lp fraktur radius

24
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN FRAKTUR RADIUS A. PENGERTIAN UMUM Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.Kebanyakan fraktur akibat dari trauma,beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,yang menyebabkan fraktur- fraktur yang patologis(Barret dan Bryant,1990). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorsinya. Fraktur dapt disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, bahkan kontraksi otot ekstrem. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur Lima diantaranya yang utamanya adalah : 1.Incomplete.Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.Salah satu sisi patah ;yang lain biasanya hanya bengkok(greenstick). 2.Complete: Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang ,dan fragmen tulang biasanya berubah tempat. 3. Tertutup(simple):Fraktur tidak meluas melewati kulit. 4.Terbuka(Compound):Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,dimana potensial untuk terjadi infeksi. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade 1 dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya; Grade 2 luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; dan Grade 3 , yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Upload: jamalbolupeca

Post on 25-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nursing science

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Fraktur Radius

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN

FRAKTUR RADIUS

A. PENGERTIAN UMUM

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.Kebanyakan fraktur akibat dari

trauma,beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,yang

menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis(Barret dan Bryant,1990).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat

diabsorsinya. Fraktur dapt disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir

mendadak, bahkan kontraksi otot ekstrem.

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur

Lima diantaranya yang utamanya adalah :

1. Incomplete.Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.Salah satu sisi

patah ;yang lain biasanya hanya bengkok(greenstick).

2. Complete: Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang ,dan

fragmen tulang biasanya berubah tempat.

3. Tertutup(simple):Fraktur tidak meluas melewati kulit.

4. Terbuka(Compound):Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,dimana potensial

untuk terjadi infeksi. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade 1 dengan luka bersih

kurang dari 1 cm panjangnya; Grade 2 luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif; dan Grade 3 , yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

5. Patologis:Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti kanker,oesteoporosis),dengan tak

ada trauma atau hanya minimal.

6. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang- fraktur bergeser

dan tidak bergeser

Berbagai jenis fraktur diantaranya:

- Greenstick-fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya membengkok

- Transversal-fraktur sepanjang garis tengah tulang

- Oblik- fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang(lebih tidak stabil dibanding

transversal)

- Spiral-fraktur memuntir seputar batang tulang

Page 2: Lp Fraktur Radius

- Kominutif-fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

- Depresi-fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah)

- Kompresi-fraktur di mana tulang mengalami kompresi(terjadi pada tulang belakang)

- Patologik-fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit

paget,metastasis tulang, tumor)

- Avulsi-tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada peralatannya

- Epifiseal-fraktur menjadi epifisis

- Impaksi-fraktur di mana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

B. PATOFISIOLOGI

Fraktur dibagi menjadi dua jenis :

a. Complete Fracture

b. Incomplete Fracture

c. Dislokasi

Klasifikasi ini berdasarkan type, luasnya jaringan yang retak serta lokasi.

Complete Fracture adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas

sehingga tulang terbagi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi

lain sehingga mengenai seluruh konteks.

Incomplete fracture adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis

patah tidak menyeberang sehingga tidak mengenain konteks (masih ada konteks yang

utuh).Sering terjadi pada anak-anak disebut “Greenstich Fracture”.

            Deskripsi Fraktur

Grade  l   : Sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit

Grade ll   : Fracture terbuka, merobek kulit dan otot

Grade lll  : Banyak sekali jejas kerusakan kulit,otot dan jaringan syaraf, pembuluh darah

Serta luka sebesar 6-8 cm.

1. Definisi Fraktur Radius

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).

Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

(Sylvia A., Patofisiologi, 1995).

Page 3: Lp Fraktur Radius

Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan

tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal

Bedah, 2002, hal. 2372).

2. Klasifikasi Fraktur

a)    Fraktur tertutup

Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak menonjol

keluar melewati kulit.

b)    Fraktur terbuka

Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh

sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi

infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya

fraktur.

·         Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.

·         Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.

