larutan elektrolit laporan

16
PERCOBAAN V LARUTAN ELEKTROLIT 1. TUJUAN : Memahami cara membuat larutan Ringer Laktat 2. DASAR TEOR : Tera!i !arenteral a"alah tera!i atau !eng#batan "engan rute $ang ti"ak melibatkan u%u%. Oleh karena itu tera!i !arenteral meli!uti in&ek%i' tete% mata' telinga atau hi"ung' %ale!' krim' cakram (!atche%)' !eng#batan inhala%i "an %ebagain$a. Untuk tu&uan tertentu' tera!i !arenteral "a!at meli!uti %ublingual' bungal' atau %e"iaan recta l karena %e"iaan*% e"iaan ter%ebut ti"ak "i!engaruhi #leh a%am lambung' metab#li%me he!atic' atau ti"ak memerlukan %eluruh u%u% untuk ab%#rb%in$a. Menil ai kebutuh an !a%ie n terha "a! cairan "an elekt r#lit ' ke%ei mbangan cairann$ a' haru% "ilakukan "engan berbagai met#"e kemu"ian "igabung untuk memberikan gambaran kebutuhan  !a%ien %ecara ke%eluruhan. Ti"ak a"a %atu !arameter (a!abila !arameter ini ti"ak "igabung "engan !arameter lain) $ang "a!at menggambarkan k#n"i%i "ehi"ra%i atau kelebihan cairan. +eri kut ini a"a la h ta n"a *t an" a "an ge& al a* ge&ala $a ng "i gunak an untuk menent uka n ke%eimbangan cairan : 1. ,au% 2. Turg#r kul it -. Den$ ut na"i . /erubahan berat ba"an 0. Da tar cai ran ma% uk "a n cai ran k elu ar . O% m# la li ta % %erum 3. 4#n%en tra%i natri um' ur ea' a tau he m#gl #bin "a lam % erum 5. 6#lume 7#%m#l al iat% uri ne 8. Te ka nan 9ena & ugul er  1. Tekanan 9ena c entra l (A%lam' "kk.' 2-)

Upload: fircynt

Post on 18-Oct-2015

984 views

Category:

Documents


124 download

DESCRIPTION

laporan steril

TRANSCRIPT

PERCOBAAN V

LARUTAN ELEKTROLIT1. TUJUAN : Memahami cara membuat larutan Ringer Laktat 2. DASAR TEORI :

Terapi parenteral adalah terapi atau pengobatan dengan rute yang tidak melibatkan usus. Oleh karena itu terapi parenteral meliputi injeksi, tetes mata, telinga atau hidung, salep, krim, cakram (patches), pengobatan inhalasi dan sebagainya. Untuk tujuan tertentu, terapi parenteral dapat meliputi sublingual, bungal, atau sediaan rectal karena sediaan-sediaan tersebut tidak dipengaruhi oleh asam lambung, metabolisme hepatic, atau tidak memerlukan seluruh usus untuk absorbsinya.Menilai kebutuhan pasien terhadap cairan dan elektrolit, keseimbangan cairannya, harus dilakukan dengan berbagai metode kemudian digabung untuk memberikan gambaran kebutuhan pasien secara keseluruhan. Tidak ada satu parameter (apabila parameter ini tidak digabung dengan parameter lain) yang dapat menggambarkan kondisi dehidrasi atau kelebihan cairan.

