macam2 fraktur

60
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. B. Struktur Tulang Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum

Upload: yuanitafaradiba

Post on 16-Feb-2015

298 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

ortho

TRANSCRIPT

Page 1: macam2 fraktur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.

B. Struktur Tulang

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi

mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut

Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan di bawah

periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang

masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal

sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang

disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap system terdiri

atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks

tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae

Page 2: macam2 fraktur

(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti

lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan

di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui

Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang

dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan

akhir dari sistem Haversian, yang di dalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari

tulang. Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon

yang di dalamnya terdapat bone marrow yang membentuk sel - sel darah merah.

Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang

memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow

kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa

menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.

Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.

Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel

penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang

tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstraseluler yang disebut matriks.

Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen,protein, karbohidrat, mineral, dan

substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,

oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain

itu, di dalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang

Page 3: macam2 fraktur

menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400

ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang.

C. Anatomi dan Kinesiologi.

Anatomi

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah, merupakan tulang pipa

dengan sebuah batang dan 2 ujung yang lebih pendek dari pada ulna.

Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan

permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi - sisi

kepala radius bersendi dengan taktik radius dan ulna. Di bagian bawah kepala

terletak leher, dan di bawah serta disebelah medial dari leher ada tuberositas radii,

yang dikaitkan pada tendon dari insersi otot biseps. Batang radius

di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar dari pada di bawah dan

melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebalah luar

dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan

kepada flexor dan pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior; dan di

sebelah posterior memberi kaitan pada ekstensor dan supinator di sebelah dalam

lengan bawah dan tangan. Ligamentum interossea berjalan di radius ke ulna dan

memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.

Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi di

bawah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid

(os.navikular radii) dan tulang semilunar (lunatum) dalam formasi persendian

Page 4: macam2 fraktur

pergelangan tangan. Permukaan persendian di sebelah medial dari ujung bawah

bersendi dengan kepala dari ulna dan formasi persendian radio ulna inferior.

Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosessus stiloid

radius.

Kinesiologi

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di

distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang

mengandung fibrokartilago triangularis. Membrana interossea memperkuat

hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat

(Gambar 1). Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang

terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai

dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan

ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu M. Supinator, M. Pronator Teres,

M. Pronator Quadratus yang membuat gerakan pronasi - supinasi. Ketiga otot itu

bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah

tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

D. Pemeriksaan.

Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur. Pemeriksa harus

memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan syaraf, atau kerusakan

pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan adalah

Page 5: macam2 fraktur

adanya luksasi sendi radioulnar proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila

ditemukan fraktur hanya pada salah satu tulang disertai dislokasi.

E. Penyulit.

Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa

mengenai saraf radialis, u1naris maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf

radialis ditemukan pada fraktur Montegia, sedangkan cedera saraf medianus

sering terjadi pada fraktur radius distal. Karena di lengan bawah terdapat banyak

pembuluh darah kolateral, kerusakan pembuluh darah jarang berakibat berat

terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa sindrom

kompartemen juga relatif jarang.

F. Macam – macam Fraktur yang Sering Terjadi

Berikut ini akan dibahas beberapa fraktur yang sering terjadi

pada regio antebrachii, yaitu : Fraktur Montegia, Fraktur Galeazi, Fraktur

Supracondylus, Fraktur Colles, dan Fraktur Smith.

Page 6: macam2 fraktur

I. FRAKTUR MONTEGIA

I.1. Pengertian

Fraktur Montegia adalah fraktur (discontinuitas) pada bagian proksimal

ulna dan di sertai dislokasi caput radius (radioulnar joint). Kejadian secara relatif

luar biasa dilaporkan kurang lebih 5% dari kejadian fraktur lengan bawah.

I.2. Klasifikasi

Menurut Bado Fraktur Montegia dapat diklasifikasikan 4 tipe yakni :

a. Tipe I

Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi

anterior pada caput radius.

Bado lesi tipe 1. Fraktur Montegia pada umumnya.

Page 7: macam2 fraktur

Bado lesi tipe I.

b. Tipe II

Fraktur pada proksimal atau 1/3 tengah dari ulna dengan dislokasi

posterior pada caput radius.

Bado lesi tipe II.

Page 8: macam2 fraktur

Bado lesi tipe II. Setelah ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

c. Tipe III`

Fraktur dari metafisis ulna dengan dislokasi lateral dari caput

radius.

Bado lesi tipe III dengan pergeseran lateral dari caput radius (with lateral

displacement of the radial head).

d. Tipe IV.

Fraktur pada proximal dan 1/3 tengah dari radius dan ulna dengan

dislokasi anterior dari caput radius.

Page 9: macam2 fraktur

Bado lesi tipe IV.

I.3. Mekanisme cedera

Biasanya penyebabnya adalah jatuh mengenai tangan, kalau pada saat

benturan tubuh memuntir, daya geraknya dapat dengan kuat mempronasikan

lengan bawah. Caput radius dapat berdislokasi ke depan dan sepertiga proximal

dari ulna bisa patah dan dapat melengkung ke depan. Kadang-kadang daya

penyebabnya adalah hiperekstensi.

I.4. Gambaran Klinis

Deformitas ulna biasanya jelas tetapi caput radius yang berdislokasi dapat

tersembunyi akibat adanya bengkak. Suatu tanda yg berguna adalah nyeri dan

nyeri tekan sisi lateral siku disertai terdengar bunyi krepitasi.

Page 10: macam2 fraktur

Sinar-X

Pada kasus ini pemeriksaan foto rontgennya adalah foto regio antebrachii

anterior posterior dan lateral. Dari hasil foto biasanya didapatkan caput radius

yang berdislokasi ke depan, dan terdapat fraktur pada sepertiga bagian atas ulna

dengan perlengkungan ke depan. Kadang-kadang dislokasi radius dapat disertai

dengan fraktur olecranon. Selain itu kadang-kadang dapat di temukan caput radius

berdislokasi ke posterior dan fraktur ulna melengkung ke belakang. Pada kasus

fraktur ulna yang terisolasi selalu diperlukan pemeriksaan sinar-X pada siku.

I.5. Penatalaksanaan

Indikasi untuk pengobatan dari fraktur Montegia didasarkan pada pola

spesifik dari fraktur dan umur penderita. Sebagian besar fraktur Montegia pada

anak-anak dapat dilakukan closed reduction dan long arm cast, sedangkan pada

sebagian besar orang dewasa dilakukan open reduction internal fixation.

Clossed reduction dengan mengunakan sedasi diberikan apabila

kejadiannya sudah berlangsung 6-8 jam. Clossed reduction biasanya dilakukan

dengan posisi supinasi, tetapi kadang memerlukan traksi dan penekanan langsung

dari caput radius. Apabila closed reduction tidak berhasil maka akan segera di

lakukan open reduction di kamar operasi. Penundaan reduksi dari caput radius

Page 11: macam2 fraktur

dapat mengakibatkan kerusakkan artikular secara permanen, cedera saraf atau

keduanya.

Apabila terjadi open fraktur maka akan dilakukan operasi emergensi. Pada

bado tipe I,III, dan IV dilakukan posterior long arm cast dengan posisi siku flexi

90 derajat dan supinasi penuh.sedangkan pada bado tipe II dilakukan posterior

long arm cast dengan posisi siku flexi 70 derajat dan supinasi. Imobilisasi dapat

dilakukan selama 6 minggu.

Page 12: macam2 fraktur

I.6. Komplikasi

Malunion

Malunion ulna tidak terlalu mengakibatkan kelemahan tetapi dapat

menyebabkan caput radius tetap berdislokasi dan membatasi flexi

siku.

Nonunion

Ruptur ligament

Selama dislokasi caput radius dapat terjadi ruptur ligamen. Ligamen

yang biasanya terkena adalah ligamen anulare dan ligamen collateral

radial.

Radiohumeral ankilosis

Radioulnar sinostois

Page 13: macam2 fraktur

II. FRAKTUR GALEAZZI

II.1. Definisi

Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint distal.

Fragmen distal angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan

ujung distal ulna. Fraktur dislokasi Galeazzi terjadi akibat trauma langsung pada

wrist, khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched

hand dan pronasi forearm. Pasien dengan nyeri pada wirst atau midline forearm

dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar joint.

Anteroposterior radiograf ini menunjukkan patah Galeazzi klasik: patah

miring atau melintang pendek dari jari-jari dengan dislokasi dari ulna distal. Hasil

dislokasi dari gangguan dari DRUJ (distal radio-ulna joint). Perhatikan ulna distal

yang menonjol (ulna varians positif).

