laporan tutorial step 7 kegawatdaruratan
DESCRIPTION
Laporan Tutorial Step 7 KegawatdaruratanTRANSCRIPT
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
1/15
STEP 7
1. Trauma kimia pada mataadalah trauma yang mengenai bola mata baikdiakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan
pH > 7) yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata tersebut.
Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi,
durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia. Mekanisme cedera
antara asam dan basa sedikit berbeda.
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion
dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi
yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass
dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma
pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan
daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. Asam hidrofluorik
adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran
sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan
kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local
yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang
berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium.
Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,
dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,
gastrointestinal, dan neurologic.
Trauma Basa
Bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila
dilihat dari luar. Namun, pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa menembus kornea, camera
oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, dan mengakibatkan pecah
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
2/15
atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan
persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat
persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari
pada alkali.
Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi
penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan
bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edem kornea akan terdapat
serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini
cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan
memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk
akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui
plasminogen activator .
Pada defek epitel kornea, plasminogen activator yang terbentuk merubah
plasminogen menjadi plasmin. Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor
hemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear (PMN). Kolagenase laten
berubah menjadi kolagenase aktif akibat terdapatnya tripsin, plasmin
ketepepsin. Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase
laten. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir dilepas juga
kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi
gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea
dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam
sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanyatukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau
vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk
ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.
Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan
askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting
dalam pembentukan jaringan kornea.
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
3/15
Diagnosis
Sistematis penegakan diagnosis dilakukan setelah pertolongan pertama
pada trauma kimia mata diberikan.
Anamnesis
Trauma kimia mata yang disebabkan karena asam biasanya di dapatkan
dari hasil anamnesis mengenai bahan apa yang mengenai mata penderita,
etiologi tersering dari trauma kimia asam pada mata adalah: cairan
penghilang karat, cairan pengkilap aluminium, cairan pembersih yang
keras (biasanya digunakan untuk membersihkan noda yang menempel
pada lantai keramik), bahan pembersih dinding, glass etching,
electropolishing, penyamakan kulit, fermentasi pada pengolahan bir.
Sedangkan trauma kimia mata yang disebabkan basa biasanya disebabkan
oleh: Semen, soda kuat, ammonia, NaOH, CaOH, cairan pembersih dalam
rumah tangga. Secara umum, pada anamneses dari kasus trauma mata
perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif
atau terjadi secara tiba-tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur
merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda
asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma
terjadi akibat ledakan.
Pemeriksaan Fisik & Penunjang
Anastesi local akan sangat membantu agar pasien tenang sebelum
dilakukan pemeriksaan mata yang seksama. Beberapa hal yang perludiperhatikan sebagai tanda umum dan tanda komplikasi dari trauma kimia
pada mata adalah; kejernihan dan keutuhan kornea, konjungtivalisasi
kornea, neovaskularisasi, defek epitel kornea, derajat iskemik limbus dan
tekanan intra okuli, simblefaron, dan edema. Selain itu dapat dilakukan
pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.
Pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular juga
diperlukan mengingat terjadinya mekanisme yang menyebabkan terjadinya
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
4/15
penyumbatan bahkan edem pada mata. Adanya diagnosis banding berupa
glaukoma skunder jika pada hasil pemeriksaan TIO lebih dari normal (
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
5/15
Prognosis buruk Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat Konjungtiva dan sklera pucat
2. Trauma hidungdapat mengenai hidung, jaringan subcutis, mukosa yangmeliputi cavum nasi, kerangka tulang dan tulang rawan yang membentuk
hidung itu sendiri.Trauma kulit, jaringan subcutis dan mukosa, dapat
berupa contusio jaringan atau tanpa hematoma, laserasi, abrasi, vulnus,
corpus allienum yang tertinggal di tempat trauma atau hilangnya bagian-
bagian hidung tersebut.
Trauma kerangka tulang dan tulang rawan dapat dibagi atas:
a. Fraktura os nasalis
b. Trauma naso-orbital
Sedangkan menurut arah traumanya dapat dibagi pula atas:
a. Trauma lateral
b. Trauma frontal
Penggolongan ini sangat penting dalam menentukan sikap kita untuk
menanggulanginya.
