting karena

situasi kelembaban lingkungan luka dapat dipertahankan dengan baik sesuai

dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung penyembuhan luka. Untuk

penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering mengakibatkan

suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal ini akan

mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka menjadi

hangat kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu sering

sudah sangat jelas dapat membantu proses penyembuhan.

Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat

menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan

tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel

epidermal dengan mudah menyebrangi permukaan luka, untuk

menyembuhkan luka. Pada lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal

harus menyusup melalui terowongan yang lembab dan mensekresi enzym

untuk kemudian mengangkat keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel

bermigrasi dan selanjutnya baru memulai proses penyembuhan.

2. Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu

mempertahankan kelembaban)

Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat

direkomendasikan untuk dipakai merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini,

22

Page 23: Luka

kita perlu memahami tentang tipe balutan luka yang dapat kita pilih dan

gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.

a. Foam/Busa

Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada

tahap awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan

drainase. Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan

untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa

tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.

Contoh :

b. Foam silikon lunak/balutan yang menyerap

Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada

permukaan yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan

foam melekap pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka.

Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti

balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini

dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.

Contoh :

c. Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid

23

Page 24: Luka

Balutan hidrokoloid ”water-loving” dirancanga elastis, merekat, dan dari

agen-agen gell (seperti pectin atau gelatin) dan bahan-bahan

absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka

berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk membentuk

seperti gel yang menciptakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan

luka. Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk, ukuran, dan

ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau

sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung

pada metode aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan

potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak biasa

digunakan pada luka yang terinfeksi.

Contoh :

d. Hydrogels

Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel

akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa

nyaman pasien. Gel sangat baik menciptakan dan mempertahankan

lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada jenis

luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas permukaan

luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk

mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung

penyembuhan luka.

Contoh :

24

Page 25: Luka

e. Hydrofibers

Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau

balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa

bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid.

Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka

untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari

permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang

sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan

sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang

kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan

normal salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada

jumlah drainase pada luka.

Contoh :

f. Alginates

Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang

laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan

hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan

menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate juga digunakan pada luka

dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka

yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan

dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.

25

Page 26: Luka

Contoh :

g. Gauze

Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau

kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan

berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering

digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal saline.

Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab normal saline, digunakan

untuk debridement non selektif (mengangkat debris dan atau jaringan yang

mati). Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau

campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat,

besar, lunak, dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline

hipertonik kering digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang

mendukung penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen

penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe lukanya.

Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan

yang tepat untuk digunakan saat merawat luka.

Transparan Film

Contoh:

26

Page 27: Luka

3. Memilih Balutan yang ideal

Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan

karakteristik sebagai berikut:

Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin

Kelembaban tinggi pada permukaan luka

Memungkinkan pertukaran gas

Memberikan insulasi termal

Melindungi terhadap infeksi sekunder

Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik

Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan

Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi

magis ”one-size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk

memahami karakteristik dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai

dengan perkembangan fase penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor

risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari

perawat itu sendiri.

27

Page 28: Luka

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,

ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Tubuh yang sehat mempunyai

kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan

aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan

perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses

penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan

perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai

contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga

kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

B. Saran

Seorang perawat yang baik adalah seorang perawat yang tau, mengerti

dan professional dalam melakukan tugasnya demi kesembuhan pasien. Maka

dari itu pengetahuan tentang luka dan cara penanganannya harus dapat benar-

benar dikuasai oleh perawat.

28