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala-gejala yang digunakan untuk menentukan keseimbangan cairan :

1. Haus

2. Turgor kulit

3. Denyut nadi

4. Perubahan berat badan

5. Daftar cairan masuk dan cairan keluar

6. Osmolalitas serum

7. Konsentrasi natrium, urea, atau hemoglobin dalam serum

8. Volume/osmolaliats urine

9. Tekanan vena juguler

10. Tekanan vena central

(Aslam, dkk., 2003)

Kira-kira 60% organism manusia terdiri dari air. Untuk satu orang dewasa denbobot tubuh 80kg, jumlah air yang dimilikinya adalah sekitar 50 liter. Air di dalam tubuh manusia dapat menjadi air yang dapat menjadi air yang terdapat dalam sel ( intraseluler) (sekitar 56-70%) dan air ekstra seluler yang berada sebagi cairan intravasal dalam cairan darah kira-kira 3 liter dan cairan intertisiel diantara sel-sel. Antara air dalam aliran darah dan air dalam ruang intertistiel terjadi pertukaran cairan dan ion-ion melalui proses difusi. Penyebaran elektrolit ke dalam sel berlangsung melalui enzim penyangga. Pengendalian seperti itu mutlak diperlukan. Oleh karena komposisi elektrolit cairan sel berbeda dengan ruang ekstra seluler. Air intraseluler mengandung ion kalium di samping sejumlah kecil ion magnesium sebagai kation-kation. Sebagai anion terdapat ion fosfat, mono atau trifosfat dari adenosine dan heksasemonofosfat, dan juga ion-ion sulfat. Dalam cairan ekstra seluler didominasi oleh ion natrium sebagai kation, ion klorida dab ion hydrogen karbonat sebagai anion. Perbedaan kecil dalam komposisi ion yang difusibel (Na+, Cl-) juga terdapat antara cairan intravasal dan cairan intertisiel dapat dipandang sebagai satuan fungsional.

Pada masa lalu, jika terjadi kehilangan darah akibat terjadi luka, digunakan larutan natrium klorida fisiologis atau larutan RINGER untuk pengisian volumennya. Yang paling menentukan dalam melakukan terapi dengan larutan elektrolit adalah jika dipahaminya kondisi dimana dengan larutan yang dimaksukan secara secara parenteral juga dapat mencapai ruang interseluler dan bahwa cara fisiologis-klinis yang canggih memungkinkan untuk mendeteksi secara eksak gangguan dalam keseimbangan air-elektrolit dari organismus. Jadi gangguan keseimbangan ion-ion yang umumnya diukti dengan pergeseran pH menyebabakan gangguan berat pada pasien. Larutan elektrolit secara terapetik digunakan untuk :

1. Penyangga kebutuhan air secara fisiologis

2. Penyangga kebutuhan elektrolit secara fisiologis

3. Substitusi pengganti kehilangan air dan elektrolit

4. Kompensasi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa

5. Pendukung fungsi ginjal yang terganggu

(Voight, R., 1995)3. ALAT DAN BAHAN

Larutan Ringer Laktat

Alat : 1. Penangas air

2. Glasswere

3. Botol bening

4. Timbangan

Bahan :1. Natrium laktat

2. NaCl

3. KCl

4. CaCl2.2H2O

5. Aqua p.i

6. HCl 0,1 N-NaOH 0,1 N

7. Karbo adsorben

Larutan multiple elektrolit

Alat : 1. Penangas air

2. Glasswere

3. Botol bening

4. Timbangan

Bahan :

1. Natrium acetat

2. NaCl

3. KCl

4. Na Gluconate

5. MgCl hexahidrate

6. Aqua p.i

7. HCl 0,1 N-NaOH 0,1 N

8. Karbo adsorben

Formula :

Larutan Ringer Laktat

R/Natrium laktat

0,31 g

NaCl

0,6 g

CaCl2.2H2O

0,01g

Aqua p.i ad

100 ml

Larutan Multiple elektrolit

R/ Natrium Acetat

0,36 g

NaCl

0,52 g

CaCl2.2H2O

0,03g

Na Glukonate

0,50g

MgCl hexahidrat

0.03g

Aqua p.i ad

100 ml

Pemerian bahan-bahan :

1. Aqua p.i

Keasaman-kebasaan 1 amonium, besi, tembaga, timbel, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata.

2. NaCl

Hablur hexahedral tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa asin.

3. KCl

Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna, atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, ,mantap di udara.

5. CaCl2.2H20

Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.

6. Na acetat

Massa hablur, putih, kelabu coklat, sangat pucat dan higroskopik.

7. MgCl hexahidrat

Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, dam meleleh basah

8. Karbo adsorben

Serbuk sangat halus, bebas dari butiran hitam, tidak bernau, tidak berasa.

4. CARA KERJA

Larutan Ringer Laktat

Di cek larutan isotonis apa tidak

Aqua di didihkan,

dilarutkan semua bahan kdalam aquadest panas

Ph diatur (5-6), jika kurang asam di tambah HCl 0,1 N dan jka kurang basa ditambah NaOH 0,1 N

Ditambahkan sisa aquanya

Larutan digojog dengan karbo adorben 0,1%, diamkan dan disaring

Di masukan dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya.

Dsterilkan dengan uap mengalir / dikukus selama 30 menit

Setelah dingin dicek terhadap uji

pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing dan kejernihan

diberi etiket warna biru

Larutan Multiple elektrolit

Di cek larutan isotonis apa tidak

Aqua di didihkan,

dilarutkan semua bahan kdalam aquadest panas

Ph diatur (5-6), jika kurang asam di tambah HCl 0,1 N dan jka kurang basa ditambah NaOH 0,1 N

Ditambahkan sisa aquanya

Larutan digojog dengan karbo adorben 0,1%, diamkan dan disaring

Di masukan dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya.

Dsterilkan dengan uap mengalir / dikukus 100C selama 30 menit

Setelah dingin dicek terhadap uji

pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing dan kejernihan

diberi etiket warna biru

5. ANALISIS CARA KERJA

Semua bahan dilrutkan dalam aquadest panas untuk mempercepat kelarutan bahan obat sehingga homogen. Penambahan karbo adsoeben yang diaktifkan untuk peenjernihan. Penambahan karbo adsorban bertujuan untuk menyerap pyroen yang mungkin pada lautan. Sterelisasi dilakukan untuk mematikan mikroba / bakteri dalam sediaan parenteral.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. DATA PERCOBAAN

LARUTAN ELEKTROLIT1. Larutan Ringer Laktat

Perhitungan Tonisitas

= = 0,243 < 0,28 ( HipotonisPenambahan NaCl=

= 32 x (0,28 0,24)

= 1,184mg /L = 0,184 g/LKeterangan :

Hipotonis, Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 0,184 g/LHasil Evaluasi :

No.EvaluasiHasilKeterangan

1.pHSebelum dikukus : 6

Sesudah dikukus : 6Sesuai teori (5-7)

2.KebocoranTidak ada yang bocorMemenuhi

3.KejernihanJernih (10 vial)Memenuhi

4.Partikel asingAda (10 vial)Tidak memenuhi

5.Keseragaman volumeSeragam (10 vial)Memenuhi

Kesimpulan :

Dari kelima uji diatas keseluruhannya memenuhi syarat kecuali uji partikel asing, tetapi belum dapat di release karena belum melalui uji sterilitas, bebas pirogen, keseragaman kadar.2. Multiple Elektrolit tanpa Na. glukonat

Perhitungan Tonisitas

= = = 0,242 < 0,28 ( larutan Hipotonis

Penambahan NaCl ( 32 x ( 0,28 0,242 ) = 1,216 g/L

Keterangan :

Hipotonis, Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 1,216 g/LHasil Evaluasi :

No.EvaluasiHasilKeterangan

1.pHSebelum dikukus : 7

Sesudah dikukus : 7Sesuai teori (5-7)

2.Kebocoran2 bocor, 8 tidak bocorMemenuhi

3.KejernihanJernih (10 vial)Memenuhi

4.Partikel asingAda (10 vial)Tidak memenuhi

5.Keseragaman volume8 seragam, 2 tidak seragamMemenuhi

Kesimpulan :

Dari kelima uji diatas keseluruhannya memenuhi syarat kecuali uji partikel asing, tetapi belum dapat di release karena belum melalui uji sterilitas, bebas pirogen, keseragaman kadar