Diagnosis
Penderita atau pengantar biasanya sudah memberikan penjelasan mengenai
apa yang telah terjadi. Pada waktu pemeriksaan penderita dalam keadaansadar atau setengah sadar atau dalam keadaan tak sadar atau coma (pada
contussio cerebri).
Kadang-kadang masih ditemui darah yang mengalir dari hidung atau
adanya bekuan darah dalam cavum nasi. Hampir pada setiap trauma nasi
terdapat pembengkakan, oedema, tanpa atau disertai hematoma.
Penanggulangan
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
6/15
Dalam menghadapi kasus-kasus trauma nasi tujuan kita adalah untuk:
a. Life saving.
b. Mengembalikan fungsi normal serta mencegah terjadinya
komplikasi.
c. Kosmetik.
Pertama-tama yang harus diperhatikan ialah jalan pernapasan, hidung dan
tenggorok dibebaskan dari bekuan darah atau corpus allienum yang
menghalangi jalan pernapasan.
Kalau terdapat obstruksi larynx dilakukan tracheotomi. Keadaan umum
penderita harus diawasi dengan saksama; kalau terdapat tanda-tanda
shock, maka kita segera berusaha mengatasinya. Kalau perdarahan masih
ada, segeralah mencari sumber perdarahan tersebut dan cobalah
mengatasinya; perdarahan (lihat epistaxis).
Trauma terbuka kulit dan mukosa
Luka dibersihkan dan dilakukan debridement. Pada luka-luka yang kotor
diberi A.T.S. Kulit yang hilang dapat dicoba dengan jahitan, kalau tak
mungkin dapat dilakukan skin graft. Epistaxis dihentikan dengan
pemasangan tampon.
Fraktura Kerangka Tulang Hidung
Prinsipnya tindakan reposisi dilakukan secepat mungkin, kalau keadaan
penderita memungkinkan. Waktu penderita tiba di rumah sakit biasanya
sudah oedema, hebat atau tidaknya oedema itu bergantung pada berat
tidaknya trauma. Oedema yang terjadi dapat menyukarkan palpasi
sehingga sukar menentukan dislokasi dan sukar menilai kedudukan tulang
yang telah direposisi.
Demikian juga kalau diadakan fixasi pada hidung yang ada oedema, fixasi
ini akan jadi longgar setelah dua tiga hari karena oedemanya menurun.
Karena itu cukup bijaksana bila kita menunggu sampai oedema hilang,
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
7/15
sehingga kita dapat membuat diagnosa dengan tepat dan dapat menilai
tindakan kita, apakah sudah mencapai sasarannya serta dapat mengadakan
fixasi dengan baik. Biasanya oedema tersebut akan hilang pada hari
keempat atau hari kelima.
Callus yang terbentuk pada tempat fraktur makin lama makin mengeras.
Callus yang mengeras tersebut akan menyukarkan kita melakukan
reposisi; maka sebaiknya reparasi dilakukan pada hari ke-5 7. Reposisi
yang dilakukan setelah dua minggu memberikan hasil yang kurang
memuaskan, kecuali dilakukan open reposisi atau pada fraktur lama
sebaiknya dilakukan medial lateral osteotomi. Setelah itu fragmen-
fragmen tulang disusun kembali.
Trauma lateral
Trauma ini memberikan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Terjadi dislokasi ke satu sisi.
b. Pangkal hidung biasanya masih berada di garis tengah.
c. Deviasi septi ke satu sisi.
d. Nyeri waktu palpasi.
e. Kadang-kadang os nasalis mudah digerakkan dengan adanya
krepitasi.
Trauma frontal
Gejala- gejalanya adalah:
a. Hidung terletak di garis tengah, tetapi lebih mendatar atau cekung.
b. Pada trauma yang hebat bagian-bagian tulang hidung terpisah satu
sama lain, serta hilangnya kesatuan dengan processus frontalis
ossia maxillae, menyebabkan pula hilangnya bentuk hidung itu
sendiri.
c. Terdapat krepitasi serta os nasalis mudah digerakkan.
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
8/15
Trauma naso orbital
Trauma ini mengenai organ-organ intercanthus dengan tulang-tulang
ethmoid di bawahnya.
