makalah luka bakar

71
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.........................................................i BAB 1 PENDAHULUAN..................................................1 A. Latar belakang.............................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................. 1 C. Tujuan...................................................... 2 1. Tujuan Umum............................................... 2 2. Tujuan Khusus............................................. 2 BAB II TINJAUAN TEORI..............................................3 2.1 DEFINISI LUKA BAKAR.........................................3 2.2 PENYEBAB LUKA BAKAR.........................................3 2.3 PATOFISIOLOGI............................................... 7 2.4 FATHWAY.................................................... 10 2.5 TANDA DAN GEJALA........................................... 12 1. Kedalaman Luka Bakar.......................................12 2. Luas Luka Bakar............................................ 14 3. Beratnya Luka Bakar........................................15 4. FASE LUKA BAKAR............................................ 16 2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................18 2.7 KOMPLIKASI................................................. 19 2.8 PENANGANAN................................................. 20 2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR..............................29 BAB III PENUTUP...................................................58 A. Kesimpulan................................................. 58 B. Saran...................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA....................................................59

Upload: riana-azna

Post on 05-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Luka Bakar

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ i

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................................2

1. Tujuan Umum.................................................................................................................2

2. Tujuan Khusus............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................................3

2.1 DEFINISI LUKA BAKAR..................................................................................................3

2.2 PENYEBAB LUKA BAKAR..................................................................................................3

2.3 PATOFISIOLOGI................................................................................................................7

2.4 FATHWAY............................................................................................................................10

2.5 TANDA DAN GEJALA.......................................................................................................12

1. Kedalaman Luka Bakar..............................................................................................12

2. Luas Luka Bakar.........................................................................................................14

3. Beratnya Luka Bakar................................................................................................15

4. FASE LUKA BAKAR.........................................................................................................16

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG...........................................................................................18

2.7 KOMPLIKASI.....................................................................................................................19

2.8 PENANGANAN.....................................................................................................................20

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.......................................................................29

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................58

A. Kesimpulan.....................................................................................................................58

B. Saran.................................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................59

Page 2: Makalah Luka Bakar

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi

para dokter. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan

derajat cacat yang relatif tinggi dibandinqkan dengan cedera

oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya Pun

tinggi.

Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami

luka- bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000

penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan

sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di

Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka hakar, tetapi

dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka

bakar tersebut makin meningkat.

Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga

menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar

biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh

kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam,

luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan

keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang

sangat mempengaruhi prognosis.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Luka bakar?

2. Untuk mengetahui etiologi Luka bakar?

3. Untuk mengetahui tanda dan Luka bakar?

4. Untuk mengetahui patofisiologi dan fathway Luka bakar?

1

Page 3: Makalah Luka Bakar

5. Untuk mengetahu asuhan keperawatan Luka bakar?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan

khususnya pada mata kuliah keperawatan Advance nursing

practice.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar

mahasiswa mengetahui Pengertian, etiologi, tanda dan

gejala, patofisiologi dan fathway, dan asuhan keperawatan

luka bakar

2

Page 4: Makalah Luka Bakar

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI LUKA BAKAR

Luka bakar adalah trauma pada kulit yang disebabkan oleh

panas atau suhu tinggi.

Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk

luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar

jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya pada

jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami

oleh bakteri pathogen; mengalami eksudasi dengan perembesan

sejumlah besar air, protein, serta elektrolit; dan sering kali

memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain

untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen.

2.2 PENYEBAB LUKA BAKAR

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar.

Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya

3

Page 5: Makalah Luka Bakar

kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar,

jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan

minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan

saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar

dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar

atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek

panas lainnya. ( gas, cairan, bahan padat/solid )

Luasnya cedera adalah akibat dari intensitas panas

(suhu) dan durasi pemajanan.

2. Luka bakar listrik

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang

digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui

tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya

kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu

sampai mengenai tubuh.

Cedera listrik diklasifikasikan berdasarkan tipe dan

kekuatan arus listriknya.

Tipe arus, antara lain “arus bolak-balik” (AC) yang

dtemukan dirumah tangga (voltase 110 atau 220) dan “arus

searah (DC) yang ditemukan diaki mobil dan alat bedah

elektro. Kontak dengan AC cenderung menyebbkn kontraksi

otot, yang menyebabkan korban sulit untuk melepaskan

sumber listrik tersebut. Kontak dengan DC cenderung

menyebabkan kontraksi otot tunggal yang keras. Kontak

dengan AC cenderung lebih berbahaya daripada kontak dengan

DC. Kekuatan arus dibagi menjadi dua kategori. Voltase

4

Page 6: Makalah Luka Bakar

tinggi, 1000 volt atau lebih, dan voltse rendah dibawah

1000 volt. Voltase tinggi biasanya menyebabkan lebih

banyak destruksi jaringan.

3. Luka bakar kimiawi

Luka bakar kimiawi terjadi ketika substansi kimia beraksi

dengan kulit, menyebabkan reaksi kimia. Beberapa absorbasi

dapat terjadi dan dapat menyebabkan reaksi sismatik.

Hasilnya dapat dikaitkan dengan empat hal: tipe kimiawi

( asam, alkali, atau subtansi organik), lama pemajanan,

konsentrasi zat, dan jumlah zat. Reaksi kimia dan cedera

dihilangkan dari kulit. Semakin dini tindakan, semakin

sedikit kerusakannya. Luka bakar asam menyebabkan

nekrosis koagulasi dan pengendapan protein yang membatasi

luasnya kerusakan jaringan. Luka bakar alkali menyebabkan

kerusakan lebih banyak dari pada luka bakar asam karna zat

ini menyebabkan nekrosis yang mencair pada jaringan,

denaturasi protein, dan menghilangkan lapisan jaringan,

yang memungkinkan penyebaran luas akibatnya luka bakar

semakin parah. Subtansi organik menyebabkan kerusakan

kutaneus dan dapat di absorpsi, yang menyebabkan

kerusakan hati dan ginjal. 15 zat kimia tertentu seperti

asam hidrofluorat dapat menembus ke jaringa subkutan dan

dapat menyebabkan kerusakan selama beberapa hari setelah

pemajanan.

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber

radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan

penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber

5

Page 7: Makalah Luka Bakar

radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.

Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu

lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api

langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya

cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah

tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan

luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak,

kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang

teriadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan

luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh

ketebalan kulit (derajat tiga).

Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi

dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini

bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan

nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang

hebat. Asam hidroklorida mampu menenebus jaringan sampai ke

dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan

pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang

banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih

pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka

bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan

mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).

Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat

daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel

mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan

kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita

6

Page 8: Makalah Luka Bakar

sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan

sudah meluas.