2. PERHITUNGAN

FORMULALARUTAN RINGER LAKTAT

R/Natrium Laktat 0,31

NaCl

0,6

KCl

0,03

CaCl.H2O 0,01

Aqua p.i ad 100 mL

1. Tonisitas Larutan Ringer Laktat

= = = 0,243 < 0,28 ( HipotonisPenambahan NaCl=

= 32 x (0,28 0,24)

= 1,184mg /L = 0,184 g/LJadi perlu penambahan NaCl sebanyak 0,184 g/LMULTIPLE ELEKTROLIT

R/Natrium Asetat

0,36

NaCl

0,52

KCl

0,03

MgCl Heksahidrat

0,03

Aqua p.i ad 100 mL

2. Tonisitas Larutan Multiple Elektrolit tanpa Na glukonat

= = = 0,242 < 0,28 ( larutan Hipotonis

Penambahan NaCl ( 32 x ( 0,28 0,242 ) = 1,216 g/L

Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 1,216 g/L7. PEMBAHASANPercobaan ini dilakukan agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat infus ringer laktat dan larutan multiple elektrolit. Larutan ringer laktat digunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, karena pada larutan ini mengandung KCl, CaCl2.6H2O, disamping NaCl. Larutan yang biasanya diberikan secara parenteral, dikemas dalam volume 0,5-1,0 liter. Larutan multipel elektrolit diberikan setelah terjadi shock atau terganggunya kondisi keseimbangan cairan tubuh karena dehidrasi atau kelaparan. Larutan elektrolit tersebut merupakan sediaan parenteral yang disebut infusa. Contoh larutan elektrolit yaitu NaCl 0,9%, larutan ringer laktat, larutan dextrose dan larutan 1-asam amino kkal. Pada infus ringer laktat mengandung natrium laktat, NaCl, KCl, CaCl2. 2H2O dan aqua p.i, karboadsorben, dan HCl 0,1N jika larutan kurang asam, serta NaOH jika larutan kurang basa. Sedangkan pada larutan multiple elektrolit terdiri dari Natrium asetat, KCl, Na Gluconat, MgCl hexahidrate dan aqua p.i. Pada kedua larutan tersebut harus memenuhi persyaratan sediaan parenteral, yaitu aman, jernih, isotonis, isohidris, steril dan bebas pirogen. Sebelum membuat sediaan parenteral (larutan infus), harus dihitung tonisitas larutan. Tonisitas perlu dihitung dengan tujuan agar dapat diketahui apakah larutan tersebut sudah isotonis atau belun atau hipertonis, karena ini berhubungan dengan tekanan osmosis larutan terhadap cairan tubuh yang akan diberi larutan infus. Larutan yang isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan tubuh dan keadaan isotonis inilah yang diharapkan karena dalam keadaan ini, larutan yang diinjeksikan tidak akan menimbulkan rasa sakit. Sedangkan larutan yang hipotonis,akan menimbulkan sel cairan tubuh akan pecah atau lisis, karena tekanan diluar sel lebih rendah, maka cairan dalam sel akan menggembung dan pecah, mengingat tekanan osmose merupakan tekanan yang berjalan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Sebaliknya pada larutan hipertonis akan mengakibatkan keadaan di luar sel lebih tinggi dibanding didalam sel, sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan hipotonis lebih berbahaya dibanding keadaan hipertonis, karena sifat larutan hipotonis irreversibel (sel sudah pecah ), sedangkan sifat hipertonis reversibel ( sel dapat kembali normal ).