Page 14: macam2 fraktur

II.2.Epidemiologi

Dari semua kasus patah tulang lengan bawah biasanya fraktur Galeazzi

terjadi sekitar 3-7% dan paling sering pada laki-laki. Walaupun pola fraktur

Galeazzi dilaporkan jarang, diperkirakan 7% dari seluruh patah tulang lengan

bawah pada orang dewasa.

II.3.Mekanisme cedera

Penyebab lazimnya adalah jatuh dengan posisi menumpu pada tangan,dan

mungkin disertai daya rotasi. Fraktur radius pada sepertiga bagian bawah dan

sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir

merupakan pasangan fraktur dislokasi Montegia.

Page 15: macam2 fraktur

II.4.Gambaran klinik

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.

Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu

dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris.

II.5. Pemeriksaan Sinar-X

Dilakukan foto antebrachii antero posterior (AP) dan lateral, juga

diperlukan foto kontralateral untuk perbandingan.

Hasil:

Fraktur melintang atau oblik yang pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah

radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior

bersubluksasi atau berdislokasi.

Page 16: macam2 fraktur

II.6.Terapi

Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips

di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan

fleksi dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan

reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi

dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan

dengan fiksasi K-wire. Operasi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF).

Page 17: macam2 fraktur

Pada anak - anak dengan Galeazzi fraktur tertutup, reposisi dapat

dilakukan tanpa bentuk operasi. Namun tidak pada orang dewasa, karena

kemungkinan akan menyebabkan kerusakan permanen pada DRUJ. Berbeda

dengan anak-anak yang memiliki tingkat penyembuhan tulang yang cepat.

Namun, jika sangat parah tetap akan dilakukan operasi.

Teknik penanganan terapi konservatif dan operasi.

Metode penanganan konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan mengembalikan posisi tangan

yang berubah akibat rotasi. Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis

patahnya, 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu

dilakukan immobilisasi dengan gips di atas siku

Metode penanganan operatif

Persiapan preoperasi

Page 18: macam2 fraktur

Seperti fraktur lainnya, perencanaan preoperatif diperlukan.foto rontgen yang

tepat, beserta foto dari sisi yang sehat diperlukan sebagai perbandingan.

Operasi

Empat exposure dasar yang direkomendasikan :

1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna.

2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal.

3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum

radius sampai 1/3 distal shaft radius.

4. Palmar approach untuk radius 1/3 distal.

- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu

untuk memudahkan operasi. Torniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan

lesi vaskuler.

- Expose tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

- Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin.

- Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral

pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya

diletakkan pada sisi volar untuk menghindari tuberkulum lister dan tendon -

tendon extensor.

- Pasanglah drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis.

Page 19: macam2 fraktur

Kontraindikasi

Jika ada yang lebih mengancam jiwa harus dilakukan yang lebih prioritas,

operasi ini dapat ditangguhkan terlebih dahulu sampai pasien stabil.

II.7. Komplikasi

Tingkat komplikasi secara keseluruhan dalam pengobatan fraktur Galeazzi

sekitar 40%.

Komplikasi meliputi: 

Nonunion

Malunion

Cross union

Kompartemen sindrom

Atropi sudeck

Trauma N. Medianus

Refracture

Ruptur tendo extensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi, fleksi

palmar, pergerakan serta ekstensi

Page 20: macam2 fraktur

II.8. Mortalitas

Pada umumnya rendah.

II.9. Perawatan pasca bedah

- Perawatan luka operasi pada umumnya.

- Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya.

- Elevasi lengan 10 cm di atas jantung.

- Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan, siku

sesegera mungkin setelah operasi.

II.10. Follow up

- Fisioterapi aktif ROM tangan, pergelangan dan siku.

- Buat x-ray kontrol 6 minggu dan 3 bulan sesudahnya.

- Penyembuhan biasanya setelah 16-24 minggu, selama itu hindari olahraga

kontak dan mengangkat beban lebih dari 2 kilogram.

Page 21: macam2 fraktur

III. FRAKTUR SUPRACONDYLAR

III.1. Insiden

Kejadian fraktur supracondylus biasanya terjadi pada tulang yang imatur

dan biasanya ditemukan pada dekade awal kehidupan. Fraktur supracondylus

biasanya seing didapatkan pada anak-anak dimana fragmen distal dapat bergeser

ke posterior atau ke anterior. Ada 2 tipe fraktur supracondylus yakni : extension

type (terbanyak,96%) dan flexion type (4%).

