lp fraktur multiple

21
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR DISUSUN OLEH: PROGRAM PROFESI NERS

Upload: azkahafuza

Post on 23-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fraktur Multiple

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Fraktur Multiple

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

DISUSUN OLEH:

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS SAHID

SURAKARTA

Page 2: Lp Fraktur Multiple

FRAKTUR

A. PENGERTIAN

Menurut Suddarth (2002:2353) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang

banyak disebabkan karena kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan.

Menurut Santoso Herman (2000:144) Fraktur adalah terputusnya hubungan normal

suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Carpenito 2000:43)

Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi

menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2000:625)

Fraktur Multiple adalah trauma tulang pada lebih dari dua fraktur yang disebabkan oleh

rudapaksa, misal: kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh rasa nyeri,

pembengkakan, deformitas dan lain-lain.

Fraktur ada beberapa jenis :

1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeser pada posisi normal)

2. Fraktur tidak komplit : patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah tulang

3. Fraktur tetutup (frakur simple) : tidak terjadi robekan kulit

4. Fraktur terbuka(fraktur komplikatal kompleks) : merupakan fraktur dengan luka

pada kulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang. Fraktur terbuka

digradasi menjadi :

- Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya

- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

- Grade III : Yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan

lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2004).

Pada operasi ini dilakukan incisi untuk pemasangan internal fiksasi yang dapat berupa

intra medullary nail sehingga akan terjadi kerusakan pada kulit, jaringan lunak dan

luka pada otot yang menyebabkan terjadinya oedema, nyeri, keterbatasan lingkup

gerak sendi serta gangguan fungsional pada tungkai bawah.

Pada kasus ini, hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan incisi. Dengan incisi

maka akan terjadi kerusakan pada jaringan lunak dan saraf sensoris. Apabila pembuluh

darah terpotong dan rusak maka cairan dalam sel akan menuju jaringan dan

menyebabkan oedema. Oedema ini akan menekan saraf sensoris sehingga akan

Page 3: Lp Fraktur Multiple

menimbulkan nyeri pada sekitar luka incisi. Bila terasa nyeri biasanya pasien

cenderung untuk malas bergerak. Hal ini akan menimbulkan perlengketan jaringan otot

sehingga terjadi fibrotik dan menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi (LGS) yang

dekat dengan perpatahan dan penurunan nilai kekuatan otot.

Waktu penyembuhan pada fraktur sangat bervariasi antara individu satu dengan

individu lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain :

usia pasien, jenis fraktur, banyaknya displacement, lokasi fraktur, pasokan darah pada

fraktur dan kondisi medis yang menyertai (Garrison, 1996). Dan yang paling penting

adalah stabilitas fragmen pada tulang yang mengalami perpatahan. Apabila stabilitas

antar fragmen baik maka penyembuhan akan sesuai dengan target waktu yang

dibutuhkan atau diperlukan.

Secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung kembali setelah

terjadi perpatahan pada tulang. Pada fraktur, proses penyambungan tulang dibagi

dalam 5 tahap yaitu :

1. Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur

(Apley, 1995). Hal ini mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang

berdekatan dengan fraktur dan mematikannya (Maurice King, 2001).

2. Proliferasi

Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di

bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Hematoma yang

membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke

dalam daerah itu (Apley, 1995).

3. Pembentukan callus

Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan

callus yang penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut

dapat merangsang pembentukan callus pada fraktur tersebut (Maurice King, 2001).

4. Konsolidasi

Selama stadium ini tulang mengalami penyembuhan terus-menerus. Fragmen yang

patah tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari

masing-masing fragmen dihilangkan secara perlahan dan ujungnya mendapat lebih

banyak callus yang akhirnya menjadi tulang padat (Maurice King, 2001). Ini adalah

proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat

untuk membawa beban yang normal (Apley, 1995).

5. Remodeling

Page 4: Lp Fraktur Multiple

Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur

normal (Appley, 1995). Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya,

semakin kuat tulang baru tersebut (Maurice King, 2001).

B. JENIS FRAKTUR

Fraktur ada beberapa jenis :

1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran.

2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

3. Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

4. Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke

patahan tulang.

5. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya

membengkak.

6. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang

7. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen

8. Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

9. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

10. Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada

daerah perlekatannnya.

Klasifikasi Fraktur

1. Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :

a. Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau

lebih,

b. Fraktur incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi :

Page 5: Lp Fraktur Multiple

1) Fissure / Crack / Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di tempat,

biasa terjadi di tulang pipih.

2) Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os. radius, ulna,

clavikula dan costae.

3) Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.

2. Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang:

a. Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000 dari sumbu

tulang)

b. Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<800 atau >1000 dari sumbu

tulang)

c. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang

d. Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

e. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.

3. Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :

a. Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya

b. Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas :

1) Shifted Sideways, menggeser ke samping tapi dekat

2) Angulated, membentuk sudut tertentu

3) Rotated, memutar

4) Distracted, saling menjauh karena ada interposisi

5) Overriding, garis fraktur tumpang tindih

6) Impacted, satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.

4. Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan

dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh

b. Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka yang

menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang memungkinkan

kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang sehingga cenderung

untuk mengalami kontaminasi dan infeksi. fraktur terbuka dibagi menjadi tiga

derajat, yaitu :

1) Derajat I

a) luka kurang dari 1 cm

b) kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

c) fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.

d) Kontaminasi ringan.

2) Derajat II

a) Laserasi lebih dari 1 cm

Page 6: Lp Fraktur Multiple

b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

c) Fraktur komuniti sedang.

3) Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

C. ETIOLOGI

Trauma

Gerakan pintir mendadak

Kontraksi otot ekstem

Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

D. PATOFISIOLOGI

Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat

patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. jaringan lunak biasanya

mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah

tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan

aliran darah ke area tersebut. fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati

dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi

sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan segera terstimulasi

dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan

sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.

Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.

Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur

pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila

hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel

tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.

Page 7: Lp Fraktur Multiple

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Perubahan fragmen tulang kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah

Perdarahan lokal

Hematoma pada daerah fraktur

Aliran darah ke daerah distal berkurang atau terhambat

(warna jaringan pucat, nadi lemas, cianosis, kesemutan)

Kerusakan neuromuskuler

Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik

Fraktur terbuka ujung tulang menembus otot dan kulit

Luka

Kuman mudah masuk Gangguan integritas kulit

Resiko tinggi infeksi

Kehilangan integritas tulang

Ketidakstabilan posisi fraktur, apabila organ fraktur digerakkan

Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar

Sindroma kompartemen keterbatasan aktifitas

Defisit perawatan diri

Gangguan rasa nyaman nyeri

Pathways

Page 8: Lp Fraktur Multiple

E. MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,

hematoma, dan edema

Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat

diatas dan dibawah tempat fraktur

Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

Pemeriksaan jumlah darah lengkap

Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

G. PENATALAKSANAAN

Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang

yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.

Imobilisasi fraktur

Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna

Mempertahankan dan mengembalikan fungsi

Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan

Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri

Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau

Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse

dan meningkatkan peredara darahPenatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi imobilisasi dan

pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

1. Rekognasi

Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai neurovascular

ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui kemungkinan fraktur tulang

panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang bidai untuk melindunginya

dari kerusakan yang lebih parah.

Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai sebagai petunjuk

kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai segera dan

pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini khususnya harus dilakukan pada cidera tulang

belakang bagian servikal, di mana contusio dan laserasio pada wajah dan kulit

Page 9: Lp Fraktur Multiple

kepala menunjukkan perlunya evaluasi radiografik, yang dapat memperlihatkan

fraktur tulang belakang bagian servikal dan / atau dislokasi, serta kemungkinan

diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya. (Smeltzer C dan B. G Bare,

2001)

2. Traksi

Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk

meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:

a. Skin Traksi

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan

plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu

menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan

untuk jangka pendek (48-72 jam).

b. Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera pada sendi

panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins / kawat ke

dalam tulang.

3. Reduksi

Dalam penatalaksanaan fraktur dengan reduksi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Reduksi Tertutup / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragment tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat dilakukan

untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur,

namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.

Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan untuk menjalani

prosedur dan harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika

diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anesthesia.Ekstremitas

yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut. Reduksi tertutup pada banyak kasus, reduksi tertutup

dilakukan dengan mengembalikan fragment tulang ke posisinya (ujung-ujungnya

saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

b. Reduksi Terbuka / OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)

Pada Fraktur tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal atau yang biasa

dikenal dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur yang terjadi pada tulang

panjang dan fraktur fragmented. Eksternal dengan fiksasi, pin dimasukkan

melalui kulit ke dalam tulang dan dihubungkan dengan fiksasi yang ada dibagian

luar. Indikasi yang biasa dilakukan penatalaksanaan dengan eksternal fiksasi

adalah fraktur terbuka pada tulang kering yang memerlukan perawatan untuk

Page 10: Lp Fraktur Multiple

dressings. Tetapi dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup radius ulna.