·         Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.

c)    Fraktur komplit, Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari

posisi normal.

d)    Fraktur inkomplit

Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu

kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga green stick atau fraktur

hickoristik.

e)    Fraktur comminuted, Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.

f)     Fraktur patologik, Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang

pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45o)

pada batang atau sendi pada tulang.

g)    Fraktur longitudinal, Garis fraktur berkembang secara longitudinal.

h)    Fraktur transversal, Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.

i)      Fraktur spiral, Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

3. Anatomi Fisiologi Tulang Radius

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk

melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

Page 4: Lp Fraktur Radius

Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan

jaringan organik (kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal

garam (hidroksida patit), yang tertimbun pada matriks garam (hidroksia patit) yang

tertmbun pada matriks kolagen dan proteaglikan matriks organik tulang disebut juga

sebagai suatu osteoid. (Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II, Edisi 4, Penerbit EGC,

1995).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas

tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam

pembentukan tulang dengan mensekresi matriks tulang.

Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan

terletak dalam osteum (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear (berinti

banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodeling tulang.

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa dengan

sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna. Ujung atas radius kecil

dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang

bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik

radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher dan di bawah serta di sebeelah medial

dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dan insersi otot bisep.

Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di

bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah

luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan

kepada flexor dan pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior dan di sebelah

posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah

dan tangan.

Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi.

Persendian inferior dari ujung bawah radius berbendi dengan ska foid dan tulang

semilunar dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan persendian di

sebelah medial dari yang bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi

persendian radio-ulna inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah

menjadi prosesus stiloid radius.

Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah untuk pronasi dan

supinasi harus dipertahankan dengan menjaga posisi dan kesejajaran anatomik yang

baik.

Page 5: Lp Fraktur Radius

Proses Penyembuhan Tulang

Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondial ketika tulang

mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut, namun

tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan

tulang :

a)    Inflamasi

Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila ada

cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera

dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen

tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera

kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan

membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap

inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri.

b)    Proliferasi Sel

Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-

benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan

invasi fibroblast dan osteoblast.

Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel, sel periosteum)

akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan

tulang.

c)    Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi

lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan

dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan

volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung

berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.

d)    Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang

melalui proses penulangan endokondrial.

e)    Remodeling

Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi

tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu

berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang

Page 6: Lp Fraktur Radius

dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan

kanselus – stres fungsional pada tulang.

4. Etiologi Fraktur Radius

Penyebab paling umum fraktur adalah :

- Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu lintas/jatuh.

- Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti

osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.

5. Patofisiologi Fraktur Radius

Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku

ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi

untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.

Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii

bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling.

Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada

anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap

ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.

Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada

beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat

mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum

kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan

mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini

sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada

diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang

mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.

Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat

karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri

mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan

persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf

ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan. 

Page 7: Lp Fraktur Radius

6. Tanda dan Gejala Fraktur Radius

a)    Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.

b)    Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.

c)    Spasme otot.

d)    Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.

e)    Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.

f)     Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen

tulang.

g)    Krepitasi jika digerakkan.

h)    Perdarahan.

i)      Hematoma.

j)      Syok

k)    Keterbatasan mobilisasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Radius

1.    Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.

2.    Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :

Darah lengkap, Golongan darah, Masa pembekuan dan perdarahan, EKG, Kimia

darah.

8. Therapi/Penatalaksanaan Medik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani

fraktur :

a)    Rekognisi

Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang

patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan

ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan

bidai.

b)    Reduksi, Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah

sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.

Cara penanganan secara reduksi :

·         Pemasangan gips

Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.

·         Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)

Page 8: Lp Fraktur Radius

Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang

dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di

dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.

c)    Debridemen, Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar

fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.

d)    Rehabilitasi, Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk

mengembalikan fungsi normal.

e)    Perlu dilakukan mobilisasi Kemandirian bertahap.

9. TERAPI DAN PENATALAKSANAN KEPERAWATAN

Agar hasil tindakan memberikan hasil yang maximal.”Goal” dari tindakan bedah

orthopaedi adalah maximum rehabilitasi penderita secara utuh (“Maximum rehabillitation

of patients as a whole”).