Gejala-gejalanya sebagai berikut:
a. Jarak kedua canthus medialis akan bertambah.
b. Terdapat krepitasi.
c. Pada trauma hebat terjadi commuted fracture yang mungkin
menyebabkan tersumbatnya duktus lakrimalis, sehingga penderita
akan mengeluh hyperlakrimasi, dan sering ditemukan gangguan
pergerakan bola mata, diplopia karena terlepasnya ligament
canthus medialis.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dalam posisi lateral, occipitomental 30
60 derajat. Dari gambaran radiologik dapat ditentukan fraktur,
kedudukan tulang, tetapi tak dapat menentukan derajat dislokasi.
Pada trauma lateral tak banyak faedahnya, sedangkan pada trauma frontal
berguna bila terdapat oedema yang hebat, karena kita tak dapat melakukan
palpasi dengan baik.
Tindakan pada trauma lateral
Kedudukan os nasalis yang mengalami dislokasi, dapat kita reposisi
dengan respatorius, Whalsam forceps, sedangkan septum yang deviasi
dapat diluruskan dengan Aches forceps.
Tindakan pada trauma frontal
Walau tindakan reposisi dilakukan seperti yang telah diterangkan os
nasalis akan tetap miring ke satu sisi karena adanya dislokasi septum nasi.
Oleh karena itu sub mukosa reseksi harus dilakukan lebih dahulu.
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
9/15
Tindakan pada trauma naso-orbital
Untuk dapat menyusun lagi tulang-tulang yang membentuk pangkal
hidung tersebut dilakukan open reduction, serta dengan fixasi dengan
lempeng logam.
Fixasi. Untuk mempertahankan posisi bentuk yang telah diperoleh dengan
jalan reposisi dan untuk menghindarkan dislokasi kembali karena
kedudukannya masih labil, maka diperlukan fixasi.
Fixasi ada dua macam yakni:
a. Fixasi dalam. Berupa tampon hidung yang dibuat dengan kain kasa
yang diberi boor zalf atau kemycetin zalf atau dengan solfratule.
Tampon ini dipasang 2 x 24 jam, dan kalau perlu boleh dipasang
tampon baru.
b. Fixasi luar. Dapat digunakan gips seperti plaster of paris atau metal
plate, fixasi ini kita pertahankan selama 1012 hari.
3. Macam-macam trauma mataFisik atau Mekanik
1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, ataushutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, danperalatan pertukangan.
3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dantrauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola
mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
Kimia
1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersihlantai, kapur, lem.
2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
10/15
Fisik
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinarmatahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya
trauma.
Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertaitertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal
dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya
logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan
kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun
dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunanpenglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan di dalam bola
mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf
penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
Trauma Kimia basa umumnya memperlihatkan gejala lebih beratdaripada trauma kimia asam. Mata nampak merah, bengkak, keluar air
mata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, trauma basa
akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/
kornea secara perlahan-lahan.
Trauma Mekanik1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan
menyebabkan kromatolisis sel.
2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupavasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak,
cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
11/15
3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan padakornea, sklera dan sebagainya.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan per jaringan di dalam organ
mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf
optik dan orbita, secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan
mata. Trauma tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan
kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness
wound of the eyewall). Trauma tembus termasuk dalam golongan trauma
mata terbuka (open globe injury), yang merupakan trauma laserasi tunggal
akibat benda tajam.4
Gambar 1. Trauma mata
a. Trauma mata tertutup (Closed globe injury)Trauma mata tertutup adalah trauma mata tanpa kerusakan seluruh dinding
mata (kornea dan sklera) /No full-thickness wound of eyewall. Trauma ini
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:4
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/mata/2011/01/13/trauma-mata/attachment/et/ -
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
12/15
1. Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadikerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk bola
mata.
2. Laserasi lamellar: Trauma yang menyebabkan kerusakan parsialdinding mata.
b. Trauma mata terbuka (Open globe injury)
Trauma mata terbuka adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada
seluruh ketebalan dinding mata (kornea dan/atau sklera) /Full-thickness
wound of the eyewall. Trauma ini dapat dibedakan menjadi :
Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat bendatumpul.
Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat bendatajam.
Lebih jauh, trauma laserasi dapat diklasifikan lagi menjadi:
Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan bendatajam.
Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar yangdisebabkan oleh benda yang sama.
Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal dalambola mata.
4.