2.3 PATOFISIOLOGI

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025

m2 pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila

kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di

bawahnya, area sekitarnya dan Area yang jauh sekali pun akan

rusak den menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah

kebocoran cairan intrakapilar ke inrerstisial sehingga terjadi

ude dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya Kulit

akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit

sebagai barier dan penahan penguapan.

Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan

berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang

luasnya kurang dari 20%,mekanisme kompensasi tubuh masih bisa

mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%).

Dapat terjedi syok hipovolemik disertai gejala yang khas,

seperti gelisah, pucat. Dinqin, berkeringat, nadi kecil dan

cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkuranq.

Pembengkakan terjadi Perlahan, maksimal terjadi setelah

delapan jam.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan

permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut

rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi

di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena

gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang

ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan

7

Page 9: Makalah Luka Bakar

gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak

berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas co atau gas beracun

lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin

sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen tanda

keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing mual, dan

muntah, pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih 60%

hemoglobin terikat co, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan

terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang

interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan

meningkatnya diuresis.

Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit

mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman,

akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena

daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami

tromosis. Padahal pembuluh ini membawa system pertahanan tubuh

atau antibiotic. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,

selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari

kontaminsasi kuman saluran napas atas dan dan kontaminsai

kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya

sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten

terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kaukus gan

positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran

nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram

negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan

eksotoksin protese dan toksin lain yang berbahaya, terkenal

8

Page 10: Makalah Luka Bakar

sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi

pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup

luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang

bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk

nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif(tidak dalam) ditandai dengan

keropeng yang mudah lepas dengan nanah yang banyak. Infeksi

yang invasi ditandai dengan keropeng yang kering dengan

perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat

menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat

dua menjadi derajat tiga, infeksi kuman menimbulkan vaskulitis

pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan

menimbulkan trombosis.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat

dua dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut.

Penyembuhan ini dimulai dai sisa elemen epitel yang masih

vital, misalnya dek kelenjar sebasea, sel asal, sel kelenjar

keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang

dalam mungkin meninggalakan parut hipertrofi yang nyeri gatal,

gatal, dan secara estetik sangat jelek.

Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan

mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi

sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat di temukan ileus paralitik.

Pada fase akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena

syok. Juga peristaltik dapat menurun karena kekurangan ion

kalium.

9

Page 11: Makalah Luka Bakar

Stres atau beban faal serta hipoperfusi daerah splanghikus

pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya

tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama

dengan gejala tuak petik. Kelainan ini dikenal dengan sebagai

tuak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil

sebagai hematemesis dan atau melena.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme

sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh

banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah

terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak

juga mengeluarkan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan

tubuh pada fase ini terutama di dapat dari pembakaran protein

dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat

kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Kecacatan

akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bis mengenai

wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat

cat tersebut, sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang

disebut schizoprenia postburn.

2.4 FATHWAY

2

10

Thermal Burn

Saluran Napas

Destruksi Jaringan

Kulit

Denaturasi protein/ ionisasi sel

Koagulasi sel

Electrical burnChemical Burn Radiasi

Voltase Tinggi > 1000 Watt

Masuk jantung

Page 12: Makalah Luka Bakar

3

4

5

6

7

11

Ekstravasi/perpindahan natrium, H2O, dan protein

dari ruang intravaskuler ke ruang intersisial

Gangguan perfusi jaringan

Gangguan rasa nyaman nyeri

Peningkatan respon nyeri

Resiko Infeksi

Tekanan onkotik turun

Hipovolemia

Kekurangan Volume Cairan

Penurunan aliran

Respon sistemik

Respon pada

Hipotalamus

Gangguan Termoregulasi

Hipotermi

Lisis Sel

Nekrosis Jantung

Afterload

Kerusakanpertukaran gas

hipovelemia

Kekurangan volume

cairan

Penurunan aliran darah ke gastrointestinal

Syok luka bakar

Respons stres masif, aktivitas System saraf simpatis

Hormon kortikoadrenal pelepasan ketokolaminan

Page 13: Makalah Luka Bakar

2.5 TANDA DAN GEJALA

1. Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan

lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung

menjilat tuhuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam

luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat

dari bulu domba (wol).Bahan sintetis, seperti nilon dan

12

Penurunan aliran

Metabolisme gastrointestinal menurun

Penurunan peristaltik usus

konstipasi

Vasokontriksi perifer

Penurunan curah jantung

Page 14: Makalah Luka Bakar

dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu

tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman

luka bakar.

Luka bakar derajat 1 dinamakan superficial burn atau luka

bakar permukaan.Luka bakar ini tidak terlalu serius dan

hanya mengenai lapisan kulit bagian atas, tetapi sering

disertai pembentukan vesikel atau gelembung berisi cairan.

Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan

biasanya sembuh dalam 5-7 hari; misalnya tersengat matahari.

Luka tampak sebagai eritema dengah keluhan rasa nyeri atau

hipersensitivitas setempat.

Luka bakar derajat 2 dinamakan partial thickness burn atau

luka bakar parsial. Luka bakar derajat dua mencapai

kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang

tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal,

kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.

Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri

dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah

nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang

keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya

meningkat.

Luka bakar derajat 3 dinamakan full thickness burn. Luka

bakar ini mengenai seluruh ketebalan kulit. Struktur di

bawah kulitpun sering mengalami kerusakan. Sekalipun

demikian kulit tidak lenyap,musnah,atau hilang atau hilang

tetapi rusak. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh

kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih

13

Page 15: Makalah Luka Bakar

dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang

memungkinkan penyembuhan dari dasar luka biasanya diikuti

dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis

akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting.

Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan

permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih

sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.

Orang yang mengalami luka bakar derajat 4 terlihat hitam,

seperti arang,dan nekrotik,Derajat empat yaitu luka bakar

yang merusak tulang, otot, dan jaringan dalam, serta luka

bakar akibat sengatan arus listrik yang menyebabkan robeknya

jaringan. Sebagian besar luka bakar merupakan kombinasi dari

ketiga derajat di atas.Pada bagian pinggir,sering terjadi

luka bakar superficial,sedangkan pada pusatnya,pada tempat

terjadinya kontak,timbul parsial atau full thickness burn.

2.Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9

yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of

wallace yaitu:

14

Page 16: Makalah Luka Bakar

Bagian tubuh 1 th 5 th Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%

Ekstrimitas atas (kanan dan

kiri)

18% 18% 18 %

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah (kanan dan

kiri)

32% 32% 36%

Genetalia 1% 1% 1%

3.Beratnya Luka Bakar

Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada

luas ukuran dan kedalaman. Ada terdapat tiga kategori dalam

menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor.

15

Page 17: Makalah Luka Bakar

a. Luka bakar mayor

Terdapat satu atau lebih kriteria :

1) Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan

tubuh

2) Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan

tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak

anak.

3) Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau

genetalia.

4) Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan

pernapasan.

5) Luka bakar elektrik.

b. Luka bakar Moderat

1) Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.

2) Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan

tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% samapi 20%

pada anak.

c. Luka bakar minor

1) Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan

tubuh.

2) Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan

tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak.

3) Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi

pertimbangan secara khusus adalah lokasi luka bakar :

muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan

hilangnya fungsi.

16

Page 18: Makalah Luka Bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang

ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian,

beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka

Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat

memengaruhi prognosis.

Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan

penanganan ditentukan oleh letak luka, usia, dan keadaan

kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak,

leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami

kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya

lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam

golongan berat.

4. FASE LUKA BAKAR

a. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal

penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan

nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation

(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi

segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih

dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera

inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi

adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak

sistemik.

b. Fase sub akut.

17

Page 19: Makalah Luka Bakar

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang

terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat

kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

1) Proses inflamasi dan infeksi.

2) Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka

telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada

struktur atau organ – organ fungsional.

3) Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi

parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ

fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan

pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnose

adalah:

1. Hitung darah lengkap

Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung

dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya

menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan

kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.

2. Sel darah putih

Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada

sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera. 

3. GDA

Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.

18

Page 20: Makalah Luka Bakar

4. CO Hbg

Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO

cidera inhalasi.

5. Elektrolit serum:

Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera

jaringan/ kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal. 

6. Natrium urine random

Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan

resusitasi cairan, kurang dari 10 MEq / L menduga ketidak

adekuatan resusitasi cairan. 

7. Glukosa serum

Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan

kehilangan protein pada edema cairan. 

8. Albumin serum

Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.

9. BUN kreatinin

Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.

10. Urine

Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan

jaringan dalam dan kehilangan protein.

11. Foto roentgen dada

Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun

dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang

sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada. 

12. Bronkopi serat optic

Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat

meliputi edema, perdarahan dan/ tukak pada saluran

pernafasan atas

19

Page 21: Makalah Luka Bakar

13. Loop aliran volume

Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya

cidera inhalasi

14. Scan paru

Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi

15. EKG

Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka

bakar listrik

16. Foto grafi luka bakar

Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya

2.7 KOMPLIKASI

1. Infeksi

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka

penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika

berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.

Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat

imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan

tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan

penyelamatan jiwa penderita.

2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari

ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-

kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara

rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada

endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di

duodenum.

3. Gangguan Jalan nafas

20

Page 22: Makalah Luka Bakar

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul

pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema

paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan

nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian

kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

4. Konvulsi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah

konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan

elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,

aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak

diketahui.

5. Kontraktur

Merupakan gangguan fungsi pergerakan.

6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

2.8 PENANGANAN

Tiga hal yang sangat penting pada penanganan luka bakar, yaitu:

1. Burn Shock

Timbul dalam 48 jam: merupakan suatu jenis yang berbeda

dari shock hemorhagik/ neurologik. Pengertian burn shock

sendiri sebenarnya masih kabur dan belum pasti, aspek-aspek

penting dalam burn shock:

a. Hipokalemia

b. Kekurangan elektrolit dan protein

c. Nyeri

2. Infeksi

Dalam fase kedua ini ada bahaya-bahaya berupa:

21

Page 23: Makalah Luka Bakar

a. Bila proses supuratif berlangsung untuk beberapa waktu

lamanya, ditakuti terjadi amiloidosis.

b. Osteoforosis karena alat-alat tidak dipakai.

c. Stase urin yang dapat menimbulkan batu-batu dalam

traktus urinarius. Dekat akhir fase burn shock dapat

timbul curling’s ulcers (lambung, duodenum, dan jejenum)

3. Rehabilitasi

Seringkali luka bakar meninggalkan kontraktur yang kadang-

kadang hebat sekali, sehingga penting sekali tindakan

rehabilitasi. Bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan

fungsi. Luka bakar yang perlu rehabilitasi terutama luka

bakar yang terdapat di daerah persendian.

a. Dilakukan seawal mungkin untuk mencegah timbulnya

kontraktur

b. Terapi posisi

Prinsip Terapi pada luka bakar

1. Menghentikan sumber pejanan panas

a. Membuka baju

b. Menutupi bagian yang terbakar

2. Rawat luka

a. Mendinginkan dan membersihak luka pada satu jam pertama

b. Menyirami luka dengan air mengalir selama minimal 15

menit

c. Pemberian antiseptik dan antibiotik topikal

d. Antiseptik biasanya digunakan betadine atau nitras-

argenti 0,5% setiap 2 jam

e. Antibiotik topikal bentuk yang digunakan biasanya

berbentuk larutan, salep atau krim (Zilfer Sulfadizin

22

Page 24: Makalah Luka Bakar

P

Q x 3

1%) dioleskan tanpa pembalut dan dapat dibersihkan dan

diganti tiap hari

3. Menentukan luas dan dalamnya luka bakar

Berdasarkan luas dan dalamnya luka bakar maka dilanjutkan

dengan pemberian terapi cairannya.

Pemberian Terapi Cairan

Menurut Karakata, S dan Bachsinar, B.,1996, cara pemberian

cairan pada luka bakar sebagai berikut:

1. Formula EVANS

Dalam 24 jam I. Berikan :

Dalam 8 jam pertama, jumlah cairan yang diberikan sebesar

setengah dari kebutuhan total. Dalam 16 jam kedua,

diberikan sisa kebutuhan total.

Dalam 24 jam II. Berikan :

Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes,

dipakai rumus :

Keterangan : g = jumlah tetes per menit

p = jumlah cairan dalam cc

Q = jam yang diperkirakan

BB = berat badan penderita (dalam kg).

IWL = (Insensible water lost) adalah kehilangan setiap

hari yang tidak kita sadari. Kehilangan air dengan cara

23

NaCl 0.9% : 1 x BB x % luka bakar.

Koloid : 1 x BB x % luka bakar.

NaCl 0.9% : 1 x BB x % luka bakar.

Koloid : 1 x BB x % luka bakar.

g =

Page 25: Makalah Luka Bakar

ini berlangsung lewat keringat dan pernapasan. Rata-rata

IWL pada orang dewasa 2000 cc/hari. Pada pemberian cairan

yang tepat, akan dicapai produksi urin 50 cc/jam.

Pada anak-anak, pemberian Dekstrosa 5% sebagai pengganti

IWL berdasarkan berat badannya. Untuk berat badan <10 kg

penggantian IWL sebesar 100 ml/kgBB, berat badan 10-20

kg: 50 ml/kgBB, dan berat badan >20 kg: 25 ml/kgBB

2. Formula BROOKE

Dalam 24 jam I. Berikan :

24 am II. Berikan :

24 jam II Berikan:

3. Formula BAXTER (1971)

Paling banyak saat ini, praktis dan mudah. Pada cara ini

hanya diberikan cairan Ringer laktat.

