lp luka bakar

29
HALAMAN JUDUL MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III LUKA BAKAR (COMBUSTIO) Pembimbing: Disusun oleh: Ribut Budi P

Upload: khalifah

Post on 10-Apr-2016

91 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan luka bakar

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Luka Bakar

HALAMAN JUDULMAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III LUKA

BAKAR (COMBUSTIO)Pembimbing:

Disusun oleh:

Ribut Budi P

Page 2: Lp Luka Bakar

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULITAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2012

 

 

KATA PENGANTAR

egala puji bagi Allah SWT. Salam dan shalawat bagi junjungan kita, penghulu para

nabi, Muhammad Shalallahu Alaihi Sallam, beserta segenap keluarga dan para

sahabatnya serta pengikut setia hingga akhir zaman. sebagaimana yang pernah

diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di

dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati. Seakan memperjelas ungkapan ahli

hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah

kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan

Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia

kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan. Barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh

Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya,

niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11).

S

Ilmu Keperawatan Medikal Bedah III merupakan suatu ilmu yang mempelajari asuhan

keperawatan yang efektif pada dewasa dengan masalah kesehatan yang akut maupun kronik

dengan gangguan fungsi tubuh salah satunya adalah gangguan integumen seperti pada makalah

kami yang berjudul

“LUKA BAKAR (COMBUSTIO)”Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

Page 3: Lp Luka Bakar

1.    Ibu Retno Setyawati, M. Kep, Sp. KMB Selaku dekan fakulitas Ilmu keperawatan Universitas

Islam Sultan Agung.

2.    Ibu Indra Triastuti, M.Kep. Selaku Kaprodi D3 Fakulitas Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Sultan Agung.

3.    Ibu Furaida Khasanah, S. Kep, Ns. Selaku Dosen pembibing

4.    Teman-teman tercinta D3 Ilmu Keperawatan Islam Sultan Agung

Dengan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin

ii Semarang, 24 September 2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANLatar BelakangTujuan PenulisanBAB IIKONSEP DASAR MEDISDefinisi Luka bakarEtiologi luka bakarPatofisiologiPathwaysManifestasi KlinikPemeriksaan penunjangPenatalaksanaan MedisBAB IIIKONSEP DASAR KEPERAWATANPengkajianDiagnosa KeperawatanRencana Asuhan KeperawatanBAB IVPENUTUPKesimpulanSaranDAFTAR PUSTAKA

Page 4: Lp Luka Bakar

iii 

Page 5: Lp Luka Bakar

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat

menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi dibandingkan dengan cedera oleh

sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya.

Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergency, dan sekitar

210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka

bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta indsutri, angka penderita luka bakar

tersebut makin meningkat.

Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik

yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentuka oleh

kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak. Selain beratnya

luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan factor yang sangat

mempengaruhi prognosis (R. Sjamsuhidajat, 2010).

B.             Tujuan Penulisan a.       Tujuan Umum

Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah

gangguan sistem integumen (combustio)

b.      Tujuan Khusus

1)      Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai dari definisi, etiologi,

klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan diagostik, dan penatalaksanaan medik

2)      Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka bakar dan membuat

patways luka bakar

3)      Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar

Page 6: Lp Luka Bakar

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

D.           Definisi Luka bakar

Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk

luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang tetap

berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka

bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang

menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut Pierce dan Neil,

(2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu atau

termal.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa luka bakar merupakan

respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu panas yang mengakibatkan

kerusakan jaringan dan sitem metabolisme tubuh.

E.             Etiologi luka bakar

Menurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis,

meliputi hal-hal berikut ini.

a.       Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau minuman).

b.      Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.

c.       Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan oleh merokok di

tempat tidur.

d.      Benda panas (misalnya radiator).

e.       Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).

f.       Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.

g.      Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan

kerusakan kulit yang luas.

Page 7: Lp Luka Bakar

F.             Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada dewasa. Bila kulit

terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah kapiler, dan

area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga

menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.

Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20%

dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi

kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat terjadi

pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga

berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa

jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan

hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak

bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena hemoglobin tidak mampu

mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung, pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan

meninggal dunia.

Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi kuman

gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau pada kasa

penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah.

Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.

Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan

pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat

ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah mengalami tukak di

mukosa lambung “tukak Curling” dan apabila ini berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat

nekrosis mukosa lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko

mengalami beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.

Page 8: Lp Luka Bakar

D.     Pathways

 

 

Page 9: Lp Luka Bakar
Page 10: Lp Luka Bakar

E.             Manifestasi Klinik

Dalam manifestasi klinis luka bakar digolongkan dalam pengklasifikasian. Menurut

Sunita Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka bakar adalah sebagai berikut:

a.       Kedalaman Luka Bakar

Pengaruh panas terhadap tubuh, di kenal dengan “derajat luka bakar” I sampai dengan III

1)      Derajat I

Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis kulit disertai dengan

pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak kemerah-merahan

2)      Derajat II

Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis sedangkan

pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan mengeras. Selain timbul warna kemerah-

merahan pada kulit juga timbul gelembung-gelembung pada luka.

