lp fraktur cruris.docx

Upload: ririn-halimatus-sadiah

Post on 02-Jun-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    1/28

    LAPORAN PENDAHULUAN

    KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

    DENGAN FRAKTUR CRURIS

    disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners (PPPN)

    Stase Keperawatan KMB di Ruang Seruni RSD dr. Soebandi Jember

    oleh

    Ririn Halimatus Sadiah, S.Kep

    NIM 092311101048

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    2/28

    LAPORAN PENDAHULUAN

    KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

    DENGAN FRAKTUR CRURIS

    oleh: Ririn Halimatus Sadiah, S.Kep

    I. KONSEP TEORI

    1. Kasus

    Fraktur Cruris

    2. Proses terjadinya masalah

    a. Pengertian

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya

    disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,

    kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai

    jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang

    besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur atau patah tulang

    adalah terputusnya kontinuitas jaringau tulang dan/atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah

    pemisahan atau patahnya tulang (Doengoes, 1999). Fraktur adalah putusnya

    kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika

    tulang diberikan stres lebih besar dari kemampuannya untuk menahan (Sapto

    Harnowo, 2001).

    Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah

    yang terdiri dari tulang tibia dan fibula. Fraktur cruris adalah terputusnya

    kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang

    tibia dan fibula (Brunner & Suddart, 2000).

    b.Klasifikasi Fraktur

    Ada 2 tipedari fraktur cruris diantara adalah sebagai berikut:

    1) Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan

    captula. Contoh (Kapital fraktur, dibawah kepala femur, melalui ekstra

    kapsuler)

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    3/28

    2)

    Fraktur ekstra kapsuler

    Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih besar

    atau yang lebih kecil pada daerah intertrokanter. Terjadi di bagian distal

    menuju leher cruris tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokanter terkecil.

    Selain 2 tipe diatas ada beberapa klasifikasi fraktur diantaranya adalah sebagai

    berikut:

    1) Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :

    a. Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian

    (fragmen) atau lebih.

    Gambar 1. Tipe fraktur

    b. Fraktur incomplete (parsial)

    Fraktur incomplete terbagi lagi menjadi

    1.Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di

    tempat, biasa terjadi di tulang pipih

    2.

    Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os.

    radius, ulna, clavikula dan costae.

    3.Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.

    2) Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang:

    a. Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000dari

    sumbu tulang)

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    4/28

    b.

    Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (1000dari

    sumbu tulang)

    c. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang

    d.

    Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

    e. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.

    3) Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :

    a. Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat

    anatomisnya

    b. Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya.

    4)

    Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang

    fraktur dengan dunia luar.

    a. Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh

    Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

    keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

    1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera

    jaringan lunak sekitarnya.

    2)

    Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

    jaringan subkutan.

    3)

    Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan

    lunak bagian dalam dan pembengkakan.

    4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang

    nyata dan ancaman sindroma kompartement.

    b. Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka

    yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang

    memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke

    tulang sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.

    fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :

    Derajat I

    Luka kurang dari 1 cm

    Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

    Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    5/28

    Kontaminasi ringan.

    Derajat II

    Laserasi lebih dari 1 cm

    Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

    Fraktur komuniti sedang.

    Derajat III

    Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot

    dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

    c. Etiologi

    Penyebab fraktur diantaranya adalah sebagai berikut:

    1)

    Trauma

    Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada

    tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan

    lunak disekitarnya. jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka

    dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan

    kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur

    karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

    a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat

    tersebut.

    b. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya

    fraktur berjauhan.

    2) Fraktur Patologis

    Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses

    pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang

    bermetastase atau osteoporosis.

    3) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan.

    Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut

    tidak mampu mengabsorpsi energi atau kekuatan yang menimpanya.