Dalam 24 jam I. Berikan :

Setengah dari jumlah kebutuhan cairan total diberikan dalam

8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Dalam 24 jam II. Berikan :

24

Koloid : 0,5 x BB x % luka bakar.

Ringer laktat : 1,5 x BB x % luka bakar.

Koloid : 0,25 x BB x % luka bakar.

Ringer laktat : 0,75 x BB x % luka bakar.

Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.

Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.

Page 26: Makalah Luka Bakar

Kebutuhan total cairan pada hari kedua sama dengan hari

pertama, hanya cara pemberiannya berbeda. Pada hari kedua

cairan diberikan sedemikian rupa, sehingga produksi urin

sekitar 50-100 ml/jam.

Jumlah cairan dan elektrolit yang diberikan dalam 48 jam

pertama (24 jam I + 24 jam II) tidak banyak berbeda antara

formula satu dengan lainnya. Miliekivalen Natrium rata-rata

normal sekitar 0,5-0,6 mEq/kgBB/%luka bakar.

Jumlah Produksi Urin Normal.

Penting diketahui sebagai acuan untuk mengetahui apakah

pengobatan cairan memadai atau tidak.

Produksi Urin Normal

Berat / usia Produksi urin

Bayi ( < 1

tahun)

<3 kg

4 – 5 kg (0-3 bulan)

4 – 7 kg (4-6 bulan)

8 – 9 ka (7-12 bulan)

8 – 10 ml/jam

10 – 15 ml/jam

15 – 20 ml/jam

20 – 25 ml/jam

Anak (> 1

tahun)

1 – 5 tahun

6 – 10 tahun

11 – 12 tahun

13 – 15 tahun

> 15 tahun

20 – 25 ml/jam

25 – 30 ml/jam

30 – 40 ml/jam

40 – 50 ml/jam

50 – 100 ml/jam

Dewasa — > 50 ml/jam

Medika Mentosa Luka Bakar

1. Hari Pertama

a. Pemberian Analgetik

25

Page 27: Makalah Luka Bakar

Analgetik yang baik adalah dari jenis morfin

b. Pemberian ATS

Biasanya diulangni tetapi jangan lewat setelah 12 hari

karena dalam waktu 14 hari tubuh sudah membentuk

antibodi terhadap kuman tersebut, sehingga penyuntikan

ATS dapat menyebabkan timbulnya reaksi serum. Untuk

profilaksis diberikan dalam bentuk toksoid.

Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, diberikan sebagai

berikut:

1) Mula-mula toksoid dan ATS

2) Sepuluh hari kemudian toksoid

3) Diulang lagi toksoid

c. Antasida

Diberikan untuk pencegahan timbulnya curling’s ulcers

(lambung, duodenum dan jejenum) yang dapat timbul dekat

akhir fase burn shock.

d. Perawatan lukanya sendiri dapat dilakukan dengan 2 macam

cara yaitu

1) Cara dibalut (occlusive dresing). Kerugiannya yaitu

bila terjadi infeksi pada luka diketahui lambat/

tidak segera.

2) Cara terbuka

Luka dibiarkan terbuka sehingga terkena udara

(exposed to air), untuk mencegah infeksi dibaringkan

pada tempat tidur yang baik dan bersih dan diberi

kelambu yang bersih juga. Bula yang utuh dibiarkan

tetapi bulla yang sudah pecah dibuka sama sekali

karena lipatan kulit disudut bulla merupakan tempat

26

Page 28: Makalah Luka Bakar

yang baik sekali baik kuman-kuman. Apabila luka-luka

kotor maka dibersihkan dengan hati-hati (jangan

digosok keras-keras) dan bila pembresihan luka

memberikan rasa yang amat sakit dilakukan dengan

narkose. Keuntungan cara terbuka dengan cara tertutup

adalah:

a) Luka tidak sembab (kering)

b) Tidak ada jaringan granulasi yang berlebihan

c) Bila infeksi segera terlihat

Kemungkinan infeksi memang lebih besar, karena itu

penting sekali perawatan yang bersih dan dijaga

sampai timbul sepsis (Schwart, 2000)

2. Hari Kedua

a. Pemberian antibiotik sistemik

Pada hari kedua permeabilitas pembuluh darah mulai

membaik dan terjadi mobilitas dan penyerapan cairan

edema ke pembuluh darah ini ditandai dengan meningkatnya

diuresis.

b. Evaluasi luka bakar

Diuresis, minimal 30 cc/ jam, kecuali untuk penderita

gagal ginjal, diabetes melitus dan gagal jantung

diuresis 15 cc/ jam sudah dianggap cukup

c. Fisioterapi

Fisioterapi adalah terapi fisik yang meliputi

pergerakan-pergerakan normal suatu ekstremitas,

fisioterapi terutama dilakukan bila luka bakar mengenai

daerah persendian, tujuan dari fisioterapi segera dan

aktif ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur,

27

Page 29: Makalah Luka Bakar

fisioterapi segera dan aktif ini adalah untuk mencegah

terjadinya kontraktur, fisioterapi meliputi gerakan-

gerakan normal yang dilakukan oleh persendian yang

permukannya terkena luka maka dilaksanakan semaksimal

mungkin dan dilakukan secara bertahap sehingga

morbiditas penderita dapat dikurangi.

d. Skin Grafting

Sesudah timbul jaringan granulasi pada luka-luka bakar

dilakukan skin grafting, terutama bila luka bakarnya

luas dan tidak adanya pulau-pulau epitel (sisanya

folikel rambut). Kadang-kadang dalam stadium awal sudah

dilakukan skin grafting, yaitu luka-luka bakar ditutupi

dengan kulit kemudian dibalut dengan maksud agar tidak

terjadi kehilangan cairan yang terlalu banyak melalui

luka-luka bakar tersebut. Tetapi lebih dianjurkan,

dibiarkan luka dirawat terbuka dulu baru kemudian

dilihat apakah perlu dilakukan grafting.

e. Nutrisi

1. Minuman

a) Segera setelah peristaltik normal

b) Sebanyak 25 ml/Kg/BB/ hari

c) Sampai diuresis minimal 30 ml/ jam

2. Makanan

a) Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan

b) Sedapat mungkin 2.500 – 3.000 kalori/ hari

c) Sedapat munkin mengandung 100-150 grm protein/

hari

f. Suplemen

28

Page 30: Makalah Luka Bakar

1. Vitamin A, B dan D

2. Vitamin C 500 mg

Menurut teori, kandungan albumin yang tinggi bisa

mempercepat kesembuhan luka operasi dan luka bakar. Albumin

juga berperan mengikat obat-obatan yang tidak mudah larut,

seperti aspirin, antikoagulan koumarin, dan obat tidur.

Selain mengobati luka bakar dan luka pascaoperasi, albumin

bisa digunakan untuk menghindari timbulnya sembap paru-paru

dan ginjal, serta carrier faktor pembekuan darah (Pamuji, H

dan Hidayat, R., 2003).

Menurut Eddy Suprayitno selaku guru besar ilmu biokimia

difakultas perikanan, Universitas Brawijaya yang menemukan

kadar albumin cukup tinggi dalam kandungan ekstrak ikan

gabus. Dengan meminum ekstrak ikan gabus, pasien hanya

membutuhkan 24 kilogram ikan gabus untuk menyembuhkan luka

operasi atau luka bakar. Malah, menurut Eddy, luka dapat

sembuh tiga hari lebih cepat ketimbang menggunakan serum

albumin. Hal ini Eddy terinspirasi dari orang-orang Cina

yang mengobati luka bakar dengan memakan ikan gabus

(Pamuji, H dan Hidayat, R., 2003).

29

Page 31: Makalah Luka Bakar

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.

1.PENGKAJIAN

a. Anamnesa

1) Identitas

2) Identitas klien

a) Nama                    :

b) Umur                    :

Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya

luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun

dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian

tinggi terhadap jumlah kematian.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah

nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi

terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus

diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t).

sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien

mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran

pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas

30

Page 32: Makalah Luka Bakar

bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada

penurunan ekspansi paru.

c. Riwayat Kesehatan

2) Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,

penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang

dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan

perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat

meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam

pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam

pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif

(menjelang klien pulang).

3) Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah

diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar.

Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai

riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,

atau penyalagunaan obat dan alkohol.

4) Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan

penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien,

meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga

mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai

masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.

d. Pola ADL (Activity Daily Living)

31

Page 33: Makalah Luka Bakar

1) Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan,

tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang

sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

2) Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari

20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer

distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi

perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan

dingin (syok listrik); takikardia

(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);

pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

3) Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama

fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila

terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot

dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan

mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan

bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar

kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan

motilitas/peristaltik gastrik.

4) Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;

mual/muntah.

5) Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda:

perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks

tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas

kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan

retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok

listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);

paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

32

Page 34: Makalah Luka Bakar

6) Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat

pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;

ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar

ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara

respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua

tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar

derajat tiga tidak nyeri.

7) Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup;

terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda:

serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis;

indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin

terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan

nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan

laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:

gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);

sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

8) Keamanan:

Tanda:

a) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak

terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses

trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab,

pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya

penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan

cairan/status syok.

33

Page 35: Makalah Luka Bakar

b) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam

sehubunagn dengan variase intensitas panas yang

dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;

mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada

faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau

lingkar nasal.

c) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen

penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan

tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;

nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara

mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan

kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam

setelah cedera.

d) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya

lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka

bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar

(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada

proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal

sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda

motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok

listrik).

e. Riwayat psikososial

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep

diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit

sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu

juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam

34

Page 36: Makalah Luka Bakar

sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal

ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.

f. Pemeriksaan kulit

Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka

bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran

persentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine

lund and Browder) sebagai berikut :

Bagian

tubuh

1 th 5 th Dewasa

Kepala

leher

18% 14% 9%

Ekstrimitas

atas (kanan

dan kiri)

18% 18% 18 %

Badan depan 18% 18% 18%

Badan

belakang

18% 18% 18%

35

Page 37: Makalah Luka Bakar

Ektrimitas

bawah

(kanan dan

kiri)

32% 32% 36%

Genetalia 1% 1% 1%

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan

keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi

saluran nafas atas.

2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan

dengan edema dan efek inhalasi asap .

3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan

penurunan suplai O2 ke jaringan dan interupsi aliran

darah arteri / vena.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan

akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan

gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

6. Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan

cedera jaringan dan syaraf serta dampak emosional cedera.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier

kulit dan terganggunya respon imun.

8. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit

sekunder destruksi lapisan kulit.

36

Page 38: Makalah Luka Bakar

9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan

ketahanan dan kekuatan otot.

10. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus

akibat penurunan aliran darah ke gastrointestinal.

11. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia

dan peningkatan afterload akibat disfungsi konduksi

listrik

4.Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosis

keperawatan yang menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan

di ruang rawat darurat pada cedera luka bakar, meliputi hal-

hal berikut ini.

1. Aktual/risiko gangguan pertukaran gas b.d. keracunan

karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran

napas atas.

2. Aktual/risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d.

edema dan efek dari inhalasi asap.

3. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan

cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

4. Aktual/risiko hipotermia b.d. gangguan mikrosirkulasi

kulit dan luka yang terbuka.

5. Nyeri b.d. hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta

saraf dan dampak emosional dari luka bakar.

5.Rencana Keperawatan

Tujuan utama fase darurat/resusitasi dalam perawatan luka

bakar mencakup

37

Page 39: Makalah Luka Bakar

pemeliharaan saluran napas yang paten, ventilasi, dan

oksigenasi jaringan; pencapaian keseimbangan cairan serta

elektrolit yang optimal dan perfusi organorgan vital;

pemeliharaan suhu tubuh yang normal; rasa nyeri serta

ansietas yang minimal; dan tidak adanya komplikasi yang

potensial.

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Aktuak atau

resiko

gangguan

petukaran

gas b.d

keracunakn

kkarbon

monoksida

in,inhalasi

asap dan

obstrubsi

saluran

nafas atas

Dalam waktu

1x 24jam

gangguan

pertukaran

gas teratasi

Kriteria hsil

:

1. Pasien

tidak sedak

nafas

2. RR dalam

rentanng

nomal sesuai

vaktor usia

3.

pemeriksaan

gas arteri pH

7,40+-

0,005,HCO3

24+- 2mEq/L,

an paCO, 40

mmHg

1. Kaji faktor

penyebab gangguan

pertukaran gas.

Pemeriksaan untuk

mengkaji pertukaran

gas yang adekuat dan

bersihan saluran

napas merupakan

aktivitas keperawatan

yang esensial.

Frekuensi, kualitas,

dan

dalamnya respirasi

harus dicatat. Paru-

paru diauskultasi

untuk mendeteksi

suara tambahan

(abnormal). Di

samping pengkajian

keperawatan terhadap

status respirasi,

oksimeter denyut nadi

dapat digunakan untuk

memantau

kadar oksigen dalam

darah arterial.

Pemakaian oksimeter

denyut nadi pada

pasien luka bakar

38

Page 40: Makalah Luka Bakar

memiliki kekurangan,

yaitu perfusi

jaringan yang buruk,

serta edema

mempersulit pemeriksa

untuk mendapatkan

signal yang akurat,

dan oksimeter tidak

dapat membedakan

karboksil hemoglobin

dengan oksihemoglobin

2. monitor TTV Perubahan TTV akan

memberikan dampak

pada risiko

asidosis yang

bertambah berat dan

berindikasi pada

intervensi untuk

secepatnya melakukan

koreksi asidosis.