III.2. Mekanisme Cedera

Biasanya terjadi akibat jatuh dengan posisi tangan terentang dengan siku

hiperekstensi sehingga dapat menyebabkan fraktur supracondylar tipe ekstensi.

Cederanya terjadi akibat dari hiperekstensi atau fleksi. Sedangkan apabila jatuh

Page 22: macam2 fraktur

dengan posisi olecranon dan siku flexi dapat menyebabkan fraktur supracondylar

tipe flexi.

Klasifikasi fraktur supracondylus menurut Gartland dibagi menjadi :

1. Type I

Adalah nondisplaced. Fraktur hanya ditemukan garis patahan dari hasil

pemeriksaan sinar-x.

2. Type II

Adalah didapatkan angulasi. Angulasi didapatkan dari pemeriksaan foto

posisi lateral. Normalnya capitulum angulasi ke anterior sebesar 30

derajat.

3. Type III

Adalah completely displaced dimana hubungan antara kedua fragmen

distal humerus terlepas. Pada tipe ini sering didapatkan pergeseran ke arah

posteromedial.

III.3. Gambaran Klinik

Setelah jatuh, anak merasa nyeri dan siku bengkak, dan didapatkan

deformitas-S pada siku dengan jelas. Kalau gerakan siku atau bahu dipaksakan

sebelum konsolidasi, humerus dapat mengalami fraktur lagi. Kekakuan sendi

dapat diminimalkan dengan aktifitas lebih awal.

Page 23: macam2 fraktur

Sinar-X

Fraktur terlihat paling jelas pada pemeriksaan foto elbow lateral. Pada

fraktur yang bergeser ke posterior maka pada fotonya ditemukan garis fraktur

berjalan secara oblik ke bawah dan ke depan dan fragmen distal bergeser ke

belakang dan miring ke belakang. Pada fraktur yang bergeser ke anterior maka

pada fotonya ditemukan garis fraktur bersifat oblik dan lebih rendah di posterior,

fragmen miring ke depan.

III.4. Penatalaksanaan

A. Skin Traksi

Karena risiko kompresi vaskular maka traksi menjadi popular untuk terapi

pada fraktur ini. Jenis-jenis skin traksi yang biasanya dipakai pada fraktur ini

adalah Dunlop traksi, Straps traksi, Longitudinal traksi.

B. Skeletal Traksi

Pin harus dimasukkan dalam keadaan steril. Pin dimasukkan dari samping

medial dan 2,5cm dari distal olecranon. Pemasukkan pin dengan keadaan siku

flexi untuk menghidari cedera saraf. Penggunaan skeletal traksi pada fraktur ini

biasanya lebih baik daripada skin traksi.

C. Closed Reduction dan Cast

Pada fraktur supracondylus tipe 1 dilakukan immobilisasi pada siku

dengan sudut 90 derajat dan light-weight splint atau cast dan tangan dibantu

dengan sling. Setelah pemasangan selama 5-7 hari pasien diperiksa apakah ada

Page 24: macam2 fraktur

pergeseran atau tidak. Pemasangan cast atau splint dipertahankan selama 3

minggu.

Pada fraktur dengan angulasi ke posterior dilakukan step-wise manover.

Splint pertahankan selama 3 minggu. Setelah itu diperbolehkan melakukan fleksi

siku aktif tetapi lengan tetap disangga dan ekstensi dihindari selama 3 minggu

lagi. Pada fraktur supracondylus tipe III dilakukan pemasangan wires kirschner.

III.5. Komplikasi

A.Dini

Lesi pembuluh darah dan cedera saraf.

Akibat dari fraktur supracondylus dapat menyebabkan cerdera arteri

brakialis dan cedera saraf medianus.

Page 25: macam2 fraktur

B.Kronis

Miositis osifikans, kekakuan sendi, malunion, dan cubitus varus.

IV. FRAKTUR COLLES

IV.I. Sejarah dan Definisi

Fraktur Colles paling sering ditemukan pada orang dewasa usia lanjut,

dengan insidensi yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca

menopause. Oleh sebab itu, pasien biasanya wanita dengan riwayat jatuh dengan

tangan terentang. Burkhaeta (1985) mengatakan pada saat memikirkan fraktur

pada ektremitas atas pada usia lanjut maka segera terpikirkan pertama kali adalah

fraktur Colles.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya

disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan

hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme reflex

jatuh dimana tangan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti

gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

Fraktur Colles adalah fraktur pada tulang radius berjarak kurang atau sama

dengan 2,5 cm dari pergelangan tangan (Mc Rae, 1992), Apley dan Solomon,

1987.

