laporan pendahuluan fraktur

31
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR A. Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) . Fraktur setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001). Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi yang biasanya dengan melibatkan kerusakan vascular dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan nyeri, pembengkakan, dan tenderness (Suriadi, 2001). B. Etiologi Penyebab terjadinya fraktur (Ignatavicius, 1995): 1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang. 2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.

Upload: fitriana-andarwati

Post on 27-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

A. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) .

Fraktur setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G &

Lockhart R, 2001). Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan

epifisis atau tulang rawan sendi yang biasanya dengan melibatkan kerusakan

vascular dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan nyeri, pembengkakan,

dan tenderness (Suriadi, 2001).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya fraktur (Ignatavicius, 1995):

1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat rudapaksa,

misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang.

2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat

rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat

rudapaksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis

dan osteosarkoma.

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang terjadi oleh tekanan yang

normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-

tulang tersebut sangat rapuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur (Ignatavicius, 1995):

1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang

tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat

menyebabkan fraktur.

2. Faktor Intrinsik

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya

tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

C. Patofisiologi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang dapat disebabkan karena trauma atau suatu keadaan yang

patologis. Klasifikasi fraktur banyak macamnya, tetapi yang terpenting

adalah ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar

(fraktur terbuka dan fraktur tertutup).

Tulang yang rusak mengakibatkan rusaknya periosteum, pembuluh darah

pada korteks dan sumsum tulang, serta jaringan lunak lainnya. Fraktur

dimanifestasikan dengan adanya deformitas, bengkak pada area patah tulang,

kemerahan dari perdarahan subkutan, spasme otot karena kontraksi otot

involunter di dekat area patah tulang sehingga menimbulkan gangguan rasa

nyaman (nyeri).

Gangguan sensasi/baal karena kerusakan saraf atau tertekannya saraf

oleh edema dapat menyebabkan kehilangan fungsi normal sehingga

menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri.

Fraktur terbuka dengan adanya jaringan yang rusak memunculkan

masalah kerusakan integritas jaringan, dan memungkinkan masuknya kuman

sehingga resiko terjadi infeksi (Ignatavicius, 1995).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

D. Pathway

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

E. Manifestasi klinis

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:

1. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan

adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan

jaringan sekitarnya.

2. Bengkak/edama

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir

pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

3. Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah

di jaringan sekitarnya.

4. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.

5. Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.

6. Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi

normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang

panjang.

7. Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang

digerakkan.

8. Defirmitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau

trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi

abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya

9. Shock hipouolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase

(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang

meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2. Pemeriksaan lain-lain

a. Foto rontgen untuk mengetahui adanya patah tulang, juga

memantau penyembuhan.

b. CT scan atau MRI untuk melihat dengan jelas daerah yang

mengalami kerusakan.

c. Jika dicurigai ada perdarahan, lakukan pemeriksaan CBC

(Complete Blood Count) untuk menilai banyaknya darah yang

hilang.

d. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:

didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

e. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi

infeksi.

f. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.

g. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek

karena trauma yang berlebihan.

h. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang.

i. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

(Ignatavicius, 1995)

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

G. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

b. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah

rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan

lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

tentang rasa nyeri klien digunakan (Ignatavicius, 1995):

1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah

rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme

terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

(Ignatavicius, 1995).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s

yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt

beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga

diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius,

1995).

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

(Ignatavicius, 1995).

f. Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya

dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, 1995).

g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan

terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani

penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan

tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup

klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu

metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa

mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan

olahraga atau tidak.(Ignatavicius, 1995).

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi

melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi,

protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses

penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa

membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat

terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang

kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal

terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat

degenerasi dan mobilitas klien.

3) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada

pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,

kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga

dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, 1991).

4) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan

gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan

tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan

kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos., 1999).

5) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka

semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan

klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu

dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya

fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, 1995).

6) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap

(Ignatavicius, 1995).

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)

(Ignatavicius, 1995).

8) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama

pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak

timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami

gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur

(Ignatavicius, 1995).

9) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, Selain itu juga, perlu

dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama

perkawinannya (Ignatavicius, 1995).

10) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan

dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi

tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak

efektif (Ignatavicius, 1995).

11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan

kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan

konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan

keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, 1995).

2. Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini

perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan

dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi

lebih mendalam.

a. Gambaran Umum

Perlu menyebutkan:

1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-

tanda, seperti:

a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

komposmentis tergantung pada keadaan klien.

b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,

berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik

fungsi maupun bentuk.

2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

a) Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,

bengkak, oedema, nyeri tekan.

b) Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak

ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

c) Leher

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,

reflek menelan ada.

d) Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

e) Mata

Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena

tidak terjadi perdarahan)

f) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada

lesi atau nyeri tekan.

g) Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

h) Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.

i) Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

j) Paru

Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung

pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan

paru.

Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

Perkusi

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan

lainnya.

Auskultasi

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

k) Jantung

Inspeksi

Tidak tampak iktus jantung.

Palpasi

Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

l) Abdomen

Inspeksi

Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi

Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak

teraba.

Perkusi

Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi

Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

m) Inguinal-Genetalia-Anus

Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan

BAB.

b. Keadaan Lokal

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal

terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem

muskuloskeletal adalah:

1) Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti

bekas operasi).

(b) Cape au lait spot (birth mark).

(c) Fistulae.

(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang

tidak biasa (abnormal).

(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

2) Feel (palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita

diperbaiki mulaidari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya

ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah,

baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu dicatat adalah:

(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban

kulit.

(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau

oedema terutama disekitar persendian.

(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3

proksimal,tengah, atau distal).

(d) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang

terdapat di permukaan atau melekat pada tulang.

Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada

benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya,

nyeri atau tidak, dan ukurannya.

3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian

diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah

terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak

ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan

sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari

tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam

ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan

gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah

gerakan aktif dan pasif (Reksoprodjo, 1995).

H. Diagnose keperawatan yang mungkin timbul

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder

terhadap fraktur

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler.

3. Aktual/resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit, trauma

jaringan.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

I. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan:Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:- Laporan secara verbalDO:- Posisi untuk menahan nyeri- Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu,

tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri- Fokus menyempit (penurunan

persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas

NOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

berulang-ulang)- Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

Gangguan mobilitas fisik

Berhubungan dengan :- Gangguan metabolisme sel- Keterlembatan perkembangan- Pengobatan- Kurang support lingkungan- Keterbatasan ketahan

kardiovaskuler- Kehilangan integritas struktur

tulang- Terapi pembatasan gerak- Kurang pengetahuan tentang

kegunaan pergerakan fisik- Indeks massa tubuh diatas 75

tahun percentil sesuai dengan usia

- Kerusakan persepsi sensori- Tidak nyaman, nyeri- Kerusakan muskuloskeletal dan

neuromuskuler- Intoleransi aktivitas/penurunan

kekuatan dan stamina- Depresi mood atau cemas- Kerusakan kognitif- Penurunan kekuatan otot,

kontrol dan atau masa- Keengganan untuk memulai

gerak

NOC : Joint

Movement : Active

Mobility Level Self care : ADLs Transfer

performanceSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Klien meningkat

dalam aktivitas fisik

Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

NIC :

Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan

jika diperlukan

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur

- Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning

- Malnutrisi selektif atau umumDO:- Penurunan waktu reaksi- Kesulitan merubah posisi- Perubahan gerakan (penurunan

untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)

- Keterbatasan motorik kasar dan halus

- Keterbatasan ROM- Gerakan disertai nafas pendek

atau tremor- Ketidak stabilan posisi selama

melakukan ADL- Gerakan sangat lambat dan

tidak terkoordinasi

Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :- Prosedur Infasif- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan lingkungan

- Malnutrisi- Peningkatan paparan

lingkungan patogen- Imonusupresi- Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

- Penyakit kronik- Imunosupresi- Malnutrisi- Pertahan primer tidak adekuat

(kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)

NOC : Immune Status Knowledge :

Infection control Risk controlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari

tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC : Pertahankan teknik aseptif Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung

kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik:................................. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Pertahankan teknik isolasi k/p Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase Monitor adanya luka Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam