laporan tutorial step 7 kegawatdaruratan

Upload: erwika

Post on 16-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    1/15

    STEP 7

    1. Trauma kimia pada mataadalah trauma yang mengenai bola mata baikdiakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan

    pH > 7) yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata tersebut.

    Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi,

    durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia. Mekanisme cedera

    antara asam dan basa sedikit berbeda.

    Trauma Asam

    Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion

    dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan

    mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,

    presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi

    yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass

    dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma

    pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan

    daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. Asam hidrofluorik

    adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran

    sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan

    memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan

    kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local

    yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang

    berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium.

    Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,

    dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,

    gastrointestinal, dan neurologic.

    Trauma Basa

    Bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila

    dilihat dari luar. Namun, pada bagian dalam mata, trauma basa ini

    mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa menembus kornea, camera

    oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, dan mengakibatkan pecah

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    2/15

    atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan

    persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat

    persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari

    pada alkali.

    Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi

    penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan

    bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edem kornea akan terdapat

    serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini

    cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau

    neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan

    memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk

    akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui

    plasminogen activator .

    Pada defek epitel kornea, plasminogen activator yang terbentuk merubah

    plasminogen menjadi plasmin. Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor

    hemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear (PMN). Kolagenase laten

    berubah menjadi kolagenase aktif akibat terdapatnya tripsin, plasmin

    ketepepsin. Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase

    laten. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir dilepas juga

    kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi

    gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea

    dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam

    sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanyatukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.

    Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau

    vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk

    ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.

    Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan

    askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting

    dalam pembentukan jaringan kornea.

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    3/15

    Diagnosis

    Sistematis penegakan diagnosis dilakukan setelah pertolongan pertama

    pada trauma kimia mata diberikan.

    Anamnesis

    Trauma kimia mata yang disebabkan karena asam biasanya di dapatkan

    dari hasil anamnesis mengenai bahan apa yang mengenai mata penderita,

    etiologi tersering dari trauma kimia asam pada mata adalah: cairan

    penghilang karat, cairan pengkilap aluminium, cairan pembersih yang

    keras (biasanya digunakan untuk membersihkan noda yang menempel

    pada lantai keramik), bahan pembersih dinding, glass etching,

    electropolishing, penyamakan kulit, fermentasi pada pengolahan bir.

    Sedangkan trauma kimia mata yang disebabkan basa biasanya disebabkan

    oleh: Semen, soda kuat, ammonia, NaOH, CaOH, cairan pembersih dalam

    rumah tangga. Secara umum, pada anamneses dari kasus trauma mata

    perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat

    cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif

    atau terjadi secara tiba-tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur

    merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda

    asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma

    terjadi akibat ledakan.

    Pemeriksaan Fisik & Penunjang

    Anastesi local akan sangat membantu agar pasien tenang sebelum

    dilakukan pemeriksaan mata yang seksama. Beberapa hal yang perludiperhatikan sebagai tanda umum dan tanda komplikasi dari trauma kimia

    pada mata adalah; kejernihan dan keutuhan kornea, konjungtivalisasi

    kornea, neovaskularisasi, defek epitel kornea, derajat iskemik limbus dan

    tekanan intra okuli, simblefaron, dan edema. Selain itu dapat dilakukan

    pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.

    Pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular juga

    diperlukan mengingat terjadinya mekanisme yang menyebabkan terjadinya

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    4/15

    penyumbatan bahkan edem pada mata. Adanya diagnosis banding berupa

    glaukoma skunder jika pada hasil pemeriksaan TIO lebih dari normal (

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    5/15

    Prognosis buruk Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat Konjungtiva dan sklera pucat

    2. Trauma hidungdapat mengenai hidung, jaringan subcutis, mukosa yangmeliputi cavum nasi, kerangka tulang dan tulang rawan yang membentuk

    hidung itu sendiri.Trauma kulit, jaringan subcutis dan mukosa, dapat

    berupa contusio jaringan atau tanpa hematoma, laserasi, abrasi, vulnus,

    corpus allienum yang tertinggal di tempat trauma atau hilangnya bagian-

    bagian hidung tersebut.

    Trauma kerangka tulang dan tulang rawan dapat dibagi atas:

    a. Fraktura os nasalis

    b. Trauma naso-orbital

    Sedangkan menurut arah traumanya dapat dibagi pula atas:

    a. Trauma lateral

    b. Trauma frontal

    Penggolongan ini sangat penting dalam menentukan sikap kita untuk

    menanggulanginya.