Page 26: macam2 fraktur

Sheikh dan Murthy (2000) member batasan sebagai fraktur metafisis distal

radius, biasanya terjadi pada 3 – 4 cm dari facies artikularis dengan angulasi volar

dari apex fraktur (dinner fork deformity), pergeseran ke dorsal dari fragmen distal

dengan diikuti pemendekan (shortening) radial. Keadaan ini dapat atau tidak

disertai fraktur styloideus ulnae. Variasi intraartikuler dapat melibatkan facies

artikularis distal radius serta artikulatio radiocarpal dan radioulnaris.

Fraktur Colles diuraikan pertama kali oleh Abraham Colles tahun 1814

sebagai fraktur dislokasi ujung distal radius berjarak satu setengah inci dari sendi,

yang ternyata terbukti kebenarannya dengan perkembangan radiolografi (Pool,

1973).

IV.2. Anatomi, Fisiologi, dan Mekanisme Trauma

Radius bagian distal bersendi dengan tulang carpal yaitu tulang lunatum

dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.

Bagian distal sendi radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna

selain terdapat ligamentum dan kapsular yang memperkuat hubungan tersebut,

Page 27: macam2 fraktur

terdapat pula diskus artikularis yang melekat pada semacam meniskus yang

berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamentum kolateral ulnar. Ligamentum

kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis

bersama ligamentum radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya

menghubungkan radius dan ulna, disebut Triangular Fibro Cartilage Complex

(TFCC) (Sjamsuhidajat, 1997) berguna untuk menstabilakan artikulatio

radioulnaris distal (Zabinski dan Weiland, 1999). Gerakan pergelangan tangan

sangatlah luas (mobile) dan kemampuannya mencapai 1800 untuk rotasi lengan

bawah. Kurang dari 80% dari transmisi beban melalui pergelangan tangan lewat

artikulatio radiocarpal sementara 20% sisanya melalui artikulatio ulnocarpal lewat

Triangular Fibro Cartilage Complex. (Zabinski dan Weiland, 1999).

Fraktur Colles terjadi pada penderita dengan riwayat jatuh dengan tangan

terentang (Apley dan Solomon, 1987). Trauma yang terjadi merupakan trauma

langsung yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar yang menyebabkan

dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan

bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu

terbalik.

Page 28: macam2 fraktur

Cedera ini paling sering terjadi pada saat bermain sepatu roda, skateboard,

atau kegiatan lainnya dimana seseorang jatuh ke depan pada kecepatan tinggi.

Tulang dapat menjadi lebih rapuh pada orang dewasa yang berusia 50 – 60 tahun

Page 29: macam2 fraktur

atau lebih tua. Orang yang lebih tua memang lebih sering mengalami patah tulang

meskipun mereka berjalan perlahan karena osteoporosis.

IV.3. Diagnosis Fraktur Colles

Diagnosis fraktur Colles ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan

radiologis. Kita dapat mengenal fraktur ini dengan adanya deformitas dinner fork

seperti telah disebutkan di atas, dengan penonjolan pada punggung pergelangan

tangan (ke arah dorsal) dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit

deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan

tangan digerakkan.

Dari pemeriksaan radiologis posisi anteroposterior dan lateral dapat

dijumpai suatu fraktur transversal pada tulang radius kurang dari 2,5 cm dari

pergelangan tangan, dan sering disertai patahnya processus styloideus ulnae.

Page 30: macam2 fraktur

Fragmen distal (1) bergeser dan miring ke dorsal (2) bergeser dan miring

ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang – kadang fragmen distal mengalami

kerusakan dan kominutif yang hebat.

IV.4. Gejala Klinis

Gejala dari fraktur Colles antara lain :

1. Perubahan bentuk atau sudut lengan bawah tepat di atas pergelangan tangan.

2. Ketidakmampuan untuk menahan atau mengangkat benda berat.

3. Nyeri pada pergelangan tangan.

4. Pembengkakan tepat di atas pergelangan tangan.

IV.5. Klasifikasi

Gertland dan Werley cit Zabinski dan Weiland (1999), mula – mula

membagi trauma distal radius ke dalam fraktur ekstra artikular dan intra artikular.

Kebanyakan klasifikasi fraktur dibuat berdasarkan anatomi fraktur. Klasifikasi

Frykman didasarkan pada keterlibatan artikulatio radiokarpal

dan atau radioulnar serta ada tidaknya fraktur styloideus ulnae.