Beri oksigen

4l/menit dengan

metode kanul atau

sungkup non

rebreathing

Terapi pemeliharaan

untuk kebutuhan

asupan oksigenasi.

Istirahatkan

pasien dengan

posisi fowler.

Posisi fowler akan

meningkatkan ekspansi

paru optimal.

Istirahat akan

mengurangi kerja

jantung, meningkatkan

dan menurunkan

39

Page 41: Makalah Luka Bakar

tekanan darah.

Ukur intake dan

output.

Penurunan curah

jantung,

mengakibatkan

gangguan

perfusi ginjal,

retensi atrium/air

dan penurunan urine

output.

Manajemen

lingkungan:

lingkungan tenang

dan

batasi pengunjung.

Lingkungan tenang

akan menurunkan

stimulus nyeri

eksternal dan

pembatasan pengunjung

akan membantu

meningkatkan kondisi

O, ruangan yang akan

berkurang apabila

banyak pengunjung

yang berada di

ruangan.

kolaborasi

Berikan

bikarbonat.

jika penyebab masalah

adalah masukan

klorida, maka

pengobatannya adalah

ditujukan pada

menghilangkan

sumber klorida.

Pantau data

laboratorium

analisis gas darah

Tujuan intervensi

keperawatan pada

asidosis metabolik

adalah meningkatkan

pH sistemik sampai ke

40

Page 42: Makalah Luka Bakar

berkelanjutan batas yang aman, dan

menanggulangi sebab-

sebab asidosis yang

mendasarinya. Dengan

monitoring perubahan

dari analisa gas

darah berguna untuk

menghindari

komplikasi yang tidak

diharapkan.

2 Aktual/

resiko

bersihan

jalan nafas

tidak

efektif b.d

edema dan

efek dari

inflasi

asap.

Dalam waktu 1

X 24Jam

paskah bedah

hati,

kebersihan

jalan nafas

pasien tetap

optimal

Kriteria

evaluasi:

1. Jalan

nafas

bersih,

tidak

adanya

obstruk

si pada

jalan

nafas.

2. Suara

nafas

normal

tidak

ada

bunyi

Kaji dan monitor

jalan napas.

Deteksi awal untuk

interpretasi

intervensi

selanjutnya.Salah

satu cara untuk

mengetahui apakah

pasien bernapas

atau tidak adalah

dengan menempatkan

telapak tangan di

atas hidung dan mulut

pasien untuk

merasakan hembusan

napas. Gerakan toraks

dan diafragma tidak

selalu menandakan

nasien bernaoas.

41

Page 43: Makalah Luka Bakar

nafas

tambaha

n

seperti

stridor

.

3. Tidak

adanya

penggun

aan oto

bantu

nafas.

4. RR

dalam

rentang

normal

sesuai

tingkat

usia,

misalny

a pada

dewasa

12-

20X/men

it

1. Tempatkan

pasien di

bagian

resusitasi

2. Untuk memudahkan

dalam melakukan

monitoring status

kardiorespirasi

dan intervensi

kedaruratan.

3. Beri oksigen

4m/menit dengan

metode kanul atau

sungkup non-

rebreathing.

3. Pemberian oksigen

dilakukan pada fase

awal pascabedah.

Pemenuhan oksigen

dapat membantu

42

Page 44: Makalah Luka Bakar

meningkatkan

PaO, di cairan otak

yang akan memengaruhi

pengaturan pernafasan

4. Lakukan

tindakan

kedaruratan

jalan napas

agresif

4. Tindakan perawatan

pulmoner yang

agresif, termasuk

tindakan membalikkan

tubuh pasien,

mendorong

pasien untuk batuk

serta bernapas dalam,

memulai

inspirasi kuat yang

periodik dengan

spirometri, dan

mengeluarkan timbunan

sekret melalui

pengisapan trakea

jika diperlukan.

Semuanya ini

merupakan tindakan

yang penting terutama

pada pasien luka

bakar dengan

cedera inhalasi.

Pengaturan posisi

tubuh pasien untuk

mengurangi kerja

pernapasan, menir-

rgkatkan ekspansi

43

Page 45: Makalah Luka Bakar

dada yang maksimal,

dan pemberian oksigen

yang

dilembapkan atau

pelaksanaan ventilasi

mekanis dapat

menurunkan lebih

lanjut stres

metabolik dan

memastikan

oksigenasi jaringan

yang'adekuat. Asepsis

dipertahankan

melalui perawatan

untuk menghindari

kontaminasi

pada traktus

respiratorius dan

mencegah infeksi yang

meninskatkan

kebutuhan oksisen

rnetabolik.

3. Aktual/

resiko

bersihan

jalan nafas

tidak

efektif b.d

edema dan

efek dari

inflasi

asap.

Bersihkan sekresi

pada jalan napas

dan lakukan

suctioning apabila

kemampuan

mengevakuasi

sekret

tidak efektif.

Kesulitan pernapasan

dapat terjadi akibat

sekresi lendir

yang berlebihan.

Membalikkan pasien

dari satu sisi ke

sisi lainnya

memungkinkan cairan

yang terkumpul untuk

keluar dari sisi

44

Page 46: Makalah Luka Bakar

mulut. |ika gigi

pasien mengatup,

mulut

dapat dibuka secara

manual, tetapi hati-

hati dengan spatel

lidah yang dibungkus

kasa.

Mukus yang menyumbat

faring atau trakea

diisap

dengan ujung pengisap

faringeal atau

kateter nasal yang

dimasukkan ke dalam

nasofaring atau

orofaring.

Instruksikan

pasien untuk

pernapasan dalam

dan

melakukan batuk

efektif.

Pada pasien luka

bakar disertai

inhalasi asap dengan

tingkat toleransi

yang baik, maka

pernapasan diafragma

dapat meningkatkan

ekspansi paru. Untuk

memperbesar

ekspansi dada dan

pertukaran gas,

beragam tindakan

seperti meminta

pasien unfuk menguap

45

Page 47: Makalah Luka Bakar

atau dengan

melakukan inspirasi

makimal.

Batuk juga didorong

untuk melonggarkan

sumbatan

mukus.

Evaluasi dan

monitor

keberhasilan

intervensi

pembersihan jalan

napas.

Apabila tingkat

toleransi pasien

tidak optimal, maka

lakukan kolaborasi

dengan tim medis

untuk segera

dilakukan terapi

endoskopik atau

pemasangan tamponade

balon.

3. Aktual/

resiko

ketidakseim

bangan

cairan dan

elektrolit

b.d

peningkatan

permeabilit

as kapiler

dan

kehilangan

cairan

akibat

evaporasi

dari luka

Tujuan: dalam

waktu 1X24

jam tidak

terjadi

ketidakseimba

ngan cairan

dan

elektrolit

Kriteria

hasil:

1. Pasien

tidak

mengelu

h

pusing

Intervensi

pemenuhan cairan:

. Identifikasi

faktor penyebab,

awitan (onset),

spesifikasi usia,

luas luka bakar,

kedalaman luka

bakar, dan adanya

riwayat penyakit

lain.

Parameter dalam

menentukan intervensi

kedaruratan.

Perpindahan dan

kehilangan cairan

yang cepat selama

periode awal pasca-

luka bakar

mengharuskan Perawat

untuk memeriksa

tanda-tanda vital dan

urine output

dengan sering di

samping menilai

46

Page 48: Makalah Luka Bakar

bakar. ttv

dalam

batas

normal,

kesadar

an

optimal

, urine

> 600

ml/hari

.

2. Membran

mukosa

lembap,

turgor

kulit

normal,

CRT <3

detik.

3. Keluhan

diare,

mual,

dan

muntah

berkura

ng.

Laboratorium

: nilai

elektrolit

normal,

analisis gas

darah normal.

tekanan vena sentral,

tekanan arteri

pulmonalis, serta

curah jantung pada

pasien

luka bakar yang

sakitnya berat.

Pemberian cairan

infrrs

dilakukan menurut

Program medis. Volume

cairan yang '

diinfuskan harus

sebanding dengan

volume urine ouq)ut'

Pencatatan intake dan

output cairan yang

cermat serta

berat badan pasien

juga diperlukan'

Kadar elektrolit

serum

harus dipantau.

Perawat biasanya

merupakan Petugas

pertama untuk

mengenali terjadinya

ketidalaeimbangan

cairan dan

elektrolit.

Kolaborasi skor

dehidrasi

Menentukan jumlah

cairan yang akan

47

Page 49: Makalah Luka Bakar

diberikan sesuai

dengan derajat

dehidrasi dari

individu

Lakukan pemasangan

IVFD (Intravenous

fluida drop)

Apabila kondisi diare

dan muntah berlanjut

maka

lakukan pemasangan

IVFD. Pemberian

cairan intravena

disesuaikan dengan

derajat dehidrasi.

Pemberian 1-2 L

cairan Ringer Laktat

secara tetesan cePat

sebagai kompensasi

awal hidrasi cairan

diberikan untuk

mencegah syok

hipovolemik (lihat

intervensi

kedaruratan

syok hipovolemik).

Dokumentasi dengan

akurat tentang

intake dan output

diare

Sebagai evaluasi

Penting dari

intervensi hidrasi

dan mencegah

terjadinya over

hidrasi.

Intervensi pada

Penurunan kadar

Untuk mendeteksi

adanya kondisi

48

Page 50: Makalah Luka Bakar

elektrolit.

. Evaluasi kadar

elektrolit serum.

hiponatremi dan

hipokalemi sekunder

dari hilangnya

elektrolit dari

plasma'

Dokumentasikan

perubahan klinik

dan

laporkan dengan

tim medis.

Perubahan klinik

seperti Penurunan

urine outPut

secara akut perlu

diberitahu kepada tim

medis untuk

mendapatkan

intervensi

selanjutnya dan

menurunkan

risiko tirjadinya

asidosis metabolik

Monitor khusus

ketidakseimbangan

elektrolit

pada lansia.

Individu lansia dapat

dengan cepat

mengalami dehidrasi

dan menderita kadar

kalium rendah

(hipokalemia)

sebagai akibat diare.

Individu lansia yang

menggunakan digitalis

harus waspada

terhadap cePatnya

dehidrasi dan

hipokalemia pada

diare.

4 Aktual/ Dalam waktu Kaji Semakin tinggi

49

Page 51: Makalah Luka Bakar

resiko

hipotermia

b.d

gangguan

mikrosirkul

asi kulit

dan luka

yang

terbuka

1X 24 jam

fase kritis

NET tidak

mengalami

hipotermi

Kriteria

hasil:

1. Suhu

tubuh

dalam

rentang

normal

36-37

0C

2. CRT <3

Detik

3. Akral

hangat

derajat,

kondisi

kedalaman,

dan luasnya

lesi

derajat, kedalaman,

dan luas dari luka

bakar

maka risiko hipotermi

akan lebih tinggi'

Penderita luka bakar

luas cenderung untuk

menggigil'

Dehidrasi dapat

semakin berat jika

daerah kulit yang

rusak

terkena aliran udara

hangat yang terus-

menerus'

sesuaikan kamar

dalam kondisi

tidak terlalu

hangat dan tidak

terlalu dingin.

Pasien biasanya

sensitif terhadap

perubahan suhu kamar.

Tindakan yang

diimplementasikan

pada pasien luka

bakar, seperti

pemakaian selimut

katun, lampu

penghangat

Yang dipasang pada

langit-langit kamar

atau alat

.

Pelindung panas

sangat berguna untuk

mempertahankan

kenyamanan dan suhu

50

Page 52: Makalah Luka Bakar

tubuh pasien

Lakukan intervensi

perawatan luka

dengan cepat

Untuk mengurangi

gejala menggigil dan

kehilangan- panas,

perawat harus bekerja

dengan cepat dan

efisien ketika luka

yang lebar harus

dibuka bagi perawatan

luka. Suhu tubuh

oasien dipantau

dengan cermat.

Evaluasi suhu

tubuh, menggigil,

atau minta pasien

untuk melaporkan

apabila merasa

kedinginan

Intervensi penting

untuk mencegah

hipotermi yang lebih

berat.

5 Nyeri b.d

hipoksia

jaringan,ce

dera

jaringan

serta saraf

dan dampak

emosional

dari luka

bakar

Dalam waktu

1x24 jam

nyeri

berkurang

/hilang atau

teradaptasi

Kriteria

evaluasi:

1. Suara

subjekt

if

melapor

kan

nyeri

berkura

ng atau

Kaji nyeri dengan

pendekatan PQRST.

Menjadi parameter

dasar untuk

mengetahui sejauh

mana intervensi yang

diperlukan dan

sebagai evaluasi

keberhasilan dari

intervensi manajemen

nyeri

keperawatan.

Gejala kegelisahan

dan ansietas sering

dikaitkan dengan

rasa nyeri sebenarnya

yaitu dapat berasal

dari keadaan

hipoksia. Oleh karena

51

Page 53: Makalah Luka Bakar

dapat

diadapt

asi.

Skala

nyeri

0-1 (0-

4)

2. Dapat

mengide

ntifika

si

aktivit

as yang

meningk

atkan

atau

menurun

kan

nyeri.

3. Pasien

tidak

gelisah

itu, pengkajian

status respirasi yang

saksama sangat

penting sebelum

pemberian analgetik

yang dapat menyupresi

sistem pernapasan

dalam periode awal

pasca-luka bakar.

Jelaskan dan bantu

pasien dengan

tindakan pereda

nyeri

nonfarmakologi dan

noninvasif.