    Diagnosis

    Penderita atau pengantar biasanya sudah memberikan penjelasan mengenai

    apa yang telah terjadi. Pada waktu pemeriksaan penderita dalam keadaansadar atau setengah sadar atau dalam keadaan tak sadar atau coma (pada

    contussio cerebri).

    Kadang-kadang masih ditemui darah yang mengalir dari hidung atau

    adanya bekuan darah dalam cavum nasi. Hampir pada setiap trauma nasi

    terdapat pembengkakan, oedema, tanpa atau disertai hematoma.

    Penanggulangan

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    6/15

    Dalam menghadapi kasus-kasus trauma nasi tujuan kita adalah untuk:

    a. Life saving.

    b. Mengembalikan fungsi normal serta mencegah terjadinya

    komplikasi.

    c. Kosmetik.

    Pertama-tama yang harus diperhatikan ialah jalan pernapasan, hidung dan

    tenggorok dibebaskan dari bekuan darah atau corpus allienum yang

    menghalangi jalan pernapasan.

    Kalau terdapat obstruksi larynx dilakukan tracheotomi. Keadaan umum

    penderita harus diawasi dengan saksama; kalau terdapat tanda-tanda

    shock, maka kita segera berusaha mengatasinya. Kalau perdarahan masih

    ada, segeralah mencari sumber perdarahan tersebut dan cobalah

    mengatasinya; perdarahan (lihat epistaxis).

    Trauma terbuka kulit dan mukosa

    Luka dibersihkan dan dilakukan debridement. Pada luka-luka yang kotor

    diberi A.T.S. Kulit yang hilang dapat dicoba dengan jahitan, kalau tak

    mungkin dapat dilakukan skin graft. Epistaxis dihentikan dengan

    pemasangan tampon.

    Fraktura Kerangka Tulang Hidung

    Prinsipnya tindakan reposisi dilakukan secepat mungkin, kalau keadaan

    penderita memungkinkan. Waktu penderita tiba di rumah sakit biasanya

    sudah oedema, hebat atau tidaknya oedema itu bergantung pada berat

    tidaknya trauma. Oedema yang terjadi dapat menyukarkan palpasi

    sehingga sukar menentukan dislokasi dan sukar menilai kedudukan tulang

    yang telah direposisi.

    Demikian juga kalau diadakan fixasi pada hidung yang ada oedema, fixasi

    ini akan jadi longgar setelah dua tiga hari karena oedemanya menurun.

    Karena itu cukup bijaksana bila kita menunggu sampai oedema hilang,

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    7/15

    sehingga kita dapat membuat diagnosa dengan tepat dan dapat menilai

    tindakan kita, apakah sudah mencapai sasarannya serta dapat mengadakan

    fixasi dengan baik. Biasanya oedema tersebut akan hilang pada hari

    keempat atau hari kelima.

    Callus yang terbentuk pada tempat fraktur makin lama makin mengeras.

    Callus yang mengeras tersebut akan menyukarkan kita melakukan

    reposisi; maka sebaiknya reparasi dilakukan pada hari ke-5 7. Reposisi

    yang dilakukan setelah dua minggu memberikan hasil yang kurang

    memuaskan, kecuali dilakukan open reposisi atau pada fraktur lama

    sebaiknya dilakukan medial lateral osteotomi. Setelah itu fragmen-

    fragmen tulang disusun kembali.

    Trauma lateral

    Trauma ini memberikan gejala-gejala sebagai berikut:

    a. Terjadi dislokasi ke satu sisi.

    b. Pangkal hidung biasanya masih berada di garis tengah.

    c. Deviasi septi ke satu sisi.

    d. Nyeri waktu palpasi.

    e. Kadang-kadang os nasalis mudah digerakkan dengan adanya

    krepitasi.

    Trauma frontal

    Gejala- gejalanya adalah:

    a. Hidung terletak di garis tengah, tetapi lebih mendatar atau cekung.

    b. Pada trauma yang hebat bagian-bagian tulang hidung terpisah satu

    sama lain, serta hilangnya kesatuan dengan processus frontalis

    ossia maxillae, menyebabkan pula hilangnya bentuk hidung itu

    sendiri.

    c. Terdapat krepitasi serta os nasalis mudah digerakkan.

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    8/15

    Trauma naso orbital

    Trauma ini mengenai organ-organ intercanthus dengan tulang-tulang

    ethmoid di bawahnya.

    Gejala-gejalanya sebagai berikut:

    a. Jarak kedua canthus medialis akan bertambah.

    b. Terdapat krepitasi.

    c. Pada trauma hebat terjadi commuted fracture yang mungkin

    menyebabkan tersumbatnya duktus lakrimalis, sehingga penderita

    akan mengeluh hyperlakrimasi, dan sering ditemukan gangguan

    pergerakan bola mata, diplopia karena terlepasnya ligament

    canthus medialis.

    Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan radiologik dilakukan dalam posisi lateral, occipitomental 30

    60 derajat. Dari gambaran radiologik dapat ditentukan fraktur,

    kedudukan tulang, tetapi tak dapat menentukan derajat dislokasi.

    Pada trauma lateral tak banyak faedahnya, sedangkan pada trauma frontal

    berguna bila terdapat oedema yang hebat, karena kita tak dapat melakukan

    palpasi dengan baik.

    Tindakan pada trauma lateral

    Kedudukan os nasalis yang mengalami dislokasi, dapat kita reposisi

    dengan respatorius, Whalsam forceps, sedangkan septum yang deviasi

    dapat diluruskan dengan Aches forceps.

    Tindakan pada trauma frontal

    Walau tindakan reposisi dilakukan seperti yang telah diterangkan os

    nasalis akan tetap miring ke satu sisi karena adanya dislokasi septum nasi.

    Oleh karena itu sub mukosa reseksi harus dilakukan lebih dahulu.

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    9/15

    Tindakan pada trauma naso-orbital

    Untuk dapat menyusun lagi tulang-tulang yang membentuk pangkal

    hidung tersebut dilakukan open reduction, serta dengan fixasi dengan

    lempeng logam.

    Fixasi. Untuk mempertahankan posisi bentuk yang telah diperoleh dengan

    jalan reposisi dan untuk menghindarkan dislokasi kembali karena

    kedudukannya masih labil, maka diperlukan fixasi.

    Fixasi ada dua macam yakni:

    a. Fixasi dalam. Berupa tampon hidung yang dibuat dengan kain kasa

    yang diberi boor zalf atau kemycetin zalf atau dengan solfratule.

    Tampon ini dipasang 2 x 24 jam, dan kalau perlu boleh dipasang

    tampon baru.

    b. Fixasi luar. Dapat digunakan gips seperti plaster of paris atau metal

    plate, fixasi ini kita pertahankan selama 1012 hari.

    3. Macam-macam trauma mataFisik atau Mekanik

    1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, ataushutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

    2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, danperalatan pertukangan.

    3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dantrauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola

    mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

    Kimia

    1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersihlantai, kapur, lem.

    2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    10/15

    Fisik

    1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinarmatahari.

    2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.

    Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya

    trauma.

    Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertaitertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal

    dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya

    logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan

    kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun

    dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.

    Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunanpenglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan di dalam bola

    mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf

    penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

    Trauma Kimia basa umumnya memperlihatkan gejala lebih beratdaripada trauma kimia asam. Mata nampak merah, bengkak, keluar air

    mata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, trauma basa

    akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/

    kornea secara perlahan-lahan.

    Trauma Mekanik1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan

    menyebabkan kromatolisis sel.

    2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupavasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak,

    cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    11/15

    3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan padakornea, sklera dan sebagainya.

    Trauma pada mata dapat mengenai jaringan per jaringan di dalam organ

    mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf

    optik dan orbita, secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan

    mata. Trauma tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan

    kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness

    wound of the eyewall). Trauma tembus termasuk dalam golongan trauma

    mata terbuka (open globe injury), yang merupakan trauma laserasi tunggal

    akibat benda tajam.4

    Gambar 1. Trauma mata

    a. Trauma mata tertutup (Closed globe injury)Trauma mata tertutup adalah trauma mata tanpa kerusakan seluruh dinding

    mata (kornea dan sklera) /No full-thickness wound of eyewall. Trauma ini

    dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:4

    http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/mata/2011/01/13/trauma-mata/attachment/et/
  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    12/15

    1. Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadikerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk bola

    mata.

    2. Laserasi lamellar: Trauma yang menyebabkan kerusakan parsialdinding mata.

    b. Trauma mata terbuka (Open globe injury)

    Trauma mata terbuka adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada

    seluruh ketebalan dinding mata (kornea dan/atau sklera) /Full-thickness

    wound of the eyewall. Trauma ini dapat dibedakan menjadi :

    Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat bendatumpul.

    Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat bendatajam.

    Lebih jauh, trauma laserasi dapat diklasifikan lagi menjadi:

    Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan bendatajam.

    Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar yangdisebabkan oleh benda yang sama.

    Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal dalambola mata.

    4.