Tindakan yang harus diperhatikan agar ektremitas dapat berfungsi sebaik-

baiknya maka penanganan pada trauma ektremitas meliputi 4 hal (4 R) yaitu :

a.   RECOGNITION

     Untuk dapat bertindak dengan baik, maka pada trauma ektremitas perlu diketahui

kelainan yang terjadi akibat cedernya. Baik jaringan lunak maupun tulangnya dengan

cara mengenali tanda-tanda dan gangguan fungsi jaringan yang mengalami cedera.

·         Fraktur merupakan akibat dari sebuah kekerasan  yang dapat menimbulkan

kerusakan pada tulang ataupun jaringan lunak sekitarnya.

·         Dibedakan antara trauma tumpul dan tajam. Pada umumnya trauma tumpul akan

memberikan kememaran yang “diffuse” pada jaringan lunak termasuk gangguan

neurovaskuler yang akan menentukan ektremitas.

b.   REDUCTION

     Adalah tindakan mengembalikan ke posisi semula, tindakan ini diperlukan agar

sebaik mungkin kembali ke bentuk semula agar dapat berfungsi kembali sebaik mungkin

. Penyembuhan memerlukan waktu dan untuk mempertahankan hasil reposisi(retaining)

penting dipikirkan tindakan berikutnya agar rehabilitasi dapat memberikan hasil sebaik

mungkin.

c.   RETAINING

     Adalah tindakan imobilisasi untuk memberi istirahat pada anggota gerak yang sehat

mendapatkan kesembuhan. Imobilisasi yang tidak adequat dapat memberikan dampak

pada penyembuhan dan rehabilitasi.

Page 9: Lp Fraktur Radius

d.   REHABILLITASI

     Adalah mengembalikan kemampuan dari anggota/alat yang sakit/cedera agar dapat

berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi ialah suatu tindakan setelah

kuratif dan hanya mengatasi kendala akibat sequaele atau kecacatan; padahal untuk

mengembalikan fungsi sebaiknya rehabilitasi, yang menekankan pada fungsi, akan lebih

berhasil bila dapat dilaksanakan secara dini, mencegah timbulnya kecacatan.

e.   DISLOKASI

     Dislokasi sendi perlu dilakukan reposisi segera karena akibat dari penundaan akan

dapat menimbulkan keadaan avaskuler nekrosis dari bonggol tulang yang menyebabkan

nyeri pada persendian serta kekakuan sendi.

     Dalam fase shock lokal (antara 5-20 menit) dimana terjadi relaksasi dari otot sekitar

sendi dan rasa baal (hypestesia) reposisi dapat dilakukan tanpa narkose, lewat dari fase

shock lokal diperlukan tindakan dengan pembiusan untuk mendapatkan relaksasi waktu

melakukan reposisi. Apabila tidak berhasil maka perlu dipikirkan terjadi “button hole

ruptur” dari kapsul (simpai) sendi yang dapat “’mencekik” sirkulasi perdarahan daerah

bonggol sendi, hal ini memerlukan tindakan reposisi terbuka. Untuk mendapatkan

lingkup gerak sendi yang baik, maka selama dilakukan imobilisasi diberikan latihan

isometrik kontraksi otot guna mencegah”disuse Athrophy”.

10. Komplikasi Fraktur Radius

1.    Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.

Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.

2.      Sindroma kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan

untuk kehidupan jaringan.

- Tromboemboli

- Infeksi.

Page 10: Lp Fraktur Radius

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.

Adanya kegiatan yang beresiko cedera.

Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.

2. Pola nutrisi metabolik

Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.

3. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur terganggu karena nyeri.

4. Pola aktivitas dan latihan

Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang beraktivitas/kecelakaan lain.

Tidak kuat menahan beban.

Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang kontraktur.

5. Pola persepsi dan kognitif

Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur

Mengeluh kesemutan/baal

Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.

6. Pola konsep diri dan persepsi diri

Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.

Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas seperti sebelumnya.

7. Pola hubungan peran

Peran terganggu karena adanya nyeri.

Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban memenuhi kebutuhan keluarga.

8. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.

Ekspresi sedih

Merasa terasing di rumah sakit.

Kaji kecemasan klien.

Page 11: Lp Fraktur Radius

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre-Operasi

Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.

Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan sekitar.

Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Gangguan pola tidur b.d nyeri.

2. Post Operasi

Nyeri b.d luka operasi.

Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.

Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.

Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.

Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan

dan perawatannya saat di rumah.

Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan bentuk fisik atau tubuh.

C. Perencanaan Keperawatan

Pre-Operasi

1. Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.

Nyeri berkurang atau terkontrol

Klien mengatakan nyeri berkurang.

Ekspresi wajah tenang.

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)

R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.

b. Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.

R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.

c. Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.

R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga mengurangi rasa

nyeri.

d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.

e. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips.

R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera.

f. Beri therapi analgetik sesuai program medik.

Page 12: Lp Fraktur Radius

R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada otak dan jaringan

perifer.

2. Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan sekitar.

Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.

Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan klien dan

sesuai program medik.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.

R/ Menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.

b. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)

R/ Sebagai data dasar dalam melakukan tindakan keperawatan.

c. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri.

R/ Kerjasama antara perawat dan klien mengefektifkan tercapainya hasil dari

tindakan keperawatan.

d. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.

R/ Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri dengan cepat.

e. Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.

R/ Membantu memenuhi kebutuhan klien.

3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Infeksi tidak terjadi

Tidak ada kemerahan, pus, peradangan

Leukosit dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil.

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)

R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.

b. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.

R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan

bakteri.

c. Tutup daerah luka dengan kasa steril.

R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam luka.

d. Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.

Page 13: Lp Fraktur Radius

R/ Mencegah dan menghambat perkembangbiakan bakteri.

e. Beri therapi antibiotik sesuai program medik.

R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya bakteri.

Post-Operasi

1. Nyeri b.d luka operasi

Nyeri berkurang sampai dengan hilang.

Ekspresi wajah tenang.

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)

R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.

b. Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.

R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.

c. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.

R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga dapat mengurangi rasa

nyeri.

d. Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.

R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah.

e. Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.

R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.

f. Beri therapi analgetik sesuai program medik.

R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.

2.    Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau fiksasi.

Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi.

Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan klien dan

sesuai program medik.

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)

R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.

b. Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri.

R/ Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.

c. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi, eliminasi yang tidak dapat

dilakukan sendiri.

Page 14: Lp Fraktur Radius

R/ Kerjasama antara perawat dan klien yang baik mengefektif-kan pencapaian hasil

dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

d. Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.

R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri.

e. Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.

R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan membantu dalam mencapai

hasil yang diharapkan.

f. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai kemampuan

klien dan sesuai program medik.

R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan.

3.    Resiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.

Komplikasi setelah operasi tidak terjadi.

Rencana Tindakan :

a. Kaji keluhan klien

R/ Mengetahui masalah klien.

b. Observasi tanda-tanda vital (TD, N)

R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.

c. Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap

R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran darah.

d. Kolaborasi dengan dokter.

R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.

4.    Resiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.

Infeksi post operasi tidak terjadi.

Klien tidak mengalami infeksi tulang.

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)

R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.

b. Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.

R/ Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.

c. Tutup daerah luka dengan kasa steril.

R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.

d. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.

R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan

bakteri.

Page 15: Lp Fraktur Radius

e. Beri terapi antibiotik sesuai program medik.

R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya bakteri.

5.   Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan

perawatan di rumah b.d kurang informasi.

Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatan saat di

rumah.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.

R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.

b. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan aktif secara teratur.

R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah terjadinya kontraktur pada

tulang.

c. Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.

R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.

d. Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.

R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.

e. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur.

R/ Mencegah stres tulang.

4.      Discharge Planning

a.   Anjurkan klien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah diperoleh selama

klien dirawat di rumah sakit.

b.   Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur, bila

memang terpaksa lebih baik dengan menggeser saja.

c.   Anjurkan klien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi vitamin untuk proses

penyembuhan tulang.

d.   Anjurkan klien untuk mentaati terapi pengobatan dan kontrol yang tepat waktu.

Page 16: Lp Fraktur Radius

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3,

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of

Care. 5th edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.

Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi

keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22, Jakarta.

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku

2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 17: Lp Fraktur Radius

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR OS. RADIUS

Disusun Oleh:

N I Z A R

14420140089

PRECEPTOR LAHAN

(.....................................................)

PRECEPTOR INSTITUSI

(.....................................................)

PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014