3)      Derajat III

Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit (epidermis, dermis,

kutis) dan otot pembuluh darah mengalami nombisit.

b.      Luasnya Luka Bakar

Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan luasnya permukaan tubuh

yang terkena panas. Luka bakar dinyatakan dalam persen luas tubuh untuk dewasa, perkiraan

luas tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang t yang terkena menurut “rumus

9” (rule of nine) yang dikembangkan walace (1940), yaitu:

1)        Kepala 9 %

2)        Tubuh bagian depan 18%

3)        Tubuh bagian belakang 18%

4)        Ekstremitas atas 18%

5)        Ekstremitas kanan 18%

6)        Ekstremitas kiri 18%

7)        Organ genital 1%

Total 100%

F.             Pemeriksaan penunjang

Page 11: Lp Luka Bakar

Menurut Marylin E. Doenges, (2000) Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan

pada pasien dengan luka bakar adalah:

a.       LED: mengkaji hemokonsentrasi.

b.      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting

untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jampertama karena peningkatan

kalium dapat menyebabkan henti jantung.

c.       Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada

cedera inhalasi asap.

d.      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

e.       Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada

luka bakar ketebalan penuh luas.

f.       Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

g.      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.

h.      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

i.        complete blood cell count (CBC)

j.        blood urea nitrogen (BUN),

k.      serum glucose

l.        elektrolit

m.    arterial blood gases

n.      serum protein

o.      albumin

p.      urine cultures

q.      urinalysis

r.        pembekuan darah

s.       pemeriksaan servikal

t.        kultur luka

G.           Penatalaksanaan Medis

Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar

sebagai berikut:

a.         Mematikan sumber api

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh (menyelimuti,

menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).

Page 12: Lp Luka Bakar

b.         Merendam atau mengaliri luka

Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau menyiram

dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan tujuan ini adalah

untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan menurunkan suhu jaringan

agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga sel-sel epitel mampu

berfoliferasi.

c.         Rujuk ke Rumah Sakit

Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki unit luka

bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.

d.        Resusitasi

Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas . namun bila terjadi syok segera di

lakukan resusitasi ABC.

1)      Airway Management

a)      Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien tidak sadar.

b)      Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.

c)      Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal intubasi.

2)      Breathing/Pernapasan

a)      Berikan supplement O2.

b)      Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.

c)      Pantau oksimetri nadi dan observasi.

3)      Circulation

a)      Nilai frekuensi nadi dan karakternya

b)      Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.

c)      Perawatan lokal

Untuk luka bakar derajat I dan II bias dilakukan perawatan lokal yaitu dengan pemberian obat

topical seperti salep antiseptic contoh golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn

ointment, ataupun yodium providon.

4)      Pemberian cairan intravena

Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan rumus yang di

rekomendasikan oleh Envans, yaitu:

 

Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jamLuas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam2000 cc gluksosa 5%/24 jam

 

Page 13: Lp Luka Bakar

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan 8 jam pertama sisanya 16 jam berikutnya.

Hari kedua diberikan setengah dari jumlah cairan hari pertama.

Hari ketiga diberikan setengah dari jumlah cairan hari kedua.

Penderita mula-mula dipuasakan karena keadaan syok menyebabkan peristaltik usus

terhambat. Dan di berikan minum setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis pada hari

ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse dapat dikurangi,

bahkan dihentikan.

d)     Pemberian obat-obatan

Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah infeksi terhadap

pseudomonas yang dipakai adalah golongan aminoglikosida. untuk mengatasi nyeri diberikan

opiate dalam dosis rendah melalui intravena.

e)      Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen

yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar

protein tinggi.

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Page 14: Lp Luka Bakar

A.           Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh, semua data atau informasi klien yang di butuhkan dikumpulkan untuk

menentukan masalah keperawatan pengkajian pada klien bronkitis.

Menurut Arif Mutaqqin (2011) Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan luka bakar

adalah sebagai berikut:

a.       Fase darurat luka bakar

1)      Perawatan menginventaris data-data melalui petugas luar rumah sakit (petugas penyelamat

atau petugas gawat darurat)

2)      Bila pasien mampu berbicara lakukan pertanyaan tentang proses dan mekanisme cedera

secara ringkas dan cepat.

b.      Tanda-Tanda Vital (TTV)

1)      Melakukan pemeriksaan secara sering.

2)      Status respirasi, suhu dipantau ketat.

3)      Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral dievaluasi.