Komplikasi Trauma Mataa. Jaringan parut pada kornea
b. Ulkus korneac. Jaringan parut pada konjungtivad. Dry eyese. Simblefaronf. Sikatrik yang menyebabkan enteropion/ekstropiong. Trikiasish. Stenosis/oklusi punctum
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
13/15
i. Pembentukanpannusj. Katarakk. Glaucoma
Komplikasi trauma maksilofasial
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula antara lain adanya
infeksi, dengan kuman patogen yang umum adalah staphylococcus,
streptococcus dan bacterioides. Terjadi malunion dan delayed healing,
biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat, nutrisi yang
buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris
inferior, lesi r marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatanterlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat membantu untuk mencegah
timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena genangan darah yang
berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa terjadi pada
kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang
sehingga penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi luka.
Komplikasi trauma hidung adalah:
a. Cerebrospinal rhinorrhoe, akibat adanya fraktur pada dinding
posterior sinus frontalis atau pada lamina cribrosa, sehingga ada
hubungan langsung dengan dasar dari fossa cranii anterior.
b. Meningitis
c. Anosmia.
5. Gawat darurat adalah : Keadaan klinis pasien yang membutuhkantindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut. Dalam UUNo.44/2009 Tentang Rumah Sakit pasal
45 ayat 2 disebutkan bahwa Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia , serta
Rumah sakit harus memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya (pasal 9 ayat lc). Tentunya upaya
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
14/15
ini menyangkut pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat (swasta)
6. Terapi awal trauma mata karena kimia Segera berikan tetes mata anestetik bila ada, kemeudian lakukan
irigasi dengan air apa adana sekurang-kurangnya 15 menit.
Berikan salep mata antibiotik, sementara itu persiapkan irigasidengan larutan garam faal/akuades. Lakukan dengan semprit
dengan jarum yang ditumpulkan selama 15 menit.
Pada trauma basa dapat diberikan netralisasi dengan:Asam cuka 2% steril atau asam tanat 2% steril secara:
- 1 tetes tiap 3 menit selama 30 menit pertama,- 1 tetes tiap 5 menit selama 30 menit kedua,- 1 tetes tiap 10 menit selama 30 menit ketiga,- 1 tetes tiap 15 menit selama 30 menit keempat,- 1 tetes tiap 30 menit selama 30 menit untuk selanjutya,
Sistei 1 tetes/jam pada hari pertama saja, atau
EDTA 1 tetes/menit selama 5 menit.
Lalu berikan salep mata antibiotik 3-5 kali/hari dan tetes mataatropin sulfat 1% 3-5 kali/hari.
Sebaiknya mata tetap terbuka Bila esoknya mata bebas infeksi, beri salep mata kombinasi
kortikosteroid dan antibiotik. Bila ada tanda infeksi beri salep mata
antibiotik saja .
Penatalaksanaan
Prinsip dalam penatalaksanaan trauma kimia mata adalah memperbaiki
penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan arsitektur
mata, mencegah sekuele jangka panjang
Trauma Asam
-
5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan
15/15
Irigasi jaringan yang terkena-kena secepat mungkin setelah terpajan cairan
kimia, dilakukan selama mungkin untuk meyakinkan cairan yang
mengakibatkan trauma benar-benar bersih dari mata. Irigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan garam fisiologis atau air selama 15-30
menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali normal, namun jika
perlu dapat diberikan anastesitopikal, penetralisir natrium bikarbonat 3%,
dan antibiotik.
Trauma Basa
Secepat mungkin setelah terpajan, dilakukan irigasi selama 15-30 menit
dengan air atau larutan garam fisiologis agar bahan yang dapat
menyebabkan trauma benar-benar larut, dan farmakologi dasar seperti
pada trauma asam. Penatalaksanaan lanjutan diberikan berdasarkan hasil
pemeriksaan lanjutan. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa
dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata
7,3 Pemberikan antibiotik dan debridement efektiv untuk mencegah
infeksi skunder, obat anti glukoma bisa diberikan untuk pencegahan
glaucoma skunder yang dicurigai terjadi karena terhambatnya enzim
glikolitik. Steroid topikal diberikan untuk menekan proses peradangan
untuk 7 hari pasca trauma, dexamethason 0,1% tiap dua jam
direkomendasikan karena tidak mencegah terbentuknya fibrin untuk
pencegahan (Katzung, 1998). Kolagenase di hambat dengan sistein,
diberikan satu minggu setelah trauma. Bila penyebabnya adalah CaOH,
dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang
melekat pada jaringan. Operasi keratoplasti dilakukan jika kerusakan
kornea malah mengganggu penglihatan.