    4) Spontan

    Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    6/28

    5)

    Fraktur tibiadanfibula

    Terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi

    atau gerakan memuntir yang keras. Fraktur tibia dan fibula secara umum

    akibat dari pemutaran pergelangan kaki yang kuat dan sering dikait dengan

    gangguan kesejajaran.

    d.Patofisiologi

    Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,

    sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini

    merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat

    menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan

    pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau di

    gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok neurogenik

    (Mansjoer, 2002).

    Kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan sensasi

    yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi

    keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang patah

    pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah, kedalam jaringan lemak

    tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.Reaksi

    perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.

    Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran

    darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati di mulai.

    Di tempat patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala

    untuk membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk

    tulang baru umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel

    tuulang baru mengalmi remodelling untuk membentuk tulang sejati (Mansjoer

    Arief, 2002).

    e. Tanda dan gejala

    Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

    pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    7/28

    (Smeltzer, 2002). Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit,

    pembengkakan, dan kelainan bentuk:

    1) Deformitas

    Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

    tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti rotasi

    pemendekan tulang dan penekanan tulang

    2) Bengkak

    Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

    jaringan yang berdekatan dengan fraktur

    3)

    Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

    tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

    4) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

    saraf/perdarahan), pergerakan abnormal, dan shock hipovolemik hasil dari

    hilangnya darah

    f. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus fraktur antara lain

    sebagai berikut:

    1)

    Foto Rontgen

    Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung dan

    Mengetahui tempat atau tipe fraktur. Biasanya diambil sebelum dan

    sesudah serta selama proses penyembuhan secara periodik.

    2) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

    3)

    Artelogram bila ada kerusakan vaskuler

    4)

    Tekhnik lain

    a. Tomografi

    Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup

    yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur

    yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur

    lain juga mengalaminya.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    8/28

    b.

    Myelografi

    Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di

    ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

    c.

    Arthrografi

    Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.

    d. Computed Tomografi-Scanning

    Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana

    didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    g. Penatalaksanaan

    Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi imobilisasi dan

    pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

    1)

    Rekognasi

    Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai neurovascular

    ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui kemungkinan fraktur

    tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang bidai untuk

    melindunginya dari kerusakan yang lebih parah. Kerusakan jaringan lunak

    yang nyata dapat juga dipakai sebagai petunjuk kemungkinan adanya

    fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai segera dan pemeriksaan lebih

    lanjut. Hal ini khususnya harus dilakukan pada cidera tulang belakang

    bagian servikal, di mana contusio dan laserasio pada wajah dan kulit

    kepala menunjukkan perlunya evaluasi radiografik, yang dapat

    memperlihatkan fraktur tulang belakang bagian servikal dan/atau dislokasi,

    serta kemungkinan diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya.

    2)

    Traksi

    Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur

    untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:

    a. Skin Traksi

    Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan

    menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    9/28

    bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera,

    dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).

    b. Skeletal traksi

    Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera

    pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan

    memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.

    3) Reduksi

    Dalam penatalaksanaan fraktur dengan reduksi dapat dibagi menjadi 2

    yaitu:

    a.

    Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

    Reduksi fraktur (settingtulang) berarti mengembalikanfragment tulang

    pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat

    dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih

    bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.

    Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan untuk

    menjalani prosedur dan harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur,

    dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan

    anesthesia.Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan

    lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Reduksi tertutup pada

    banyak kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

    fragment tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

    dengan manipulasi dan traksi manual.

    b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)

    Pada Fraktur tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal atau

    yang biasa dikenal dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur yang

    terjadi pada tulang panjang dan fraktur fragmented. Eksternal dengan

    fiksasi, pin dimasukkan melalui kulit ke dalam tulang dan dihubungkan

    dengan fiksasi yang ada dibagian luar. Indikasi yang biasa dilakukan

    penatalaksanaan dengan eksternal fiksasi adalah fraktur terbuka pada

    tulang kering yang memerlukan perawatan untuk dressings. Tetapi

    dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup radius ulna. Eksternal fiksasi

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    10/28

    yang paling sering berhasil adalah pada tulang dangkal tulang misalnya

    tibial batang.