Dari perhitungan tonisitas, pada infus ringer laktat diperoleh tonisitas larutan yaitu 0,243 g/l dan pada larutan multiple elektrolit nilai tonisitasnya 0,252 g/l. Larutan ringer laktat dan multipel elektrolit dikatakan bersifat hipotonis karena nilai tonisitasnya lebih kecil dari 0,28 g/l. Artinya jumlah zat terlarut dalam kedua larutan tersebut lebih kecil dari cairan tubuh. Ketidakisotonisan ini dapat menyebabkan rasa nyeri atau sakit pada saat penginjeksian dan karena hipotonis maka air lebih mudah melintasi membran semipermeable sehingga terjadi peningkatan volume darah, sel akan membesar, akhirnya pecah atau hemolisis yang bersifat irreversible. Untuk mengatasinya perlu ditambahkan zat pengisotonis agar tekanan osmosi larutan sama dengan tekanan osmosis cairan dalam tubuh. NaCl yang harus ditambahkan pada formula infus ringer laktat sebanyak 0,184 g/100ml. Sedangkan larutan multiple elektrolitditambah NaCl sejumlah 0,0896 g/100ml.

Setelah diperoleh tonisitasnya, kemudian semua bahan ditimbang. Lalu semua bahan dilarutkan ke dalam aquadest panas untuk mempercepat kelarutan dan kondisi panas mensterilkan bahan dari mikroba. Aqua yang digunakan adalaha aqua p.i atau aqua pro injeksi. Sebagai pelarutnya kemudian larutan dicek pHnya dengan menggunakan pH indikator. Untuk pH ringer laktat dan multiple elektrolit ditetukan dengan kisaran antara 5-7 sesuai dengan pH serum darah, karena larutan yang digunakan melalui pembuluh darah sehingga diharapkan pHnya sama dengan pH serum darah tersebut. Dalam percobaan ini, diharapkan isohidris, yaitu pH larutan diusahakan sesuai dengan pH tubuh. Pada pembuatannya, jika larutan kurang asam maka ditambah HCl 0,1 N dan bila kurang basa maka ditambah NaOH 0,1N. Setelah itu ditambahkan sisa aquanya. Pada pembuatan larutan, pH pada larutan ringer laktat adalah 6, sedangkan pH pada multiple elektrolit adalah7. Artinya sudah sesuai dengan pH serum darah (pH 5-7) sehingga tidak memerlukan penambahan NaOH 0,1 N maupun HCl 0,1 N pada ringer laktat maupun multipel elektrolit. Setelah ditambahkan sisa aquanya kemudian ditambahkan karboadsorben 0,1% pada masing-masing larutan, karboadsorben yang ditambahkan sebanyak 0,1 g. Karboadsorben yang telah digunakan yaitu telah diaktifkan, dengan cara di oven selama 5-10 menit pada suhu 200oC pada cawan porselin. Pengaktifan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air sehingga meningkatkan luas permukaan penyerapan yang berbanding lurus dengan efektivitas fungsi. Karboadsorben disini berfungsi untuk menyerap pirogen-pirogen dan pengotor yang ada dalam larutan tersebut. Setelah itu larutan didiamkan untuk memaksimalkan proses pengikatan kotoran. Kemudian larutan disaring untuk memisahkan karboadsorben tersebut hingga diperoleh larutan yang jernih dan bebas pirogen maupun zat-zat asing lainnya.

Pada masing-masing formula tersebut, dimasukkan dalam wadah tertutup kemudian infus ringer laktat dan multiple elektrolit disterilkan dengan autoklaf pada subu1000 selama 30 menit. Penggunaan autoklaf ini digunakan dengan mengeluarkan udara di dalam autoklaf sebelum sterilisasi dimulai karena hanya tekanan dari uap yang merupakan tekanan yang efektif untuk menaikkan tekanan uap, dimana semakin besar tekanannya maka sterilisasi semakin efektif. Selain itu autoklaf membutuhkan waktu yang relatif cepat dan uap jenuhnya tidak hanya dapat membunuh atau menghancurkan semua bentuk organisme hidup baik yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun tidak (spora) dari suatu objek atau bahan. Pemilihan sterilisasi didasarkan pada bahan yang akan disterilisasi. Sterilisasi basah dipilih karena zat-zat aktif larutan tidak tahan ddan akan rusak bila digunakan sterilisasi kering.