4)      Pemantauan jantung dilakukan bila memiliki riwayat penyakit jantung.

c.       Riwayat Kesehatan

1)      Riwayat luka bakar.

2)      Riwayat alergi.

3)      Riwayat imunisasi tetanus.

4)      Riwayat medis serta bedah masa lalu.

d.      Intake dan Output

1)      Dipantau dengan cermat dan diukur tiap satu jam.

2)      Mencatat jumlah urine yang pertama kali keluar ketuka dipasang kateter untuk menentukan

fungsi ginjal dan status cairan sebelum pasien mengalami luka bakar. Urine kemerahan

menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobulin karena kerusakan otot.

e.       Pengkajian Fisik

1)      Head to toe.

2)      Berfokus pada tanda dan gejala, cedera atau komplikasi yang timbul.

f.       Pengkajian Luas Bakar

1)      Mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar terutama derajat II dan III.

Page 15: Lp Luka Bakar

2)      Ukuran , warna, bau, eskar, eksudat, pembentukkan abses, perdarahan, pertumbuhan epitel,

penampakkan jaringan granulasi pada luka bakar.

g.      Pengkajian Neurologik

1)      Berfokus pada tingkat kesadaran

2)      status fisiologik

3)      tingkat nyeri

4)      kecemasan

5)      perilaku

6)      pemahaman pasien dan keluarga terhadap cedera serta penanganannya.

B.             Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah masalah keperawatan yang actual (yang sudah terjadi) dan potensial

(kemungkinan akan terjadi) yang dapat di tangani dengan intervensi keperawatan.

Menurut Nanda, (2009) maka yang mungkin timbul pada penderita luka bakar adalah:

1.         Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.

2.         Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan

kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

3.         Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka

bakar.

4.         Risiko tinggi infeksi b.d. hilangannya barier kulit dan terganggunya respon imun.

5.         Gangguan intergritas kulit b.d. luka bakar terbuka.

C.           Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan di laksanakan

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tetapkan

dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

Menurut Arif Muttaqin, (2011) Intervensi untuk klien dengan gangguan luka bakar adalah

sebagai berikut:

a.       Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.

1)      Tujuan

Dalam waktu 1x 24 jam kebersihan jalan pasien tetap optimal

2)      Kriteria Hasil

Page 16: Lp Luka Bakar

a)      Jalan napas bersih, tidak ada obstruksi

b)      Suara napas normal tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.

c)      Tidak ada penggunaan otot bantu napas.

Intervensi

1.      Kaji dan monitor jalan napas

Rasional:

Deteksi awal untuk interprestasi selanjutnya.

2.      Tempatkan pasien di bagian resusitasi

Rasional:

Memudahkan melakukan monitoring status kardiorespirasi dan intervensi kedaruratan.

3.      Beri oksigen 4 liter/menit dengan kanul atau sungkup

Rasional:

Membantu meningkatkan paO2 di cairan otak yang akan mempengaruhi pengaturab

pernapasan,

4.      Lakukan tindakkan kedaruratan jalan napas agresif.

Rasional:

Tindakkan ini termasuk membalikkan tubuh pasien, mendorong pasien bernapas dalam,

mengeluarkan timbunan sekret melalui penghisapan trakea.

Pengaturan posisi tubuh pasien dapat mengurangi kerja pernapasan, meningkatkan ekspansi

dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang dilembabkan dapat menurunkan stres

metabolik dan oksigenasi jaringan adekuat.

5.      Bersihkan jalan napas dengan suctioning bila kemampuan mengeluarkan sekret tidak efektif.

Rasional:

Pernapasan menjadi adekuat bila jalan napas bersih

6.      Intruksikan pasien untuk napas dalam dan batuk efektif

Rasional:

Pernapasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi paru sehingga pasien dapat melakuan

inspirasi maksimal. Batuk efektif melonggarkan mukus.

7.      Evaluasi dan monitor keberhasilan intervensi bersihan jalan napas.

Rasional:

Memantau status respirasi dan keberhasilan bersihan jalan napas

b.      Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan

kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

1)             Tujuan

Page 17: Lp Luka Bakar

Dalam waktu 1x 24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2)             Kriteria Hasil yang di harapkan

a)      Pasien tidak mengeluh pusing, TTV batas normal, kesadaran potimal, urine > 600ml/hari.

b)      Keluhan diare, mual, muntah berkurang.

c)      Hasil lab: nilai elektrolit dan analisis gas darah normal.

intervensi

1.       Identifikasi faktor penyebab, spesifikasi luka, luas luka bakar, kedalaman luka bakar, dan

riwayat penyakit lain.

Rasional:

Sebagai parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan.

2.       Kaji status dehidrasi.

Rasional:

Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi dari individu.