    4) Imobilisasi Fraktur

    Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau

    dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

    penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

    interna. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

    kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat

    digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk

    mengimobilisasi fraktur.

    h. Biologi penyembuhan tulang

    1)

    Biologi penyembuhan tulang

    Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

    merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan

    membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru

    dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan

    tulang, yaitu:

    a.

    Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

    Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah

    fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang

    yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan

    fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan

    berhenti sama sekali.

    b.

    Stadium Dua-Proliferasi Seluler

    Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro

    kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow

    yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini

    terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah

    osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam

    beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    11/28

    fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam

    setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

    c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

    Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan

    osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai

    membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi

    oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan

    mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan

    tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada

    permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur

    (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat

    fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

    d.

    Stadium Empat-Konsolidasi

    Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang

    berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan

    memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis

    fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang

    tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses

    yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat

    untuk membawa beban yang normal.

    e. Stadium Lima-Remodelling

    Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

    beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses

    resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih

    tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang

    tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya

    dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Black, J.M, et al, 1993

    dan Apley, A.Graham,1993).

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    12/28

    i. Komplikasi

    1)Komplikasi Awal

    a)Kerusakan Arteri

    Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya

    nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan

    dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi

    splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan

    pembedahan.

    b)Kompartement Syndrom

    Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang

    terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah

    dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan

    yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena

    tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

    c)Fat Embolism Syndrom

    Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang

    sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena

    sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

    darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

    ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,

    tachypnea, demam.

    d)

    Infeksi

    System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

    Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan

    masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi

    bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti

    pin dan plat.

    e)Avaskuler Nekrosis

    Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang

    rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan

    diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    13/28

    f)

    Shock

    Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

    meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan

    menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

    2)Komplikasi Dalam Waktu Lama

    a)Delayed Union

    Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

    sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

    disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.

    b)

    Nonunion

    Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

    memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

    bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih

    pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.

    Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

    c)

    Malunion

    Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan

    meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).

    Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

    (Black, J.M, et al, 1993)

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    14/28

    III ASUHAN KEPERAWATAN

    a. Pengkajian

    1. Pengumpulan Data

    a.

    Anamnesa

    1) Identitas Klien

    Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa

    yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

    golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

    2) Keluhan Utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah

    rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan

    lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

    tentang rasa nyeri klien digunakan (PQRST):

    a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi

    yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

    b)

    Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

    digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

    menusuk.

    c)

    Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,

    apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa

    sakit terjadi.

    d)

    Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang

    dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien

    menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

    kemampuan fungsinya.

    e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

    bertambah buruk pada malam hari atau siang harin

    (Ignatavicius, Donna D, 1995)

    3) Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

    fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    15/28

    tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

    penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan

    yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,

    dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

    diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D,

    1995).

    4) Riwayat Penyakit Dahulu

    Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab

    fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

    menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang

    dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang

    sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes

    dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut

    maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses

    penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    5)

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit

    tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,

    seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

    keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara

    genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    6)

    Riwayat Psikososial

    Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

    dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta

    respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

    dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna

    D, 1995).

    7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

    a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

    Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan

    terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    16/28

    penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan

    tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan

    hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

    mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol

    yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien

    melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).

    b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

    Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

    kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein,

    vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan

    tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu

    menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

    mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat

    terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari

    yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah

    muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas

    juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

    c) Pola Eliminasi

    Perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces

    pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri

    dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada

    kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak

    d) Pola Tidur dan Istirahat

    Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,

    sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur

    klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya

    tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur

    serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).

    e) Pola Aktivitas

    Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua

    bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    17/28

    perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu

    dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.

    Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk

    terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain

    (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    f) Pola Hubungan dan Peran

    Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

    masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap

    (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    g)

    Pola Persepsi dan Konsep Diri

    Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

    ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,

    rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

    optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah

    (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    h)

    Pola Sensori dan Kognitif

    Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada

    bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak

    timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak

    mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri

    akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    i)

    Pola Reproduksi Seksual

    Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa

    melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat

    inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami

    klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya

    termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius,

    Donna D, 1995).

    j) Pola Penanggulangan Stress

    Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan

    dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    18/28

    fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien

    bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

    Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan

    beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.

    Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak

    klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    b. PemeriksaanFisik

    Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)

    untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat

    (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada

    kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah

    yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

    1) Gambaran Umum

    Perlu menyebutkan:

    a)

    Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah

    tanda-tanda, seperti:

    (1)Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

    komposmentis tergantung pada keadaan klien.

    (2)Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,

    sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

    (3)

    Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan

    baik fungsi maupun bentuk.

    b)

    Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

    (1)

    Sistem Integumen

    Adakah erytema, suhu sekitar daerah trauma

    meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

    (2)Kepala

    Adakah gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,

    tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

    (3)

    Leher

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    19/28

    Adakah gangguan yaitu simetris, tidak ada

    penonjolan, reflek menelan ada.

    (4)Muka

    Apakah wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak

    ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi,

    simetris, tak oedema.

    (5)Mata

    Adakah gangguan seperti konjungtiva tidak anemis

    (karena tidak terjadi perdarahan)

    (6)

    Telinga

    Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.

    Adakah lesi atau nyeri tekan.

    (7)

    Hidung

    Adakah deformitas, pernafasan cuping hidung.

    (8)Mulut dan Faring

    Adakah pembesaran tonsil, gusi terjadi perdarahan,

    mukosa mulut tidak pucat.

    (9)Thoraks

    Adakah pergerakan otot intercostae, gerakan dada.

    (10) Paru

    (a) Inspeksi

    Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya

    tergantung pada riwayat penyakit klien yang

    berhubungan dengan paru.

    (b)

    Palpasi

    Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba

    sama.

    (c)Perkusi

    Adakah suara ketok sonor, tak ada redup atau

    suara tambahan lainnya.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    20/28

    (d)

    Auskultasi

    Adakah Suara nafas normal, tak ada wheezing,

    atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan

    ronchi.

    (11) Jantung

    (a) Inspeksi

    Tidak tampak iktus jantung.

    (b)Palpasi

    Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

    (c)

    Auskultasi

    Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

    (12) Abdomen

    (a)

    Inspeksi

    Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

    (b)Palpasi

    Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar

    tidak teraba.

    (c)Perkusi

    Suara thympani, ada pantulan gelombang

    cairan.

    (d)Auskultasi

    Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

    (13) Inguinal-Genetalia-Anus

    Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada

    kesulitan BAB.

    2) Keadaan Lokal

    Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal

    terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada

    sistem muskuloskeletal adalah:

    (1)Look (inspeksi)

    Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    21/28

    (a)

    Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan

    seperti bekas operasi).

    (b)Cape au lait spot (birth mark).

    (c)

    Fistulae.

    (d)Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau

    hyperpigmentasi.

    (e)Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal

    yang tidak biasa (abnormal).

    (f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

    (g)

    Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

    (2)Feel (palpasi)

    Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita

    diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada

    dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan

    informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu

    dicatat adalah:

    (a)

    Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan

    kelembaban kulit.

    (b)

    Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi

    atau oedema terutama disekitar persendian.

    (c)Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan

    (1/3 proksimal,tengah, atau distal).

    Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan

    yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain

    itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,

    maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,

    konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau

    permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

    (3)Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

    Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan

    dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    22/28

    keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini

    perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan

    sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat,

    dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau

    dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah

    ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang

    dilihat adalah gerakan aktif dan pasif (Reksoprodjo, Soelarto,

    1995)

    c. Pemeriksaan Diagnostik

    1.