Page 31: macam2 fraktur

Klasifikasi Fraktur Colles menurut Frykman

TIPE URAIAN

I Fraktur radius ekstra artikuler

II Fraktur radius ekstra artikuler dengan fraktur ulna

III Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal

IV Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal disertai fraktur

ulna distal

V Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal

VI Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal disertai

fraktur ulna distal

VII Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal dan radio

ulnaris distal.

VIII Fraktur sendi radiokarpal dan radioulnaris distal disertai fragmen ulnaris

Klasifikasi anatomi yang paling komprehensif dan lengkap adalah system

AO (Zabinski dan Weiland, 1999). Sistem ini membagi trauma menjadi tipe A

(ekstra artikular), tipe B (artikular simpel), dan tipe C (artikuler komplek).

Page 32: macam2 fraktur

Lidstrom cit Roysam (1993), berdasarkan gambaran radiologis membagi

fraktur Colles ke dalam empat tingkatan derajat keparahan pergeseran fragmen

fraktur (derajat anatomis) dan kualitas reduksi, yaitu derajat I, II, III, dan IV

sesuai beratnya deformitas meliputi angulasi ke dorsal dan pemendekan

(shortening) tulang radius.

Derajat Keparahan Fraktur Colles menurut Lidstrom

Derajat Deformitas

I Tidak ada atau tidak bermakna. Angulasi dorsal < 00 atau shortening < 3

mm

II Ringan. Angulasi dorsal 1 – 100 dan / atau shortening 3 – 6 mm

III Sedang. Angulasi dorsal 11 - 140 dan / atau shortening 7 - 11 mm

IV Berat. Angulasi dorsal > 150 atau shortening > 11 mm

IV.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung pada derajat pemendekan tulang radius dan

ketidaknormalan sudut dari pergelangan tangan. Fraktur Colles dapat diterapi

dengan gips saja atau operasi (percutaneous pinning, external fixation, ORIF).

Jika pemendekan dan pergeseran tulang minimal, maka gips dapat menjadi terapi

definitif. Pada keadaan yang lebih buruk harus dilakukan operasi.

Page 33: macam2 fraktur

Penanganan fraktur Colles umumnya dilakukan rawat jalan yaitu setelah

terdiagnosis diberi tindakan reposisi tertutup. Bila tidak ada pergeseran, cukup

diimmobilisasi dengan gips bawah siku. Bila terjadi pergeseran atau sedikit

pergeseran perlu tindakan reposisi dengan anestesi lokal, regional, atau umum,

kemudian dilakukan gips bawah siku dengan posisi fragmen distal fleksi dan

pronasi. Pada hari berikutnya anggota gerak atas elevasi. Adapun jari – jari

sesegera mungkin melakukan latihan. Seminggu kemudian dilakukan pemotretan

dengan sinar x kontrol untuk menilai apakah terjadi pergeseran kembali

(redisplacement). (Armis, 1994).

Immobilisasi dengan gips bertujuan mencegah pergeseran kembali

fragmen fraktur pasca reposisi. Sebagai tulang kanselus, maka penyembuhan

tulang radius distal diperkirakan tuntas kurang lebih 6 minggu dari saat terjadinya

trauma. Oleh sebab itu, pada fraktur Colles gips dapat dilepas umumnya 5 - 6

minggu (Mc Rae); Apley dan Solomon, 1987; Gartland dan Werley, 1951).

Mengenai immobilisasi gips bawah siku atau atas siku masih terdapat

perbedaan pandangan. Apley dan Solomon (1987), serta Mc. Rae (1982),

menyatakan penanganan fraktur Colles cukup dengan gips bawah siku sedangkan

ahli lain menyatakan harus dengan gips atas siku (Way, 1994). Sheikh dan Murthy

(2000) menganjurkan immobilisasi kombinasi yaitu gips atas siku pada minggu –

minggu awal dilanjutkan gips bawah siku kecuali pada penderita di atas 60 tahun

harus dipasang gips bawah siku untuk mencegah kekakuan sendi siku.

Page 34: macam2 fraktur
Page 35: macam2 fraktur

IV.7. Komplikasi

Komplikasi Dini : Algodystrophy

Komplikasi Kronis ; Neuropathy persisten dari N. Medianus, N. Ulnaris,

dan N. Radialis, arthrosis radiocarpal dan radioulanar, dan malposition -

malunion. Komplikasi lain adalah adanya ruptur tendon, unrecognized associated

injuries, Volkmann’s ischaemia, finger stiffness, carpal tunnel syndrome, dan

shoulder - hand syndrome.