Pada pembuatan larutan ini dilakukan evaluasi dengan pengecekan pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan dan keseragaman volum. Dari percobaan larutan ringer laktat dan multiple elektrolit diujui pH sesudah di autoclave. Pada uji ini, diharapkan larutan isohidris,yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama dengan pH darah, tetapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Dari uji ini didapatkan hasil, untuk pH larutan ringer laktat didapatkan hasil 6, sedangkan multipel laktat didapatkan hasil pH 7. Kedua larutan memenuhi syarat keberterimaan uji pH, yaitu dengan kisaran pH 5-7. Untuk uji kebocoran yang dilakukan dengan membalikkan botol infus, ternyata tidak mengalami kebocoran. Lalu pada uji partikel dilakukan pengamatan pada meja pemeriksaan yang dilengkapi sumber cahaya (lampu), latar belakang hitam untuk melihat partikel transparan dan pemeriksaan dengan latar belakang putih untuk pemeriksaan partikel berwarna. Dari pemeriksaan tidak ditemukan adanya partikel melayang atau bergerak dalam larutan. Larutan mmemenuhi kriteria bebas partikel asing dengan tidak ditemukannya partikel dalam larutan. Dalam botol infus ini terlihat jernih, tidak keruh atau berwarna. Uji kejernihan dan partikel asing ini, penting dalam sediaan parenteral untuk menghindari rasa nyeri atau sakit pada saat penginjeksian. Pada uji keseragaman volume, setiap isi vial dikeluarkan dari wadah dan diukur untuk mengetahui volume terpindakan. Dari setiap vial yang berasal dari 6 sampel vial pada masing-masing larutan. Didapatkan hasil, pada larutan ringer laktat dan mutipel elektrolit volume terpindahakan masing-masing vial 10mL. Dengan perhitungan SD 0, yang menyatakan tidak ada penyimpangan volume vial pada masing-masing larutan. Hasi evaluasi diatas merupakan hasil evaluasi dari kedua jenis larutan elektrolit yaitu larutan ringer laktat dan multiple elektrolit. Dari hasil evaluasi kedua larutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa larutan layak digunakan, karena memenuhi evaluasi uji pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan dan keseragaman volume.8. KESIMPULAN

1. Larutan ringer laktat dan multiple elektrolit berfungsi sebagai larutan penambah cairan tubuh, pengganti ion-ion tubuh yang hilang dan terapi pemeriksaan pasien pasca operasi.

2. Dari pemeriksaan tonisitas pada infusa ringer laktat bersifat hipotonis sehingga diperlukan penambahan NaCl sedangkan pada infusa multiple elektrolit tidak perlu ditambahkan NaCl karena larutan bersifat hipertonis.

3. Hasil evaluasi larutan ringer laktat

NoEvaluasiHasil

1Ph 6

2Kebocoran Tdk terjadi kebocoran

3Partikel asingada

4Kejernihan jernih

Hasil evaluasi larutan multiple elektrolit

No Evaluasi Hasil

1Ph 6

2Kebocoran Tidak terjadi kebocoran

3Partikei asingada

4Kejernihan Jernih

4. Dari hasil evaluasi diperoleh data yang menunjukkan bahwa kedua larutan tidak layak digunakan karena ada persyaratan sediaan parenteral yang tidak terpenuhi yaitu munculnya partikel asing dalam kedua infusa.

9. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DEPKES RI; Jakarta

Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI press; Jakarta

LAPORAN PRATIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN

STERIL

LARUTAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH:

Nama

: NURUL AGUSTINA / K 100 070 121

RISA WIDIANI B. / K 100 070 122

DHENI ERA A. / K 100 070 123

RETNO NUR SANTI / K 100 070 124

MASRUHIN / K 100 070 125

Kelompok: D.1.3

Korektor

:

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009