    Pemeriksaan Radiologi

    Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah

    pencitraan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk

    mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang

    yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan

    lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

    (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari

    karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray

    harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan

    hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca

    pada x-ray:

    a) Bayangan jaringan lunak.

    b)

    Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau

    biomekanik atau juga rotasi.

    c)

    Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

    d)

    Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

    Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik

    khususnya seperti:

    (1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi

    struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada

    kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    23/28

    dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur

    lain juga mengalaminya.

    (2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal

    dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang

    mengalami kerusakan akibat trauma.

    (3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang

    rusak karena ruda paksa.

    (4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan

    potongan secara transversal dari tulang dimana

    didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    2. Pemeriksaan Laboratorium

    a)Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

    penyembuhan tulang.

    b)Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

    menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

    c)

    Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase

    (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang

    meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    3.

    Pemeriksaan lain-lain

    a)Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:

    didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

    b)Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

    dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi

    infeksi.

    c) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

    diakibatkan fraktur.

    d)Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek

    karena trauma yang berlebihan.

    e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

    infeksi pada tulang.

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    24/28

    f) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

    (Ignatavicius, Donna D, 1995)

    b.Diagnosis keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

    1.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (terputusnya jaringan tulang,

    gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan)

    2.

    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur

    tulang

    3.

    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik

    4.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi jaringan tulang

    5.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

    c.Intervensi Keperawatan

    No

    .

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan Kriteria

    Hasil

    Intervensi dan Rasional

    1. Nyeri akut

    berhubungan

    dengan agen

    cidera

    (terputusnya

    jaringan

    tulang, gerakan

    fragmen

    tulang, edema

    dan cedera

    pada jaringan)

    NOC:pain level dan

    pain control

    Kriteria Hasil:

    -Pasien mampu

    mengontrol nyeri (tahu

    penyebab nyeri dan

    mampu menggunakan

    tehknik nonfarmakologi

    untuk mengurangi

    nyeri)

    -

    Mampu mengenali nyeri

    (skala, intensitas,

    frekuensi)

    Menyatakan rasa

    nyaman setelah nyeri

    berkurang

    NIC:Pain Managament

    1.1lakukan pengkajian nyeri

    secara komprehensif (lokasi,

    karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas)

    Rasional : mengetahui skala

    nyeri yang dirasakan pasien

    1.2kontrol lingkungan pasien

    yang dapat mempengaruhi

    nyeri seperti suhu ruangan,

    pencahayaan, dan kebisingan

    Rasional : memberikan

    kenyamanan bagi pasien

    1.3ajarkan tentang tekhnik non

    farmakologi seperti teknik

    relaksasi nafas dalam

    Rasional : mengalihkan rasa

    nyeri yang dirasakan pasien

    1.4

    berikan analgetik untuk

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    25/28

    mengurangi nyeri

    Rasional : mengurangi rasa

    nyeri pasien

    1.5tingkatkan istirahat

    Rasional : manajemen energi

    pasien

    1.6evaluasi keefektifan control

    nyeri

    Rasional : mengevaluasi

    hasil tindakan dan

    menentukan intervensi

    lanjutan

    2. Hambatan

    mobilitas fisik

    berhubungan

    dengan

    kerusakan

    integritas

    struktur tulang

    OC:joint movement

    dan mobility level

    riteria Hasil:

    -Peningkatan aktivitas

    pasien

    -Memperagakan

    penggunaan alat bantu

    untuk mobilisasi

    NIC:Exercise therapy

    (ambulation)

    2.1 monitor vital sign sebelum

    dan sesudah latihan

    Rasional : mengetahui

    kondisi pasien secara umum

    2.2 kaji kemampuan pasien

    dalam mobilisasi

    Rasional : mengetahui

    kemampuan pasien

    2.3 dampingi dan bantu pasien

    saat mobilisasi dan bantu

    penuhi kebutuhan sehari hari

    pasien (ADLS)

    Rasional : mencegah

    terjadinya cedera

    2.4 berikan alat bantu jika pasienmembutuhkan

    Rasional : memberikan

    keamanan bagi pasien

    2.5 ajarkan pasien bagaimana

    mengubah posisi dan berikan

    bantuan jika diperlukan

    Rasional : mencegah cedera

    pada pasien

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    26/28

    3. Kerusakan

    integritas kulitberhubungan

    dengan

    imobilitas fisik

    NOC: tissue integrity

    (skin and mocus

    membranes)

    Kriteria Hasil:

    -Tidak ada luka, lesi

    pada kulit

    -Perfusi jaringan baik

    -Integritas kulit yang

    baik bisa dipertahankan

    (sensasi, elastisitas,

    temperature, hidrasipigmentasi)

    NIC: Pressure Management

    3.1 jaga kebersihan kulit agar

    tetap bersih dan kering

    Rasional : menghindari

    terjadinya infeksi

    3.2 mobilisasi pasien setiap 2

    jam sekali

    Rasional : mencegah luka

    dekubitus

    3.3 monitor kulit aka adanya

    kemerahanRasional : memantau tanda-

    tanda infeksi

    3.4 oleskan lotion atau minyak

    pada daerah yang tertekan

    Rasional : mencegah luka

    dekubitus

    3.5 monitor status niutrisi pasien

    Rasional : membantu

    pemulihan

    4. Resiko infeksi

    berhubungan

    dengan trauma

    destruksi

    jaringan tulang

    OC:immune status,

    and risk control

    riteria Hasil:

    - Klien bebas dari tanda

    dan gejala infeksi

    - Jumlah leukosit dalam

    batas normal

    NIC: Infection Control

    4.1 monitor vital sign pasien

    Rasional : mengetahui

    kondisi umum pasien

    4.2 batasi pengunjung

    Rasional : mengurangi

    resiko infeksi4.3 cuci tangan setiap sebelum

    dan sesudah tindakan

    keperawatan

    Rasional : tindakan aseptik

    untuk mencegah terjadinya

    infeksi

    4.4 pertahankan lingkungan

    aseptic selama pemasangan

    alat

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    27/28

    Rasional : mengurangi resiko

    infeksi

    4.5 tingkatkan intake nutrisi

    Rasional : meningkatkan

    status imun pasien

    5. Ansietas

    berhubungan

    dengan

    perubahan

    status

    kesehatan

    OC:Anxiety self

    control, coping

    riteria Hasil:

    - Pasien mampu

    mengidentifikasi dan

    mengungkapkan gejala

    cemas

    - Mengidentifikasi,

    mengungkapkan dan

    menunjukkan tekhnik

    untuk mengontrol

    cemas

    Vital sign dalam batas

    normal

    NIC: anxiety reduction

    5.1gunakan pendekatan yang

    menenangkan

    Rasional : memberikan rasa

    nyaman pada pasien

    5.2

    jelaskan semua prosedur danapa yang yang dirasakan

    selama prosedur

    Rasional : menurunkan rasa

    cemas pasien

    5.3

    dengarkan dengan penuh

    perhatian

    Rasional : memberikan

    penghargaan pada pasien

    5.4identifikasi tingkat

    kecemasan

    Rasional : mengetahuitingkat cemas yang dirasakan

    pasien

    5.5

    instruksikan pasien

    menggunakan teknik

    relaksasi

    Rasional : mengurangi rasa

    cemas pasien

  • 8/10/2019 LP fraktur cruris.docx

    28/28

    Daftar pustaka

    Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.Jakarta: EGC.

    Ignatavicius, Donna D. 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process

    Approach. W.B. Saunder Company.

    Mansjoer, Arif. dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.

    Jakarta: Media Aesculapsis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Marilynn, Doenges. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien),Edisi 3. Jakarta:

    EGC.

    NANDA. 2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA, 2005-2006 Definisi &

    Klasifikasi. Philadelphia, NANDA International.

    Price, Sylvia. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

    Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

    Reeves. Charlene. J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Smeltzer, Susanne. C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and

    Suddarth, Ed. 8.Jakarta : EGC.

    Syamsuhidajat, R & Jong, D.W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta:

    EGC