Page 36: macam2 fraktur

V. FRAKTUR SMITH

V.1. Sejarah dan Definisi

Fraktur Smith adalah fraktur dari radius bagian distal yang lokasinya ½ - 1

inch dari ujung distal radius dengan pergeseran fragmen distal ke depan (volar)

dan ke atas disertai pergeseran ulna bagian distal ke belakang (dorsal).

Robert William Smith di Dublin (1847) mengatakan bahwa fraktur jenis

ini jarang terjadi dan merupakan lawan dari fraktur Colles. John Rhea Barton di

Philadelpia (1838), mengemukakan bahwa fraktur Barton adalah : fraktur anterior

dan posterior dengan dislokasi pergelangan tangan. Fraktur Colles adalah fraktur

posterior dengan dislokasi pergelangan tangan. Dan fraktur anterior dengan

dislokasi pergelangan tangan ini disebut sebagai salah satu dari tipe fraktur Smith.

Nama lain fraktur Smith adalah Wrist Fracture, Broken Wrist, Flexion

Fracture of The Radius.

V.2. Pembagian Fraktur Smith Secara Klinis dan Radiologi

Thomas (1957), mencoba membagi fraktur Smith ini menjadi 3 tipe dan

fraktur Barton jenis anterior dengan dislokasi pergelangan tangan salah satu tipe

dari fraktur Smith.

Page 37: macam2 fraktur

I. Fraktur Smith yang comminutive dan oblique.

II. Fraktur Barton, yang disebut anterior fraktur tipe flexi marginal dengan

dislokasi pergelangan tangan.

III. Fraktur transversal yang disebut juga fraktur radius bagian distal yang tidak

dengan tipe flexi kominutif.

Page 38: macam2 fraktur

V.3. Mekanisme Cedera

Cedera ini paling sering ditemukan setelah seseorang jatuh dengan

menumpu pada bagian belakang tangannya.

V.4. Gejala Klinis

Gejala dari Fraktur Smith antara lain :

1. Perubahan bentuk atau sudut lengan bawah tepat di atas pergelangan tangan.

2. Ketidakmampuan untuk menahan atau mengangkat benda berat.

3. Nyeri pada pergelangan tangan.

4. Pembengkakan tepat di atas pergelangan tangan.

V.5. Penatalaksanaan

Konservatif :

1. Mills (1957), telah menganjurkan cara manipulasi dari fraktur Smith

dengan mengembalikan arah persendian seperti semula. Mills dan Thomas

menyarankan cara mengunci fragmen pada tempatnya dengan posisi

supinasi penuh. Immobilisasi dengan sirkuler gips di atas siku selama 5 –

6 minggu.

Page 39: macam2 fraktur

2. Plewer (1962), menganjurkan untuk mobilisasi setelah gips dibuka supaya

cepat, sebab kalau kurang aktif akan mengakibatkan pergerakan pronasi

yang terbatas dan terjadi kekakuan sendi tangan dan siku.

3. De Palma menganjurkan sebagai berikut

Type I :

Fraktur Smith dengan comminutive yang oblique dilakukan reduksi

dengan traksi, manipulasi dan transfiksasi dengan pin.

Type II :

Fraktur Barton atau disebut pula fraktur marginal anterior tipe fleksi.

Di sini dilakukan reduksi dengan traksi dan manipulasi dengan

anestesia umum.

Penderita tidur telentang dan posisi siku tegak lurus, lengan bawah

pada posisi pertengahan (mid position).

Dilakukan traksi dengan alat Weinberg pada jari – jari di atas siku

yang diikatkan ke bawah meja.

Selama traksi, dengan dua tangan diletakkan pada pergelangan

tangan, lalu pergelangan tangan diletakkan dalam posisi

dorsofleksi ringan dan lengan bawah dalam mid position,

kemudian dipasang circuler gips dari bawah siku sampai tangan

Page 40: macam2 fraktur

setinggi persendian metacarpo – phalangeal. Sesudah itu alat traksi

dilepas. Kontrol foto AP dan Lateral untuk melihat kedudukan

tulang tersebut.

Type III :

Fraktur Smith yang non comminutive, tipe fleksi :

Di sini juga dilakukan reduksi dengan traksi dan manipulasi

dengan anestesi umum dan lengan bawah posisi supinasi.