Pendekatan dengan

menggunakan relaksasi

dan

nonfarmakologi

lainnya telah

menunjukkan

keefektifan dalam

mengurangi nyeri.

Lakukan manajemen

nyeri keperawatan:

. Atur posisi

fisiologis.

Posisi fisiologis

akan meningkatkan

asupan O, ke jaringan

yang mengalami

peradangan.

Pengaturan posisi

52

Page 54: Makalah Luka Bakar

idealnya

adalah pada arah yang

berlawanan dengan

letak dari lesi.

Bagian tubuh yang

mengalami inflamasi

lokal dilakukan

imobilisasi untuk

menurunkan respons

peradangan dan

meningkatkan

kesembuhan.

Istirahat klien Istirahat diperlukan

selama fase akut.

Kondisi ini akan

meningkatkan suplai

darah pada jaringan

yang mengalami

peradangan.

Ajarkan teknik

relaksasi

pernapasan dalam.

Meningkatkan asupan

O, sehingga akan

menurunkan

nyeri sekunder dari

peradangan.

Ajarkan teknik

distraksi pada

saat nyeri'

Distraksi (pengalihan

perhatian) dapat

menurunkan

stimulus internal

dengan mekanisme

peningkatan

produksi endorfin dan

enkefalin yang dapat

memblok

reseptor nyeri untuk

tidak dikhimkan ke

53

Page 55: Makalah Luka Bakar

korteks serebri

sehingga menurunkan

persepsi nyeri.

Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

analgetik preparat

morfi n.

Analgetik memblok

lintasan nyeri

sehingga nyeri akan

berkurang.

Penyuntikan intravena

preparat morfin atau

analgetik opioid

lainnya biasanya

diprogramkan untuk

mengurangi nyeri.

Namun, pemberian

dengan dosis

yang tinggi perlu

dihindari dalam fase

darurat karena

terdapatnya bahaya

supresi PernaPasan

Pada pasien yang

dirawat dengan

ventilatasi

nonmekanis dan

kemungkinan

tersamarnya gejala

yang lain. Cara

penyuntikan subkutan

dan intramuskular

tidak digunakan

karena gangguan

sirkulasi pada

jaringan yang cedera

membuat absorpsi

preparat tersebut

tidak bisa

diperkirakan'

54

Page 56: Makalah Luka Bakar

Pemberian

intiavena preparat

sedatif mungkin

diperlukan pula.

Obat-obat pereda

nyeri yang memadai

harus disediakan

dalam perawatan

pasien dengan Iuka

bakar yang akut

karena obat-obat

tersebut bukan hanya

untuk menjamin

kenyamanan pasien,

tetapi juga untuk

mengurangi

kebutuhan oksigen

jaringan akibat

respons nyeri

fisiologik

Oleh karena

intensitasnya, nyeri

yang berhubungan

dengan luka bakar

tidak mungkin bisa

dihilangkan sama

sekali.

Kecemasan

b.d kondisi

penyakit,

kerusakan

luas pada

jaringan

kulit

Dalam waktu

1X24 jam

kecemasan

pasien

berkurang

Kriteria

Hasil

1. Pasien

menyata

Kaji kondisi

fisikdan emosional

pasien dan

keluarga dari

adanya luka bakar

yang dialami.

Normalnya, pasien

luka bakar dan

keluarganya akan

mengalami stres

emosional dan

ansietas yang hebat.

Kendati demikian,

tingkat ansietas yang

tinggi pada

pasien luka bakar

55

Page 57: Makalah Luka Bakar

kan

kecemas

an

berkura

ng,

mengena

l

perasaa

nnya,

dapat

mengide

ntifika

si

penyeba

b atau

factor

yang

memenga

ruhinya

,

koopera

tif

terhada

p

tindaka

n dan

wajah

rileks.

fase darurat harus

dihindari dengan

dua alasan: (1)

ansietas akan

meningkatkan rasa

nyeri

fisik dan psikologik

yang berkaitan dengan

luka bakar

dan (2) tingkat

ansietas yang tinggi

lebih lanjut akan

meningkatkan stres

fisiologik yang

merugikan pasien.

Pengkajian dengan

penuh kewaspadaan

terhadap

dinamika keluarga,

strategi koping dan

tingkat ansietas

dapat memfasilitasi

penl'usunan rencana

intervensi yang

disesuaikan menurut

kebutuhan masing-

masing

Hindari

konfrontasi.

Konfrontasi dapat

meningkatkan rasa

marah, menurunkan

keria sama dan

munqkin memperlambat

penyembuhan.

Mulai melakukan

tindakan untuk

mengurangi

Selama periode

darurat, dukungan

emosional dan

56

Page 58: Makalah Luka Bakar

kecemasan. Beri

lingkungan yang

tenang dan

suasana penuh

istirahat.

yang sederhana

tentang Prosedur

penanganan,

serta perawatan

pasien harus

diberikan. Namun,

karena

prioritas utama dalam

periode ini adalah

stabilisasi kondisi

fisik pasien, maka

intervensi

psikososial merupakan

tindakan yang

terbatas dalam

pemberian dukungan

bagi pasien dan

keluarganya untuk

melewati fase inisial

syok luka bakar.

Peredaan rasa nyeri

yang adekuat akan

membantu mengurangi

tingkat ansietas dan

meningkatkan

kemampuan koping.

iika pasien tetap

terlihat sangat cemas

dan agitatif sesudah

dilakukan intervensi

psikologik,

pemberian obat-obat

antiansietas dapat

dipertimbangkan

oleh tim medis yang

merawat pasien.

Mengurangi rangsangan

57

Page 59: Makalah Luka Bakar

eksternal yang tidak

perlu

Beri kesempatan

kepada pasien

untuk

mengungkapkan

ansietasnya

Dapat menghilangkan

ketegangan terhadap

kekhawatiran yang

tidak diekspresikan.

Kolaborasi:

berikan anticemas

sesuai

indikasi,contohnya

diazepam

Meningkatkan

relaksasi dan

menurunkan kecemasan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar adalah trauma pada kulit yang disebabkan oleh panas atau suhu tinggi, Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar, Luka bakar suhu tinggi, Luka bakar listrik, Luka bakar kimiawi, Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

B. Saran

Untuk askep luka bakar akan sangat penting diperhatikan akibat

dari luka bakar, apabila tidak ditangani secara tepat. Dan untu

58

Page 60: Makalah Luka Bakar

penatalaksanaannya yaitu denga antibiotic dan yang penting juga

yaitu nutrisi yg diberikan kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala.2012. Asuhan keperawatan gangguan

system integument. Jakarta: salemba medika

Kidd, Pamela S.2010. PEDOMAN KEPERAWATAN EMERGENSI.Jakarta:EGC

http://www.slideshare.net/BudiSutaryanto/askep-luka-bakar-asli

59