Eksternal fiksasi yang paling sering berhasil adalah pada tulang dangkal tulang

misalnya tibial batang.

4. Imobilisasi Fraktur

Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksternal meliputi

pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai

interna untuk mengimobilisasi fraktur.

H. KOMPLIKASI

malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan

yang lebih lambat dari keadaan normal.

Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

I. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airways

- Sumbatan atau penumpukan secret

- Wheezing atau krekles

2. Breathing

A. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

B. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

C. Ronchi, krekles

D. Ekspansi dada tidak penuh

E. Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

- Nadi lemah, tidak teratur

- Takikardi

- TD meningkat / menurun

- Edema

- Gelisah

- Akral dingin

- Kulit pucat, sianosis

- Output urine menurun

Page 11: Lp Fraktur Multiple

J. PENGKAJIAN SEKUNDER.

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu:

S : Sign and Symptom.

Tanda gejala terjadinya penyakit.

A : Allergies

Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-

obatan ataupun kebutuhan akan makan / minum.

M : Medications

Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan

keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat

dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.

P : Previous medical / surgical history.

Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.

L : Last meal (Time)

Waktu klien terakhir makan atau minum.

E : Events / Environment

Lingkungan yang berhubungan dengan penyakit atau yang mempengaruhi.

K. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan

lunak

2. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan imobilisasi, penurunan

sirkulasi, fraktur terbuka

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan, imobilisasi

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

primer, kerusakan kulit, trauma jaringan

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan

lunak

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang

Intervensi :

a) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri

Rasional : Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat

b) Imobilisasi bagian yang sakit

Page 12: Lp Fraktur Multiple

Rasional : Untuk mempertahankan posisi fungsional tulang

c) Tingikan dan dukung ekstremitas yang terkena

Rasional : Untuk memperlancar arus balik vena

d) Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi

Rasional : Agar klien rileks

e) Berikan obat analgetik sesuai indikasi

Rasional : Untuk mengurangi nyeri

2. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan imobilisasi, penurunan

sirkulasi, fraktur terbuka

Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria : klien memperlihatkan integritas kulit tetap baik

Intervensi :

a) Kaji kulit untuk luka terbuka terhadap benda asing, kemerahan, perdarahan,

perubahan warna

Rasional : Memberikan informasi mengenai keadaan kulit klien saat ini

b) Massage kulit, pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan

Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan berisiko rusak

c) Ubah posisi dengan sering

Rasional : Untuk mencegah terjadinya dekubitus

d) Bersihkan kulit dengan air hangat / nacl

Rasional : Mengurangi kontaminasi dengan agen luar

e) Lakukan perawatan luka secara steril

Rasional : Untuk mengurangi resiko gangguan integritas kulit

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,

imobilisasi

Tujuan : mobilitas fisik tidak terganggu

Kriteria : meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi

yang mungkin

Intervensi :

a) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera

Rasional : Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat

b) Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik

Rasional : Melatih kekuatan otot klien

c) Bantu dalam rentang gerak pasif / aktif yang sesuai

Rasional : Melatih rentang gerak aktif / pasif klie secara bertahap

d) Ubah posisi secara periodik

Rasional : Untuk mencegah terjadinya dekubitus

Page 13: Lp Fraktur Multiple

e) Kolaborasi dengan ahli terapis / okupasi dan atau rehabilitasi medik

Rasional : Melatih rentang gerak aktif / pasif klien secara bertahap

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

primer, kerusakan kulit, trauma jaringan

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu

Intervensi :

a) Inspeksi kulit adanya iritasi atau robekan kontinuitas

Rasional : Untuk mengkaji adanya iritasi atau robekan kontinuitas

b) Kaji kulit yang terbuka terhadap peningkatan nyeri, rasa terbakar, edema,

eritema dan drainase / bau tak sedap

Rasional : Untuk mengetahui ada / tidaknya tanda-tanda infeksi

c) Berikan perawatan kulit dengan steril dan antiseptik

Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi

d) Tutup dan ganti balutan dengan prinsip steril setiap hari

Rasional : Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi

e) Berikan obat antibiotic sesuai indikasi

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi

Page 14: Lp Fraktur Multiple

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, volume 2, cetakan I EGC, Bandung.

Barbara Engram, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Budi Anna Keliat, SKp, MSC., 1994, Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Chairuddin Rasjad, Ph.D. Prof November, Pengantar Ilmu Bedah Ortophedi, cetakan III

penerbit : Lamumpatue, Makassar.