    Komplikasi Trauma Mataa. Jaringan parut pada kornea

    b. Ulkus korneac. Jaringan parut pada konjungtivad. Dry eyese. Simblefaronf. Sikatrik yang menyebabkan enteropion/ekstropiong. Trikiasish. Stenosis/oklusi punctum

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    13/15

    i. Pembentukanpannusj. Katarakk. Glaucoma

    Komplikasi trauma maksilofasial

    Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula antara lain adanya

    infeksi, dengan kuman patogen yang umum adalah staphylococcus,

    streptococcus dan bacterioides. Terjadi malunion dan delayed healing,

    biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat, nutrisi yang

    buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris

    inferior, lesi r marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatanterlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat membantu untuk mencegah

    timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena genangan darah yang

    berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa terjadi pada

    kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang

    sehingga penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi luka.

    Komplikasi trauma hidung adalah:

    a. Cerebrospinal rhinorrhoe, akibat adanya fraktur pada dinding

    posterior sinus frontalis atau pada lamina cribrosa, sehingga ada

    hubungan langsung dengan dasar dari fossa cranii anterior.

    b. Meningitis

    c. Anosmia.

    5. Gawat darurat adalah : Keadaan klinis pasien yang membutuhkantindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan

    kecacatan lebih lanjut. Dalam UUNo.44/2009 Tentang Rumah Sakit pasal

    45 ayat 2 disebutkan bahwa Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam

    melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia , serta

    Rumah sakit harus memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien

    sesuai dengan kemampuan pelayanannya (pasal 9 ayat lc). Tentunya upaya

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    14/15

    ini menyangkut pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh

    pemerintah maupun masyarakat (swasta)

    6. Terapi awal trauma mata karena kimia Segera berikan tetes mata anestetik bila ada, kemeudian lakukan

    irigasi dengan air apa adana sekurang-kurangnya 15 menit.

    Berikan salep mata antibiotik, sementara itu persiapkan irigasidengan larutan garam faal/akuades. Lakukan dengan semprit

    dengan jarum yang ditumpulkan selama 15 menit.

    Pada trauma basa dapat diberikan netralisasi dengan:Asam cuka 2% steril atau asam tanat 2% steril secara:

    - 1 tetes tiap 3 menit selama 30 menit pertama,- 1 tetes tiap 5 menit selama 30 menit kedua,- 1 tetes tiap 10 menit selama 30 menit ketiga,- 1 tetes tiap 15 menit selama 30 menit keempat,- 1 tetes tiap 30 menit selama 30 menit untuk selanjutya,

    Sistei 1 tetes/jam pada hari pertama saja, atau

    EDTA 1 tetes/menit selama 5 menit.

    Lalu berikan salep mata antibiotik 3-5 kali/hari dan tetes mataatropin sulfat 1% 3-5 kali/hari.

    Sebaiknya mata tetap terbuka Bila esoknya mata bebas infeksi, beri salep mata kombinasi

    kortikosteroid dan antibiotik. Bila ada tanda infeksi beri salep mata

    antibiotik saja .

    Penatalaksanaan

    Prinsip dalam penatalaksanaan trauma kimia mata adalah memperbaiki

    penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan arsitektur

    mata, mencegah sekuele jangka panjang

    Trauma Asam

  • 5/26/2018 Laporan Tutorial Step 7 Kegawatdaruratan

    15/15

    Irigasi jaringan yang terkena-kena secepat mungkin setelah terpajan cairan

    kimia, dilakukan selama mungkin untuk meyakinkan cairan yang

    mengakibatkan trauma benar-benar bersih dari mata. Irigasi dapat

    dilakukan dengan menggunakan garam fisiologis atau air selama 15-30

    menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali normal, namun jika

    perlu dapat diberikan anastesitopikal, penetralisir natrium bikarbonat 3%,

    dan antibiotik.

    Trauma Basa

    Secepat mungkin setelah terpajan, dilakukan irigasi selama 15-30 menit

    dengan air atau larutan garam fisiologis agar bahan yang dapat

    menyebabkan trauma benar-benar larut, dan farmakologi dasar seperti

    pada trauma asam. Penatalaksanaan lanjutan diberikan berdasarkan hasil

    pemeriksaan lanjutan. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa

    dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata

    7,3 Pemberikan antibiotik dan debridement efektiv untuk mencegah

    infeksi skunder, obat anti glukoma bisa diberikan untuk pencegahan

    glaucoma skunder yang dicurigai terjadi karena terhambatnya enzim

    glikolitik. Steroid topikal diberikan untuk menekan proses peradangan

    untuk 7 hari pasca trauma, dexamethason 0,1% tiap dua jam

    direkomendasikan karena tidak mencegah terbentuknya fibrin untuk

    pencegahan (Katzung, 1998). Kolagenase di hambat dengan sistein,

    diberikan satu minggu setelah trauma. Bila penyebabnya adalah CaOH,

    dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang

    melekat pada jaringan. Operasi keratoplasti dilakukan jika kerusakan

    kornea malah mengganggu penglihatan.