Penderita tidur terlentang dan posisi siku tegak lurus lalu dilakukan

traksi dengan alat Weinberg pada jari – jari di atas siku yang

diikatkan di bawah meja.

Dengan dua tangan dimana jari – jari II – V diletakkan pada

fragmen proksimal sebelah dorsal dan dua ibu jari menekan ke atas

dan ke belakang pada fragmen yang distal sampai pergelangan

tangan dalam posisi dorsofleksi dan deviasi ke arah ulnar.

Lalu dipasang sirkuler gips dari bawah siku ke distal sampai

setinggi persendian metacarpo – phalangeal dan kemudian alat

traksi dilepas.

Sesudah reposisi dilakukan kontrol foto, bila kedudukan jelek,

reposisi lagi.

Page 41: macam2 fraktur

Operatif :

Cauchoix, Dupare dan Potel (1960), menganjurkan pengobatan fraktur

Smith dengan fiksasi dalam (internal fixation) dengan memakai plat kecil

berbentuk T (Ellis Plate) dimana dua sekrup dipasang pada fragmen proximal

sedangkan fragmen distal ditahan dengan kuat tanpa memakai sekrup.

Teknik operasi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

1. Incisi vertikal melalui sisi radial arah volar dari lengan bawah bagian

distal dan incisi diperdalam sampai M. Pronator Quadratus antara M.

Flexor Carpi Radialis pada sisi lateral dan M. Palmaris Longus dan N.

Medianus pada sisi medial.

2. M. Flexor Policis Longus ditarik ke lateral dan tendon M. Flexor

Digitorum Superficialis ke medial, dan M. Pronator Quadratus tampak

pada sisi inferior dari tulang radius bagian bawah.

3. Fraktur diperbaiki dengan plat kecil, menyudut untuk menyesuaikan

dengan permukaan dari tulang, lalu dipasang sekrup pada fragmen

proksimal 2 buah dan pada fragmen yang distal plat tanpa sekrup berguna

untuk menyangga yang kuat dari fragmen yang telah dilakukan reposisi.

4. Akhir – akhir ini plat berbentuk T yang kecil telah tersedia, dimana pada

fragmen tulang yang proksimal dengan 2 sekrup pada bagian vertikal.

Page 42: macam2 fraktur

5. Lalu luka operasi ditutup lapis demi lapis sampai kulit dan dipasang bebat

tekan.

Mobilisasi jari – jari dimulai sejak hari pertama dan pergerakan

pergelangan tangan, lengan bawah dimulai segera setelah bebat tekan dilepas.

Keuntungan :

Hasilnya cukup memuaskan.

Sesudah operasi pergerakan dapat dilakukan dengan segera tanpa terjadi

redisplacement dari fragmen yang mengalami fraktur.

Di antara ke-3 tipe dari fraktur Smith, tipe Barton adalah yang paling

memuaskan pada pengobatan dengan cara operasi ini, juga pada tipe yang

lain cukup memuaskan.

V.6. Komplikasi

1. Kerusakan jaringan lunak : Yang penting di sini adalah kerusakan N.Medianus

karena tekanan dari fragmen radius yang fraktur.

2. Malunion : karena reposisi dan immobilisasi yang kurang baik.

3. Non union

4. Osteoarthritis

5. Gangguan pronasi dan supinasi

Page 43: macam2 fraktur

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dalam referat ini, dapat disimpulkan bahwa

fraktur yang sering terjadi baik pada anak - anak maupun dewasa di daerah radius

dan ulna antara lain; fraktur Montegia, fraktur Galeazi, fraktur Supracondylus,

fraktur Colles, dan fraktur Smith. Penyebab terbanyak dari fraktur - fraktur

tersebut adalah akibat trauma langsung, di mana tangan jatuh terlebih dahulu

kemudian badan (dalam hal ini tangan menyangga berat badan ketika jatuh).

Penatalaksanaan pada fraktur – fraktur tersebut dapat berupa reposisi

tertutup ( Closed Reduction ) yang dilanjutkan dengan gips maupun Operasi

dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Angka kesembuhan pada

fraktur ini cukup tinggi, sehingga seringkali hanya membutuhkan tindakan

reposisi tertutup ( Closed Reduction) dan gips. Tindakan operatif hanya

dibutuhkan bila fraktur berada pada di daerah intraartikuler atau yang bersifat

communitif.