3.       Lakukan pemasangan IVFD (intravenous fluid drops).

Kompensasi awal hidrasi cairan di gunakan untuk mencegah syok hipovolemik.

4.       Kaji penurunan kadar peurunan elektrolit

Rasional:

Mendeteksi kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit dari

plasma.

c.       Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka

bakar.

1)      Tujuan :

Dalam waktu 1x 24 jam nyeri berkurang.

2)      Kriteria hasil yang di harapkan :

Secara subyektif melaporkan nyaeri berkurang.

Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Intervensi :

1.       kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.

Rasional:

Parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai

evaluasi kberhasilan intervensi manajement nyeri.

2.       Atur posisi fisiologis.

Rasional:

Meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami peradangan.

Page 18: Lp Luka Bakar

3.       Istirahatkan klien.

Rasional:

Meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan.

4.       Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam.

Rasional:

Menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.

5.       Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

Rasional:

Memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks cerebri sehingga menurunkan

persepsi nyeri.

6.       Kalaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik preparat morfinAjarkan teknik distraksi

pada saat nyeri.

Rasional:

Memblok lintasan nyeri sehingga menurunkan nyeri.

d.      Resiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan tergangguanya respon imun.

1)      Tujuan :

Dalam waktu 7x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak.

2)      Kriteria Evaluasi

lesi luka bakar mulai menutup pada hari ke-7 minimal o,5 cm tanpa adanya tanda-tanda

infeksi dan peradangan pada area lesi.

Leukosit dalam batas norma TTV dalam batas normal.

Intervensi :

1.       Kaji derajat, kondisi kedalaman, luasnya lesi luka bakar, serta apakah adanya advice dokter

dalam perawatan luka.

Rasional:

Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.

2.       Lakukan perawatan steril setiap hari

Rasional:

Menurunkan kontak kuman ke dalam lesi

3.       Pantau ketat TTV ( respiratori, renal, atau gastrointestinal)

Rasional:

Mampu mendeteksi dengan cepat mulainya suatu infeksi.

4.       Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering

Rasional:

Page 19: Lp Luka Bakar

Menghindari kontaminasi

5.       Kalaborasi penggunaan antibiotik

Rasional:

Mencegah aktivasi yang masuk

3)      Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka.

a)      Tujuan :

Dalam 1x 24 ja, integritas kulit membaik secara optimal.

b)      Kriteria Hasil:

Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoriasis berkurang.

Intervensi

1.         Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien.

Rasional

Data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan digunakan

2.         Lakukan perawatan luka terbuka

Rasiomal:

Kadang-kadang luka bakar dibiarkan terbuka agar terkena udara. Dengan tetap

mempertahankan lingkungan poasien tetap bersih dan tetap membatasi infeksi luka bakar.

3.         Lakukan komunikasi efektif

Rasional:

komunikasi yang akbrab dan kerja sama antar pasien menghasilkan perawatan luka yang

optimal.

4.         Lakukan perawatan luka tertutup.

Rasional

mencegah infeksi dan mempercepat proses perbaikan kulit

Page 20: Lp Luka Bakar

BAB IV

PENUTUP

A.                               Kesimpulan

Luka bakar merupakan respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu

panas yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan sitem metabolisme tubuh.

Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan luas luka

nakar. Semakin luas cedera akan mempengaruhi respons sistemik baik kardiovaskuler,

pernapasan, kondisi cairan elektrolit, dan gastrointestinal. Penanganan yang cepat dan tepat

akan membantu memperkecil derajat luka. Perawatan luka bakar tertutup dan terbuka

membantu proses perbaikan luka. Keberhasilan perawatan luka bakar terbuka dilakukan

dengan mempertahankan lingkungan tetap bersih dan kondusif. Penggunaan APD saat

perawatan sangat diperlukan. Para pengunjung dianjurkan menggenakan hubah dan tidak

menyentuh ranjang pasien atau memberikan makan melalui tangan pasien secara langsung

Page 21: Lp Luka Bakar

untuk meminimalkan terjadinya infeksi. Pasien yang sudah mulai stabil keadaanmya

memerlukan fisioterapi untuk mempelancar peredaran darah dan mencegah kekauan sendi.

B.                               Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :

Saran Untuk Perawat

a.         Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan

tepat.

b.         Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap   dalam memberikan

pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi pasiennya

agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien.

c.         Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya kerjasama

antar tim dan diperlukan ketersediaan prasarana yang memadai dalam meningkatkan mutu

pelayanan asuhan pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba Medika

DR. Sunita Almatsia, M.SC. 2004. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At Glace Ilmu Bedah. Surabaya. Erlangga

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan Nanda Nic Noc. Yogyakarta. Nuha Medika

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta

R. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

Nanda, 2009. Pedoman Diagnosa Keperawatan

Page 22: Lp Luka Bakar